Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH PATOFISIOLOGI DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA ANAK DENGAN PENYAKIT JUVENILE


DIABETES MELITUS

Disusun oleh:
Kelompok 7

Nurul Sakinah. W (K.21.01.030)


Izza (K.21.01.021)
Dila (K.21.01.010)
Risda Upa (K.21.01.038)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS MEGA BUANA PALOPO

TAHUN AJARAN 2022/2023

1
KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul
patofisiologi dan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Juvenile Diabetes”. Makalah ini di
susun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak.
Dalam meny
internet. Oleh karena itu, Penulis menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih jauh dari
sempurna, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun
guna sempurnanya makalah ini. Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
untuk saya maupun untuk semuanya.

Palopo, 15 Maret 2023

Penulis

2
KATA PENGANTAR·············································································i

DAFTAR ISI ·······················································································ii

BAB I PENDAHULUAN ········································································5

BAB II KONSEP MEDIS ········································································7

BAB III PROSES KEPERAWATAN···························································16

BAB IV PENUTUP················································································27

DAFTAR PUSTAKA··············································································28

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diabetes melitus adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai kelainan


metabolik akibat ganguan hormonal yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata,
ginjal, saraf, dan pembuluh darah disertai lesi pada membran basalis pada pemeriksaan dengan
mikroskop elektron.
Laporan statistik dari International Diabetes Federation (IDF) menyebutkan bahwa
sekarang sudah ada sekitar 230 juta penderita diabetes. Angka ini terus bertambah hingga 3
persen atau sekitar 7 juta orang setiap tahunnya. Diabetes telah menjadi penyebab kematian
terbesar keempat di dunia. Setiap tahun ada 3,2 juta kematian yang disebabkan oleh diabetes.
Hampir 80 persen kematian pasien diabetes terjadi di negara berpenghasilan rendah- menengah.
Di tengah kondisi itu, perhatian banyak pihak umumnya masih terfokus pada penderita
diabetes dewasa. Padahal, anak dengan diabetes tak kalah memerlukan perhatian dan bantuan.
Diabetes pada anak umumnya disebut tipe 1, yaitu pankreas rusak dan tak lagi mampu
memproduksi insulin dalam jumlah memadai sehingga terjadi defisit absolut insulin. Sebaliknya,
diabetes pada orang dewasa umumnya disebut tipe 2, yaitu terjadi kerusakan sel tubuh meskipun
insulin sebenarnya tersedia memadai sehingga terjadi defisit relatif insulin.
Insiden diabetes melitus tipe 1 sangat bervariasi di tiap negara. Dari data- data
epidemiologik memperlihatkan bahwa puncak usia terjadinya DM pada anak adalah pada usia 5-
7 tahun dan pada saat menjelang remaja. Dari semua penderita diabetes, 5-10 persennya adalah
penderita diabetes tipe 1. Di Indonesia, statistik mengenai diabetes tipe 1 belum ada,
diperkirakan hanya sekitar 2-3 persen dari total keseluruhan. Mungkin ini disebabkan karena
sebagian tidak terdiagnosis atau tidak diketahui sampai si pasien sudah mengalami komplikasi
dan meninggal. Biasanya gejalanya timbul secara mendadak dan bisa berat sampai
mengakibatkan koma apabila tidak segera ditolong dengan suntikan insulin.

4
B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dari juvenile diabetes ?
2. Bagaimana epidemiologi dari juvenile diabetes ?
3. Bagaimana patofisiologi dari juvenile diabetes ?
4. Bagaimana klasifikasi dan tanda gejala dari juvenile diabetes
5. Apa sajakah pemeriksaan penunjang dari juvenile diabetes ?
6. Bagaimana penatalaksanaan dan apasaja komplikasi dari juvenile diabetes?
7. Konsep asuhan keperawatan dari juvenile diabetes?

5
BAB II
KONSEP MEDIS

A. Definisi Diabetes Juvenile (DM tipe1)

Diabetes adalah gangguan metabolism yang dapat disebabkan berbagai macam etiologi,
disertai dengan adanya hiperglikemia kronis akibat gangguan sekresi insulin atau gangguan kerja
insulin atau keduanya. Diabetes mellitus tipe 1 adalah kelainan sistemik akibat terjadinya
gangguan metabolism glukosa yang ditandai oleh hiperglikemia kronik, keadaan ini diakibatkan
oleh kerusakan sel beta pancreas baik oleh proses autoimun maupun idiopatik sehingga
produksi insulin berkurang, bahkan berhenti.
Diabetes mellitus (DM) adalah penyakit kronik dengan insiden yang semakin
meningkat di seluruh dunia. Penyakit ini tidak hanya menyerang orang dewasa, tetapi juga pada
anak. Diabetes mellitus ditandai dengan peningkatan kadar gula darah akibat gangguan produksi
insulin, gangguan kerja insulin, atau keduanya. Berdasarkan penyebabnya, DM dikelompokkan
menjadi empat jenis, yaitu DM tipe-1, DM tipe-2, DM tipe lain dan diabetes pada kehamilan
atau gestasional. Pada anak, jenis DM tersering adalah tipe-1, terjadi defisiensi insulin absolut
akibat kerusakan sel kelenjar pankreas oleh proses autoimun. Masalah utama DM tipe-1 di
Indonesia adalah kesadaran masyarakat dan tenaga kesehatan yang kurang sehingga banyak
pasien tidak terdiagnosis dan tidak mendapatkan tata laksana adekuat.

B. Etiologi

Diabetes mellitus tipe-1 terjadi akibat destruksi sel beta pankreas akibat proses
autoimun, walaupun pada sebagian kecil pasien tidak didapatkan bukti autoimunitas atau
idiopatik. Umumnya, gejala klinis timbul ketika kerusakan sel-sel pankreas mencapai ≥90%.
Banyak faktor yang berkontribusi dalam patogenesis DM tipe-1, di antaranya faktor genetik,
epigenetik, lingkungan, dan imunologis. Namun, peran spesifik masing-masing faktor
terhadap patogenesis DM tipe-1 masih belum diketahui secara jelas. Risiko untuk
mengalami DM tipe- 1 berhubungan dengan kerusakan gen, saat ini diketahui lebih dari 40
lokus gen yang berhubungan dengan kejadian DM tipe-1. Riwayat keluarga jarang

dijumpai, hanya 10%-15% pasien memiliki keluarga derajat pertama dan kedua dengan DM

6
tipe-1. Faktor lingkungan yang berhubungan dengan DM tipe-1, antara lain, infeksi virus dan
diet. Sindrom rubella kongenital dan infeksi human enterovirus diketahui dapat mencetuskan
DM tipe-1. Konsumsi susu sapi, konsumsi sereal dini, dan vitamin D maternal diduga
berhubungan dengan kejadian DM tipe-1, tetapi masih dibutuhkan investigasi lebih lanjut. Pada
beberapa pasien dengan awitan baru DM tipe1, sebagian kecil sel β belum mengalami kerusakan.
Dengan pemberian insulin, fungsi sel β yang tersisa membaik sehingga kebutuhan insulin
eksogen berkurang. Periode ini disebut sebagai periode bulan madu atau honeymoon periode di
mana kontrol glikemik baik. Umumnya, fase ini diawali pada beberapa minggu setelah mulai
terapi sampai 3-6 bulan setelahnya, pada beberapa pasien dapat mencapai dua tahun.

C. Epidemologi

Berdasarkan
penyandang DM tipe-1 di Indonesia. Insiden DM tipe-1 pada anak dan remaja meningkat
sekitar tujuh kali lipat dari 3,88 menjadi 28,19 per100 juta penduduk pada tahun 2000 dan
2010.2-4 Data tahun 2003-2009 menunjukkan pada kelompok usia 10-14 tahun, proporsi
perempuan dengan DM tipe 1 (60%) lebih tinggi dibandingkan laki-laki (28,6%).4 Pada
tahun 2017, 71% anak dengan DM tipe-1 pertama kali terdiagnosis dengan Ketoasidosis
Diabetikum (KAD), meningkat dari tahun 2016 dan 2015, yaitu 63%.2 Diduga masih
banyak pasien DM tipe-1 yang tidak terdiagnosis atau salah diagnosis saat pertama kali
berobat ke rumah sakit. Insiden DM tipe-1 pada anak di Indonesia tidak diketahui secara
pasti karena sulitnya pendataan secara nasional. Sampai saat ini, Unit Kelompok Kerja
(UKK) Endokrinologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) berusaha mengumpulkan data
pasien anak DM di Indonesia. Data ini diperoleh melalui kerjasama berbagai pihak, termasuk
dokter anak endokrinologi, spesialis penyakit dalam, perawat, edukator DM, data Ikatan
Keluarga Penyandang DM Anak dan Remaja (IKADAR), penelusuran rekam medis pasien,
dan kerjasama dengan perawat edukator National University Hospital Singapura untuk
memperoleh data penyandang DM anak Indonesia yang berobat di Singapura. Berdasarkan
sensus penduduk 2010, total populasi penduduk Indonesia adalah sekitar 267.556.363,
dan lebih dari 83 juta adalah anak-anak.5 Dengan tingginya angka penduduk anak dan
remaja, data saat ini hanya permukaan gunung es yang belum menggambarkan kondisi
sebenarnya. Angka sesungguhnya diduga lebih tinggi.

7
D. Patofisiologi
Pankreas terletak melintang dibagian atas abdomen dibelakang gaster didalam ruang
retroperitoneal. Disebelah kiri ekor pankreas mencapai hilus limpa diarah kronio — dorsal dan
bagian atas kiri kaput pankreas dihubungkan dengan corpus pankreas oleh leher pankreas yaitu
bagian pankreas yang lebarnya biasanya tidak lebih dari 4 cm, arteri dan vena mesentrika
superior berada dileher pankreas bagian kiri bawah kaput pankreas ini disebut processus
unsinatis pankreas. Pankreas terdiri dari dua jaringan utama yaitu :
1. Asinus, yang mengekskresikan pencernaan ke dalam duodenum.
2. Pulau Langerhans, yang tidak mempunyai alat untuk mengeluarkan getahnya namun
sebaliknya mensekresi insulin dan glukagon langsung kedalam darah.
Pankreas manusia mempunyai 1 — 2 juta pulau langerhans, setiap pulau langerhans
hanya berdiameter 0,3 mm dan tersusun mengelilingi pembuluh darah kapiler.
Sel delta yang merupakan 10 % dari seluruh sel mensekresikan somatostatin (Pearce, 2000)
Pulau langerhans mengandung tiga jenis sel utama, yakni sel-alfa, beta dan delta. Sel
beta yang mencakup kira-kira 60 % dari semua sel terletak terutama ditengah setiap pulau dan
mensekresikan insulin. Granula sel B merupakan bungkusan insulin dalam sitoplasma sel. Tiap
bungkusan bervariasi antara spesies satu dengan yang lain. Dalam sel B , molekul insulin
membentuk polimer yang juga kompleks dengan seng. Perbedaan dalam bentuk bungkusan ini
mungkin karena perbedaan dalam ukuran polimer atau agregat seng dari insulin. Insulin
disintesis di dalam retikulum endoplasma sel B, kemudian diangkut ke aparatus golgi, tempat ia
dibungkus didalam granula yang diikat membran. Granula ini bergerak ke dinding sel oleh suatu
proses yang tampaknya sel ini yang mengeluarkan insulin ke daerah luar dengan eksositosis.
Kemudian insulin melintasi membran basalis sel B serta kapiler berdekatan dan endotel
fenestrata kapiler untuk mencapai aliran darah (Ganong, 1995). Sel alfa yang mencakup
kira-kira 25% dari seluruh sel mensekresikan glukagon.

8
E. Manifestasi Klinis
Keluhan umum pasien DM seperti polyuria, polydipsia, polifagia pada DM umumnya tidak ada.
Sebaliknya yang sering mengganggu pasien adalah keluhan akibat komplikasi degenerative kronik pada
pembuluh darah dan syaraf. Manifestasi klinis DM tipe-1 sama dengan manifestasi pada DM tahap
awal,yang sering ditemukan.
1) Polyuria (banyak kencing)
Hal ini diseba
sehingga terjadi osmotic diuresis yang mana gula banyak menarik cairan dan elektrolit sehingga klien
mengeluh banyak kencing.
Polidipsi (banyak minum)
Hal ini diseba
untuk mengimbangi klien lebih banyak minum.
2) Polifagia (banyak makan)
Hal ini diseba
memenuhinya klien akan terus makan. Tetapi walaupun klien banyak makan, tetap saja makanan tersebut
hanya akan berada sampai pembuluh darah.
3) Berat badan menurun, lemas, lekas lelah, tenaga kurang
Hal ini diseba
peleburan zat dari bagian tubuh yang lain yaitu lemak dan protein, karena tubuh terus merasakan lapar,
maka tubuh selanjutnya akan memecah cadangan makanan yang ada ditubuh termasuk yang berada
dijaringan otot dan lemak sehingga klien dengan DM walaupun banyak makan akan tetapkurus.
4) Mata kabur
Hal ini diseba
insufisiensi insulin. Akibat terdapat penimbunan sarbitol dari lensa, sehingga menyebabkan pembentukan
katarak.
5) Ketoasidosis
Anak dengan
koma dengan prognosis yang kurang baik bila tidak diterapi dengan baik.

9
F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dlakukan pada DM tipe 1 dan 2 umumnya tidak jauh berbeda.
1) Glukosa darah : meningkat 200-100mg/dL
2) Aseton plasma (keton) : positif secara mencolok
3) Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkat
4) Osmolalitas serum : meningkat tetapi biasanya kurang dari 330 mOsm/l
5) Elektrolit :
6) Natrium : mungkin normal, meningkat, atau menurun
7) Kalium : normal atau peningkatan semu ( perpindahan seluler), selanjutnya akan menurun.
8) Fosfor : lebih sering menurun
9) Hemoglobin glikosilat : kadarnya meningkat 2-4 kali lipat dari normal yang mencerminkan control
DM yang kurang selama 4 bulan terakhir ( lama hidup SDM) dan karenanaya sangat bermanfaat
untuk membedakan DKA dengan control tidak adekuat versus DKA yang berhubungan dengan
insiden ( mis, ISK baru)
10) Gas Darah Arteri : biasanya menunjukkan pH rendah dan penurunan pada HCO3 ( asidosis
metabolic) dengan kompensasi alkalosis respiratorik.
11) Trombosit darah : Ht mungkin meningkat ( dehidrasi) ; leukositosis : hemokonsentrasi merupakan
respon terhadap stress atau infeksi.
12) Ureum / kreatinin : mungkin meningkat atau normal ( dehidrasi/ penurunan fungsi ginjal)
13) Amilase darah : mungkin meningkat yang mengindikasikan adanya pancreatitis akut sebagai
penyebab dari DKA.
14) Insulin darah : mungkin menurun / atau bahka sampai tidak ada ( pada tipe 1) atau normal sampai
tinggi ( pada tipe II) yang mengindikasikan insufisiensi insulin/ gangguan dalam penggunaannya
(endogen/eksogen). Resisten insulin dapat berkembang sekunder terhadap pembentukan antibody .
( autoantibody)
15) Pemeriksaan fungsi tiroid : peningkatan aktivitas hormone tiroid dapat meningkatkan glukosa darah
dan kebutuhan akan insulin.
16) Urine : gula dan aseton positif : berat jenis dan osmolalitas mungkin meningkat.
17) Kultur dan sensitivitas : kemungkinan adanya infeksi pada saluran kemih, infeksi pernafasan dan
infeksi pada luka

10
G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan
1. Medis

a) Insulin merupakan terapi yang mutlak harus diberikan pada penderita DM Tipe 1.
Dalam pemberian insulin perlu diperhatikan jenis insulin, dosis insulin, regimen
yang digunakan, cara menyuntik serta penyesuaian dosis yang diperlukan.

b) Dosis insulin: dosis total harian pada anak berkisar antara 0,5-1 unit/kg
beratbadan pada awal diagnosis

ditegakkan. Dosis ini selanjutnya akan diatur disesuaikan dengan faktor-faktor


yang ada, baik pada penyakitnya maupun penderitanya.

c) Regimen: kita mengenal dua macam regimen, yaitu regimen konvensional serta
regimen intensif. Regimen konvensional/mix- split regimendapat berupa pemberian
dua kali suntik/hari atau tiga kali suntik/hari. Sedangkan regimen intensif berupa
pemberian regimen basal bolus. Pada regimen basal bolus dibedakan antara insulin
yang diberikan untuk memberikan dosis basal maupun dosis bolus.

d) Cara menyuntik: terdapat beberapa tempat penyuntikan yang baik dalam hal
absorpsinya yaitu di daerah abdomen (paling baik absorpsinya), lengan atas, lateral
paha. Daerah bokong tidak dianjurkan karena paling buruk absorpsinya.

e) Penyesuaian dosis: Kebutuhan insulin

akan

berubah tergantung dari beberapa hal, seperti hasil monitor gula darah, diet,
olahraga, maupun usia pubertas terkadang kebutuhan meningkat hingga 2 unit/kg
berat badan/hari), kondisi stress maupun saat sakit.
2. Diet
Secara umum diet pada anak DM tipe 1 tetap mengacu pada upaya untuk mengoptimalkan

11
proses pertumbuhan. Untuk itu pemberian diet terdiri dari 50- 55% karbohidrat, 15-20%
protein dan 30% lemak. Pada anak DM tipe 1 asupan kalori perhari harus dipantau ketat
karena terkait dengan dosis insulin yang diberikan selain monitoring
pertumbuhannya. Kebutuhan kalori perhari sebagaimana kebutuhan pada anak
sehat/normal. Ada beberapa anjuran pengaturan persentase diet yaitu 20% makan pagi,
25% makan siang serta 25% makan malam, diselingi dengan 3 kali snack masing-masing
10% total kebutuhan kalori perhari. Pemberian diet ini juga memperhatikan regimen yang
digunakan. Pada regimen basal bolus, pasien harus mengetahui rasio insulin:karbohidrat
untuk menentukan dosis pemberian insulin.

3. Keperawatan

a) Aktivitas fisik/exercise

Anak DM bukannya tidak boleh berolahraga. Justru dengan berolahraga akan


membantu mempertahankan berat badan ideal, menurunkan berat badan apabila menjadi
obes serta meningkatkan percaya diri. Olahraga akan membantu menurunkan kadar gula
darah serta meningkatkan sensitivitas tubuh terhadap insulin. Namun perlu diketahui pula
bahwa olahraga dapat meningkatkan risiko hipoglikemia maupun hiperglikemia (bahkan
ketoasidosis). Sehingga pada anak DM memiliki beberapa persyaratan yang harus dipenuhi
untuk menjalankan olahraga, diantaranya adalah target gula darah yang diperbolehkan
untuk olahraga, penyesuaian diet, insulin serta monitoring gula darah yang aman.

4. Edukasi
Langkah yang tidak kalah penting adalah edukasi baik untuk penderita maupun orang
tuanya. Keluarga perlu diedukasi tentang penyakitnya, patofisiologi, apa yang boleh
dan tidak boleh pada penderita DM, insulin(regimen, dosis, cara menyuntik, lokasi
menyuntik serta efek samping penyuntikan), monitor gula darah dan juga target gula darah
ataupun HbA1c yang diinginkan.

5. Monitoring kontrol glikemik

12
Monitoring ini menjadi evaluasi apakah tatalaksana yang diberikan sudah baik atau
belum. Kontrol glikemik yang baik akan memperbaiki kualitas hidup pasien, termasuk
mencegah komplikasi baik jangka pendek maupun jangka panjang. Pasien harus
melakukan pemeriksaan gula darah berkala dalam sehari.Setiap 3 bulan.

H. Komplikasi

Komplikasi DM Tipe-1 mencakup komplikasi akut dan kronik. Pada anak, komplikasi
kronik jarang menimbulkan manifestasi klinis signifikan saat masih dalam pengawasan
dokter anak. Sebaliknya, anak berisiko mengalami komplikasi akut setiap hari. Komplikasi
akut terdiri atas KAD dan hipoglikemia, Studi SEARCH menemukan bahwa sekitar 30%
anak dengan DM tipe-1 terdiagnosis saat KAD. Kriteria KAD mencakup
hiperglikemia, asidosis, dan ketonemia. Gejala KAD antara lain adalah dehidrasi,
takikardi, takipnea dan sesak, napas berbau aseton, mual, muntah, nyeri perut, pandangan
kabur, dan penurunan kesadaran.31 Seringkali gejala-gejala ini disalahartikan oleh
orangtua maupun tenaga kesehatan sebagai usus buntu, infeksi, atau penyakit lainnya.
Kelalaian ini dapat menyebabkan kematian. Anak yang berkunjung secara rutin dan
menetap pada dokter keluarga atau dokter anak memiliki risiko yang lebih rendah
terdiagnosis DM tipe-1 saat KAD.32 Sebaliknya, KAD saat diagnosis berhubungan
signifikan dengan penghasilan keluarga yang rendah, ketiadaan asuransi kesehatan, dan
pendidikan orang tua yang rendah.30 Pemantauan dan edukasi mengenai hipoglikemia
merupakan salah satu komponen utama tata laksana diabetes.

Terapi hipoglikemia diinisiasi saat kadar glukosa darah ≤70 mg/dL. Anak usia muda
memiliki risiko tinggi hipoglikemia karena tidak mampu mengomunikasikan keluhan.
Gejala hipoglikemia diakibatkan oleh aktivasi adrenergik (berdebar, gemetar, keringat
dingin) dan neuroglikopenia (nyeri kepala, mengantuk, sulit konsentrasi). Pada anak usia
muda, gejala dapat berupa perubahan perilaku seperti iritabilitas, agitasi, tantrum, atau
kurang aktif. Selain pemantauan komplikasi akut, perlu juga dilakukan skrining komplikasi
kronik yang dapat dibedakan menjadi komplikasi mikrovaskular dan makrovaskular.

13
Komplikasi mikrovaskular mencakup nefropati, retinopati, dan neuropati. Komplikasi yang
mengenai pembuluh darah besar adalah penyakit jantung koroner, penyakit
serebrovaskular, dan penyakit pembuluh darah perifer (klaudikasio, infeksi/ gangrene,
amputasi).

BAB III

PROSES KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

1. Identitas

Merupakan identitas klien meliputi : nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa,
alamat, tanggal masuk rumah sakit, nomor register, tanggal pengkajian dan diagnosa medis.
Identitas ini digunakan untuk membedakan klien satu dengan yang lain. Jenis kelamin, umur
dan alamat dan lingkungan kotor dapat mempercepat atau memperberat keadaan penyakit
infeksi.

2. Keluhan Utama

Adanya rasa kesemutan pada kaki / tungkai bawah, rasa raba yang menurun, adanya luka
yang tidak sembuh-sembuh dan berbau, adanya nyeri pada luka.

3. Riwayat kesehatan sekarang

Berisi tentang kapan terjadinya luka, penyebab terjadinya luka serta upaya yang telah
dilakukan oleh penderita untuk mengatasinya.

4. Riwayat kesehatan dahulu

Adanya riwayat penyakit DM atau penyakit-penyakit lain yang ada kaitannya dengan

14
defisiensi insulin misalnya penyakit pankreas. Adanya riwayat penyakit jantung, obesitas,
maupun arterosklerosis, tindakan medis yang pernah di dapat maupun obat-obatan yang biasa
digunakan oleh penderita.

5. Riwayat kesehatan keluarga

Dari genogram keluarga biasanya terdapat salah satu anggota keluarga yang juga
menderita DM atau penyakit keturunan yang dapat menyebabkan terjadinya defisiensi insulin
misal hipertensi, jantung.

6. Riwayat psikososia

Meliputi informasi mengenai prilaku, perasaan dan emosi yang dialami penderita
sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan keluarga terhadap penyakit penderita.

7. Pola aktivitas sehari hari


a. Pola nutrisi dan metabolism
Menggambarkan asupan nutrisi, keseimbangan cairan dan elektrolit, kondisi rambut,
kuku dan kulit, kebiasaan makan, frekuensi makan, nafsu makan, makanan pantangan,
makanan yang disukai dan banyaknya minum yang dikaji sebelum dan sesudah masuk
RS.
b. Pola eliminasi
Menggambarkan pola eliminasi klien yang terdiri dari frekuensi, volume, adakah
disertai rasa nyeri, warna dan bau.
c. Pola tidur dan istirahat
Menggambarkan penggunaan waktu istirahat atau waktu senggang, kesulitan dan
hambatan dalam tidur, pada pasien dengan kasus DM Adanya poliuri, nyeri pada kaki
yang luka dan situasi rumah sakit yang ramai akan mempengaruhi waktu tidur dan
istirahat penderita, sehingga pola tidur dan waktu tidur penderita mengalami
perubahan.
d. Pola aktivitas dan latihan
Menggambarkan kemampuan beraktivitas sehari-hari, fungsi pernapasan dan fungsi

15
sirkulasi. Pada kasus DM adanya luka gangren dan kelemahan otot-otot pada tungkai
bawah menyebabkan penderita tidak mampu melaksanakan aktivitas sehari-hari secara
maksimal, penderita mudah mengalami kelelahan.
e. Pola tata nilai dan kepercayaan
Menggambarkan sejauh mana keyakinan pasien terhadap kepercayaan yang dianut dan
bagaimana dia menjalankannya. Adanya perubahan status kesehatan dan penurunan
fungsi tubuh serta luka pada kaki tidak menghambat penderita dalam melaksanakan
ibadah tetapi mempengaruhi pola ibadah penderita.
8. Pemeriksaan Fisik
a) Status kesehatan umum
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan, berat
badan dan tanda — tanda vital.

b) Kepala dan leher


Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada leher,
telinga kadang-kadang berdenging, adakah gangguan pendengaran, lidah sering
terasa tebal, ludah menjadi lebih kental, gigi mudah goyah, gusi mudah bengkak dan
berdarah, apakah penglihatan kabur / ganda, diplopia, lensa mata keruh.

c) Sistem integument

Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman bekas luka,
kelembaban dan shu kulit di daerah sekitar ulkus dan gangren, kemerahan pada kulit
sekitar luka, tekstur rambut dan kuku

d) Sistem pernafasan

Adakah sesa
infeksi.
e) Sistem kardiovaskuler

Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau

16
hipertensi/ hipotensi, aritmia, kardiomegali
f) Sistem gastrointestinal
Terdapat polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi, dehidrase, perubahan
berat badan, peningkatan lingkar abdomen, obesitas.

g) Sistem urinary

Poliuri, reten
h) Sistem musculoskeletal

Penyebaran l
dan nyeri, adanya gangren di ekstrimitas.
i) Sistem neurologis

Terjadi penu
kacau mental, disorientasi.

9. Pemeriksaan penunjang

a. Glukosa darah : meningkat 200-100mg/dL

b. Aseton plasma (keton) : positif secara mencolok

c. Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkat

d. Osmolalitas serum : meningkat tetapi biasanya kurang dari 330 mOsm/l

Elektrolit :

a. Natrium : mungkin normal, meningkat, atau menurun

b. Kalium : normal atau peningkatan semu (perpindahan


seluler),selanjutnya akan menurun

c. Fosfor : lebih sering menurun

17
d. Hemoglobin : Kadarnya meningkat 2-4 kali lipat dari normal yang
glikosilat mencerminkan control DM yang kurang selama 4
bulan terakhir (lama hidup SDM) dan karenanaya
sangat bermanfaat untuk membedakan DKA dengan
control tidak adekuat versus DKA yang berhubungan
dengan insiden ( mis, ISK baru).

e. Gas Darah Arteri :Biasanya menunjukkan pH rendah dan penurunan pada


HCO3 (asidosis metabolic) dengan kompensasi alkalosis
respiratorik.Trombosit darah
: Ht mungkin
meningkat (dehidrasi); leukositosis:
hemokonsentrasi; merupakan respon terhadap stress atau
infeksi.

f. Ureum / kreatinin : Mungkin meningkat atau normal ( dehidrasi/penurunan


fungsi ginjal)

g. Amilase darah : Mungkin meningkat yang mengindikasikan adanya


pancreatitis akut sebagai penyebab dari DKA

h. Insulin darah : Mungkin menurun / atau bahka sampai tidak ada ( pada
tipe1) atau normal sampai tinggi ( pada tipe II)
yang mengindikasikan insufisiensi
insulin/ gangguan dalam penggunaannya
(endogen/eksogen). Resisten insulin dapat berkembang
sekunder terhadap pembentukan antibody
(Autoantibody)

i. Pemeriksaan fungsi : peningkatan aktivitas hormone tiroid dapat meningkatkan


tiroid glukosa darah dan kebutuhan akan insulin

j. Urin :gula dan aseton positif: berat jenis dan osmolalitas mungkin

18
meningkat

k. Kultur dan sensivitas infeksi pada saluran kemih, infeksi pernafasan dan infeksi
pada luka

B. DIAGNOSE KEPERAWATAN

a. Hambatan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi perkusi


b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan
diet kurang.
c. Intoleran aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen.

19
C. INTERVENSI
Diagnose Tujuan Dan Kriteria intervensi rasional
keperawaran Hasil
Hambatan Setelah dilakukan asuhan Nic Label : 1. Terapi Oksigen
pertukaran gas keperawatan selama 3
berhubungan x 24 jam diharapkan 1.Terapi Oksigen -Untuk melancarkan

dengan pertukaran gas tidak ada pernafasan klien.


hambatan dengan kriteria -Bersihkan mulut,- Untuk mengetahui
ketidakseimbanga
hasil Noc Label : hidung,dan sekresi seberapa aliran
n ventilasi prkusi
1. Status trakeadengan tepat oksigen yang masuk
Pernafasan : -Monitor aliran Untuk mencegah
Pertukaran Gas oksigen Terjadinya infeksi
-Pastikan Untuk mengeluarkan
2. Saturasi oksgen dari
penggantian secret yang
skala 4 (meningkat)
masker oksigen/ menghambatjalan
ditingkatkan ke skala 5 kanul nasal setiap pernafasan
(normal) perangkat kali
Hasil rontgen dada dari perangkat diganti
skala -Keluarkan secret
4 (terganggu) ditngkatkan dengan melakukan
ke skala 5 (normal) batuk efektif atau
dengan melakukan
suction.

20
Ketidakseimbang Setelah dilakukan asuhan Nic Label : 1. Manajemen Nutrisi
an nutrisi : kurang keperawatan selama 3 x 24 1. Manajemen - Untuk mengetahui
dari kebutuhan jam diharapkan nutrisi Nutrisi apa kah terjadi
tubuh terpenuhi dengan kriteria - Auskultasi bising usus pada
berhubungan hasil : bunyi usus pasien
dengan asupan - Berikan
Noc Label :
diet kurang - Untuk menjaga
1. Status Nutrisi perawatan oral
kebersihan pada
- Asupan cairan dari - Konsul ahli oral pasien
skala 4 (terganggu) gizi
ditingkatkan ke skala
- Untuk menentukan
5 (normal) kalori yang
-Berikan oksigen
didasarkan pada
- Energi dari skala 4 tambahan
kebutuhan klien
selama makan
(terganggu) dan memberikan
sesuai indikasi
ditingkatkan ke skala nutrisi maksimal
5 (normal)
- Untuk
- Hidrasi dari skala
meningkatkan
4 (tengganggu)
energi saat
ditingkatkan ke skala
makan, sehingga
5(normal)
dapat
meningkatkan
masukan dapat
meningkatkan
mas
Intoleran aktivitas Setelah dilakukan asuhan Nic Label : 1. terapi aktivitas
berhubungan keperawatan selama 3 x 1. Terapi Aktivitas - Melatih
Dengan 24 jam diharapkan ativitas - Bantu klien kekuatan dan
ketidakseimbanga tidak terganggu dengan untuk irama jantung
nantara suplai dan kriteria hasil : melakukan selama
kebutuhan oksigen aktivitas atau

21
latihan fisik aktivitas
Noc Label :
secara teratur
1. Toleransi
Terhadap Aktivitas - Tentukan - Memudahkan

- Saturasi oksigen persepsi klien klien untuk

ketika beraktivitadari dan perawat mengenali

skala 4(terganggu) mengenai kelelahan dan

ditingkatkan ke skala kelelahan waktu untuk

5(normal) istiraha
- Tentukan - Mencegah
Kekuatan
penggunaan
aktivitas energy
fisik pada yangbberlebihan
klien karena
2. Manajemen menimbulkan
Energi kelelahan
- Kaji status
2. Manajemen Energi
fisiologis pasien
- Untuk
yang
mengetahui
skala 3(terganggu) menyebabkan
penyebab
ditingkatkan ke skala kelelahan
kelelahan pada
5(normal) sesuai dengan
pasien
konteks usia dan
perkembangan - Untuk
mengetahui
- Monitor intake/
masuknya
asupan nutrisi
asupan nutrisi
untuk
mengetahui
sumber energy
yang adekuat

22
D. IMPLEMENTASI
Implementas
intervensi keperawatan yang membantu klien untuk mencapai tujuan yang ditetapkan,
kemampuan kemunikasi efektif, kemampuan memberikan pendidikan kesehatan dan
kemampuan advokasi

E. EVALUASI
1) Evaluasi Formatif
Evaluasi ini
selama melakukan asuhan keperawataan selama 3 x 24 jam pasien diharapkan : agar pasien
dapat memenuhi kebutuhan secara mandiri, agar pasien dapat aktif dalam keterbatasan,
pasien bisa mengontrol pola sesuai dengan diet yang diberikan.

23
2) Evaluasi Somatif
Evaluasi akhir dengan metode menggunakan SOAP
S: Data yang didapatkan melalui keluhan pasien
O: Data yang diamati atau diobservasi oleh perawat dan tenaga medis lainnya
A: Tujuan ingin dicapai dalam melakukan tindakan
P: Rencana yang akan dilanjutkan, bila tujuan tersebut tidak tercapai.

24
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN

Diabetes adalah gangguan metabolism yang dapat disebabkan berbagai macam etiologi,
disertai dengan adanya hiperglikemia kronis akobat gangguan sekresi insulin atau
gangguan kerja insulin atau keduanya. Diabetes mellitus tipe 1 adalah kelainan sistemik
akibat terjadinya gangguan metabolism glukosa yang ditandai oleh hiperglikemia kronik,
keadaan ini diakibatkan oleh kerusakan sel beta pancreas baik oleh proses autoimun
maupun idiopatik sehingga produksi insulin berkurang, bahkan berhenti.

B. SARAN

Dengan mak
memberikan asuhan keperawatan patofisiologi kelainan pada sistem endokrin dan juvenile
diabetes dan dampaknya terhadap pemenuhan kebutuhan dasar manusia dengan baik dan
sesuai dengan prosedur keperawatan serta tentunya memperhatikan prinsip - prinsip
tertentu yang berhubungan dengan prosedur yang dilakukan.

25
DAFTAR PUSTAKA
Rahman, Taufik. 2019. “DM Juveneli kel”,
https://www.academia.edu/41453301/DM_Juveneli_kel, diakses pada 15 Maret 2023 pukul
19:20.

Pramaprama.2020. “KEP ANAK Juvenile Diabetes” ,


https://id.scribd.com/document/456159911/KEP-ANAK-Juvenile-Diabetes, diakses pada 15
Maret 2023 pukul 19:40

26

Anda mungkin juga menyukai