KELOMPOK III
Ani Suryani (211560311134)
Eddy Syuhud (211560311137)
Ina Silpi (211560311140)
Nursyamsia D (211560311141)
Reni Lumora (211560311143)
Santa Maria (211560311144)
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayahnya, sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan, makalah tentang “Asuhan
Keperawatan Anak Pada An. MA Dengan Diabetes Melitus Tipe 1“ ini dengan baik.
Asuhan keperawatan ini disusun sebagai penugasan dan pelaporan asuhan keperawatan
selama stase maternitas.
Adapun asuhan keperawatan ini kami susun berdasarkan pengamatan kami dari
buku yang ada kaitannya dengan asuhan keperawatan yang kami buat dan berdasarkan
kasus yang didapat. Dalam penyusunan asuhan keperawataan ini tentunya tidak lepas
dari adanya bantuan dari berbagai pihak, oleh karena ini kami tak lupa mengucapkan
banyak terima kasih kepada orang tua kami, dosen pembimbing kami, dan teman-teman
satu tim yang saling mendukung dan membantu hingga selesainya asuhan keperawatan
ini.
Dalam penyusunan asuhan keperawatan ini kami menyadari masih banyak
kekurangan dan kelemahannya. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun untuk menyempurnakan asuhan keperawatan ini. Semoga
asuhan keperawatan ini bermanfaat untuk para pembacanya.
Kelompok II
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latarbelakang
Diabetes mellitus (DM) adalah penyakit kronik dengan insiden yang
semakin meningkat di seluruh dunia. Penyakit ini tidak hanya menyerang orang
dewasa, tetapi juga pada anak. Diabetes mellitus ditandai dengan peningkatan kadar
gula darah akibat gangguan produksi insulin, gangguan kerja insulin, atau
keduanya.
Berdasarkan penyebabnya, DM dikelompokkan menjadi empat jenis, yaitu
DM tipe-1, DM tipe-2, DM tipe lain dan diabetes pada kehamilan atau gestasional.
Pada anak, jenis DM tersering adalah tipe-1, terjadi defisiensi insulin absolut akibat
kerusakan sel kelenjar pankreas oleh proses autoimun. Masalah utama DM tipe-1 di
Indonesia adalah kesadaran masyarakat dan tenaga kesehatan yang kurang sehingga
banyak pasien tidak terdiagnosis dan tidak mendapatkan tata laksana adekuat.
Berdasarkan data Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) pada tahun 2018,
tercatat 1220 anak penyandang DM tipe-1 di Indonesia. Insiden DM tipe-1 pada
anak dan remaja meningkat sekitar tujuh kali lipat dari 3,88 menjadi 28,19 per 100
juta penduduk pada tahun 2000 dan 2010.2-4 Data tahun 2003-2009 menunjukkan
pada kelompok usia 10-14 tahun, proporsi perempuan dengan DM tipe 1 (60%)
lebih tinggi dibandingkan laki-laki (28,6%).4 Pada tahun 2017, 71% anak dengan
DM tipe-1 pertama kali terdiagnosis dengan Ketoasidosis Diabetikum (KAD),
meningkat dari tahun 2016 dan 2015, yaitu 63%.2
Diduga masih banyak pasien DM tipe-1 yang tidak terdiagnosis atau salah
diagnosis saat pertama kali berobat ke rumah sakit. Insiden DM tipe-1 pada anak di
Indonesia tidak diketahui secara pasti karena sulitnya pendataan secara nasional.
Sampai saat ini, Unit Kelompok Kerja (UKK) Endokrinologi Ikatan Dokter Anak
Indonesia (IDAI) berusaha mengumpulkan data pasien anak DM di Indonesia. Data
ini diperoleh melalui kerjasama berbagai pihak, termasuk dokter anak
endokrinologi, spesialis penyakit dalam, perawat, edukator DM, data Ikatan
Keluarga Penyandang DM Anak dan Remaja (IKADAR), penelusuran rekam medis
pasien, dan kerjasama dengan perawat edukator National University Hospital
Singapura untuk memperoleh data penyandang DM anak Indonesia yang berobat di
Singapura.
Berdasarkan sensus penduduk 2010, total populasi penduduk Indonesia
adalah sekitar 267.556.363, dan lebih dari 83 juta adalah anak-anak.5 Dengan
tingginya angka penduduk anak dan remaja, data saat ini hanya permukaan gunung
es yang belum menggambarkan kondisi sebenarnya. Angka sesungguhnya diduga
lebih tinggi
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah disusunnya makalah Asuhan Keperawatan Anak Pada An. MA
Dengan Diabetes Melitus, diharapkan pembaca dapat memahami dan
menerapkannya dalam asuhan keperawatan.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian secara langsung pada klien anak diabetes
melitus.
b. Mampu merumuskan masalah dan membuat diagnosa keperawatan pada
klien anak diabetes melitus.
c. Mampu membuat perencanaan pada klien anak diabetes melitus.
d. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan dan mampu mengevaluasi
tindakan yang telah dilakukan pada klien anak diabetes melitus.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
DM tipe-1 adalah kelainan sistemik akibat terjadinya gangguan metabolisme
glukosa yang ditandai oleh hiperglikemia kronik. Keadaan ini disebabkan oleh
kerusakan sel β pankreas baik oleh proses autoimun maupun idiopatik sehingga
produksi insulin berkurang bahkan terhenti. Sekresi insulin yang rendah
mengakibatkan gangguan pada metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein.
Pada diabetes tipe 1 ini, tubuh benar benar berhenti memproduksi insulin
karena perusakan sel pankreas yang memproduksi insulin oleh sistem kekebalan
tubuh. Organ pankreasnya tidak memproduksi insulin lagi sehingga mereka harus
menerima suplai insulin dari luar tubuh secara rutin.
B. ETIOLOGI
Diabetes melitus tipe-1 terjadi akibat kerusakan/ destruksi sel beta pankreas
F akibat proses autoimun, walaupun pada sebagian kecil pasien tidak didapatkan
bukti autoimunitas atau idiopatik. Umumnya, gejala klinis timbul ketika kerusakan
sel-sel pankreas mencapai ≥90%. Banyak faktor yang berkontribusi dalam
patogenesis DM tipe-1 di antaranya :
1. Faktor genetik: kerusakan gen, saat ini diketahui lebih dari 40 lokus gen yang
berhubungan dengan kejadian dm tipe-1.
2. Epigenetik: riwayat keluarga menderita DM-tipe 1
3. Lingkungan: infeksi infeksi virus (sindrom rubella kongenital dan infeksi human
enterovirus diketahui ) dan diet (konsumsi susu sapi, konsumsi sereal dini)
4. Imunologis : adanya respon autoimun yang merupakan respon abnormal dimana
antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap
jaringan tersebut yang dianggapnya seolah – olah sebagai jaringan asing.
Dengan pemberian insulin, fungsi sel β yang tersisa membaik sehingga
kebutuhan insulin eksogen berkurang. Periode ini disebut sebagai periode bulan
madu atau honeymoon period di mana kontrol glikemik baik. Umumnya, fase ini
diawali pada beberapa minggu setelah mulai terapi sampai 3-6 bulan setelahnya,
pada beberapa pasien dapat mencapai dua tahun.
C. PATOFISIOLOGI
Pada penderita DM tipe 1 terjadi kelainan reaksi autoimun yang hingga saat
ini bersifat idiopatik atau belum diketahui penyebabnya. Reaksi autoimun ini
menyerang sel beta pankreas yang memproduksi insulin, akibatnya terjadi defisiensi
insulin sehingga sekresi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme
harian. Ketidak cukupan insulin yang berfungsi mengontrol metabolisme glukosa
darah mengakibatkan peningkatan kadar glukosa darah, sehingga pasien DM 1
memiliki ketergantungan pada insulin eksternal setiap harinya untuk bertahan hidup
(ADA, 2016; IDF, 2015; Kemenkes, 2011).
Patofisiologi dari semua jenis diabetes ada kaitannya dengan hormon insulin
yang disekresikan oleh sel-sel beta pankreas. Pada orang sehat, insulin diproduksi
sebagai respons terhadap peningkatan kadar glukosa dalam aliran darah dan peran
utamanya adalah untuk mengontrol konsentrasi glukosa dalam darah. Saat glukosa
tinggi, maka hormon insulin bertugas untuk menetralkan Kembali.
Hormon insulin juga berfungsi untuk meningkatkan metabolisme glukosa
pada jaringan dan sel-sel dalam tubuh. Ketika tubuh membutuhkan energi, maka
insulin akan bertugas untuk memecahkan molekul glukosa dan mengubahnya
menjadi energi sehingga tubuh bisa mendapatkan energi. Selain itu, hormon insulin
juga bertanggung jawab melakukan konversi glukosa menjadi glikogen untuk
disimpan dalam otot dan sel-sel hati. Hal ini akan membuat kadar gula dalam darah
berada pada jumlah yang stabil.
Pada penderita diabetes melitus, hormon insulin yang ada di dalam tubuh
mengalami abnormalitas. Beberapa penyebabnya antara lain sel-sel tubuh dan
jaringan tidak memanfaatkan glukosa dari darah sehingga menghasilkan
peningkatan glukosa dalam darah. Kondisi tersebut diperburuk oleh peningkatan
produksi glukosa oleh hati yaitu glikogenolisis dan glukoneogenesis yang terjadi
secara terus menerus karena tidak adanya hormon insulin. Selama periode waktu
tertentu, kadar glukosa yang tinggi dalam aliran darah dapat menyebabkan
komplikasi parah, seperti gangguan mata, penyakit kardiovaskular, kerusakan
ginjal, dan masalah pada saraf.
D. PATHWAY
- faktor genetik
- virus
- pengrusakan imunologi
Program tehrapi
Ketidak seimbangan komplek/ lama
produksi insulin
Perilaku tidak
Gula dalam darah menjalankan anjuran
Ketidak stabilan
tidak bisa di bawa kadar gula darah
masuk kedalam sel
Ketidakpatuhan
HIPERGLIKEMIA
metabolisme protein
menurun
Batas melebihi ambang ginjal glucosuria
Ketidak efektifan
perfusi perifer Dehidrasi
Nekrosisi luka
Kekurangan volume air
F. PEMERIKSAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan kadar gula darah
a. Kadar glukosa sewaktu (mg/dl) menurut nurarif dan kusuma 2015
Kadar Gukosa Darah DM Belum Pasti DM
Sewaktu
Plasma vena >200 100 -200
Darah kapiler >200 80-100
Kadar gula darah sewaktu > 200 mg/dL (11.1 mmol/L). Pada penderita
asimtomatis ditemukan kadar gula darah puasa lebih tinggi dari normal dan uji
toleransi glukosa terganggu pada lebih dari satu kali pemeriksaan Gula darah
puasa dianggap normal bila kadar darah pada darah vena (plasma) < 140 mg/dL
(7,8 mmol/L) atau darah kapiler < 120 mg/dL (6,7 mmol/L)
2. Pengukuran C-Peptida dapat digunakan untuk melihat fungsi sel residu yaitu
sel yang masih memproduksi insulin dan dapat digunakan apabila sulit
membedakan diabetes tipe 1 dan 2.
3. Pemeriksaan HbA1c dilakukan rutin setiap 3 bulan. Manfaat HbA1c dapat
mengukur kadar gukosa darah selama 120 hari yang lalu (sesuai usia eritrosit),
menilai perubahan terapi 8-12 minggu sebelumnya, menilai pengendalian
penyakit DM dengan tujuan mencegah terjadinya 2042 komplikasi diabetes
G. KOMPLIKASI
Menurut American Diabetes Association, berikut beberapa komplikasi penyakit
diabetes tipe 1 yang perlu diwaspadai yaitu:
1. Gangguan saraf atau neuropati diabetik
Terjadi ketika pembuluh darah kapiler pada saraf di dalam tubuh
mengalami kerusakan menyebabkan kesemutan, nyeri, mati rasa.
2. Retinopati diabetik
Gangguan penglihatan serius disebabkan pembuluh darah dalam retina
mengalami pembengkakan dan kebocoran.
3. Kaki diabetes
Kondisi yang juga dikenal dengan diabetic foot ini terjadi akibat
komplikasi kerusakan sistem saraf dan infeksi serius akibat diabetes.
4. Infeksi kronis
Infeksi yang rentan dialami oleh para diabetesi di antaranya infeksi
saluran kencing, gigi dan mulut, kulit, telinga, vagina, dan lain sebagainya.
5. Ketoasidosis diabetik
Kondisi saat keton dihasilkan dalam jumlah berlebih sehingga meracuni
dan merusak berbagai organ tubuh akibat kurangnya insulin.
6. Gagal ginjal
Terganggunya fungsi kerja ginjal akibat rusaknya pembuluh darah.
H. THERAPY DAN PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Diet
Ditujukan pada pengaturan jumlah kalori dan karbohidrat yang dimakan
setiap hari. Jumlah kalori yang dianjurkan tergantung pada kebutuhan untuk
mempertahankan mengurangi atau mencegah obesitas.
Prinsip umum : diet dan pengendalian berat badan merupakan dasar dari
penatalaksanaan DM.
Tujuan penatalaksanaan nutrisi :
a. Memberikan semua unsur makanan esensia misal vitamin, mineral
b. Mencapai dan mempertahankan berat badan yang sesuai.
c. Memenuhi kebutuhan energi.
d. Mencegah fluktuasi kadar glukosa darah setiap hari dengan mengupayakan
kadar glukosa darah mendekati normal melalui cara-cara yang aman dan
praktis
e. Menurunkan kadar lemak darah jika kadar meningkat.
2. Latihan fisik, berfungsi :
a. Menurunkan kadar gula dalam darah dengna meningkatkan metabolisme.
b. Mempermudah transportasi glukosa untuk masuk kedalam sel.
Yang perlu diperhatikan pada terapi aktifitas :
1) Jangan mulai olahraga jika kadar gula darah rendah.
2) Jangan menggunakan sepatu yang sempit, karena luka sekecil apapun
menimbulkan komplikasi yang parah.
3. Pemantauan
Pemantaun glukosa dan keton secara mandiri untuk mendeteksi dan pencegahan
hipoglikemi serta hiperglikemia,
4. Obat
a. Obat hipoglikemi oral
Bekerja dengan menstimulasi sel beta pankreas untuk melepaskan yang
tersimpan.
b. Insulin
Reseptor insulin mempunyai 2 fungsi utama :
1) Membedakan bahan lain dengan insulin kemudian meningkatnya
dengan cepat
2) Pembentukan kompleks reseptor insulin akan merangsang rangkaian
kejadian intrseluler yang kemudian mengarah terjadinya efek insulin
yang karakteristik.
I. PROGNOSIS
DM tipe 1 merupakan penyakit kronik yang memerlukan pengobatan seumur
hidup. DM tipe 1 tidak bisa disembuhkan tetapi kualitas hidup penderita dapat di
pertahankan seoptimal mungkin dengan mengusahakan control metabolik yang baik.
Yang dimaksud kontrol metabolik yang baik adalah mengusahakan kadar gula darah
berada dalam batas normal atau mendekati nilai normal, tanpa menyebabkan
hipoglikemia.
Sekitar 60% pasie DMT 1 yang mendapat insulin dapat bertahan hidup
seperti orang normal, sisanya dapat mengalami kebutaan, gagal ginjal kronik, dan
kemungkinan untuk meninggal lebih cepat. Anak dengan DM tipe-1 cepat seklai
menjurus ke-dalam ketoacidosis diabetik yang di sertai atau tanpa koma dengan
prognosis yang pkurang baik bila tidak di terapi dengan baik. Oleh karena itu,
padam DMT 1, penderita harus segera dirawat inap.
Prognosis di tentukan oleh regulasi DM dan adanya komplikasi. Regulasi
teratur dan baik akan memberikan prognosis baik.
J. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pengkajian pada klien dengan gangguan sistem endokrin diabetes
mellitus dilakukan mulai dari pengumpulan data yang meliputi : biodata,
keadaan umm pasien, TTV, riwayat kesehatan, keluhan utama, sifat keluhan,
riwayat kesehatna mas alalu, pemeriksaan fisisk, pola kegiatan sehari- hari.
a. Identitas
Merupakan identitas kien meliputi : nama, umur, jnis kelamin, agama, suku
bangsa, alamat, tanggal masuk RS, tanggal pengkajian, diagnosa medis.
b. Keluhan utama
Merupakan keluhan yang mendorong penderita untuk masuk RS.
DS yang mungkin timbul :
1) Klien mengeluh sering kesemutan
2) Klien menegluh sering buang air kecil saat malam hari.
3) Klien mengeluh sering maerasa haus
4) Klien mngelulh mengalami rasa lapar yang berlebih.
5) Klien mengeluh lemas
6) Klien mengeluh pandangannya kabur
DO :
1) Klien tampak lemas
2) Terjadi penurunan berat badan
3) Tonus otot menurun
4) Terjadi atropi oto
5) Kulit dan membran mukosa tampak kering
6) Tmapak adanya luka ganggren
7) Tampak adanya pernafasan yang cepat dan dalam
c. Riwayat kesehatan
1) Riwayat penyakit sekarang
Dimulai dari akhir masa sehat yang diutlis secara lkronologis sesuai
urutan waktut, dicata perkembangan dan perjalann penyakitnya, keluhan
utama, dan gejala yang muncul seperti polifagia, polidipsi, poliusira
umumnya dialami oleh penderita DM.
2) Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat penyakit dm ayau penyakit- penyakit lain yang ada
kaitannya dengan defisiensi insulin misalnya penyakit pankreas. Adanya
riwayat penyakti jantung, obesitas, maupun arterosklerosis, tindakan
medis yang pernah di dapat mauapun obat obatan yang biasa digunakan
oleh penderita.
3) Riwayat kesehatn keluarga
Pada pengumpulan data tentang riwaya penyakit keluarga adalah
bagaimana riwayat kesehatn dan keperawatan yang dimiliki pada saat
satu anggota keluarga pada klien dengan diabetes mellitus ditanyakan
apakah ada kelurga yang menderita penyakit yang sama dengan klien,
penyakit kronis atau penyakit degeneratif lainnya, serta upaya apa yang
silakukuak jika mengalami sakit.
4) Riwayat Bio-Psikio-SosiAL-Spiritual, menurut Virginia handerson
a) Pola pernafasan
Pada pola pernafasan diperhatikan adalah frekwensi pernafasan,
gerakan dinding dada, pernafasan cupin hidung, apakah klien merasa
sesak.pad apasiaen DM biasanya tidak mengalami gangguan pada
sistem pernafasan.
b) Pola nutrisi
Pada pola nutrisi yang ditanyakan adalah diet khusus, suplement yang
di konsumsi, instruksi diet sebelumnya, nafsu malam, jumlah cairan
dan makanan yang masuk perhari, ada tidaknya mual, muntah,
kesulitan menelan, penggunaan gigi palsu, riwayat penyembuhan
kulit.
Klien mengalami peningkatan nafsu makan meningkat, sering merasa
lapar dan haus, sehinggan klien menjadi banyak makan dan minum.
c) Eliminasi
Pada pola ini yang ditanyakan adalah jumlah kebiasaan defekasi
perhari, ada tidaknya konstipasi, diare, inkontinensia, kebiasaan
berkemih, ada /tidaknya disuria, nocturia, urgensi, hematuri, retensi.
Ada/tidaknya terpasang kateter. Pada pasien DM mengalami
gannguan dalam BAK karena efek penigkatan asupan cairan melalui
Diit yang juga berhubungan denagn efek penigkatan kadar gula
dalam darah, sehingga ginjal akan menghasilkan urin dalm jumlah
berlebih yang menjadikan klien menjadi sering BAK.
d) Gerak dan keseimbangan tubuh
Pada aktifitas dibatasi untuk bergerak dan harus tirah baring untuk
mengurangi nyri, klien dengan DM akan mengalamigangguan gerak
atau aktivitsnya dapat diakibatkan karena kelemahan, atau akibat
salah satu bagian ekstrimitasnya mengalami gangguan mislanya
kelemahan otot, atau adnaya luka ulkus atau gangren.
e) Istirahat dan tidur
Pengkajian pola istirahat tidur ini yang di tanyakan asalah jumlah jam
tidur pada mlaam hari, pagi, siang merasa teneang setelah tidur,
maslaah selam tidur, adanaya tebangun dini, insomnia atau mimpi
buruk. Pada kien DM biasnaya mengalami kesulitan dalam tidurnya
karenan merasa lapar, hasu atau ingin berkemih.
darah dalam kriteria hasil sebagai perlu memberikan hasil yang memuaskan (stabil)
meningkat - Monitor tanda dan gejala - Tanda awal hperglikemia pada diabetes
- Mengantuk, pusing, hiperglikemia (mis. poliuri, antara lain peningkatan rasa haus, sakit
dan rasa lelah polidipsia, polivagia, kelemahan, kepala, lemah, sering BAK, dan mudah lapar.
kemerahan - Anjurkan menggunakan sabun - Dengan mandi maka kelembapan kulit akan
secukupnya saat mandi terjaga
Resiko Status cairan Manajemen Hipovolemia (I.03116)
hipovolemi (L.03028) Observasi
(D. 0034) Setelah dilakukan - Periksa tanda tanda hipovolemi - Mengetahuikadar naikturunnyafrekuensi
menurun cairan
- Keluhan haus
menurun Kolaborasi
- Mempertahankan keseimbangan cairan
- Intake cairan - Kolaborasi pemberian cairan IV
membaik
- Frekuensi nadi
tekanan darah dan
tekanan nadi
membaik
Terapeutik
- Mencegah terjadinya kerusakan pada system
- Hindari pemasangan infus atau
dan organ lain.
pengambilan darah di area
keterbatasan perfusi
- Menghindari penghambatan aliran darah yang
- Hindari pengukuran tekanan
mengakibatkan ketidaklancaran sirkulasi
darah pada ekstremitas pada
keterbatasan perfusi - Mencegah ketidaklancaran sirkulasi
- Hindari penekanan dan
pemasangan torniquet pada area
yang cidera - Menghindari lama rawat yang memanjang
- Lakukan pencegahan infeksi - Menjaga keutuhan integritas kulit
- Lakukan perawatan kaki dan
kuku - Menjaga kelembapan kulit dan jaringan
- Lakukan hidrasi
A. PENGKAJIAN
I. Identitas Pasien dan Orang Tua
Nama Anak : An. M
Usia : 6 Tahun
Jenis Kelamin : Laki - laki
Anak ke :1
Tanggal masuk : 26 Juni 2022
Diagnosa masuk : DM Tipe 1
Usia Ayah/ibu : Tn. R / Ny. S
Agama : Islam
Suku bangsa : Betawi
Alamat : Jl. Kirutag No.45 Rt 002 Rw 002 Bekasi
Pendidikan Ayah/ibu : SMA / SMA
Pekerjaan Ayah/ibu : Karyawan swasta / IRT
Keterangan :
: Laki-laki : An. M
Tidak ada riwayat DM dalam keluarga dan tidak ada riwayat penyakit yang
diturunkan
VII. Riwayat Sosial
1. Yang mengasuh : Orang tua kandung
2. Hubungan dengan anggota keluarga : Baik
3. Hubungan dengan teman sebaya : Baik
4. Pembawaan secara umum : Normal
5. Lingkungan rumah : Baik, ventilasi baik, penerangan
baik, tidak ada kebisingan, tidak dekat dengan pabrik
X. Tinjauan Sistem
1. Keadaan umum dan tanda-tanda vital
a. Keadaan Umum : Sedang
b. BB : 19 kg
c. PB : 112 cm
d. Suhu : 36, 30 C
e. Nadi : 100 x/menit
f. Pernafasan : 25 x/menit
g. Tekanan Darah : 116/68 mmHg
2. Pengkajian Kardiovaskuler
a. Nadi : 100 x/menit
b. Denyut Apeks-frekuensi, irama dan kualitas : 102 x/menit, Irama
regules, tidak ada irama tambahan
c. Nadi Perifer (ada / tdak ada) : jika ada, frekuensi, irama, kualitas dan
perbedaan antara ekstremitas : Nadi kuat angkat, reguler dan tidak ada
perbedaan di ke empat ekstremitas
5. Kulit
a. Warna : Tidak anemis
b. Elastisitas : Elastis
c. Suhu : 36,30 C
6. Edema
a. Periorbital : Tidak terdapat edema periorbital
b. Ekstremmitas : Tidak ada edema ekstremitas
7. Pengkajian Respiratori
a. Bernafas
1) Frekuensi pernafasan, keadaan dan kesimetrisan : 25 x/menit
2) Pola nafas ; Normal, sesak tidak ada
3) Batuk : tidak ada
4) Retraksi : Tidak ada
5) Pernafasan cuping hidung : Tidak ada
6) Posisi yang nyaman : Miring kanan atau kiri
b. Hasil auskultasi toraks
1) Bunyi nafas: Vesikuler
2) Fase ekspirasi dan inspirasi memanjang : Tidak
c. Hasil pemeriksaan toraks
1) Bentuk dada : Simetris
2) Tidak ada benjolan
8. Pengkajian Neurologik
a. Tingkat kesadaran: (hasil GCS) : Kesadaran compos mentis (Nilai
GCS 15)
b. Pemeriksaan kepala
1) Bentuk kepala : Mesocephal
2) Fontael : Normal, sudah menutup
9. Reaksi pupil
a. Ukuran : 2/2
b. Reaksi terhadap cahaya : +/+
12. Refleks
a. Refleks tendo dan superficial : Normal
b. Refleks patologis : Tidak ada
15. Abdomen
a. Nyeri : Tidak ada
b. Kekakuan: Tidak ada
c. Bising usus: Normal 8-10 x/menit
d. Muntah; jumlah, frekuensi dan karakteristiknya: Tidak ada muntah
e. Feses; jumlah, frekuensi dan karakteristiknya: 1 x/ hari, konsistensi
ampas, warna kuning jernih.
18. Genitalia
a. Iritasi: Tidak ada
b. Secret: Tidak ada
22. Persendian
a. Rentang gerak : Gerak sedikit terbatas karena adanya infus dan pasien
lemas
b. Kontraktur: Tidak ada
c. Adanya edema dan nyeri: Tidak ada
d. Tonjolan abnormal : Tidak ada
25. Abdomen
a. Pembesaran hati : Tidak ada
b. Pembesaran limpa : Tidak ada
HEMATOLOGI
Hemoglobin 10,7 – 15,6 g/dL 15,2 g/dL Normal
Hematokrit 33 – 45 % 42 % Normal
Leukosit 4,5 – 13,5 103 µ/L 13,5 103 µ/L Normal
Trombosit 380 – 580 103 µ/L 526 103 µ/L Normal
- Basofil 0–1% 0% Normal
- Eosinofil 1–5% 0% Normal
- Batang 3–6% 2% Normal
- Segmen 50 – 70 % 52 % Normal
- Limposit 25 – 50 % 41 % Normal
- Monosit 1–6% 5% Normal
SEROLOGI
Antigen coV2 Negatif Negatif Normal
ELEKTROLIT
Natrium (Na) 132 – 145 mmol/L 134 mmol/L Normal
Kalium (K) 3,1 – 5,1 mmol/L 3,98 mmol/L Normal
Klorida (Cl) 96 – 111 mmol/L 104 mmol/L Normal
Kalsium (Ca) 8,8 – 10,8 mg/dL 9,1 mg/dL Normal
ASTRUB
Analisa Gas Darah
7,37 – 7,45 mmHg 7,21 mmHg Normal
- PH
33 – 44 mmHg 13,3 mmHg Hipercarbia
- PCO2
71 – 104 mmHg 123.00 mmHg Normal
- PO2
22 – 29 mmol/L 5,4 mmol/L Normal
- HCO3
23 – 27 mmol/L 5,8 mmol/L Normal
- T CO2
-2 – 3 mmol/L -19,7 mmol/L Normal
- BE
94-98 % 98,10 % Normal
- O2 Saturasi
URINALISA
Urine lengkap
Kuning Muda – Tua Kuning Normal
Mikroskopik
Jernih Agak Keruh Normal
- Warna
- Kejernihan
7,0 Netral 6,0 Asidosis
Kimia
1.005 – 1.030 1.020 Normal
- PH
Negatif Trace Tidak dinilai
- Berat jenis
Negatif +3 Hiperglikemi
- Protein
Negatif Negatif Normal
- Glukosa
0,1 – 1 0,2 Normal
- Bilirubin
Negatif +4 Hiperketonia
- Urobilinogen
Negatif Negatif Normal
- Keton
Negatif Negatif Normal
- Blood
Negatif Negatif Normal
- Leukositesterase
- Nitrit 1–6 2– 3 /LPB Normal
Sediment 0–1 1 – 3 /LPB Normal
- Leukosit Positif Positif /LPK Normal
- Eritrosit Negatif Negatif /LPK Normal
- Epitel Negatif Negatif /LPK Normal
- Silinder Negatif +1 /LPB Normal
- Kristal
- Bakteri
2 Juli 22 19 kg Jam
06.00 = 307 4 iu Sr. A ML DM
3 Juli 22 19 kg
Jam
06.00 = 96 3 iu Sr. A ML DM
4 Juli 22 19 kg
Jam
2 iu Sr. I ML DM
05.00 = 224
5 Juli 22 19 kg
Jam
2 iu Sr. I ML DM
05.00 = 165
B. ANALISA DATA
DATA MASALAH ETIOLOGI
Data Subjektif : Ketidakstabilan glukosa Disfungsi pankreas
Ibu mengatakan : darah (D 0027)
anaknya lemas
banyak makan
banyak minum dan banyak
buang air kecil,
berat badan turun 3 kg
(BB sehat 21 kg, BB saat
ini 19 kg)
Data Objektif :
Keadaan umum sedang
Kesadaran Compos mentis
GCS 15 (E4 M6 V5)
TTV :
SH : 36, 30 C
HR : 100 x/menit
RR : 25 x/menit
TD : 116/68 mmHg
Hasil Laboratorium :
Gula darah sewaktu :
478 (26/6/2022)
307 (2/7/2022 Jam 06.00)
96 (3/7/2022 Jam 06.00)
112 (4/7/2022 Jam 06.00)
383 (4/7/2022 Jam 11.00)
Gula darah 2 Jam post
puasa:
225 ( 4/7/2022 Jam 08.00)
247 (4/7/2022 Jam 13.00)
Urine lengkap :
Protein urine : Trace
Glukosa urine : +3
ASTRUB
Analisa Gas Darah
- PH : 7,21 mmHg
- PCO2 : 13,3 mmHg
- PO2 : 123.00 mmHg
- HCO3 : 5,4 mmol/L
- T CO2 : 5,8 mmol/L
- BE : -19,7 mmol/L
- O2 Saturasi : 98,1 %
Data Subjektif : Defisit nutrisi (D 0019) Peningkatan kebutuhan
Ibu mengatakan anaknya metabolisme
lemas, banyak makan, banyak
minum dan banyak buang air
kecil, berat badan turun 3 kg
(BB sehat 21 kg, BB saat ini
19 kg)
Data Objektif :
Keadaan umum sedang
Kesadaran compos mentis
Jenis kelamin klien laki – laki
BB 19 kg
TTV
Suhu : 36, 30 C
Nadi : 100 x/menit
Pernafasan : 25 x/menit
Tekanan Darah :
116/68 mmHg
Data Subjektif : Ansietas (D 0080) Kurang terpapar
Ibu mengatakan cemas informasi
dengan kondisi dan penyakit
anaknya
Data Objektif :
Ibu tampak cemas
Ibu klien berbicara
mengenai anaknya dengan
menitikkan air mata
Ibu menanyakan tentang
penyakit anaknya
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Nama mahasiswa : Ani Suryani, Eddy Syuhud, Nursyamsia Dewi, Santa Maria, Reni Lumora, Ina Silpi
Nama klien (usia) : An. A Jenis Kelamin : Laki-laki
Tanggal pengkajian : 30 Juni 2022 Ruang praktek : R. Anak 441
Dx Perencanaan
No DS & DO
keperawatan Tujuan, kriteria evaluasi Intervensi Rasional
1 Data Subjektif : Ketidakstabilan Setelah dilakukan tindakan Managemen
Ibu mengatakan : gula darah b.d keperawatan ketidakstabilan gula Hiperglikemi (I.03115)
anaknya lemas disfungsi darah selama 3 x 24 jam Observasi
pankreas (D (L.03022) Identifikasi Menentukan
banyak makan
0027) kriteria hasil : kemungkinan program terapi
banyak minum dan
Kesadaran membaik penyebab selanjutnya
banyak buang air
kecil, Kadar glukosa dalam urine hiperglikemia
Mencari
berat badan turun 3 kg membaik Identifikasi situasi
penyebab untuk
(BB sehat 21 kg, BB Perilaku membaik yang menyebabkan
menentukan
saat ini 19 kg) Jumlah urine membaik kebutuhan insulin
terapi
Pusing menurun meningkat (mis,
Data Objektif : penyakit kambuhan).
Lesu menurun
Keadaan umum sedang Mengumpulkan
Berkeringat menurun Monitor kadar glukosa
dan menganalisa
Kesadaran Compos Mulut kering menurun darah. data
mentis Kesulitan berbicara Mengumpulkan
GCS 15 (E4 M6 V5) menurun Monitor tanda dan dan menganalisa
TTV : gejala hiperglikemia data untuk
Suhu : 36, 30 C (mis, poliuria, pemantauan
Nadi : 100 x/menit polidipsia, polifagia,
Pernafasan : 25 x/menit kelemahan, malaise,
Tekanan Darah : 116/68 pandangan kabar, sakit
mmHg kepala). Mengantisipasi
ada. pasien
perlu. pasien
mencegah konstipasi.
Menenuhi
Berikan makanan
kebutuhan nutrisi
tinggi kalori dan tinggi
protein. Meningkatkan
Berikan suplemen daya tahan tubuh
makanan, jiak perlu.
Edukasi Mencegah
Ajurkan posisi duduk, aspirasi dan
jika mampu. distensi
Diet yang sesuai
Ajarkan diet yang mempercepat
diprogramkan. penyembuhan
05-07-22 google
Dalam pembahasan ini kelompok akan menguraikan tentang kesenjangan yang terjadi
antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus dalam asuhan keperawatan pada pasien An.
MA dengan diagnosa Diabetes Melitus Tipe 1 meliputi :
A. Pengkajian
Pada pengkajian tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kasus, semua tanda dan
gejala pada teori juga muncul pada kasus An. MA.
B. Diagnosa Keperawatan
Pada tinjauan kasus, kelompok mendapatkan tiga diagnosa muncul pada An. yaitu:
1. Ketidakseimbangan kadar gula darah
2. Ansietas
3. Risiko defisit nutrisi
Sedangkan pada tinjauan teori diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien
anak dengan diabetes melitus tipe 1, menurut Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2017)
adalah :
1. Ketidakseimbangan kadar gula darah
2. Hipovolemia
3. Nyeri akut
4. Kerusakan itegritas kulit
5. Intoleransi aktivitas
6. Risiko defisit nutrisi
Pada diagnosa keperawatan didapatkan kesenjangan antara fakta dan teori, pada
teori terdapat empat diagnosa yang tidak muncul yaitu hipovolemia, nyeri akut,
kerusakan integritas kulit, intoleransi aktivitas. Serta terdapat satu diagnosa yang
tidak sesuai dengan teori yaitu diagnosa ansietas.
C. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan disesuaikan dengan masalah yang dialami klien sehingga
kebutuhan klien dapat terpenuhi. Rencana asuhan keperawatan anak pada An. MA
diambil dalam tinjauan pustaka berdasarkan teori asuhan keperawatan An. MA
dengan diabetes melitus tipe 1 dengan masalah keperawatan ketidakstabilan kadar
gula dasar, ansietas, risiko defisit nutrisi.
D. Implementasi
Dalam pelaksanaan asuhan keperawatan penulis dapat melaksanakan rencana
keperawatan sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat dalam melaksanakan
tindakan keperawatan penulis mengacu pada tindakan yang telah ditentukan
sebelumnya dan disesuaikan dengan kondisi serta keperluan pasien.
Pada kasus ini semua rencana keperawatan yang disusun untuk ketiga diagnosa ini
dapat terlaksana.
E. Evaluasi
Tahap evaluasi adalah tahap akhir dan alat ukur untuk memulai keberhasilan
pemberian asuhan keperawatan, apakah tujuan keperawatan berhasil. Evaluasi
dilakukan sesuai dengan konsep.
Untuk tujuan ketiga diagnosa tersebut sudah teratasi sebagian dan akan dilanjutkan
proses keperawatan diruang perawatan untuk mengatasi masalah tersebut supaya
tujuan pasien teratasi. Hasil evaluasi pada tiga diagnosa teratasi pada hari ketiga
perawatan pasien yaitu tanggal 17 juni 2022