Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

KEPERAWATAN ANAK
ASUAHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN PENYAKIT
JUVENILE DIABETES MELLITUS

Pembimbing Pendidikan :

Ns. Rahma Annisa, M. Kep.

Disusun Oleh: Kelompok 3

1. Dea Febrina (P01720322009)


2. Lussy Kurnia Utami (P01720322023)
3. Rifka Fitria Wusqo (P01720322034)
4. Nike Febriani (P01720322085)
5. Adi Guna Sagib Elese (P01720322052)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES BENGKULU JURUSAN
SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2023/2024

KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan anugerah - Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
pembuatan makalah ini dengan tepat pada waktunya.

Adapun makalah ini kami susun atas dasar kelengkapan tugas mata kuliah
Keperawatan Anak. Tidak lupa juga kami sampaikan terima kasih kepada Bapak
Ns. Andra Saferi Wijaya, M.Kep selaku dosen pengampu Mata Kuliah.
Keperawatan Anak. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada pihak yang
telah membantu dalam proses penyusunan makalah ini, semua yang telah
memberi informasi kepada kami.

Dalam penyusunan makalah ini kami menyadari bahwa masih banyak


terdapat kekurangan di dalamnya, maka kami mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun dari pembaca dalam kesempurnaan makalah ini dan
pembuatan makalah selanjutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca. Kami ucapkan terima kasih.

Bengkulu,20 Februari 2024

Kelompok 3

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................
DAFTAR ISI.......................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN..................................................................................
A. Latar Belakang........................................................................................
B. Rumusan Masalah...................................................................................
C. Tujuan Lapotan Kasus.............................................................................
D. Manfaat Kasus.........................................................................................
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................
A. Konsep Teori diabetes melitus ...............................................................
B. Konsep Asuhan Keperawatan pada anak diabetes melitus.....................
BAB III PEMBAHASAN...................................................................................
BAB IV PENUTUP............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Diabetes mellitus (DM) adalah penyakit kronik dengan insiden yang

semakin meningkat di seluruh dunia. Penyakit ini disebabkan karena adanya


gangguan sekresi insulin, gangguan dari kerja insulin, ataupun keduanya
(Punthakee et al., 2018). Penyakit ini tidak hanya menyerang orang dewasa,
tetapi juga pada anak. DM dikelompokkan menjadi empat jenis, yaitu DM
tipe-1, DM tipe-2, DM tipe lain dan diabetes pada kehamilan atau gestasional.
Pada anak, jenis DM tersering adalah tipe-1, terjadi defisiensi insulin absolut
akibat kerusakan sel kelenjar pankreas oleh proses autoimun. Ikatan Dokter
Anak Indonesia mencatat bahwa kejadian DM tipe 1 pada anak mencapai
1220 kasus pada tahun 2018 dan terus meningkat setiap tahunnya (Pulungan,
2019).

Berdasarkan data yang dimiliki oleh Kementrian Kesehatan diabetes


merupakan penyebab kematian terbesar nomor tiga di Indonesia dengan
presentase sebesar 6,7%. Pada peringkat dunia, Indonesia menduduki
peringkat ke-6 dengan jumlah kasus diabetes sebanyak 10,3 juta jiwa dan
dapat melonjak drastis hingga 21,3 juta jiwa pada tahun 2030 apabila tidak
ditangani dengan tatalaksana yang tepat. (Kemenkes RI, 2018).

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Konsep Dasr Penyakit dari Juvenil Diabetes Mellitus?
2. Bagaimana Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan penyakit Juvenil
Diabetes Mellitus ?

1
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum:
Memberikan pemahaman yang lebih baik kepada pembaca tentang
penyakit Juvenil Diabetes Mellitus, termasuk penyebab, gejala, diagnosis,
dan perawatan yang tersedia.
2. Tujuan Khusus:
Penulisan makalah ini bertujuan untuk agar mahasiswa mengetahui dan
memahami
a. Konsep Dasr Penyakit dari Juvenil Diabetes Mellitus
b. Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan penyakit Juvenil
Diabetes Mellitus
D. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Teoritis
a. Memberikan informasi tentang gambaran kejadian pada pasien yang
mempunyai penyakit Juvenil Diabetes Mellitus.
b. Bagi mahasiswa, ini dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi
studi/kajian di bidang endokrinologi.

2. Manfaat Praktis
a. Bagi penulis ini dapat menambah wawasan penulis mengenai
gambaran pada pasien dengan penyakit Juvenil Diabetes Mellitus.
b. Bagi pembaca makalah ini dapat memberikan informasi dan wawasan
mengenai gambaran pada pasien dengan penyakit Juvenil Diabetes
Mellitus dan dapat memberi kesedaran kepada pembaca.
c. Bagi penderita, makalah ini dapat memberikan pengetahuan tentang
penyakit yang dialami dan gambarannya pada mereka dengan

2
penyakit Juvenil Diabetes Mellitus. Kesedaran ini juga dapat
membantu pasien lebih berhati- hati dalam menjaga kesehatannya.,

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Juvenil Diabetes Mellitus


1. Pengertian Juvenil Diabetes Mellitus
Juvenil Diabetes Mellitus atau yang dikenal dengan nama Diabetes
Mellitus (DM) tipe 1, terjadi karena kerusakan sel beta pankreas (reaksi
autoimun). Sel beta pankreas merupakan satu-satunya sel tubuh yang
menghasilkan insulin yang berfungsi untuk mengatur kadar glukosa
dalam tubuh. Bila kerusakan sel beta pankreas telah mencapai 80-90%
maka gejala DM mulai muncul. kerusakan sel ini lebih cepat terjadi pada
anak-anak daripada dewasa. Sebagian besar penderita DM tipe 1 sebagian
besar oleh karena proses autoimun dan sebagian kecil non autoimun. DM
tipe 1 yang tidak diketahui penyebabnya juga disebut sebagai type 1
idiopathic dan ditemukan insulinopenia tanpa adanya petanda autoimun
dan mudah sekali mengalami ketoasidosis.
2. Etiologi Juvenil Diabetes Mellitus
a. Proses autoimun
b. Faktor lingkungan; virus cocksakie, rubella, citomegalo virus (CMV),
herpes dan lain-lain (Rusman dkk, 2010)
3. Manifestasi Klinis Juvenil Diabetes Mellitus
tanda dan gejala yang sering muncul pada Juvenil Diabetes Mellitus yaitu
sebagai berikut:
1. Hiperglikemi
a. Polyuria (sering buang air kencing)
b. Polydipsia (sering haus)
c. Polyphagia (banyak makan)

3
d. Kelelahan dan kelemahan otot
e. Berat badan menurun
f. Mata kabur
g. Glycosuria (adanya glukosa dalam urin)
h. Ketonuria ( terdapat keton dalam urin)
i. Pernafasan kusmaul
j. Dapat berlanjut dengan penurunan kesadaran
2. Hipoglikemi
a. Tremor
b. Takikardia dan palpitasi
c. Diaphoresis (berkeringat banyak)
d. Kecemasan
e. Lapar
f. Pucat
g. Pusing kepala
h. Berlanjut pada menurunnya kesadaran dan kejang
4. Patofisiologi Juvenil Diabetes Mellitus
Diabetes melitus tipe 1 dapat terjadi karena gangguan terhadap
produksi insulin akibat kerusakan sel beta pankreas. Patofisiologi dari
DM tipe 1 yakni adanya reaksi autoimun akibat peradangan pada sel beta.
Hal ini menyebabkan timbulnya antibodi terhadap sel beta yang disebut
Islet Cell Antibody (ICA). Reaksi antigen (sel beta) dengan antibodi ICA
yang ditimbulkannya menyebabkan hancurnya sel beta. Selain karena
autoimun, DM tipe 1 juga bisa disebabkan virus cocksakie, rubella,
citomegalo virus (CMV), herpes dan lain-lain (Rustama dkk, 2010).

4
5. WOC Juvenil Diabetes Mellitus

6. Pemeriksaan Diagnosis Juvenil Diabetes Mellitus


1. Pemeriksaan glukosa
a. glukosa plasma ≥200 mg/dL (11,1 mmol/L), atau
b. Glukosa puasa plasma ≥126 mg/dL (7,0 mmol/L), atau
c. Glukosa 2 jam postprandial 200 mg/dL (11,1 mmol/L) dengan
Uji Toleransi Glukosa Oral, atau
d. HbA1c > 6,5% sesuai standar National Glycohemoglobin
Standardization Program (NGSP) pada
laboratorium bersertifikasi (Pulungan, Fadiana, Annisa, 2021)
2. Analisis gas darah: PH rendah dan penurunan pada HCO3 (asidosis
metabolik)
3. Pemeriksaan darah lengkap
4. Pemeriksaan ureum dan kreatinin
5. Pemeriksaan urin
7. Penatalaksanaaan Juvenil Diabetes Mellitus
Menurut Perkeni (2015) dan Kowalak (2011) penatalaksanaan
diabetes melitus tipe 1 di bagi menjadi 2 yaitu:
1. Terapi Farmakologis
a. Pemberian insulin
Terapi standar untuk pasien DM tipe 1 pada anak dapat
dilakukan dengan pemberian terapi insulin. Pemberian
insulin basal sesuai jadwal spesifik setiap pasien dapat

5
diberikan untuk memperbaiki nilai glukosa yang tinggi (Ziegler &
Neu, 2018). Pemberian insulin untuk anak-anak disesuaikan dengan
usia, berat badan, durasi penyakit, target kontrol glikemik, gaya
hidup, dan komorbiditas (Pulungan et al., 2021). Ada 3 jenis insulin,
yaitu Porcine, Bovine dan Human Insulin. Onset kerja, manfaat, dan
efek sampingnya serupa, tetapi human insulin direkomendasikan
untuk anak-anak penderita diabetes (Ayoola, 2008). Terapi pompa
insulin dengan jenis human insulin memerlukan penyesuaian dosis
insulin, terutama pada malam hari untuk mencegah hipoglikemia
(Neu et al., 2019).
2. Terapi Farmakologis
a. Manajemen diet
Terapi gizi adalah komponen penting dari manajemen diabetes
terlepas dari jenis diabetesnya. Tujuan terapi gizi adalah untuk
mendekati normalisasi glukosa, tekanan darah, lipid, dan berat badan.
Pada DM tipe 1, karbohidrat merupakan penentu utama kebutuhan
insulin. Tergantung pada regimen insulin yang diresepkan, terapi gizi
biasanya berupa karbohidrat dengan jumlah yang ditentukan (Beck &
Cogen, 2015). Berdasarkan salah satu penelitian, penghitungan
karbohidrat dan koreksi insulin secara signifikan berkorelasi dengan
kadar HbA1c yang lebih rendah (Pulungan et al., 2021).
Rekomendasi universal dasar adalah bahwa karbohidrat harus
menyediakan 50-60% dariasupan energi harian dan tidak lebih dari
10% harus dari sukrosa atau karbohidrat olahan lainnya. Lemak harus
menyediakan kurang dari 30% dan protein harus menyediakan 10-
20% dari asupan energi harian (Ayoola, 2008). Selain itu, pola makan
sehat pada anak dengan DMT1 harus diperkuat dengan memberikan
makanan dan jajanan yang teratur dan bergizi seimbang seperti sayur-
sayuran dan buah-buahan, serta mencegah makan berlebihan yang
tidak terkontrol (Neu et al, 2019).

6
b. Aktivitas fisik
Aktivitas fisik yang rutin memberikan banyak manfaat bagi anak
penderita DMT1, seperti meningkatkan sensitivitas insulin dan
menurunkan kebutuhan insulin, serta untuk mencegah terjadinya
komplikasi akut ataukronis. Aktivitas fisik yang direkomendasikan
adalahsenam aerobik dilakukan selama 60 menit/hari. Anak-anak
dengan DMT1 yang melakukan aktivitas fisik selama 60 menit/hari
minimal 5 hari per minggu dilaporkan memiliki kualitas hidup yang
lebih baik dibandingkandengan yang tidak melakukan aktivitas fisik
(Pulungan, Fadiana, Annisa, 2021). Selain itu, aktivitas rutin dapat
mengurangi stres dan meningkatkan kesejahteraan fisiologis secara
keseluruhan. Namun, olahraga dapat menempatkan individu dengan
DM tipe 1 pada peningkatan risiko hiperglikemia (jika pasien
memiliki insulin yang tidak mencukupi) atau hipoglikemia (karena
otot memulihkan glikogen) selama dan setelah latihan (Beck &
Cogen, 2015).
c. Monitoring mandiri
Monitoring pasien DMT1 meliputi self- monitoring glukosa darah
(SMBG), HbA1c, keton, dan glukosa darah. Indonesian Pediatric
Society (IPS) merekomendasikan SMBG dilakukan setidaknya 4-6
kali sehari, yaitu, (1) di pagi hari saat bangun tidur; (2) sebelum
makan; (3) 1,5-2 jam setelah makan; dan (4) di malam hari. Namun,
SMBG dapat dilakukan lebih sering sesuai kebutuhan. American
Diabetes Association (ADA) dan International Society for Pediatric
and Adolescent Diabetes (ISPAD) merekomendasikan SMBG
dilakukan lebih sering, yaitu sekitar 6-10 kali sehari.
d. Terapi psikososial
Terapi DMT1 pada anak, riwayat psikososial keluarga terutama orang
tua dan pengasuh terdekat anak perlu diperhatikan. Keluarga berhak
menerima konseling psikososial terkait dengan manajemen DMT1

7
pada anak. Hal ini dapat berdampak pada terapi jangka panjang
meliputi perkembangan akademik, intelektual, emosional dan sosial
anak. Selain itu, anak-anak dengan DMT1 mempunyai risiko
mengalami gangguan pembelajaran dan pemrosesan informasi.
Sehingga pemeriksaan secara neuro- fisiologis dan psikologis pada
anak sangat dibutuhkan untuk mendukung kestabilan psikologis anak
selama masa awal terapi DMT1 (Neu et al, 2019).
B. Konsep Asuhan Keperawatan pada Pasien Juvenil Diabetes Mellitus
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan dasar utama dari proses keperawatan,
pengumpulan data yang akurat dan sistematis yang akan membantu
pemantauan status kesehatan dan pola pertahanan pasien,
mengidentifikasi kekuatan pasien serta merumuskan diagnosa
keperawatan (Doengoes, 2000).
Pengkajian yang dilakukan pada pasien dengan diabetes melitus meliputi
identitas klien, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat
penyakir terdahulu, riwayat penyakit keluarga, serta pengkajian
psikososial dan spiritual.
a. Identitas
1) Identitas klien: meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan,
alamat, pekerjaan, agama, status perkawinan, suku bangsa,
tanggal dan jam masuk rumah sakit, nomor registrasi, dan
diagnosa medis.
2) Identitas penanggung jawab: nama, hubungan dengan klien,
pendidikan, pekerjaan, alamat
b. Riwayat Masuk Rumah Sakit
1) Keluhan utama: biasanya pada pasien diabetes melitus keluhan
utamanya meliputi sesak napas, polipagia, hiperglikemi,
hipoglikemi. polyuria, polydipsia
c. Riwayat Kesehatan

8
1) Riwayat kesehatan sekarang meningkatnya frekuensi berkemih,
meningkatnya rasa haus, meningkatnya rasa lapar, berat baan
menurun, meningkatnya gula darah, menurunnya gula darah.
2) Riwayat penyakir dahulu: apakah sebelumnya pernah mengalami
sakit diabetes melitus (DM)
3) Riwayat penyakit keluarga: diabetes melitus (DM) merupakan
penyakit yang bisa di turunkan melalui genetik.
4) Riwayat psikososial dan spiritual biasanya klien cemas,
bagaimana mekanisme koping yang digunakan mengalami
gangguan dalam melakukan ibadat karena klien merasa lemah.
d. Pengkajian Keperawatan Pengkajian keperawatan menurut
(Doengoes, 2000) pada klien dengan diabetes melitus adalah sebagai
berikut:
1) Neuro sensori
Disorientasi, mengantuk, stupor/koma, gangguan memori,
kekacauan mental, reflek tendon menurun, aktifitas kejang.
2) Kardiovaskuler
Takikardia/nadi menurun atau tidak ada, perubahan TD
postural, hipertensi dysritmia, krekel, DVJ.
3) Pernafasan
Takipnoe pada keadaan istirahat/dengan aktifitas, sesak nafas,
batuk dengan tanpa sputum purulent dan tergantung
ada/tidaknya infeksi, panastesia/paralise otot pernafasan (jika
kadar kalium menurun tajam), RR > 24 x/menit, nafas berbau
aseton.
4) Gastro intestinal Muntah, penurunan BB, kekakuan/distensi
abdomen, aseitas, wajah meringis pada palpitasi, bising usus
lemah/menurun.
5) Eliminasi

9
Urine encer, pucat, kuning, poliuria, urine berkabut, bau
busuk, diare (bising usus hiper aktif).
6) Muskulo skeletal
Tonus otot menurun, penurunan kekuatan ototulkus pada
kaki, reflek tendon menurun kesemuatan/rasa berat pada
tungkai
7) Integumen
Kulit panas, kering dan kemerahanbola mata cekung, turgor
jelek, pembesaran tiroid, demam, diaforesis (keringat
banyak), kulit rusak, lesi/ulserasi/ulkus.
8) Aktivitas/ Istirahat
Lemah, letih, sulit bergerak/berjalan.Kram otot, tonus otot
menurun. Gangguan tidur/istirahat, takikardia dan takipnea
pada keadaan istirahat atau dengan aktivitas, letargi/
disorientasi, koma.
9) Sirkulasi
Kebas, kesemutan pada ekstermitas, ulkus pada kaki,
penyembuhan yang lama, takikardia, Perubahan tekanan
darah postural, hipertensi, nadi yang menurun, disritmia,
krekels. (GJK), kulit panas, kering, dan kemerahan, bola mata
cekung.
10) Intergritas Ego
Stres, tergantung pada orang lain, masalah finansial yang
berhubungan dengan kondisi, ansietas, peka rangsangan
11) Makanan/Cairan
Hilang nafsu makan, mual/muntah, tidak mengikuti diet,
peningkatan masukan glukosa/karbohidratm, penurunan berat
badan lebih dari periode bebrapa hari/minggu, haus,
penggunaan diuretik, kulit kering/bersisik, turgor jelek,
kekakuan/distensi abdomen, muntah, pembesaran tiroid

10
(peningkatan kebutuhan metabolik dengan peningkatan gula
darah), bau halitosis/manis, napas keton.
12) Nyeri/ Kenyamanaan
Abdomen yang terang/ nyeri (sedang/berat), wajah meringis
dengan palpitasi, tampak sangat berhati-hati
13) Keamanan
Menurunnya kekuatan umum/rentang gerak,
parestesia/paralisis otot termasuk otot-otot pernapasan (jika
kadar kalium menurun dengan cukup tajam.
2. Diagnosa Keperawatan
1) Difisit nutrisi berhubungan dengan ketidak mampuan mengabsorbsi
nutrien
2) Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
3) Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan difungsi
pankreas
4) Perfusi perifer tidak efektif berhubungan deangan hiperglikemia
5) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisisk
6) Gangguan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan neuropati
perifer

11
12
3. Intervensi Keperawatan

N DIAGNOSA LUARAN
INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL
O KEPERAWATAN KEPERAWATAN
Defisit Nutrisi Setelah dilakukan NIC/SIKI: Manajemen Nutrisi 1. Mengetahui status nutrisi yang
intervensi keperawatan Aktivitas Keperawatan: diperlukan sehingga dapat
selama 3x24 jam, Observasi : menentukan perencanaan yang
diharapkan pasien: akan diberikan
NOC/SLKI: Status 1. Identifikasi status nutrisi 2. Makanan yang disukai pasien
Nutrisi 2. Identifikasi makanan yang disukai dapat dimasukan kedalam
Ekspetasi : Membaik 3. Monitor berat badan perencanaan makanan dan
dipertahankan di level 4 mempermudah dalam pemenuhan
ditingkatkan ke level 5 nutrisi
3. Membantu dalam
 1 : Memburuk
Teraupetik mengidentifikasi defisit nutrisi
 2 : Cukup Membur
dan kebutuhan diet
uk
4. Lakukan oral hygiene sebelum 4. Membuat mulut menjadi segar
 3 : Sedang
 4 : Cukup Membai makan atau perawatan mulut
5. Fasilitasi dalam menentukan 5. Membantu klien dalam
k pemenuhan kebutuhan nutrisinya
pedoman diet (mis. piramida
 5 : Membaik 6. Membantu proses
makanan)
6. Berikan suplemen makanan jika pemenuhan/pemulihan nutrisi
Dengan Kriteria Hasil 7. Memenuhi kebutuhan energi
perlu
yang meningkat untuk mencegah

13
1. Porsi makan yang 7. Berikan makanan tinggi kalori dan mengurangi kerusakan
dihabiskan meningkat dan tinggi protein jaringan tubuh sehingga dapat
2. Sariawan menurun digunakan unyuk menambah BB
3. Rambut rontok menur Edukasi normal atau ideal
un 8. Mencegah terjadinya refleks atau
4. Berat Badan membai 8. Ajurkan posisi duduk, jika mampu berbaliknya makanan ke lambung
k 9. Anjurkan diet yang diberikan 9. Dapat menerapkan diet yang
5. Nafsu makan membai telah diajarkan dalam kehidupan
k Kolaborasi sehati-hari sehingga
mempercepat pemulihan asupan
10. Kolaborasi pemberian nutrisi
medikasi sebelum makan (mis 10. Menghilangkan mual yang
pereda nyeri, antlemetik), jika menganggu
perlu
1. Kolaborasi jumlah kalori dan 1. Menentukan jumlah dan jenis
jenis nutrien yang dibutuhkan , kalori yang dibutuhkan
jika perlu

14
N DIAGNOSA LUARAN
INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL
O KEPERAWATAN KEPERAWATAN
Hipovolemia Setelah dilakukan NIC/SIKI: 1. Kondisi gawat darurat yang
berhubungan intervensi keperawatan Aktivitas Keperawatan: disebabkan oleh hilangnya cairan
deangan kehilangan selama 3x24 jam, Observasi : tubuh dalam jumlah besar,
cairan aktif diharapkan pasien: sehingga jantung tidakdapat
NOC/SLKI: Status 1. Identifikasi tanda- tanda
memompa cukup darah ke
cairan syok hipovolemia
seluruh tubuh
Ekspetasi : Membaik 2. Pemantauwan tanda- tanda
vital 2. Ukuran statistik berbagai
Dengan Kriteria Hasil
3. Manajemen muntah fisiologis membantu menentukan
1. Kekuatan nadi 4. Kolaborasi insersi intravena status kesehatan seseorang
meningkat 5. Kolaborasi pemberian obat 3. Menghindari kehilangan cairan
2. Tugor kulit melalui intravena elektrolit tubuh dalam jumlah
meningkat besar
3. Output urine 4. Peningkatan keseimbangan
meningkat
cairan tubuh melalui insersi
4. Intake cairan
membaik intravena
5. Perasaan lemah 5. Mengatasi dan memperkuat
meurun kondisi tubuh terhadap gangguan
6. Tingkat kesadaran dalam fisiologis tubuh

15
membaik

N DIAGNOSA LUARAN INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL


O KEPERAWATAN KEPERAWATAN
Setelah dilakukan NIC/SIKI: manajemen 6. Kondisi gawat darurat yang
intervensi keperawatan hiperglikemia disebabkan oleh hilangnya cairan
Ketidakstabilan selama 3x24 jam, Aktivitas Keperawatan: tubuh dalam jumlah besar,
kadar glukosa diharapkan pasien: sehingga jantung tidakdapat
NOC/SLKI: Status Observasi
memompa cukup darah ke
darah berhubungan cairan
seluruh tubuh
dengan difungsi Ekspetasi : Membaik 1. Identifikasi kemungkinan
penyebab hiperglikemia 7. Ukuran statistik berbagai
Dengan Kriteria Hasil
pankreas 2. Identifikasi situasi yang fisiologis membantu menentukan
7. Kekuatan nadi menyebabkan kebutuhan insulin status kesehatan seseorang
meningkat meningkat (mis. penyakit 8. Menghindari kehilangan cairan
8. Tugor kulit kambuhan) elektrolit tubuh dalam jumlah
meningkat 3. Monitor kadar glukosa darah, besar
9. Output urine Jika perlu 9. Peningkatan keseimbangan
meningkat 4. Monitor tanda dan gejala cairan tubuh melalui insersi
10. Intake cairan hiperglikemia (mis. poliuria,
membaik intravena
polidipsia, polifagia, kelemahan,
11. Perasaan lemah 10. Mengatasi dan memperkuat
malaise, pandangan kabur, sakit
meurun kepala) kondisi tubuh terhadap gangguan
12. Tingkat kesadaran

16
membaik 5. Monitor intake dan output cairan dalam fisiologis tubuh
6. Monitor keton urine, kadar
analisa gas darah, elektrolit,
tekanan darah ortostatik dan
frekuensi nadi

Terapeutik

1. Berikan asupan cairan oral


2. Konsultasi dengan medis jika
tanda dan gejala hiperglikemia
tetap dan ada atau memburuk
3. Fasilitasi ambulans jika ada
hipotensi ortostatik

Edukasi

1. Anjurkan menghindari olahraga


saat kadar glukosa darah lebih
dari 250 mg/dL

17
2. Anjurkan monitor kadar glukosa
darah secara mandiri
3. Anjurkan kepatuhan terhadap
diet dan olahraga
4. Ajarkan indikasi dan pentingnya
pengujian keton urin, Jika perlu
5. Ajarkan pengelolaan diabetes
(mis. penggunaan insulin, obat
oral, monitor asupan cairan,
penggantian karbohidrat, dan
bantuan profesional kesehatan)

Kolaborasi

1. Kolaborasi pemberian insulin,


Jika perlu
2. Kolaborasi pemberian cairan IV,
Jika perlu
3. Kolaborasi pemberian kalium,

18
Jika perlu

19
20
BAB III

PEMBAHASAN

A. Pengkajian
Perawat harus mengadakan perkenalan dan menjelaskan maksud perawat yaitu
untuk melaksanakan asuhan keperawatan pada klien dengan keluarga secara
terbuka, mengerti dan kooperatif.
Pengkajian yang dilakukan pada pasien dengan diabetes melitus meliputi
identitas klien, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit
terdahulu, riwayat penyakit keluarga, serta pengkajian psikososial dan
spiritual. Keluhan utama biasanya pada pasien diabetes melitus keluhan
utamanya meliputi sesak napas, polipagia, hiperglikemi, hipoglikemi,polyuria,
polydipsia. Pengkajian Keperawatan Pengkajian keperawatan menurut
(Doengoes, 2000) pada klien dengan diabetes melitus adalah sebagai berikut:
1) Neuro sensori
Disorientasi, mengantuk, stupor/koma, gangguan memori, kekacauan mental,
reflek tendon menurun, aktifitas kejang.
2) Kardiovaskuler
Takikardia/nadi menurun atau tidak ada, perubahan TD postural, hipertensi
dysritmia, krekel, DVJ.
3) Pernafasan
Takipnoe pada keadaan istirahat/dengan aktifitas, sesak nafas, batuk dengan
tanpa sputum purulent dan tergantung ada/tidaknya infeksi, panastesia/paralise
otot pernafasan (jika kadar kalium menurun tajam), RR > 24 x/menit, nafas
berbau aseton.
4) Gastro intestinal Muntah, penurunan BB, kekakuan/distensi abdomen,
aseitas, wajah meringis pada palpitasi, bising usus lemah/menurun.
5) Eliminasi

21
Urine encer, pucat, kuning, poliuria, urine berkabut, bau busuk, diare (bising
usus hiper aktif).

B. Diagnosa Keperawatan
1. Difisit nutrisi berhubungan dengan ketidak mampuan mengabsorbsi
nutrien
2. Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
3. Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan difungsi
pankreas
4. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan deangan hiperglikemia
5. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisisk
6. Gangguan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan neuropati perifer
C. Intervensi Keperawatan
Menurut tim pokja siki dpp ppni (2018) menjelaskan intervensi pada
diabetes melitus tipe 1 dilakuan Manajemen Nutrisi dengan aktivitas
keperawatan Observasi : Identifikasi status nutrisi, Identifikasi makanan yang
disukai, Monitor berat badan Teraupetik: Lakukan oral hygiene sebelum
makan atau perawatan mulut, Fasilitasi dalam menentukan pedoman diet (mis.
piramida makanan), Berikan suplemen makanan jika perlu, Berikan makanan
tinggi kalori dan tinggi protein,Ajurkan posisi duduk, jika mampu,Anjurkan
diet yang diberikan,KolaborasiKolaborasi pemberian medikasi sebelum
makan (mis pereda nyeri, antlemetik), jika perlu Kolaborasi jumlah kalori dan
jenis nutrien yang dibutuhkan , jika perlu.
D. Implementasi Keperawatan
Pada masalah diabetes melitus tipe 1 dapat dilakukan tindakan manajemen
nutrisi, pemberian insulin, pengecekan gula darah, mengidentifikasi tada dan
gejalan syok hipovolemia dan sebagainya
E. Evaluasi
Evaluasi dilakuakan setelah 3x24 jam dengan membangsungkan kondisi
pasien dengan kriteria hasil yang telah ditentukan

22
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Juvenil diabetes mellitus, juga dikenal sebagai diabetes tipe 1, adalah kondisi
kronis yang memengaruhi cara tubuh memproses gula darah. Pada anak-anak,
hal ini dapat memiliki dampak yang signifikan pada pertumbuhan dan
perkembangan mereka. Gejala seringkali muncul secara tiba-tiba dan
memerlukan manajemen yang intensif dan berkelanjutan.

B. Saran
1. Pendidikan dan Kesadaran: Penting untuk memberikan pendidikan dan
meningkatkan kesadaran kepada anak dan keluarganya tentang
pentingnya manajemen diabetes, termasuk pola makan yang sehat,
aktivitas fisik, dan pengukuran glukosa darah secara teratur.
2. Manajemen Gula Darah: Membantu anak dan keluarganya dalam
memantau dan mengelola gula darah secara teratur dengan menggunakan
alat yang sesuai dan memperhatikan pola makan yang tepat.
3. Peran Keluarga: Dukungan keluarga sangat penting dalam manajemen
diabetes anak. Keluarga perlu terlibat secara aktif dalam merencanakan
dan menyediakan makanan sehat serta memberikan dukungan emosional
kepada anak.
4. Konsultasi Medis Teratur: Anak dengan diabetes perlu menjalani
konsultasi medis secara teratur dengan dokter spesialis diabetes untuk
memantau kondisinya, menyesuaikan rencana pengobatan, dan mengatasi
masalah kesehatan yang mungkin timbul.
5. Perhatian Khusus: Anak dengan diabetes juga memerlukan perhatian
khusus di sekolah. Penting untuk berkomunikasi dengan staf sekolah

23
tentang kebutuhan kesehatan anak dan mengembangkan rencana tindakan
darurat jika diperlukan.

Dengan manajemen yang tepat dan dukungan yang memadai, anak-anak dengan
diabetes dapat hidup hidup yang sehat dan produktif.

24
Daftar Pustaka

Amalia, A. (2019). DM Juveneli kel. In Rahman, Taufiq.


https://www.academia.edu/41453301/DM_Juveneli_kel

DoengoesME. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan


Dan Pendokumentasian Perawatan Perawatan Pasien. EGC: Jakarta

Hasanah, Y. (2019). Diabetes Pada Anak. Conferences of Medical Sciences Dies


Natalis Faculty of Medicine Universitas Sriwijaya, 1(1), 19–27.
https://doi.org/10.32539/confmednatalisunsri.v1i1.3

Mingqiang, Z., & Guanping, D. (2023). Diagnosis and management of diabetes


mellitus in children. Chinese Journal of General Practitioners, 22(7), 671–
676. https://doi.org/10.3760/cma.j.cn114798-20230214-00126

Ningsih, R., Ode, L., & Rahman, A. (2023). Insulin-pump therapy pada anak
dengan diabetes melitus tipe 1 : Studi literatur. 17(7), 610–623.

No, V., Fathannafi, A., & Kurniawan, R. (2023). Edumatic : Jurnal Pendidikan
Informatika Heroes of Diabetica : Game Pembelajaran Edukasi Diabetes
untuk Anak. 7(2), 416–425. https://doi.org/10.29408/edumatic.v7i2.23242

Nurvita, S. (2023). Diabetes Mellitus Tipe I Pada Anak di Indonesia. Jurnal


Kesehatan Masyarakat, 7(1), 635–639.

Pulungan, A. B., Fadiana, G., & Annisa, D. (2021). Type 1 diabetes mellitus in
children: Experience in Indonesia. Clinical Pediatric Endocrinology, 30(1),
11–18. https://doi.org/10.1297/cpe.30.11

Pulungan, A. B., Annisa, D., & Imada, S. (2019). Diabetes Melitus Tipe-1 pada
Anak: Situasi di Indonesia dan Tata Laksana (Type 1 diabetes mellitus in
children: situation and management in Indonesia). Sari Pediatri, 20(6), 392.

Rochmah, N., Faizi, M., Hisbiyah, Y., Perwitasari, R. K., Nuzula, T. M.,
Endaryanto, A., & Soetjipto, S. (2022). Analysis of the ZNT8, GAD65,
HLA-DQA1, HLA-DQB1, and C-peptides in Indonesian children with type 1
diabetes mellitus. International Journal of Health Sciences, 6(May), 1927–
1936. https://doi.org/10.53730/ijhs.v6ns9.12857

25
Zahroh, R., Istiroha, I., Suwanto, S., & Dewi Zulfiatu Rohmah, D. Z. R. (2023).
the Influence Boiling of Fragrant Pandan and Cinnamon To Reducing Blood
Glucose Levels in Diabetes Mellitus. Journal of Scientific Health, 2(1), 36–
44. https://doi.org/10.56943/jsh.v2i1.232

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2018)Standar diagnosis Keperawatan Indonesia


Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018)Standar intervensi keperawatan


IndonesiaJakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.

Tim Pokja SLKI DPP PPNL. (2019)Standar huaran keperawatan Indonesia.


Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI

26

Anda mungkin juga menyukai