Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

LANSIA DENGAN PENYAKIT ASMA

(Tugas ini disusun untuk memenuhi nilai tugas mata kuliah Keperawatan Gerontik)

Dosen pengampu : Maria Ulfah,M.Kep,Sp.Kep Kom

Disusun oleh :

1. Kamilia Rahma El Haq (P1337421019055)


2. Siti Muzdalifah (P1337421019067)
3. Lifia Rosmerita (P1337421019079)
4. Dina Rohadatul Aisy Mardhiyah (P1337421019091)
5. Diviya Eka Prasetya (P1337421019104)

PRODI DIII KEPERAWATAN TEGAL

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

Jl. Dewi Sartika NO 01 RT 001 RW 001 Debong Kulon Tegal

2021
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini
dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di
akhirat nanti.
Saya mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-
Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah Keperawatan
Gerontik dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK LANSIA
DENGAN PENYAKIT ASMA”.
Saya tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, saya
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini
nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat
banyak kesalahan pada makalah ini saya mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Asma bronkhial salah satu penyakit saluran pernapasan yang banyak
dijumpai di masyarakat. Asma bronkhial merupakan suatu penyakit pada jalan
napas yang disebabkan oleh stimulus tertentu yang menyerang bagian trachea
dan bronki. Asma bronkial dapat menyerang dari semua golongan usia dari
usia anak-anak hingga dewasa yang paling umum terjadi pada anak anak dan
sebagaian besar kematian terjadi pada orang dewasa. Klien yang mengalami
ketidakefektifan pola napas akan mengalami penurunan ventilasi yang aktual
atau potensial yang disebabkan oleh perubahan pola napas. Faktor yang
mempengaruhi terjadinya asma bronkhial meliputi faktor alergi, faktor non
alergi, faktor psikologi, faktor genetik atau keturunan dan faktor lingkungan.
Ketidakefektifan pola napas ditandai dengan adanya suara mengi, sesak napas
penggunaan otot bantu napas (Retna, 2018).
Berdasarkan laporan World Health Organization (WHO), pada tahun
2016 dinyatakan bahwa perkiraan jumlah penderita asma bronchial seluruh
dunia adalah 325 juta orang dengan angka prevalensi yang terus meningkat
terutama pada anak-anak, tercatat pada tahun 2015 sebanyak 383.000 orang
meninggal karena asma bronchial. Asma bronchial merupakan masalah
kesehatan yang banyak ditemukan di masyarakat dan memiliki angka
kesakitan dan kematian yang tinggi. Saat ini diperkirakan sebanyak 235 juta
orang menderita asma bronchial di dunia (WHO, 2017).
Asma bronkial merupakan penyakit kronis yang ditandai dengan
peningkatan kepekaan bronkus terhadap berbagai rangsangan sehingga
mengakibatkan penyempitan saluran pernafasan yanng luas. Penderita asma
bronkhial akan muncul reaksi terhadap faktor pencetus seperti alergen,
perubahan cuaca, lingkungan kerja dan stress, penyebab yang
mengakibatkan inflamasi saluran pernafasan atau reaksi hipersensitivitas.
Ketidakefektifan pola napas menjadi masalah utama yang sering muncul
pada klien asma bronkhial. Kedua faktor tersebut akan mengakibatkan
kambuhnya asma dan dapat mengakibatkan penderita akan kekurangan
udara hingga kesulitan bernafas klien yang asma bronkhial dengan
masalah ketidakefektifan pola napas akan mengalami kematian apabila
klien tidak di tangani segera (Dharmayanti, 2015).
Strategi penatalaksanaan upaya yang penting dalam menyembuhkan
dengan perawatan yang tepat merupakan tindakan utama dalam menghadapi
klien penderita asma, untuk mencegah komplikasi yang lebih fatal dan diharap
klien dapat segera sembuh. Penanganan utama pada penderita asma bronkhial,
lakukan tindakan pemberian oksigen melalui masker maupun kanul nasal.
Posisikan klien senyaman mungkin atau dudukan klien semifowler, lakukan
pemberian inhalasi nebulizer, terapi pemberian obat, lakukan fisioterapi dada
dan ajarkan klien berlatih pernapasan agar klien dapat mengontrol
pernapasannya, anjurkan pasien minum minuman yang hangat. Kerja sama
dengan tim medis serta melibatkan klien dan kluarga sangat diperlukan agar
perawatan dapat berjalan dengan lancar (Claudia, 2014).
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penulisan
1.4 Manfaat Penulisan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Asma


Asma bronchial adalah suatu keadaan kondisi paru-paru kronis yang
ditandai dengan kesulitan bernafas, dan menimbukan gejala sesak nafas, dada
terasa berat dan batuk, terutama pada malam menjelang dini hari. Dimana
saluran pernafasan mengalami penyempitan karena hiperaktivitas terhadap
rangsangan tertentu, yang menyebabkan penyempitan atau peradangan yang
bersifat sementara (Masriadi, 2016).
Asma bronchial adalah penyakit inflamasi kronik pada jalan nafas dan
dikarakteristikkan dengan hiperresponsivitas, produksi mukus, dan edema
mukosa. Inflamasi ini berkembang menjadi episode gejala asma bronchial
yang berkurang yang meliputi batuk, nyeri dada, mengi dan dispnea. Penderita
asma bronchial mungkin mengalami periode gejala secara bergantian dan
berlangsung dalam hitungan menit, jam, sampai hari (Brunner & Suddarth,
2017).
2.2 Etiologi
Menurut (Putri, 2013:188) Etiologi asma dapat dibagi atas:
a. Asma Ekstrinsik/Alergik
Asma yang disebabkan oleh alergen yang diketahui masanya sejak anak-
anak seperti alergi protein, serbuk sari, bulu halus, binatang, dan debu.
b. Asma Intrinsik/Idiopatik
Asma yang tidak diketahui faktor pencetus yang jelas, tetapi adanya
faktor-faktor non spesifik seperti: flu, latihan fisik tau
emosi yang sering memicu serangan asma. Asma ini sering muncul
sesudah usia 40 tahun setelah menderita infeksi sinus/cabang
trakeobronchial.
Menurut Global Initiative for Asthma tahun 2016, faktor resiko penyebab
asma bronchial di bagi menjadi tiga kelompok yaitu:
a. Faktor genetik
1. Atopi / alergi
Hal yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum
diketahui bagaimana cara penurunannya.
2. Hiperaktivitas bronkus
Saluran nafas sensitif terhadap berbagai rangsangan alergen
maupun iritan.
3. Jenis kelamin
4. Ras/etnik
5. Obesitas
Obesitas atau peningkatan/body mass index (BMI), merupakan
faktor resiko asma.
b. Faktor lingkungan
1. Alergen dalam rumah (tungau debu rumah, spora jamur, kecoa,
serpihan kulit binatang seperti anjing, kucing, dan lain sebagainya).
2. Alergen luar rumah (serbuk sari, dan spora jamur).
c. Faktor lain
1. Alergen dari makanan.
2. Alergen obat-obatan tertentu
3. Exercise-induced asthma
2.3 Klasifikasi
Ada 2 bentuk asma : asma bronkhial menurut Subuea (2005), yaitu :
1. Asma esktrinsik, mulai pada usia muda, sering pada anak kecil Gejala
awal berupa ekzema/hay fever (bersin-bersin dengan ingus yang encer)
hay Fever dan eksema dapat timbul pada penderita yang berdasarkan sifat
imunologik, Peka terhadap alergen yaitu bahan yang terdapat dalam udara.
Keadaan ini disebut Atopi. Alergen yang telah lama dikenal ialah tepung
sari dari bunga, rumputrumputan, pohon, bulu kucing atau debu rumah.
2. Asma bronkhial intrinsik timbul pada usia yang lebih lanjut, hampir
sepanjang hidup Penderita ini tidak kita temukan suatu faktor alergi yang
menjadi penyebabnya tetapi Ditemukan kepekaan yang berlebihan dari
bronkus terhadap sejumlah stimulus yang Non alergi, misal : infeksi
virus/bakteri dari bronkus, kadang-kadang kegiatan Jasmani, kadang-
kadang karena menghirup udara dingin.
2.4 Manifestasi Klinis
a. Gejala awal berupa :
 Batuk terutama pada malam atau dini hari
 Sesak nafas
 Nafas berbunyi (mengi) yang terdengar jika pasien menghembuskan
nafasnya
 Rasa berat di dada
 Dahak sulit keluar
 Belum ada kelainan bentuk thorak
 Ada peningkatan eosinofil darah dan IGE
 BGA belum patologi
b. Gejala yang berat adalah keadaan gawat darurat yang mengancam jiwa
atau disebut juga stadium kronik, diantaranya :
 Serangan batuk yang hebat
 Sesak nafas yang berat dan tersengal-sengal
 Sianosis (kulit kebiruan, yang dimulai disekitar mulut)
 Sulit tidur dan posisi tidur yang nyaman adalah dalam keadaan duduk
 Kesadaran menurun
 Thorak seperti barel chest
 Tampak tarikan otot stemokleidomastoideus
 Sianosis
 BGA Pa O2 kurang dari 80%
2.5 Patofisiologi
Asma ditandai dengan kontraksi spastic dari otot polos bronkeolus
yang menyebabkan sulit bernafas. Penyebab yang umum adalah
hipersensitibilitas bronkeolus terhadap benda asing di udara. Reaksi yang
timbul pada asma tipe alergi di duga terjadi dengan cara sebagai berikut :
sesorang yang alergi di duga mempunyai kecenderungan besar dan antibody
ini terutama melekat pada sel mast yang melekat pada interstisial paru yang
berhubungan erat dengan bronkeolus dan bronkus kecil. Bila sesesorang
menghirup alergen maka antibody Ig.E orang tersebut meningkat, alergen
beraksi dengan antibody yang sudah terlekat pada sel mast dan menyebabkan
sel ini akan mengeluarkan berbagai macam zat, diantaranya histamin zat
anafilaksis yang bereaksi lambat. Efek gabungan dari semua faktor ini akan
menghasilkan edema lokal pada dinding bronkeolus kecil maupun sekresi
mukus yang kental dalam lumen bronkeolus dan spasme otot polos
bronkeolus sehingga menyebabkan tahanan saluran nafas menjadi sangat
meningkat.
Putri (dalam Wahid dan Suprapto, 2013:89) menjelaskan pada asma
bronkhial, diameter bronkeolus lebih kurang selama ekspirasi daripada
inspirasi karena peningkatan tekanan dalam paru selama sekresi paksa
menekan bagian luar bronkeolus. Karena bronkeolus tersumbat sebagian,
maka sumbatan selanjutnya akibat dari tekanan eksternal yang menimbulkan
obstruksi berat terutama selama ekspirasi. Pada penderita asma biasanya bisa
melakukan inspirasi dengan baik dan adekuat, tetapi sekali-kali melakukan
ekspirasi. Hal ini menyebabkan dyspnea.
2.6 Pathway

Faktor pencetus serangan asma: allergen, infeksi saluran nafas, tekanan jiwa,
olahraga/kegiatan jasmani yang berat, obat-obatan, polusi udara, lingkungan kerja

Hiperaktivitas bronkus Edema mukosa dan dinding bronkus Hipersekresi mukus

Peningkatan usaha dan frekuensi nafas, penggunaan otot bantu pernafasan

Ketidakefektifan bersihan Keluhan sistemis, mual, intake Keluhan psikososial,


jalan nafas nutrisi tidak adekuat,, malaise, kecemasan, ketidaktahuan
kelemahan, dan keletihan fisik akan prognosis

 Intoleransi aktivitas
Peningkatan kerja  Kecemasan
pernafasan, hipoksemia  Perubahan pemenuhan
 Ketidaktahuan/
secara reversibel nutrisi kurang dari
pemenuhan informasi
kebutuhan tubuh
 Gangguan pola tidur

 Ketidakefektifan Status asmatikus


pola nafas
 Gangguan Gagal nafas Kematian
pertukaran gas

2.7 Penatalaksanaan
Menurut (Muttaqin, 2012:172) prinsip-prinsip penatalaksanaan asma
bronkial adalah:
a. Pengobatan Non farmakologi
1) Penyuluhan : ditujukan untuk peningkatkan pengetahuan klien
tentang penyakit asma sehingga klien secara sadar menghindari
faktor-faktor pencetus, menggunakan obat secara benar.
2) Menghindari faktor pencetus
3) Fisioterapi : dapat digunakan untuk mempermudah pengeluaran
mukus. Ini dapat dilakukan dengan postural drainase, perkusi,
fibrasi dada
b. Pengobatan Farmakologi
1) Agonis beta : metaproterenol (alupent, metrapel). Bentuknya
aerosol, bekerja lebih cepat, diberikan sebanyak 3-4 kali
semprot dan jarak antara semprotan pertama dan kedua adalah
10 menit.
2) Metilxantin, dosis dewasa diberikan 125-200mg 4 x sehari. Golongan
ini adalah aminofilin dan teofilin. Obat ini diberikan bila golongan
beta agonis tidak memberikan hasil yang memuaskan.
3) Kortikosteroid. Jika agonis beta dan metixantin tidak
memberikan respon dengan baik, harus diberikan
kortikosteroid. Dalam bentuk aerosol dengan dosisi 4 xsemprot setiap
hari. Pemberian obat ini dalam jangka yang lama mempunyai efek
samping, maka klien yang mendapat steroid jangka lama harus diawasi
dengan ketat.
2.8 Komplikasi
komplikasi asma adalah sebagai berikut:
a. Pneumothorak
b. Pneumomediastinum dan emfisema sub kutis
c. Atelektasis
d. Aspirasi
e. Kegagalan jantung/gangguan irama jantung
f. Sumbatan saluran nafas yang meluas/gagal nafas
g. Asidosis
BAB III
PEMBAHASAN
A. Pengkajian
Data Umum
1. Identitas klien dan penanggung jawab
a. Identitas klien
Nama : Tn. A
Umur : 71 tahun
Tempat/Tanggal lahir : Lampung, 12 Agustus 1942
Status perkawinan : Cerai mati
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Lampung / Indonesia
Alamat : Jln. Masno Asmono No. 199 RT/RW
006/002 Desa Tanjung Aman Kec. Kotabumi Selatan Kotabumi,
Lampung Utara
No. Hp : 0823xxxxxx
b. Identitas penanggung jawab
Nama : Tn. M
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan terakhir : SMP
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Alamat : Jln. Masno Asmono No. 199 RT/RW
006/002 Desa Tanjung Aman Kec. Kotabumi Selatan Kotabumi,
Lampung Utara
Hubungan dengan klien : Anak
2. Riwayat keluarga
NO Nama Umur Pekerjaan Keadaan saat ini
(Hidup/meninggal)
1. Ny. H 70 Th - Meninggal
(Domisili Kotabumi)
2. Tn. U 48 Th Petani Hidup
(Domisili Cempaka)
3. Ny. M 41 Th Petani Meninggal
(Domisili Kotabumi)
4. Tn. R 41 Th PNS Meninggal
(Domisili Kotabumi)
5. Ny. V 25 Th Karyawan Meninggal
(Domisili Kotabumi)
Tabel 3.1
3. Riwayat Pekerjaan
1) Status pekerjaan saat ini
Klien mengatakan saat ini sudah tidak bekerja karena umur klien
sudah sangat tua. Saat ini klien hanya berada dirumah. Sebelum
berhenti pekerjaan klien adalah petani.
2) Status pekerjaan sebelumnya
Sebelum klien menderita sakit klien bekerja sehari-hari sebagai
petani, pekerjaan ini sudah dijalani sejak klien menikah.
3) Sumber-sumber pendapatan dan kecukupan pemenuhan kebutuhan

Sumber pendapatan dan kecukupan pemenuhan kebutuhan klien


didapatkan dari anak-anaknya yang bekerja sebagai PNS (Pegawai
Negeri Sipil), Petani, Karyawan honorer dan usaha anaknya.
4. Riwayat lingkungan hidup
Saat dilakukan pengkajian terhadap rumah yang klien tempati adalah
rumah milik pribadi dengan ukuran 6 x15 M2 rumah yang ditempati
bersih tetapi halaman belakang rumah nya kotor karena tidak pernah
dibersihkan (sapu). Ventilasi sesuai dengan kapasitas ruangan, cahaya
matahari dapat menerangi seluruh bagian rumah.
5. Riwayat rekreasi
Tn A sekarang tidak pernah pergi jauh-jauh, hanya setiap pagi rajin
jalan-jalan ke sawah untuk menghirup udara segar.
6. Sumber/system pendukung yang digunakan
1) Pelayanan kesehatan di rumah
Saat sakit klien diberikan inhaler dan oksigen dengan keluarga,
jika sesak nafas masih ada klien menggunakan inhalasi uap
(nebulizer).
2) Pelayanan kesehatan rumah sakit
Klien pernah menggunakan fasilitas pelayanan rumah sakit saat
penyakit asma klien kambuh.
3) Kebutuhan / aktifitas kegiatan sehari-hari yang di bantu oleh
keluarga
Jika penyakit asma klien kambuh, aktifitas sehari-hari klien
dibantu oleh keluarga
7. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
Pada saat dilakukan pengkajian klien mengeluh sesak dalam
bernafas RR: 29x/menit, TD: 140/80 mmHg, Nadi: 80x/menit,
Suhu: 36,5ºC. Sesak bertambah jika klien terpapar udara dingin
seperti malam hari dan saat hujan, melakukan aktivitas berat,
terkena debu dan asap, nafas dalam dan dangkal. Wheezing (+).
Klien memiliki riwayat penyakit asma sejak 10 tahun yang lalu.
b. Riwayat kesehatan dahulu
1) Riwayat penyakit anak-anak sampai dewasa yang berhubungan
dengan kesehatan saat ini. Kebiasaan merokok klien remaja
umur 17 tahun, menjadi perokok aktif. Klien menghabiskan 2
bungkus rokok dalam satu hari. Klien berhenti merokok sejak 7
tahun yang lalu pada tahun 2012.
2) Riwayat penyakit kronik dan trauma. Klien tidak ada data
tentang penyakit kronik dan trauma
3) Riwayat perawatan di rumah sakit/fasilitas kesehatan lainnya.
Klien pernah di rawat inap dibeberapa rumah sakit diantaranya
RSU Mayjend Ryacudu, RS Urip Sumoharjo, terakhir klien
dirawat inap di RSU Mayjend Ryacudu pada bulan Januari
2019.
c. Riwayat penyakit keluarga
Klien mengatakan salah satu orang tuanya yaitu ibunya mengidap
penyakit asma.
d. Riwayat obat-obatan, makanan, instruksi dokter, dll
1) Obat-obatan
Klien mengkonsumsi obat-obatan dari resep dokter yaitu :
Ventolin Nebules 2.5 mg
2) Makanan
Klien mengatakan tidak mempunyai makanan pantangan.
3) Instruksi dokter
Tn. A mengatakan dokter menginstruksikan untuk mengurangi
aktifitas yang berat dan dianjurkan untuk istirahat
4) Masalah-masalah yang mempengaruhi status kesehatan saatini
Jika klien terpapar debu, asap, cuaca lembab (musim hujan)
dan kelelahan saat beraktifitas sakit.
8. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
Kesadaran klien saat pengkajian adalah compos mentis, saat
dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital TD: 140/80 mmHg, N: 80
x/menit, T:36,5OC, RR:29x/menit, dengan skala kekuatan otot : 5.
5555 5555
5555 5555
b. Kepala
Pada saat pengkajian tidak ada mengalami kelainan pada kepala
dan tidak mengalami pusing kepala, rambut beruban, rambut lurus,
tidak terdapat benjolan. AKS tidak mengalami gangguan.
c. Mata
Sklera tidak ikterik (kuning), konjungtiva tidak anemis, pupil
isokhor (simetris), pergerakan bola mata normal, penglihatan jelas.
AKS klien tidak terganggu.
d. Telinga
Tidak ada alat protease yang digunakan pada telinga klien, klien
masih jelas untuk mendengar, AKS klien tidak terganggu.
e. Hidung
Hidung klien tidak mengalami infeksi,tidak memiliki keluhan
lainnya, sehingga AKS tidak terganggu.
f. Mulut Dan Tenggorokan
Tidak memiliki gangguan pada mulut seperti infeksi, klien
mengatakan sering gatal pada tenggorokan AKS tidak terganggu.
g. Leher
Pada bagian leher Tn. A tidak mengalami masalah leher masih
dapat di gerakan AKS tidak terganggu.
h. Dada
Klien mengalami sesak nafas dengan RR: 29 x/menit, wheezing
(+), dalam pergerakkan nafas cepat dan dangkal. AKSpola nafas
terganggu.
i. Reproduksi
Tidak memiliki masalah pada alat reproduksi.
j. Aktremitas Atas dan Bawah
Tn. A mengatakan tidak ada masalah pada ekstremitas atas atau
bawah. AKS tidak mengalami gangguan mobiltas fisik
5555 5555
5555 5555
k. Integumen
Saat dilakukan pemeriksaan fisik pada kulit klien tidak mengalami
gangguan. Kulit klien tampak keriput, berwarna kebiruan,
elastilitas kulit berkurang dikarenakan factor usia.
l. Pernafasan
Tn. A mengalami gangguan dalam bernafas dengan RR:
29x/menit, klien mengeluh mengalami sesak nafas, klien memiliki
suara nafas tambahan: Wheezing(+).
m. Cardiovaskuler
Tn.A mengatakan tidak mengalami gangguan pada pengkajian
kardiovaskuler, Nadi: 80 x/menit. AKS tidak terganggu.
n. Gastrointestinal
Saat dilakukan pengkajian klien mengatakan tidak memiliki
keluhan.
o. Perkemihan
Saat dilakukan pengkajian klien mengatakan tidak memiliki
keluhan.
p. Moskuloskeletal
Disistem musculoskeletal klien tidak mengeluh mengalami
gangguan.
q. Endokrin
Saat dilakukan pengkajian klien mengatakan tidak memiliki
keluhan. Sehingga tidak mengganggu aktivitas sehari-hari
r. Sistem Syaraf Pusat
Klien tidak mengalami gangguan pada system syaraf pusat.
s. Kondisi Psikososial
Tn. A mengatakan cemas dengan penyakit yang dihadapinya.

B. Analisa Data
NO Data Etiologi Masalah
1. Ds : Keletihan otot Pola Nafas Tidak
Klien mengatakan : pernafasan Efektif
1. Sesak dalam
nafas
2. Sesak nafas
bertambah jika
terpapar oleh
debu, asap, cuaca
lembab (musim
hujan dan malam
hari) dan
kelelahan saat
beraktifitas
Do :
1. Wheezing (+)
2. Klien tampak
sesak
3. Nafas dalam dan
dangkal
4. RR: 29 x/menit
2. Ds : Suhu lingkungan Gangguan pola tidur
Klien mengatakan : sekitar
1. Sulit untuk tidur
karena sesak
2. Tidak puas tidur
3. Sering terbangun
pada malam hari
4. Tidak pernah
tidur pada siang
hari

Do :
1. Klien tampak
sesak
2. Klien tampak
gelisah
3. Klien tampak
sayu

C. Diagnosa Keperawatan
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan keletihan otot pernafasan
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan suhu lingkungan sekitar
D. Intervensi
NO Diagnosa Tujuan dan KH Intervensi
keperawatan
1. Pola nafas Setelah dalam 3 Manajemen Jalan Nafas
tidak efektif kali kunjungan (3140:186)
1. Berikan posisi untuk
berhubungan diharapkan pola meringankan sesak nafas
dengan nafas tidak efektif 2. Anjurkan minum hangat
3. Ajarkan tehnik non
keletihan dapat teratasi
farmakologi
otot dengan kriteria sebagaimana
pernafasan hasil : mestinya
Status pernafasan: 4. Monitor pola nafas
Ventilasi tambahan
5. Monitor bunyi nafas
(0403:560)
tambahan: wheezing
a. Frekuensi
pernafasa Managemen Asma
n dalam (3210:155)
batas 1. Beri pendidikan kesehatan
normal:16 klien untuk : menghindari
-24 pemicu sesak nafas
x/menit 2. Monitor tanda-tanda vital:
b. Irama Pernafasan,Tekanan darah,
pernafasa Nadi
n teratur 3. Kolaborasi dalam pemberian
c. Tidak ada obat nebulizer
suara
nafas
tambahan
:
wheezing
d. Kepatena
n jalan
nafas
2. Gangguan Setelah dalam 3 Peningkatan tidur
pola tidur kali kunjungan (1850:348)
berhubungan diharapkan 1. Monitor/cacat pola tidur dan
dengan suhu gangguan pola jumlah jam tidur
lingkungan tidur dapat teratasi 2. Anjurkan klien untuk
sekitar meningkatkan jumlah jam
tidur
3. Anjurkan klien
menyesuaikan lingkungan
misalnya : kebisingan, suhu,
cahaya, lingkungan
4. Anjurkan klien untuk
menghindari makanan
sebelum tidur dan minuman
yang mengganggu tidur
5. Anjurkan langkah-langkah
kenyamanan pemberian
posisi
6. Anjurkan klien untuk terapi
penghantar tidur

E. Implementasi dan evaluasi


Catatan perkembangan hari pertama
NO Implementasi Evaluasi
1. Jam 13.00 Jam 13.55
Manajemen jalan nafas
2. Jam 15.00 Jam 15.45
Peningkatan tidur

Catatan perkembangan hari kedua


NO Implementasi Evaluasi
1. Jam 13.00 Jam 13.50
Manajemen jalan nafas
2. Jam 14.40 Jam 15.10
Peningkatan tidur

Catatan perkembangan hari ketiga


No Implementasi Evaluasi
1. Jam 13.00 Jam 13.25
Manajemen jalan nafas
2. Jam 13.50 Jam 14.10
Peningkatan tidur
DAFTAR PUSTAKA

http://repository.poltekkes-tjk.ac.id/1003/6/BAB%20III.pdf
http://repo.stikesicme-jbg.ac.id/3950/3/KTI%20FIX%20RESTY
%20AMBARSARI%20LENGKAP%20POLL.pdf
http://ecampus.poltekkes-
medan.ac.id/jspui/bitstream/123456789/2933/1/Sri%20Yuliana
%20Sibarani.pdf

Anda mungkin juga menyukai