Anda di halaman 1dari 47

LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DENGAN DIABETES MELITUS

PADA PASIEN DI RUANG ASYIFA RSI BANJARNEGARA

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Tugas Mata kuliah Keperawatan


Medikal Bedah II yang diampu oleh:
Mustiah Yulistiani, S.Kep., M.Kep.

Disusun Oleh :

Ilham Kurnia
2111010026

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN DIII


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan atas kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat-Nya saya
dapat menyelesaikan Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan tepat pada waktunya.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Dosen Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah
II yang telah memberikan tugas ini kepada saya dan Kepada CI ruangan saya.Keberhasilan
saya dalam menyelesaikan Laporan Pendahuluan ini tentunya tidak lepas dari bantuan berbagai
pihak. Untuk itu, saya menyampaikan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu
dalam penyelesaian Laporan Pendahuluan ini.

Saya menyadari bahwa dalam penulisan Laporan Pendahuluan ini masih jauh dari
kesempurnaan dan masih banyak kekurangan yang perlu diperbaiki, untuk itu, Saya
mengharapkan saran yang membangun demi kesempurnaan Laporan Pendahuluan ini,
sehingga dapat bermanfaat bagi siapapun yang membacanya.

Purwokerto, 23 April 2024

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................ i

DAFTAR ISI.............................................................................................................................. ii

KONSEP DASAR DIABETES MELITUS (DM)..................................................................... 1

A. Pengertian........................................................................................................................ 1

B. Etiologi............................................................................................................................ 1

C. Tanda dan Gejala ............................................................................................................ 2

D. Patofisiologi .................................................................................................................... 3

E. Pathways ......................................................................................................................... 5

F. Pemeriksaan Penunjang .................................................................................................. 6

G. Penatalaksanaan .......................................................................................................... 8

H. Fokus Pegkajian ............................................................................................................ 10

I. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul ........................................................... 10

J. Intervensi Keperawatan................................................................................................. 11

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 20

ii
KONSEP DASAR DIABETES MELITUS (DM)

A. Pengertian
Diabetes Mellitus merupakan sindrom metabolik yang ditandai dengan
hiperglikemia karena defek pada sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya.
Hiperglikemia kronis pada Diabetes Mellitus dapat diasosiasikan dengan terjadinya
kerusakan jangka panjang, disfungsi serta kegagalan multi organ terutama mata, ginjal,
saraf, jantung, dan pembuluh darah (ADA, 2013).
Diabetes adalah penyakit kronis, yang terjadi ketika pankreas tidak
menghasilkan insulin yang cukup, atau ketika tubuh tidak dapat secara efektif
menggunakan insulin yang dihasilkan. Hal ini menyebabkan peningkatan konsentrasi
glukosa dalam darah (WHO, 2012).
Diabetes Mellitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin,
atau keduanya. Diabetes Mellitus juga disertai dengan gangguan metabolisme
karbohidrat, lemak, dan protein yang disebabkan oleh kekurangan hormon insulin
secara relatif maupun absolut (Perkeni, 2015).
Diabetes Melitus (DM) adalah kelainan metabolisme karbohidrat, di mana
glukosa darah tidak dapat digunakan dengan baik, sehingga menyebabkan keadaan
hiperglikemia. DM merupakan kelainan endokrin yang terbanyak dijumpai. Penderita
DM mempunyai risiko untuk menderita komplikasi yang spesifik akibat perjalanan
penyakit ini, yaitu retinopati (bisa menyebabkan kebutaan), gagal ginjal, neuropati,
aterosklerosis (bisa menyebabkan stroke), gangren, dan penyakit arteria koronaria
(Coronary artery disease) (Perkeni, 2015)
B. Etiologi
Diabetes Melitus tipe I Diabetes Melitus tipe I ditandai oleh penghancuran sel-
sel beta pankreas. Kombinasi faktor genetik, imunologi dan mungkin pula lingkungan
(misalnya, infeksi virus) diperkirakan turut menimbulkan destruksi sel beta.
1. Faktor-faktor genetik Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri,
tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecendrungan genetik ke arah terjadinya
Diabetes Melitus tipe I. Kecendrungan genetik ini ditemukan pada individu yang
memiliki tipe antigen HLA (human leococyte antigen) tertentu. HLA merupakan

1
kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen trasplantasi dan proses imun
lainnya.
2. Faktor-faktor imunologi Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon
autoimun. Respon ini merupakan respon abnormal dimana antibodi terarah pada
jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang
dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing (Smeltzer Suzanne C, 2001).
3. Virus dan bakteri Virus penyebab DM adalah rubela, mumps, dan human
coxsackievirus B4 Melalui mekanisme infeksi sitolitik dalam sel beta, virus ini
mengakibatkan destruksi atau perusakan sel. Bisa juga, virus ini menyerang melalui
reaksi autoimunitas yang menyebabkan hilangnya otoimun dalam sel beta. Diabetes
Melitus akibat bakteri masih belum bisa dideteksi. Namun, para ahli kesehatan
menduga bakteri cukup berperan menyebabkan DM.
4. Bahan toksik atau beracun Bahan beracun yang mampu merusak sel beta secara
langsung adalah alloxan, pyrinuron (rodentisida), dan streptozoctin (produk dari
sejenis jamur). Bahan lain adalah sianida yang berasal dari singkong (Maulana
Mirza, 2009).

Menurut Ndraha (2014), pada penderita DM tipe II atau Insulin Non-Dependent


Diabetes Mellitus (NIDDM) terjadi hiperinsulinemia tetapi insulin tidak bisa membawa
glukosa masuk ke dalam jaringan karena terjadi resistensi insulin yang merupakan turunnya
kemampuan insulin untuk merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan
untuk menghambat produksi glukosa oleh hati. Oleh karena terjadi resistensi insulin
(reseptor insulin sudah tidak aktif karena dianggap kadarnya masih tinggi dalam darah)
akan mengakibatkan defisiensi relatif imun. Menurut Depkes dalam Fitriyani (2012), DM
tipe 2 bukan disebabkan oleh kurangnya sekeresi insulin, namun karena sel-sel sasaran
insulin gagal atau tak mampu merespon insulin secara normal. Keadaan ini lazim disebut
sebagai “resistensi insulin”. Resistensi insulin banyak terjadi akibat dari obesitas, kurang
aktifitas fisik, dan penuaan.
C. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala dari diabetes melitus dapat digolongkan menjadi gejala akut
dan gejala kronik
1. Gejala Akut Penyakit Diabetes melitus Gejala penyakit DM dari satu penderita ke
penderita lain bervariasi bahkan, mungkin tidak menunjukkan gejala apa pun
sampai saat tertentu.

2
a. Pada permulaan gejala yang ditunjukkan meliputi serba banyak (Poli), yaitu:
1) Banyak makan (poliphagia).
2) Banyak minum (polidipsia).
3) Banyak kencing (poliuria).
b. Bila keadaan tersebut tidak segera diobati, akan timbul gejala:
1) Banyak minum.
2) Banyak kencing.
3) Nafsu makan mulai berkurang/ berat badan turun dengan cepat (turun 5-10 kg
dalam waktu 2-4 minggu).
4) Mudah lelah.
5) Bila tidak lekas diobati, akan timbul rasa mual, bahkan penderita akan jatuh koma
yang disebut dengan koma diabetik.
2. Gejala Kronik Diabetes melitus Gejala kronik yang sering dialami oleh penderita
Diabetes melitus adalah sebagai berikut:
a. Kesemutan.
b. Kulit terasa panas, atau seperti tertusuk-tusuk jarum.
c. Rasa tebal di kulit.
d. Kram.
e. Capai.
f. Mudah mengantuk.
g. Mata kabur, biasanya sering ganti kacamata
h. Gatal di sekitar kemaluan terutama wanita.
i. Gigi mudah goyah dan mudah lepas kemampuan seksual menurun,bahkan
impotensi.
j. Para ibu hamil sering mengalami keguguran atau kematian janin dalam kandungan,
atau dengan bayi berat lahir lebih dari 4 kg.
D. Patofisiologi
Diabetes Mellitus merupakan penyakit yang disebabkan oleh adanya defisiensi
(kekurangan) insulin secara relatif maupun absolut. Defisiensi insulin dapat terjadi melalui
3 jalan, yaitu (Fatimah, 2015):
1. Rusaknya sel-sel beta pankreas karena pengaruh dari luar (virus, zat kimia, dan lain-
lain);
2. Desensitasi atau penurunan reseptor glukosa pada kelenjar pankreas;
3. Desensitasi atau kerusakan reseptor insulin di jaringan perifer.

3
Pada patofisiologi DM tipe 2 terdapat beberapa keadaan yang berperan yaitu:
1. Resistensi insulin; dan
2. Disfungsi sel beta pankreas
Diabetes Mellitus tipe 2 bukan disebabkan oleh kurangnya sekresi insulin melainkan
disebabkan oleh sel-sel sasaran insulin gagal atau tidak mampu merespon insulin secara
normal. Keadaan ini lazim disebut sebagai resistensi insulin (Teixeria, 2011).
Resistensi insulin terjadi akibat faktor genetik dan lingkungan seperti obesitas, diet
tinggi lemak, rendah serat, dan kurangnya aktivitas fisik serta penuaan. Pada penderita
Diabetes Mellitus tipe 2 dapat juga terjadi produksi glukosa hepatik yang berlebihan
namun tidak terjadi kerusakan sel-sel beta langerhans secara autoimun. Defisiensi fungsi
insulin pada penderita DM tipe 2 hanya bersifat relatif dan tidak absolut (Fatimah 2015).
Pada awal perkembangan DM tipe 2, sel beta menunjukan gangguan pada sekresi
insulin fase pertama, artinya sekresi insulin gagal mengkompensasi resistensi insulin.
Apabila tidak ditangani dengan baik, pada perkembangan selanjutnya akan terjadi
kerusakan sel-sel beta pankreas. Kerusakan sel-sel beta pankreas akan terjadi secara
progresif seringkali akan menyebabkan defisiensi insulin sehingga penderita memerlukan
insulin eksogen. Pada penderita DM tipe 2 umumnya ditemukan kedua faktor tersebut
yakni resistensi insulin dan defisiensi insulin (Sherwood, 2011). Ketika kadar glukosa
dalam darah meningkat, pankreas mengeluarkan hormon yang disebut insulin yang
memungkinkan sel tubuh menyerap glukosa untuk digunakan sebagai sumber tenaga.
Hiperglikemia, tanda utama diabetes melitus, terjadi akibat penurunan penyerapan glukosa
oleh sel-sel disertai oleh peningkatan pengeluaran glukosa oleh hati. Pengeluaran glukosa
oleh hati meningkat karena proses-proses yang menghasilkan glukosa yaitu glikogenolisis
dan glukoneogenesis berlangsung tanpa hambatan karena insulin tidak ada. Sebagian besar
sel tubuh tidak dapat menggunakan glukosa tanpa bantuan insulin sehingga pada keadaan
kronis akan terjadi kelebihan glukosa ekstrasel sementara terjadi defisiensi glukosa intrasel
(Sherwood, 2011).

4
E. Pathways

5
F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Penunjang untuk Diabetes Melitus. Pemeriksaan penyaring dapat
dilakukan dengan pemeriksaan glukosa darah sewaktu, kadar glukosa darah puasa,
kemudian diikuti dengan Tes Toleransi Glukosa Oral standar. Untuk kelompok resiko
tinggi DM, seperti usia dewasa tua, tekanan darah tinggi, obesitas, dan adanya riwayat
keluarga, dan menghasilkan hasil pemeriksaan negatif, perlu pemeriksaan penyaring
setiap tahun. Bagi beberapa pasien yang berusia tua tanpa faktor resiko, pemeriksaan
penyaring dapat dilakukan setiap 3 tahun.
Pemeriksaan glukosa plasma puasa ≥126 mg/dl. Puasa adalah kondisi tidak ada
asupan kalori minimal 8 jam. Atau Pemeriksaan glukosa plasma ≥200 mg/dl 2 jam
setelah Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) dengan beban 75 gram. (peringkat bukti
B) Atau Pemeriksaan glukosa plasma sewaktu ≥200 mg/dl dengan keluhan klasik.
AtauPemeriksaan HbAlc 6,5% dengan menggunakan metode High-Performance
Liquid Chromatography (HPLC) yang terstandarisasi oleh National Glycohaemoglobin
Standarization Program (NGSP).
1. Tes Toleransi Glukosa Oral/TTGO

Tes ini telah digunakan untuk mendiagnosis diabetes awal secara pasti, namun tidak
dibutuhkan untuk penapisan dan tidak sebaiknya dilakukan pada pasien dengan
manifestasi klinis diabetes dan hiperglikemia
Cara pemeriksaannya adalah :
a. Tiga hari sebelum pemeriksaan, pasien makan seperti biasa
b. Kegiatan jasmani cukup
c. Pasien puasa selama 10 – 12 jam
d. Periksa kadar glukosa darah puasa
e. Berikan glukosa 75 gram yang dilarutkan dalam air 250 ml, lalu minum dalam waktu
5 menit
f. Periksa kadar glukosa darah saat ½, 1, dan 2 jam setelah diberi glukosa
g. Saat pemeriksaan, pasien harus istirahat, dan tidak boleh merokok
Hasil pemeriksaan yang tidak memenuhi kriteria normal atau DM, maka dapat
digolongkan ke dalam kelompok prediabetes yang meliputi: toleransi glukosa terganggu
(TGT), glukosa darah puasa terganggu (GDPT). 1. Glukosa darah puasa terganggu
(GDPT): Hasil pemeriksaan glukosa plasma puasa antara 100-125 mg/dl dan
pemeriksaan TTGO glukosa plasma 2 jam <140 mg/dl 2. Toleransi glukosa terganggu

6
(TGT): Hasil pemeriksaan glukosa plasma 2 jam setelah TTGO antara 140-199 mg/dl
Diagnosis prediabetes dapat juga ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan HbA1c 5,7-
6,4%.Tes Benedict
Pada tes ini, digunakan reagen Benedict, dan urin sebagai spesimen
Cara kerja :
1) Masukkan 1 – 2 ml urin spesimen ke dalam tabung reaksi
2) Masukkan 1 ml reagen Benedict ke dalam urin tersebut, lalu dikocok
3) Panaskan selama kurang lebih 2-3 menit
4) Perhatikan jika adanya perubahan warna
Tes ini lebih bermakna ke arah kinerja dan kondisi ginjal, karena pada keadaan DM,
kadar glukosa darah amat tinggi, sehingga dapat merusak kapiler dan glomerulus ginjal,
sehingga pada akhirnya, ginjal mengalami ”kebocoran” dan dapat berakibat terjadinya
Renal Failure, atau Gagal Ginjal. Jika keadaan ini dibiarkan tanpa adanya penanganan
yang benar untuk mengurangi kandungan glukosa darah yang tinggi, maka akan terjadi
berbagai komplikasi sistemik yang pada akhirnya menyebabkan kematian karena Gagal
Ginjal Kronik.
Hasil dari Benedic Test
0 = Berwarna Biru. Negatif. Tidak ada Glukosa.. Bukan DM
+1 = Berwarna Hijau . Ada sedikit Glukosa. Belum pasti DM, atau DM stadium dini/awal
+2 = Berwarna Orange. Ada Glukosa. Jika pemeriksaan kadar glukosa darah
mendukung/sinergis, maka termasuk DM
+3 = Berwarna Orange tua. Ada Glukosa. Positif DM
+4 = Berwarna Merah pekat. Banyak Glukosa. DM kronik
2. Rothera test

Pada tes ini, digunakan urin sebagai spesimen, sebagai reagen dipakai, Rothera agents,
dan amonium hidroxida pekat
Test ini untuk berguna untuk mendeteksi adanya aceton dan asam asetat dalam urin, yang
mengindikasikan adanya kemungkinan dari ketoasidosis akibat DM kronik yang tidak
ditangani. Zat – zat tersebut terbentuk dari hasil pemecahan lipid secara masif oleh tubuh
karena glukosa tidak dapat digunakan sebagai sumber energi dalam keadaan DM,
sehingga tubuh melakukan mekanisme glukoneogenesis untuk menghasilkan energi. Zat
awal dari aceton dan asam asetat tersebut adalah Trigliseric Acid/TGA, yang merupakan
hasil pemecahan dari lemak.

7
Cara kerja :
1) Masukkan 5 ml urin ke dalam tabung reaksi
2) Masukkan 1 gram reagens Rothera dan kocok hingga larut
3) Pegang tabung dalam keadaan miring, lalu 1 - 2 mlmasukkan amonium hidroxida
secara perlahan – lahan melalui dinding tabung
4) Taruh tabung dalam keadaan tegak
5) Baca hasil dalam setelah 3 menit
Adanya warna ungu kemerahan pada perbatasan kedua lapisan cairan
menandakan adanya zat – zat keton.
G. Penatalaksanaan
1. Medis
Tujuan utama terapi DM adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan
kadar glukosa darah dalam upaya mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler
serta neuropatik. Tujuan terapeutik pada setiap tipe DM adalah mencapai kadar
glukosa darah normal tanpa terjadi hipoglikemia dan gangguan serius pada pola
aktivitas pasien. Ada lima komponen dalam penatalaksanaan DM, yaitu :
a. Diet
Syarat diet DM hendaknya dapat :
1) Memperbaiki kesehatan umum penderita
2) Mengarahkan pada berat badan normal
3) Menekan dan menunda timbulnya penyakit angiopati diabetik
4) Memberikan modifikasi diit sesuai dengan keadaan penderita
5) Menarik dan mudah diberikan
b. Latihan
Beberapa kegunaan latihan teratur setiap hari bagi penderita DM, adalah :
1) Meningkatkan kepekaan insulin, apabila dikerjakan setiap 1 1/2 jam
2) sesudah makan, berarti pula mengurangi insulin resisten pada
penderita
3) dengan kegemukan atau menambah jumlah reseptor insulin dan
4) meningkatkan sensivitas insulin dengan reseptornya.
5) Mencegah kegemukan bila ditambah latihan pagi dan sore
6) Memperbaiki aliran perifer dan menambah suplai oksigen
7) Meningkatkan kadar kolesterol – high density lipoprotein
8) Kadar glukosa otot dan hati menjadi berkurang, maka latihan akan

8
dirangsang pembentukan glikogen baru.
9) Menurunkan kolesterol (total) dan trigliserida dalam darah karena
10) pembakaran asam lemak menjadi lebih baik.
c. Penyuluhan
Penyuluhan merupakan salah satu bentuk penyuluhan kesehatan kepada
penderita DM, melalui bermacam-macam cara atau media misalnya:
leaflet,poster, TV, kaset video, diskusi kelompok, dan sebagainya.
d. Obat
Tablet OAD (Oral Antidiabetes)/ Obat Hipoglikemik Oral (OHO)
1) Mekanisme kerja sulfanilurea
Obat ini bekerja dengan cara menstimulasi pelepasan insulin yang
tersimpan, menurunkan ambang sekresi insulin dam meningkatkan
sekresi insulin sebagai akibat rangsangan glukosa. Obat golongan ini
biasanya diberikan pada penderita dengan berat badan normal dan masih
bisa dipakai pada pasien yang berat badannya sedikit lebih
2) Mekanisme kerja biguanide
Biguanida tidak mempunyai efek pankreatik, tetapi mempunyai efek
lain yang dapat meningkatkan efektivitas insulin, yaitu :
a) Biguanida pada tingkat prereseptor → ekstra pankreatik
- Menghambat absorpsi karbohidrat
- Menghambat glukoneogenesis di hati
- Meningkatkan afinitas pada reseptor insulin
b) Biguanida pada tingkat reseptor : meningkatkan jumlah reseptor
insulin
- Biguanida pada tingkat pascareseptor: mempunyai efek
intraselluler
3) Biguanida pada tingkat pascareseptor: mempunyai efek intraselluler
4) Suntikan insulin subkutan
Insulin regular mencapai puncak kerjanya pada 1 – 4 jam, sesudah
suntikan subcutan, kecepatan absorpsi di tempat suntikan tergantung
pada beberapa faktor lain
5) cangkok pankreas
Pendekatan terbaru untuk cangkok adalah segmental dari donor hidup
saudara kembar identic

9
H. Fokus Pegkajian
1. Keluhan utama
Cemas, lemah, anoreksia, mual, muntah, nyeri abdomen, nafas pasien mungkin
berbau aseton pernapasan kussmaul, poliuri, polidipsi, penglihatan yang kabur,
kelemahan dan sakit kepala.
2. Riwayat kesehatan sekarang
Berisi tentang kapan terjadinya penyakit (Coma Hipoglikemik, KAD/HONK),
penyebab terjadinya penyakit (Coma Hipoglikemik, KAD/HONK) serta upaya
yang telah dilakukan oleh penderita untuk mengatasinya.
3. Riwayat kesehatan dahulu
Adanya riwayat penyakit DM atau penyakit – penyakit lain yang ada kaitannya
dengan defisiensi insulin misalnya penyakit pankreas. Adanya riwayat penyakit
jantung, obesitas, maupun arterosklerosis, Tindakan medis yang pernah di dapat
maupun obat-obatan yang biasa digunakan oleh penderita.
4. Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat atau adanya faktor resiko, riwayat keluarga tentang penyakit, obesitas,
riwayat pankreatitis kronik, riwayat melahirkan anak lebih dari 4 kg, riwayat
glukosuria selama stress (kehamilan, pembedahan, trauma, infeksi, penyakit)
atau terapi obat (glukokortikosteroid, diuretik tiasid, kontrasepsi oral).
5. Riwayat psikososial
Meliputi informasi mengenai prilaku, perasaan dan emosi yang dialami
penderita sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan keluarga terhadap
penyakit penderita.
6. Kaji terhadap manifestasi Diabetes Mellitus: poliuria, polidipsia, polifagia,
penurunan berat badan, pruritus vulvular, kelelahan, gangguan penglihatan,
peka rangsang, dan kram otot. Temuan ini menunjukkan gangguan elektrolit
dan terjadinya komplikasi aterosklerosis.
7. Kaji pemahaman pasien tentang kondisi, tindakan, pemeriksaan diagnostik dan
tindakan perawatan diri untuk mencegah komplikasi.
I. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul
a. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis
b. Ketidakstabilan kadar glukosa darah b.d resistensi insulin
c. Risiko perifer tidak efektif b.d hiperglikemia
d. Risiko defisit nutrisi b.d ketidakmampuan mampuan mengabsorpsi nutrien

10
e. Risiko ketidakseimbangan cairan b.d peradangan pankreas
J. Intervensi Keperawatan
N Diagnosa SLKI SIKI
o
1 Nyeri akut b.d Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri
agen pencedera
keperawatan selama 3 x 24 (I.08238)
fisiologis
jam maka tingkat nyeri Observasi:
menurun (L. 08066), dengan 1) Identifikasi lokasi,
kriteria hasil: karakteristik, durasi,
Kriteria Awa Targe frekuensi, kualitas,
hasil l t intensitas nyeri.
Keluha 2 5 Rasional:
n nyeri Mengidentifikasikan
gelisah 2 4 kebutuhan untuk
Ket : intervensi dan juga
1= meningkat tanda-tanda
2= cukup meningkat perkembangan/resolu
3= sedang si komplikasi.
4= cukup menurun 2) Identifikasi skala
5= menurun nyeri
Kriteria Awa targe Rasional: Membantu
hasil l t dalam menentukan
Frekuens 2 5 kebutuhan
i nadi manajemen nyeri dan

Ket : keefektifan proram.

1= memburuk 3) Identifikasi respon

2= cukup memburuk nyeri non verbal

3=sedang Rasional: Untuk

4= cukup membaik mengetahui tingkat

5= membaik nyari yang dirasakan.


4) Identifikasi faktor
yang memperberat

11
dan memperingan
nyeri
Rasional: Untuk
mengetahui faktor-
faktor yang
mempengaruhi
sensasi nyeri yang
dirasakan pasien.
5) Identifikasi
pengetahuan dan
keyakinan tentang
nyeri
Rasional:
Mengidentifikasi
sejauh mana pasien
mengenai nyeri.
6) Identifikasi pengaruh
nyeri terhadap
kualitas hidup
Rasional: Untuk
mengidentifikasi jika
nyeri dapat
mengganggu kualitas
hidup pasien.
Terapeutik:
1) Berikan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
Rasional:
Meningkatkan
relaksasi dan
perasaan sehat. Dapat

12
menurunkan
kebutuhan narkotik
analgetik dimana
telah terjadi proses
degeneratif
neuro/motor.
Mungkin tidak tidak
berhasil jika muncul
demensia, meskin
minor.
2) Kontrol lingkungan
yang memperberat
rasa nyeri (mis. Suhu
ruangan,
pencahayaan,
kebisingan)
Rasional:
Lingkungan sekitar
dapat mempengaruhi
peningkatan sensasi
nyeri pasien.
3) Fasilitasi istirahat dan
tidur
Rasional:
Mendukung waktu
tidur dan
kenyamanan pasien.
4) Pertimbangkan jenis
dan sumber nyeri
dalam pemilihan
strategi meredakan
nyeri
Rasional: Membantu

13
untuk keefektifan
manajemen nyeri.
Edukasi:
1) Jelaskan penyebab,
periode dan pemicu
nyeri
Rasional: Agar
pasien mengetahui
efek samping dari
tindakan post operasi.
2) Jelaskan strategi
meredakan nyeri
Rasional: Agar
pasien mampu
melakukan tindakan
nonfarmakologi
dalam mengurangi
nyeri.
3) Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
Rasional: Agar
pasien dapat
mengidentifikasi
nyeri secara mandiri.
4) Anjurkan
menggunakan
analgetik secara tepat
Rasional: Untuk
mencegah alergi
obat-obatan tertentu.
5) Ajarkan teknik
nonfarmakologis

14
untuk mengurangi
rasa nyeri
Rasional: Untuk
menghindari
konsumsi obat yang
berlebihan.
Kolaborasi:
1) Kolaborasi
pemberian analgetik,
jika perlu
Rasional: Memberikan
penurunan nyeri/tidak
nyaman; mengurangi
demam. Obat yang
dikontrol pasien atau
berdasarkan waktu 24 jam
mempertahankan kadar
analgesia darah tetap
stabil, mencegah
kekurangan ataupun
kelebihan obat-obatan.
2 Ketidakstabilan Setelah dilakukan tindakan Manajemen
kadar glukosa keperawatan selama 3x24 jam Hiperglikemia (I.03115)
darah b.d diharapkan kestabilan kadar Observasi :
resistensi insulin glukosa darah meningkat 1) Identifikssi
dengan kriteria hasil : kemnungkinan
Kriteria Awa Targe penyebab
hasil l t hiperglikemia
Lelah/les 2 5 2) Monitor kadar
u glukosa darah
Keluhan 2 5 3) Monitor tanda dan
lapar gejala
Rasa 2 5 peningkatan
haus hiperglikemia
Ket : 4) Monitor intake
1= meningkat dan output cairan

15
2= cukup meningkat Terapeutik :
3= sedang 1) Berikan asupan
4= cukup menurun cairan oral
5= menurun 2) Konsultasi dengan
Kriteria Awal Target tenaga medis jika
hasil tanda dan gejala
Kadar 2 5 hiperglikemia
glukosa tetap ada atau
dalam memburuk
darah Edukasi :
Jumlah 2 5 1) Anjurkan
urine menghindari
Ket : olahraga saat
1= memburuk kadar glukosa
2= cukup memburuk darah lebih dari
3= sedang 250 mgdl
4= cukup membaik 2) Anjurkan monitor
5= membaik kadar glukosa
secara mandiri
3) Anjurkan
kepatuhan
terhadap diet dan
olahraga
4) Ajarkan
pengelolaan
diabetes
Kolaborasi :
1) Kolaborasi
pemberian insulin,
jika perlu
2) Kolaborasi
pemberian cairan
IV, jika perlu

16
3) Kolaborasi
pemberian
kalium, jika perlu

3 Risiko perifer Setelah dilakukan tindakan Pencegahan syok


tidak efektif b.d keperawatan selama 3x24 (I.02068)
hiperglikemia jam diharapkan perfusi Observasi :
perifer meningkat dengan 1) Monitor
kriteria : kardiopulmonal
Kriteria Awal Target 2) Monitor status
hasil oksigenasi
Pengisian 3) Monitor status
kapiler cairan
Tekanan 2 5 4) Periksa riwayat
darah alergi
sistolik Terapeutik :
Tekanan 2 5 1) Berikan oksigen
darah untuk
diastolik mempertahankan
Ket : saturasi oksigen
1= memburuk >94%
2= cukup memburuk 2) Pasang jalur IV,
3= sedang jika perlu
4= cukup membaik 3) Lakukan skintest
5= membaik untuk mencegah
reaksi alergi
Edukasi :
1) Jelaskan penyebab
/ faktor risiko
syok
2) Jelaskan tanda
dan gejala awal
syok

17
3) Anjurkan melapor
jika menemukan /
merasakan gejala
syok
4) Anjurkan
menghindari
alergen
Kolaborasi :
1) Kolaborasi
pemberian IV,
jika perlu
4 Risiko Setelah dilakukan tindakan Manajemen Cairan
ketidakseimbanga keperawatan selama 3x24 (I.03098)
n cairan b.d jam diharapkan Observasi :
peradangan keseimbangan cairan 1) Monitor status
pankreas meningkat dengan kriteria hidrasi
hasil : 2) Monitor berat
Kriteria Awa Targe badan harian
hasil l t Terapeutik :
Kelembaba 2 5 1) Berikan asupan
n mukosa cairan sesuai
Ket : kebutuhan
1= menurun 2) Berikan cairan
2= cukup menurun intravena, jika
3= sedang perlu
4= cukup meningkat Kolaborasi :
5= meningkat 1) Kolaborasi
Kriteria Awal Target pemberian
hasil diuretik jika perlu
Dehidrasi 2 5
Ket :
1= meningkat
2= cukup meningkat

18
3= sedang
4= cukup menurun
5= menurun
Kriteria Awal Target
hasil
Tekanan 2 5
darah
Berat 2 5
badan
Ket :
1= memburuk
2= cukup memburuk
3= sedang
4= cukup membaik
5= membaik

19
DAFTAR PUSTAKA
Eliana, F., SpPD, KEMD, & Yarsi, BPDF (2015). Penatalaksanaan DM Sesuai
Konsensus Perkeni 2015. PB Perkeni Jakarta , 234 .
Indonesia, P. E. (2015). Pengelolaan dan pencegahan diabetes melitus tipe 2 di
Indonesia. Pb. Perkeni, 6.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia Definisi
dan Indikator Diagnostik Edisi 1. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2017. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi
dan Tindakan Keperawatan Edisi 1. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2017. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan Edisi 1. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.

20
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TN. M DENGAN
DIABETES MELITUS PADA PASIEN DI RUANG ASYIFA RSI
BANJARNEGARA

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Tugas Mata kuliah Keperawatan


Medikal Bedah II yang diampu oleh:
Mustiah Yulistiani, S.Kep., M.Kep.
Disusun Oleh :

Ilham Kurnia
2111010026

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN DIII


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2024

21
I. Identitas Pasien

Nama : Tn. M

Umur : 83 Tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Pendidikan : SD

Pekerjaan : Pedagang

Tanggal Masuk RS : 22 April 2024

Sumber Informasi : Pengkajian

II. Status Kesehatan saat ini

1. Keluhan Utama : Lemas

2. Faktor Pencetus : Melakukan aktivitas pekerjaan yang berlebih


dibanding biasanya

3. Lama Keluhan : 2 minggu sebelum masuk rumah sakit

4. Timbulnya Keluhan : Bertahap, berawal dari pasien yang


Melakukan aktivitas berlebih dari aktivitas
biasanya dan merasa lelah walau sudah
istirahat. Selain itu timbul rasa mual, nyeri
tenggorokan, nyeri uluhati.

5. Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien masuk ke ruang As Syifa pada tanggal


22 April pukul 22.30, dilakukan pengkajian
tanggal 23 April, pasien mengeluh lemes,
mual, sering buang air kecil, nyeri diuluhati dan
nyeri tenggorokan. Sebelum dibawa ke rs
pasien melakukan aktivitas pekerjaan yang
lebih banyak dari aktivitas biasanya, minum
manis dan istirahat tapi rasa lemas tidak
hilang setelah beberapa saat. Beberapa jam

22
kemudian, pasien masih merasa lemas, mual
dan nyeri pada uluhati/perut atas terasa walau
tidak terlalu mengganggu. TD:124/74 mmHg,
Nadi 69 x/menit, RR 20x/menit, suhu 36,5o C,
dan Nyeri skala 4. Dan pasien mengeluhkan
tekanan darahnya rendah pada tanggal 23
april pada sore hari yaitu 87/54 mm/hg.

P : nyeri saat bergerak

Q : seperti ditusuk-tusuk

R : di uluhati

S : skala 4

T : hilang timbul

6. Riwayat Penyakit Terdahulu : Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat


penyakit terdahulu

7. Riwayat Penyakit Keluarga : Pasien mengatakan tmempunyai riwayat


penyakit keluarga yaitu diabetes

8. Genogram minimal 3 :

generasi

23
Keterangan :

: Laki-laki : Perempuan :Pasien

_ _ _ _ _ : tinggal 1 rumah

III. Pemeriksaan persisten


1. System pernafasan
A. Deskripsi Hasil Pengkajian
- Frekuensi : 20 x/menit
- Spo2 : 97%
- Suara napas : vesikuler
- Irama : teratur
- Thorax (I-P-P-A)
Inspeksi : Tidak ada tarikan dinding dada
Palpasi : simetris
Perkusi : vesikular
Auskultasi:tidak ada suara nafas tambahan
- Batuk : tidak
B. Dx Keperawatan : Tidak ada Masalah Keperawatan
2. System kardiovaskular dan hematologi
a. Deskripsi Hasil Pengkajian

- Tekanan darah : 87/54 mmHg

- Nadi : 69 x/menit

- Capillary Refill Time : 3 detik

- Jantung

I : Simetris

A : Tidak ada nyeri tekan

P : S1 lub, S2 Dub

P : Bunyi jantung S1/S2 reguler, tidak ada bunyi jantung tambahan

b. Dx Keperawatan : terdapat masalah keperawatan risiko perifer tidak


efektif (D.0015)

24
3. System pencernaan
a. Deskripsi Hasil Pengkajian

- Pola makan : sebelum masuk rs pola makan 2 – 3x sehari,


habis, tidak teratur/pola makan tidak seimbang; setelah masuk rs
pola makan 3x sehari, kadang habis kadang masih bersisa.

- Nafsu makan :

- Abdomen

I : tampak massa

A : timpani

P : bising usus normal, 20x/menit

P : Terdapat nyeri tekan pada uluhati

b. Dx Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

4. System persepsi sensori


a. Deskripsi Hasil Kajian :
- Mata : konjungtiva ananemis, sklera ikterik, pupil isokor,
mata tampak cekung, tidak terdapat tanda radang, reaksi cahaya baik
- Hidung : tidak ada sinusitis dan fungsi penciuman baik
- Telinga : pendengaran baik dan terdapat sedikit serumen
- Wicara : tidak mengalami gangguan bicara, menjawab
pertanyaan dengan suara yang kecil/lirih
b. Dx keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

5. System perkemihan
a. Deskripsi Hasil Kajian :
DS : pasien mengatakan sebelum dan sesudah masuk rs BAK sebanyak
7- 12 kali sehari, warna bening dan berbau manis
DO : warna bening/kuning cerah/tidak pekat, tidak ada nyeri pinggang,
BAK normal
b. Dx keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

25
6. System endoktrin
a. Deskripsi Hasil Kajian :
Tidak ada pemberasaran kelenjar tiroid
b. Dx keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

7. System integument
a. Deskripsi Hasil Kajian :
Turgor kulit : baik
Temperature kulit: akral hangat
Warna kulit : agak pucat
Keadaan kulit : kulit kering
Kelainan kulit : tidak ada
b. Dx keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

8. System persyarafan
a. Deskripsi Hasil Kajian :
- Glasgow Come Scale (GCS) : E: 4; V: 5; M: 6
Kesadaran compos mentis
- Kesemutan : tidak ada
- Kelumpuhan ekstremitas : tidak ada
- Disorientasi : tidak ada
b. Dx keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

9. System musculoskeletal
a. Deskripsi Hasil Kajian :
- Fungsi motoric
Kekuatan : kurang/ lemas
Gerakan abnormal : tidak ada
- Kontraktur : Tidak terdapat nyeri
b. Dx keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

10. System imunitas

26
a. Deskripsi Hasil Kajian :
DS: pasien mengatakan sedikit lemas
DO: pasien tampak lemas berbaring dan sekali kali berpindah posisi dan
terkadang beranjak ke kamar mandi
b. Dx keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

IV. Pengkajian psikologis, sosial dan spiritual


1. Deskripsikan hasil pengkajian psikologis akibat penyakit pasien
DS :
- Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien terbuka akan masalah yang
dihadapi ke keluarga
DO :
- Pasien tampak menutup diri
- Pasien tampak tidak fokus
- mengurangi berbicara dengan menjawab atau beraksi seperlunya

2. Deskripsikan hasil pengkajian sosial akibat penyakit pasien


DS :
- Pasien mengatakan suka berkumpul dengan tetangga atau teman

DO :

- Pasien tampak kurang terbuka


- Cenderung menutup diri
- Tampak menahan rasa nyeri pada bagian perut

3. Deskripsikan pengkajian spiritual pasien saat sebelum dan setelah sakit

Sebelum sakit pasien kadang – kadang sholat berjamaah di masjid


sedangkan sekarang hanya sholat di tempat tidur.

V. Pemeriksaan penunjang

Senin, 18 – 12 – 2023

1. Urin Test – 09.00

27
Nama Test Flag Hasil Satuan Nilai Rujukan

Kimia :

HbA1c H 10.7 % 4.2 – 6.5

1. Gula darah sewakti (GDS)

Waktu Hasil

22 – 4 -2024

21.30 280

23– 4 – 2024

06.00 227

12.00 232

18.00 288

24.00 235

24 – 4 – 2024

06.00 266

17.00 218

25-4-2024

12.00 213

2. Hematologi _ 22 – 4 – 2024
Darah lengkap :

Flag hasil Satuan Nilai Rujukan

Hemoglobin 15.3 g/dL 13.2 – 17.3

Lekosit 10.11 10^3/uL 3.80 – 10.60

Hematokrit 43.3 % 40.0 – 52.0

28
Trombosit 271 10^3/uL 150 – 440

Eritrosit 5.31 Juta/uL 4.40 – 5.90

Index eritrosit :

MCV 81.5 Fl 80.0 – 100.0

MCH 28.8 Pg 26.0 – 34.0

MCHC 35.3 g/dL 32.0 – 36.0

RDW 12.9 % 11.5 – 14.5

MPV 9.9 fL 7.2 – 11.1

PDW 10.6 fL 9.0 – 13.0

Hitung Jenis
(diff) :
Limfosit 25.1 % 15.0 – 40.0

Monosit 6.9 % 2.0 - 8.0

Eosinofil L 0.3 % 2.0 – 4.0

Basofil 0.4 % 0.0 – 1.0

Neutrofil 67.3 % 50.0 – 70.0

IG% 0.4 % 0.0 – 0.6

Kimia klinik

Ureum HH 113.4. mg/dL 11.0 – 37.0

Creatinine H 1.72 mg/dL 0.50 – 1.20

Urine

Natrium (Na) L 132.40 mmol/L 135.00 – 148.00

Kalium (K) 5.01 mmo/L 3.50 – 5.30

Klorida (Cl) 98.5 mmo/L 98 - 107

Kalsium (Ca) H 1.47 mg/dl 1.13 – 1.32

Kimia

29
HbA1c H 10.7 % 4.2 – 6.5

VI. Obat – obatan yang digunakan

No Hari/ tanggal Nama obat Dosis/intruksi Indikasi Rute

1 23/4/2024 Ondansentron 2x1 Injeksi


4ml
2 Omeprazole 2x1 vial Injeksi

3 Sansulin per 6 jam Injeksi

4 Ceftriaxone 1x1 Injeksi

5 Lansoprazole 1x1 Injeksi

6 Sanmol 3x1 Injeksi

7 Ezelin 0-0-14 Injeksi

8 Infus RL IV
500ml
9 24/4/2024 Ceftriaxone 2x1 Injeksi

10 Lansoprazole 1x1 Injeksi

11 sanmol 3x1 Injeksi

12 ezelin 2x1 Injeksi

13 Noreprinefin 50 cc 2,6 unit Injeksi

14 Pirelin 2x1 Oral

15 Cipro 2x200 Oral

Infus RL IV
500ml
16 25/4/2024 Ezelin 0-0-14 Injeksi

17 Sanmol 3x1 Injeksi

30
18 Lansoprazole 1x1 Injeksi

19 Ceftriaxone 2x1 Injeksi

20 Piralen 2x1 Oral

21 Ciprolaxin 2x200 Oral

22 Infus RL IV
500ml

VII.Analisa Data
DATA PROBLEM ETIOLOGI

DS: Pasien mengatakan lemas, Ketidakstabilan Resistensi insulin


sering buang air kecil dan sering kadar glukosa
merasa haus. darah
DO: hasil Pemeriksaan gds 280,
lemas, sering BAK
DS: pasien mengatakan lemas dan Risiko perfusi Hiperglikemia
tekanan darahnya naik turun saat perifer tidak
diperiksa oleh perawat jaga efektif
DO: TD : 80/44 mm/hg, N : 87, S :
36,7, spO2 : 97%, CRT : 3detik

VIII. Urutan prioritas diagnose keperawatan (SDKI)


1. Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan resistensi insulin
ditandai dengan kadar gds tinggi (D.0038)
2. Risiko perfusi perifer tidak efektif d.d hiperglikemia (D.0015)

IX. Rencana Tindakan


N Dx Luaran INTERVENSI RASIONALIS
o Keperawata ASI

31
n

1 Ketidakstab Kestabilan kadar Manajemen


ilan kadar glukosa darah Hiperglikemia
glukosa (L.03022) (I.03115)
darah b.d. Setelah dilakukan Observasi
resistensi intervensi keperawatan
- Identifikasi - Mencari
insulin selama 3x24 jam
kemungkinan penyebab
diharapkan: kestabilan
- Terlihat penyebab hiperglikemi
kadar glukosa darah
lemas, hiperglikemia a dan
meningkat
lesu - Monitor tanda kebutuhan
- Sering dan gejala insulin yang
Indikat Aw Targ
BAK hiperglikemia tidak
- Gds : 280 or al et
(mis, polyuria, terpenuhi
Lelah/l 2 5 polydipsia, - Memantau
esu polifagia, kadar gula
Keterangan: kelemahan, darah agar
5= meningkat malaise) tetap stabil
4= cukup meningkat - Monitor kadar atau
3= sedang gula darah, jika menurun
2= cukup menurun perlu
1= menurun - Jika tidak
Terapeutik
turun maka
Indikat Aw Targ - Konsultasi
mengonsulta
or al et dengan medis
sikan dengan
jika tanda dan
Kadar 2 5 tim
gejala
glukos Kesehatan
hiperglikemia
a darah tentang
tetap ada atau
Keterangan: rencana
memburuk
5= membaik perawatan
1= memburuk Edukasi yang akan

- Anjurkan dilakukan
selanjutnya

32
monitor kadar - Menyaranka
glukosa darah n memantau
secara mandiri kadar
glukosa
Kolaborasi
darah agar
- Kolaborasi
stabil secara
pemberian
mandiri
insulin, jika
tanpa
perlu
perawat
- Memberikan
insulin untuk
memenuhi
kebutuhan
insulin tubuh

2 Risiko Perfusi perifer Pencegahan syok - Mengetahui


(I02068)
perfusi (L.02011) keadaan
Observasi :
perifer Setelah dilakukan 5) Monitor kardiopulmo
kardiopulm
tidak efektif intervensi nal
onal
ditandai keperawatanselama (frekuensi - Untuk
dan
dengan 3x24 jam diharapkan mengetahui
kekuatan
hiperglikem perfusi ferifer nadi, status
frekuensi
ia meningkat dengan oksigenasi
napas, TD)
kriteria 6) Monitor - Memantau
status
Indikat Aw Targ kebutuhan
oksigenasi
or al et 7) Monitor ciran pasien
status
- Untuk
Pengisi 3 5 cairan
8) Periksa mengetahui
an
riwayat
alergi
kapiler alergi
Terapeutik : terhadap
Tekana 2 5 4) Berikan
obat dan
n darah oksigen
untuk untuk
sistolik mempertah
mengantisip
Tekana 2 5 ankan
saturasi asi
oksigen

33
n darah >94% terjadinya
5) Pasang
diastoli syok akibat
jalur IV,
k jika perlu alergi
6) Lakukan
Keterangan : - Untuk
skintest
1 = memburuk untuk mempertaha
mencegah
2 = cukup memburuk nkan
reaksi
3 = sedang alergi saturasi
Edukasi :
4 = cukup membaik oksigen
5) Jelaskan
5 = membaik penyebab / diatas 95%
faktor
- Untuk
risiko syok
6) Jelaskan memudahka
tanda dan
n
gejala awal
syok memberikan
7) Anjurkan
cairan dan
melapor
jika terapi
menemuka
melalui IV.
n/
merasakan - Mengetahui
gejala syok
apakah
8) Anjurkan
menghinda terjadi alergi
ri alergen
terhadap
Kolaborasi :
1) Kolaborasi suatu obat
pemberian
- Untuk
IV, jika
perlu meminimali
sir
terjadinya
syok akibat
alergi
- Untuk
memberikan
terapi
melalui IV

X. Implementasi

34
No Hari/ tgl/ IMPLEMENTASI RESPON TTD
DX jam
1 Selasa, - mengkaji keluhan pasien DS : pasien
23/4/24 mengatakan lemas, lesu
08.00 dan nyeri di ulu hati
dengan skala 4 dan
lemah di anggota gerak
kiri
DO: pasien tampak
lemas, lesu,

2 08.00 - Melakukan ttv DS : -


DO : - SpO2 : 98%
- TD : 107/66 mmHg
- Nadi : 78/menit
- Suhu : 36,5o C
- Nafas : 20x/menit

1 08.10 - mengidentifikasi penyebab DS : pasien


hiperglikemi mengatakan sering
mengkonsumsi
makanan manis
DO : pasien tampak
lemas

1 08.10 - monitor kadar gula darah DS : -


(gds) DO : - Gds : 227

2 08.15 -menganjurkan minum air DS : -


putih secukupnya DO : pasien memunum
segelas air putih 200ml

35
2 09.30 - memonitor status DS: -
kardiopulmonal DO: TD : 79/42
mmhg, N : 53x/menit,
S : 36, respirasi :
20x/memit
10.00 - melakukan skintes untuk DS: -
mencegah reaksi alergi DO : pasien di skintest
obat ceftriaxone
10.15 - Mengkolaborasi pemberian DS: pasien mengatakan
injeksi IV obat ondansentrone sudah siap diinjeksi IV
ceftriaxone, omeprazole DO : obat injeksi sudah
dimasukkan melalui
jalur IV yaitu
ondansentrone
ceftriaxone dan
omeprazole

1 11.00 DS : pasien
-Menganjurkan kepada pasien
mengatakan siap
untuk patuh terhadap progam
mengikuti progam diet
diet
dari ahli gizi
DO : pasien tampak
mengerti

2 12.00 - Memasang oksigen dengan DS: -


nasal kanul sebanyak 4 DO: pasien terpasang
liter/menit nasal kanul dengan
percepatan 4lt/mnt
SpO2 : 97%

36
Rabu, - memonitor gula darah (gds) DS:pasien mengatakan
1 24/4/24 masih merasa lesu
15.00 DO: pasien tampak
lebih baik dari kemarin
walau masih
lesu/lemah, gds 218

2 16.30 - memonitor TTV DS: -


DO : TD : 79/42, N :
53, S : 36,9, RR :
19x/menit, spO2 : 98%

1 17.00 - Mengkolaborasi pemberian DS : -


injeksi IV sanmol infus, DO : pasien diinjeksi
norepinephrine drip dengan IV sanmol infus,
kecepatan 2,6 unit/jam noreminephrine drip
menggunakan syringe pump
obat oral piralen dan
ciproflaxin

2 18.00 DS : pasien
-Menganjurkan pasien untuk
mengatakan paham dan
menghindari allergen yang
akan menghindari
bisa menyebabkan syok
allergen yang bisa
menyebabkan syok
DO: pasien tampak
mengerti

DS : pasien
1 18.30 - Memonitor gula darah mengatakan lemas
sewaktu (gds) sudah berkurang
DO : GDS : 217

37
2 18.45 - Menjelaskan tanda dan DS : pasien
gejala syok mengatakan paham
dengan penjelasan yang
diberikan
DO : pasien dapat
menjawab pertanyaan
evaluasi dari perawat
2 19.20
- Menganjurkan melapor
DS : pasien
jika menemukan /
mengatakan akan
merasakan gejala syok
melaporkannya jika
menemukan tanda
tanda syok
DO : pasien tampak
paham dan mengikuti
arahan
Kamis,
25/4/24 - Memonitor kadar gula DS: pasien mengatakan
1 08.00 darah (gds) sudah agak membaik
dan lemas berkurang
DO:pasien tampak
lebih baik, tidak lemas
seperti kemarin, Gds :
217

2 09.30 - Memonitor TTV DS : -


DO : TTV: TD:
104/74, N: 74, S: 36,4,
spO2: 98%

1 09.45 - Mengajarkan DS : pasien

pengelolaan diabetes mengatakan paham

secara mandiri dengan yang

38
disampaikan
DO : pasien tampak
paham
DO : pasien tampak
segar dan relaks

2 10.20
- Memberikan kolaborasi
DS : -
sanmol injeksi IV dan
DO: pasien diinjeksi
ceftriaxone dan piralin
sanmol infus, dan
oral
ceftriaxone melalui IV
dan piralin melalui oral

2 12.00 DS : -
- Memonitor TTV
DO :
TTV: TD : 113/70, N
:75, S : 36,9, spO2:
98%, RR : 20x

XI. Evaluasi
NO. Tgl Evaluasi ttd
Dx Jam
1 Selasa S: - pasien mengatakan lemas dan lesu
23/4/24 O: pasien tampak lemas, lesu, sebelum masuk rs sempat
13.00 minum manis
- TD : 122/96 mmHg
- Nadi : 107/menitt
- Gds : 220
A:
Indikator Awal Target Hasil

Lelah/lesu 2 5 3

Keterangan:

39
5= meningkat
4 = cukup meningkat
3 = sedang
2= cukup menurun
1= menurun

Indikator Awal Target Hasil

Kadar 2 5 3
glukosa
darah
Keterangan:
5= membaik
4 = cukup membaik
3 = sedang
2= cukup memburuk
1= memburuk

P: lanjutkan intervensi Manajemen Hiperglikemia


2 Selasa S: pasien mengatakan masih merasa lemas, kurang nafsu
23/4/24 makan karna sariawan, nyeri pada perut
14.00
O: pasien tampak lemas
TD : 79/42 mmhg, N : 53x/menit, S : 36, respirasi :
20x/memit

A:
Indikator awal Target Hasil

Pengisian 3 5 4
kapiler
Tekanan darah 2 5 3
sistolik
Tekanan darah 2 5 3

40
diastolik
Keterangan :
1 = memburuk
2 = cukup memburuk
3 = sedang
4 = cukup membaik
5 = membaik
P: lanjutkan intervensi Pencegahan Syok
1 Rabu S: - pasien mengatakan lemas dan lesu sudah sedikit
24/4/24 berkurang
18.00 O: pasien masih mengeluh lemas
- TD : 80/44 mmHg
- Nadi : 102 x/menit
- Gds : 214
A:
Indikator Awal Target Hasil

Lelah/lesu 2 5 3

Keterangan:
5= meningkat
4 = cukup meningkat
3 = sedang
2= cukup menurun
1= menurun

Indikator Awal Target Hasil

Kadar 2 5 4
glukosa
darah
Keterangan:
5= membaik
4 = cukup membaik
3 = sedang

41
2= cukup memburuk
1= memburuk

P: lanjutkan intervensi Manajemen Hiperglikemia


2 Rabu S: pasien mengatakan masih sedikit lemas tapi tidak
24/4/24 seperti hari kemarin
19.00 O: pasien tampak lebih baik daripada kemarin dan sudah
mulai duduk walau dibantu/pelan saat mau duduk
TTV : TD : 90/54, N : 65, S : 36,8, spO2: 98%
A:
Indikator Awal Target Hasil

Pengisian 3 5 4
kapiler
Tekanan darah 2 5 3
sistolik
Tekanan darah 2 5 3
diastolic
Keterangan :
1 = memburuk
2 = cukup memburuk
3 = sedang
4 = cukup membaik
5 = membaik

P: lanjutkan intervensi pencegahan syok


1 Kamis S: - pasien mengatakan lemas dan lesu sudah berkurang
25/4/24 O: pasien tampak bugar
12.00 - TD : 106/78 mmHg
- Gds : 218
A:
Indikator Awal Target Hasil

Lelah/lesu 2 5 4

42
Keterangan:
5= meningkat
4 = cukup meningkat
3 = sedang
2= cukup menurun
1= menurun

Indikator Awal Target Hasil

Kadar 2 5 4
glukosa
darah
Keterangan:
5= membaik
4 = cukup membaik
3 = sedang
2= cukup memburuk
1= memburuk

P: lanjutkan intervensi Manajemen Hiperglikemia


2 Kamis S: pasien mengatakan sudah merasa nyaman tetapi masih
25/4/24 sedikit lemas
13.00 O: pasien tampak lebih bugar, makan habis, dapat duduk
dan bergerak tampa kesulitan/lemas
TD : 109/75, N : 79, S : 36,6, spO2 : 99%

A:
Indikator awal Target Hasil

Pengisian 3 5 5
kapiler
Tekanan darah 2 5 4
sistolik

43
Tekanan darah 2 5 4
diastolik
Keterangan :
1 = memburuk
2 = cukup memburuk
3 = sedang
4 = cukup membaik
5 = membaik

P: lanjutkan intervensi pencegahan syok

44

Anda mungkin juga menyukai