Anda di halaman 1dari 49

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Endemik adalah suatu keadaan dimana penyakit secara menetap berada dalam
masyarakat pada suatu tempat / populasi tertentu. Epidemik ialah mewabahnya
penyakit dalam komunitas / daerah tertentu dalam jumlah yang melebihi batas
jumlah normal atau yang biasa. Sedangkan pandemik ialah epidemik yang terjadi
dalam daerah yang sangat luas dan mencakup populasi yang banyak di berbagai
daerah / negara di dunia.
Suatu infeksi dikatakan sebagai endemik pada suatu populasi jika infeksi tersebut
berlangsung di dalam populasi tersebut tanpa adanya pengaruh dari luar. Suatu
infeksi penyakit dikatakan sebagai endemik bila setiap orang yang terinfeksi
penyakit tersebut menularkannya kepada tepat satu orang lain (secara rata-rata).
Bila infeksi tersebut tidak lenyap dan jumlah orang yang terinfeksi tidak
bertambah secara eksponsial, suatu infeksi dikatakan berada dalam keadaan tunak
endemik (endemic steady state) suatu infeksi yang dimulai sebagai suatu epidemik
pada akhirnya akan lenyap atau mencapai tunak endemik, bergantung pada
sejumlah faktor termasuk virotensi dan cara penulisan penyakit
bersangkutan.Sindrom pernafasan akut yang parah / Severe Acute Respiratory
Syndrome (SARS) disebabkan oleh infeksi virus dan hadir dengan gejala-gejala
seperti flu (demam, sakit kepala, menggigil, dan sakit otot) dan kesulitan bernafas,
yang kadangkala menjadi parah. Infeksi tersebut bisa jadi fatal.
Penyakit SARS pertama kali ditemukan di kota Guangzhou, provinsi Guangdong,
RRC, pada bulan November 2002. Setelah berjangkit di Hong Kong pada bulan
Februari lalu, virus SARS kemudian merambah ke lebih 20 negara di empat benua
dengan jumlah penderita 2400 orang sedang korban yang tewas mencapi 800an
orang. Sumber penularan global ini bermula ketika seorang dokter asal
Guangzhou bernama Prof. dr. Liu Jianlun menginap di Hotel Metropole,
Hongkong, setelah sebelumnya menangani sejumlah pasien SARS di rumah sakit
kotanya. Di hotel inilah kemudian virus SARS menulari delapan tamu hotel yang

1
menginap di lantai yang sama dengan Prof. Liu, dua tamu di lantai lainnya dan
seorang pengunjung melalui perantara lift hotel. Jadi ketika mereka pulang atau
pergi ke negara tujuan masing-masing, yakni Singapura, Hanoi, Kanada, AS dan
Irlandia, tanpa disadari virus SARS sudah menyerang tubuh mereka. Selanjutnya
penyakit ini menulari para kerabat keluarga dan petugas kesehatan di rumah sakit
mereka menginap hingga kemudian menyebar ke ribuan tubuh manusia di seluruh
dunia. Sedangkan penyakit flu burung atau flu unggas (Bird Flu, Avian Influenza)
adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza tipe A dan
ditularkan oleh unggas. Penyakit flu burung yang disebabkan oleh virus avian
infuenza jenis H5N1 pada unggas dikonfirmasikan telah terjadi di Republik
Korea, Vietnam, Jepang, Thailand, Kamboja, Taiwan, Laos, China, Indonesia dan
Pakistan. Sumber virus diduga berasal dari migrasi burung dan transportasi
unggas yang terinfeksi.
Pada Januari 2004, di beberapa propinsi di Indonesia terutama Bali, Jawa Timur,
Jawa Tengah, Kalimantan Barat dan Jawa Barat dilaporkan adanya kasus
kematian ayam ternak yang luar biasa. Awalnya kematian tersebut disebabkan
oleh karena virus new castle, namun konfirmasi terakhir oleh Departemen
Pertanian disebabkan oleh virus flu burung (Avian influenza (AI)). Jumlah unggas
yang mati akibat wabah penyakit flu burung di 10 propinsi di Indonesia sangat
besar yaitu 3.842.275 ekor (4,77%) dan yang paling tinggi jumlah kematiannya
adalah propinsi Jawa Barat (1.541.427 ekor). Kehebohan itu bertambah ketika
wabah tersebut menyebabkan sejumlah manusia juga meninggal. Pada tanggal 19
Januari 2004, pejabat WHO mengkonfirmasikan lima warga Vietnam tewas akibat
flu burung. Sementara itu di negara Thailand sudah enam orang tewas akibat
terserang flu burung, seorang remaja berusia 6 tahun dipastikan menjadi orang
Thailand pertama yang dikonfirmasi tewas akibat wabah tersebut.
Seorang Epidemiologis dari Pusat Pengawasan Penyakit Dr. Danuta Skowronski,
mengatakan bahwa 80% kasus flu burung menyerang anak-anak dan remaja.
Tingkat kematian akibat flu burung sangat tinggi. Berdasarkan hasil penelitian
atas 10 orang yang terinfeksi virus flu burung di Vietnam, WHO menemukan
bahwa dari 10 orang yang terinfeksi 8 orang yang meninggal, seorang sembuh dan

2
seorang lagi dalam kondisi kritis. Dengan demikian, pada bab selanjutnya akan
dibahas tentang SARS dan flu burung.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dan sejarah SARS?
2. Apa saja insiden yang terjadi di Indonesia terkait penyakit SARS?
3. Apa saja penyebab penyakit SARS?
4. Bagaimana cara penyebaran virus SARS?
5. Bagaimana patofisiologi penyakit SARS?
6. Bagaimana etiologi penyakit SARS?
7. Apa gejala atau tanda penyakit SARS ?
8. Bagaimana cara mencegah penyakit SARS?
9. Apa saja terapi medis yang dilakukan untuk mengobati penyakit SARS?
10. Apa pengertian flu burung?
11. Apa saja insiden yang terjadi di Indonesia terkait penyakit flu burung?
12. Apa saja penyebab penyakit flu burung?
13. Bagaimana cara penyebaran flu burung?
14. Bagaimana patofisiologi penyakit flu burung?
15. Apa saja gejala atau tanda penyakit flu burung?
16. Bagaimana cara mencegah penyakit flu burung?
17. Apa saja terapi medis yang dilakukan untuk menangani flu burung?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian dan sejarah dari penyakit SARS dan flu
burung.
2. Untuk mengetahui insiden yang terjadi di Indonesia terkait penyakit SARS
dan flu burung.
3. Untuk mengetahui cara penyebaran penyakit SARS dan flu burung.
4. Untuk mengetahui penyebab penyakit SARS dan flu burung.
5. Untuk mengetahui patofisiologi penyakit SARS dan flu burung.
6. Untuk mengetahui etiologi penyakit SARS
7. Untuk mengetahui apa saja gejala atau tanda penyakit SARS dan flu
burung.

3
8. Untuk mengetahui cara menanggulangi penyakit SARS dan flu burung.
9. Untuk mengetahui terapi medis yang digunakan untuk menangani penyakit
SARS dan flu burung.
1.4 Manfaat Penulisan
1. Makalah ini dapat menjadi bahan untuk penulisan makalah berikutnya
dengan tema yang berkaitan.
2. Makalah ini dapat digunakan untuk media informasi bagi pembaca
mengenai konsep penyakit endemis SARS dan flu burung.
1.5 Metode Penulisan
Metode penulisan yang penyusun gunakan adalah metode studi pustaka, yaitu
metode yang dilakukan dengan mempelajari dan mengumpulkan data dari pustaka
yang berhubungan dengan alat, baik berupa buku,jurnal maupun informasi dari
internet.

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 SARS
2.1.1 Pengertian dan Sejarah SARS
SARS (Severe Acute Respiratory
Syndrome atau Severe Asian
Respiratory Syndrome) adalah sejenis
penyakit pernafasan akut yang
mengakibatkan penyakit pada radang
paru-paru (atypical pneumonia). SARS
(Severe Acute Respiratory Syndrome)
dapat diartikan pula sebagai sekumpulan gejala sakit pernapasan yang mendadak
dan berat atau disebut juga penyakit infeksi saluran pernafasan yang disebabkan
oleh virus Corona Family Paramyxovirus. Severe Acute Respiratory Syndrome
(SARS) atau Corona Virus Pneumonia (CVP) adalah Syndroma pernafasan akut
berat yang merupakan penyakit infeksi pada jaringan paru manusia yang sampai
saat ini belum diketahui pasti penyebabnya.
SARS ( severe acute respiratory syndrome) adalah suatu jenis kegagalan paruparu
dengan berbagai kelainan yang berbeda, yang menyebabkan terjadinya
pengumpulan cairan di paru-paru (edema paru). Severe acute respiratory
syndrome (SARS) adalah penyakit infeksi virus yang baru muncul di awal tahun
2003. Menurut WHO, kasus “suspek” SARS adalah mereka yang suspect bila
menderita panas >38°C ditambah adanya gejala respiratorik, baik berupa batuk,
atau sesak napas, atau kesulitan bernapas, dengan riwayat kunjungan/tinggal ke
affected area, atau ada kontak erat dengan penderita SARS.
Kasus SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome) atau Syndrome Pernapasan
Akut Berat pertama kali ditemukan di propinsi Guangdong ( China ) pada bulan
November 2003. Adanya kejadian luar biasa di Guangdong ini baru diberitakan
oleh WHO empat bulan kemudian yaitu pada pertengahan bulan Februari 2003.

5
Pada waktu itu disebut sebagai Atypical Pneumonia atau Radang Paru Atipik.
Informasi WHO ini menjadi dasar bagi DepKes untuk secara dini pada bulan
Februari 2003 menginstruksikan kepada seluruh Kantor Kesehatan Pelabuhan
(KKP ) di Indonesia yang mengawasi 155 bandara, pelabuhan laut dan pos lintas
batas darat untuk meningkatkan kewaspadaan dan mengambil langkah-langkah
penangkalan yang perlu.
Pada tanggal 11 Maret 2003, WHO mengumumkan adanya penyakit baru yang
menular dengan cepat di Hongkong, Singapura dan Vietnam yang disebut SARS.
Pada tanggal 15 Maret 2003 Direktur Jenderal WHO menyatakan bahwa SARS
adalah ancaman global atau Global Threat. Dengan adanya pernyataan itu,
Departemen Kesehatan Republik Indonesia pada tangal 16 Maret 2003 segera
berkoordinasi dengan WHO dan
menginformasikan kepada seluruh
Dinas Kesehatan Provinsi, Rumah
sakit Provinsi, KKP di seluruh
Indonesia dan lintas sektor terkait
untuk mengambil langkah yang
perlu bagi pencegahan penularan
dan pencegahan penyebaran SARS
pada tanggal 17 Maret 2003. Pada waktu itu belum diketahui apakah penyakit ini
sama dengan Atypical Pneumonia yang berjangkit di Guangdong. pada bulan
April 2003 barulah WHO memastikan bahwa Atypical Pneumonia di Guangdong
adalah SARS. Pertimbangan WHO menyatakan SARS sebagai ancaman global
adalah SARS merupakan penyakit baru yang belum dikenal penyebabnya, SARS
menyebar secara cepat melalui alat angkut antar negara dan SARS terutama
menyerang tenaga kesehatan di rumah sakit. Wabah SARS telah mendorong
berbagai pakar kesehatan di dunia untuk bekerja sama menemukan penyebab
SARS dan memahami cara penularan SARS. Atas kerjasama para pakar dari 13
laboratorium di dunia maka tanggal 16 April 2003 dipastikan bahwa penyebab
SARS adalah Virus Corona atau Coronavirus. Departemen Kesehatan secara dini
dan sejak awal pandemi SARS pada bulan Maret tahun 2003 melaksanakan

6
Penanggulangan SARS dengan tujuan mencegah terjadinya kesakitan dan
kematian akibat SARS dan mencegah terjadinya penularan SARS di masyarakat
(community transmission) di Indonesia.
2.1.2 Insiden SARS di Indonesia
Di Indonesia sampai dengan tanggal 11 April 2003 telah diketemukan 1 kasus
probable SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome) atau Penyakit Pernafasan
Gawat Mendadak, setelah sehari sebelumnya diumumkan 1 orang dilaporkan
sebagai suspect case. Dengan demikian perkembangan kasus SARS di Indonesia
sampai dengan 11 April 2003 adalah 1 orang suspect dan 1 orang probable.
Probable case tersebut adalah warga negara Inggris keturunan China yang datang
dari Hongkong dan Singapura sebelum ke Indonesia. Sedangkan profesinya
adalah seorang businessman. Dirawat di RS Penyakit Sulianti Saroso sejak 9 April
2003.

Demikian Dr. Sjafii Ahmad, MPH Sekretaris Ditjen Pemberantasan Penyakit


Menular dan Penyehatan Lingkungan (PPM dan PL) Depkes pada Jumpa Pers
usai rapat Koordinasi Penanggulangan SARS yang dipimpin Dirjen PPM dan PL
Prof. Dr. Umar Fahmi Achmadi di Depkes tanggal 11 April 2003.
Dr. Sjafii menambahkan sampai saat ini pasien "Observasi SARS" yang dirawat
di rumah sakit dari berbagai daerah berjumlah 10 orang. Mereka dirawat di RS

7
Penyakit Infeksi Sulianto Saroso 6 orang, RSU Banyumas 1 orang, RSU Dr.
Muwardi Solo 1 orang, RSU Dumai 1 orang dan RSU Mataram 1 orang.
Menurut pedoman Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang dilaporkan adalah
kasus probable, sehingga dengan demikian Indonesia akan melaporkan kasus
probable ini ke WHO. Ditambahkan, 90% kasus SARS dapat disembuhkan dan
hanya 3,8 % yang mengakibatkan kematian.
Setelah diketemukannya 1 kasus probable di Indonesia, maka upaya yang
dilakukan Depkes tidak hanya sampai penemuan kasus dan melaporkan ke WHO
saja, namun akan diikuti dengan kegiatan-kegiatan lain agar tidak terjadi
penularan secara horizontal kepada masyarakat (community transmission).
Sementara itu Prof. Hadiarto Mangunnegoro, Ketua Tim Pakar Penganggulangan
SARS menambahkan, dari literatur yang dipelajari dari Hongkong terdapat 50
kasus yang digolongkan ke dalam probable complicated dan probable
uncomplicated. Yang dimaksud probable complicated misalnya usianya 60 tahun
keatas, ada diabetes, stroke dan asma. Umumnya yang meninggal adalah yang
probable complicated. Sedangkan suspect di Banyumas umurnya 27 tahun tidak
ada tanda-tanda penyakit lain jadi tergolong uncomplicated dan kondisinya
memang membaik.
Dr. Tjandra Yoga Adhitama, Sp.P, Ketua Tim Verifikasi menyatakan kondisi
suspect case maupun probale case bisa setiap waktu statusnya berubah-ubah. Bisa
menjadi lebih baik atau sebaliknya. Untuk kedua kasus di Indonesia ini kondisi
kesehatannya semakin baik dibandingkan hari-hari sebelumnya.
Berdasarkan laporan WHO, sampai dengan tanggal 7 Mei 2003, terdapat 11
wilayah masih terjangkit SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome) atau
Syndrom Pernapasan Akut Berat yaitu Toronto (Canada), Beijing, Guangdong,
Inner Mongolia, Sanxi, Tianjin, Mongolia khususnya Bulanbataar, Hongkong dan
Taiwan (China), Manila (Philipina) dan Singapura.
Demikian penegasan Dr. Sjafii Achmad, MPH Sekretaris Ditjen Pemberantasan
Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Depkes kepada wartawan usai
Rapat Tim Penanggulangan SARS di Kantor Depkes tanggal 8 Mei 2003.

8
Ditambahkan, perkembangan kasus SARS di Indonesia sampai dengan 8 Mei
2003 adalah 5 kasus suspect dan 2 kasus probable. Kasus suspect maupun
probable semuanya sudah sembuh dan pulang ke rumah masing-masing. Saat ini
yang observasi bertambah 1 kasus yaitu seorang laki-laki WNI umur 81 tahun
dengan riwayat perjalanan dari Singapura dan perawatannya di RS Otorita Batam.
Dengan demikian yang dilakukan observasi menjadi 2 kasus masing-masing
dirawat di RS Penyakit Infeksi Sulianti Saroso dan RS Otorita Batam.
Berdasarkan kontak treasing yang dilakukan di seluruh Indonesia baik terhadap
kasus suspect dan probable setelah dihitung dengan masa inkubasinya ternyata
semuanya negatif. Ini berarti di Indonesia tidak terjadi community transmission
(penularan SARS diantara masyarakat).
Menurut Dr. Sjafii Ahmad, dalam rapat juga dibahas upaya pengembangan
laboratorium di Indonesia. Hadir dalam diskusi yaitu Prof. Dr. Soewignjo dari
Laboratorium Bio Medis RSU Mataram yang telah memiliki PCR (Polymerase
Chain Reaction), Tim Konsultan dari Emory University Atlanta Dr. Francois
Vilinger, Ph.D seorang virologis dan laboratories dan Dr. Bechett Direktur Virus
Disease Programme NAMRU (Unit Penelitian Angkatan Laut Amerika Serikat di
Indonesia). Pada kesempatan itu keduanya menyampaikan penghargaan atas
upaya-upaya Indonesia dalam pengembangan laboratorium untuk penelitian
SARS termasuk pengembangan laboratorium di RSU Mataram. Untuk itu mereka
bersedia membantu, sehingga nanti untuk screening pertama dapat dilakukan di
Indonesia, dan screening kedua dilakukan CDC Atlanta. Dengan demikian dalam
melakukan deteksi dini etiologi terhadap SARS Indonesia sudah mampu
melaksanakan berdasarkan bimbingan CDC Atlanta dan Emory University.
Indonesia mempunyai 150 pintu masuk dari beberapa negara terjangkit SARS,
dari jumlah itu 24 pintu masuk yang mempunyai risiko besar karena berhubungan
langsung dengan daerah terjangkit SARS. Oleh karena itu saat ini sedang dijajagi
kemungkinan penggunaan Thermo Scanner untuk memantau pendatang dari
daerah terjangkit SARS. Saat ini alat tersebut sedang dipresentasikan mengenai
sensitifitas dan spesifikasi, dan kemudian dilakukan uji coba sehingga didapat

9
luaran/hasil ratio pemakaian alat tersebut sehingga bisa dimungkinkan
penempatannya secara lebih efektif dan efisien.
2.1.3 Penyebab Penyakit SARS
Hingga saat ini virus utama penyebab
SARS masih belum diketahui secara pasti.
Namun para ahli kesehatan dunia telah
menemukan dua jenis virus yang diduga
kuat sebagai pelaku utama SARS, yakni
Coronavirus dan virus Paramoxyviridae.
Sebenarnya kedua virus ini sudah lama
ada tapi gejalanya tidak seganas dan
separah seperti saat ini. Coronavirus selama ini dikenal sebagai virus penyebab
demam flu, radang paru-paru dan diare, sedang virus Paramoxyviridae adalah
penyebab para influenza. Kesimpulan sementara virus penyebab SARS saat ini
adalah virus baru hasil mutasi dari Coronavirus. Virus adalah parasit yang mudah
mengalami mutasi atau perubahan gen, dan biasanya terjadi apabila di dalam
tubuh terdapat dua virus yang bertukar materi. Faktor pemicu ganasnya hasil
mutasi virus diantaranya adalah lingkungan hidup yang mulai rusak oleh manusia,
jumlah penduduk dunia yang semakin banyak dan tentu saja perkembangan ilmu
kedokteran di bidang virus (virulogi) yang bertambah maju. Seperti halnya
manusia yang berupaya segala cara untuk bertahan hidup, begitu pula para virus
yang beradaptasi supaya tetap dapat hidup walaupun harus dengan menyerang
manusia sekalipun.
Hasil penelitian terakhir menunjukkan bahwa coronavirus mampu bertahan hidup
di luar tubuh manusia sampai satu minggu. Kerja sama yang dikoordinasi oleh
WHO yang mengikut sertakan sejumlah laboratorium di berbagai negara telah
memberikan hasil yang relatif sangat cepat dalam mengidentifikasi penyebab dari
SARS. Pada saat yang hampir bersamaan, laboratorium di Kanada dan Pusat
Pemberantasan dan Pencegahan Penyakit di Amerika Serikat (Center for Disease
Control / CDC) menyatakan bahwa suatu jenis coronavirus adalah penyebab dari
SARS.

10
Meskipun dalam beberapa dekade terakhir dari abad yang lalu terdapat beberapa
penyakit baru yang timbul, SARS harus ditanggapi sebagai suatu ancaman yang
serius terhadap kesehatan internasional. Jika virus SARS bertahan pada
keadaannya seperti sekarang yaitu patogenitasnya yang tinggi serta
penyebarannya yang sangat cepat, maka SARS dapat menjadi penyakit baru yang
pertama pada abad 21 ini dengan keganasan yang tinggi dan potensi epidemik
global.
Para ahli mengatakan SARS pertama kali berkembang di dalam tubuh binatang.
Hal ini berdasarkan temuan mereka akan virus yang sama di dalam tubuh musang.
Musang ini di Cina dikonsumsi sebagai makanan dalam keadaan terdesak.(WHO
2003).
Coronavirus
Pada awal-awalnya, pemeriksaan yang dilakukan
oleh laboratorium yang tergabung dalam jaringan
kerja WHO terhadap berbagai virus yang
menyebabkan infeksi saluran napas mengarah pada
2 jenis famili virus yaitu paramyxovirus dan
coronavirus. Karena itu, mereka kemudian
mempersempit pemeriksaan laboratorium kepada
kedua jenis virus tersebut dan sebagai hasilnya, dinyatakan bahwa secara
konsisten coronavirus ditemukan pada hampir setiap spesimen dari penderita
SARS yang diperiksa dari berbagai negara dan dapat diisolasi dari biakan-sel.
WHO dengan jejaring laboratorium-laboratorium di seluruh dunia, mengusulkan
nama “Urbani Strain” untuk coronavirus penyebab SARS ini, sebagai
penghormatan terhadap Dr. Carlo Urbani, peneliti WHO yang untuk pertama
kalinya memberi peringatan kepada dunia akan adanya SARS di Hanoi, Vietnam.
Dr. Urbani meninggal karena penyakit SARS pada tanggal 29 Maret 2003 di
Bangkok.
Coronavirus adalah anggota dari famili Coronaviridae, suatu virus yang besar, dan
mempunyai selubung (envelope). Selubung virus ini dipenuhi dengan tonjolan-
tonjolan yang panjang berbentuk daun bunga (petal). Genom RNA coronavirus ini

11
mempunyai ukuran 27-32 kb dan merupakan genom yang terbesar di antara semua
virus yang ada. Genom virus ini beruntai tunggal (single-stranded) dan
membentuk suatu nukleokapsid helikal yang fleksibel dan panjang. Nukleokapsid
ini terletak di dalam suatu selubung lipoprotein yang terbentuk dari
penggembungan membran intraseluler.
Ada 3 kelompok serologis coronavirus yang telah dikenali dan untuk setiap
serogrup, virus diidentifikasi sesuai dengan pejamu alamiahnya, dengan cara
urutan (sekuens) nukleotidanya dan hubungannya masing-masing secara
serologis. Secara alamiah, kebanyakan coronavirus menginfeksi satu jenis spesies
saja atau beberapa spesies yang terkait erat. Replikasi virus in vivo dapat terjadi
secara tersebar (disseminated) sehingga menyebabkan infeksi sistemik atau dapat
terbatas pada beberapa tipe sel (seringkali sel epitel saluran pernapasan atau
saluran cerna dan makrofag) dan menyebabkan infeksi lokal. Seperti halnya
dengan kebanyakan virus-virus RNA, coronavirus memiliki frekuensi mutasi yang
sangat besar. Dengan melihat panjangnya genom dan frekuensi kesalahan
polymerase RNA dari virusvirus lain, genom RNA coronavirus agaknya memiliki
kumpulan titik mutasi pada setiap replikasi RNA-nya. Analisis urutan (sekuens)
nukleotida dari berbagai isolate coronavirus menunjukkan suatu variabilitas
sekuens yang dapat mempengaruhi replikasi virus dan patogenesisnya. Contoh
yang paling mencolok dalam hal mutasi dan secara biologis mempunyai arti
penting adalah munculnya porcine respiratory coronavirus (PRCV) dari porcine
transmissible gastroenteritis virus (TGEV). TGEV menyebabkan infeksi enterik
zoonotik pada babi. Pada awal tahun 1980-an, PRCV muncul di Eropa sebagai
virus baru yang menyebar secara luas pada hewan babi, dengan menyebabkan
penyakit saluran pernapasan epizootik yang berat. Ada anggapan bahwa penyakit
SARS yang disebabkan oleh coronavirus dan menyerang manusia merupakan
keadaan di mana coronavirus yang infektif terhadap beberapa hewan mengalami
mutasi dan berevolusi untuk kemudian menjadi patogen terhadap beberapa
kelompok hewan lainnya dan juga pada manusia.

12
2.1.4 Cara Penyebaran Virus SARS
SARS sebagian besar disebarkan melalui hubungan yang intens / dekat orang per
orang, khususnya melalui percikan cairan seperti dahak atau ingus / bersin dari
seseorang yang telah terinfeksi pada saat batuk atau bersin. Penyebarannya dapat
terjadi bila percikan cairan batuk atau bersin(droplet infection) dari seseorang
yang telah terinfeksi, terlontar pada jarak yang dekat dan mengenai selaput bibir,
hidung, atau mata dari orang lain yang berada di dekatnya. Virus dapat juga
menyebar bila seorang menyentuh permukaan atau benda yang telah
terkontaminasi dan kemudian menyentuh mulut, hidung atau mata.
Virus bisa terbawa oleh cairan dan
menular pada orang lain. Sedangkan virus
yang mampu bertahan di udara kering
selama tiga jam akan terbang di udara
dalam bentuk debu. Salah satu cara
penyebaran virus penyebab SARS adalah
melalui butiran-butiran halus cairan
(droplet) berisi virus yang berasal dari
batuk-pilek penderita. Jadi Virus itu melayang-layang di udara, tetapi berada
dalam droplet itu. Penularan SARS terjadi karena kontak pada saat merawat
penderita. Di samping itu risiko penularan dapat terjadi pada penderita lain yang
sedang dirawat di rumah sakit, anggota keluarga serumah, orang yang menjaga
penderita maupun tamu penderita.
Penularan melalui udara, misalnya penyebaran udara, ventilasi, dalam satu
kendaraan atau dalam satu gedung diperkirakan tidak terjadi, asal tidak kontak
langsung berhadapan dengan penderita SARS. Masa penularan dari orang ke
orang belum teridentifikasi dengan jelas. Untuk sementara, masa menular adalah
mulai saat terdapat demam atau tanda-tanda gangguan pernafasan hingga
penyakitnya dinyatakan sembuh. Periode aman dari kemungkinan terjadinya
penularan pada unit pelayanan atau pada kelompok masyarakat yang terjangkit
KLB SARS adalah setelah lebih dari 14 hari sejak kasus terakhir dinyatakan
sembuh.

13
2.1.5 Patofisiologi Penyakit SARS
Penyebab penyakit SARS disebabkan oleh coronavirus (family paramoxyfiridae)
yang pada pemeriksaan dengan mikroskop electron.Virus ini stabil pada tinja dan
urine pada suhu kamar selama 1-2 hari dan dapat bertahan lebih dari 4 hari pada
penderita diare. Seperti virus lain, corona menyebar lewat udara, masuk melalui
saluran pernapasan, lalu bersarang di paru-paru. Lalu berinkubasi dalam paru-paru
selama 2-10 hari yang kemudian menyebabkan paru paru akan meradang sehingga
bernapas menjadi sulit. Metode penularannya melalui udara serta kontak langsung
dengan pasien atau terkena cairan pasien. Misalnya terkena ludah (droplet) saat
pasien bersin dan batuk. Dan kemungkinan juga melalui pakaian dan alat-alat
yang terkontaminasi.
SARS ditularkan melalui kontak dekat, misalnya pada waktu merawat penderita,
tinggal satu rumah dengan penderita atau kontak langsung dengan secret atau
cairan tubuh dari penderita suspect atau probable. Penularan melalui udara,
misalnya penyebaran udara, ventilasi, dalam satu kendaraan atau dalam satu
gedung diperkirakan tidak terjadi, asal tidak kontak langsung berhadapan dengan
penderita SARS. Untuk sementara, masa menular adalah mulai saat terdapat
demam atau tanda-tanda gangguan pernafasan hingga penyakitnya dinyatakan
sembuh.
Masa penularan berlangsung kurang dari 21 hari.Petugas kesehatan yang kontak
langsung dengan penderita mempunyai risiko paling tinggi tertular, lebih lebih
pada petugas yang melakukan tindakan pada sistem pernafasan seperti melakukan
intubasi atau nebulasi.
2.1.6 Etiologi SARS
Ada beberapa faktor yang bisa menyebabkan SARS menurut Judarwanto(2008) :
 Infeksi paru (pneumonia) karena coronavirus.
 Coronavirus atau multivirus.
 Mutasi gen menjadi virus baru.
 Keseimbangan alam terganggu.
WHO mengumumkan kesepakatan bahwa coronavirus yang baru teridentifikasi
adalah mayoritas agen penyebab SARS. Coronavirus berasal dari kata “Corona”

14
yang berasal dari bahasa Katin yang artinya “crown” atau mahkota. Ini sesuai
dengan bentuk Coronavirus itu sendiri yang kalau dilihat dengan mikroskop
Nampak seperti mahkota. Dan SARS bisa disebabkan oleh berbagai penyakit baik
langsung maupun tidak langsung diantaranya :
 Pneumoni
 Tekanan darah yang sangat rendah (syok)
 Terhirupnya makanan ke dalam paru-paru
 Beberapa transfuse darah
 Kerusakan paru-paru karena menghirup oksigen konsentrasi tinggi
 Emboli paru
 Cedera pada dada
 Overdosis obat seperti heroin, metadon, propoksifen atau aspirin
 Trauma hebat
Faktor Predisposisi
 Faktor diri (host) : umur, jenis kelamin, status gizi, kelainan kongenital,
imunologis.
 Faktor lingkungan : pola hidup, asap rokok, keterpaparan terhadap infeksi,
social ekonomi, kepadatan tempat tinggal, cuaca dan polusi udara.
 Defisiensi vitamin.
 Tingkat sosio ekonomi yang rendah.
 Tingkat jangkauan pelayanan kesehatan yang rendah.
 Menderita penyakit kronis.
 Aspek kepercayaan setempat dalam praktek pencarian pengobatan yang
salah.
2.1.7 Gejala atau Tanda Penyakit SARS
Suhu badan lebih dari 38°C, ditambah batuk, sulit bernapas, dan napas pendek-
pendek. Jika sudah terjadi gejala-gejala itu dan pernah berkontak dekat dengan
pasien penyakit ini, orang bisa disebut suspect SARS. Kalau setelah di
rontgenterlihat ada pneumonia (radang paru-paru) atau terjadi gagal pernapasan,
orang itu bisa disebut probable SARS atau bisa diduga terkena SARS.

15
Gejala lainnya sakit kepala, otot terasa
kaku, diare yang tak kunjunghenti,
timbul bintik-bintik merah pada kulit,
dan badan lemas beberapa hari. Ini
semua adalah gejala yang kasat mata
bisa dirasakan langsung oleh orang
yang diduga menderita SARS itu. Tapi gejala itu tidak cukup kuat jika belum ada
kontak langsung dengan pasien. tetap diperlukan pemeriksaan medis sebelum
seseorang disimpulkan terkena penyakit ini. Paru-parunya mengalami radang,
limfositnya menurun, trombositnya mungkin juga menurun. Kalau sudah berat,
oksigen dalam darah menurun dan enzim hati akan meningkat. Ini semua gejala
yang bisa dilihat dengan alat medis.
Gejala prodormal
Masa inkubasi penyakit SARS antara 1-14 hari dengan rata-rata 4 hari. Gejala
prodormal yang timbul dimulai dengan adaya gejala-gejala sistemik yang non
spesifik, seperti :
- Demam >38°C
- Myalgia
- Menggigil
- Rasa kaku ditubuh
- Batuk non produktif
- Nyeri kepala dan pusing
- Malaise
Gejala-gejala tersebut merupakan gejala tipikal yang sering timbul pada penderita
SARS, namun tidak semua gejala tersebut timbul pada setiap pasien. Pada
beberapa kasus demam muncul dan menghilang dengan sendirinya dengan hari ke
4hingga ke 7, tapi sama sekali tidak menunjukkan adanya perbaikan pada pasien,
dan terkadang demam muncul kembali pada minggu ke 2 (Chen & Rumenda,
2006).

16
Manifestasi Umum
Meskipun SARS merupakan virus yang menyerang system pernapasan namun
beberapa kasus ditemukan penderita dengan gejala multiorgan.
 Manifestasi Pernapasan
Penyakit paru adalah gejala klinis utama dari penderita SARS, gejala-gejala utama
yang timbul antara lain :
- Batuk kering
- Sesak napas
Pada tahap awal infeksi, gejala tersebut seperti pada Infeksi saluran nafas pada
umumnya, namun gejala tersebut mengalami perburukan pada awal minggu
kedua. Dimana gejala sesak makin lama akan semakin berat dan mulai membatasi
aktifitas fisik pasien. Sebanyak 20-25% pasien mengalami progresi buruk kearah
acute respiratory distress syndrome (ARDS)akibat kerusakan pada pneumosittipe
2 yang memproduksi surfaktan. Gejala lain yang mungkin timbul adalah
pneumotoraks dan pneumomedistinum, yang diakibatkan karena udara yang
terjebak dalam rongga dada, hal ini dilaporkan sebanyak 12% terjadi secara
spontan dan 20% timbul setelah penggunaan ventilatordi ICU (Chen & Rumene,
2006). Penyebab kematian tersering pada SARS adalah dikarenakan oleh ARDS
berat, keagalan multiorgan, infeksi skunder, septicemia, serta komplikasi
tromboembolik.
 Manifestasi Pencernaan
Gejala yang timbul pada system pencernaan diduga disebabkan karena transmisi
penularan virus SARS melalui oral. Gejala utamanya adalah diare. Pada kasus ini
didapati sebaanyak 20% pasien SARS mengalami diare pada kedatangan pertama
dan 70% dari jumlah tersebut tetap mengalami gejala ini selama masa perjalanan
penyakitnya. Diare yang ditimbulkan biasanya cair dengan volume yang banyak
tanpa disertai darah maupun lendir. Pada kasus berat biasanya dijumpai
ketidakseimbangan elektrolit dan dehidrasi karena penurunan cairan tubuh akibat
diare (Chen & Rumenda, 2006) Pada beberapa kasus yang tidak disertai
pneumonia, gejala diare ini adalah satu-satunya gejala yang tampak, namun pada

17
beberapa kasus lain dengan pneumonia, diare mulai tampai pada minggu kedua
sakit bersamaan dengan timbulnya demam dan perburukan pada paru.
2.1.8 Cara Mencegah Penyakit SARS
Cara pencegahan paling utama adalah dengan tidak mengunjungi wilayah yang
sudah terjangkiti SARS, seperti negara yang terkena wabah dan rumah sakit jika
tidak perlu, karena sebagian besar infeksi terjadi di sini. Sebisa mungkin hindari
berdekatan dengan penderita SARS atau penderita bergejala sama, dan apabila
tidak memungkinkan gunakan selalu masker serta sarung tangan. Namun,yang
terpenting dari semua ini adalah menjaga kebersihan dan daya tahan tubuh, yakni
dengan makan teratur, istirahat yang cukup, berhenti merokok dan hidup secara
sehat, mencuci tangan dengan menggunakan sabun setelah melakukan aktivitas.
Bagaimana mengurangi resiko terkena penyakit SARS? Saat ini, belum ada
vaksinasi yang tersedia. Kebiasaan untuk selalu menjaga kesehatan tetap
merupakan cara / langkah efektif untuk mengurangi resiko terkena dan
meminimalisir penyebaran penyakitnya.
Selama masa / periode bukan SARS
1. Jaga kesehatan diri dengan baik
 Cuci tangan secara teratur
 Mencuci tangan :
*Sebelum menyentuh mata, hidung dan mulut, bila memang perlu melakukannya;
*Sebelum menyentuh makanan atau hendak makan;
*Setelah memegang benda yang terkena kotoran, percikan ingus dan dahak atau
kotoran tubuh lainnya;
*Setelah pergi ke toilet;
*Setelah menyentuh instalasi umum atau perlengkapan publik, seperti pegangan
tangga berjalan, tombol lift atau pegangan pintu
 Cara yang benar mencuci tangan :
*Basahi tangan di bawah air yang mengalir;
*Gunakan sabun cair dan gosok tangan bersamaan untuk menghasilkan busa di
kulit;

18
*Jauhkan sesaat dari aliran air, gosok permukaan tangan dan telapak tangan. Pijat
semua ujung jari dengan benar termasuk ibu jari dan jari lainnya, sekeliling dan
ujung kuku. Lakukan hal ini paling tidak 10 detik;
*Kemudian, cuci tangan sekali lagi di bawah aliran air;
*Keringkan tangan dengan kertas toilet atau mesin pengering tangan;
*Hindari persentuhan langsung antara tangan yang sudah bersih dengan tempat
kertas toilet, yaitu dengan cara memutar kertas toilet.
*Gosok tangan dengan 65-95% cairan alcohol untuk mensucihamakan tangan bila
fasilitas untuk cuci tangan tidak ada.
 Selalu membawa sapu tangan atau kertas tissue untuk menutup hidung dan
mulut bila hendak bersin atau batuk. Ingat selalu mencuci tangan pada
kesempatan pertama dengan sabun cair setelah bersin atau batuk.
 Orang yang mengalami gejala infeksi saluran pernafasan atau demam,
harus memakai masker kesehatan dan segera konsultasi ke dokter.
 Gunakan sumpit atau sendok penyaji pada saat makan. Jangan berbagi
makanan box dan minuman.
2. Pada situasi/ keadaan tertentu, disarankan untuk memakai masker
kesehatan seperti :
 Orang yang mengalami gejala infeksi pernafasan atau demam;
 Orang yang membawa pasien penderita;
 infeksi pernafasan atau demam;
 Orang yang berkunjung atau bekerja pada fasilitas kesehatan.
3. Menjalani pola hidup yang sehat.
Lakukan diet yang seimbang, olahraga yang teratur dan istirahat yang cukup serta
jangan merokok.
4. Menjaga kesehatan lingkungan dengan baik
 Jaga/ pelihara rumah tetap dalam keadaan bersih. Bersihkan mebel dan
fasilitas peralatan rumah tangga dengan larutan pencuci cair dan air atau
dengan campuran cairan pemutih. Perbandingannya adalah 1:99 (1 bagian
cairan pemutih dicampur dengan 99 bagian air) setiap hari. Kemudian,
cuci dengan air dan dilap sampai kering.

19
 Pastikan sirkulasi udara yang baik:
- Jaga / usahakan secara berkala membuka jendela guna menjaga sirkulasi
udara;
- Cuci penyaring debu mesin penyejuk ruangan / air conditioner (AC)
sesering mungkin.
 Jaga toilet tetap bersih:
- Cuci toilet paling tidak setiap hari sekali dengan perbandingan 1:99 antara
cairan pemutih dargan air.
- Bila menggunakan toilet, sangat penting memperhatikan langkah-langkah
kesehatan
 Jagalah agar toilet tetap berfungsi baik, termasuk saluran pembuang dan
pipa.
 Jangan meludah atau membuang sampah di sembarang tempat.
 Pastikan bahwa sarana umum seperti tangga, lift, lobby, tempat
pembuangan sampah, kanopi dan kipas udara dalam keadaan bersih, suci
hama dan terjaga setiap waktu.
 Menjaga infeksi pes – sediakanlah tempat penyimpanan makanan yang
baik, tempat pembuangan sampah yang baik, hati-hati pada tanda infeksi
pes dan atur untuk pensucianhama pes bila diperlukan.
Bila wabah SARS dilaporkan terjadi di luar negeri
Sebagai tambahan dari langkah-langkah di atas, masker kesehatan disarankan bagi
:
 Pelancong yang akan berkunjung ke daerah terkena SARS;
 Staff / pekerja yang bekerja di daerah perbatasan dan dipekerjakan di
tempat pemeriksaan kesehatan umum.
 Sesuai dengan perintah yang diberikan oleh rumah sakit / klinik untuk
staff, pasien dan pengunjung..
Bila SARS dilaporkan terjadi secara lokal
Masker kesehatan disarankan bagi :
 Orang yang berkunjung ke tempat yang padat dan bersirkulasi udara
buruk.

20
 Orang yang telah berdekatan / melakukan kontak dengan pasien SARS
harus menggunakannya selama 10 hari dari saat kontak terakhir.
Walaupun daftar ini tidak mencakup keseluruhan hal, anggota masyarakat diminta
untuk (selalu) menjaga kesehatannya sesuai dengan arahan yang telah diberikan.
Secara umum, barangsiapa yang merasa perlu menggunakan masker, disarankan
untuk menggunakannya. Saat menggunakan masker kesehatan (“surgical mask”)
 Cuci tangan sebelum menyentuh masker, sebelum menggunakan dan
sesudah mencopotnya.
 Ikuti petunjuk penggunaan masker yang tertera pada bungkus atau
boksnya.
 Cara penggunaan masker yang benar adalah:
- lapisan masker yang berwarna menghadap keluar, dan tepi masker yang
berkawat dikenakan pada hidung.
- tali atau karet pengikat masker, diatur kekencangannya agar posisi
maskernya pas di wajah.
- tepi masker yang berkawat, hendaknya ditekan mengikuti bentuk hidung
sehingga masker bisa menutup dengan sempurna.
- Masker harus menutup hidung, mulut dan dagu.
- Usahakan tidak memegang / menyentuh masker setelah dikenakan di
wajah. Jikalau terpaksa, cuci tangan baik sebelum dan setelah
menyentuhnya.
- Pada saat melepas masker, hindari menyentuh bagian luarnya karena
kemungkinan telah terkena kuman.
- Setelah melepas masker, masukkan masker ke dalam plastik atau kantong
plastik sebelum dimasukkan ke dalam tong sampah yang berpenutup.
- Masker kesehatan (“surgical mask”) harus segera dibuang setelah
digunakan dan hanya bisa digunakan (paling lama) sehari saja. Segera
ganti maskernya, bila telah rusak atau cacat kondisinya. Menggunakan
masker kesehatan adalah salah satu cara mencegah penyebaran virus
gangguan pernafasan. Ingat selalu untuk menjaga kesehatan dan mengikuti
pola hidup sehat.

21
Manajemen Psikologis Saat Mengalami SARS
Dapat dipahami, dengan berjangkitnya penyakit baru seperti SARS, sejumlah
anggota masyarakat akan mengalami rasa takut dan perasaan waswas. Karena itu
sangat penting bagi (anggota) masyarakat mengambil langkah / upaya yang tepat
guna mengatasi kekhawatirannya, sehingga tidak menimbulkan dampak buruk
bagi kondisi kesehatan yang bersangkutan. Beberapa langkah di bawah ini, dapat
membantu mengatasi rasa kekhawatiran pada saat wabah SARS berjangkit,
seperti:
 Berpikir dengan jernih, Ambil / lakukan langkah-langkah pencegahan
utama sebagaimana disarankan pemerintah guna perlindungan diri dan
upaya penanggulangan penyebarannya.
 Jaga kondisi kesehatan pribadi, Lakukan pola diet yang seimbang, olah
raga dengan teratur dan istirahat yang cukup.
 Sisihkan waktu untuk melakukan rekreasi dan relaksasi.
 Hindari perubahan aktivitas yang tidak perlu.
 Tetap lakukan kegiatan rutinitas dalam bekerja dan pada saat di rumah.
 Hindari kepenatan / obsessi.
 Luangkan waktu sejenak dari rutinitas dengan mendengarkan berita
ataupun membicarakan masalah SARS.
 Siap sedia, Rencanakan langkah persiapan dengan berkonsultasi bersama
anggota keluarga lainnya ataupun rekan sejawat guna menanggulangi
SARS.
 Tetap menjalin komunikasi dengan anggota, keluarga ataupun teman-
teman melalui telepon ataupun e-mail. Saling berbagi perasaan dan
pendapat dengan mereka.
 Selalu siap dihubungi.
 Cari pertolongan, Masyarakat yang memiliki resiko terbesar terkena SARS
ataupun yang telah terkena SARS, membutuhkan dukungan dari kita
sebagai salah satu anggota keluarga ataupun rekan sekerjanya. Bersikaplah
dengan baik dan penuh kasih sayang, guna menunjukkan perhatian yang

22
tulus kepadanya. Hal ini akan membantu mereka (penderita SARS)
menjalani proses perawatan / penyembuhannya dan segera pulih kembali.
Perlakuan diskriminasi dan penolakan tidak akan membuat SARS menjauh
dari anda.
Melalui pemahaman menyeluruh atas wabah SARS, tingkah laku yang tepat dan
langkah pencegahan yang terfokus akan membantu mengatasi penyebaran SARS.
Masyarakat Harus Menjalin Kerja Sama Dengan Pihak Terkait Dan Mengikuti
Arahan Dari Badan/ Lembaga Kesehatan yang Diberlakukan Manakala Terdapat
Kasus SARS
 Melakukan isolasi dan pemisahan (para) pasien sebagai upaya
meminimalisir penyebaran SARS.
 Penelusuran dan langkah-langkah terkait lainnya atas (sejumlah) orang
yang melakukan kontak dengan penderita SARS.
 Karantina terhadap (sejumlah) orang yang melakukan kontak dengan
penderita SARS selama 10 hari ataupun selama waktu tertentu.
 Memperketat langkah-langkah pengawasan di daerah / pos perbatasan,
seperti mengisi pernyataan kesehatan, pemeriksaan temperatur dan
pencekalan terhadap orang-orang yang diduga terkena SARS.
 Penutupan sekolah ataupun pembatalan pelayanan publik dari instansi
pemerintah.
Orang yang melakukan kontak diartikan sebagai seseorang yang merawat,
seseorang yang tinggal ataupun seseorang yang terkena kontak langsung seperti
ingus, ludah ataupun cairan lainnya dari penderita SARS.
Arahan / Petunjuk Umum Untuk Sejumlah Lokasi :
Di Sekolah
Ketika Belum Ada SARS
 Semua staff dan murid harus menjaga kesehatan pribadi.
 Staff sekolah harus membersihkan dan mensucihamakan perabotan
sekolah dan perlengkapan lainnya menggunakan cairan pembersih dengan
perbandingan 1:99 (1 takaran untuk cairan pembersih dan 99 takaran untuk

23
air) secara teratur. Setelahnya, lap kembali dengan lap pembersih yang
sebelumnya direndam dalam air bersih dan telah diperas lapnya.
 Jika membersihkan bekas muntah, gunakan perbandingan 1:49 (1 takaran
cairan pembersih dan 49 takaran airnya). Bersihkan tempat tersebut
dengan air dan kemudian keringkan.
 Jendela kelas harus dibuka dari waktu ke waktu guna mendapatkan
sirkulasi udara yang bersih. Pastikan bahwa alat pendingin ruangan / AC
terpelihara dengan baik. Bersihkan filter udaranya dengan teratur.
 Pastikan bahwa fasilitas toiletnya terpelihara dan bersih. Sabun cair dan
handuk pengering sekali pakai / “disposable towels” ataupun alat
pengering tangan tersedia di toilet. Anak / murid yang sakit tidak boleh
dibawa sekolah ataupun dibawa ke tempat penitipan anak.
 Jikalau seorang anak sakit pada saat di sekolah :
- Segera beritahukan orang tua / pengasuhnya dan nasehati untuk dibawa ke
dokter.
- Pisahkan anak / murid yang sakit dengan yang lainnya. Sarankan anak /
murid yang bersangkutan untuk memakai masker kesehatan jikalau
menunjukkan gejala gangguan pernafasan ataupun demam.
- Juga, sarankan kepada pengasuhnya untuk mengenakan masker kesehatan.
 Sekolah harus tetap menjaga dengan baik data sakit para staf dan Anak-
anak yang tinggal di rumah. Ketika terjadi peningkatan dalam jumlah
ketidak hadiran:
- Hubungi staf atau orang tua / pelindung dari yang tidak hadir tersebut
untuk mengetahui alasan ketidakhadiran mereka.
- Sampaikan kepada Departemen Kesehatan ketika ketika ada data jumlah
besar ketidakhadiran dengan gejala sama pada catatan.
Ketika Ada Laporan SARS
 Semua staf / pelajar yang mempunyai kontak dekat dengan pasien SARS
akan ditempatkan dalam kaantina selama 10 hari. Mereka harus memakai
masker dan secara cermat akan diperhatikan kebersihan diri dan

24
lingkungan. Mereka juga harus hati-hati terhadap gejala terjangkitnya
SARS.
Di tempat kerja
Ketika Belum Ada SARS
 Semua staf harus memperhatikan kebersihan diri dengan baik.
 Manajemen Kantor harus menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan
kantor dengan baik. Bersihkan dan suci-hamakan perabotan dan
perlengkapan yang umum digunakan dengan menggunakan larutan
pembersih rumah tangga dengan perbandingan 1:99. Lap kembali dengan
handuk yang telah direndam dengan air bersih sebelum dilap dengan kain
kering.
 Jika membersihkan bekas muntah, gunakan larutan pembersih rumah
tangga dengan perbandingan 1:49 siramlah daerah tersebut dengan air dan
kemudian lap hingga kering.
 Jendela kantor harus dibuka dari waktu ke waktu untuk memberikan
ventilasi lebih baik. Pastikan AC bekerja dengan baik. Bersihkan saringan
udara secara teratur.
Ketika Ada Laporan SARS
 Jika seorang anggota staf tinggal di bangunan yang salah seorang
penghuninya mengidap penyakit SARS, ia harus selalu menjaga dengan
baik kesehatan pribadinya baik saat di rumah maupun di kantor.
Lingkungan rumah tangganya harus disucihamakan setiap hari dengan
larutan pembersih dengan perbandingan 1:99.
 Jika salah seorang anggota staf telah pernah melakukan kontak dekat1
dengan seorang pasien SARS, ia akan ditempatkan di bawah pengawasan
karantina untuk waktu 10 hari. Ia harus mengenakan masker dan secara
ketat memperhatikan kesehatan pribadi dan lingkungannya. Ia juga harus
berhati-hati terhadap gejala terjangkit SARS. Bagi yang pernah melakukan
kontak sosial2 dengan pasien SARS harus selalu memperhatikan
kebersihan diri dan lingkungannya baik di rumah maupun di kantor.
Mereka juga bisa menggunakan masker.

25
Di Tempat Umum
Ketika Belum Ada SARS
 Semua staf dan pengunjung harus menjaga kesehatan pribadinya dengan
baik.
 Orang yang mengalami gangguan gejala pernapasan atau demam harus
menghindari tempat-tempat yang penuh sesak. Pakailah masker dan segera
menghubungi dokter.
 Pihak manajemen tempat umum tersebut harus menjaga kebersihan dan
kesehatan lingkungannya. Bersihkan dan sucihamakan fasilitas umum
dengan menggunakan larutan pembersih rumah dengan perbandingan 1:99
secara teratur, kemudian laplah dengan handuk yang telah direndam
dengan air bersih sebelum kemudian dilap dengan kain kering.
 Jika membersihkan bekas muntahan, gunakan larutan pembersih rumah
dengan perbandingan 1:49. Kemudian bilaslah dengan air selanjutnya
dilap dengan kain kering.
 Pastikan perlengkapan toilet terjaga dengan baik.
 Sabun cair, handuk sekali pakai, atau mesin pengering tangan harus
tersedia di toilet.
 Jika seorang anggota staf mengalami gangguan pernapasan, sarankan
untuk tetap di rumah, menggunakan masker dan segera menghubungi
dokter.
Ketika Ada Laporan SARS
 Pakailah masker di tempat umum atau tempat yang ventilasinya buruk.
 Jagalah dengan teliti kebersihan diri dan lingkungan.
2.1.9 Terapi Medis Pada Penyakit SARS
Belum ditemukan suatu obat yang dapat menyembuhkan SARS. Apabila
seseorang terkena SARS, petugas kesehatan akan memberikan resep perawatan,
khususnya yang membantu sistem kekebalan diri dalam menjinakkan virus
tersebut, seperti di antaranya: ventilasi yang memadai, oksigen, fisioterapi,
antibiotik, dan obat-obatan antivirus. Obat-obatan antivirus yang diberikan tidak
akan menghilangkan virus SARS yang ada dalam tubuh, melainkan mencegah

26
virus-virus lain menjangkit penyakit lain yang tidak diinginkan. Apabila pasien
mengalami gejala pneumonia, dokter juga biasanya akan memberikan resep
tambahan berupa steroid anti-inflamasi.
Saat ini penggunaan obat yang dianjurkan oleh para medis yang menangani
penyakit SARS adalah dengan pemberian antibiotik yang bisa digunakan untuk
mengobati pneumonia atipikal yang serius bagi para penderita SARS. Namun
apabila pemberian obat ini tidak membuahkan respon setelah berhari-hari,
hendaknya penderita diberikan kombinasi obat-obatan seperti oseltamivir atau
ribavirin beserta steroid sekaligus, namun tentunya resep ini harus berdasarkan
anjuran dokter agar dosisnya disesuaikan dengan kondisi pasien.
Pemeriksaan Penunjang
 Pemeriksaan radiologis  air bronchogram  Streptococcus pneumonia.
 Pada pemeriksaan fisik  dengan menggunakan stetoskop, terdengar
bunyi pernafasan abnormal (seperti ronki atau wheezing). Tekanan darah
seringkali rendah dan kulit, bibir serta kuku penderita tampak kebiruan
(sianosis, karena kekurangan oksigen).
 Pemeriksaan yang biasa dilakukan untuk mendiagnosis SARS :
- Rontgen dada (menunjukkan adanya penimbunan cairan di tempat yang
seharusnya terisi udara)
- Gas darah arteri
- Hitung jenis darah dan kimia darah
- Bronkoskopi.
- Pemeriksaan LaboratoriumLeukosit.
- Pemeriksaan Bakteriologis  sputum, darah, aspirasi nasotrakeal atau
transtrakeal, aspirasi jarum transtorakal, torakosentesis, bronskoskopi,
biopsy
- Test DNA sequencing bagi coronavirus yang dapat diperoleh hasilnya
dalam 8 jam dan sangat akurat. Test yang lama hanya mampu mendeteksi
antibody.

27
2.2 Flu Burung
2.2.1 Pengertian dan Sejarah Flu Burung
Penyakit influensa unggas (avian
influenza), atau lebih dikenal
sebagai “wabah flu burung”,
pertama kali dilaporkan pada
tahun 1878 sebagai wabah yang
menjangkiti ayam dan burung di
Italia (Perroncito, 1878), yang
disebut juga sebagai “Penyakit Lombardia” mengikuti nama sebuah daerah
lembah di hulu sungai Po. Meskipun di tahun 1901 Centanini dan Savonucci
berhasil mengidentikfikasi organisme mikro yang menjadi penyebab penyakit
tersebut, baru di tahun 1955 Schafer dapat menunjukkan ciri-ciri organisme itu
sebagai virus influensa A (Schafer, 1955). Dalam penjamu alami yang menjadi
reservoir virus flu burung, yaitu burung-burung liar, infeksi yang terjadi biasanya
berlangsung tanpa gejala (asimtomatik) karena virus influensa A itu dari jenis
yang berpatogenisitas rendah dan hidup bersama secara seimbang dengan
penjamu-penjamu tersebut (Webster,1992, Alexander, 2000).
Flu burung adalah penyakit yang disebabkan oleh virus influenza tipe A dari
Family Orthomyxomiridae. Virus ini dapat menimbulkan gejala penyakit
pernafasan pada unggas, mulai dari yang ringan (Low Pathogenic) Influensa A
(H5N1) merupakan penyebab wabah flu burung yang sangat mematikan di
Hongkong, Vietnam, Thailand, Indonesia dan Jepang. Flu burung atau flu ungags
adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza yang
ditularkan oleh unggas.
Penyebab flu burung adalah virus influenza tipe A . Virus influenza termasuk
famili Orthomyxoviridae. Virus influenza tipe A dapat berubah-ubah bentuk
(Drift, Shift), dan dapat menyebabkan epidemi dan pandemi. Virus influenza tipe
A terdiri dari Hemaglutinin (H) dan Neuramidase (N), kedua huruf ini digunakan
sebagai identifikasi kode subtipe flu burung yang banyak jenisnya. Pada manusia
hanya terdapat jenis H1N1, H2N2, H3N3, H5N1, H9N2, H1N2, H7N7.

28
Sedangkan pada binatang H1-H5 dan N1-N9. Strain yang sangat virulen/ganas
dan menyebabkan flu burung adalah dari subtipe A H5N1. Virus tersebut dapat
bertahan hidup di air sampai 4 hari pada suhu 22 0C dan lebih dari 30 hari pada
00C. Virus akan mati pada pemanasan 600 0C. selama 30 menit atau 560 C
selama 3 jam dan dengan detergent, desinfektan misalnya formalin, serta cairan
yang mengandung iodine.
2.2.2 Insiden Flu Burung di Indonesia
Kasus Flu Burung (Avian Influenza-Al1)
cenderung terjadi secara sporadik, dan
bergantian setiap tahun, kabupaten kota yang
berbeda melaporkan adanya kejadian kasus
Flu Burung. Meskipun demikian wilayah
kabupaten/kota yang perbatasan dengan
Provinsi DKI Jakarta relatif selalu
melaporkan penemuan kasus Flu Burung
setiap tahunnya. Penderita konfirmasi Avian Influenza di Jawa Barat perode tahun
2005 sd 2016 sebanyak 52 kasus dengan kematian 45 orang (CFR: 86,54%) yang
tersebar di 14 Kab/Kota yaitu : Kota Bogor 2 penderita dengan 2 meninggal (CFR
100%), Kab Bogor 2 penderita dengan 2 orang meninggal (CFR 100%), Kota
Depok 6 penderita dengan 6 orang meninggal (CFR 100%), Kota Bekasi 13
penderita dengan 11 orang meninggal (CFR : 84,6%), Kabupaten Bekasi 5
penderita dengna 5 orang meninggal (100%), Kab Karawang 3 penderita dengan 3
orang meninggal (CFR 100%), Kab Subang 1 orang penderita dengan 1 orang
meninggal (CFR : 100%), Kab Indramayu 4 penderita dengan 3 orang meninggal
(CFR : 75%), Kab Sumedang 3 penderita dengan 2 orang meninggal (CFR :
66,6%) , Kota Bandung 2 penderita dengan 1 orang meninggal (CFR : 50%), Kab
Tasikmalaya 1 penderita dengan 1 orang meninggal (CFR : 100%), Kab Garut 5
penderita dengan 4 orang meninggal (CFR : 80 %) Kab Bandung 2 penderita
dengan 2 orang meninggal (CFR : 100 %) Kab Bandung Barat 3 penderita dengan
2 orang meninggal (CFR : 66,6%).

29
Pada tahun 2012 kasus Flu Burung dilaporkan terjadi di dua kabupaten yaitu Kab.
Bogor dan Kab. Karawang dengan CFR 100%. Pada tahun 2013 kejadian Flu
Burung di dua kabupaten kota yaitu Kab. Bekasi dan Kota Bekasi, dengan jumlah
kasus yang lebih tinggi yaitu 3 kasus dan CFR 100%.
Situasi kasus Flu Burung pada manusia tahun 2014 sebanyak 4 kasus suspek dan
tidak ditemukan kasus positif, kasus suspek ditemukan di Kota bekasi (3 suspek)
dan Kab. Bogor (1 suspek). Upaya yang dilakukan adalah penatalaksanaan kasus
dan penyelidikan epidemiologi di wilayah sekitar kasus akan tetapi perlu
diwaspadai dengan cermat mengingat kasus Flu Burung pada unggas di Jawa
Barat pada tahun 2014 ditemukan di 52 desa, 37 kecamatan dan 11 Kabupaten/
Kota, tahun 2015 dan 2016 tidak ditemukan kasus suspek.
2.2.3 Penyebab Penyakit Flu Burung
Virus influensa adalah partikel berselubung berbentuk bundar atau bulat panjang,
merupakan genome RNA rangkaian tunggal dengan jumlah lipatan tersegmentasi
sampai mencapai delapan lipatan, dan berpolaritas negatif. Virus influenza
merupakan nama generik dalam keluarga Orthomyxoviridae dan diklasifikasikan
dalam tipe A, B atau C berdasarkan perbedaan sifat antigenik dari nucleoprotein
dan matrix proteinnya. Virus influensa unggas (Avian Influenza Viruses, AIV)
termasuk tipe A.
Virus influenza tipe A memiliki dua
jenis glikoprotein permukaan yaitu
hemaglutinin (H) dan Neuraminidase
(N), kedua protein ini akan menentukan
subtype virus flu burung yang banyak
jenisnya. Virus influenza tipe A
memiliki 16 subtipe H dan 9 subtipe N.
Virus penyebab flu burung di Indonesia adalah virus influenza A subtype H5N1
yang merupakan salah satu virus tipe A yang dikenal sangat pathogen (Highly
Pathogenic Avian Influenza-HPAI).
Dari semua tipe, hanya virus influenza A subtype H5 dan H7 yang telah diketahui
dapat menyebabkan penyakit yang sangat ganas. Meskidemikian, tidak semua

30
virus influenza subtype H5 dan H7 bersifat ganas, dan juga tidak semuanya
menyebabkan penyakit pada unggas, tergangting kombinasi dengan glikoprotein
N1-9.
Di dalam virus influenza tipe A dapat terjadi perubahan besar pada komposisi
antigeniknya yang disebut antigenic shift atau terjadi perubahan kecil komposisi
antigenic yang disebut antigenic drift. Perubahan-perubahan inilah yang bisa
menyebabkan epidemic atau bahkan pandemic. Sifat virus influenza A :
 Dapat bertahan hidup di air sampai 4 hari pada suhu 22°C dan lebih dari
30 hari pada 0°C.
 Virus akan mati pada pemanasan 80°C selama 1 menit, 60°C selama 30
menit atau 56°C selama 3 jam.
 Di dalam kotoran dan tubuh unggas yang sakit, virus dapat bertahan lebih
lama.
 Mati dengan sinar UV, detergen, desinfektan (seperti formalin), cairan
yang mengandung iodin serta natrium kalium hipoklorit (contohnya
pemutih baju).
Untuk seasonal influenza, komplikasi banyak terjadi pada anak-anak dan orang
tua, namun pada flu burung komplikasi justru banyak terjadi pada manusia dengan
imunitas tinggi karena virus flu burung menyebabkan respon bunuh diri dari
imunitas sehingga menimnulkan cytokine storm pada paru-paru.
2.2.4 Cara Penyebaran/Penularan Penyakit Flu Burung
Proses penyebaran flu burung belum sepenuhnya dipahami. Bebek dan angsa yang
merupakan ordo Anseriformes serta flu burung camar dan burung laut dari ordo
Charadriiformes adalah pembawa (carrier) virus influenza A subtiper H5 dan H7.
Virus yang dibawa oleh unggas ini umumnya kurang ganas (LPAIV). Unggas air
liar ini juga menjadi reservoir alami untuk semua virus influenza. Diperkirakan
penyebaran virus flu burung karena adanya migrasi dari unggas liar tersebut,
beberapa cara penularan virus flu burung yang mungkin terjadi :
Penularan Antar Unggas
Flu burung dapat menular melalui udara yang tercemar virus H5N1 yang berasal
dari kotoran unggas yang sakit. Penularan juga bisa terjadi melalui air minum dan

31
pasokan makanan yang telah
terkontaminasi oleh kotoran yang
terinfeksi flu burung. Di peternakan
unggas, penularan dapat terjadi secara
mekanis melalui peralatan, kandang,
pakaian ataupun sepatu yang telah
terpapar pada virus flu burung
(H5N1) juga pekerja peternakan itu sendiri. Jalur penularan antar unggas di
peternakan, secara berurutan dari yang kurang berisiko sampai yang paling
berisiko adalah :
- Pergerakan unggas yang terinfeksi.
- Kontak langsung selama perjalanan unggas ke tempat pemotongan.
- Lingkungan sekitar (tetangga) radius 1 km.
- Kereta/lori yang digunakan untuk mengangkut makanan, minuman
unggas, dan lain-lain.
- Kontak tidak langsung saat pertukaran pekerja dan alat-alat.
Penularan dari Unggas ke Manusia
Penularan virus flu burung dari unggas ke
manusia dapat terjadi ketika manusia
kontak dengan kotoran unggas yang
terinfeksi flu burung, atau dengan
permukaan atau benda-benda yang
terkontaminasi oleh kotoran unggas sakit
yang mengandung virus H5N1. Orang
yang berisiko tinggi tertular flu burung adalah :
- Pekerja di peternakan ayam
- Pemotong ayam
- Orang yang kontak dengan unggas hidup yang sakit atau terinfeksi flu
burung.
- Orang yang menyentuh produk unggas yang terinfeksi flu burung.

32
- Populasi dalam radius 1 km dari lokasi terjadinya kematian unggas akibat
flu burung.
Penularan Antar Manusia
Pada dasarnya sampai saat
ini, H5N1 tidak mudah
untuk menginfeksi manusia
dan apabila seseorang
terinfeksi, akan sulit virus itu
menulari orang lain. Pada
kenyataannya, penularan
manusia ke manusia bersifat
terbatas, tidak efisien dan
tidak berkelanjtan. Menurut WHO, pada 2004 di Thailand an 2006 di Indonesia,
diduga terjadi adanya penularan dair manusia ke manusia tetapi belum jelas.
Model penluaran ini perlu diantisipasi secara serius karena memiliki dampak yang
sangat merugikan dan mengancam kesehatan, kehidupan social, ekomomi dan
keamanan manusi. Hal ini sangat mugnkin terjadi karena virus flu burung
memiliki kemapuan untuk menyusun ulang materi genetic virus flu burung
dengan virus influenza manusia sehingga timbul virus influenza subtype baru
yang sangat mudah menular (reassortment).
Penularan dari Lingkungan ke Manusia
Secara teoritis, model penularan ini dapat terjadi oleh karena ketahanan virus
H5N1 di alam atau lingkungan, sampai saat ini belum diketahui secara pasti
mekanisme penularan flu burung pada manusia namun diperkirakan melalui
saluran pernapasan karena dari hasil penelitian didapatkan reseptor H5N1 pada
saluran napas manusia terutama saluran napas bagian bawah dan setiap orang
memiliki jumlah reseptor yang berbda-beda, sedangkan pada saluran pencernaan
ditemukan reseptor dalam jumlah yang sangat sedikit namun belum bisa
dibuktikan penularan flu burung melalui saluran pencernaan da nada referensi
yang mengatakan bahwa reseptor H5N1 pada manusia hanya terdapat pada
saluran pernapasan jadi hal ini masih diperdebatkan. Kotoran unggas, biasanya

33
kotoran ayam yang digunakan sebagai pupuk, menjadi salah satu faktor resiko
penyebaran flu burung. Penyakit ini dapat menular melalui udara yang tercemar
virus H5N1 yang berasal dari kotoran atau secret burung atau unggas yang
menderita flu burung. Penularan unggas ke manusia juga dapat terjadi jika
manusia telah menghirup udara yang mengandung virus flu burung atau kontak
langsung dengan unggas yang terinfeksi flu burung.
Penularan ke Mamalia Lain
Virus flu burung (H5N1) dapat menyebar secara lansung pada beberapa mamalia
yang berbeda yaitu babi, kuda, mamalia yang hidup di laut,familia Felidae (singa,
harimau, kucing) serta musang (stone marten)
Masa inkubasi (saat penularan sampai timbulnya penyakit) avian influensa adalah
3 hari untuk unggas. Sedangkan untuk flok dapat mencapai 14-21 hari. Hal itu
tergantung pada jumlah virus, cara penularan, spesies yang terinfeksi dan
kemampuan peternak untuk mendeteksi gejala klinis (berdasarkan pengamatan
klinik). Unggas (ayam, burung dan itik) merupakan sumber penularan virus
influenza. Untuk unggas air lebih kebal(resistensi) terhadap virus avian influenza
darpada unggas peliharaan. Sedangkan burung kebanyakan dapat juga terinfeksi,
termasuk burung liar dan unggas air.
Flu burung merupakan infeksi oleh virus influenza A subtipe H5N1 (H =
Hemagglutinin; N = Neuraminidase), sampai saat ini tidak ditemukan bukti ilmiah
adanya penularan antar manusia. Tetapi pada keadaan sekarang ini virus flu
burung belum mengalami mutasi pada manusia yang dapat mengakibatkan
penyebaran dari manusia ke manusia.
Flu burung menular dari unggas ke unggas, dan dari unggas ke manusia, Penyakit
ini dapat menular melalui udara yang tercemar virus H5N1 yang berasal dari
kotoran atau sekreta burung/unggas yang menderita flu burung. Penularan dari
unggas ke manusia juga dapat terjadi jika manusia telah menghirup udara yang
mengandung virus flu burung atau kontak langsung dengan unggas yang terinfeksi
flu burung. Sampai saat ini belum ada bukti yang menyatakan bahwa virus flu
burung dapat menular dari manusia ke manusia dan menular melalui makanan.

34
Virus flu burung hidup di dalam saluran pencernaan unggas. Kuman ini kemudian
dikeluarkan bersama kotoran, dan infeksi akan terjadi bila orang mendekatinya.
Penularan diduga terjadi dari kotoran secara oral atau melalui saluran pernapasan.
Bila tidak segera ditolong, korban bisa meninggal. Seperti halnya influensa, flu
burung ini sangat mudah bermutasi.
Flu burung (H5N1) dapat menyebar dengan cepat diantara populasi unggas
dengan kematian yang tinggi. Bahkan dapat menyebar antar peternakan dari suatu
daerah ke daerah lain. Orang yang mempunyai resiko besar untuk terserang flu
burung (H5N1) ini adalah pekerja peternakan unggas, penjual dan penjamah
unggas.
Saat ini, strain yang paling virulen penyebab flu burung adalah strain H5N1. Dari
hasil studi yang ada menunjukkan, unggas yang sakit (oleh Influenza A H5N1)
dapat mengeluarkan virus dengan jumlah besar dalam kotorannya. Di dalam
kotoran dan tubuh unggas yang sakit, virus dapat bertahan lebih lama, tapi mati
pada pemanasan 600 derajad celcius selama 30 menit. Virus ini sendiri
mempunyai masa inkubasi selama 1–3 hari.
Flu burung menular dari unggas ke unggas, dan dari unggas ke manusia, melalui
air liur, lendir dari hidung dan feces. Virus flu burung hidup di dalam saluran
pencernaan unggas. Burung yang terinfeksi virus akan mengeluarkan virus ini
melalui saliva (air liur), cairan hidung, dan kotoran. Avian Virus influenza avian
dapat ditularkan terhadap manusia dengan 2 jalan. Pertama kontaminasi langsung
dari lingkungan burung terinfeksi yang mengandung virus kepada manusia. Cara
lain adalah lewat perantara binatang babi. Penularan diduga terjadi dari kotoran
secara oral atau melalui saluran pernapasan.
2.2.5 Patofisiologi Penyakit Flu Burung
Flu burung bisa menular ke manusia bila terjadi kontak langsung dengan ayam
atau unggas yang terinfeksi flu burung. Virus flu burung hidup di saluran
pencernaan unggas. Unggas yang terinfeksi dapat pula mengeluarkan virus ini
melalui tinja, yang kemudian mengering dan hancur menjadi semacam bubuk.
Bubuk inilah yang dihirup oleh manusia atau binatang lainnya. Menurut WHO flu
burung lebih mudah menular dari unggas ke manusia dibanding dari manusia ke

35
manusia. Belum ada bukti penyebaran dari manusia ke manusia, dan juga belum
terbukti penularan pada manusia lewat daging yang dikonsumsi. Satu- satunya
cara virus flu burung dapat menyebar dengan mudah dari manusia ke manusia
adalah jika virus flu burung tersebut bermutasi dan bercampur dengan virus flu
manusia.
Virus ditularkan melalui saliva dan feses unggas. Penularan pada manusia karena
kontak langsung, misalnya karena menyentuh unggas secara langsung, juga dapat
terjadi melalui kendaraan yang mengangkut binatang itu, di kandangnya dan alat-
alat peternakan (termasuk melalui pakan ternak). Penularan dapat juga terjadi
melalui pakaian, termasuk sepatu para peternak yang langsung menangani kasus
unggas yang sakit dan pada saat jual beli ayam hidup di pasar serta berbagai
mekanisme lain. Secara umum, ada 3 kemungkinan mekanisme penularan dari
unggas ke manusia.Dalam hal penularan dari unggas ke manusia, perlu ditegaskan
bahwa penularan pada dasarnya berasal dari unggas sakit yang masih hidup dan
menular. Unggas yang telah dimasak, digoreng dan lain-lain, tidak menularkan flu
burung ke orang yang memakannya. Virus flu burung akan mati dengan
pemanasan 80°C selama 1 menit.
Kemampuan virus flu burung adalah membangkitkan hampir keseluruhan respon
"bunuh diri" dalam sistem imunitas tubuh manusia. Makin banyak virus itu
tereplikasi, makin banyak pula produksi sitokin-protein dalam tubuh yang memicu
peningkatan respons imunitas dan berperan penting dalam peradangan. Sitokin
yang membanjiri aliran darah karena virus yang bertambah banyak, justru melukai
jaringan tubuh (efek bunuh diri). Flu Burung banyak menyerang anak-anak
dibawah usia 12 tahun. Hampir separuh kasus flu burung pada manusia menimpa
anak-anak, karena sistem kekebalan tubuh yang belum begitu kuat.
Masa Inkubasi
 Pada Unggas : 1 minggu
 Pada Manusia : 1-3 hari, Masa infeksi 1 hari sebelum sampai 3-5 hari
sesudah timbul gejala. Pada anak sampai 21 hari.

36
Penularan
Flu burung menular dari unggas ke unggas, dan dari unggas ke manusia melalui
air liur, lendir dari hidung dan feces. Penyakit ini dapat menular melalui udara
yang tercemar virus H5N1 yang berasal dari kotoran atau sekret burung/unggas
yang menderita flu burung. Penularan dari unggas ke manusia juga dapat terjadi
jika terjadi kontak langsung dengan unggas yang terinfeksi flu burung.
Contohnya: pekerja di peternakan ayam , pemotong ayam dan penjamah produk
unggas lainnya.
Penyebaran
Mekanisme penyerangan virus flu burung pada unggas dan ruminansia hampir
sama. Virus memiliki inti virus yang di dalamnya mengandung asam inti yang
dapat memproduksi protein. Dalam istilah imu penyakit, asam inti yang dimiliki
oleh virus mempunyai variasi jenis virus. Semakin banyak protein yang dihasilkan
berarti semakin banyak pula variasi jenis virusnya. Virus pertama kali akan
menyerang selaput lendir dengan menempel menggunakan rambut-rambut tajam
yang terdapat pada dinding luar (envelope). Pada saat menempel, virus merusak
dinding pelindung selaput lendir dan memasukkan asam inti virus. Asam inti virus
yang dimasukkan ini akan merubah susunan protein yang dibentuk selaput lendir
sehingga terjadi perubahan struktur protein. Protein selaput lendir yang telah
terkontaminasi inilah yang kemudian disebarkan keseluruh jaringan dan organ
melalui darah. Bersamaan dengan dimulainya peredaran protein ke seluruh tubuh
maka saat itu juga virus mulai menyebar.
2.2.6 Gejala atau Tanda Penyakit Flu Burung
Gejala pada manusia yang tertular flu burung pada dasarnya sama dengan flu pada
umumnya, hanya saja berpotensi menjadi berat dan fatal. Gejala yang ada berkisar
seperti demam, batuk, sakit tenggorokan, sakit kepala, nyeri sendi sampai infeksi
selaput mata (conjunctivitis). Bila keadaan semakin memburuk, dapat terjadi
severe respiratory distress yang ditandai dengan sesak nafas hebat, rendahnya
kadar oksigen darah, serta meningkatnya kadar CO2. Keadaan ini umumnya
terjadi karena infeksi flu kemudian menyebar ke paru dan menimbulkan
pneumonia. Radang paru ini dapat disebabkan oleh virus itu sendiri atau juga

37
disebabkan oleh bakteri yang kemudian
juga masuk ke saluran napas dan
menginfeksi paru yang memang sedang
sakit akibat flu burung ini. (Tjandra,
2004).
Menurut Ririh Y, Sudarmaji (2006),
gejala-gejala flu burung pada
masyarakat amat beragam yang bisa
dideteksi dan perlu diwaspadai adalah :
1. Adanya kenaikan suhu badan sekirat 39°C.
2. Keluarnya eksudat hidung yang bersifat mucus (lendir) bening.
3. Batuk dan sakit tenggorokan.
4. Nafsu makan berkurang, muntah, nyeri pada perut dan diare.
5. Infeksi selaput mata (conjunctivitis).
6. Sesak nafas dan radang paru-paru (pneumonia).
7. Pusing.
Gambaran klinis pada manusia yang terinfeksi flu burung menunjukkan gejala
seperti terkena flu biasa. Diawali dengand emam, nyeri otot, sakit tenggorlan,
batuk, sakit kepala dan pilek. Dalam perkembangannya, kondisi tubuh sangat
cepat menurun drastis, bila tidak segeraditolong, korban bisa meninggal karena
pneumonia dan gangguan fungsi tubuh lainnya karena sepsis.
Tanda dan gejala pada unggas yang bisa dilihat adalah :
1. Jengger bewarna biru.
2. Pendarahan merata pada kaki yang berupa bintik-bintik merah,
3. Adanya borok atau luka di kaki. (kaki kerokan)
4. Lendir di rongga hidung dan mata sehingga terjadi gangguan pernapasan.
5. Keluar cairan jernih sampai kental dari rongga mulut.
6. Diare.
7. Haus berlebihan dan cangkang telur lembek.
8. Lemes dan males makan.

38
9. Kematian mendadak dan sangat tinggi jumlahnya mendekati 100% dalam
waktu 2 hari, maksimal 1 minggu.
2.2.7 Cara Mencegah Penyakit Flu Burung
Pengendalian atau penanggulangan flu
burung yang terbaik adalah mencegah agar
tidak terjadi penularan baik itu ke hewan
maupun manusia. Berikut adalah hal-hal
yang dapat dilakukan untuk mencegah
penularan flu burung :
 Hindarilah terpapar/terkena cairan yang ada pada paruh, hidung dan mata
unggas yang sakit.
 Anak-anak mudah tertular flu burung. Jauhkan dan jangan dibiarkan
bermain dengan unggas, telur, bulu unggas, dan lingkungan yang tercemar
kotoran unggas.
 Buang dan timbunlah dengan tanah, kotoran unggas yang ada disekitar
rumah.
 Jangan memegang unggas yang mati mendadak tanpa sarung tangan,
penutup hidung/mulut,sepatu/penutup kaki. Sebaiknya segera kubur
unggas itu.
 Cuci daging dan telur unggas sebelum dimasak atau disimpan di kulkas.
 Masaklah daging dan telur unggas sampai matang sebelum dimakan. Virus
flu burung bisa menular melalui telur atau daging unggas yang tidak
dimasak sampai matang.
 Jangan mengkonsumsi daging unggas yang terkena flu burung.
 Bangkai unggas jangan dijual/dimakan. Segera kubur agar penyakitnya
tidak menular ke unggas lain, anda sendiri, keluarga dan tetangga serta
masyarakat luas.
 Jauhkan kandang unggas dari rumah tinggal. Kandangkan unggas dalam
kurungan agar tidak tertular penyakit dari unggas lain.
 Pakai penutup hidung/masker dan kacamata renang (goggle) jika berada
dipeternakan ayam atau unggas berkumpul.

39
 Cuci tangan dengan sabun setelah memegang unggas atau telur. Mandi dan
cuci pakaian setelah mengubur unggas mati.
 Bila ada yang merasa terkena flu, badan panas, pusing, sesak napas setelah
ada unggas mati mendadak, segera pergi ke Puskesmas atau dokter.
2.2.8 Terapi Medis Pada Penyakit Flu Burung
Seperti penyakit virus lainnya, sebenarnya penyakit ini belum ada obat yang
efektif. Penderita hanya akan diberi obat untuk meredakan gejala yang menyertai
penyakit flu itu, seperti demam, batuk atau pusing. Food and Drug Administration
(FDA) Amerika Serikat telah merekomendasikan 4 (empat) jenis obat antiviral
untuk pengobatan dan pencegahan influenza A.
Jenis obat tersebut diantaranya adalah M2 inhibitors (amantadin dan rimantadin)
dan neuraminidase inhibitors (oseltamivir dan zanamivir). Keempat obat ini dapat
digunakan yang biasa kita kenal (seasonal influenza). Akan tetapi, tidak semua
obat antivirus ini dapat digunakan untuk mengobati penyakit flu burung yang
disebabkan oleh virus influenza A subtipe H5N1. Berdasarkan penelitian yang
telah dilakukan oleh para ahli, virus H5N1 sudah resisten terhadap amantadin dan
rimantadin.
Oseltamivir yang diberikan secara oral dan zanamivir secara inhalasi (dihirup)
efektif melawan virus H5N1. Selain digunakan dalam pengobatan, oseltamivir
juga dapat dimanfaatkan sebagai profilaksis atau pencegahan terhadap penyakit
flu burung.
OSELTAMIVIR FOSFAT
Bentuk sediaan oseltamivir adalah kapsul (75 mg) dan suspensi (12 mg/mL).
INDIKASI
Infeksi influenza
- Pengobatan : pengobatan untuk penyakit akut yang tidak disertai
komplikasi yang disebabkan oleh infeksi influenza pada pasien yang
berusia lebih dari 1 tahun yang sudah mengalami gejala tidak lebih dari 2
(dua) hari.
- Profilaksis : untuk profilaksis influenza pada dewasa dan anak yang lebih
dari 13 tahun. Oseltamivir tidak digunakan sebagai pengganti vaksinasi.

40
DOSIS DAN PENGGUNAAN
Oseltamivir dapat digunakan tanpa memperhatikan makanan. Jika digunakan
bersamaaan dengan makanan, toleransi dapat meningkat.
Pengobatan influenza :
- Dewasa dan Anak lebih dari 13 tahun : dosis oral yang direkomendasikan
adalah 75 mg dua kali sehari selama 5 hari. Pengobatan dimulai setelah
timbul gejala influenza dalam dua hari.
- Anak - anak : dosis tertentu oral suspensi yang direkomendasikan untuk
anak di atas 1 tahun dan dewasa yang tidak dapat menelan kapsul
Profilaksis Influenza :
Dosis oseltamivir oral yang direkomendasikan untuk profilaksis influenza pada
dewasa dan anak di atas 13 tahun yang telah mengalami kontak langsung dengan
individu yang terinfeksi adalah 75 mg sekali sehari, sekurang-kurangnya selama 7
hari. Terapi sebaiknya dimulai setelah 2 hari terpajan. Dosis yang
direkomendasikan untuk profilaksis selama terjadi wabah influenza adalah 75 mg
sekali sehari.
Gangguan fungsi ginjal :
- Pengobatan influenza : penyesuaian dosis direkomendasikan untuk pasien
dengan kreatinin klirens 10-30 mL/menit. Pada kondisi ini,
direkomendasikan penurunan dosis menjadi 75 mg sekali sehari selama 5
hari.
- Profilaksis : untuk profilaksis, penyesuaian dosis direkomendasikan untuk
pasien dengan kreatinin klirens 10 – 30 mL/menit. Pada kondisi ini,
direkomendasikan penurunan dosis menjadi 75 mg pada waktu tertentu.
MEKANISME KERJA
- Farmakologi : oseltamivir adalah suatu bentuk etil ester yang memerlukan
perubahan menjadi bentuk aktif oseltamivir karboksilat. Mekanisme kerja
dari oseltamivir adalah inhibisi neuraminidase virus influenza yang
menyebabkan perubahan agregasi dari partikel virus untuk selanjutnya
menjadi bebas.
- Farmakokinetik :

41
Absorpsi : oseltamivir fosfat diabsorpsi melalui saluran pencernaan setelah
pemberian secara oral. Konsentrasi puncak rata-rata dari oseltamivir dan
oseltamivir karboksilat adalah 65,2 ng/mL dan 348 ng/mL, setelah
pemberian 75 mg, dua kali sehari. Area di bawah kurva (AUC) dari 0-12
jam adalah 112 ng/mL untuk oseltamivir dan 2719 ng/mL untuk
oseltamivir karboksilat. Pemberian oseltamivir bersamaan dengan
makanan tidak mempunyai efek yang signifikan terhadap konsentrasi
plasma puncak dan area bawah kurva.
Distribusi : ikatan oseltamivir karboksilat terhadap protein plasma manusia
adalah rendah (3%). Ikatan oseltamivir terhadap protein plasma adalah
42% artinya belum cukup mampu untuk menyebabkan pergeseran yang
signifikan dalam interaksi obat.
Metabolisme : oseltamivir secara ekstensif berubah menjadi oseltamivir
karboksilat melalui proses esterase yang berlangsung di liver. Baik
oseltamivir maupun oseltamivir karboksilat merupakan substrat untuk atau
inhibitor dari isoform sitokrom P450.
Ekskresi : oseltamivir yang diabsorsi, secara umum (sekitar 90 %)
dieliminasi melalui konversi menjadi oseltamivir karboksilat. Konsentrasi
plasma oseltamivir menurun dalam waktu paruh 1-2 jam pada kebanyakan
subjek percobaan setelah pemberian oral. Oseltamivir karboksikat tidak
mengalami perubahan metabolisme lebih lanjut dan dieliminasi melalui
urin. Konsentrasi plasma dari oseltamivir karboksilat akan menurun dalam
waktu paruh 6-10 jam pada kebanyakan subjek percobaan. Oseltamivir
karboksilat dieliminasi secara keseluruhan (99%) melalui ekskresi ginjal.
Klirens ginjal (18,8 L/jam) melebihi kecepatan flitrasi glomerulus (7,5
L/jam) menunjukkan terlibatnya sekresi tubulus, sebagai tambahan dari
flitrasi glomerulus. Kurang dari 20% dosis oral dieliminasi melalui feces.
KONTRA INDIKASI
Oseltamivir dikontraindikasikan untuk pasien yang hipersensitif terhadap
komponen yang ada di dalam produk.
PERHATIAN

42
- Gangguan fungsi ginjal : penyesuaian dosis direkomendasikan untuk
pasien dengan klirens kurang dari 30 mL/menit (lihat bagian dosis dan
pemberian). Kondisi menyusui : belum diketahui apakah oseltamivir dan
oseltamivir karboksilat diekskresikan ke dalam air susu. Dengan demikian,
oseltamivir hanya digunakan jika manfaat lebih besar daripada risikonya.
- Anak –anak : keamanan dan efikasi oseltamivir pada anak kurang dari 1
tahun belum diketahui.
PERINGATAN
- Infeksi bakteri : infeksi bakteri serius mungkin terjadi dengan gejala mirip
influenza atau mungkin mengikuti atau terjadi sebagai komplikasi dari
influenza.
- Penyakit lain : belum ada bukti efikasi untuk oseltamivir terhadap infeksi
lain yang disebabkan oleh agen penyebab lain kecuali oleh virus influenza
tipe A dan B.
- Mulai pengobatan : efikasi dari oseltamivir pada pasien yang mulai diobati
setelah 40 jam gejala tidak diketahui.
- Pasien risiko tinggi : efikasi dari oseltamivir pada pasien dengan penyakit
jantung kronis atau penyakit pernapasan tidak diketahui.
- Pencegahan influenza : penggunaan oseltamivir seharusnya tidak
mempengaruhi evaluasi dari seseorang untuk diberikan vaksinasi influenza
rutin. Efikasi oseltamivir untuk penggunaan profilaksis dalam pencegahan
influenza belum diketahui).
EFEK SAMPING
Efek samping yang terjadi pada sekitar 3 % pasien adalah sakit perut, batuk, diare,
sakit kepala, mual dan muntah.
INDIKASI
Infeksi influenza
- Pengobatan : pengobatan untuk penyakit akut yang tidak disertai
komplikasi yang disebabkan oleh infeksi virus influenza A dan B pada
pasien dewasa dan anak lebih dari 7 tahun yang sudah mengalami gejala
tidak lebih dari 2 (dua) hari. Zanamivir tidak direkomendasikan untuk

43
pasien yang mengalami penyakit kerusakan saluran pernapasan seperti
asma atau penyakit kerusakan paru-paru kronik (COPD).
DOSIS DAN PENGGUNAAN
Zanamivir digunakan untuk saluran pernapasan melalui inhalasi oral dengan
menggunakan alat “diskhaler” yang disertakan bersama obat. Pasien harus diberi
penjelasan tentang cara penggunaan obat, jika mungkin disertai demonstrasi cara
pemakaian obat. Jika zanamivir diresepkan untuk anak-anak, pemakaiannya harus
dalam pengawasan dan instruksi orang dewasa. Orang dewasa yang dimaksud
disini adalah orang dewasa yang telah diberi penjelasan tentang cara pemakaian
obat.
Dosis zanamivir yang direkomendasikan untuk perawatan influenza pada pasien
yang berusia lebih dari 7 tahun dan lebih adalah 2 inhalasi (per inhalasi adalah 5
mg blister, jadi dosis total adalah 10 mg) dua kali sehari (jarak pemakaian 12
jam), selama 5 hari. Dua dosis ini harus digunakan pada pengobatan awal, jika
mungkin jarak pemberian adalah 2 jam. Pada hari berikutnya, jarak pemberian
adalah 12 jam (misalnya pada malam dan siang hari), waktu pemberian ini
hendaknya sama setiap hari. Tidak ada data tentang keefektifan dari pengobatan
dengan zanamivir jika dimulai lebih dari dua hari setelah timbul tanda atau gejala.
Pasien yang menggunakan bronkodilator bersamaan dengan zanamivir, harus
menggunakan bronkodilator terlebih dahulu.
MEKANISME KERJA
- Farmakologi : Mekanisme kerja dari zanamivir adalah inhibisi
neuraminidase virus influenza yang menyebabkan perubahan agregasi dari
partikel virus untuk selanjutnya menjadi bebas.
- Resistensi obat : virus influenza dengan kepekaan yang menurun terhadap
zanamivir telah diketahui secara in vitro dengan cara melewatkan virus
pada konsentrasi obat yang meningkat. Analisis genetik terhadap virus-
virus ini menunjukkan bahwa kepekaan virus yang berkurang secara in
vitro terhadap zanamivir berhubungan dengan mutasi yang menghasilkan
perubahan asam amino pada neuraminidase atau hemaglutinin atau
keduanya.

44
- Resistensi silang : resistensi silang telah dipelajari antara virus influenza
mutan yang resisten terhadap zanamivir dan resisten terhadap oseltamivir
secara in vitro.
- Farmakokinetik :
Absorpsi : sekitar 4% - 17% dari dosis inhalasi akan terabsorbsi secara
sistemik. Konsentrasi serum puncak bervariasi antara 17 – 42 ng/mL,
dalam 1-2 jam setelah pemberian dosis 10 mg.
Distribusi :zanamivir memiliki ikatan terhadap protein plasma yang sangat
terbatas (kurang dari 10%).
Metabolisme : zanamivir diekskresi melalui ginjal dalam bentuk yang
tidak berubah. Tidak ada metabolit yang terdeteksi.
Ekskresi :waktu paruh dari zanamivir setelah pemberian melalui inhalasi
oral bervariasi antara 2,5 -5,1 jam. Zanamivir akan diekskresi dalam
bentuk yang tidak berubah dalam urin dengan ekskresi dari dosis tunggal
utuh dalam waktu 24 jam. Total klirens adalah 2,5 – 10,9 L/jam. Obat
yang tidak diabsorbsi akan diekskresi melalui feces.
KONTRA INDIKASI
Zanamivir dikontraindikasikan untuk pasien yang hipersensitif terhadap
komponen yang ada di dalam produk.
PERHATIAN
Pasien dengan penyakit pernapasan : Zanamivir tidak menunjukkan efektif dan
mungkin berisiko untuk pasien dengan penyakit saluran pernapasan parah seperti
asma dan penyakit pernapasan serius lainnya. Dengan demikian, zanamivir tidak
direkomendasikan untuk pasien dengan gangguan saluran pernapasan seperti
asma.
- Kehamilan : Kategori C. Tidak ada penelitian yang cukup atau terkontrol
dengan baik pada wanita hamil. Penggunaan saat hamil hanya jika manfaat
lebih besar daripada risikonya.
- Kondisi menyusui : belum diketahui apakah zanamivir diekskresikan ke
air susu. Harus disertai perhatian jika memberikan zanamivir untuk pasien
yang menyusui.

45
- Anak –anak : keamanan dan efikasi zanamivir pada anak kurang dari 7
tahun belum diketahui.
PERINGATAN
- Mulai pengobatan : tidak ada data untuk mendukung keamanan dan efikasi
pada pasien yang memulai pengobatan setelah 48 jam timbulnya gejala.
- Serangan berulang : keamanan dan efikasi dari penggunaan untuk
serangan berulang belum diketahui.
- Reaksi alergi : reaksi seperti alergi, termasuk edema oropharyngeal dan
gangguan kulit serius telah diketahui dari hasil penelitian post marketting
zanamivir. Penggunaan zanamivir harus dihentikan dan dimulai
pengobatan yang sesuai jika dicurigai akan terjadi reaksi alergi. Infeksi
bakteri : infeksi bakteri serius mungkin terjadi dengan gejala mirip
influenza atau mungkin mengikuti atau terjadi sebagai komplikasi dari
influenza. Zanamivir tidak diketahui dapat mencegah komplikasi-
komplikasi ini.
- Penyakit lain : belum ada bukti efikasi untuk zanamivir terhadap infeksi
lain yang disebabkan oleh agen penyebab lain kecuali oleh virus influenza
tipe A dan B.
- Pencegahan influenza : keamanan dan efikasi dari zanamivir untuk
penggunaan profilaksis untuk mencegah influenza tidak diketahui.
penggunaan oseltamivir seharusnya tidak mempengaruhi evaluasi dari
seseorang untuk diberikan vaksinasi influenza rutin. Efikasi oseltamivir
untuk penggunaan profilaksis dalam pencegahan influenza belum
diketahui).
- Pasien risiko tinggi : efikasi dari oseltamivir pada pasien dengan penyakit
jantung kronis atau penyakit pernapasan tidak diketahui.
EFEK SAMPING
Efek samping yang terjadi pada sekitar 3 % pasien adalah diare, gangguan hidung,
mual, sinusitis, infeksi telinga, hidung dan tenggorokan. Hasil laboratorium :
terjadi peningkatan enzim liver, CPK, lymfopenia, neutropenia. Hasil yang
diperoleh antara pemberian zanamivir dan plasebo menunjukkan hasil yang mirip.

46
Ketersediaan Obat Flu Burung
Ketersediaan obat flu burung mengacu pada Pedoman Pengelolaan Tamiflu
Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan – Ditjen Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan – Departemen Kesehatan RI.
Vaksin Flu Burung
Departemen Kesehatan RI masih dalam persiapan untuk memproduksi vaksin flu
burung dari strain virus H5N1 asal Indonesia karena hasil pengujian rantai RNA
menunjukkan bahwa virus H5N1 yang menginfeksi warga Indonesia merupakan
virus asli Indonesia. PT. Biofarma, Badan Usaha Milik Negara yang menjadi
mitra pemerintah dalam penyediaan vaksin hingga saat ini masih melakukan
berbagai pembicaraan dengan pihak Baxter Bioscience. Pihak PT. Biofarma
sendiri tetap menyiapkan berbagai sarana produksi yang diperlukan dalam
pembuatan vaksin tersebut.

47
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
SARS(Severe acute respiratory syndrome atau kadang-kala severe Asian
respiratory syndrome) adalah sejenis penyakit pernafasan akut yang
mengakibatkan penyakit pada radang paru-paru (atypical pneumonia). Kasus
SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome) atau Syndrome Pernapasan Akut
Berat pertama kali ditemukan di propinsi Guangdong (China) pada bulan
November 2003. Pertimbangan WHO menyatakan SARS sebagai ancaman
global adalah SARS merupakan penyakit baru yang belum dikenal penyebabnya,
SARS menyebar secara cepat melalui alat angkut antar negara dan SARS terutama
menyerang tenaga kesehatan di rumah sakit. Wabah SARS telah mendorong
berbagai pakar kesehatan di dunia untuk bekerja sama menemukan penyebab
SARS dan memahami cara penularan SARS. Atas kerjasama para pakar dari 13
laboratorium di dunia maka tanggal 16 April 2003 dipastikan bahwa penyebab
SARS adalah Virus Corona atau coronavirus, paramoxyviridae. Departemen
Kesehatan secara dini dan sejak awal pandemi SARS pada bulan Maret tahun
2003 melaksanakan Penanggulangan SARS dengan tujuan mencegah terjadinya
kesakitan dan kematian akibat SARS dan mencegah terjadinya penularan SARS di
masyarakat (community transmission) di Indonesia.Virus bisa terbawa oleh cairan
dan menular pada orang lain. Sedang virus yang mampu bertahan di udara kering
selama tiga jam akan terbang di udara dalam bentuk debu.
Gejala-gejala SARS antara lain: Sakit kepala, batuk, sesak napas seperti asma,
bersin, demam dengan suhu badan tinggi lebih dari 38 derajat celcius,nyeri otot
dan persendian serta sakit di dada terutama saat bernapas. Apabila mengalami
gejala atau keluhan seperti di atas maka tindakan yang harus dilakukan adalah
segera ke dokter atau rumah sakit. Cara pencegahan paling utama adalah dengan
tidak mengunjungi wilayah yang sudah terjangkiti SARS, seperti negara yang
terkena wabah dan rumah sakit jika tidak perlu, karena sebagian besar infeksi
terjadi di sini. Sebisa mungkin hindari berdekatan dengan penderita SARS atau

48
penderita bergejala sama, dan apabila tidak memungkinkan gunakan selalu
masker serta sarung tangan. Namun,yang terpenting dari semua ini adalah
menjaga kebersihan dan daya tahan tubuh, yakni dengan makan teratur, istirahat
yang cukup, berhenti merokok dan hidup secara sehat, mencuci tangan dengan
menggunakan sabun setelah melakukan aktivitas.
Flu burung menular dari unggas ke unggas, dan dari unggas ke manusia. Secara
umum, gejala klinis serangan virus itu adalah gejala seperti flu pada umumnya,
yaitu demam, sakit tenggorokan, batuk, ber-ingus, nyeri otot, sakit kepala, lemas,
dan dalam waktu singkat dapat menjadi lebih berat dengan terjadinya peradangan
di paru-paru (pneumonia), dan apabila tidak dilakukan tatalaksana dengan baik
dapat menyebabkan kematian. Pencegahan pada unggas yakni pemusnahan
unggas/burung yang terinfeksi flu burung dan vaksinasi pada unggas yang sehat.
Pada manusia pencegahan dibedakan pada kelompok berisiko tinggi (pekerja
peternakan dan pedagang) dan masyarakat umum.
3.2 Saran
Perlu adanya penyuluhan/promosi kepada masyarakat tentang penyakit flu burung
agar masyarakat tidak panik dan takut untuk mengkonsumsi produk unggas
namun harus tetap waspada. Terutama kelompok berisiko tinggi (pekerja di
peternakan ayam, pemotong ayam dan penjamah produk unggas lainnya), dengan
memperhatikan cara pencegahan. Bagi pembaca yang telah membaca makalah ini
agar kiranya lebih memperhatikan kesehatannya. Apabila anda ataupun orang lain
dicurigai menderita penyakit SARS ataupun flu burung maka segeralah ke dokter
ataupun melaporkan kasus ini pada dinas kesehatan terdekat.

49

Anda mungkin juga menyukai