Disusun oleh :
Nama :Wahyunia Indah
NIM :22200023
Kelas :A1
FAKULTAS KESEHATAN
2023
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat yang
diberikan-Nya,berupa karunia sehat jasmani dan rohani. Sehingga tugas makalah
tentang Keperawatan Dewasa,Imunologi,Pencernaan,Perkemihan dan Reproduksi
Pria “Askep Diabetes Meilitus” dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu.
Makalah ini dibuat sebagai kewajiban untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah
Keperawatan Dewasa,Imunologi,Pencernaan,Perkemihan dan Reproduksi Pria.
Makalah ini saya susun dengan maksimal dan terimakasih juga kepada
semua pihak yang turut andil dalam terselesainya makalah ini.Terlepas dari itu
semua, kami menyadari bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan
kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka saya
menerima segala saran dan kritik dari teman-teman dan Dosen Mata Kuliah
Keperawatan Dewasa,Imunologi,Pencernaan,Perkemihan dan Reproduksi Pria
Ns.Yasherly Bachri,S.Kep,.M.Kep
Akhir kata saya berharap isi dari makalah ini dapat memberikan manfaat dan
inspirasi bagi siapa saja yang membacanya, terutama teman-teman Fakultas
Kesehatan UM Sumbar.
Indah
i
DAFTAR ISI
• A. Kesimpulan ................................................................................. 23
• B. Saran ............................................................................................ 23
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Terdapat dua jenis penyakit diabetes mellitus, yaitu Diabetes mellitus tipe I
(insulin-dependent diabetes mellitus) dan diabetes mellitus tipe II (noninsulin-
dependent diabetes mellitus). Diabetes mellitus tipe I yaitu dicirikan dengan
hilangnya sel penghasil insulin pada pulau-pulau langhernas pankreas sehingga
terjadi kekurangan insulin pada tubuh. Diabetes mellitus tipe II, terjadi akibat
ketidakmampuan tubuh untuk merespon dengan wajar terhadap aktivitas insulin
yang dihasilkan pankreas (resistensi insulin), sehingga tidak tercapai kadar glukosa
yang normal dalam darah. Diabetes mellitus tipe II lebih banyak ditemukan dan
meliputi 90% dari semua kasus diabetes di seluruh dunia (Maulana, 2009).
Diabetes mellitus (DM) sudah merupakan salah satu ancaman utama bagi
kesehatan umat manusia pada abad 21. WHO memperkirakan bahwa pada tahun
2025, jumlah penderita DM akan membengkak menjadi 300 juta orang (Sudoyo,
2006). Menurut WHO kasus DM di Indonesia pada tahun 2000 adalah 8,4 juta
orang berada pada rangking 4 dunia setelah India (31,7 juta), Cina (20,8 juta), dan
1
Amerika Serikat (17,7 juta), dan WHO memperkirakan akan 2 meningkat pada
tahun 2030, India (79,4 juta), Cina (42,3 juta), Amerika Serikat (30,3 juta), dan
Indonesia (21,3 juta) (Wild,S., 2004). DM tipe II banyak ditemukan (>90%)
dibandingkan dengan DM tipe I. DM tipe II timbul setelah umur 30 tahun
sedangkan DM tipe I biasanya terjadi sebelum usia 30 tahun. Penyakit yang bersifat
menahun (kronis) dapat menyerang pria maupun wanita,namun kasus tersebut
meningkat pada wanita (Tahitian,2008)
B.Rumusan Masalah
C.Tujuan Penulisan
2
BAB II
PEMBAHASAN
A.PENGERTIAN
Diabetes Mellitus adalah keadaan hiperglikemi kronik yang disertai
berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal yang menimbulkan
berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah (Mansjoer
dkk,1999). Sedangkan menurut Francis dan John (2000), Diabetes Mellitus klinis
adalah suatu sindroma gangguan metabolisme dengan hiperglikemia yang tidak
semestinya sebagai akibat suatu defisiensi sekresi insulin atau berkurangnya
efektifitas biologis dari insulin atau keduanya.
Diabetes mellitus adalah penyakit yang disebabkan oleh penurunan kadar
hormon insulin yang diproduksi oleh kelenjar pankreas yang mengakibatkan
meningkatnya kadar glukosa dalam darah. Penurunan ini mengakibatkan glukosa
yang dikonsumsi oleh tubuh tidak dapat diproses secara sempurna sehingga
konsentrasi glukosa dalam darah akan meningkat. Diabetes Mellitus terbagi
menjadi beberapa tipe, yaitu DM tipe 1, DM tipe 2, DM Sekunder dan DM
gestasional. Diabetes mellitus adalalah gangguan metabolisme yang secara genetik
dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi
karbohidrat, jika telah berkembang penuh secara klinis maka diabetes mellitus
ditandai dengan hiperglikemia puasa dan postprandial, aterosklerosis dan penyakit
vaskular mikroangiopati.
1. Klasifikasi Klinis
a. Diabetes Mellitus
1) Tipe tergantung insulin (DMTI), Tipe I
2) Tipe tak tergantung insulin (DMTTI), Tipe II (DMTTI yang tidak
mengalami obesitas , dan DMTTI dengan obesitas)
b. Gangguan Toleransi Glukosa (GTG)
c. Diabetes Kehamilan (GDM)
3
Pada Diabetes Mellitus tipe 1 sel-sel β pancreas yang secara normal menghasilkan
hormon insulin dihancurkan oleh proses autoimun, sebagai akibatnya penyuntikan
insulin diperlukan untuk mengendalikan kadar glukosa darah. Diabetes mellitus
tipe I ditandai oleh awitan mendadak yang biasanya terjadi pada usia 30 tahun.
Diabetes mellitus tipe II terjadi akibat penurunan sensitivitas terhadap insulin
(resistensi insulin) atau akibat penurunan jumlah produksi insulin.
4
b. Faktor imunologi :
Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun. Ini merupakan
respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara
bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan
asing.
c. Faktor lingkungan
Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel β pancreas, sebagai contoh
hasil penyelidikan menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu dapat memicu
proses autoimun yang dapat menimbulkan destuksi sel β pancreas.
5
Faktor risiko yang berhubungan dengan proses terjadinya DM tipe II, diantaranya
adalah:
a. Usia ( resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 tahun)
b. Obesitas
c. Riwayat keluarga
d. Kelompok etnis
6
1. Sering kencing (pelyuria), teritama dalam malam hari.
2. Sering haus (polidipsia) dan makan (poliphgia)
3. Berat badan menurun meskipun banyak makan.
4. Sering merasa leleh dan mengantuk.
5. Gatal-gatal dan bila ada luka sikar sembuh.
6. Nyeri otot.
7. Menurunnya gairah seks.
Sedangkan pada diabetes kronis biasanya gejala timbul secara perlahan, antara
lain:
1. Sering kesemutan
2. Kulit terasa panas atau seperti tertusuk jarum
3. Rasa tebal di kulit
4. Mudah kram
5. Mengantuk
6. Mata kabur
7. Gatal sekitar kemaluan (terutama wanita)
8. Gigi mudah goyang dan lepas
9. Kemampuan seksual menurun bahkan impotent
Pada ibu hamil sering terjadi keguguran yang mengakibatkan kematian
janin dalam kandungan. Kalau bayi dilahirkan selamat pun berta lahir bayi lebih
dari 4 kg.Diabetes mellitus pada kehamilan umumnya sembuh dengan sendirinya
setelah persalinan.
7
d. Neuropati saraf sensorik (berpengaruh pada ekstrimitas), saraf otonom
berpengaruh pada gastro intestinal, kardiovaskuler (Suddarth and Brunner,
1990).
Jika tidak tepat ditangani, dalam jangka panjang penyakit diabetes bisa
menimbulkan berbagai komplikasi, yaitu :
1. Kardiopati diabetik,
2. Gangren dan impotensi,
3. Nefropati diabetik,
4. Retinopati diabetik
1. Kardiopati diabetik
Kardiopati diabetik adalah gangguan jantung akibat diabetes. Glukosa darah
yang tinggi dalam jangka waktu panjang akan menaikkan kadar kolesterol dan
trigliserida darah. Lama-kelamaan akan terjadi aterosklerosis atau penyempitan
pembuluh darah. Maka bagi para penderita diabet perlu pemeriksaan kadar
kolesterol dan trigliserida darah secara rutin. Dari pengalaman saya untuk
menurunkan kadar gula darah sekaligus menormalkan kadar kolestrol dan
trigliserida sebenarnya sangat mudah. Yang pertama sebenarnya pola makan
malam. Upayakanlah tidak makan nasi pada malam hari. Gantilah dengan makan
kentang atau bisa juga pisang kepok rebus atau bisa juga konsumsi sayur dan buah-
buahan.
2. Gangren dan impotensi
Penderita diabetes yang kadar glukosanya tidak terkontrol respons imunnya
menurun. Akibatnya, penderita rentan terhadap infeksi, seperti infeksi saluran
kencing, infeksi paru serta infeksi kaki. Banyak hal yang menyebabkan kaki
penderita diabetes mudah kena infeksi, terkena knalpot, lecet akibat sepatu sesak,
luka kecil saat memotong kuku, kompres kaki yang terlalu panas. Infeksi kaki
mudah timbul pada penderita diabetes kronis dan dikenal sebagai penyulit gangren
atau ulkus. Jika dibiarkan, infeksi akan mengakibatkan pembusukan pada bagian
luka karena tidak mendapat aliran darah. Pasalnya, pembuluh darah penderita
diabetes banyak tersumbat atau menyempit. Jika luka membusuk, mau tidak mau
bagian yang terinfeksi harus diamputasi. Penderita diabetes yang terkena gangren
8
perlu dikontrol ketat gula darahnya serta diberi antibiotika. Penanganan gangren
perlu kerja sama dengan dokter bedah.
3. Nefropati diabetik
Nefropati diabetik adalah gangguan fungsi ginjal akibat kebocoran selaput
penyaring darah. Sebagaimana diketahui, ginjal terdiri dari jutaan unit penyaring
(glomerulus). Setiap unit penyaring memiliki membran/selaput penyaring. Kadar
gula darah tinggi secara perlahan akan merusak selaput penyaring ini. Gula yang
tinggi dalam darah akan bereaksi dengan protein sehingga mengubah struktur dan
fungsi sel, termasuk membran basal glomerulus. Akibatnya, penghalang protein
rusak dan terjadi kebocoran protein ke urin (albuminuria). Hal ini berpengaruh
buruk pada ginjal.
Gejala nefropati diabetes baru terasa saat kerusakan ginjal telah parah berupa
bengkak pada kaki dan wajah, mual, muntah, lesu, sakit kepala, gatal, sering
cegukan, mengalami penurunan berat badan. Penderita nefropati harus menghindari
zat yang bisa memperparah kerusakan ginjal, misalnya pewarna kontras yang
digunakan untuk rontgen, obat anti-inflamasi nonsteroid serta obat-obatan yang
belum diketahui efek sampingnya.
4. Retinopati diabetik
Diabetes juga dapat menimbulkan gangguan pada mata, terutama adalah
retinopati diabetik. Keadaan ini, disebabkan rusaknya pembuluh darah yang
memberi makan retina. Bentuk kerusakan bisa bocor dan keluar cairan atau darah
yang membuat retina bengkak atau timbul endapan lemak yang disebut eksudat.
Selain itu terjadi cabang-cabang abnormal pembuluh darah yang rapuh menerjang
daerah yang sehat. Retina adalah bagian mata tempat cahaya difokuskan setelah
melewati lensa mata. Cahaya yang difokuskan akan membentuk bayangan yang
akan dibawa ke otak oleh saraf optik. Bila pembuluh darah mata bocor atau
terbentuk jaringan parut di retina, bayangan yang dikirim ke otak menjadi kabur.
Gangguan penglihatan makin berat jika cairan yang bocor mengumpul di fovea,
pusat retina yang menjalankan fungsi penglihatan sentral. Akibatnya, penglihatan
kabur saat membaca, melihat obyek yang dekat serta obyek yang lurus di depan
mata. Pembuluh darah yang rapuh bisa pecah, sehingga darah mengaburkan vitreus,
materi jernih seperti agar-agar yang mengisi bagian tengah mata.
9
G.PATWAY
10
H.PENATALAKSANAAN
Tatalaksana DM tipe-2 memerlukan terapi agresif untuk mencapai kendali
glikemik dan kendali faktor risiko kardiovaskular. Hal ini dilakukan karena
banyaknya komplikasi kronik yang terjadi. Dalam Konsensus Pengelolaan dan
Pencegahan DM tipe 2 di Indonesia 2011, penatalaksanaan dan pengelolaan DM
dititik beratkan pada 4 pilar penatalaksanaan DM, yaitu edukasi, terapi gizi medis,
latihan jasmani dan intervensi farmakologis.
1) Edukasi
Tim kesehatan mendampingi pasien dalam perubahan perilaku sehat yang
memerlukan partisipasi aktif dari pasien dan keluarga pasien. Upaya
edukasi dilakukan secara komphrehensif dan berupaya meningkatkan
motivasi pasien untuk memiliki perilaku sehat.Tujuan dari edukasi diabetes
adalah mendukung usaha pasien penyandang diabetes untuk mengerti
perjalanan alami penyakitnya dan pengelolaannya, mengenali masalah
kesehatan/ komplikasi yang mungkin timbul secara dini/ saat masih
reversible, ketaatan perilaku pemantauan dan pengelolaan penyakit secara
mandiri, dan perubahan perilaku/kebiasaan kesehatan yang diperlukan.
Edukasi pada penyandang diabetes meliputi pemantauan glukosa mandiri,
perawatan kaki, ketaatan pengunaan obat-obatan, berhenti merokok,
meningkatkan aktifitas fisik, dan mengurangi asupan kalori dan diet tinggi
lemak.
2) Terapi Gizi Medis
Prinsip pengaturan makan pada penyandang diabetes yaitu makanan yang
seimbang, sesuai dengan kebutuhan kalori masing-masing individu, dengan
memperhatikan keteraturan jadwal makan, jenis dan jumlah makanan.
Komposisi makanan yang dianjurkan terdiri dari karbohidrat 45%-65%,
lemak 20%-25%, protein 10%-20%, Natrium kurang dari 3g, dan diet cukup
serat sekitar 25g/hari.
3) Latihan Jasmani
Latihan jasmani secara teratur 3-4 kali seminggu, masing-masing selama
kurang lebih 30 menit. Latihan jasmani dianjurkan yang bersifat aerobik
11
seperti berjalan santai, jogging, bersepeda dan berenang. Latihan jasmani
selain untuk menjaga kebugaran juga dapat menurunkan berat badan dan
meningkatkan sensitifitas insulin.
4) Intervensi Farmakologis
Terapi farmakologis diberikan bersama dengan peningkatan pengetahuan
pasien, pengaturan makan dan latihan jasmani. Terapi farmakologis terdiri
dari obat oral dan bentuk suntikan. Obat yang saat ini ada antara lain:
A. OBAT HIPOGLIKEMIK ORAL (OHO)
Pemicu sekresi insulin:
a) Sulfonilurea
1. Efek utama meningkatkan sekresi insulin oleh sel beta
pankreas
2. Pilihan utama untuk pasien berat badan normal atau kurang
3. Sulfonilurea kerja panjang tidak dianjurkan pada orang tua,
gangguan faal hati dan ginjal serta malnutrisi
b) Glinid
1. Terdiri dari repaglinid dan nateglinid
2. Cara kerja sama dengan sulfonilurea, namun lebih
ditekankan pada sekresi insulin fase pertama.
3. Obat ini baik untuk mengatasi hiperglikemia postprandial
Peningkat sensitivitas insulin:
(a) Biguanid
1. Golongan biguanid yang paling banyak digunakan adalah
Metformin.
2. Metformin menurunkan glukosa darah melalui
3. pengaruhnya terhadap kerja insulin pada tingkat seluler,
distal reseptor insulin, dan menurunkan produksi glukosa
hati.
4. Metformin merupakan pilihan utama untuk penderita
diabetes gemuk, disertai dislipidemia, dan disertai
resistensi insulin.
(b) Tiazolidindion
12
1. lMenurunkan resistensi insulin dengan meningkatkan
jumlah protein pengangkut glukosa sehingga meningkatkan
ambilan glukosa perifer.
2. Tiazolidindion dikontraindikasikan pada gagal jantung
karena meningkatkan retensi cairan.
Penghambat glukoneogenesis:
(a) Biguanid (Metformin).
1. Selain menurunkan resistensi insulin, Metformin juga
mengurangi produksi glukosa hati.
2. Metformin dikontraindikasikan pada gangguan fungsi
ginjal dengan kreatinin serum > 1,5 mg/dL, gangguan
fungsi hati, serta pasien dengan kecenderungan hipoksemia
seperti pada sepsis
3. Metformin tidak mempunyai efek samping hipoglikemia
seperti golongan sulfonylurea.
4. Metformin mempunyai efek samping pada saluran cerna
(mual) namun bisa diatasi dengan pemberian sesudah
makan.
Penghambat glukosidase alfa :
(a) Acarbose
1. Bekerja dengan mengurangi absorbsi glukosa di usus halus.
2. Acarbose juga tidak mempunyai efek samping
hipoglikemia seperti golongan sulfonilurea.
3. Acarbose mempunyai efek samping pada saluran cerna
yaitu kembung dan flatulens.
4. Penghambat dipeptidyl peptidase-4 (DPP-4) Glucagon-like
peptide-1 (GLP-1) merupakan suatu hormone peptide yang
dihasilkan ole sel L di mukosa usus. Peptida ini disekresi
bila ada makanan yang masuk. GLP-1 merupakan
perangsang kuat bagi insulin dan penghambat glukagon.
Namun GLP-1 secara cepat diubah menjadi metabolit yang
tidak aktif oleh enzim DPP-4. Penghambat DPP-4 dapat
13
meningkatkan penglepasan insulin dan menghambat
penglepasan glukagon.
B. OBAT SUNTIKAN
Insulin
1. Insulin kerja cepat
2. Insulin kerja pendek
3. Insulin kerja menengah
4. Insulin kerja panjang
5. Insulin campuran tetap
Agonis GLP-1/incretin mimetik
1. Bekerja sebagai perangsang penglepasan insulin tanpa
menimbulkan hipoglikemia, dan menghambat penglepasan
glukagon
2. Tidak meningkatkan berat badan seperti insulin dan
sulfonilurea
3. Efek samping antara lain gangguan saluran cerna seperti
mual muntah.
A. Pengkajian
1. Riwayat Kesehatan Keluarga
Adakah keluarga yang menderita penyakit seperti klien ?
2. Riwayat Kesehatan Pasien dan Pengobatan Sebelumnya
Berapa lama klien menderita DM, bagaimana penanganannya, mendapat
terapi insulin jenis apa, bagaimana cara minum obatnya apakah teratur atau
tidak, apa saja yang dilakukan klien untuk menanggulangi penyakitnya.
3. Aktivitas/ Istirahat :
Letih, Lemah, Sulit Bergerak / berjalan, kram otot, tonus otot menurun.
4. Sirkulasi
Adakah riwayat hipertensi,AMI, klaudikasi, kebas, kesemutan pada
14
ekstremitas, ulkus pada kaki yang penyembuhannya lama, takikardi,
perubahan tekanan darah
5. Integritas Ego
Stress, ansietas
6. Eliminasi
Perubahan pola berkemih ( poliuria, nokturia, anuria ), diare
7. Makanan / Cairan
Anoreksia, mual muntah, tidak mengikuti diet, penurunan berat badan, haus,
penggunaan diuretik.
8. Neurosensori
Pusing, sakit kepala, kesemutan, kebas kelemahan pada otot,
parestesia,gangguan penglihatan.
9. Nyeri / Kenyamanan
Abdomen tegang, nyeri (sedang / berat)
10. Pernapasan
Batuk dengan/tanpa sputum purulen (tergangung adanya infeksi / tidak)
11. Keamanan
Kulit kering, gatal, ulkus kulit.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan
keseimbangan insulin, makanan, dan aktivitas jasmani
2. Resiko syok.
3. Resiko infeksi..
4. Kerusakan integritas jaringan
5. Ketidakefektipan perfusi jaringan perifer b/d penurunan sirkulasi darah
keperifer, proses penyakit (DM)
6. Resiko ketidakseimbangan elektrolit b/d gejala poliuri dan dehidrasi
C. Discharge Planning
1. Berikan penjelasan secara lisan dan tulisan tentang perawatan dan pengobatan
yang diberikan.
15
2. Ajarkan dan evaluasi untuk mengenal gejala syok dan asidosis diabetik dan
penanganan kedaruratan
3. Simulasikan cara pemberian terapi insulin mulai dari persiapan alat sampai
penyuntikan dan lokai
4. Ajarkan memonitor atau memeriksa glukosa darah dan glukosa dalam urine
5. Perencanaan diit, buat jadwal
6. Perencanaan latihan, jelaskan dampak latihan dengan diabetik
7. Ajarkan gabaimana untukmencegah hiperglikemi dan hipoglikemi
daninfomasikan gejala gejala yang muncul darikeduanya.
8. Jelaskan komplikasi yang muncul
9. Ajarkan mencegah infeksi : keberihan kaki, hindari perlukaan,gunakan sikat
gigi yang halus.
16
- Luka, inflamasi pada v Tidak terjadi penurunan§ Monitor jumlah nutrisi dan
rongga mulut berat badan yang kandungan kalori
- Mudah merasa berarti § Berikan informasi tentang
kenyang, sesaat setelah kebutuhan nutrisi
mengunyah makanan § Kaji kemampuan pasien untuk
- Dilaporkan atau fakta mendapatkan nutrisi yang
adanya kekurangan dibutuhkan
makanan Nutrition Monitoring
- Dilaporkan adanya § BB pasien dalam batas normal
perubahan sensasi rasa § Monitor adanya penurunan berat
- Perasaan badan
ketidakmampuan § Monitor tipe dan jumlah aktivitas
untuk mengunyah yang biasa dilakukan
makanan § Monitor interaksi anak atau
- Miskonsepsi orangtua selama makan
- Kehilangan BB § Monitor lingkungan selama
dengan makanan makan
cukup § Jadwalkan pengobatan dan
- Keengganan untuk tindakan tidak selama jam
makan makan
- Kram pada abdomen § Monitor kulit kering dan
- Tonus otot jelek perubahan pigmentasi
- Nyeri abdominal § Monitor turgor kulit
dengan atau tanpa § Monitor kekeringan, rambut
patologi kusam, dan mudah patah
- Kurang berminat § Monitor mual dan muntah
terhadap makanan § Monitor kadar albumin, total
- Pembuluh darah protein, Hb, dan kadar Ht
kapiler mulai rapuh § Monitor makanan kesukaan
- Diare dan atau § Monitor pertumbuhan dan
steatorrhea perkembangan
- Kehilangan rambut § Monitor pucat, kemerahan, dan
yang cukup banyak kekeringan jaringan
(rontok) konjungtiva
- Suara usus hiperaktif § Monitor kalori dan intake nuntrisi
- Kurangnya informasi, § Catat adanya edema, hiperemik,
misinformasi hipertonik papila lidah dan
Faktor-faktor yang cavitas oral.
berhubungan : § Catat jika lidah berwarna
Ketidakmampuan magenta, scarlet
pemasukan atau
mencerna makanan
atau mengabsorpsi zat-
zat gizi berhubungan
dengan faktor biologis,
17
psikologis atau
ekonomi.
2 Resiko Syok NOC : NIC :
18
- Catat gas darah arteri
dan oksigen dijaringan
- Monitor EKG
- Memanfaatkan
pemantauan jalur arteri
untuk meningkatkan
akurasi pembacaan TD
- Memantau trend lm
parameter
hemodinamik
- Memntau faktor
penentu pengiriman
jaringan oksigen
- Memonitor gejala
gagal pernapasan
3 Resiko Infeksi NOC : NIC :
19
penekanan respon · Berikan terapi antibiotik bila
inflamasi) perlu
- Tidak adekuat Infection Protection (proteksi
pertahanan tubuh terhadap infeksi)
primer (kulit tidak · Monitor tanda dan gejala
utuh, trauma jaringan, infeksi sistemik dan lokal
penurunan kerja silia, · Monitor hitung granulosit,
cairan tubuh statis, WBC
perubahan sekresi pH, · Monitor kerentanan terhadap
perubahan peristaltik) infeksi
- Penyakit kronik · Batasi pengunjung
· Saring pengunjung terhadap
penyakit menular
· Partahankan teknik aspesis
pada pasien yang beresiko
· Pertahankan teknik isolasi k/p
· Berikan perawatan kuliat pada
area epidema
· Inspeksi kulit dan membran
mukosa terhadap kemerahan,
panas, drainase
· Ispeksi kondisi luka / insisi
bedah
· Dorong masukkan nutrisi yang
cukup
· Dorong masukan cairan
· Dorong istirahat
· Instruksikan pasien untuk
minum antibiotik sesuai resep
· Ajarkan pasien dan keluarga
tanda dan gejala infeksi
· Ajarkan cara menghindari
infeksi
· Laporkan kecurigaan infeksi
· Laporkan kultur positif
4 Kerusakan integritas NOC : NIC :
jaringan
Tissue integrity : skin Pressure ulcer prevention
Definisi : Kerusakan and mucous wound care
jaringan membran
mukosa, kornea, Wound healing : Anjurkan px utk menggunakan
integumen, atau primary and pakaian yg longgar
subkutan secondary intention Jaga kulit agar tetap bersih dan
kering
Batasan karakteristik :V Kriteria Hasil : Mobilisasi pasien setiap 2 jam
sekali
20
- Krusakan jaringan mis Perfusi jaringan Monitor kulit akan adanya
: membran mukosa, normal kemerahan
kornea, integumen, Tidak ada tanda-tanda Oleskan lotion atau minyak pd
atau subkutan infeksi daerah yg tertekan
Ketebalan dan tektur Monitor aktivitas dan
Faktor yg jaringan normal mobilisasi px
berhubungan : Menunjukkan Monitor status nutrisi px
Gangguan sirkulasi pemahamn dalam Memandikan px dengan sabun
I Iritan zat kimia proses perbaikan kulit dan air hangat
Defisit cairan dan mencegah Observasi luka
Kelebihan cairan terjadinya cidera Ajarkan keluarga ttg luka dan
berulang perawatan luka
Hambatan mobilitas
fisik Menunjukkan Kolaborasi ahli gizi dlm
Kurang pengetahuan terjadinya proses pemberian diet TKTP
Faktor mekanik (misal penyembuhan luka
: tekanan sobekan)
Faktor nutrisi v
Radiasi
Suhu ekstrim
5 Ketidakefektipan NOC : NIC :
perfusi jaringan perifer
Circulation status Peripheral sensation
Tissue perfusion : management
Definisi : Penurunan
cerebral
sirkulasi darah ke - Monitor adanya daerah
perifer yg dapat tertentu yg hanya peka
mengganggu kesehatan Kriteria Hasil :
trhdap
Batasan Karakteristik : Mendemontrasikan panas,dingin,tajam,tumpul
status sirkulasi yg - Instruksikan keluarga
Tidak ada nadi ditandai dgn : untuk mengobservasi kulit
Perubahan fungsi
motorik Tekanan systole dan jika ada isi atau laserasi
Perubahankarakteristik diastole dalam - Gunakan sarung tangan
kulit rentang yg diharapkan utk proteksi
Perubahan tekanan Tidak ada hipertensi - Batasi gerakan pd kepala,
darah diekstrermitas Tidak ada tanda-tanda leher dan punggung
Warna tidak kembali peningkatan intra - Monitor kemampuan
ketungkai saat tungkai
kranial BAB
diturunkan
Kelambatan - Kolaborasi pemberian
penyembuhan luka Mendemontrasikan analgetik
perifer kemampuan kognitif - Monitor adanya
Penurunan nadi yg ditandai dgn : tromboplebitis
Edema Berkomunikasi dgn - Diskusikan mengenai
Nyeri ekstremitas jelas dan sesuai dgn penyebab perubahan
Warna kulit pucat saat
kemampuan sensasi
elevasi
Menunjukkan
perhatian ,
21
Faktor yg berhubungan konsentrasi, dan
; orientasi
Memproses informasi
Kurang pengetahuan
ttg faktor pemberat Membuat keputusan
Kurang pengetahuan dgn benar
ttgprses penyakit
Diabetes melitus
Hipertensi T
Gaya hidup monoton
merokok
6 Resiko NOC : NIC :
ketidakseimbangan
elektrolit Fluid balance Fluid management
Hydration
Definisi : Beresiko Nutritional status : Pertahankan intake dan output
mengalami perubahan food and fluid intake yg akurat
kadar elektrolit serum Monitor status hidrasi
yg dapat menggangu Kriteria Hasil : Monitor vital sign
kesehatan. Monitor masukan makan /
Mempertahan kan cairan dan hitung intake kalori
Faktor resiko : urine output sesuai harian
dgn usia dan BB, BJ, Kolaborasi pemeberian cairan
Defisiensi volume urine normal, HT iv
cairan normal Monitor status nutrisi
Diare Dorong masukan oral
Disfungsi endokrin TD, nadi, suhu tubuh Kolaborasi dokter jika tanda
Kelebuhan volume dalam batas normal cairan berlebih muncul
cairan memburuk
Gangguan mekanisme Tidak ada tand-tanda Monitor tingkat Hb dan Ht
regulasi dehidrasi, elastisitas
turgor kulit baik, Monitor adanya tanda gejala
Disfungsi ginjal gagal ginjal
Efek samping obat membran mukosa
muntah lembab, tidak ada rasa
haus yg berlebihan
22
BAB III
PENUTUP
Diabetes Melitus ( DM ) adalah penyakit metabolik yang kebanyakan herediter,
dengan tanda – tanda hiperglikemia dan glukosuria, disertai dengan atau tidak
adanya gejala klinik akut ataupun kronik, sebagai akibat dari kuranganya insulin
efektif di dalam tubuh, gangguan primer terletak pada metabolisme karbohidrat
yang biasanya disertai juga gangguan metabolisme lemak dan protein.
B. Saran
Berdasarkan uraian di atas di harapkan kita dapat lebih memahami makna
kesehatan,semoga informasi ini bisa membantu kita menghindari penyakit diabetes
yang sekarang bukan lagi hanya disebabkan oleh genetis. bila gejala-gejala tersebut
pernah anda/orang terdekat anda tangani, segerakan memeriksa kadar gula dalam
darah.
23
DAFTAR
Anonim. 2013. Laporan Pendahuluan Diabetes Melitus. [Online]:
Http://Lpkeperawatan.Blogspot.Co.Id/2013/11/Diabetes-Mellitus-A.Html
(Di Akses Pada Tanggal 08 September 2015)
Suhud, Moch Kharis. 2011. Diabetes Melitus. [Online]:
Http://Mujamu.Blogspot.Co.Id/2011/06/Diabetes-Melitus.Html(Di Akses
Pada Tanggal 08 September 2015)
Ikram, Ainal. 1996. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam : Diabetes Mellitus Pada
Usia Lanjut jilid I Edisi ketiga, Jakarta : FKUI
24