Anda di halaman 1dari 27

ASUHAN KEPERAWATAN NY.

N
Dengan DIABETES MELITUS
DI RSUD PANYABUNGAN

Oleh :

NAMA:

Nomor Induk Siswa

SMK KESEHATAN NAMIRA HUSADA MADINA

JURUSAN KEPERAWATAN

2021/2022
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Diabetes Mellitus adalah penyakit metabolisme yang merupakan suatu kumpulan
gejala yang timbul pada seseorang karena adanya peningkatan kadar glukosa darah di
atas nilai normal. Penyakit ini disebabkan gangguan metabolisme glukosa akibat
kekurangan insulin baik secara absolut maupun relatif. (Kemenkes, 2013).
Data World Health Organization (WHO) telah mencatat Indonesia dengan
populasi 230 juta jiwa, menduduki kedudukan keempat di dunia dalam hal jumlah
penderita diabetes terbesar setelah Cina, India, dan Amerika Serikat. Bahkan
Kementerian Kesehatan menyebut prevalensi diabetes mencapai 14,7 persen di perkotaan
dan 7,2 persen di pedesaan. Dengan asumsi penduduk berumur di atas 20 tahun pada
2010 mencapai 148 juta jiwa, diperkirakan ada 21,8 juta warga kota dan 10,7 juta warga
desa menderita diabetes  (http://health.liputan6.com. Diakses 25 April 2015).
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2013, prevalensi
diabetes dan hipertiroid di Indonesia berdasarkan wawancara yang terdiagnosis dokter
sebesar 1,5 persen dan 0,4 persen. DM terdiagnosis dokter atau gejala sebesar 2,1 persen.
Prevalensi diabetes yang terdiagnosis dokter tertinggi terdapat di DI Yogyakarta (2,6%),
DKI Jakarta (2,5%), Sulawesi Utara (2,4%) dan Kalimantan Timur (2,3%). Prevalensi
diabetes yang terdiagnosis dokter atau gejala, tertinggi terdapat di Sulawesi Tengah
(3,7%), Sulawesi Utara (3,6%), dan Nusa Tenggara Timur 3,3 persen. Prevalensi
Diabetes Mellitus berdasarkan diagnosis dokter dan gejala meningkat sesuai dengan  
bertambahnya  umur,   namun   mulai  umur  ≥  65  tahun  cenderung menurun.
(Kemenkes, 2017).
Melihat latar belakang diatas, maka penulis tertarik menyusun sebuah makalah
yang berjudul Diabetes Mellitus.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini yaitu :
1.         Apa definisi dan penyebab dari gangren?
2.         Apa definisi dan penyebab dari diabetes melitus?
3.         Bagaimana patofisiologi diabetes melitus?
4.         Bagaimana tanda dan gejala diabetes melitus?
5.         Bagaimana penatalaksanaan diabetes melitus?
6.         Bagaimanakah Asuhan keperawatan Diabetes Mellitus?
C.      Tujuan Penulisan
Adapun tujuannya yaitu :
1.         Mengetahui definisi dan penyebab dari gangren.
2.         Mengetahui definisi dan penyebab dari diabetes melitus.
3.         Mengetahui patofisiologi diabetes melitus.
4.         Mengetahui tanda dan gejala diabetes melitus.
5.         Mengetahui penatalaksanaan diabetes melitus.
6. Mengetahui Asuhan keperawatan Diabetes Mellitus
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Defenisi Diabetes Melitus

Diabetes Mellitus (kencing manis) adalah suatu penyakit dengan peningkatan glukosa
darah diatas normal. Dimana kadar diatur tingkatannya oleh hormon insulin yang diproduksi
oleh pankreas (Shadine, 2010).

Diabetes Mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh


kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia (Smeltzer, 2002).

Diabetes Mellitus merupakan penyakit sistemis, kronis dan multifaktorial yang


dicirikan dengan dengan hiperglikemia dengan hiper lipidemia (Baradero, 2009).

Diabetes Mellitus adalah suatu sindrom defisiensi sekresi insulin atau pengurangan
efektifitas kerja insulin atau keduanya yang menyebabkan hiperglekimia (Marrelli, 2008).

Arti Diabetes Mellitus dalam bahasa Indonesia adalah sirkulasi darah madu. Kata ini
digunakan karena pada pasien Diabetes Mellitus, meningginya kadar gula darah
termanifestasi juga dalam air seni. Ginjal tidak dapat menahan kadar gula darah yang tinggi
(Tobing, 2008).

Penyakit Kencing Manis (Diabetes Mellitus) adalah suatu kumpulan gejala yang
timbul pada seseorang yang disebabkan adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah
secara terus-menerus (kronis) akibat kekurangan insulin baik kuantitatif maupun kualitatif
(Tapan, 2005).
B. Etiologi
Ada beberapa penyebab Diabetes Mellitus menurut Smeltzer (2002) yakni sebagai
berikut :
a.         Diabetes Tipe I
Diabetes Tipe I ditandai oleh penghancuran sel-sel beta pankreas. Kombinasi
faktor genetik, imunologi, dan mungkin pula lingkungan diperkirakan turut menimbulkan
destruksi sel beta.
1)        Faktor  Genetik
Penderita  Diabetes  Mellitus  tidak   mewarisi  Diabetes  Tipe  I  itu
sendiri, tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya
Diabetes Tipe I. Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe
antigen HLA (Human Leucocyte Antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang
bertanggung jawab atas antigen transplantasi dan proses imun lainnya.
2)        Faktor Imunologi
Pada Diabetes Tipe I terdapat bukti adanya suatu proses autoimun. Respon ini
merupakan respon abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan
cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya saolah-olah sebagai jaringan
asing. autoantibodi terhadap sel-sel pulau langerhans dan insulin endogen (interna)
terdeteksi pada saat diagnosis dibuat dan bahkan beberapa tahun sebelum timbulnya
tanda-tanda klinis Diabetes Tipe I.
3)        Faktor Lingkungan
Infeksi virus misalnya Coxsackie B4, gondongan (mumps),
rubella, sitomegalovirus dan toksin tertentu misalnya golongan nitrosamin yang terdapat
pada daging yang diawetkan dapat memicu proses autoimun yang menimbulkan destruksi
sel beta pankreas.
b.        Diabetes Tipe II
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi
insulin pada Diabetes Tipe II  masih belum diketahui. Faktor genetik diperkirakan
memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin. Selain itu terdapat pula
faktor-faktor risiko tertentu yang berhubungan dengan proses terjadinya Diabetes Tipe II.
Faktor-faktor ini adalah:
a. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 tahun)
b.        Obesitas
c.         Riwayat keluarga
d.        Kelompok etnik (di Amerika Serikat, golongan Hispanik serta penduduk asli
Amerika tertentu memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk terjadinya Diabetes Tipe
II dibandingkan dengan golongan Afro-Amerika).
C. Patofisiologi
a. Diabetes Tipe I

Pada Diabetes Melitus Tipe I terdapat kekurangan insulin absolut sehingga


pasien membutuhkan suplai insulin dari luar.keadaan ini disebabkan oleh lesi
pada sel beta pankreas karena mekanisme autoimun yang pada keadaan tertentu
dipicu oleh infeksi virus. Pulau pankreas diinfiltrasi oleh limfosit T dan dapat
ditemukan autoantibodi terhadap jaringan pulau (antibodi sel langerhans) dan
insulin. Setelah merusak sel beta, antibodi sel langerhans menghilang. Namun
saat sel beta pankreas telah dirusak maka produksi insulin juga akan mengalami
gangguan. Dimana sel beta pankreas tidak akan dapat memproduksi insulin
sehingga akan terjadi defisiensi insulin. Maka akan terjadi hiperglikemia dimana
glukosa akan meningkat di dalam darah sebab tidak ada yang membawa masuk
glukosa ke dalam sel (Silbernalg, 2007).

b. Tipe II

Pada DM tipe II (DM yang tidak tergantung insulin (NIDDM),


sebelumnya disebut dengan DM tipe dewasa) hingga saat ini merupakan diabetes
yang paling sering terjadi. Pada tipe ini, disposisi genetik juga berperan penting.
Namun terdapat defisiensi insulin relatif; pasien tidak mutlak bergantung pada
suplai insulin dari luar. Pelepasan insulin dapat normal atau bahkan meningkat,
tetapi organ target memiliki sensitifitas yang berkurang terhadap insulin. Sebagian
besar pasien DM tipe II memiliki berat badan berlebih. Obesitas terjadi karena
disposisi genetik, asupan makanan yang terlalu banyak, dan aktifitas fisik yang
terlalu sedikit. Ketidakseimbangan antara suplai dan pengeluaran energi
meningkatkan konsentrasi asam lemak di dalam darah. Hal ini selanjutnya akan
menurunkan penggunaan glukosa di otot dan jaringan lemak. Akibatnya, terjadi
resistensi insulin yang memaksa untuk meningkatan pelepasan insulin. Akibat
regulasi menurun pada reseptor, resistensi insulin semakin meningkat. Obesitas
merupakan pemicu yang penting, namun bukan merupakan penyebab tunggal
Diabetes Tipe II.  (Silbernalg, 2007).

C. Manifestasi Klinis

Tanda awal yang dapat diketahui bahwa seseorang menderita DM atau kencing manis
yaitu dilihat langsung dari efek peningkatan kadar gula darah, dimana peningkatan kadar
gula dalam darah mencapai nilai 160-180 mg/dL dan air seni (urine) penderita kencing manis
yang mengandung gula (glucose), sehingga urine sering dilebung atau dikerubuti semut.

Penderita kencing manis umumnya menampakkan tanda dan gejala dibawah ini
meskipun tidak semua dialami oleh penderita :

 Jumlah urine yang dikeluarkan lebih banyak (Polyuria)


 Sering atau cepat merasa haus/dahaga (Polydipsia)
 Lapar yang berlebihan atau makan banyak (Polyphagia)
 Frekwensi urine meningkat/kencing terus (Glycosuria)
 Kehilangan berat badan yang tidak jelas sebabnya
 Kesemutan/mati rasa pada ujung syaraf ditelapak tangan & kaki
 Cepat lelah dan lemah setiap waktu
 Mengalami rabun penglihatan secara tiba-tiba
 Apabila luka/tergores (korengan) lambat penyembuhannya
 Mudah terkena infeksi terutama pada kulit.

Kondisi kadar gula yang drastis menurun akan cepat menyebabkan seseorang
tidak sadarkan diri bahkan memasuki tahapan koma. Gejala kencing manis dapat
berkembang dengan cepat waktu ke waktu dalam hitungan minggu atau bulan, terutama
pada seorang anak yang menderita penyakit diabetes mellitus tipe 1. Lain halnya pada
penderita Diabetes Mellitus Tipe II, umumnya mereka tidak mengalami berbagai gejala
diatas. Bahkan mereka mungkin tidak mengetahui telah menderita kencing manis
(Shadine, 2010).
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

KASUS :

Tn. R berusia 60 tahun dirawat di IRNA Penyakit Dalam Pria RSUP M. Djamil Padang dengan
keluhan masuk badan terasa lemah, penurunan berat badan 8 Kg dalam 1 bulan terakhir. Klien
mempunyai riwayat hipertensi dan tidak kontrol rutin. Penuturan keluarga akhir-akhir ini klien
sering BAK, bila malam hingga 10 kali, sering lapar dan haus namun badan klien semakin kurus
bukan semakin gemuk. Sebelumnya klien sempat tidak sadarkan diri dan dibawa kerumah sakit.
Pada pemeriksaan didapatkan TD=170/100 mmhg, Nadi=80x/menit, RR=20x/menit, T=37,20C.
Gula Darah sewaktu saat masuk 425 mg/dl.

A. Pengkajian

Tanggal pengkajian : 12 Januari 2021

Waktu : 10.00 WIB

Ruang : IP (Interne Pria) RSUP M.Djamil Padang

a. Identitas Pasien

Nama : Tn. R

Umur : 60 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Alamat : Pasar Baru

Pekerjaan : Petani

Tanggal masuk : 10 Januari 2013

No. RM : 00639342
Diagnosa Medis : Diabetes Melitus (DM) Tipe II

Identitas Penanggung jawab:

Nama : Nn. Y

Umur : 54 tahun

Alamat : Pasar Baru

Pekerjan : Ibu Rumah Tangga

Hubungan dengan pasien : Istri

b. Keluhan Utama

Klien merasa badannya lemah, dan mengalami penurunan berat badan 8 kg dalam 1 bulan
terakhir.

c. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke RSUP M. Djamil Padang tanggal 10 Januari 2013 melalui IGD dengan keluhan
badan lemas dan sebelumnya klien sempat tidak sadarkan diri. Keluhan disertai dengan sering
BAK terutama pada malam hari, sering lapar dan haus, namun badan klien semakin kurus bukan
semakin gemuk. Dilakukan pemeriksaan gula darah pada pasien, yang ternyata didapatkan hasil
GDS = 425 g/dl. Oleh dokter yang memeriksa, pasien dianjurkan untuk dirawat. Kemudian klien
dipindahkan ke ruang Interne Pria. Pada saat dilakukan pengkajian tanggal 12 Januari 2013,
klien masih terlihat lemah.

d.Riwayat Penyakit Dahulu

Klien memiliki riwayat penyakit hipertensi.

e. Riwayat Penyakit Keluarga

Keluarga klien ada yang memiliki riwayat penyakit hipertensi.


Genogram Keluarga

f. Pemeriksaan Fisik

1)      Kesadaran : CMC

2)      TTV

TD : 170/100 mmHg

N : 80 x/menit

RR : 20x/menit

S : 37,20 C

3)      TB : 164 Cm

BB : 68 Kg

4)      Kepala : Normoshepal

5)      Rambut : Beruban, tidak mudak dicabut

6)      Mata : Konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik, pupil isokor

7)      Hidung : Simetris, tidak ada sekret, tidak ada fraktur

8)      Mulut : Bibir sedikit kering

9)      Gigi : Caries (+)

10)  Leher : JVP 5-2 CmH2O

11)  Jantung :

Inspeksi : Ictus tidak terlihat

Palpasi : Ictus tidak teraba


Perkusi : Batas atas    : sela iga II linea parasternal kiri

   Batas kanan : sela iga V linea parasternal kanan

   Batas kiri : sela iga VI linea midklavikula kiri

Auskultasi :  BJ I - II reguler, murmur (-), gallop (-)

12)  Dada - Paru :

Inspeksi : Bentuk dada normal, pergerakan nafas kanan kiri simetris

Palpasi : Fremitus taktil simetris kanan kiri

Perkusi : sonor

Auskultasi : Vesikuler, Ronchi (-), Whizing (-)

13)  Abdomen :

Inspeksi : Perut datar, simetris

Palpasi : Nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak  teraba,

Perkusi : Timpani

Auskultasi : BU (+) N

14)  Punggung :

CVA = Nyeri tekan (-)

 Nyeri ketok (-)

15)  Alat Kelamin : Normal

16)  Anus : Normal

17)  Ekstremitas Atas dan Bawah : Tidak ada edema

g. Pemeriksaan Laboratorium
Nilai Normal

Hb : 12,5 gr/dl                                                 Hb: L(13-16)  P(12-15) gr/dl

Hematokrit : 31,8 %                                        Hematokrit: L(40-54) P(37-47) %

Leukosit : 5.100 sel/mm3                                Leukosit: 5.000-10.000 sel/mm3

Trombosit : 137.000/ mm3                              Trombosit:150.000-450.000/mm3

MCV : 83 fL                                                   MCV : 81 – 99 fL

MCH : 26,8 pg                                                MCH : 27,0 – 31,0 pg

MPV : 7,4 fL                                                  MPV : 7,4 – 10,4 fL

MCHC : 32,3 g/dl                                           MCHC : 32 - 36 g/dl

Ureum : 50 mg/dl                                            Ureum : (18 – 55) mg/dl

Creatinin : 1,1 mg/dl                                       Creatinin :  (0,9 – 1,30)

GDS : 425 mg/ dl                                            GDS : 60 - 100 mg/dl

h. Terapi yang diperoleh

·         Infus RL 20 tts/mnt

·         Inj Ranitidin 1 amp/12 jam/iv

·         Glibenklamid  2xI

·         Neurosanbe 1 amp/hari

·         Antasid syrup 3xC I

i. Pengkajian 11 Fungsional Gordon

1)      Pola Persepsi dan Penanganan Kesehatan


Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 12 Januari 2013 pada pukul 10.00, klien
mengatakan bahwa ± 1 tahun yang lalu pasien pernah dirawat di rumah sakit dengan penyakit
hipertensi dan diperbolehkan pulang karena sudah mengalami perbaikan dalam kesehatan selama
perawatan, namun klien tidak pernah kontrol rutin sesuai dengan anjuran dokter . Saat ini, klien
mendapatkan terapi infus RL 20 tts/mnt.

2)      Pola Nutrisi dan Metabolik

Sebelum sakit : Klien makan 3 x/hari, porsi makan cukup, nasi, lauk dan sayur.

Selama sakit : Klien makan diit berupa makanan lunak 3 x/hari yang diberikan RS, pasien makan
hanya habis 3/4 porsi yang diberikan RS. Tetapi klien tetap mengkonsumsi buah-buahan seperti
pepaya dan apel. Klien minum sekitar  2500 cc sehari.

3)      Pola Eliminasi

Sebelum sakit : Klien mengatakan BAB 1 x/hari, konsistensi padat, BAK 6-7 x/hari.

Selama sakit : Klien mengatakan BAB 1 x/hari, BAK sering, bila malam hingga 10 kali, warna
kuning agak keruh, bau khas.

4)      Pola Aktivitas dan Latihan

Sebelum sakit : Klien dapat beraktivitas mandiri tanpa bantuan orang lain, dan klien mengaku
jarang berolahraga

Selama sakit : Aktivitas klien dibantu oleh perawat dan keluarga.

5)      Pola Istirahat dan tidur

Sebelum sakit : Klien mengatakan biasanya tidur ± 6-7 jam /hari.Pasien jarang tidur siang.

Selama sakit : Klien mengatakan tidur 5-6 jam pada malam hari.Pasien hanya dapat sebentar-
bentar tidur siang.Klien mengalami gangguan dalam pola istirahat dan tidur karena sering BAK,
terutama pada malam hari.

6)      Pola kognitif perseptual


Klien mengungkapkan  bahwa beliau juga sedikit bermasalah dengan penglihatannya yang akhir-
akhir ini tiba-tiba sering kabur. Pendengaran klien normal (Tanpa alat bantu). Komunikasi  klien
kurang lancar karena masih lemah. Pengecapan dan pembau klien normal.

7)      Pola Persepsi dan Konsep diri

Klien merasa cemas karena penyakit yang dideritanya, dengan penurunan berat badan yang cepat
dalam 1 bulan terakhir. Klien mengatakan ingin cepat sembuh dan berkumpul dengan keluarga.

8)      Pola peran dan hubungan

Klien adalah seorang kepala keluarga dari 3 orang anak dan 1 istri, klien bekerja sebagai petani
dan istri klien sebagai ibu rumah tangga, dan 3 orang anak klien sudah beranjak dewasa.
Sebelum sakit klien menjadi tulang punggung keluarga namun sejak 1 bulan terakhir karena
klien selalu merasa lelah, anak klien yang pertama yang menggantikan posisi sang ayah yang
bekerja sebagai seorang petani. Hubungan klien dengan anggota keluarga baik hal ini terlihat
dengan keluarga yang selalu menemani klien di rumah sakit.

9)      Pola seksual dan reproduksi

Klien mengalami gangguan dalam hal memenuhi kebutuhan seksualitasnya karena penyakit yang
di deritanya menyebabkan klien sering merasa lemas.

10)  Pola Mekanisme koping dan stress

Klien mengatakan setiap ada masalah dibicarakan dengan keluarga. Klien terlihat cemas karena
biaya pengobatan yang harus ditanggung oleh anak-anaknya. Klien berharap bisa cepat sembuh,
sehingga dapat meringankan beban anak-anaknya.

11)  Pola Nilai dan Kepercayaan

Klien adalah seorang muslim, meskipun dalam keadaan sakit klien masih tetap menjalankan
kewajibannya untuk beribadah dan berdoa untuk kesembuhannya
B. Analisa Data

No Data Subjektif &Objektif Etiologi Masalah Keperawatan


1         Data Subjektif : Penurunan Ketidakseimbangan
a)      klien sering merasa lapar dan Insulin Nutrisi: Kurang dari
haus Kebutuhan Tubuh
b)      klien mengatakan berat
badannya menurun selama 1
bulan terakhir
        Data Objektif :  
a)      Berat badan klien sebelum
sakit 76 kg setelah sakit 68 kg
b)      Mukosa bibir kering
c)      Klien makan 3x/hari,
3
menghabiskan /4 porsi
makanan dan mengkonsumsi
buah-buahan

2 Data Subjektif : Diuresis Osmotik Kekurangan Volume


a)      Klien mengatakan sering Cairan
merasa haus
b)      Klien mengaku sering
BAK, bila malam hari hingga
10 kali
c)      Klien mengatakan berat
badannya menurun selama 1
bulan terakhir
-          Data Objektif :
a)      Klien minum sekitar 
2500 cc sehari
b)      Klien terlihat kurang
tidur, karena sering BAK,
terutama pada malam hari
c)      Berat badan klien
sebelum sakit 76 kg setelah
sakit 68 kg
d)     Mukosa bibir kering
e)      TD : 170/100 mmHg
f)       N : 80x/menit
g)      RR : 20x/menit
h)      S : 37,2o C

3 Data Subjektif : Kelemahan Intoleransi Aktivitas


a)      Klien mengaku jarang
berolahraga saat waktu luang.
b)      Klien mengatakan lemas
-          Data Obejektif :
a)      Aktivitas klien dibantu
perawat dan keluarga
b)      Klien terlihat lemah
c)      TB/BB : 164cm/68kg
d)     BMI : 25, 28 (overweight)
e)      Level Aktifitas : Level 3
(membutuhkan bantuan orang
lain).

C. Daftar Masalah Keperawatan


1. Ketidakseimbangan Nutrisi : Kurang Dari Kebutuhan Tubuh b/d Penurunan
Insulin
2. Kekurangan Volume Cairan b/d Diuresis Osmotik
3. Intoleransi Akivitas b/d Kelemahan.
D. Prioritas Masalah Keperawatan
1. Ketidakseimbangan Nutrisi : Kurang Dari Kebutuhan Tubuh b/d Penurunan Insulin
2. Kekurangan Volume Cairan b/d Diuresis Osmotik
3. Intoleransi Akivitas b/d Kelemahan
E. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa NOC NIC


1 Ketidakseimbangan   Status Gizi : Asupan Monitor gizi
Nutrisi : Kurang Makanan Dan Cairan Aktivitas yang dilakukan :
Dari Kebutuhan Klien diharapkan         Amati kecenderungan
Tubuh b/d mampu untuk : pengurangandan dan penambahan
Penurunan Insulin -          BB
Mempertahankan berat         Monitor jenis dan jumlah latihan
badan yang dilaksanakan
-                  Monitor respon emosional klien
Mempertahankan masa ketika ditempatka pada suatu
tubuh dan berat badan keadaan yang ada makanan
dalam batas normal         Monitor lingkungan tempat
-          Memiliki nilai makanan
laboratorium dalam         Monitor mual dan muntah
batas normal         Monitor tingkat energi, rasa tidak
-          Melaporkan enak badan,kelatihan dan
tingkat energi yang kelemahan
adekua         Monitor masukan kalori dari bahan
makanan
         Manajemen Nutrisi

Aktivitas yang dilakukan :


        Kaji apa klien ada alergi makanan
        Kerja sama dengan ahli gizi dalam
menentukan jumlah kalori, protein
dan lemak secara tepat sesuai
dengan kebutuhan klien.
        Ajari klien tentang diet yang bener
sesuai kebutuhan tubuh
        Monitor catatan makanan yang
masuk atas kandungan gizi dan
jumlah kalori
        Timbang BB secara teratur
        Pasyikan bahwa diet mengandung
makanan yang berserat tinggi untuk
mencegah sembelit
        Pastikan kemampuan klien untuk
memenuhi kebutuhan
         Manajemen Hiperglikemi
Aktivitas yang dilakukan :
        Monitor guladarah sesuaiindikasi
        Monitor tanda dan gejala poliuri,
polidipsi, polifagia. Keletihan,
pandangankabur atausakit kepala
        Monitor TTV sesuai indikasi
        Batasi latihan ketika gula darah
besar dari 250mg/dl khusus nya
adanya keton dalam urin
        Monitor status cairan intake output
sesuai kebutuhan

Kekurangan Keseimbangan Manajemen Asam-Basa


Volume Cairan b/d Elektrolit dan asam- Aktivitas yang dilakukan :
Diuresis Osmotik Basa -          Monitor status hemodinamik
Klien diharapkan termasuk CVP (tekanan vena
mampu untuk sentral), MAP (tekanan arteri rata-
menormalkan : rata), PAP (tekanan arteri paru)
-          Albumin serum -          Dapatkan hasil labor untuk
-          pH serum menganalisa keseimbangna asam
-          Kreatinin serum basa seperti ABG, urin dan level
-          Bikarbonat serum
serum -          Pantau ketidakseimbangan
-          pH Urine elektrolit yang semakin buruk
·         Keseimbangan dengan mengoreksi
Cairan ketidakseimbangan asam basa
Klien diharapkan -          Dorong pasien dan keluarga
mampu untuk untuk aktif dalam  pengobatan
menormalkan : ketidakseimbangan asam basa
-          Tanda-tanda ·         Manajemen Cairan
dehidrasi tidak ada Aktivitas yang dilakukan :
-          Mukosa mulut -          Timbang BB tiap hari
dan bibir lembab -          Pertahankan intake yang
-          Balan cairan akurat
seimbang -          Monitor status hidrasi
·         Hidrasi (seperti :kelembapan mukosa
Klien diharapkan membrane, nadi)
mampu menormalkan : -          Monitor status hemodinamik
-          Hidrasi kulit termasuk CVP,MAP, PAP
-          Kelembaban -          Monitor hasil lab. terkait
membran mukosa\ retensi cairan (peningkatan BUN,
-          Haus yang Ht ↓)
abormal -          Monitor TTV
-          Pengeluaran -          Monitor adanya indikasi
urin retensi/overload cairan (seperti
-          Tekanan darah :edem, asites, distensi vena leher)
-          Monitor perubahan BB klien
sebelum dan sesudah dialisa
-          Monitor status nutrisi
-          Monitor respon pasien untuk
meresepkan terapi elektrolit
·         Pemantauan Cairan
Aktivitas yang dilakukan :
-          Kaji tentang riwayat jumlah
dan tipe intake cairan dan pola
eliminasi
-          Kaji kemungkinan factor
resiko terjadinya imbalan cairan
(seperti : hipertermia, gagal jantung,
diaforesis, diare, muntah, infeksi,
disfungsi hati)
-          Monitor BB, intake dan
output
-          Monitor nilai elektrolit urin
dan serum
-          Monitor osmolalitas urin dan
serum
-          Monitor membrane mukosa,
turgor dan rasa haus
-          Monitor warna dan kuantitas
urin

Intoleransi Akivitas Toleransi Aktivitas Terapi Aktivitas


b/d Kelemahan Klien diharapkan
Aktivitas yang dilakukan :
mampu untuk
        Monitor program aktivitas klien.
menyeimbangkan :
        Bantu klien untuk melalukan
-          Denyut nadi
aktivitas yang biasanya ia lakukan.
saat beraktivitas.
        Jadwalkan klien untuk latihan-
-          Jumlah
latihan fisik secara rutin.
pernafasan saat
        Bantu klien dengan aktivitas-
beraktivitas.
aktivitas fisik.
-          Tekanan darah
        Monitor respon fisik, sosial, dan
sistolik saat spiritual dari klien terhadap
beraktivitas. aktivitasnya.
-          Tekanan darah        Bantu klien untuk memonitor
diastolic saat kemajuan dari pencapaian tujuan.
beraktivitas.          Pengajaran : Penentuan
-          Warna kulit. Aktivitas dan Latihan
-          Kekuatan tubuh
Aktivitas yang dilakukan :
bagian atas.
        Ajarkan klien tentang :
-          Kekuatan tubuh
a.       Tujuan dan kegunaan aktivitas dan
bagian bawah.
latihan.
·         Daya Tahan
b.      Bagaimana cara melakukan suatu
Tubuh
aktivitas.
Klien diharapkan
c.       Bagaimana cara memonitor
mampu untuk
toleransi aktivitas.
menyeimbangkan :
d.      Bagaimana menjaga latihan.
-          Aktivitas
        Berikan informasi kepada klien
-          Daya tahan otot
bagaiamana teknik-teknik untuk
-          Hemoglobin
menyimpan energi.
-          Hematocrit
        Berikan informasi-informasi
-          Glukosa darah
seputar kesehatan fisik klien.
-          Serum elektrolit
         Mengontrol berat badan
-          Rasa lelah
·         Perawatan Aktivitas yang dilakukan :
Diri : Aktivitas-         Diskusikan dengan klien hubungan
aktivitas sehari-hari antara intake maknan, latihan,
Klien diharapkan peningkatan berat badan dan
mampu untuk kehilangan berat badan
menyeimbangkan :         Diskusikan dengan klien kondisi
-          Pola makan. pengobatan yang mempengaruhi
-          Berjalan. berat badan
-          Aktivitas         Diskusikan hubungan resiko berat
badan normal dan tidak normal
        Beri informasi kepada klien tentang
berat badan yang ideal
        Diskusikan bersama klien metode
tentang intake makanan sehari-hari
        Minta informasi dari klien, apakah
ada dukungan luar yang
mempengaruhi berat badannya
        Kaji peningkatan keseimbangan
makanan.

F. Implementasi Keperawatan

No Diagnosa Implementasi Evaluasi


1 Ketidakseimbangan -mengkaji penurunan S : Klien mengatakan masih sering
Nutrisi: Kurang BB lapar dan haus.
dari kebutuhan -memonitor masukan O: klien tampak lemas
tubuh kalori dari bahan A: masalah belum teratasi
makanan P: intervensi dilanjutkan.
-mengkaji apa klien
ada alergi makanan
- melakukan
kolaborasi dengan ahli
gizi dalam
menentukan jumlah
kalori, protein dan
lemak secara tepat
sesuai dengan
kebutuhan klien.
-mengajari klien
tentang diet yang
bener sesuai
kebutuhan tubuh
- mencatat makanan
yang masuk atas
kandungan gizi dan
jumlah kalori
- menimbang BB
secara teratur
-memonitor gula
darah sesuaiindikasi
- Monitor tanda dan
gejala poliuri,
polidipsi, polifagia.
Keletihan,
pandangankabur
atausakit kepala
-  Monitor TTV sesuai
indikasi
- membatasi latihan
ketika gula darah
besar dari 250mg/dl
khusus nya adanya
keton dalam urin
- memonitor status
cairan intake output
sesuai kebutuhan
BAB IV

Penutup

A. Kesimpulan
DM yaitu kelainan metabolik akibat dari kegagalan pankreas untuk mensekresi
insulin (hormon yang responsibel terhadap pemanfaatan glukosa) secara adekuat. Akibat
yang umum adalah terjadinya hiperglikemia.
DM merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kelainan kadar
glukosa dalam darah atau hiperglikemia yang disebabkan defisiensi insulin atau akibat
kerja insulin yang tidak adekuat (Brunner & Suddart).
Kadar gula darah sepanjang hari bervariasi, meningkat setelah makan dan kembali
normal dalam waktu 2 jam. Kadar gula darah yang normal pada pagi hari setelah malam
sebelumnya berpuasa adalah 70-110 mg/dL darah. Kadar gula darah biasanya kurang dari
120-140 mg/dL pada 2 jam setelah makan atau minum cairan yang mengandung gula
maupun karbohidrat lainnya.
B. Saran
Bagi penderita diabetes mellitus diharapkan selalu menjaga gaya hidup karena ini
sangat berpengaruh terhadap keparahan dari penyakit itu sendiri maka dari itu penderita
penyakit diabetes mellitus haus selalu menjaga kandungan gula dalam darah dengan tidak
mengkonsumsi makanan yang mengandung kadar glukosa yang tinggi. Untuk dari itu
penderita bisa menggantinya dengan gula jagung. Pederita juga harus harus rajin dalam
olahraga karena itu sangat penting bagi kesehatan anda.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito & Moyet (2007). Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC.
Guthrie, Diana W. Guthrie ,Richard A. 2002. Management of Diabetes Mellitus, A guide to the
pattern approach. 6th ed. New York : Springer Publishing

Johnson, M.,et all, 2008, Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition, IOWA
Intervention Project, Mosby.
Lanywati, Endang (2007). Diabetes Melitus Penyakit Kencing Manis. Yokyakarta: kanisius.

Mc Closkey, C.J., Iet all, 2008, Nursing Interventions Classification (NIC) econd Edition, IOWA
Intervention Project, Mosby.
Price & Wilson (2006). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.
Jakarta: EGC.
Sujono & Sukarmin (2008). Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Eksokrin &
Endokrin pada Pankreas. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Wilkinson, Judith M. (2007). Buku Saku Diagnosis Keperawatan Nic Noc. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai