Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

KEPERAWATAN ANAK

“KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN DM JUVENIL”

Dosen Pengampu : Hj. Ns. Agustine Ramie, M.Kep

Disusun Oleh :

Kelompok 8

MUHAMMAD RAIHAN ANSARI SALEH P07120120024


TRI HAYATUN SAFITRI P07120120037

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN BANJARMASIN

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN

BANJARBARU

2022
KATA PENGANTAR

Puji sukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt, atas rahmat dan hidayah-Nya
sehingga proses penyusunan makalah Keperawatan Anak “Asuhan Keperawatan Pada Anak
Dengan DM Juvenil” dapat diselesaikan. Sebab sebesar apapun semangat dan keinginan
seorang hamba untuk melakukan suatu pekerjaan itu tidak akan tercapai, namun tanpa
pertolongan dan hidayah-Nya, mustahil keinginan dan cita-citanya dapat terwujud. Karena
pada hakekatnya segala daya dan upaya hanya milik-Nya.

Makalah ini kami buat sebagai materi tambahan dalam penguasaan mata kuliah
Keperawatan Anak. Kami ucapkan banyak-banyak terima kasih kepada dosen pembimbing
yang telah memberikan arahan kepada kami beserta teman-teman yang selalu memberi
support dan motivasi kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini
dengan baik. Kami sangat sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh
sebab itu, kritik dan saran dari pembaca sangat kami harapkan demi penyempurnaan makalah
kami selanjutnya.

Banjarbaru, 11 Februari 2021

Kelompok 8
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sesorang yang tidak memperhatikan kesehatannya dan kurang memperhatikan pola
hidup yang baik serta kurangnya aktifitas seperti olahraga dan aktifitas diluar rumah, akan
mengakibatkan tubuh mudah terserang penyakit. Masalah kesehatan yang timbul seperti
penyakit kanker, diabetes melitus dan degeneratif lainnya. Penyakit diabetes melitus adalah
suatu penyakit keturunan atau genetik yang sulit disembuhkan tetapi dapat dikontrol gula
darahnya untuk menjadi normal. Diabetes Melitus adalah suatu keadaan hiperglikemia kronik
yang disertai dengan berbagai kelainan metabolik yang dapat menimbulkan berbagai
komplikasi kronik yang akan mengganggu pada mata, saraf dan pembuluh darah. (Mansjoer,
2010).
Prevalensi kejadian diabetes melitus di dunia setiap tahunnya mengalami peningkatan
ditunjukkan pada tahun 1980 dengan jumlah penderita 108 juta jiwa dan pada tahun 2014
jumlah penderita menjadi 422 juta jiwa (WHO, 2014). Negara Indonesia mempunyai
penderita Dm sebesar 12,1 juta jiwa pada tahun 2013 (Kemenkes RI, 2013).
Diabetes Melitus digolongkan menjadi 2 tipe yaitu tipe I dan tipe II (WHO, 2013).
Tipe I sering disebut juvenile diabetes, diderita oleh penderita DM sebesar 5% dari total
penderita DM di dunia. Diabetes Melitus tipe I dimiliki oleh penderita DM tubuhnya tidak
dapat memproduksi insulin (ADA, 2016). Tubuh memecah gula dan pasti yang kita makan
menjadi gula sederhana (glukosa) untuk dijadikan energi. Insulin adalah hormon yang
mengatur kadar glukosa darah (ADA, 2016). Diabetes Melitus tipe I haus menggunakan
terapi insulin. Diabetes Melitus tipe II dimiliki oleh penderita DM yang tubuhnya tidak dapat
menggunakan insulin secara benar, disebut juga dengan retensi insulin (ADA, 2016).
Pankreas bekerja ekstra untuk menggunakan insulin lama kelamaan pankreas tidak dapat
mengimbangi dan memproduksi insulin dengan baik untuk menjaga kadar glukosa tetap
dalam batas normal (ADA,2016).

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi diabetes atau yang sering disebut dengan diabetes melitus tipe I?
2. Apa faktor penyebab diabetes melitus tipe I?
3. Bagaimana fatofisiologi dari diabetes melitus tipe I?
4. Bagaimana Penatalaksanaan untuk diabetes melitus tipe I?
C. Tujuan
1. Dapat memahami definisi juvenile diabetes atau diabetes melitus tipe I.
2. Dapat mengetahui faktor-faktor penyebab dari diabetes melitus tipe I.
3. Dapat memahami fatofisilogi diabetes melitus tipe I.
4. Dapat mengetahui bagaimana penatalaksanaan diabetes melitus tipe I.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Laporan Pendahuluan Juvenile Diabetes


1. Definisi
Diabetes militus secara definisi adalah keadaan hiperglikemia kronik.
Hiperglikemia ini disebabkan oleh beberapa keadaan, di antaranya adalah gangguan
sekresi hormon insulin, gangguan aksi/kerja dari hormon insulin atau gangguan
kedua-duanya (Weinzimer SA, Magge S. 2005).
Diabetes Melitus adalah penyakit metabolik yang bersifat kronik. Oleh
karena itu, onset Diabetes Melitus yang terjadi sejak dini memberikan peranan
penting dalam kehidupan penderita. Setelah melakuakn pendataan pasien di seluruh
Indonesia selama 2 tahun, Unit Kelompok Kerja (UKK) Endokrinologi Anak Ikatan
Dokter Anak Indonesia (IDAI) mendapatkan 674 data penyandang Diabetes Melitus
tipe 1 di Indonesia. Data ini diperoleh melalui kerjasama berbagai pihak di seluruh
Indonesia muali dari para dokter anak, endokrinolog anak, spesialis penyakit dalam,
perawat educator Diabetes Melitus, data Ikatan Keluarga Penyandang Diabetes
Melitus Anak dan Remaja (IKADAR), penelusuran dari catatan medis pasien, dan
juga kerjasama dengan perawat educator Nasional University Hospital Singapura
untuk memperoleh data penyandang Diabetes Melitus anak Indonesia yang
menjalani pengobatan di Singapura. Data lain dari sebuah penelitian unit kerja
koordinasi endokrinologi anak di seluruh Indonesia pada awal Maret tahun 2012
menunjukkan jumlah penderita Diabetes Melitus usia anak-anak juga usia remaja di
bawah 20 tahun terdata sebanyak 731 anak. Ilmu Kesehatan Anak FFKUI (Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia) melansir, jumlah anak yang terkena Diabetes
Melitus cenderung naik dalam beberapa tahun terakhir ini. Tahun 2011 tercatat 65
anak menderita Diabetes Melitus, naik 40% dibandingkan tahun 2009. Tiga puluh
dua anak diantaranya terkena Diabetes Melitus tipe 2 (Pulungan, 2010).
International Society of Pediatric and Adolescence Diabetes dan WHO
merekomendasikan klasifikasi DM berdasarkan etiologi (Tabel 1). DM Tipe 1
terjadi disebabkan oleh karena kerusakan sela b-pankreas. Kerusakan yang terjadi
dapat disebabkan oleh proses autoimum atau idiopatik. Pada DM tipe 1 sekresi
insulin berkurang atau terhenti. Sedangkan DM tipe 2 terjadi akibat resistensi
insulin. Pada DM tipe 2 produksi insulin dalam jumlah normal atau bahkan
meningkat. DM tipe 2 biasanya dikaitkan dengan sindrom resistensi insulin lainnya
seperti obesitas, hiperlipidemia, kantosis nigricans, hipertensi ataupun
hiperandrogenisme ovarium (Rustam DS, dkk. 2010). Klasifikasi DM berdasarkan
etiologi (ISPAD 2009)
a. DM Tipe-1 (destruksi sel-b)
1) Immunie mediated
2) Idiopatik
b. DM Tipe-2
c. DM Tipe Lain
1) Defek genetic fungsi pankreas sel.
2) Defek genetic pada kerja insulin
3) Kelainan eksokrin pancreas
Pankreatitis; Trauma/panreatomi; Neoplasia; Kistik fibrosis;
Haemokhromatosis; Fubrokalkulus pankreatopati; dll.
4) Gangguan endokrin
Akromegali; Sindrom Cushing; Glukagonoma; Feokromositoma;
Hipertiroidisme; Somatostatinoma; Aldosteronoma; dll.
5) Terinduksi obat dan kimia
Vakor; Pentamidin; Asam Nikotinik; Glukokortikoid; Hormon tiroid;
Diazoxid; Agonis-andrenergik; Tiazid; Dialtin; Interferon; dll.
d. Diabetes Mellitus Kehamilan
2. Manifestasi Klinis dan Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada DM tipe 1 dan 2 umumnya
tidak jauh berbeda.
a. Glukosa darah: meningkat 200-100 mg/dL
b. Aseton plasma (keton): positif secara mencolok
c. Asam lemak bebas: kadar lipid dan kolesterol meningkat
d. Osmolalitas serum: meningkat tetapi biasanya kurang dari 330 mOsm/l
e. Elektrolit.
1) Natrium: mungkin normal, meningkat atau menurut
2) Kalium: normal atau peningkatan semu (perpindahan seluler), selanjutnya
akan menurut.
3) Fosfor: lebih sering menurun
f. Hemoglobin glikosilat: kadarnya meningkat 2-4 kali lipat dari normal yang
mencerminkan control DM yang kurang selama 4 bulan terakhir (lama hidup
SDM) dan karenanya sangat bermanfaat untuk membedakan DKA dengan
control baik adekuat versus DKA yang berhubungan dengan insiden (mis, ISK
baru).
g. Gas Darah Arteri: biasanya menunjukkan pH rendah dan penurunan pada HCO3
(asidosis metabolic) dengan kompensasi alkalosis respiratorik.
h. Trombosit darah: Ht mungkin meningkat (dehidrasi); leukositosis,
hemokonsentrasi; merupakan respon terhadap stess atau infeksi.
i. Ureum/kreatin: mungkin meningkat atau normal (dehidrasi/penurunan fungsi
ginjal).
j. Amilase darah: mungkin meningkat yang mengindikasikan adanya pancreatitis
akut sebagai penyebab dari DKA.
k. Insulin darah: mungkin menurut/atau bahkan sampai tidak ada (pada tipe 1) atau
normal sampai tinggi (pada tipe 2) yang mengindikasikan insufisiensi insulin/
gangguan dalam penggunaannya (endogen/eksogen). Resisten insulin dapat
berkembang sekunder terhadap pembentukan antibody (autoantibody).
l. Pemeriksaan fungsi tiroid: peningkatan aktivitas hormone tiroid dapat
meningkatkan glukosa darah dna kebutuhan akan insulin.
m. Urine: gula dan aseton positif; berat jenis dan osmolalitas mungkin meningkat.
n. Kultur dan sensivitas: kemungkinan adanya infeksi pada saluran kemih, infeksi
pernafasan dan infeksi pada luka.
Diabetes Melitus ditegakkan berdasarkan ada tidaknya gejala. Bila dengan
gejala (polidipsi, polyuria, polifagia), maka pemeriksaan gula darah abnormal satu
kali sudah dapat menegakkan diagnosis DM. sedangkan bila tanpa gejala, maka
diperlukan paling tidak 2 kali pemeriksaan gula darah abnormal pada waktu yang
berbeda (Rustam DS, dkk. 2010; ISPAD Clinical Practice Consensus Guidelines
2009).
Kriteria hasil pemeriksaan gula darah abnormal adalah:
1. Kada gula darah sewaktu > 200 mg/dl atau
2. Kada gula darah puasa > 126 mg/dl atau
3. Kada gula darah 2 jam postprandial > 200 mg/dl.
Untuk menegakkan diagnosis DM tipe 1, maka perlu dilakukan
pemeriksanaan penunjang, yaitu C-peptide <0,85 ng/ml. C-peptide ini merupakan
salah satu penanda banyaknya sel b-pankreas yang masih berfungsi. Pemeriksaan
lain adalah adanya autoantibodi, yaitu Islet cell autoantibodies (ICA), Glumatic acid
decarboxylase autoantibodies (65K GAD), IA2 (dikenal dengan ICA 512 atau
tyrosine phosphatase), autoantibodies dan insulin autoantibodies (IAA). Adanya
autoantibodi mengkonfirmasi DM tipe 1 karena proses autoimun. Sayangnya
pemeriksaan autoantibodi ini relatif mahal (Rustam DS, dkk. 2010; ISPAD Clinical
Practice Consensus Guidelines 2009).
3. Etikologi
Dokter dan para ahli belum mengetahui secara pasti penyebab diabetes tipe-
1. Namun yang pasti penyebab utama diabetes tipe 1 adalah faktor
genetic/keturunan. Resiko perkembangan diabetes melitus tipe 1 akan diwariskan
melalui faktor genetic.
a. Faktor Genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe 1 itu sendiri; tetapi mewarisi
suatu predisposisi atau kencenderungan genetic ke arah terjadinya DM tipe 1.
Kecenderungan genetic ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen
HLA (human leucosite antigen). HLA merupakan kumpulan gen yang
bertanggung jawab atas antigen transplantasi dan proses imun lainnya.
b. Faktor-faktor Imunologi
Adanya respon autotoimun yang merupakan respons abnormal dimana antibody
terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan
tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing, yaitu
anutoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans dan insulin endogen.
c. Faktor Lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang menimbulkan
destruksi sel beta.
4. Gejala Klinis
a. Polidipsi, polyuria, polifagia, berat badan turun
b. Hiperglikemia (≥200mg/dl), ketonemia, glukosuria
Anak dengan DM tipe 1 cepat sekali menjurus ke dalam ketoasidosis diabetic
yang disertai atau tanpa koma dengan prognosis yang kurang baik bila tidak diterapi
dengan baik. Oleh karena itu, pada dugaan DM tipe 1, penderita harus segera
dirawat inap.
5. Patofisiologi/Perjalanan Penyakit
Perjalanan penyakit ini melalui beberapa periode menurut ISPAD Clinical
Practice Consensus Guidelines tahun 2009, yaitu:
a. Periode pra-diabetes
Pada periode ini gejala-gejala klinis diabetes belum nampak karena baru ada
proses destruksi sel b-pankreas. Predisposisi genetic tertentu memungkinkan
terjadinya proses desktruksi ini. Sekresi insulin mulai berkurang ditandai
dengan mulai berkurangnya sel b-pankreas yang berfungsi. Kada C-peptide
mulai menurut. Pada periode ini autoantibodi mulai ditemukan apabila
dilakukan pemeriksaan laboratorium.
b. Periode manifestasi klinis diabetes
c. Periode honey-moon
d. Periode ketergantungan insulin yang menetap.

B. Kasus
Seorang anak perempuan berusia 13 tahun datang ke poli endokrinologi anak RSHS,
untuk control penyakit Diabetes Melitus. Akhir Januari 2005, pasien mengeluh sering buang
air kecil pada malam hari. Terkadang buang air kecil sampai 7 kali dalam 1 malam. Keluhan
disertai dengan penurunan berat badan kurang lebih 2 kg dalam setengah bulan. Penderita
juga sering merasa haus dan lapar. Kemudian oleh orang tua, penderita dibawa ke dokter dan
setelah periksa kadar gula darah, penderita dinyatakan sakit kencing manis (GDS= 420
mg/dl). Awal September 2005, penderita masuk ICU RSHS karena pada saat di rumah
penderita merasakan sesak nafas hingga tidak sadarkan diri. Penderita dirawat di ICU dan
diberikan obat suntik.
DS: Px mengeluh seirng BAK pada malam hari
Px mengeluh BB turun 2 kg dalam setengah bulan
Px mengatakan merasa sering haus dan lapar
Px mengatakan merasa sesak
DO: GDS 420 mg/dl

C. Diagnosa
1. Ketidakseimbangan kada gula darah b.d. penyakit diabetes melitus.
2. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d. tidak mampu dalam
mengabsorbsi makanan karena faktor biologis (definisi insulin) ditandai dengan
lemas, berat badan px menurun walaupun intake makanan adekuat.
D. Intervensi
1. Ketidakseimbangan kadar gula darah b.d. penyakit diabetes melitus
- Monitor kadar gula darah
- Monitor tanda dan gejala hiperglikemia dan hipoglikemia
- Berikan terapi insulin sesuai program
- Instruksikan pada px dan keluarga mengenai pencegahan dan pengenalan
tanda hiperglikemia dan hipoglikemai dan manajamen giperglikemia dan
hipoglikemia.
- Instruksikan kepada px untuk selalu patih terhadap dietnya.
2. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d. tidak mampu dalam
mengamborbsi makanan karena faktor biologis (defisiensi insulin) ditandai
dengan lemas, berat badan px menurun walupun intake makanan adekuat.
- Monitor BB setiap hari
- Libatkan keluarga px dalma perencanaan makanan sesuai dengan indikasi
- Beri tetapi insulin sesuai program
- Ciptakan lingkungan yang optimal saat mengkonsumsi makanan
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Juvenile Diabetes atau DM tipe 1 terjadi disebabkan oleh karena kerusakan sel b-
pankreas. Kerusakan yang terjadi dapat disebabkan oleh proses autoimun mupun idiopatik.
Pada DM tipe 1 sekresi insulin berkurang atau terhenti. Faktor penyebab Diabetes Mellitus
tipe 1 ada tiga faktor penyebab, faktor penyebab yang lebih umum adalah faktor genetic,
kemudian faktor imunologi dan faktor lingkungan.
Perjalanan penyakit Diabetes Mellitus tipe 1 ini melalui empat tahap yaitu: periode
pra-diabetes, periode manifestasi klinis diabetes, periode honey-moon, dan periode
ketergantungan insulin yang menetap. Pada periode pra-diabetes, gejala-gejala klinis diabetes
belum nampak karena baru ada proses destruksi sel b-pankreas. Kemudian tahap periode
manifestasi klinis diabetes, gejala-gejala mulai muncul, dan sudah terjadi kerusakan sel b-
pankreas sekitar 90%. Karena sekresi insulin sangat kurang, maka kadar gula darah akan
meningkat. Kadar gula darah yang melebih 180 ml/dl akan menyebabkan diuresis osmotic,
keadaan ini menyebabkan terjadinya polyuria, dehidrasi, polidipsi dan penderita akan merasa
lapar (polifagi), ini dikarenakan gula darah tidak dapat diuptake ke dalam sel. Tahap ketiga
yaitu, periode honey-moon. Pada periode ini sel-sel b-pankreas akan bekerja optimal
sehingga akan diproduksi insulin dari dalam tubuh sendiri. Pada saat ini kebutuhan insulin
dar luar tubuh akan berkurang. Namun periode ini hanya berlangsung sementara. Tahap
terakhir atau tahap keempat, yaitu periode ketergantungan insulin yang menetap, penderita
akan membutuhkan insulin kembali dari luar tubuh seumur hidupnya.
Penatalaksanaan Diabetes Mellitus tipe 1, tidak hanya meliputi pengobatan berupa
pemberian insulin. Ada hal-hal lain selain insulin yang perlu diperhatikan yaitu insulin, diet,
aktivitas fisik/olahraga, edukasi dan monitoring kontrol glikemik.

B. Saran
Adanya makalah ini diharapkan dapat menjadi sarana pembelajaran dan menambah
ilmu, Adapun kekurangan dari makalah ini agar dapat ditambah dan disempurnakan olah para
pembaca pada makalah selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

ADA. 2016. Standar of Medical Care in Diabetes. American Diabetes Association.


Arief Mansjoer. 2010. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 4. Jakarta: Media Aesculapius.
ISPAD Clinical Practice Consensus Guidelines 2009. Pediatric Diabetes 2009: 10.
http://repository.maranatha.edu/3415/3/0910085_Chapter1.pdf (Diakses pada
tanggal 19 September 2018).
Kemenkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar RISKESDAS. Jakarta: Balitbang Kemenkes RI.
Rustam DS, Subardja D, Oentario MC, Yati NP, Satriono, Harjantien N. 2010. Diabetes
Melitus. Dalam Jose RL Batubara Bambang Tridjaja AAP Aman B. Pulungan,
editor. Buku Ajar Endokrinologi Anak. Jakarta: Sagung Seto 2010, h.124-161.
Weinzimer SA, Magge S. 2005. Type 1 Diabetes Mellitus in Children. Dalam Moshang T Jr.
Pediatric Endocrinology. Philadelphia: Mosby Inc., h.3-18

Anda mungkin juga menyukai