Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH SISTEM ENDOKRIN

(DIABETES INSIPIDUS)

Disusun Oleh:

Kelompok 6

Aef Syaifudin

Anih Tasmini

Firmayani

Fitri Angraini

Hesti Purwanti

Juhaeriyah

Nurfadilla

Dosen Pembimbing:

Ns. Zahrah Maulidia Septimaf,S.Kep,M.Kep

KELAS A NON REGULER

S1 KEPERAWATAN

STIKES YATSI TANGERANG

TA 2016 / 2017
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah dengan mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT karena dengan
rahmat dan karunia-Nya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Diabetes
Insipidus”.

Penyusun sangat menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari sempurna, baik mengenai
materi maupun teknik penyusunannya. Karena itu penyusun mengharapkan adanya kritik dan
saran yang membangun dari berbagai pihak sebagai perbaikan dari makalah ini.

Pada kesempatan ini, penyusun ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-
besarnya atas bimbingan, bantuan serta dukungan kepada pihak-pihak yang telah membantu
dalam pembuatan tugas ini.

Akhir kata, penyusun mengharapkan pembuatan makalah yang berjudul “Diabetes


insipidus” ini dapat diterima dan bermanfaat bagi para pembaca.

Wassalamu ’alaikum Wr. Wb.

Tangerang, April 2017

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................... i

DAFTAR ISI ..................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1

A. Latar Belakang ........................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah .................................................................................... 2

C. Tujuan ...................................................................................................... 2

D. Manfaat .................................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................ 3

A. Pengetian ..................................................................................................... 3

B. Klasifikasi ..................................................................................................... 3

C. Etiologi ......................................................................................................... 4

D. Manifestasi ................................................................................................... 4

E. Pathway ........................................................................................................ 5

F. Pemeriksaan Penunjang ................................................................................ 6

G. Penatalaksanaan............................................................................................ 7

H. Komplikasi ................................................................................................... 8

I. Diagnosa Keperawatan ................................................................................. 9

J. Intervensi Keperawatan ................................................................................ 9

BAB III PENUTUP ..................................................................................................... 12

A. Simpulan .................................................................................................. 12

B. Saran ......................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diabetes insipidus adalah suatu penyakit yang jarang ditemukan. Penyakit ini

diakibatkan oleh berbagai penyebab yang mengganggu mekanisme neurohypophyseal-

renal reflex sehingga mengakibatkan kegagalan tubuh dalam mengkonversi air.

Kebanyakan kasus-kasus yang pernah ditemui merupakan kasus idiopatik yang dapat

bermanifestasi pada berbagai tingkatan umur dan jenis kelamin.

B. Rumusan Masalah

 Bagaimana pengertian dari diabetes insipidus?

 Bagaimana klasifikasi diabetes insipidus?

 Bagaimana etiologi diabetes insipidus?

 Bagaimana manifestasi diabetes insipidus?

 Bagaimana pathway dari diabetes insipidus?

 Bagaimana pemeriksaan penunjang pada diabetes insipidus?

 Bagaimana penatalaksanaan pada diabetes insipidus?

 Bagaimana komplikasi dari diabetes insipidus?

 Bagaimana diagnosa Keperawatan pada diabetes insipidus?

 Bagaimana intervensi keperawatan pada diabetes insipidus?

1
C. Tujuan

 Tujuan Umum

Secara umum makalah ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang asuhan

keperawatan diabetes insipidus.

 Tujuan Khusus

o Menjelaskan pengertian dari diabetes insipidus

o Menjelaskan klasifikasi diabetes insipidus

o Menjelaskan etiologi diabetes insipidus

o Menjelaskan manifestasi diabetes insipidus

o Menjelaskan pathway dari diabetes insipidus

o Menjelaskan pemeriksaan penunjang pada diabetes insipidus

o Menjelaskan penatalaksanaan pada diabetes insipidus

o Menjelaskan komplikasi dari diabetes insipidus

o Menjelaskan diagnosa Keperawatan pada diabetes insipidus

o Menjelaskan intervensi keperawatan pada diabetes insipidus

D. Manfaat

Kita yang nantinya sebagai tenaga kesehatan dapat mengetahui dan faham akan

asuhan keperawatan yang tepat untuk pasien dengan diabetes insipidus, sehingga di dunia

rumah sakit nanti dapat menerapkan asuhan keperawatan ke pasien dengan diabetes

insipidus secara tepat.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Diabetes insipidus merupakan suatu gangguan pada lobus posterior kelenjar
hipofisis yang ditandai dengan defisiensi hormon antidiuretik (ADH) atau vasopressin.
Diabetes insipidus diakibatkan oleh berbagai penyebab yang dapat mengganggu
neurohypophyseal renal reflex sehingga mengakibatkan kegagalan tubuh mengkonversi air.
B. Klasifikasi
Diabetes insipidus dibagi menjadi 2 jenis, yaitu:
1. Diabetes insipidus sentral
Diabetes insipidus sentral disebabkan oleh kegagalan penglepasan hormone
anti-diuretik(ADH) yang secara fisiologi dapat merupakan kegagalan sintesis atau
penyimpanan. Secara anatomis, kelainan ini terjadi akibat kerusakan nucleus supra
optic,paraventrikular dan filiformis hipotalamus yang menyintesis ADH. Selain itu DIS
juga timbul akibat kerusakan pada akson traktus supraoptikohipofisealis dan akson
hipofisis posterior dimana ADH disimpan untuk sewaktu-waktu dilepaskan kedalam
sirkulasi jika dibutuhkan.
2. Diabetes insipidus nefrogenik
Istilah diabetes insipidus nefrogenik (DIN) dipakai pada diabetes insipidus yang
tidak respontif terhadap ADH eksogen. Secara fisiologis DIN dapat disebabkan oleh:
o Kegagalan pembentukan dan pemeliharaan gradient osmotic dalam medulla renalis.
o Kegagalan utilisasi gradient pada keadaan dimana ADH berada dalam jumlah yang
cukup dan berfungsi normal.

3
C. Etiologi
1. Diabetes insipidus sentral : Interupsi sistem saraf pusat yang mengganggu
integritas anatomi hipofisis posterior, edema lokal
atau umum dari trauma kepala, lesi vascular, obat
dengan aksi terpusat atau infeksi sistem saraf pusat
yang dapat menyebabkan DIS yang mempengaruhi
sintesis atau pelepasan ADH.
2. Diabetes Nefrogenik : Gangguan herediter langka, terjadi perubahan
structural atau fungsional dalam ginjal (ADH
diproduksi normal, tapi tubulus distal dan koligens
tidak bisa menanggapi
D. Manifestasi klinis
Keluhan dan gejala utama diabetes insipidus adalah poliuri dan polidipsi. Jumlah
cairan yang diminum maupun produksi urine per 24 jam sangat banyak, dapat mencapai 5-10
liter sehari. Berat jenis urine biasanya sangat rendah berkisar 1001-1005 atau 50-200
mOsmol/kgBB. Selain poliuri dan polidipsi biasanya tidak terdapat gejala lain kecuali jika
ada penyakit lain yang menyebabkan timbulnya gangguan pada mekanisme neurohy-
pophyseal-renal reflex tersebut

4
E. Pathway

Diabetes insipidus

Defisiensi hormon antidiuretic


(ADH,vasopressin)

Kegagalan pelepasan ADH atau


tidak resposifnya tubulus ginjal
terhadap vasopresin

Permeabilitas epitel Merangsang pusat


Peningkatan osmolaritas
duktus pengumpul ginjal haus
plasma
terhadap air berkurang

Polidipsi
Pengumpulan air pada
duktus pengumpulan
ginjal Dikompensasi dengan
banyak minum air

Poliuri Terbangun untuk BAK


Penuh pada perut dan
anorexia
Tubuh kehilangan Waktu tidur berkurang
banyak cairan
Keseimbangan nutrisi:
Mengantuk disiang hari kurang dari kebutuhan
Kekurangan volume
cairan

Gangguan pola tidur

Status hidrasi memburuk

Turgor kulit memburuk dan membran


mukosa memburuk

Kerusakan integritas kulit

5
F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan untuk mengindikasi adanya penyakit diabetes
insipidus, yaitu:
1. Uji deprivasi cairan: Sebelum pengujian dimulai pasien diminta untuk mengosongkan
kandung kencingnya kemudian ditimbang berat badannya, diperiksa volume dan berat
jenis atau osmolaritas urine pertama, pada saat ini diambil sample plasma untuk di ukur
osmolaritasnya, kemudian pasien diminta buang air kecil sesering mungkin paling sedikit
setiap satu jam, pasien ditimbang setiap jam bila diuresis lebih dari 300 ml/jam atau
setiap 3 jam bila diuresis kurang dari 300 ml/jam, setiap sample diperiksa osmoralitasnya
dalam keadaan segar atau kalau hal ini tidak mungkin dilakukan semua sample harus
disimpan dalam botol tertutup rapat dan disimpan dilemari es. Pengujian dihentikan
setelah 16 jam atau berat badan menurun 3-4 %.
2. Test salin hipertonik : positif untuk diabetes insipidus jika ada sedikit atau tidak ada
kenaikan kadar ADH plasma/kg
3. Urinalisis menunjukkan keluaran beberapa liter sampai 18 L/hari, berat jenis 1,005,
osmoralitas < 200 mOsm H20
4. Plasma osmolaritas dan serum Na+ naik akibat hipovolemik dan dehidrasi, osmolaritas
serum > 290 mOsm/kgH2O
5. Rontgen cranium
Rontgen cranium dapat menunjukkan adanya bukti tumor intrakranium seperti
kalsifikasi, pembesaran sella tursika, erosi prosesus klinoid, atau makin melebarnya
sutura.

6. MRI
MRI diindikasikan pada pasien yang dicurigai menderita diabetes insipidus.
Gambaran MRI dengan T1 dapat membedakan kelenjar pituitaria anterior dan posterior
dengan isyarat hiperintense atau yang disebut titik terang/isyarat terang. Titik terang
muncul pada MRI kebanyakan penderita normal, namun tidak tambap pada penderita
dengan lesi jaras hipotalamik-neurohipofise. Penderita dengan dabetes insipidus autosom
dominan, titik terang biasanya muncul, mungkin disebabkan oleh akumulasi mutan
kompleks AVP-NP II. Menebalnya tangkai kelenjar pituitaria dapat terlihat dengan MRI
pada penderita dengan diabetes insipidus dan histiositosis sel langerhans (LCH) atau

6
infiltrasi limfosit. Pada beberapa penderita abnormalitas MRI dapat dideteksi bahkan
sebelum bukti klinis LCH lain ada.

G. Penatalaksanaan
Pengobatan diabetes insipidus harus disesuaikan dengan gejala yang
ditimbulkannya. Pada pasien diabetes insipidus sentral parsial dengan mekanisme rasa haus
yang utuh tidak diperlukan terapi apa-apa selama gejala nokturia dan poliuria tidak
mengganggu tidur dan aktivitas sehari-hari. Tetapi pasien dengan gangguan pada pusat rasa
haus, diterapi dengan pengawasan yang ketat untuk mencegah terjadinya dehidrasi. Ini juga
berlaku bagi orang-orang yang dalam keadaan normal hanya menderita diabetes insipidus
sentral parsial tetapi pada suatu saat kehilangan kesadaran atau tudak dapat berkomunikasi.
Pada diabetes insipidus sentral yang komplit biasanya diperlukan terapi
hormone pengganti (hormonal replacement). DDAVP (1-desamino-8-d-arginine
vasopressine) merupakan obat pilihan utama untuk diabetes insipidus sentral. Obat ini
merupakan analog arginine vasopressine manusia sintetik, mempunyai lama kerja yang
panjang dan hanya mempunyai sedikit efek samping jarang menimbulkan alergi dan hanya
mempunyai sedikit pressor effect. Vasopressin tannate dalam minyak (campuran lysine dan
arginine vasopressin) memerukan suntikan setiap 3-4 hari. Vasopressin dalam aqua hanya
bermanfaat untuk diagnostic karena lama kerjanya yang pendek.
Selain terapi hormone pengganti dapat juga dipakai terapi adjuvant yang secara
fisiologis mengatur
keseimbangan air dengan cara :
 Mengurangi jumlah air ke tubulus distal dan collecting duct
 Memacu penglepasan ADH endogen
 Meningkatkan efek ADH endogen yang masih ada pada tubulus ginjal.
Obat-obatan yang biasa dipakai adalah antara lain:
1. Diuretik tiazid
Menyebabkan suatu antineuresis sementara, deplesi ECF ringan dan penurunan GFR. Hal
ini menyebabkan peningkatan reabsorbsi Na+ dan air pada nefron yang lebih proksimal
sehingga menyebabkan berkurangnya air yang masuk ke tubulus distal dan collecting
duct. Tetapi penurunan EAVB (effective arterial blood volume) dapat menyebabkan

7
terjadinya hipotensi ortostatik. Obat ini dapat dipakai pada diabetes insipidus baik sentral
maupun nefrogenik.
2. Klorpropamid
Meningkatkan efek ADH yangmasih ada terhadap tubulus ginjal dan mungkin pula dapat
meningkatkan penglepasan ADH dari hipofisis. Dengan demikian obat ini tidak dapat
dipakai pada diabetes inipidus sentral komplit atau diabetes insipidus nefrogenik. Efek
samping yang harus dipehatikan adalah timbulnya hipoglikemia. Dapat dikombinasi
dengan tiazid untuk mencapai efek ,aksimal. Tidak ada sulfonylurea yang lebih efektif
dan kurang toksik dibandingkan dengan klorpropamid pengobatan diabetes insipidus.
3. Klofibrat
Seperti klorpropamid. Klofibrat juga meningkatkan penglepasan ADH endogen.
Kekurangan klofibrat dibandingkan dengan klorpropamid adalah harus diberikan 4 kali
sehari, tetapi tidak menimbulkan hipoglikemia. Efek samping lain adalah ganguan
saluran cerna, miositis, gangguan fungsi hati. Dapat dikombinasi dengan tiazid dan
klorpropamid untuk dapat memperoleh efek maksimal dan mengurangi efek samping
pada diabetes insipidus sentral parsial.
4. Karbamazepin
Suatu anti konvulsan yang terutama efektif dalam pengobatan tic douloureux,
mempunyai efek seperti klofibrat tetapi hanya mempunyai sedikit kegunaan dan tidak
dianjurkan untuk dipakai secara rutin.
Tindakan medis
1. Terapi cairan parenteral
Jika hanya kekurangan ADH, dapat diberikan obat Clorpropamide, clofibrate untuk
merangsang sintesis ADH di hipotalamus.
2. Jika berat diberikan ADH melalui semprotan hidung onset aksinya adalah 1 jam, durasi
6-12 jam dan diberikan vasopresin( larutan pitressin tannate)
H. Komplikasi
1. Ketidakseimbangan elektrolit
2. Hypovolemia
3. Hipotensi
4. Syok

8
I. Diagnosa Keperawatan
1. Kekurangan volume cairan
2. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan
3. Gangguan pola tidur
4. Kerusakan integritas kulit
J. Intervensi Keperawatan
1. Kekurangan volume cairan
Batasan karakteristik :
o Peningkatan konsentrasi urine
o Haus
o Penurunan turgor kulit
o Membrane mukosa kering
NOC NIC
Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen cairan
selama 31-45 menit diharapkan terjadi  Pertahankan catatan intake dan
keseimbangan cairan,hidrasi dengan output yang akurat
kriteria hasil:  Monitor status hidrasi
 Tekanan darah, nadi, suhu tubuh  Monitor vital sign
dalam batas normal  Monitor masukan makanan/cairan
 Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, dan hitung intake kalori harian
elastisitas turgor kulit baik,  Kolaborasikan pemberian cairan
membrane mukosa lembab, tidak ada intra vena
rasa haus yang berlebihan  Monitor berat badan
 Mempertahankan urine output sesuai
dengan usia dan berat badan

2. Ketidak seimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan


Batasan karakteristik:
o Kurang minat pada makanan
o Cepat kenyang
o Berat badan 20% atau lebih dibawah berat badan ideal

9
NOC NIC
Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen nutrisi
selama 31-45 menit diharapkan terjadi  Kaji adanya alergi makanan
keseimbangan nutrisi dengan kriteria  Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
hasil: menentukan jumlah kalori dan
 Mampu mengindentifikasi kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan pasien
nutrisi  Monitor jumlah nutrisi dan
 Adanya peningkatan berat badan kandungan kalori
sesuai dengan kebutuhan  Berikan informasi tentang kebutuhan
 Tidak ada tanda-tanda malnutrisi nutrisi
 Kaji kemampuan pasien untuk
mendapatkan nutrisi yang
dibutuhkan

3. Gangguan pola tidur


Batasan karakteristik:
o Perubahan pola tidur normal
o Ketidak puasan tidur
o Menyatakan tidak merasa cukup istirahat
NOC NIC
Setelah dilakukan tindakan keperawatan Peningkatan tidur
selama 16-30 menit diharapkan pola tidur  Jelaskan pentingnya tidur yang
teratur dengan kriteria hasil: adekuat
 Jumlah jam tidur dalam batas normal  Ciptakan lingkungan yang nyaman
6-8 jam/hari  Kolaborasi pemberian obat tidur
 Pola tidur, kualitas dalam batas  Diskusikan dengan pasien dan
normal keluarga tentang teknik tidur pasien
 Monitor/ catat kebutuhan tidur pasien
setiap hari

10
4. Kerusakan integritas kulit
Batasan karakteristik:
o Perubahan hormonal
o Gangguan turgor kulit
o Gangguan volume cairan
NOC NIC
Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen elektrolit/cairan
selama 15 menit diharapkan terjadi  Pantau kadar elektrolit yang
keseimbangan cairan,hidrasi dengan abnormal
kriteria hasil:  Monitor perubahan status paru dan
 Tekanan darah, nadi, suhu tubuh jantung yang menunjukkan dehidrasi
dalam batas normal  Timbang berat badan harian
 Tidak ada tanda-tanda dehidrasi,  Berikan cairan yang sesuai
elastisitas turgor kulit baik,  Tingkatkan intake cairan peroral
membrane mukosa lembab, tidak ada sesuai prferensi pasien
rasa haus yang berlebihan  Pastikan bahwa larutan intravena
 Mempertahankan urine output sesuai yang mengandung elektrolit
dengan usia dan berat badan diberikan dengan aliran yang
konstan dan sesuai
 Monitor hasil laboratorium yang
relevan dengan keseimbangan cairan
 Monitor status hemodinamik
 Konsultasikan dengan dokter jika
tanda dan gejala ketidakseimbangan
cairan/elektrolit menetap atau
memburuk

11
BAB IV
PENUTUP

A. Simpulan
Diabetes Insipidus adalah suatu kelainan dimana terdapat kekurangan hormon
antidiuretik yang menyebabkan rasa haus yang berlebihan (polidipsi) dan pengeluaran
sejumlah besar air kemih yang sangat encer (poliuri). Diabetes Insipidus dibagi menjadi 2,
yaitu : diabetes insipidus sentral dan diabetes insipidus nefrogenik
Keluhan dan gejala utama diabetes insipidus adalah poliuri dan polidipsi. Jumlah
cairan yang diminum maupun produksi urine per 24 jam sangat banyak, dapat mencapai 5-
10 liter sehari. Berat jenis urine biasanya sangat rendah berkisar 1001-1005 atau 50-200
mOsmol/kgBB. Selain poliuri dan polidipsi biasanya tidak terdapat gejala lain kecuali jika
ada penyakit lain yang menyebabkan timbulnya gangguan pada mekanisme neurohy-
pophyseal-renal reflex tersebut.
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul yaitu : kekurangan volume cairan,
ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan, gangguan pola tidur, kerusakan integritas
kulit

B. Saran
Mahasiswa keperawatan dan seseorang yang profesinya sebagai perawat
diharapkan mampu memahami dan menguasai berbagai hal tentang diabetes insipidus,
seperti etiologi, pathway, tanda dan gejala, diagnose serta intervensi yang tepat bagi pasien
yang menderita diabetes insipidus.

12
DAFTAR PUSTAKA

Black, Joyce M (2014), Keperawatan Medikal Bedah 1 Edisi 8, Elsevier, Singapore.


Bulechek, Gloria M, dkk (2016), Nursing Intervension Classification, Elsevier, Singapore.
Herdman, T. Heather (2015), Diagnosa Keperawatan Edisi 10, EGC. Jakarta.
Huda N, Amin (2015), Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis&Nanda
Nic- Noc, Mediaction Jogja, Jogjakarta.
Simadibrata K, Marcellus, dkk (2009), Buku Ajar Ilmu penyakit Dalam Edisi V, Internal
Publishing, Jakarta Pusat.

Anda mungkin juga menyukai