Anda di halaman 1dari 13

DIBETES MELLITUS

Diajukan untuk memenuhi tugas Epidemiologi Penyakit Tidak Menular

Dosen pengampu: Abikusno Djamaluddin, SKM,M.Kes

Disusun oleh:
Fadila khoirunnisa 215130005
Rima cinda yanti 215130078

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MITRA INDONESIA
2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan YME atas rahmat dan hidayahnya sehingga penulis bisa
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu, makalah ini mengangkat tema ‘’Diabetes
Mellitus’’ Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Epidemiologi penyakit Tidak
menular.

Selanjutnya saya ucapkan terima kasih kepada Bapak Abikusno Djamaluddin, SKM, M.Kes
selaku dosen pengampu mata kuliah Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Tugas yang telah
diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang kesehatan Masyarakat.
Peneulis juga berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan
makalah ini.

Adapun makalah ‘’Diabetes Mellitus ’’ ini telah kami usahakan semaksimal mungkin dan
tentunya dengan bantuan berbagai referensi buku dan referensi internet, sehingga dapat
memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami tidak lupa menyampaikan banyak terima
kasih kepada seluruh referensi-referensi yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah
ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna oleh karena itu penulis
sangat terbuka kepada kritik dan saran yang membangun sehingga makalah ini bisa lebih baik
lagi. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun pembaca, Terima kasih.

Bandar Lampung, 15 oktober 2022


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.................................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah............................................................................................... 2

1.3 Tujuan................................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Diabetes Melitus.............................................................................. 3

2.2 Patofisiologi........................................................................................................ 3

2.3 Klasifikasi Diabetes Melitus.............................................................................. 4

2.4 Tanda dan gejala diabetes.................................................................................. 5

2.5 Diagnosa Diabetes Mellitus.............................................................................. 6

2.6 Faktor Pencetus................................................................................................. 7

2.7 Pengobatan Diabetes Melitus.......................................................................... 8

BAB III PENUTUP

3.1Kesimpulan.......................................................................................................... 11

3.2 Saran.................................................................................................................. 11

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................12
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Diabetes Mellitus adalah salah satu diantara penyakit degenerative yang berkaitan erat
dengan penyakit metabolisme dan cenderung akan mengalami peningkatan, sehingga dampak
adanya pergeseran perilaku pola konsumsi gizi makanan. (Singgih B, et al. 2003) Diabetes
Mellitus (DM) merupakan salah satu masalah kesehatan yang berdampak pada produktivitas dan
dapat menurunkan Sumber Daya Manusia. Penyakit ini tidak hanya berpengaruh secara
individu, tetapi sistem kesehatan suatu negara. Walaupun belum ada survei nasional, sejalan
dengan perubahan gaya hidup termasuk pola makan masyarakat Indonesia diperkirakan
penderita Diabetes mellitus ini semakin meningkat, terutama pada kelompok umur dewasa
keatas pada seluruh status sosial ekonomi. Saat ini upaya penanggulangan penyakit Diabetes
mellitus belum menempati skala prioritas utama dalam pelayanan kesehatan,walaupun diketahui
dampak negatif yang ditimbulkannya cukup besar antara lain komplikasi kronik pada penyakit
jantung kronis, hipertensi, otak, system saraf, hati, mata dan ginjal. Keberhasilan upaya
pembangunan kesehatan dapat diukur dengan menurunnya angka kesakitan, angka kematian
umum dan bayi, serta meningkatnya umur harapan hidup (UHH), namun masa transisi
demografi akibat keberhasilan upaya menurunkan angka kematian dapat menimbulkan transisi
epidemiologis, sehingga pola penyakit bergeser dari infeksi akut penyakit degenerative yang
menahun. Menurut WHO angka penyandang penyakit yang popular dengan sebutan kencing
manis memang cukup fantastis, yaitu menempati urutan ke 4 terbesar di dunia. Menurut data
WHO, dunia kini didiami oleh 171 juta penderita diabtes mellitus (2000) dan akan meningkat
dua kali menjadi 366 juta pada tahun 2030. Dari 50% yang sadar mengidapnya, hanya 30% yang
rutin berobat. Kecenderungan peningkatan prevalensi akan membawa perubahan posisi diabetes
mellitus semakin menonjol, yang ditandai dengan perubahan atau kenaikan peningkatannya
dikelompok 10 besar (leading diseases). Selain itu diabetes mellitus makin member kontribusi
yang lebih besar terhadap kematian ( ten diseases leading cause of death). (Bustan, 2007)
1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana Pengertian dan patofisiologi penyakit Diabetes Melitus ?

2. Apa saja klasifikasi penyakit Diabetes Melitus ?

3. Bagaimana diagnosa penyakit Diabetes Melitus ?

4. Bagaimana cara pengobatan Diabetes Melitus ?

1.3. Tujuan

1. Untuk mengetahui Pengertian dan patofisiologi penyakit Diabetes Melitus

2. Untuk mengetahui klasifikasi penyakit Diabetes Melitus

3. Untuk mengetahui bagaimana diagnosa penyakit Diabetes Melitus

4. Untuk mengetahui bagaimana cara pengobatan Diabetes Melitus


BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Diabetes Melitus

Diabetes mellitus, DM (bahasa Yunani: διαβαίνειν, diabaínein, tembus atau pancuran air)
(bahasa Latin: mellitus, rasa manis) yang juga dikenal di Indonesia dengan istilah penyakit
kencing gula adalah kelainan metabolis yang disebabkan oleh banyak faktor, dengan simtoma
berupa hiperglisemia kronis dan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein. Menurut
American Diabetes Asosiation (ADA) 2003, diabetes itu merupkan suatu kelompok penyakit
metabolic dengan karakteristik hyperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja
insulin atau kedua-duanya. Sedangkan menurut WHO tahun 1980 diabetes mellistus merupakan
suatu yang tidak dapat dituangkan dalam satu jawaban yang jelas dan singkat tetapi secara umum
dapat dikatakan sebagai suatu kumpulan problema anatomi dan kimiawi yang merupakan akibat
dari sejumlah faktor dimana didapat defisiensi insulin absolute atau relative dan gangguan fungsi
insulin.

Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan yang ditandai oleh peningkatan kadar
glukosa darah( hyperglikemia) mungkin terdapat penurunan dalam kemampuan tubuh untuk
merespon terhadap insulin dan atau penurunan atau tidak terdapatnya pembentukan oleh
pancreas ( Burnner dan suddarrth, 2003)

2.2 PATOFISIOLOGI

Patofisiologi Pada manusia bahan bakar itu berasal dari bahan makanan yang kita makan
sehari-hari, yang terdiri dari karbohidrat ( gula dan tepung-tepungan), protein (asam amino) dan
lemak (asam lemak). Pengolahan bahan makanan dimulai dari mulut kemudian ke lambung dan
selanjutnya ke usus. Di dalam saluran pencernaan, makanan yang terdiri dari karbohidrat dipecah
menjadi glukosa, protein dipecah menjadi asam amino dan lemak menjadi asam lemak. Ketiga
zat makanan itu diedarkan ke seluruh tubuh untuk dipergunakan oleh organ-organ di dalam
tubuh sebagai energy. Supaya berfungsi sebagai energy zat makanan itu harus diolah, dimana
glukosa dibakar melalui proses kimia yang menghasilkan energy yang disebut metabolisme.
Dalam proses metabolisme insulin memegang peranan penting yaitu ; memasukkan glukosa ke
dalam sel yang digunakan sebagai bahan bakar ( FKUI, Depkes, WHO, 2004) Insulin yang
dikeluarkan oleh sel beta tadi dapat diibaratkan sebagai anak kunci yang dapat membuka pintu
masuknya glukosa ke dalam sel, untuk kemudian di dalam sel glukosa itu di metabolismekan
menjadi tenaga. Bila insulin tidak ada, maka glukosa dapat masuk ke sel dengan akibat glukosa
akan tetap berada didalam pembuluh darah yang artinya kadarnya didalam darah meningkat.
Dalam keadaan seperti ini badan akan menjadi lemah karena tidak ada sumber energy di dalam
sel.
Inilah yang terjadi pada diabetes mellitus tipe 1.

a) Patofisologi diabetes mellitus tipe 1 Insulin pada diabetes mellitus tipe 1 tidak ada, ini
disebabkan oleh karena pada jenis ini timbul reaksi otoimun yang disebabkan adanya
peradangan pada sel beta insulitis. Ini menyebabkan timbulnya antibody terhadap sel beta
yang disebut ICA ( Islet Cell Antibody). Reaksi antigen (sel beta) dengan antibody
ditimbulkannya menyebabkan hancurnya sel beta.
b) Patofisiologi diabetes mellitus tipe 2 Pada diabetes mellitus tipe 2 jumlah insulin normal
malah mungkin lebih banyak tetapi jumlah reseptor insulin yang terdapat pada
permukaan sel yang kurang. Reseptor insulin ini dapat diibaratkan sebagai lubang kunci
pintu masuk ke dalam sel. Penyebab resistensi insulin pada diabetes mellitus tipe 2
sebenarnya tidak begitu jelas, tetapi faktor-faktor dibawah ini bayak berperan: ü obesitas
terutama bersifat sentral ( bentuk apel) ü Diet tinggi lemak dan rendah karbohidrat ü
Kurang gerak badan atau Factor keturunan 2.3 Klasifikasi Diabetes Melitus Ada beberapa
tipe Diabetes Melitus yang berbeda. Penyakit ini dibedakan berdasarkan penyebab,
perjalanan klinik dan terapinya.

2.3 KLARIFIKASI DIABETES MELLITUS

Klasifikasi Diabetes Melitus yang utama adalah:

a) Diabetes Melitus Tipe 1 : diabetes mellitus tergantung insulin ( Insulin Dependent


Diabetes Melitus/IDDM) Kurang dari 5-10% penderita mengalami diabetes yang
tergantung insulin. Pada diabetes jenis ini, sel-sel beta pancreas yang dalam keadaan
normal menghasilkan hormon insulin dihancurkan oleh suatu proses autoimun. Sebagai
akibatnya, penyuntikan insulin diperlukan untuk mengendalikan kadar gula darah.
b) Diabetes Melitus Tipe 2: diabetes mellitus tidak tergantung insulin (Non – Insulin
Dependent Diabetes Melitus/NIDDM) Kurang dari 90-95% penderita mengalami
diabetes tipe 2, yaitu diabetes yang tidak tergantung insulin. Diabtes tipe 2 terjadi akibat
penurunan sensitifitas insulin ( retensi insulin). Sebagian besar penderita diabetes tipe 2,
obat oral tidak mengendalikan keadaan hyperglikemia. Sebagian penderita diabetes tipe
2 dapat mengendalikan diabetesnya dengan diet, latihan, obat hypoglikemia oral dan
mungkin memerlukan penyuntikan insulin dalam periode stress fisiologi akut seperti
sakit atau pembedahan.
2.4 Tanda dan gejala diabetes

a. Gejala khas
 Poliuria (sering kencing terutama di malam hari)
 Poliphagia (banyak makan atau cepat lapar)
 Polidipsia (rasa haus yang berlebihan)
b. Gejala lain
 Kelainan kulit seperti gatal dan bisul. Biasanya, bagian tubuh yang terasa gatal
adalah daerah genital atau daerah lipatan kulit,seperti ketiak bawah payudara dan
pelipatan paha.
 Katarak atau gangguan refraksi akibat perubahan-perubahan pada lensa akibat
akibat hiperglikemia
 Kelainan ginekologi,seperti keputihan yang di akibatkan adanya jamur candida
dan kelainan pola haid.
 Impotensi pada laki-laki
 Kesemutan dan mati rasa (baal) pada jari tangan dan kaki yang di akibatkan
neuropati.
 Luka atau bisul yang tak kunjung sembuh, meskipun luka hanya timbul karena
hal sepele,seperti luka lecet.
 Tubuh merasa lemah dan mudah merasa lelah
 Berat badan menurun tanpa penyebab khusus.

2.5 Diagnosa Diabetes Mellitus

Menurut Utami P,(2003) Diabetes mellitus dapat didiagnosis secara baik melalui
pemeriksaan laboratorium dengan melakukan pemeriksaan darah. Kriteria diagnosa Diabetes
mellitus diambil dari keputusan organisasi kesehatan dunia (WHO) yaitu berdasarkan kadar gula
atau glukosa darah. Diagnosa diabetes millitus dapat di tetapkan dengan mengukur kadar glukosa
darah ketika puasa dan 1-2 jam setelah meminum larutan glukosa 75 gram (tes toleransi oral).
Kadar glukosa darah ketika puasa menunjukan keadaan pruduksi insulin tubuh yang bersifat
basal atau dasar. Beberapa parameter yang dapat digunakan untuk mendiagnosis diabetes
mellitus adalah sebagai berikut :

1. Seorang dikatakan menderita diabetes mellitus,jika kadar gula darah sewaktu ≥200 mg/dl.
(gula darah sewaktu adalah kadar glukosa darah pada suatu saat yang dapat berubah sepanjang
hari dengan jumlah karbohidrat yang dimakan.

2. Seseorang dikatakan menderita diabetes mellitus jika kadar glukosa darah ketika puasa > 126
mg/dl atau 2 jam setelah meminum larutan glukosa 75 gram menunjukkan kadar glukosa darah
>200 mg/dl.(puasa = tidak ada masukan makanan atau kalori sejak 10 jam terakhir).
3. Seseorang dikatakan normal atau tidak menderita diabetes mellitus jika kadar glukosa darah
ketika puasa adalah < 110 mg/dl,kadar glukosa darah 1 jam Rekomendasi WHO kriteria
diagnosis diabetes mellitus dan hipoglikemia intermediate :

Jenis pemeriksaan Nilai normal Diabetes :

• Glukosa puasa

• Glukosa 2 jam pp > = 7.0 mmol/1 (126mg/dl), atau > = 11.1 mmol (200mg/dl) Impaired
glucose tolerance (IGT)

• Glukosa puasa

• Glukosa 2 jam pp < = 7.0 mmol/1 (126)mg/dl, dan > = 7.8 mmol/1 dan < 11.1 mmol (140
mg/dl dan 2000 mg/dl) Impaired fasting glucose (IFG)

• Glukosa puasa • Glukosa 2 jam pp 6.1 – 6.9 mmol/1 (110 – 125 mg/dl), dan < 7.8 mmol/1 (140
mg/dl) glukosa plasma vena 2 jam setelah makan 75 gram glukosa

• Jika 2 jam pp tidak diukur, status diabetes tidak jelas, dan IGT tidak bisa dikeluarkan

2.6 Faktor Pencetus

Faktor bibit merupakan penyebab utama timbulnya penyakit diabetes di samping penyebab
lain seperti infeksi,kehamilan dan obat-obatan. Tetapi meskipun demikain, pada orang dengan
bibit diabetes,belumlah menjamin timbulnya penyakit dibetes. Masih mungkin bibit ini tidak
menampakkan diri secara nyata sampai akhir hayatnya. Beberpa faktor yang dapat menyuburkan
dan sering merupakan faktor pencetus diabetes melitus ialah :

 Kurang gerak / malas


 Makanan berlebihan
 Kehamilan
 Kekurangan produksi hormon insulin
 Penyakit hormon yang kerjanya berlawanan dengan insulin Secara singkat factor-faktor
yang mempertinggi risiko diabetes adalah :
1. Kelainan genetika Diabetes dapat menurun menurut silsilah keluarga yang mengidap
diabetes, karena kelainan gen yang mengakibatkan tubuhnya tidak dapat menghasilkan
insulin dengan baik. Tetapi risikonya terkena diabetes juga tergantung pada factor
kelebihan berat badan, stress, dan kurang bergerak.
2. Usia Umumnya manusia mengalami perubahan fisiologi yang secara drastic menurun
dengan cepat setelah usia 40 tahun. Diabetes sering muncul setelah seseorang memasuki
usia rawan tersebut, terutama setelah usia 45 tahun pada mereka yang berat badanya
berlebih, sehingga tubuhnya tidak peka lagi terhadap insulin.
3. Gaya hidup stress Stress kronis cenderung membuat seseorang mencari makanan yang
manis-manis dan berlemak tinggi untuk meningkatkan kadar serotonin otak. Serotonin ini
memiliki efek penenang sementara untuk meredakan stresnya. Tetapi gula dan lemak
itulah yang berbahaya bagi mereka yang beresiko kena diabetes. Pola makan yang salah
Kurang gizi atau kelebihan berat badan sama-sama meningkatkan risiko kena diabetes.
Kurang gizi (mal nutrisi) dapat merusak pancreas, sedangkan obesitas (gemuk
berlebihan) mengakibatkan gangguan kerja insulin (retensi insulin). Kurang gizi dapat
terjadi selama kehamilan, masa anak-anak, dan pada usia dewasa akibat diet ketat
berlebihan. Sedangkan kurang gizi pda janinmungkin terjadi karena ibunya merokok atau
mengkonsumsi alcohol semasa hamilnya. Sebaliknya, obesitas bukan karena makanan
yang manis atau kaya lemak, tetapi lebih disebabkan jumlah konsumsi yang terlalu
banyak, sehongga cadangan gula darah yang disimpan didalam tubuh sangant berlebihan.
Sekitar 80% penderita diabetes tipe II adalah mereka yang tergolong gemuk.

2.7 Pengobatan Diabetes Melitus

Secara garis besar pengobatan dilakukan dengan:

1. latihan jasmani latihan jasmani dalam bentuk olah raga menimbulkan penurunan kadar gula
darah yang disebabkan oleh karena peninggian penggunaan glukosa didaerah perifer. Tetapi bila
kadar gula darah tinggi > 18 mmol/ 320mg% dan bila ada ketosis, olahraga sebaiknya akan
menyebabkan keadaan diabetes lebih parah, gula dan ketonemia akan meninggi karena
bertambahnya glukoneogenesis dan ketosis dalam hepar. Dianjurkan latihan jasmani secara
teratur (3-4 kali seminggu) selama kurang lebih 30 menit, yang sifatnya sesuai CRIPE
(Continuous, Rhythmical, Interval, Progressive, Endurance,Training). Sedapat mungkin
mencapai zona sasaran 75-85% denyaut nadi maksimal (220- umur), disesuaikan dengan
kemampuan dan kondisi penyakit penyerta. Sebagai contoh olahraga ringan adalah berjalan kaki
biasa selamam 30 menit, olahraga sedang adalah berjalan cepat selama 20 menit dan oalhraga
berat misalnya jogging.

2. Obat-obatan Obat antidiabetic oral dibagi menjadi 2 golongan yaitu : golongan Sulfonilurea
Golongan sulfonylurea bekerja dengan cara merangsang sel beta pancreas untuk mengeluarkan
insulin 1. menghalangi pengikatan insulin 2. mempertinggi kepekaan jaringan terhadap insulin

3. menekan pengeluaran glucagon

4. Sulfonilurea golongan I

• Klorpropamid (Diabenese) Indikasi : NIDDM Kontra-indikasi : diabetes juveil, NIDDM berat


atau tidak stabil. Ketoasidosis, pembedahan, infeksi berat, trauma, ggn fungsi hati, ginjal atau
tiroid. Hamil. Bentuk sediaan & dosis : tablet 100 mg ; tablet 250 mg dan pasien paruh baya 250
mg/hari, usia lebih tua 100-125 mg/hari. Aturan pakai 3 x sehari bersama makanan. Efek
samping : ikterus kolestatik, reaksi seperti disulfiram, mual, muntah, diare, anoreksia. Resiko
khusus : pada penderita gangguan fungsi ginjal dan wanita menyusui.

Sulfonilurea golongan II

• Glipizid (Aldiab) Indikasi : NIDDM Kontra-indikasi : DM ketoasidosis dengan atau tanpa


koma, juvenile DM, ggn fungsi ginjal, hati yang berat. Bentuk sediaan & dosis : tab 5 mg dan
dosis awal 15-30 mg 1x /hari sebelum makan pagi, dosis ditambah 2,5-5 mg tergantung kadar
gula darah. Efek samping : ggn GI, hipoglikemik, reaksi alergi kulit eritema, erupsi
makulopapular, urtikaria, pruritus, eksema, porfiria, fotosensitifitas. Reaksi seperti disulfiram.
Reaksi hematologik:agranulositois,leukopenia,trombositopenia, anemia plastesik, anemia
hemolitik, pansetopenia, pusing, mengantuk, sakit kepala. Peningkatan AST, LDH, alkaline
phosphatese, BUN & kreatinin. Resiko khusus : penderita hati, ginjal dan wanita hamil

. • Glimepirid (Amadiab) Indikasi : DM tipe II (NIDDM) Kontra-indikasi : DM tipe 1, diabetik


ketoasidosis, prekoma atau koma diabetikum, hipersensitif terhadap glimepirid, hamil, laktasi.
Bentuk sediaan & dosis : kapl 1 mg; 2 mg; 3 mg; 4 mg. Dosis 1 mg 1 x/hari dosis dinaikkan
selama 1-2 minggu. Efek samping : hipoglikemik, ggn visual sementara, ggn GI, kerusakan hati.
Trombopenia, leukopenia. Resiko khusus : hipersensitif & ggn fungsi hati.

• Glibenclamide ( Prodiabet) Indikasi : NIDDM Kontra-indikasi : IDDM, ketoasidosis, infeksi


berat, stress, trauma, ggn ginjal, hati atau tiroid berat, porifia akut. Bentuk sediaan & dosis :
tablet 5 mg. Dosis awal 2,5 mg/hari, ditingkatkan 2,5 mg. Efek samping : ikterus kolestasis,
alergi dermatologi & reaksi hematologi, ggn GI, sakit kepala, pusing, parestesia. Resiko khusus :
usia lanjut & hipoglikemia. Indikasi pemberian golongan ini adalah: 1. bila berat badan sekitar
ideal 2. bila kebutuhan insulin kurang dari 40 u/hari 3. bila tidak ada stress akut misalnya infeksi
berat atau operasi Efek samping golongan Sulfonilurea: 1. mual, muntah sakit kepala, vertigo
dan demam 2. rasa pada kulit dermatitis, pruritis 3. kelainan, hermatologik: lekopeni,
trombosittopeni dan enemia 3. Penyuluhan Penyuluhan untuk rencana pengelolaan sangat
penting untuk memdapatkan hasil yang maksimal. Edukasi diabetes adalah pendidikan dan
pelatihan mengenai pengetahuan dan keterampilan bagi pasien diabetes yang bertujuan
menunjang perubahan perilaku untuk meningkatkan pemahaman pasien akan penyakitnya, yang
diperlukan untuk mencapai keadaan sehat optimal, dan penyesuaian keadaan sehat optimal, dan
penyesuaian keadaan psikologik serta kualitas hidup yang lebih baik. Edukasi merupakan bagian
integral dari asuhan perawatan pasien diabetes. Tujuan dari penyuluhan penyakit diabetes
mellitus ialah:  Meningkatakan pengetahuan  Mengubah sikap  Mengubah perilaku serta
meningkatkan kepatuhan  Mengubah kualitas hidup.
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Patofisiologi penyakit Diabetes Melitus adalah : a. Patofisologi diabetes mellitus tipe 1 Insulin
pada diabetes mellitus tipe 1 tidak ada, ini disebabkan oleh karena pada jenis ini timbul reaksi
otoimun yang disebabkan adanya peradangan pada sel beta insulitis. b. Patofisiologi diabetes
mellitus tipe 2 Pada diabetes mellitus tipe 2 jumlah insulin normal malah mungkin lebih banyak
tetapi jumlah reseptor insulin yang terdapat pada permukaan sel yang kurang. Reseptor insulin
ini dapat diibaratkan sebagai lubang kunci pintu masuk ke dalam sel.

2. Klasifikasi penyakit Diabetes Melitus adalah : a. Diabetes Melitus Tipe 1 : diabetes mellitus
tergantung insulin ( Insulin Dependent Diabetes Melitus/IDDM) b. Diabetes Melitus Tipe 2:
diabetes mellitus tidak tergantung insulin (Non – Insulin Dependent Diabetes Melitus/NIDDM)

3. Diagnosa penyakit Diabetes Melitus adalah : Menurut Utami P,(2003) Diabetes mellitus dapat
didiagnosis secara baik melalui pemeriksaan laboratorium dengan melakukan pemeriksaan
darah. Kriteria diagnosa Diabetes mellitus diambil dari keputusan organisasi kesehatan dunia
(WHO) yaitu berdasarkan kadar gula atau glukosa darah.

4. Pengobatan penyakit Diabetes Melitus adalah : a. Latihan jasmani b. Obat obatan c.


Penyuluhan 3.2 Saran Sesuai dengan perkembangan zaman maka akan memicu timbulnya
penyakit seperti yang disebabkan oleh prilaku dan pola hidup yang salah.Salah satu contohnya
adalah penyakit Diabetes Melitus.Untuk itu perlu pencegahan sejak dini dalam menghindari
penyakit Diabetes Melitus dengan menjaga dan meningkatkan kesehatan masyarakat dimulai dari
lingkungan keluarga dengan cara melakukan pola makan dan pola hidup sehat

3.2 Saran
 Meningkatkan penyuluhan-penyuluhan pada masyarakat, sehingga
 pengertian masyarakat tentang diabetes mellitus akan bertambah.
 Mengerti serta menyadari tentang seluk beluk penyakit diabetes mellitus
 Mengetahui tanda bahaya dari adanya komplikasi diabetes secara dini
 sangat perlu agar tindakan medis secara dini dapat dilaksanakan.
DAFTAR PUSTAKA
Alberti, K. The Classification and Diagnosis Of Diabetes Mellitus In Diabetes Fourth

Edition. London: willey-Blackwell. 2010.

Alimul Hidayat, Aziz. Metodologi Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data.

Jakarta: Salemba Medika. 2009.

Ariani, A. P. Aplikasi Metodologi Penelitian Kebidanan dan Kesehatan. Yogyakarta:

Nuha Medika. 2014

Astuti, CM dan Asih Setiarini. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pengendalian

Kadar Glukosa Darah Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Rawat Jalan di Poliklinik

Penyakit Dalam RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang Tahun 2013. FKM UI. 2013.

Barnes, D.E. Program Olah Raga Diabetes. Yogyakarta: Citra Aji Parama. 2011.

Bustan, M. N. Manajemen Pengendalian Penyakit Tidak Menular. Jakarta: Rineka

Cipta. 2007.

http://bkp2011.blogspot.com/2011/04/makalah-diabetes-melitus.html

http://merinirmalasari.wordpress.com/2012/04/04/dmcontoh-makalah- diabetes-melitus/

http://yosefw.wordpress.com/2007/12/27/penggunaan-antidiabetik-oral-gol- sulfonilurea-pada-
diabetes-mellitus/

Anda mungkin juga menyukai