Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

Konsep Penyakit dan Asuhan Keperawatan Diabetes


Meilitus

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan


Dewasa,Imunologi,Pencernaan,Perkemihan dan Reproduksi Pria

Dosen Pengampu : Ns.Yasherly Bachri,S.Kep,.M.Kep

Disusun oleh :
Nama :Wahyunia Indah
NIM :22200023
Kelas :A1

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAATAN

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA BARAT

2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat yang
diberikan-Nya,berupa karunia sehat jasmani dan rohani. Sehingga tugas makalah
tentang Keperawatan Dewasa,Imunologi,Pencernaan,Perkemihan dan Reproduksi
Pria “Askep Diabetes Meilitus” dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu.
Makalah ini dibuat sebagai kewajiban untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah
Keperawatan Dewasa,Imunologi,Pencernaan,Perkemihan dan Reproduksi Pria.

Makalah ini saya susun dengan maksimal dan terimakasih juga kepada
semua pihak yang turut andil dalam terselesainya makalah ini.Terlepas dari itu
semua, kami menyadari bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan
kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka saya
menerima segala saran dan kritik dari teman-teman dan Dosen Mata Kuliah
Keperawatan Dewasa,Imunologi,Pencernaan,Perkemihan dan Reproduksi Pria
Ns.Yasherly Bachri,S.Kep,.M.Kep

Akhir kata saya berharap isi dari makalah ini dapat memberikan manfaat dan
inspirasi bagi siapa saja yang membacanya, terutama teman-teman Fakultas
Kesehatan UM Sumbar.

Bukittinggi, 01 April 2024

Indah

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1

A.Latar Belakang .............................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ......................................................................... 2

C. Tujuan Penulisan ........................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN .............................................................................. 3

A. Pengertian Diebetes Mellitus .................................................................... 3

B.Klasifikasi Diebetes Mellitus ..................................................................... 3

C.Etiologi Diebetes mellitus .......................................................................... 4

D.Patofisiologi Diebetes Mellitus .................................................................. 6

E.Gejala Klinis Diebetes mellitus .................................................................. 6

F.Komplikasi Diebetes mellitus ..................................................................... 7

G.Patway Diebetes mellitus ......................................................................... 10

H.Penatalaksanaa Diebetes mellitus ............................................................ 11

I.Asuhan Keperawatan Diebetes mellitus .................................................... 14

BAB III PENUTUP .................................................................................... 23

• A. Kesimpulan ................................................................................. 23
• B. Saran ............................................................................................ 23

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 24

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang

Diabetes melitus (DM) merupakan suatu penyakit dimana terjadi gangguan


metabolisme karbohidrat, protein dan lemak. Hal ini diakibatkan oleh kurangnya
sensitivitas otot ataupun jaringan terhadap insulin, yang disebut dengan resistensi
insulin ataupun oleh kurangnya hormon insulin atau disebut dengan defisiensi
insulin (Guyton & Hall, 2007). Diabetes mellitus adalah suatu kumpulan gejala
yang timbul pada seseorang disebabkan oleh adanya peningkatan kadar gula
glukosa darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Syahbudin,
2009). Bahaya diabetes sangat besar dan dapat memungkinkan penderita menjadi
lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak komplikasi serius
dan menyebabkan tingkat kematian yang tinggi. Penderita DM menghadapi bahaya
setiap harinya karena kadar gula darah yang tidak terkontrol. Glukosa darah
mengandung kadar yang berubah-ubah sepanjang hari terutama pada saat makan,
dan beraktifitas (Pangestu, 2007).

Terdapat dua jenis penyakit diabetes mellitus, yaitu Diabetes mellitus tipe I
(insulin-dependent diabetes mellitus) dan diabetes mellitus tipe II (noninsulin-
dependent diabetes mellitus). Diabetes mellitus tipe I yaitu dicirikan dengan
hilangnya sel penghasil insulin pada pulau-pulau langhernas pankreas sehingga
terjadi kekurangan insulin pada tubuh. Diabetes mellitus tipe II, terjadi akibat
ketidakmampuan tubuh untuk merespon dengan wajar terhadap aktivitas insulin
yang dihasilkan pankreas (resistensi insulin), sehingga tidak tercapai kadar glukosa
yang normal dalam darah. Diabetes mellitus tipe II lebih banyak ditemukan dan
meliputi 90% dari semua kasus diabetes di seluruh dunia (Maulana, 2009).

Diabetes mellitus (DM) sudah merupakan salah satu ancaman utama bagi
kesehatan umat manusia pada abad 21. WHO memperkirakan bahwa pada tahun
2025, jumlah penderita DM akan membengkak menjadi 300 juta orang (Sudoyo,
2006). Menurut WHO kasus DM di Indonesia pada tahun 2000 adalah 8,4 juta
orang berada pada rangking 4 dunia setelah India (31,7 juta), Cina (20,8 juta), dan

1
Amerika Serikat (17,7 juta), dan WHO memperkirakan akan 2 meningkat pada
tahun 2030, India (79,4 juta), Cina (42,3 juta), Amerika Serikat (30,3 juta), dan
Indonesia (21,3 juta) (Wild,S., 2004). DM tipe II banyak ditemukan (>90%)
dibandingkan dengan DM tipe I. DM tipe II timbul setelah umur 30 tahun
sedangkan DM tipe I biasanya terjadi sebelum usia 30 tahun. Penyakit yang bersifat
menahun (kronis) dapat menyerang pria maupun wanita,namun kasus tersebut
meningkat pada wanita (Tahitian,2008)

B.Rumusan Masalah

A. Jelaskana Pengertian Diebetes Mellitus?


BJelaskan .Klasifikasi Diebetes Mellitus?
CJelskan .Etiologi Diebetes mellitus?
D. Jelaskan Patofisiologi Diebetes Mellitus?
E.Jelaskan Gejala Klinis Diebetes mellitus?
F.Jelaskan Komplikasi Diebetes mellitus?
G.Jelaskan Patway Diebetes mellitus?
H.Jelaskan Penatalaksanaa Diebetes mellitus?
Ielaskana Asuhan Keperawatan Diebetes mellitus?

C.Tujuan Penulisan

A. Pengertian Diebetes Mellitus


B.Klasifikasi Diebetes Mellitus
C.Etiologi Diebetes mellitus
D.Patofisiologi Diebetes Mellitus
E.Gejala Klinis Diebetes mellitus
F.Komplikasi Diebetes mellitus
G.Patway Diebetes mellitus
H.Penatalaksanaa Diebetes mellitus
I.Asuhan Keperawatan Diebetes mellitus

2
BAB II
PEMBAHASAN
A.PENGERTIAN
Diabetes Mellitus adalah keadaan hiperglikemi kronik yang disertai
berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal yang menimbulkan
berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah (Mansjoer
dkk,1999). Sedangkan menurut Francis dan John (2000), Diabetes Mellitus klinis
adalah suatu sindroma gangguan metabolisme dengan hiperglikemia yang tidak
semestinya sebagai akibat suatu defisiensi sekresi insulin atau berkurangnya
efektifitas biologis dari insulin atau keduanya.
Diabetes mellitus adalah penyakit yang disebabkan oleh penurunan kadar
hormon insulin yang diproduksi oleh kelenjar pankreas yang mengakibatkan
meningkatnya kadar glukosa dalam darah. Penurunan ini mengakibatkan glukosa
yang dikonsumsi oleh tubuh tidak dapat diproses secara sempurna sehingga
konsentrasi glukosa dalam darah akan meningkat. Diabetes Mellitus terbagi
menjadi beberapa tipe, yaitu DM tipe 1, DM tipe 2, DM Sekunder dan DM
gestasional. Diabetes mellitus adalalah gangguan metabolisme yang secara genetik
dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi
karbohidrat, jika telah berkembang penuh secara klinis maka diabetes mellitus
ditandai dengan hiperglikemia puasa dan postprandial, aterosklerosis dan penyakit
vaskular mikroangiopati.

B. KLASIFIKASI DIABETES MELLITUS

1. Klasifikasi Klinis
a. Diabetes Mellitus
1) Tipe tergantung insulin (DMTI), Tipe I
2) Tipe tak tergantung insulin (DMTTI), Tipe II (DMTTI yang tidak
mengalami obesitas , dan DMTTI dengan obesitas)
b. Gangguan Toleransi Glukosa (GTG)
c. Diabetes Kehamilan (GDM)

2. Klasifikasi risiko statistik


a. Sebelumnya pernah menderita kelainan toleransi glukosa
b. Berpotensi menderita kelainan toleransi glukosa

3
Pada Diabetes Mellitus tipe 1 sel-sel β pancreas yang secara normal menghasilkan
hormon insulin dihancurkan oleh proses autoimun, sebagai akibatnya penyuntikan
insulin diperlukan untuk mengendalikan kadar glukosa darah. Diabetes mellitus
tipe I ditandai oleh awitan mendadak yang biasanya terjadi pada usia 30 tahun.
Diabetes mellitus tipe II terjadi akibat penurunan sensitivitas terhadap insulin
(resistensi insulin) atau akibat penurunan jumlah produksi insulin.

C. ETIOLOGI DIEBETES MELLITUS


DM atau kencing manis adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh karena
peningkatan kadar gula dalam darah (hiperglikemi) akibat kekurangan hormon
insulin baik absolut maupun relatif. Absolut berarti tidak ada insulin sama sekali
sedangkan relatif berarti jumlahnya cukup/memang sedikit tinggi atau daya
kerjanya kurang. Hormon Insulin dibuat dalam pancreas.
Keadaan yang menyebabkan hiperglikemia, yaitu :
1. Kerusakan genetik dari sel beta
2. Kerusakan genetik dari aksi insulin
3. Penyakit dari pankreas endokrin : pankreasitis, trauma, neoplasma.
4. Mengkonsumsi obat – obatan ilmiah
5. Infeksi
6. Faktor keturunan

1. Diabetes Mellitus tergantung insulin (DMTI)


a. Faktor genetik :
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi mewarisi
suatu presdisposisi atau kecenderungan genetic kearah terjadinya diabetes tipe I.
Kecenderungan genetic ini ditentukan pada individu yang memililiki tipe antigen
HLA (Human Leucocyte Antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang
bertanggung jawab atas antigen tranplantasi dan proses imun lainnya.

4
b. Faktor imunologi :
Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun. Ini merupakan
respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara
bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan
asing.
c. Faktor lingkungan
Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel β pancreas, sebagai contoh
hasil penyelidikan menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu dapat memicu
proses autoimun yang dapat menimbulkan destuksi sel β pancreas.

2. Diabetes Mellitus tak tergantung insulin (DMTTI)


Secara pasti penyebab dari DM tipe II ini belum diketahui, factor genetic
diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin.
Diabetes Mellitus tak tergantung insulin (DMTTI) penyakitnya mempunyai
pola familiar yang kuat. DMTTI ditandai dengan kelainan dalam sekresi insulin
maupun dalam kerja insulin. Pada awalnya tampak terdapat resistensi dari sel-sel
sasaran terhadap kerja insulin. Insulin mula-mula mengikat dirinya kepada
reseptor-reseptor permukaan sel tertentu, kemudian terjadi reaksi intraselluler yang
meningkatkan transport glukosa menembus membran sel. Pada pasien dengan
DMTTI terdapat kelainan dalam pengikatan insulin dengan reseptor. Hal ini dapat
disebabkan oleh berkurangnya jumlah tempat reseptor yang responsif insulin pada
membran sel. Akibatnya terjadi penggabungan abnormal antara komplek reseptor
insulin dengan system transport glukosa. Kadar glukosa normal dapat
dipertahankan dalam waktu yang cukup lama dan meningkatkan sekresi insulin,
tetapi pada akhirnya sekresi insulin yang beredar tidak lagi memadai untuk
mempertahankan euglikemia (Price,1995). Diabetes Mellitus tipe II disebut juga
Diabetes Mellitus tidak tergantung insulin (DMTTI) atau Non Insulin Dependent
Diabetes Mellitus (NIDDM) yang merupakan suatu kelompok heterogen bentuk-
bentuk Diabetes yang lebih ringan, terutama dijumpai pada orang dewasa, tetapi
terkadang dapat timbul pada masa kanak-kanak.

5
Faktor risiko yang berhubungan dengan proses terjadinya DM tipe II, diantaranya
adalah:
a. Usia ( resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 tahun)
b. Obesitas
c. Riwayat keluarga
d. Kelompok etnis

D.Patofisiologi Diabetes Melitus


Apabila jumlah insulin berkurang, jumlah glukosa yang memasuki sel akan
berkurang juga. disamping itu produksi glukosa oleh hati menjadi tidak terkendali.
Kedua faktor ini akan menimbulkan hiperglikemi. Dalam upaya untuk
menghilangkan glukosa yang berlebihan dari dalam tubuh, ginjal akan
mengekskresikan glukosa bersama-sama air dan elektrolit (seperti natrium dan
kalium). Diurisis osmotik yang ditandai oleh urinasi yang berlebihan (poliuri) akan
menyebabkan dehidrasi dan kehilangna elektrolit. Penderita ketoasidosis diabetik
yang berat dapat kehilangan kira-kira 6,5 L air dan sampai 400 hingga 500 mEq
natrium, kalium serta klorida selam periode waktu 24 jam.
Akibat defisiensi insulin yang lain adalah pemecahan lemak (lipolisis) menjadi
asam-asam lemak bebas dan gliserol. Asam lemak bebas akan diubah menjadi
badan keton oleh hati. Pada ketoasidosis diabetik terjadi produksi badan keton yang
berlebihan sebagai akibat dari kekurangan insulin yang secara normal akan
mencegah timbulnya keadaan tersebut. Badan keton bersifat asam, dan bila
bertumpuk dalam sirkulais darah, badan keton akan menimbulkan asidosis
metabolik

E.Gejala klinis Diabetes Melitus


Untuk mengetahui apakah seorang menderita DM yaitu dengan
memeriksakan kadar gula dalam darah. Kadar gula darah normal adalahPada saat :
Puasa (nucthter): 80 -<110 mg/dl dan Setelah makan: 110-<160 gr/dl. Gejala akut
yang ditunjukkan pada satu penderita dengan penderita yang lain selalu tidak sama.
Namun ada gejala yang khas yang sering kurang dirasakan.Adapun gejala-gejala
yang ditunjukkan oleh penderita DM adalah sebagai berikut:

6
1. Sering kencing (pelyuria), teritama dalam malam hari.
2. Sering haus (polidipsia) dan makan (poliphgia)
3. Berat badan menurun meskipun banyak makan.
4. Sering merasa leleh dan mengantuk.
5. Gatal-gatal dan bila ada luka sikar sembuh.
6. Nyeri otot.
7. Menurunnya gairah seks.
Sedangkan pada diabetes kronis biasanya gejala timbul secara perlahan, antara
lain:
1. Sering kesemutan
2. Kulit terasa panas atau seperti tertusuk jarum
3. Rasa tebal di kulit
4. Mudah kram
5. Mengantuk
6. Mata kabur
7. Gatal sekitar kemaluan (terutama wanita)
8. Gigi mudah goyang dan lepas
9. Kemampuan seksual menurun bahkan impotent
Pada ibu hamil sering terjadi keguguran yang mengakibatkan kematian
janin dalam kandungan. Kalau bayi dilahirkan selamat pun berta lahir bayi lebih
dari 4 kg.Diabetes mellitus pada kehamilan umumnya sembuh dengan sendirinya
setelah persalinan.

F. KOMPLIKASI DIABETES MELLITUS


Beberapa komplikasi dari Diabetes Mellitus (Mansjoer dkk, 1999), yaitu :
1. Akut
a. Hipoglikemia dan hiperglikemia
b. Penyakit makrovaskuler : mengenai pembuluh darah besar, penyakit jantung
koroner (cerebrovaskuler, penyakit pembuluh darah kapiler).
c. Penyakit mikrovaskuler, mengenai pembuluh darah kecil, retinopati, nefropati.

7
d. Neuropati saraf sensorik (berpengaruh pada ekstrimitas), saraf otonom
berpengaruh pada gastro intestinal, kardiovaskuler (Suddarth and Brunner,
1990).

Jika tidak tepat ditangani, dalam jangka panjang penyakit diabetes bisa
menimbulkan berbagai komplikasi, yaitu :
1. Kardiopati diabetik,
2. Gangren dan impotensi,
3. Nefropati diabetik,
4. Retinopati diabetik

1. Kardiopati diabetik
Kardiopati diabetik adalah gangguan jantung akibat diabetes. Glukosa darah
yang tinggi dalam jangka waktu panjang akan menaikkan kadar kolesterol dan
trigliserida darah. Lama-kelamaan akan terjadi aterosklerosis atau penyempitan
pembuluh darah. Maka bagi para penderita diabet perlu pemeriksaan kadar
kolesterol dan trigliserida darah secara rutin. Dari pengalaman saya untuk
menurunkan kadar gula darah sekaligus menormalkan kadar kolestrol dan
trigliserida sebenarnya sangat mudah. Yang pertama sebenarnya pola makan
malam. Upayakanlah tidak makan nasi pada malam hari. Gantilah dengan makan
kentang atau bisa juga pisang kepok rebus atau bisa juga konsumsi sayur dan buah-
buahan.
2. Gangren dan impotensi
Penderita diabetes yang kadar glukosanya tidak terkontrol respons imunnya
menurun. Akibatnya, penderita rentan terhadap infeksi, seperti infeksi saluran
kencing, infeksi paru serta infeksi kaki. Banyak hal yang menyebabkan kaki
penderita diabetes mudah kena infeksi, terkena knalpot, lecet akibat sepatu sesak,
luka kecil saat memotong kuku, kompres kaki yang terlalu panas. Infeksi kaki
mudah timbul pada penderita diabetes kronis dan dikenal sebagai penyulit gangren
atau ulkus. Jika dibiarkan, infeksi akan mengakibatkan pembusukan pada bagian
luka karena tidak mendapat aliran darah. Pasalnya, pembuluh darah penderita
diabetes banyak tersumbat atau menyempit. Jika luka membusuk, mau tidak mau
bagian yang terinfeksi harus diamputasi. Penderita diabetes yang terkena gangren

8
perlu dikontrol ketat gula darahnya serta diberi antibiotika. Penanganan gangren
perlu kerja sama dengan dokter bedah.
3. Nefropati diabetik
Nefropati diabetik adalah gangguan fungsi ginjal akibat kebocoran selaput
penyaring darah. Sebagaimana diketahui, ginjal terdiri dari jutaan unit penyaring
(glomerulus). Setiap unit penyaring memiliki membran/selaput penyaring. Kadar
gula darah tinggi secara perlahan akan merusak selaput penyaring ini. Gula yang
tinggi dalam darah akan bereaksi dengan protein sehingga mengubah struktur dan
fungsi sel, termasuk membran basal glomerulus. Akibatnya, penghalang protein
rusak dan terjadi kebocoran protein ke urin (albuminuria). Hal ini berpengaruh
buruk pada ginjal.
Gejala nefropati diabetes baru terasa saat kerusakan ginjal telah parah berupa
bengkak pada kaki dan wajah, mual, muntah, lesu, sakit kepala, gatal, sering
cegukan, mengalami penurunan berat badan. Penderita nefropati harus menghindari
zat yang bisa memperparah kerusakan ginjal, misalnya pewarna kontras yang
digunakan untuk rontgen, obat anti-inflamasi nonsteroid serta obat-obatan yang
belum diketahui efek sampingnya.

4. Retinopati diabetik
Diabetes juga dapat menimbulkan gangguan pada mata, terutama adalah
retinopati diabetik. Keadaan ini, disebabkan rusaknya pembuluh darah yang
memberi makan retina. Bentuk kerusakan bisa bocor dan keluar cairan atau darah
yang membuat retina bengkak atau timbul endapan lemak yang disebut eksudat.
Selain itu terjadi cabang-cabang abnormal pembuluh darah yang rapuh menerjang
daerah yang sehat. Retina adalah bagian mata tempat cahaya difokuskan setelah
melewati lensa mata. Cahaya yang difokuskan akan membentuk bayangan yang
akan dibawa ke otak oleh saraf optik. Bila pembuluh darah mata bocor atau
terbentuk jaringan parut di retina, bayangan yang dikirim ke otak menjadi kabur.
Gangguan penglihatan makin berat jika cairan yang bocor mengumpul di fovea,
pusat retina yang menjalankan fungsi penglihatan sentral. Akibatnya, penglihatan
kabur saat membaca, melihat obyek yang dekat serta obyek yang lurus di depan
mata. Pembuluh darah yang rapuh bisa pecah, sehingga darah mengaburkan vitreus,
materi jernih seperti agar-agar yang mengisi bagian tengah mata.

9
G.PATWAY

10
H.PENATALAKSANAAN
Tatalaksana DM tipe-2 memerlukan terapi agresif untuk mencapai kendali
glikemik dan kendali faktor risiko kardiovaskular. Hal ini dilakukan karena
banyaknya komplikasi kronik yang terjadi. Dalam Konsensus Pengelolaan dan
Pencegahan DM tipe 2 di Indonesia 2011, penatalaksanaan dan pengelolaan DM
dititik beratkan pada 4 pilar penatalaksanaan DM, yaitu edukasi, terapi gizi medis,
latihan jasmani dan intervensi farmakologis.

1) Edukasi
Tim kesehatan mendampingi pasien dalam perubahan perilaku sehat yang
memerlukan partisipasi aktif dari pasien dan keluarga pasien. Upaya
edukasi dilakukan secara komphrehensif dan berupaya meningkatkan
motivasi pasien untuk memiliki perilaku sehat.Tujuan dari edukasi diabetes
adalah mendukung usaha pasien penyandang diabetes untuk mengerti
perjalanan alami penyakitnya dan pengelolaannya, mengenali masalah
kesehatan/ komplikasi yang mungkin timbul secara dini/ saat masih
reversible, ketaatan perilaku pemantauan dan pengelolaan penyakit secara
mandiri, dan perubahan perilaku/kebiasaan kesehatan yang diperlukan.
Edukasi pada penyandang diabetes meliputi pemantauan glukosa mandiri,
perawatan kaki, ketaatan pengunaan obat-obatan, berhenti merokok,
meningkatkan aktifitas fisik, dan mengurangi asupan kalori dan diet tinggi
lemak.
2) Terapi Gizi Medis
Prinsip pengaturan makan pada penyandang diabetes yaitu makanan yang
seimbang, sesuai dengan kebutuhan kalori masing-masing individu, dengan
memperhatikan keteraturan jadwal makan, jenis dan jumlah makanan.
Komposisi makanan yang dianjurkan terdiri dari karbohidrat 45%-65%,
lemak 20%-25%, protein 10%-20%, Natrium kurang dari 3g, dan diet cukup
serat sekitar 25g/hari.
3) Latihan Jasmani
Latihan jasmani secara teratur 3-4 kali seminggu, masing-masing selama
kurang lebih 30 menit. Latihan jasmani dianjurkan yang bersifat aerobik

11
seperti berjalan santai, jogging, bersepeda dan berenang. Latihan jasmani
selain untuk menjaga kebugaran juga dapat menurunkan berat badan dan
meningkatkan sensitifitas insulin.
4) Intervensi Farmakologis
Terapi farmakologis diberikan bersama dengan peningkatan pengetahuan
pasien, pengaturan makan dan latihan jasmani. Terapi farmakologis terdiri
dari obat oral dan bentuk suntikan. Obat yang saat ini ada antara lain:
A. OBAT HIPOGLIKEMIK ORAL (OHO)
Pemicu sekresi insulin:
a) Sulfonilurea
1. Efek utama meningkatkan sekresi insulin oleh sel beta
pankreas
2. Pilihan utama untuk pasien berat badan normal atau kurang
3. Sulfonilurea kerja panjang tidak dianjurkan pada orang tua,
gangguan faal hati dan ginjal serta malnutrisi
b) Glinid
1. Terdiri dari repaglinid dan nateglinid
2. Cara kerja sama dengan sulfonilurea, namun lebih
ditekankan pada sekresi insulin fase pertama.
3. Obat ini baik untuk mengatasi hiperglikemia postprandial
Peningkat sensitivitas insulin:
(a) Biguanid
1. Golongan biguanid yang paling banyak digunakan adalah
Metformin.
2. Metformin menurunkan glukosa darah melalui
3. pengaruhnya terhadap kerja insulin pada tingkat seluler,
distal reseptor insulin, dan menurunkan produksi glukosa
hati.
4. Metformin merupakan pilihan utama untuk penderita
diabetes gemuk, disertai dislipidemia, dan disertai
resistensi insulin.
(b) Tiazolidindion

12
1. lMenurunkan resistensi insulin dengan meningkatkan
jumlah protein pengangkut glukosa sehingga meningkatkan
ambilan glukosa perifer.
2. Tiazolidindion dikontraindikasikan pada gagal jantung
karena meningkatkan retensi cairan.
Penghambat glukoneogenesis:
(a) Biguanid (Metformin).
1. Selain menurunkan resistensi insulin, Metformin juga
mengurangi produksi glukosa hati.
2. Metformin dikontraindikasikan pada gangguan fungsi
ginjal dengan kreatinin serum > 1,5 mg/dL, gangguan
fungsi hati, serta pasien dengan kecenderungan hipoksemia
seperti pada sepsis
3. Metformin tidak mempunyai efek samping hipoglikemia
seperti golongan sulfonylurea.
4. Metformin mempunyai efek samping pada saluran cerna
(mual) namun bisa diatasi dengan pemberian sesudah
makan.
Penghambat glukosidase alfa :
(a) Acarbose
1. Bekerja dengan mengurangi absorbsi glukosa di usus halus.
2. Acarbose juga tidak mempunyai efek samping
hipoglikemia seperti golongan sulfonilurea.
3. Acarbose mempunyai efek samping pada saluran cerna
yaitu kembung dan flatulens.
4. Penghambat dipeptidyl peptidase-4 (DPP-4) Glucagon-like
peptide-1 (GLP-1) merupakan suatu hormone peptide yang
dihasilkan ole sel L di mukosa usus. Peptida ini disekresi
bila ada makanan yang masuk. GLP-1 merupakan
perangsang kuat bagi insulin dan penghambat glukagon.
Namun GLP-1 secara cepat diubah menjadi metabolit yang
tidak aktif oleh enzim DPP-4. Penghambat DPP-4 dapat

13
meningkatkan penglepasan insulin dan menghambat
penglepasan glukagon.
B. OBAT SUNTIKAN
Insulin
1. Insulin kerja cepat
2. Insulin kerja pendek
3. Insulin kerja menengah
4. Insulin kerja panjang
5. Insulin campuran tetap
Agonis GLP-1/incretin mimetik
1. Bekerja sebagai perangsang penglepasan insulin tanpa
menimbulkan hipoglikemia, dan menghambat penglepasan
glukagon
2. Tidak meningkatkan berat badan seperti insulin dan
sulfonilurea
3. Efek samping antara lain gangguan saluran cerna seperti
mual muntah.

I.ASUHAN KEPERAWATAN DIABETES MELLITUS

A. Pengkajian
1. Riwayat Kesehatan Keluarga
Adakah keluarga yang menderita penyakit seperti klien ?
2. Riwayat Kesehatan Pasien dan Pengobatan Sebelumnya
Berapa lama klien menderita DM, bagaimana penanganannya, mendapat
terapi insulin jenis apa, bagaimana cara minum obatnya apakah teratur atau
tidak, apa saja yang dilakukan klien untuk menanggulangi penyakitnya.
3. Aktivitas/ Istirahat :
Letih, Lemah, Sulit Bergerak / berjalan, kram otot, tonus otot menurun.
4. Sirkulasi
Adakah riwayat hipertensi,AMI, klaudikasi, kebas, kesemutan pada

14
ekstremitas, ulkus pada kaki yang penyembuhannya lama, takikardi,
perubahan tekanan darah
5. Integritas Ego
Stress, ansietas
6. Eliminasi
Perubahan pola berkemih ( poliuria, nokturia, anuria ), diare
7. Makanan / Cairan
Anoreksia, mual muntah, tidak mengikuti diet, penurunan berat badan, haus,
penggunaan diuretik.
8. Neurosensori
Pusing, sakit kepala, kesemutan, kebas kelemahan pada otot,
parestesia,gangguan penglihatan.
9. Nyeri / Kenyamanan
Abdomen tegang, nyeri (sedang / berat)
10. Pernapasan
Batuk dengan/tanpa sputum purulen (tergangung adanya infeksi / tidak)
11. Keamanan
Kulit kering, gatal, ulkus kulit.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan
keseimbangan insulin, makanan, dan aktivitas jasmani
2. Resiko syok.
3. Resiko infeksi..
4. Kerusakan integritas jaringan
5. Ketidakefektipan perfusi jaringan perifer b/d penurunan sirkulasi darah
keperifer, proses penyakit (DM)
6. Resiko ketidakseimbangan elektrolit b/d gejala poliuri dan dehidrasi

C. Discharge Planning
1. Berikan penjelasan secara lisan dan tulisan tentang perawatan dan pengobatan
yang diberikan.

15
2. Ajarkan dan evaluasi untuk mengenal gejala syok dan asidosis diabetik dan
penanganan kedaruratan
3. Simulasikan cara pemberian terapi insulin mulai dari persiapan alat sampai
penyuntikan dan lokai
4. Ajarkan memonitor atau memeriksa glukosa darah dan glukosa dalam urine
5. Perencanaan diit, buat jadwal
6. Perencanaan latihan, jelaskan dampak latihan dengan diabetik
7. Ajarkan gabaimana untukmencegah hiperglikemi dan hipoglikemi
daninfomasikan gejala gejala yang muncul darikeduanya.
8. Jelaskan komplikasi yang muncul
9. Ajarkan mencegah infeksi : keberihan kaki, hindari perlukaan,gunakan sikat
gigi yang halus.

D. Rencana Keperawatan Diabetes mellitus

No Diagnosa Keperawatan Itujuan Dan Kriteria Intervensi


Hasil

1 Ketidakseimbangan NOC : NIC :


nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh v Nutritional Status : food Nutrition Management
and Fluid Intake
Definisi : Intake nutrisi § Kaji adanya alergi makanan
tidak cukup untuk v Nutritional Status : § Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
keperluan metabolisme nutrient Intake menentukan jumlah kalori dan
tubuh. nutrisi yang dibutuhkan pasien.
Kriteria Hasil : § Anjurkan pasien untuk
Batasan karakteristik :v Adanya peningkatan meningkatkan intake Fe
§ Anjurkan pasien untuk
- Berat badan 20 % atau berat badan sesuai meningkatkan protein dan
lebih di bawah ideal dengan tujuan
vitamin C
- Dilaporkan adanya v Beratbadan ideal sesuai§ Berikan substansi gula
intake makanan yang dengan tinggi badan
v Mampumengidentifikasi § Yakinkan diet yang dimakan
kurang dari RDA mengandung tinggi serat untuk
(Recomended Daily kebutuhan nutrisi
v Tidk ada tanda tanda mencegah konstipasi
Allowance) § Berikan makanan yang terpilih (
- Membran mukosa dan malnutrisi sudah dikonsultasikan dengan
konjungtiva pucat v Menunjukkan ahli gizi)
- Kelemahan otot yang peningkatan fungsi
pengecapan dari § Ajarkan pasien bagaimana
digunakan untuk membuat catatan makanan
menelan/mengunyah menelan
harian.

16
- Luka, inflamasi pada v Tidak terjadi penurunan§ Monitor jumlah nutrisi dan
rongga mulut berat badan yang kandungan kalori
- Mudah merasa berarti § Berikan informasi tentang
kenyang, sesaat setelah kebutuhan nutrisi
mengunyah makanan § Kaji kemampuan pasien untuk
- Dilaporkan atau fakta mendapatkan nutrisi yang
adanya kekurangan dibutuhkan
makanan Nutrition Monitoring
- Dilaporkan adanya § BB pasien dalam batas normal
perubahan sensasi rasa § Monitor adanya penurunan berat
- Perasaan badan
ketidakmampuan § Monitor tipe dan jumlah aktivitas
untuk mengunyah yang biasa dilakukan
makanan § Monitor interaksi anak atau
- Miskonsepsi orangtua selama makan
- Kehilangan BB § Monitor lingkungan selama
dengan makanan makan
cukup § Jadwalkan pengobatan dan
- Keengganan untuk tindakan tidak selama jam
makan makan
- Kram pada abdomen § Monitor kulit kering dan
- Tonus otot jelek perubahan pigmentasi
- Nyeri abdominal § Monitor turgor kulit
dengan atau tanpa § Monitor kekeringan, rambut
patologi kusam, dan mudah patah
- Kurang berminat § Monitor mual dan muntah
terhadap makanan § Monitor kadar albumin, total
- Pembuluh darah protein, Hb, dan kadar Ht
kapiler mulai rapuh § Monitor makanan kesukaan
- Diare dan atau § Monitor pertumbuhan dan
steatorrhea perkembangan
- Kehilangan rambut § Monitor pucat, kemerahan, dan
yang cukup banyak kekeringan jaringan
(rontok) konjungtiva
- Suara usus hiperaktif § Monitor kalori dan intake nuntrisi
- Kurangnya informasi, § Catat adanya edema, hiperemik,
misinformasi hipertonik papila lidah dan
Faktor-faktor yang cavitas oral.
berhubungan : § Catat jika lidah berwarna
Ketidakmampuan magenta, scarlet
pemasukan atau
mencerna makanan
atau mengabsorpsi zat-
zat gizi berhubungan
dengan faktor biologis,

17
psikologis atau
ekonomi.
2 Resiko Syok NOC : NIC :

Definisi : Beresiko Syok prevention Syok prevention


terhadap Syok management - Monitor sirkulasi BP,
ketidakcukupan aliranv warna kulut, suhu, HR,
darah kejaringan dan ritme, nadi perifer.
tubuh, yang dapat Kriteria Hasil : - Monitor tanda
mengakibatkan Nadi dalam batas yang inadekuat oksigenasi
disfungsi seluler yang diharapkan jaringan
mengancam jiwa Irama jantung dalam - Monitor suhu dan
batas yang diharapkan pernapasan
Faktor resiko : - Monitor input dan
Frekuensi napas
- Hipotensi dalam batas yang output
Hipovolemi diharapkan - Pantau nilai labor :
Hipoksemia Irama pernapasan HB,HT, AGD, dan
Hipoksia dalam batas yang elektrolit
- Monitor hemodinamik
Infeksi diharapkan
SepsisSindrom respons Natrium serum dbn invasi yang sesuai
inflamasi sistemik Kalium serum dbn - Monitor tanda dan
Klorida serum dbn gejala asites
- Monitor tanda awal
Kalsium serum dbn
Magnesium serum syok
dbn - Tempatkan pasien pd
PH darah serum dbn posisi supine, akki
elevasi,untuk
peningkatan preload
Hidrasi :
Indikator dgn tepat
Mata cekung tidak - Lihat dan pelihara
ditemukan kepatenan jalan napas
Demam tidak - Berikan cairan iv dan
ditemukan oral secara tepat
TD dbn - Berikan vasodilator yg
v tepat
- Ajarkan keluarga dan
px ttg tanda dan gejala
datangnya syok
- Ajarkan keluarga dan
px ttg langkah untuk
mengatasi gejala syok
Syok management :
- Monitor fungsi
neurologis
- Monitor fungsi renal
- Monitor tekanan nadi

18
- Catat gas darah arteri
dan oksigen dijaringan
- Monitor EKG
- Memanfaatkan
pemantauan jalur arteri
untuk meningkatkan
akurasi pembacaan TD
- Memantau trend lm
parameter
hemodinamik
- Memntau faktor
penentu pengiriman
jaringan oksigen
- Memonitor gejala
gagal pernapasan
3 Resiko Infeksi NOC : NIC :

Definisi : Peningkatanv Immune Status Infection Control (Kontrol


resiko masuknya infeksi)
organisme patogen v Knowledge : Infection
control · Bersihkan lingkungan setelah
Faktor-faktor resiko : dipakai pasien lain
v Risk control · Pertahankan teknik isolasi
- Prosedur Infasif
Kriteria Hasil : · Batasi pengunjung bila perlu
- Ketidakcukupan
· Instruksikan pada pengunjung
pengetahuan untuk
v Klien bebas dari tanda untuk mencuci tangan saat
menghindari paparan
dan gejala infeksi berkunjung dan setelah
patogen
v Menunjukkan berkunjung meninggalkan
- Trauma
kemampuan untuk pasien
- Kerusakan jaringan
mencegah timbulnya · Gunakan sabun antimikrobia
dan peningkatan
infeksi untuk cuci tangan
paparan lingkungan
v Jumlah leukosit dalam · Cuci tangan setiap sebelum dan
- Ruptur membran
batas normal sesudah tindakan kperawtan
amnion
v Menunjukkan perilaku · Gunakan baju, sarung tangan
- Agen farmasi
hidup sehat sebagai alat pelindung
(imunosupresan)
· Pertahankan lingkungan
- Malnutrisi
aseptik selama pemasangan
- Peningkatan paparan
alat
lingkungan patogen
· Ganti letak IV perifer dan line
- Imonusupresi
central dan dressing sesuai
- Ketidakadekuatan
dengan petunjuk umum
imum buatan
· Gunakan kateter intermiten
- Tidak adekuat
untuk menurunkan infeksi
pertahanan sekunder
kandung kencing
(penurunan Hb,
· Tingktkan intake nutrisi
Leukopenia,

19
penekanan respon · Berikan terapi antibiotik bila
inflamasi) perlu
- Tidak adekuat Infection Protection (proteksi
pertahanan tubuh terhadap infeksi)
primer (kulit tidak · Monitor tanda dan gejala
utuh, trauma jaringan, infeksi sistemik dan lokal
penurunan kerja silia, · Monitor hitung granulosit,
cairan tubuh statis, WBC
perubahan sekresi pH, · Monitor kerentanan terhadap
perubahan peristaltik) infeksi
- Penyakit kronik · Batasi pengunjung
· Saring pengunjung terhadap
penyakit menular
· Partahankan teknik aspesis
pada pasien yang beresiko
· Pertahankan teknik isolasi k/p
· Berikan perawatan kuliat pada
area epidema
· Inspeksi kulit dan membran
mukosa terhadap kemerahan,
panas, drainase
· Ispeksi kondisi luka / insisi
bedah
· Dorong masukkan nutrisi yang
cukup
· Dorong masukan cairan
· Dorong istirahat
· Instruksikan pasien untuk
minum antibiotik sesuai resep
· Ajarkan pasien dan keluarga
tanda dan gejala infeksi
· Ajarkan cara menghindari
infeksi
· Laporkan kecurigaan infeksi
· Laporkan kultur positif
4 Kerusakan integritas NOC : NIC :
jaringan
Tissue integrity : skin Pressure ulcer prevention
Definisi : Kerusakan and mucous wound care
jaringan membran
mukosa, kornea, Wound healing : Anjurkan px utk menggunakan
integumen, atau primary and pakaian yg longgar
subkutan secondary intention Jaga kulit agar tetap bersih dan
kering
Batasan karakteristik :V Kriteria Hasil : Mobilisasi pasien setiap 2 jam
sekali

20
- Krusakan jaringan mis Perfusi jaringan Monitor kulit akan adanya
: membran mukosa, normal kemerahan
kornea, integumen, Tidak ada tanda-tanda Oleskan lotion atau minyak pd
atau subkutan infeksi daerah yg tertekan
Ketebalan dan tektur Monitor aktivitas dan
Faktor yg jaringan normal mobilisasi px
berhubungan : Menunjukkan Monitor status nutrisi px
Gangguan sirkulasi pemahamn dalam Memandikan px dengan sabun
I Iritan zat kimia proses perbaikan kulit dan air hangat
Defisit cairan dan mencegah Observasi luka
Kelebihan cairan terjadinya cidera Ajarkan keluarga ttg luka dan
berulang perawatan luka
Hambatan mobilitas
fisik Menunjukkan Kolaborasi ahli gizi dlm
Kurang pengetahuan terjadinya proses pemberian diet TKTP
Faktor mekanik (misal penyembuhan luka
: tekanan sobekan)
Faktor nutrisi v
Radiasi
Suhu ekstrim
5 Ketidakefektipan NOC : NIC :
perfusi jaringan perifer
Circulation status Peripheral sensation
Tissue perfusion : management
Definisi : Penurunan
cerebral
sirkulasi darah ke - Monitor adanya daerah
perifer yg dapat tertentu yg hanya peka
mengganggu kesehatan Kriteria Hasil :
trhdap
Batasan Karakteristik : Mendemontrasikan panas,dingin,tajam,tumpul
status sirkulasi yg - Instruksikan keluarga
Tidak ada nadi ditandai dgn : untuk mengobservasi kulit
Perubahan fungsi
motorik Tekanan systole dan jika ada isi atau laserasi
Perubahankarakteristik diastole dalam - Gunakan sarung tangan
kulit rentang yg diharapkan utk proteksi
Perubahan tekanan Tidak ada hipertensi - Batasi gerakan pd kepala,
darah diekstrermitas Tidak ada tanda-tanda leher dan punggung
Warna tidak kembali peningkatan intra - Monitor kemampuan
ketungkai saat tungkai
kranial BAB
diturunkan
Kelambatan - Kolaborasi pemberian
penyembuhan luka Mendemontrasikan analgetik
perifer kemampuan kognitif - Monitor adanya
Penurunan nadi yg ditandai dgn : tromboplebitis
Edema Berkomunikasi dgn - Diskusikan mengenai
Nyeri ekstremitas jelas dan sesuai dgn penyebab perubahan
Warna kulit pucat saat
kemampuan sensasi
elevasi
Menunjukkan
perhatian ,

21
Faktor yg berhubungan konsentrasi, dan
; orientasi
Memproses informasi
Kurang pengetahuan
ttg faktor pemberat Membuat keputusan
Kurang pengetahuan dgn benar
ttgprses penyakit
Diabetes melitus
Hipertensi T
Gaya hidup monoton
merokok
6 Resiko NOC : NIC :
ketidakseimbangan
elektrolit Fluid balance Fluid management
Hydration
Definisi : Beresiko Nutritional status : Pertahankan intake dan output
mengalami perubahan food and fluid intake yg akurat
kadar elektrolit serum Monitor status hidrasi
yg dapat menggangu Kriteria Hasil : Monitor vital sign
kesehatan. Monitor masukan makan /
Mempertahan kan cairan dan hitung intake kalori
Faktor resiko : urine output sesuai harian
dgn usia dan BB, BJ, Kolaborasi pemeberian cairan
Defisiensi volume urine normal, HT iv
cairan normal Monitor status nutrisi
Diare Dorong masukan oral
Disfungsi endokrin TD, nadi, suhu tubuh Kolaborasi dokter jika tanda
Kelebuhan volume dalam batas normal cairan berlebih muncul
cairan memburuk
Gangguan mekanisme Tidak ada tand-tanda Monitor tingkat Hb dan Ht
regulasi dehidrasi, elastisitas
turgor kulit baik, Monitor adanya tanda gejala
Disfungsi ginjal gagal ginjal
Efek samping obat membran mukosa
muntah lembab, tidak ada rasa
haus yg berlebihan

22
BAB III
PENUTUP
Diabetes Melitus ( DM ) adalah penyakit metabolik yang kebanyakan herediter,
dengan tanda – tanda hiperglikemia dan glukosuria, disertai dengan atau tidak
adanya gejala klinik akut ataupun kronik, sebagai akibat dari kuranganya insulin
efektif di dalam tubuh, gangguan primer terletak pada metabolisme karbohidrat
yang biasanya disertai juga gangguan metabolisme lemak dan protein.

Klasifikasi diabetes ada 2 yaitu :


1. Klasifikasi klinis
2. Klasifikasi risiko statistik

B. Saran
Berdasarkan uraian di atas di harapkan kita dapat lebih memahami makna
kesehatan,semoga informasi ini bisa membantu kita menghindari penyakit diabetes
yang sekarang bukan lagi hanya disebabkan oleh genetis. bila gejala-gejala tersebut
pernah anda/orang terdekat anda tangani, segerakan memeriksa kadar gula dalam
darah.

23
DAFTAR
Anonim. 2013. Laporan Pendahuluan Diabetes Melitus. [Online]:
Http://Lpkeperawatan.Blogspot.Co.Id/2013/11/Diabetes-Mellitus-A.Html
(Di Akses Pada Tanggal 08 September 2015)
Suhud, Moch Kharis. 2011. Diabetes Melitus. [Online]:
Http://Mujamu.Blogspot.Co.Id/2011/06/Diabetes-Melitus.Html(Di Akses
Pada Tanggal 08 September 2015)
Ikram, Ainal. 1996. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam : Diabetes Mellitus Pada
Usia Lanjut jilid I Edisi ketiga, Jakarta : FKUI

24

Anda mungkin juga menyukai