Anda di halaman 1dari 17

“TRAUMA DADA TUMPUL”

OLEH :

 RAHMANI (12.071.014.031)
 YUNITA (12.071.014.0
 RESKI SRINARENDRA (12.071.014.0
 HIKMAH (12.071.014.0
 ANNISA ATTAMAMI (12.071.014.0

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM MAKASSAR

MAKASSAR

2014
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang atas rahmat-Nya
maka penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul dan membahas
tentang “Trauma dada tumpul”.Dalam penulisan makalah ini, penulis merasa
masih banyak kekurangan-kekurangan baik teknis penulisan maupun materi,
mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan saran dari
semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah
ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih
yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan
makalah ini, khususnya kepada Dosen pembimbing ibu Ns. Zaenal S.kep.M.kes
Akhirnya penulis berharap semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal
pada mereka yang memberikan bantuan, dan dapat menjadikan semua bantuan ini
sebagai ibadah, Amin Yaa Robbal ’Alamiin.

Makassar , November 2014

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Trauma Dada Tumpul
B. Etiologi Trauma Dada Tumpul
C. Anatomi Fisiologi
D. Epidiomologi Trauma Dada Tumpul
E. Patofisiologi Trauma Dada Tumpul
F. Manifestasi Klinis Trauma Dada tumpul
G. Jenis-Jenis Trauma Dada Tumpul
H. Penyimpangan KDM
I. Terapi Atau Pengobatan Trauma Dada tumpul
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Semakin berkembangnya jaman maka semakin maju pula pola pikir
manusia misalnya, manusia dapat menciptakan tranportasi yang sangat
dibutuhkan oleh manusia dalam melakukan aktifitas sehari-hari, tapi selain
segi positif timbul pula segi negatif misalnya dengan alat tranportasi yang
digunakan untuk beraktifitas dapat menyebabkan kecelakaan,salah satu
contohnya adalah fraktur pada tulang dan dapat pula terjadi trauma pada
dada.
Trauma dada adalah abnormalitas rangka dada yang disebabkan oleh
benturan pada dinding dada yang mengenai tulang rangka dada, pleura paru-
paru, diafragma ataupun isi mediastinal baik oleh benda tajam maupun
tumpul yang dapat menyebabkan gangguan system pernafasan
Gejala yang dapat dirasakan oleh pasien trauma dada yaitu: Nyeri pada
tempat trauma, bertambah pada saat inspirasi, pembengkakan lokal dan
krepitasi yang sangat palpasi, pasien menahan dadanya dan bernafas pendek,
dyspnea, takipnea, takikardi, tekanan darah menurun, gelisah dan agitas,
kemungkinan cyanosis, batuk mengeluarkan sputum bercak darah,
hypertympani pada perkusi di atas daerah yang sakit dan ada jejas pada
thorak.
Peran perawat pada kasus ini adalah mampu membantu proses
kesembuhan diri pasien, baik fisik maupun psikis, memberi motivasi dan
menjaga pasien. Selain itu perawat harus dapat menentukan asuhan
keperawatan yang tepat dalam menangani pasien dengan penyakit trauma
dada.
Dari data diatas penulis tertarik mengangkat kasus trauma dada,
karena peran dan fungsi perawat dalam merawat pasien trauma dada sangat
penting, selain trauma dada itu berbahaya, bahkan dapat menyebabkan
kerusakan pada sistem saraf dan organ serta terganggunya pada sistem
sirkulasi dalam darah. Maka dari itu peran perawat dalam kasus trauma dada
ini adalah membantu proses kesembuhan diri pasien, baik fisik maupun
psikis, mengayomi, memberi motivasi dan menjaga pasien.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari Trauma Dada Tumpul?
2. Apa Etiologi Trauma Dada Tumpul?
3. Bagaimana Anatomi Fisiologinya?
4. Bagaimana Epidiomologi Trauma Dada Tumpul?
5. Bagaimana Patofisiologi Trauma Dada Tumpul?
6. Apa Manifestasi Klinis Trauma Dada tumpul?
7. Apa Jenis-Jenis Trauma Dada Tumpul?
8. Bagaimana Penyimpangan KDM nya?
9. Bagaimana Terapi Atau Pengobatan Trauma Dada tumpul?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui Definisi Trauma Dada Tumpul
2. Untuk Mengetahui Etiologi Trauma Dada Tumpul
3. Untuk Mengetahui Anatomi Fisiologinya
4. Untuk Mengetahui Epidiomologi Trauma Dada Tumpul
5. Untuk Mengetahui Patofisiologi Trauma Dada Tumpul
6. Untuk Mengetahui Manifestasi Klinis Trauma Dada tumpul
7. Untuk Mengetahui Jenis-Jenis Trauma Dada Tumpul
8. Untuk Mengetahui Penyimpangan KDM nya
9. Untuk Mengetahui Terapi Atau Pengobatan Trauma Dada tumpul
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Trauma Dada Tumpul


Trauma thoraks adalah luka atau cedera yang mengenai rongga thorax
yang dapat menyebabkan kerusakan pada dinding thorax ataupun isi dari
cavum thorax yang disebabkan oleh benda tajam atau benda tumpul dan
dapat menyebabkan keadaan gawat thorax akut. Trauma thoraks
diklasifikasikan dengan tumpul dan tembus. Trauma tumpul merupakan
luka atau cedera yang mengenai rongga thorax yang disebabkan oleh benda
tumpul yang sulit diidentifikasi keluasan kerusakannya karena gejala-gejala
umum dan rancu (Brunner & Suddarth, 2002).
B. Etiologi Trauma Dada Tumpul
Penyebab dari trauma tumpul thoraks adalah kecelakan tabrakan mobil
atau terjatuh dari sepeda motor. Pasien mungkin tidak segera mencari
bantuan medis, yang selanjutnya dapat mempersulit masalah (Brunner &
Suddarth, 2002).
C. Anatomi Fisiologi

Struktur thoraks yang menyerupai sangkar atau tulang-tulang dada,


terdiri atas 12 verthebrathorakalis, 12 pasang tulang iga (costae), dan
sternum. Tulang iga dan sternum membentuk susunan sangkar dan
menyokong rongga thoraks. Ruang antara tulang-tulang iga disebut ruang
interkostalis dan diberi nomor berdasarkan tulang iga diatasnya (contoh:
ruang intercostalis kedua berada dibawah tu;ang iga kedua). Diafragma
adalah otot yang memisahkan rongga toraks dari abdomen dan digunakan
selama inspirasi.
 Dinding dada.
Tersusun dari tulang dan jaringan lunak. Tulang yang membentuk
dinding dada adalah tulang iga, columna vertebralis torakalis, sternum,
tulang clavicula dan scapula. Jarinan lunak yang membentuk dinding dada
adalah otot serta pembuluh darah terutama pembuluh darah intrerkostalis
dan torakalis interna.
 Dasar toraks
Dibentuk oleh otot diafragma yang dipersyarafi nervus frenikus.
Diafragma mempunyai lubang untuk jalan Aorta, Vana Cava Inferior serta
esophagus
 Isi rongga torak.
Rongga pleura kiri dan kanan berisi paru-paru. Rongga ini dibatasi
oleh pleura visceralis dan parietalis.Rongga Mediastinum dan isinya
terletak di tengah dada. Mediastinum dibagi menjadi bagian anterior,
medius, posterior dan superior.
Dada berisi organ vital paru dan jantung. Pernafasan berlansung dengan
bantuan gerak dinding dada. Jaringan paru dibentuk oleh jutaan alveolus yang
mengembang dan mengempis tergantung mengembang dan mengecilnya
rongga dada. Inspirasi terjadi karena kontraksi otot pernafasan , yaitu
m.intercostalis dan diafragma, yang menyebabkan rongga dada membesar
dan paru-paru mengembang sehingga udara terhisap ke alveolus melalui
trakea dan bronkus.
Sebaliknya bila m.intercostalis melemas, dinding dada mengecil kembali
dan udara terdorong keluar. Sementara itu, karena tekanan intra abdomen,
diafragma akan naik ketika m.intercostalis akan tidak berkontraksi. Ketiga
faktor ini, yaitu kelenturan dinding toraks, kekenyalan jaringan paru, dan
tekanan intraabdomen, menyebabkan ekspirasi jika otot intracostal dan
diafragma kendur dan tidak mempertahankan keadaan inspirasi. Dengan
demikian ekspirasi merupakan kegiatan pasif (Sjamsuhidajat, 2004).
D. Epidiomologi Trauma Dada Tumpul
Trauma adalah penyebab kematian terbanyak pada dekade 3 kehidupan
di seluruh kota besar di dunia dan di Amerika diperkirakan 16.000 kasus
kematian akibat trauma disebabkan oleh trauma thoraks. Di Amerika Serikat
diperkirakan 12 penderita/1000 populasi/hari dan kematian yang disebabkan
oleh trauma thoraks sebesar 20-25% dan hanya 10-15% penderita trauma
tumpul thoraks yang memerlukan tindakan operasi, jadi sebagian besar hanya
memerlukan tindakan sederhana untuk menolong korban dari ancaman
kematian. Canadian study dalam laporan penelitiannya selama 5 tahun pada
“Urban Trauma Unit” menyatakan bahwa insiden trauma tumpul thoraks
sebanyak 96,3% dari seluruh trauma thoraks, sedangkan sisanya sebanyak
3,7% adalah trauma tajam.
Penyebab terbanyak dari trauma tumpul thoraks masih didominasi oleh
korban kecelakaan lalu lintas (70%). Mortalitas pada setiap trauma yang
disertai dengan trauma thoraks lebih tinggi (15,7%) dari pada yang tidak
disertai trauma thoraks (12,8%).
E. Patofisiologi Trauma Dada Tumpul
Trauma benda tumpul pada bagian dada / thorax baik dalam bentuk
kompresi maupun ruda-paksa (deselerasi / akselerasi), biasanya
menyebabkan memar / jejas trauma pada bagian yang terkena. Jika mengenai
sternum, trauma tumpul dapat menyebabkan kontusio miocard jantung atau
kontusio paru. Keadaan ini biasanya ditandai dengan perubahan tamponade
pada jantung, atau tampak kesukaran bernapas jika kontusio terjadi pada
paru-paru.
Trauma benda tumpul yang mengenai bagian dada atau dinding thorax
juga seringkali menyebabkan fraktur baik yang berbentuk tertutup maupun
terbuka. Kondisi fraktur tulang iga juga dapat menyebabkan Flail Chest,
yaitu suatu kondisi dimana segmen dada tidak lagi mempunyai kontinuitas
dengan keseluruhan dinding dada. Keadaan tersebut terjadi karena fraktur iga
multipel pada dua atau lebih tulang iga dengan dua atau lebih garis fraktur.
Adanya semen fail chest (segmen mengambang) menyebabkan gangguan
pada pergerakan dinding dada. Jika kerusakan parenkim paru di bawahnya
terjadi sesuai dengan kerusakan pada tulang maka akan menyebabakan
hipoksia yang serius.
Hipoksia jaringan merupakan akibat dari tidak adekuatnya
pengangkutan oksigen ke jaringan oleh karena hipovolemia ( kehilangan
darah ). Hiperkarbia lebih sering disebabkan oleh tidak adekuatnya ventilasi
akibat perubahan tekanan intrathorax atau penurunan tingkat kesadaran.
F. Manifestasi Klinis Trauma Dada tumpul
Tanda dan gejala yang sering muncul pada penderita trauma dada:
1. Nyeri pada tempat trauma, bertambah pada saat inspirasi.
2. Pembengkakan lokal dan krepitasi yang sangat palpasi.
3. Pasien menahan dadanya dan bernafas pendek.
4. Dyspnea, takipnea
5. Takikardi
6. Tekanan darah menurun.
7. Gelisah dan agitasi
8. Kemungkinan cyanosis.
9. Batuk mengeluarkan sputum bercak darah
G. Jenis -Jenis Trauma Dada Tumpul
Ada beberapa jenis trauma dada tumpul antara lain: Trauma
tracheobronkhial, Flail Chest, Ruptur diafragma, Fraktur kosta
1. Ruptur Trakeobronkial
Ruptur trakea dan bronkus utama(rupture trakeobronkial) dapat
disebabkan oleh trauma tajam maupun trauma tumpul dimana angka
kematian akibat penyulit ini adalah 50%. Pada trauma tumpul ruptur
terjadi pada saat glottis tertutup dan terdapat peningkatan hebat dan
mendadak dari tekanan saluran trakeobronkial yang melewati batas
elastisitas saluran trakeobron kialini. Kemungkinan kejadian
ruptur bronkus utama meningkat pada trauma tumpul thoraks yang
disertai dengan fraktur iga 1 sampai 3, lokasi tersering adalah pada
daerah karina dan percabangan bronkus. Pneumothoraks,
pneumomediatinum, emfisema subkutan dan hemoptisis, sesak nafas,
dan sianosis dapat merupakan gejala dari ruptur ini.
2. Fail chest
Terjadi ketika segmen dinding dada tidak lagi mempunyai
kontinuitas dengan keseluruhan dinding dada. Keadaan tersebut terjadi
karena fraktur iga multipel pada dua atau lebih tulang iga dengan dua
atau lebih garis fraktur. Adanya semen flail chest (segmen mengambang)
menyebabkan gangguan pada pergerakan dinding dada. Jika kerusakan
parenkim paru di bawahnya terjadi sesuai dengan kerusakan pada tulang
maka akan menyebabkan hipoksia yang serius. Kesulitan utama pada
kelainan Flail Chest yaitu trauma pada parenkim paru yang mungkin
terjadi (kontusio paru). Walaupun ketidak-stabilan dinding dada
menimbulkan gerakan paradoksal dari dinding dada pada inspirasi dan
ekspirasi, defek ini sendiri saja tidak akan menyebabkan hipoksia.
Penyebab timbulnya hipoksia pada penderita ini terutama disebabkan
nyeri yang mengakibatkan gerakan dinding dada yang tertahan dan
trauma jaringan parunya. Flail Chest mungkin tidak terlihat pada
awalnya, karena splinting (terbelat) dengan dinding dada. Gerakan
pernafasan menjadi buruk dan toraks bergerak secara asimetris dan tidak
terkoordinasi. Palpasi gerakan pernafasan yang abnormal dan krepitasi
iga atau fraktur tulang rawan membantu diagnosis. Dengan foto toraks
akan lebih jelas karena akan terlihat fraktur iga yang multipel, akan
tetapi terpisahnya sendi costochondral tidak akan terlihat. Pemeriksaan
analisis gas darah yaitu adanya hipoksia akibat kegagalan pernafasan,
juga membantu dalam diagnosis Flail Chest.
3. Ruptur diafragma
Ruptur diafragma pada trauma thoraks biasanya disebabkan oleh
trauma tumpul pada daerah thoraks inferior atau abdomen atas yang
tersering disebabkan oleh kecelakaan. Trauma tumpul didaerah thoraks
inferior akan mengakibatkan peningkatan tekanan intra abdominal
mendadak yangditeruskan ke diafragma. Ruptur terjadi bila diafragma
tidak dapat menahantekanan tersebut, herniasi organintrathoraks dan
strangulasi organ abdomen dapat terjadi. Dapat pula terjadi ruptur
diafragma akibat trauma tembus pada daerah
thoraks inferior.Pada keadaan ini trauma tembus juga akan melukai
organ-organ lain (intrathoraks atau intra abdominal). Ruptur umumnya
terjadi di “puncak” kubah diafragma, ataupun kita bisa curigai
bilaterdapat luka tusuk dada yang didapat kan pada: dibawah ICS
4anterior, di daerah ICS 6 lateral, didaerah ICS 8 posterior. Kejadian
ruptur diafragma lebih sering terjadi di sebelahkiri daripada sebelah
kanan. Kematian dapat terjadi dengan cepat setelah terjadinya trauma
oleh karena shock dan perdarahan pada cavum pleura kiri.
4. Fraktur kosta/iga
Fraktur pada iga (costae) merupakan kelainan tersering yang
diakibatkan trauma tumpul pada dinding dada. Trauma tajam lebih
jarang mengakibatkan fraktur iga, oleh karena luas permukaan trauma
yang sempit, sehingga gaya trauma dapat melalui sela iga. Fraktur iga
terutama pada iga IV-X (mayoritas terkena). Perlu diperiksa adanya
kerusakan pada organ-organ intra-thoraks dan intra abdomen.
Kecurigaan adanya kerusakan organ intra abdomen (hepar atau spleen)
bila terdapat fraktur pada iga VIII-XII. Kecurigaan adanya trauma
traktus neurovaskular utama ekstremitas atas dan kepala (pleksus
brakhialis, a/v subklavia, dsb.), bila terdapat fraktur pada iga I-III atau
fraktur klavikula.
Patah tulang iga sering terjadi pada penderita yang sudah berumur
terutama karena kerapuhan tulang. Berdasarkan bentuk anatomisnya 4
tulang rusuk bagian atas mendapat perlindungan tambahan dari lingkar
bahu, sehingga bila tulang – tulang ini patah berarti gaya yang terima
cukup besar, cedera harus dianggap berbahaya. Fraktur iga sering
ditemukan, gejalanya adalah nyeri pada saat pernafasan.ketakutan akan
nyeri pada pernafasan ini menyebabkan pernafasan menjadi dangkal, dan
sering takut batuk. Keadaan ini dapat menyebabkan komplikasi pada
paru. Iga merupakan komponen dari dinding toraks yang paling sering
mengalami trauma.Perlukaan yang terjadi pada iga sering bermakna.
Gejala dan tanda fraktur iga antara lain nyeri pada saat bernafas,
perubahan bentuk dada, dinding dada tidak mengembang dengan baik,
adanya gerakan paradoks yaitu ada bagian yang bergerak berlawanan
dengan bagian dada lainnya pada saat melakukan gerakan bernafas,
batuk darah, memar yang luas dan jelas di daerah dada, dan sisnosis.
H. Penyimpangan KDM
TERLAMPIR
I. Pengobatan Atau Terapi
a. Gawat Darurat / Pertolongan Pertama
Klien yang diberikan pertolongan pertama dilokasi kejadian maupun
di unit gawat darurat (UGD) pelayanan rumah sakit dan sejenisnya harus
mendapatkan tindakan yang tanggap darurat dengan memperhatikan
prinsip kegawatdaruratan.
Penanganan yang diberikan harus sistematis sesuai dengan keadaan
masing-masing klien secara spesifik. Bantuan oksigenisasi penting
dilakukan untuk mempertahankan saturasi oksigen klien. Jika ditemui
dengan kondisi kesadaran yang mengalami penurunan / tidak sadar maka
tindakan tanggap darurat yang dapat dilakukan yaitu dengan
memperhatikan :
Pemeriksaan dan Pembebasan Jalan Napas (Air-Way)
Klien dengan trauma dada seringkali mengalami permasalahan
pada jalan napas. Jika terdapat sumbatan harus dibersihkan dahulu,
kalau sumbatan berupa cairan dapat dibersihkan dengan jari telunjuk
atau jari tengah yang dilapisi dengan sepotong kain, sedangkan
sumbatan oleh benda keras dapat dikorek dengan menggunakan jari
telunjuk yang dibengkokkan. Mulut dapat dibuka dengan tehnik
Cross Finger, dimana ibu jari diletakkan berlawanan dengan jari
telunjuk Pada mulut korban.
Setelah jalan napas dipastikan bebas dari sumbatan benda asing,
biasa pada korban tidak sadar tonus otot-otot menghilang, maka
lidah dan epiglotis akan menutup farink dan larink, inilah salah satu
penyebab sumbatan jalan napas. Pembebasan jalan napas oleh lidah
dapat dilakukan dengan cara Tengadah kepala topang dagu (Head
tild – chin lift) dan Manuver Pendorongan Mandibula (Jaw Thrust
Manuver).
Pemeriksaan dan Penanganan Masalah Usaha Napas
(Breathing)
Kondisi pernapasan dapat diperiksa dengan melakukan tekhnik
melihat gerakan dinding dada, mendengar suara napas, dan
merasakan hembusan napas klien (Look, Listen, and Feel), biasanya
tekhnik ini dilakukan secara bersamaan dalam satu waktu. Bantuan
napas diberikan sesuai dengan indikasi yang ditemui dari hasil
pemeriksaan dan dengan menggunakan metode serta fasilitas yang
sesuai dengan kondisi klien.
Pemeriksaan dan Penanganan Masalah Siskulasi (Circulation)
Pemeriksaan sirkulasi mencakup kondisi denyut nadi, bunyi
jantung, tekanan darah, vaskularisasi perifer, serta kondisi
perdarahan. Klien dengan trauma dada kadang mengalami kondisi
perdarahan aktif, baik yang diakibatkan oleh luka tembus akibat
trauma benda tajam maupun yang diakibatkan oleh kondisi fraktur
tulang terbuka dan tertutup yang mengenai / melukai pembuluh
darah atau organ (multiple). Tindakan menghentikan perdarahan
diberikan dengan metode yang sesuai mulai dari penekanan hingga
penjahitan luka, pembuluh darah, hingga prosedur operatif.
Jika diperlukan pemberian RJP (Resusitasi Jantung Paru) pada
penderita trauma dada, maka tindakan harus diberikan dengan sangat
hati-hati agar tidak menimbulkan atau meminimalisir kompilkasi dari
RJP seperti fraktur tulang kosta dan sebagainya.
Tindakan Kolaboratif
Pemberian tindakan kolaboratif biasanya dilakukan dengan jenis
dan waktu yang disesuaikan dengan kondisi masing-masing klien
yang mengalami trauma dada. Adapun tindakan yang biasa diberikan
yaitu ; pemberian terapi obat emergensi, resusitasi cairan dan
elektrolit, pemeriksaan penunjang seperti laboratorium darah Vena
dan AGD, hingga tindakan operatif yang bersifat darurat.
b. Konservatif
a. Pemberian Analgetik
Pada tahap ini terapi analgetik yang diberikan merupakan
kelanjutan dari pemberian sebelumnya. Rasa nyeri yang menetap
akibat cedera jaringan paska trauma harus tetap diberikan penanganan
manajemen nyeri dengan tujuan menghindari terjadinya Syok seperti
Syok Kardiogenik yang sangat berbahaya pada penderita dengan
trauma yang mengenai bagian organ jantung.
b. Pemasangan Plak / Plester
Pada kondisi jaringan yang mengalami perlukaan memerlukan
perawatan luka dan tindakan penutupan untuk menghindari masuknya
mikroorganisme pathogen.
c. Jika Perlu Antibiotika
Antibiotika yang digunakan disesuaikan dengan tes kepekaan dan
kultur. Apabila belum jelas kuman penyebabnya, sedangkan keadaan
penyakit gawat, maka penderita dapat diberi “broad spectrum
antibiotic”, misalnya Ampisillin dengan dosis 250 mg 4 x sehari.
d. Fisiotherapy
Pemberian fisiotherapy sebaiknya diberikan secara kolaboratif
jika penderita memiliki indikasi akan kebutuhan tindakan fisiotherapy
yang sesuai dengan kebutuhan dan program pengobatan konservatif.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Trauma thoraks adalah luka atau cedera yang mengenai rongga thorax
yang dapat menyebabkan kerusakan pada dinding thorax ataupun isi dari
cavum thorax yang disebabkan oleh benda tajam atau benda tumpul dan
dapat menyebabkan keadaan gawat thorax akut. Trauma thoraks
diklasifikasikan dengan tumpul dan tembus. Trauma tumpul merupakan
luka atau cedera yang mengenai rongga thorax yang disebabkan oleh benda
tumpul yang sulit diidentifikasi keluasan kerusakannya karena gejala-gejala
umum dan rancu (Brunner & Suddarth, 2002).
Penyebab dari trauma tumpul thoraks adalah kecelakan tabrakan mobil
atau terjatuh dari sepeda motor. Pasien mungkin tidak segera mencari
bantuan medis, yang selanjutnya dapat mempersulit masalah (Brunner &
Suddarth, 2002).
B. Saran
Dari hasil kesimpulan yang telah dikemukakan maka dapat diberikan
saran-saran sebagai bahan masukan bagi pihak yang bersangkutan dalam
rangka meningkatkan kualitas guna menunjang peningkatan kualitas
kesehatan sehingga dapat menjadi literature guna mendukung peningkatan
kualitas pelayanan kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddart. 2001. Keperawatan medikal bedah. Jakarta: EGC
Lukitto, P. Rachmad KB. Manuaba TW. 2004. Dinding Thoraks dan Pleura.
Dalam: Karnadihardja W.Sjamsuhidajat R. Buku Ajar Ilmu Bedah. EGC.
Jakarta. Hal: 4040-14
Bagus, Risang.2009.Gawat Darurat Panduan Kesehatan Wajib Di Rumah
Anda.Yogyakarta: Aulia Publishing
http //:www.chandrarandy.wordpress.com/2012/10/08/konsep-trauma-thorax/

Anda mungkin juga menyukai