Anda di halaman 1dari 66

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK PADA AN. MA DENGAN


DIABETES MELITUS TIPE 1

KELOMPOK III
Ani Suryani (211560311134)
Eddy Syuhud (211560311137)
Ina Silpi (211560311140)
Nursyamsia D (211560311141)
Reni Lumora (211560311143)
Santa Maria (211560311144)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MEDISTRA INDONESIA
BEKASI
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayahnya, sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan, makalah tentang “Asuhan
Keperawatan Anak Pada An. MA Dengan Diabetes Melitus Tipe 1“ ini dengan baik.
Asuhan keperawatan ini disusun sebagai penugasan dan pelaporan asuhan keperawatan
selama stase maternitas.
Adapun asuhan keperawatan ini kami susun berdasarkan pengamatan kami dari
buku yang ada kaitannya dengan asuhan keperawatan yang kami buat dan berdasarkan
kasus yang didapat. Dalam penyusunan asuhan keperawataan ini tentunya tidak lepas
dari adanya bantuan dari berbagai pihak, oleh karena ini kami tak lupa mengucapkan
banyak terima kasih kepada orang tua kami, dosen pembimbing kami, dan teman-teman
satu tim yang saling mendukung dan membantu hingga selesainya asuhan keperawatan
ini.
Dalam penyusunan asuhan keperawatan ini kami menyadari masih banyak
kekurangan dan kelemahannya. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun untuk menyempurnakan asuhan keperawatan ini. Semoga
asuhan keperawatan ini bermanfaat untuk para pembacanya.

Bekasi, Juli 2022

Kelompok II
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latarbelakang
Diabetes mellitus (DM) adalah penyakit kronik dengan insiden yang
semakin meningkat di seluruh dunia. Penyakit ini tidak hanya menyerang orang
dewasa, tetapi juga pada anak. Diabetes mellitus ditandai dengan peningkatan kadar
gula darah akibat gangguan produksi insulin, gangguan kerja insulin, atau
keduanya.
Berdasarkan penyebabnya, DM dikelompokkan menjadi empat jenis, yaitu
DM tipe-1, DM tipe-2, DM tipe lain dan diabetes pada kehamilan atau gestasional.
Pada anak, jenis DM tersering adalah tipe-1, terjadi defisiensi insulin absolut akibat
kerusakan sel kelenjar pankreas oleh proses autoimun. Masalah utama DM tipe-1 di
Indonesia adalah kesadaran masyarakat dan tenaga kesehatan yang kurang sehingga
banyak pasien tidak terdiagnosis dan tidak mendapatkan tata laksana adekuat.
Berdasarkan data Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) pada tahun 2018,
tercatat 1220 anak penyandang DM tipe-1 di Indonesia. Insiden DM tipe-1 pada
anak dan remaja meningkat sekitar tujuh kali lipat dari 3,88 menjadi 28,19 per 100
juta penduduk pada tahun 2000 dan 2010.2-4 Data tahun 2003-2009 menunjukkan
pada kelompok usia 10-14 tahun, proporsi perempuan dengan DM tipe 1 (60%)
lebih tinggi dibandingkan laki-laki (28,6%).4 Pada tahun 2017, 71% anak dengan
DM tipe-1 pertama kali terdiagnosis dengan Ketoasidosis Diabetikum (KAD),
meningkat dari tahun 2016 dan 2015, yaitu 63%.2
Diduga masih banyak pasien DM tipe-1 yang tidak terdiagnosis atau salah
diagnosis saat pertama kali berobat ke rumah sakit. Insiden DM tipe-1 pada anak di
Indonesia tidak diketahui secara pasti karena sulitnya pendataan secara nasional.
Sampai saat ini, Unit Kelompok Kerja (UKK) Endokrinologi Ikatan Dokter Anak
Indonesia (IDAI) berusaha mengumpulkan data pasien anak DM di Indonesia. Data
ini diperoleh melalui kerjasama berbagai pihak, termasuk dokter anak
endokrinologi, spesialis penyakit dalam, perawat, edukator DM, data Ikatan
Keluarga Penyandang DM Anak dan Remaja (IKADAR), penelusuran rekam medis
pasien, dan kerjasama dengan perawat edukator National University Hospital
Singapura untuk memperoleh data penyandang DM anak Indonesia yang berobat di
Singapura.
Berdasarkan sensus penduduk 2010, total populasi penduduk Indonesia
adalah sekitar 267.556.363, dan lebih dari 83 juta adalah anak-anak.5 Dengan
tingginya angka penduduk anak dan remaja, data saat ini hanya permukaan gunung
es yang belum menggambarkan kondisi sebenarnya. Angka sesungguhnya diduga
lebih tinggi

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah disusunnya makalah Asuhan Keperawatan Anak Pada An. MA
Dengan Diabetes Melitus, diharapkan pembaca dapat memahami dan
menerapkannya dalam asuhan keperawatan.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian secara langsung pada klien anak diabetes
melitus.
b. Mampu merumuskan masalah dan membuat diagnosa keperawatan pada
klien anak diabetes melitus.
c. Mampu membuat perencanaan pada klien anak diabetes melitus.
d. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan dan mampu mengevaluasi
tindakan yang telah dilakukan pada klien anak diabetes melitus. 
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI
DM tipe-1 adalah kelainan sistemik akibat terjadinya gangguan metabolisme
glukosa yang ditandai oleh hiperglikemia kronik. Keadaan ini disebabkan oleh
kerusakan sel β pankreas baik oleh proses autoimun maupun idiopatik sehingga
produksi insulin berkurang bahkan terhenti. Sekresi insulin yang rendah
mengakibatkan gangguan pada metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein.
Pada diabetes tipe 1 ini, tubuh benar benar berhenti memproduksi insulin
karena perusakan sel pankreas yang memproduksi insulin oleh sistem kekebalan
tubuh. Organ pankreasnya tidak memproduksi insulin lagi sehingga mereka harus
menerima suplai insulin dari luar tubuh secara rutin.

B. ETIOLOGI
Diabetes melitus tipe-1 terjadi akibat kerusakan/ destruksi sel beta pankreas
F akibat proses autoimun, walaupun pada sebagian kecil pasien tidak didapatkan
bukti autoimunitas atau idiopatik. Umumnya, gejala klinis timbul ketika kerusakan
sel-sel pankreas mencapai ≥90%. Banyak faktor yang berkontribusi dalam
patogenesis DM tipe-1 di antaranya :
1. Faktor genetik: kerusakan gen, saat ini diketahui lebih dari 40 lokus gen yang
berhubungan dengan kejadian dm tipe-1.
2. Epigenetik:  riwayat keluarga menderita DM-tipe 1
3. Lingkungan: infeksi infeksi virus (sindrom rubella kongenital dan infeksi human
enterovirus diketahui ) dan diet (konsumsi susu sapi, konsumsi sereal dini)
4. Imunologis : adanya respon autoimun yang merupakan respon abnormal dimana
antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap
jaringan tersebut yang dianggapnya seolah – olah sebagai jaringan asing.
Dengan pemberian insulin, fungsi sel β yang tersisa membaik sehingga
kebutuhan insulin eksogen berkurang. Periode ini disebut sebagai periode bulan
madu atau honeymoon period di mana kontrol glikemik baik. Umumnya, fase ini
diawali pada beberapa minggu setelah mulai terapi sampai 3-6 bulan setelahnya,
pada beberapa pasien dapat mencapai dua tahun.

C. PATOFISIOLOGI
Pada penderita DM tipe 1 terjadi kelainan reaksi autoimun yang hingga saat
ini bersifat idiopatik atau belum diketahui penyebabnya. Reaksi autoimun ini
menyerang sel beta pankreas yang memproduksi insulin, akibatnya terjadi defisiensi
insulin sehingga sekresi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme
harian. Ketidak cukupan insulin yang berfungsi mengontrol metabolisme glukosa
darah mengakibatkan peningkatan kadar glukosa darah, sehingga pasien DM 1
memiliki ketergantungan pada insulin eksternal setiap harinya untuk bertahan hidup
(ADA, 2016; IDF, 2015; Kemenkes, 2011).
Patofisiologi dari semua jenis diabetes ada kaitannya dengan hormon insulin
yang disekresikan oleh sel-sel beta pankreas. Pada orang sehat, insulin diproduksi
sebagai respons terhadap peningkatan kadar glukosa dalam aliran darah dan peran
utamanya adalah untuk mengontrol konsentrasi glukosa dalam darah. Saat glukosa
tinggi, maka hormon insulin bertugas untuk menetralkan Kembali.
Hormon insulin juga berfungsi untuk meningkatkan metabolisme glukosa
pada jaringan dan sel-sel dalam tubuh. Ketika tubuh membutuhkan energi, maka
insulin akan bertugas untuk memecahkan molekul glukosa dan mengubahnya
menjadi energi sehingga tubuh bisa mendapatkan energi. Selain itu, hormon insulin
juga bertanggung jawab melakukan konversi glukosa menjadi glikogen untuk
disimpan dalam otot dan sel-sel hati. Hal ini akan membuat kadar gula dalam darah
berada pada jumlah yang stabil.
Pada penderita diabetes melitus, hormon insulin yang ada di dalam tubuh
mengalami abnormalitas. Beberapa penyebabnya antara lain sel-sel tubuh dan
jaringan tidak memanfaatkan glukosa dari darah sehingga menghasilkan
peningkatan glukosa dalam darah. Kondisi tersebut diperburuk oleh peningkatan
produksi glukosa oleh hati yaitu glikogenolisis dan glukoneogenesis yang terjadi
secara terus menerus karena tidak adanya hormon insulin. Selama periode waktu
tertentu, kadar glukosa yang tinggi dalam aliran darah dapat menyebabkan
komplikasi parah, seperti gangguan mata, penyakit kardiovaskular, kerusakan
ginjal, dan masalah pada saraf.

D. PATHWAY

- faktor genetik
- virus
- pengrusakan imunologi

Kerusakan Sel Beta


(Dusfungsi Pankreas)

Program tehrapi
Ketidak seimbangan komplek/ lama
produksi insulin

Perilaku tidak
Gula dalam darah menjalankan anjuran
Ketidak stabilan
tidak bisa di bawa kadar gula darah
masuk kedalam sel
Ketidakpatuhan
HIPERGLIKEMIA
metabolisme protein
menurun
Batas melebihi ambang ginjal glucosuria

Kerusakan pada antobody


Visikositas darah meningkat Dieresis osmotik
Kekebalan tubuh menurun

Aliran darah lambat Poliuria


Neuropati sensori perifer

Iskemik jaringan Kehilangan elektrolit


Klien tidak merasa asakit dalan sel

Ketidak efektifan
perfusi perifer Dehidrasi
Nekrosisi luka
Kekurangan volume air

Gangguan integritas kulit


Resiko hipovolemia
E. MANIFESTASI KLINIK
Keluhan umum pasien DM seperti poliuria, polidipsia, polifagia pada
DMumumnya tidak ada. Sebaliknya yang sering mengganggu pasien adalah keluhan
akibat komplikasi degeneratif kronik pada pembuluh darah dan saraf.
Manifestasi klinis DM tipe 1 sama dengan manifestasi pada DM tahap awal,
yangsering ditemukan :
1. Poliuri (banyak kencing)
Hal ini disebabkan oleh karena kadar glukosa darah meningkat
sampaimelampaui daya serap ginjal terhadap glukosa sehingga terjadi osmotic
diuresisyang mana gula banyak menarik cairan dan elektrolit sehingga klien
mengeluh banyak kencing.
2. Polidipsi (banyak minum)
Hal ini disebabkan pembakaran terlalu banyak dan kehilangan cairan
banyakkarena poliuri, sehingga untuk mengimbangi klien lebih banyak minum.
3. Polifagia (banyak makan)
Hal ini disebabkan karena glukosa tidak sampai ke sel-sel mengalami
starvasi(lapar). Sehingga untuk memenuhinya klien akan terus makan. Tetapi
walaupunklien banyak makan, tetap saja makanan tersebut hanya akan berada
sampai pada pembuluh darah.
4. Berat badan menurun, lemas, lekas lelah, tenaga kurang
Hal ini disebabkan kehabisan glikogen yang telah dilebur jadi glukosa,
makatubuh berusama mendapat peleburan zat dari bahagian tubuh yang lain
yaitulemak dan protein, karena tubuh terus merasakan lapar, maka tubuh
selanjutnyaakan memecah cadangan makanan yang ada di tubuh termasuk yang
berada di jaringan otot dan lemak sehingga klien dengan DM walaupun banyak
makan akantetap kurus.
5. Mata kabur
Hal ini disebabkan oleh gangguan lintas polibi (glukosa sarbitol fruktasi)
yangdisebabkan karena insufisiensi insulin. Akibat terdapat penimbunan sarbitol
darilensa, sehingga menyebabkan pembentukan katarak.
6. Ketoasidosis
Anak dengan DM tipe-1 cepat sekali menjurus ke-dalam ketoasidosis
diabetik yang disertai atau tanpa koma dengan prognosis yang kurang baik bila
tidak diterapi dengan baik.
Namun, pada kenyataannya gejala-gejala tersebut tidak timbul jelas
sehingga diagnosis DM sering terlewatkan. Selanjutnya, mungkin saja anak
dapat mengalami ‘Kedaruratan DM’ dengan keluhan seperti nyeri perut, sesak
napas, muntah berulang, dehidrasi, bahkan hingga penurunan kesadaran.

F. PEMERIKSAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan kadar gula darah
a. Kadar glukosa sewaktu (mg/dl) menurut nurarif dan kusuma 2015
Kadar Gukosa Darah DM Belum Pasti DM
Sewaktu
Plasma vena >200 100 -200
Darah kapiler >200 80-100

b. Kadar glukosa sewaktu (mg/dl) menurut nurarif dan kusuma 2015


Kadar glukosa puasa DM Belum pasti DM
Plasma vena >120 110 -120
Darah kapiler >110 80-100

Kadar gula darah sewaktu > 200 mg/dL (11.1 mmol/L). Pada penderita
asimtomatis ditemukan kadar gula darah puasa lebih tinggi dari normal dan uji
toleransi glukosa terganggu pada lebih dari satu kali pemeriksaan Gula darah
puasa dianggap normal bila kadar darah pada darah vena (plasma) < 140 mg/dL
(7,8 mmol/L) atau darah kapiler < 120 mg/dL (6,7 mmol/L)
2. Pengukuran C-Peptida dapat digunakan untuk melihat fungsi sel  residu yaitu
sel  yang masih memproduksi insulin dan dapat digunakan apabila sulit
membedakan diabetes tipe 1 dan 2.
3. Pemeriksaan HbA1c dilakukan rutin setiap 3 bulan. Manfaat HbA1c dapat
mengukur kadar gukosa darah selama 120 hari yang lalu (sesuai usia eritrosit),
menilai perubahan terapi 8-12 minggu sebelumnya, menilai pengendalian
penyakit DM dengan tujuan mencegah terjadinya 2042 komplikasi diabetes

G. KOMPLIKASI
Menurut American Diabetes Association, berikut beberapa komplikasi penyakit
diabetes tipe 1 yang perlu diwaspadai yaitu:
1. Gangguan saraf atau neuropati diabetik
Terjadi ketika pembuluh darah kapiler pada saraf di dalam tubuh
mengalami kerusakan menyebabkan kesemutan, nyeri, mati rasa.
2. Retinopati diabetik
Gangguan penglihatan serius disebabkan pembuluh darah dalam retina
mengalami pembengkakan dan kebocoran.
3. Kaki diabetes
Kondisi yang juga dikenal dengan diabetic foot ini terjadi akibat
komplikasi kerusakan sistem saraf dan infeksi serius akibat diabetes.
4. Infeksi kronis
Infeksi yang rentan dialami oleh para diabetesi di antaranya infeksi
saluran kencing, gigi dan mulut, kulit, telinga, vagina, dan lain sebagainya.
5. Ketoasidosis diabetik
Kondisi saat keton dihasilkan dalam jumlah berlebih sehingga meracuni
dan merusak berbagai organ tubuh akibat kurangnya insulin.
6. Gagal ginjal
Terganggunya fungsi kerja ginjal akibat rusaknya pembuluh darah.
H. THERAPY DAN PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Diet
Ditujukan pada pengaturan jumlah kalori dan karbohidrat yang dimakan
setiap hari. Jumlah kalori yang dianjurkan tergantung pada kebutuhan untuk
mempertahankan mengurangi atau mencegah obesitas.
Prinsip umum : diet dan pengendalian berat badan merupakan dasar dari
penatalaksanaan DM.
Tujuan penatalaksanaan nutrisi :
a. Memberikan semua unsur makanan esensia misal vitamin, mineral
b. Mencapai dan mempertahankan berat badan yang sesuai.
c. Memenuhi kebutuhan energi.
d. Mencegah fluktuasi kadar glukosa darah setiap hari dengan mengupayakan
kadar glukosa darah mendekati normal melalui cara-cara yang aman dan
praktis
e. Menurunkan kadar lemak darah jika kadar meningkat.
2. Latihan fisik, berfungsi :
a. Menurunkan kadar gula dalam darah dengna meningkatkan metabolisme.
b. Mempermudah transportasi glukosa untuk masuk kedalam sel.
Yang perlu diperhatikan pada terapi aktifitas :
1) Jangan mulai olahraga jika kadar gula darah rendah.
2) Jangan menggunakan sepatu yang sempit, karena luka sekecil apapun
menimbulkan komplikasi yang parah.
3. Pemantauan
Pemantaun glukosa dan keton secara mandiri untuk mendeteksi dan pencegahan
hipoglikemi serta hiperglikemia,
4. Obat
a. Obat hipoglikemi oral
Bekerja dengan menstimulasi sel beta pankreas untuk melepaskan yang
tersimpan.
b. Insulin
Reseptor insulin mempunyai 2 fungsi utama :
1) Membedakan bahan lain dengan insulin kemudian meningkatnya
dengan cepat
2) Pembentukan kompleks reseptor insulin akan merangsang rangkaian
kejadian intrseluler yang kemudian mengarah terjadinya efek insulin
yang karakteristik.

I. PROGNOSIS
DM tipe 1 merupakan penyakit kronik yang memerlukan pengobatan seumur
hidup. DM tipe 1 tidak bisa disembuhkan tetapi kualitas hidup penderita dapat di
pertahankan seoptimal mungkin dengan mengusahakan control metabolik yang baik.
Yang dimaksud kontrol metabolik yang baik adalah mengusahakan kadar gula darah
berada dalam batas normal atau mendekati nilai normal, tanpa menyebabkan
hipoglikemia.
Sekitar 60% pasie DMT 1 yang mendapat insulin dapat bertahan hidup
seperti orang normal, sisanya dapat mengalami kebutaan, gagal ginjal kronik, dan
kemungkinan untuk meninggal lebih cepat. Anak dengan DM tipe-1 cepat seklai
menjurus ke-dalam ketoacidosis diabetik yang di sertai atau tanpa koma dengan
prognosis yang pkurang baik bila tidak di terapi dengan baik. Oleh karena itu,
padam DMT 1, penderita harus segera dirawat inap.
Prognosis di tentukan oleh regulasi DM dan adanya komplikasi. Regulasi
teratur dan baik akan memberikan prognosis baik.

J. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pengkajian pada klien dengan gangguan sistem endokrin diabetes
mellitus dilakukan mulai dari pengumpulan data yang meliputi : biodata,
keadaan umm pasien, TTV, riwayat kesehatan, keluhan utama, sifat keluhan,
riwayat kesehatna mas alalu, pemeriksaan fisisk, pola kegiatan sehari- hari.
a. Identitas
Merupakan identitas kien meliputi : nama, umur, jnis kelamin, agama, suku
bangsa, alamat, tanggal masuk RS, tanggal pengkajian, diagnosa medis.

b. Keluhan utama
Merupakan keluhan yang mendorong penderita untuk masuk RS.
DS yang mungkin timbul :
1) Klien mengeluh sering kesemutan
2) Klien menegluh sering buang air kecil saat malam hari.
3) Klien mengeluh sering maerasa haus
4) Klien mngelulh mengalami rasa lapar yang berlebih.
5) Klien mengeluh lemas
6) Klien mengeluh pandangannya kabur
DO :
1) Klien tampak lemas
2) Terjadi penurunan berat badan
3) Tonus otot menurun
4) Terjadi atropi oto
5) Kulit dan membran mukosa tampak kering
6) Tmapak adanya luka ganggren
7) Tampak adanya pernafasan yang cepat dan dalam
c. Riwayat kesehatan
1) Riwayat penyakit sekarang
Dimulai dari akhir masa sehat yang diutlis secara lkronologis sesuai
urutan waktut, dicata perkembangan dan perjalann penyakitnya, keluhan
utama, dan gejala yang muncul seperti polifagia, polidipsi, poliusira
umumnya dialami oleh penderita DM.
2) Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat penyakit dm ayau penyakit- penyakit lain yang ada
kaitannya dengan defisiensi insulin misalnya penyakit pankreas. Adanya
riwayat penyakti jantung, obesitas, maupun arterosklerosis, tindakan
medis yang pernah di dapat mauapun obat obatan yang biasa digunakan
oleh penderita.
3) Riwayat kesehatn keluarga
Pada pengumpulan data tentang riwaya penyakit keluarga adalah
bagaimana riwayat kesehatn dan keperawatan yang dimiliki pada saat
satu anggota keluarga pada klien dengan diabetes mellitus ditanyakan
apakah ada kelurga yang menderita penyakit yang sama dengan klien,
penyakit kronis atau penyakit degeneratif lainnya, serta upaya apa yang
silakukuak jika mengalami sakit.
4) Riwayat Bio-Psikio-SosiAL-Spiritual, menurut Virginia handerson
a) Pola pernafasan
Pada pola pernafasan diperhatikan adalah frekwensi pernafasan,
gerakan dinding dada, pernafasan cupin hidung, apakah klien merasa
sesak.pad apasiaen DM biasanya tidak mengalami gangguan pada
sistem pernafasan.
b) Pola nutrisi
Pada pola nutrisi yang ditanyakan adalah diet khusus, suplement yang
di konsumsi, instruksi diet sebelumnya, nafsu malam, jumlah cairan
dan makanan yang masuk perhari, ada tidaknya mual, muntah,
kesulitan menelan, penggunaan gigi palsu, riwayat penyembuhan
kulit.
Klien mengalami peningkatan nafsu makan meningkat, sering merasa
lapar dan haus, sehinggan klien menjadi banyak makan dan minum.
c) Eliminasi
Pada pola ini yang ditanyakan adalah jumlah kebiasaan defekasi
perhari, ada tidaknya konstipasi, diare, inkontinensia, kebiasaan
berkemih, ada /tidaknya disuria, nocturia, urgensi, hematuri, retensi.
Ada/tidaknya terpasang kateter. Pada pasien DM mengalami
gannguan dalam BAK karena efek penigkatan asupan cairan melalui
Diit yang juga berhubungan denagn efek penigkatan kadar gula
dalam darah, sehingga ginjal akan menghasilkan urin dalm jumlah
berlebih yang menjadikan klien menjadi sering BAK.
d) Gerak dan keseimbangan tubuh
Pada aktifitas dibatasi untuk bergerak dan harus tirah baring untuk
mengurangi nyri, klien dengan DM akan mengalamigangguan gerak
atau aktivitsnya dapat diakibatkan karena kelemahan, atau akibat
salah satu bagian ekstrimitasnya mengalami gangguan mislanya
kelemahan otot, atau adnaya luka ulkus atau gangren.
e) Istirahat dan tidur
Pengkajian pola istirahat tidur ini yang di tanyakan asalah jumlah jam
tidur pada mlaam hari, pagi, siang merasa teneang setelah tidur,
maslaah selam tidur, adanaya tebangun dini, insomnia atau mimpi
buruk. Pada kien DM biasnaya mengalami kesulitan dalam tidurnya
karenan merasa lapar, hasu atau ingin berkemih.

K. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL


1. Ketidakstabilan kadar gula darah berhubunga dengan adanya gangguan
toleransi gula darah dan kadar gula darah dalam darah /urin tinggi
2. Ketidakefektifan perfusi jaringan berhubungan dengan iskemik jaringan
3. Gangguan integrits kulit/jaringan berhubungna dengan adanya neuiropaty
perifer / diabetes melitus
4. Ketidakpatuhan berhubungan dengan terapi yang lama
5. Risiko Hipovolemia berhubungan dengan kurang cairan
L. INTERVENSI
Diagnosa SLKI SIKI RASIONAL
Ketidakstabilan Kestabilan Kadar Manajemen Hiperglikemia (I.03115)
kadar gula Glukosa Darah Observasi
darah (D.0027) (L.03022) - Identifkasi kemungkinan penyebab - Sebagai acuan untuk menurunkan nilai kadar
berhubungan Setelah dilakukan hiperglikemia gula darah
dengan adanya asuhan keperawatan - Identifikasi situasi yang - Untuk mencegah kerusakan pada system
gangguan di harapkan menyebabkan kebutuhan insulin organ tubuh yang lain
toleransi gula Kestabilan Kadar meningkat (mis. penyakit
darah dan Glukosa Darah kambuhan)
kadar gula Meningkat, dengan - Monitor kadar glukosa darah, jika - Monitor kadar glukosa darah akan

darah dalam kriteria hasil sebagai perlu memberikan hasil yang memuaskan (stabil)

darah /urin berikut : jika digunakan dengan benar dan dipelihara

tinggi - Kesadaran klien dengan baik

meningkat - Monitor tanda dan gejala - Tanda awal hperglikemia pada diabetes

- Mengantuk, pusing, hiperglikemia (mis. poliuri, antara lain peningkatan rasa haus, sakit

dan rasa lelah polidipsia, polivagia, kelemahan, kepala, lemah, sering BAK, dan mudah lapar.

menurun malaise, pandangan kabur, sakit

- Kadar glukosa kepala)

dalam darah klien


- Memberikan perkiraan kebutuhan akan
membaik - Monitor intake dan output cairan cairan pengganti, fungsi ginjal, dan
keefektifan dari terapi yang diberikan

Terapeutik - Mempertahankan hidrasi/volume sirkulasi


- Berikan asupan cairan oral - Untuk mencegah terjadinya komplikasi
- Konsultasi dengan medis jika akibat dari hiperglikemi
tanda dan gejala hiperglikemia
tetap ada atau memburuk - Hipovolemia dapat dimanifestasikan oleh
- Fasilitasi ambulasi jika ada hipotensi dan takikardia. Perkiraan berat
hipotensi ortostatik ringannya hipovolemia dapat dibuat ketika
tekanan darah sistolik pasien turun lebih dari
10 mmHg dari posisi berbaring ke posisi
duduk/beridiri

Edukasi - Untuk mengurangi kebutuhan energi yang


- Anjurkan olahraga saat kadar berlebih.
glukosa darah lebih dari 250
mg/dL - Memungkinkan fleksibilitas dalam perawatan
- Anjurkan monitor kadar glukosa diri, meningkatkan kontrol kadar gula darah
darah secara mandiri dengan lebih ketat dan dapat mencegah atau
mengurangi perkembangan komplikasi
jangka panjang.
- Pemberian diet makanan pada pasien DM
- Anjurkan kepatuhan terhadap diet untuk mengontrol jumlah kalori dan waktu
dan olahraga makan sangat penting untuk mengontrol gula
darah. Latihan aktifitas juga membantu untuk
mengontrol gula darah dan tekanan darah
pasien
- Partisipasi dalam perencanaan meningkatkan
- Ajarkan pengelolaan diabetes
antusias dan kerja sama pasien dengan
(mis. penggunaan insulin, obat
prinsip-prinsip yang dipelajari
oral, monitor asupan cairan,
penggantian karbohidrat, dan
bantuan professional kesehatan)

Kolaborasi - Untuk mencegah terjadinya komplikasi


- Kolaborasi pemberian insulin, jika akibat dari hiperglikemi
perlu - Pemberian cairan parenteral mengembalikan
- Kolaborasi pemberian cairan IV, jumlah normal cairan dan elektrolit
jika perlu
Resiko Integritas kulit dan Perawatan Integritas Kulit (I.11353)
kerusakan jaringan (L.14125) Observasi
integritas kulit Setelah dilakukan - Identifikasi penyebab gangguan - Terapi fototerapi merupakan salah satu
dan jaringan asuhan keperawatan integritas kulit penyebab gangguan integritas kulit.
(D0139) diharapkan Integritas
berhubungan kulit dan jaringan Terapeutik
dengan meningkat, dengan - Ubah posisi tiap 2 jam - Agar kulit bayi tidak iritasi dan menimbulkan

neutopati kriteria hasil : luka

perifer - Elastik kulit Edukasi

meningkat. - Anjurkan meningkatkan asupan - Meningkatkan asupan nutrisi berupa ASI

- Kulit tidak ada nutrisi atau susu formula akan meningkatkan

perdarahan dan elasitas kulit klien

kemerahan - Anjurkan menggunakan sabun - Dengan mandi maka kelembapan kulit akan
secukupnya saat mandi terjaga
Resiko Status cairan Manajemen Hipovolemia (I.03116)
hipovolemi (L.03028) Observasi
(D. 0034) Setelah dilakukan - Periksa tanda tanda hipovolemi - Mengetahuikadar naikturunnyafrekuensi

Berhubungan Tindakan (frekuensi meningkat,nadi teraba tandadan gejala padahipovolumia

dengan keperawatan status lemah, tekanan darah


kehilangan cairan menurun,membran mukosa
- Tindakan memperbanyak asupan cairan
cairan aktif membaik, dengan kering,volume urin menurun).
dengan pemberian asupan cairan oral
kriteria hasil :
- Kekuatan nadi
Meningkat Terapeutik
- Turgor kulit - Hitung kebutuhan cairan - Harapan kebutuan cairan terpenuhi bagi tubuh
meningkat - Berikan asupan cairan oral - Untuk menentukan tidakan selanjutnya
- Output urin
meningkat Edukasi
- Perasaan lemah - Anjurkan memperbanyak asupan - Mempertahankan status cairan adekuat

menurun cairan
- Keluhan haus
menurun Kolaborasi
- Mempertahankan keseimbangan cairan
- Intake cairan - Kolaborasi pemberian cairan IV

membaik
- Frekuensi nadi
tekanan darah dan
tekanan nadi
membaik

Ketidak Perfusi perifer Perawatan Sirkulasi (I.02079)


efektifan (L.02011) Observasi
perfusi perifer Setelah dilakukan - Periksa sirkulasi perifer (mis. Nadi - Mengupayakan sirkulasi tetap stabil
(D.0009) asuhan keperawatan perifer, edema, pengisian kalpiler,
berhubungan perfusi perifer warna, suhu, angkle brachial
dengan menigkat, dengan index)
hiperglikemia kriteria hasil : - Identifikasi faktor resiko - Untuk mengetahui riwayat kesehatan klien

gangguan sirkulasi (mis. Diabetes,


perokok, orang tua, hipertensi dan
kadar kolesterol tinggi)
- Mencegah kerusakan pada system organ
- Monitor panas, kemerahan, nyeri,
tubuh yang lain
atau bengkak pada ekstremitas

Terapeutik
- Mencegah terjadinya kerusakan pada system
- Hindari pemasangan infus atau
dan organ lain.
pengambilan darah di area
keterbatasan perfusi
- Menghindari penghambatan aliran darah yang
- Hindari pengukuran tekanan
mengakibatkan ketidaklancaran sirkulasi
darah pada ekstremitas pada
keterbatasan perfusi - Mencegah ketidaklancaran sirkulasi
- Hindari penekanan dan
pemasangan torniquet pada area
yang cidera - Menghindari lama rawat yang memanjang
- Lakukan pencegahan infeksi - Menjaga keutuhan integritas kulit
- Lakukan perawatan kaki dan
kuku - Menjaga kelembapan kulit dan jaringan
- Lakukan hidrasi

Edukasi - Memberikan informasi yang adekuat kepada


- Anjurkan berhenti merokok pasien dan keluarga
- Anjurkan berolahraga rutin
- Anjurkan mengecek air mandi
untuk menghindari kulit terbakar
- Anjurkan menggunakan obat
penurun tekanan darah,
antikoagulan, dan penurun
kolesterol, jika perlu
- Anjurkan minum obat pengontrol
tekakan darah secara teratur
- Anjurkan menghindari
penggunaan obat penyekat beta
- Ajurkan melahkukan perawatan
kulit yang tepat (mis.
melembabkan kulit kering pada
kaki)
- Anjurkan program rehabilitasi
vaskuler
- Anjurkan program diet untuk
memperbaiki sirkulasi (mis.
Rendah lemak jenuh, minyak
ikan, omega3)
- Informasikan tanda dan gejala
darurat yang harus dilaporkan
(mis. Rasa sakit yang tidak hilang
saat istirahat, luka tidak sembuh,
hilangnya rasa)
Ketidak Setelah dilakukan Dukungan Kepatuhan Program
patuhan asuhan keperawatan Pengobatan (I.12361)
(D0114) selama 3x24jam Observasi
berhubungan diharapkan tingkat - Identifikasi kepatuhan menjalani - Sebagai acuan untuk menilai keberhasilan

dengan kepatuhan program program program

Program pengobatna klien


therapi meningkat. Terapeutik
- Untuk menjadika kedisiplinan klien
kompleks Dengan kriteria hasil : - Buatkan komitmen menjalani
dan/atau lama - Verbalisasi program pengobatan dengan baik
kemauan - Buat jadwal pendampingan - Untuk mengontrol jadwal pemakain obat
mematuhi keluarga untuk bergantian
program menemani pasien selma menjalani
perawatana atau program pengobatan, jika perlu
- Untuk melihat perkembangan
perwatan - Dokumentasikan aktivitas selam
meningkat. menjalani proses pengobatan
- Melibatkan pasien dan keluarga untuk
- Verbalisasai - Diskusikan hal hal yang dapat
mendukng program pengobatan
mengikuti anjuran mendukung atau menghambat
meningkat berjalannya program pengobatan
- Perilaku libatkan keluarga untuk
menjalankan mendukung program pengobatan
aturan meningkat yang dijalani
Perilaku menjalankan
perawatan/pengobatna
meningkat Edukasi - Informasi di butuhan untuk keberhasilan
- Informasikan program pengobatan program
yang harus di jalani - Supaya klien mengetahui /memahami
- Informasikan mafaat yang akan di informasi mengenai kebrhasilan program
peroleh jika teratus menjalan
program pengobatan - Berikan dukungan keluarga sangat penting
- Anjurkan pasien danakeluarga untuk keberhasilan program
melakukan konsultasi ke
pelayanan kesehatan terdekat, jika
perlu
BAB III
LAPORAN KASUS

A. PENGKAJIAN
I. Identitas Pasien dan Orang Tua
Nama Anak : An. M
Usia : 6 Tahun
Jenis Kelamin : Laki - laki
Anak ke :1
Tanggal masuk : 26 Juni 2022
Diagnosa masuk : DM Tipe 1
Usia Ayah/ibu : Tn. R / Ny. S
Agama : Islam
Suku bangsa : Betawi
Alamat : Jl. Kirutag No.45 Rt 002 Rw 002 Bekasi
Pendidikan Ayah/ibu : SMA / SMA
Pekerjaan Ayah/ibu : Karyawan swasta / IRT

II. Keluhan Utama


Lemas

III. Keadaan Sakit Saat ini


Pasien datang rujukan dari RS Bhakti Mulia Jakarta karena membutuhkan
PICU. Saat datang di RS Hermina Bekasi pasien lemas, pasien tampak
cenderung tidur, anjuran rawat PICU. Saat pengkajian di ruang perawatan, Ibu
mengatakan anaknya lemas, banyak minum, banyak makan dan banyak buang
air kecil dan mengatakan cemas dengan kondisi anaknya. Ibu tampak cemas
dan menitikan air mata saat menceritakan kondisi anaknya. Berat badan sehat
21 kg saat ini berat badan 19 kg (turun 3 kg)
IV. Riwayat Kehamilan dan Persalinan
a. Prenatal : Tidak ada masalah
b. Intranatal : Tidak ada masalah
c. Postnatal : Tidak ada masalah

V. Riwayat Kesehatan Masa Lalu


1. Penyakit masa kanak-kanak : tidak ada
2. Pernah dirawat di RS : tidak pernah
3. Obat-obatan yang digunakan : tidak ada
4. Tindakan (operasi) : tidak pernah
5. Alergi : tidak ada
6. Kecelakaan : tidak ada

VI. Riwayat Keluarga (disertai Genogram)

Keterangan :

: Laki-laki : An. M

: Perempuan : tinggal satu rumah

Tidak ada riwayat DM dalam keluarga dan tidak ada riwayat penyakit yang
diturunkan
VII. Riwayat Sosial
1. Yang mengasuh : Orang tua kandung
2. Hubungan dengan anggota keluarga : Baik
3. Hubungan dengan teman sebaya : Baik
4. Pembawaan secara umum : Normal
5. Lingkungan rumah : Baik, ventilasi baik, penerangan
baik, tidak ada kebisingan, tidak dekat dengan pabrik

VIII. Kebutuhan Dasar


1. Nutrisi : 3x sehari ( Makan Besar), Makan snack cukup
sering saat sakit
2. Tidur : Pola tidur baik (10-12 Jam /hari)
3. Eliminasi
a. BAB : ± 1 kali sehari
b. BAK : 10-11 kali sehari
4. Aktivitas : Aktivitas terbatas karena terpasang infus dan
pasien lemas, sebagian aktivitas dibantu orang tua

IX. Pemeriksaan Tingkat Pertumbuhan dan Perkembangan


1. Pertumbuhan Fisik : Pertumbuhan fisik pasien sesuai dengan usiannya,
yaitu usia 6 tahun 19 kg
2. Perkembangan Motorik Kasar : Anak mampu melompat jauh, berdiri
dengan satu kaki selama 5 menit, menangkap bola dengan tangan lurus,
mengendarai sepeda roda tiga.
3. Perkembangan Motorik Halus : Anak mampu menggambar dengan
mencakup bagian detail, bermain alat musik, menulis namanya sendiri,
mengikat tali sepatu sendiri, melepaskan pakaian sendiri.
4. Tidur : Tidur 10-13 Jam, gangguan tidur tidak ada, pasien tampah pulas
saat tidur.
5. Perkembangan Bahasa : Anak senang membaca, bahkan beberapa
diantaranya menjadi gemar menulis cerita, khususnya tentang dirinya.
Dalam membaca, anak mulai menikmati waktunya membaca buku cerita
dan menceritakannya kembali kepada orang lain.
6. Perkembangan Sosial : Anak mengalami perkembangan sosial, anak
mulai bisa berhubungan dengan teman dan anggota keluarga, anak mulai
senang berbagi dengan teman dan saudara di rumah.
7. Perkembangan Kognitif : Anak sudah sudah bisa memberitahu usianya,
anak usia berhitung dan sudah memahami konsep dari angka, dan anak
mampu berkonsentrasi lebih lama.

X. Tinjauan Sistem
1. Keadaan umum dan tanda-tanda vital
a. Keadaan Umum : Sedang
b. BB : 19 kg
c. PB : 112 cm
d. Suhu : 36, 30 C
e. Nadi : 100 x/menit
f. Pernafasan : 25 x/menit
g. Tekanan Darah : 116/68 mmHg

2. Pengkajian Kardiovaskuler
a. Nadi : 100 x/menit
b. Denyut Apeks-frekuensi, irama dan kualitas : 102 x/menit, Irama
regules, tidak ada irama tambahan
c. Nadi Perifer (ada / tdak ada) : jika ada, frekuensi, irama, kualitas dan
perbedaan antara ekstremitas : Nadi kuat angkat, reguler dan tidak ada
perbedaan di ke empat ekstremitas

3. Pemeriksaan toraks dan hasil auskultasi


a. Adanya deformitas : Tidak ada
b. Bunyi jantung : Tidak ada bunyi jantung tambaahan
4. Tampilan umum
a. Tingkat aktifitas : Aktivitas dibantu orang tua
b. Perilaku; apatis, gelisah, ketakutan : Tidak ada
c. Jari tangan (clubbing finger) : Tidak ada

5. Kulit
a. Warna : Tidak anemis
b. Elastisitas : Elastis
c. Suhu : 36,30 C

6. Edema
a. Periorbital : Tidak terdapat edema periorbital
b. Ekstremmitas : Tidak ada edema ekstremitas

7. Pengkajian Respiratori
a. Bernafas
1) Frekuensi pernafasan, keadaan dan kesimetrisan : 25 x/menit
2) Pola nafas ; Normal, sesak tidak ada
3) Batuk : tidak ada
4) Retraksi : Tidak ada
5) Pernafasan cuping hidung : Tidak ada
6) Posisi yang nyaman : Miring kanan atau kiri
b. Hasil auskultasi toraks
1) Bunyi nafas: Vesikuler
2) Fase ekspirasi dan inspirasi memanjang : Tidak
c. Hasil pemeriksaan toraks
1) Bentuk dada : Simetris
2) Tidak ada benjolan

8. Pengkajian Neurologik
a. Tingkat kesadaran: (hasil GCS) : Kesadaran compos mentis (Nilai
GCS 15)
b. Pemeriksaan kepala
1) Bentuk kepala : Mesocephal
2) Fontael : Normal, sudah menutup

9. Reaksi pupil
a. Ukuran : 2/2
b. Reaksi terhadap cahaya : +/+

10. Aktivitas kejang


Tidak ada aktivitas kejang

11. Fungsi sensoris


a. Reaksi terhadap nyeri : nyeri tidak ada

12. Refleks
a. Refleks tendo dan superficial : Normal
b. Refleks patologis : Tidak ada

13. Kemampuan intelektual (tergantung tingkat perkembangan)


a. Perkembangan menulis dan menggambar : sudah bisa menggambar dan
menulis
b. Kemampuan membaca : Sudah bisa membaca

14. Pengkajian Gastrointestinal


a. Tugor kulit: Elastis
b. Membran mukosa: Mukosa lembab
c. Asupan dan haluaran: IVFD Nacl 0,9 % 1600 cc/hari

15. Abdomen
a. Nyeri : Tidak ada
b. Kekakuan: Tidak ada
c. Bising usus: Normal 8-10 x/menit
d. Muntah; jumlah, frekuensi dan karakteristiknya: Tidak ada muntah
e. Feses; jumlah, frekuensi dan karakteristiknya: 1 x/ hari, konsistensi
ampas, warna kuning jernih.

16. Pengakajian Renal Fungsi ginjal


a. Nyeri tekan pinggang atau suprapubik : Tidak ada
b. Disuria : Tidak ada
c. Pola berkemih : Sering setelah sakit, 10-11 x/hari,
d. Adanya acites : Tidak ada
e. Adanya edema scrotum, periorbital, tungkai bawah: Tidak ada

17. Karakteristik urine dan urinasi


a. Urine tampak bening atau keruh : Bening
b. Warna : Kuning jernih
c. Bau; ammonia, aseton : Bau khas urine
d. Berat jenis : 1.020
e. Menangis setelah berkemih : Tidak

18. Genitalia
a. Iritasi: Tidak ada
b. Secret: Tidak ada

19. Pengkajian Muskuloskletal Fungsi motorik kasar


a. Ukuran otot; adanya atropi atau hipertropi otot : Normal
b. Tonus otot; spatisitas, rentang gerak terbatas : Normal
c. Kekuatan : Normal
d. Gerakan abnormal : Tidak ada

20. Fungsi motorik halus


a. Manipulasi mainan : Belum
b. Menggambar : Pasien sudah bisa menggambar
21. Kontrol postur
a. Mempertahankan posisi tegak : Sudah mampu
b. Bergoyang-goyang : Sudah mampu

22. Persendian
a. Rentang gerak : Gerak sedikit terbatas karena adanya infus dan pasien
lemas
b. Kontraktur: Tidak ada
c. Adanya edema dan nyeri: Tidak ada
d. Tonjolan abnormal : Tidak ada

23. Tulang Belakang


a. Lengkung tulang belakang ; scoliosis, kifosis : Tidak ada kelainan
tulang belakang

24. Pengkajian Hematologi Kulit


a. Warna : Tidak anemis
b. Adanya ptekie, memar : Tidak ada
c. Perdarahan dari membrane mukosa atau dari luka suntikan atau fungsi
vena : Tidak ada

25. Abdomen
a. Pembesaran hati : Tidak ada
b. Pembesaran limpa : Tidak ada

26. Pengkajian Endokrin Status hidrasi


a. Poliuria : Ada
b. Polifagia : Ada
c. Polidipsi : Ada
d. Kulit kering : Tidak ada
27. Tampilan umum
a. Alam perasaan : Belum dapat dikaji
b. Iritabilitas : Tidak ada
c. Sakit kepala : Tidak ada
d. Gemetar: Tidak ada

28. Obat-obatan saat ini


1. IVFD Nacl 0,9 % 1600 cc/hari
2. Obat - obatan
Nama Obat Dosis Indikasi Kontradiksi Efek Samping
1. Cefixime 2x 5 ml Infeksi saluran Hipersensitif Sakit kepala
Syrup kemih, Otitis terhadap atau pusing,
media, radang penisilin, mual, muntah,
telinga. antibiotik beta sakit, kembung,
laktam apa pun. diare

2. Novorapid 3 x 3 iu Hipoglikemia Gangguan Hipoglikemia,


ginjal atau hati, reaksi alergi
gangguan
kelenjar tiroid
3. Levemir 1x 5 iu Diabetes Militus Gangguan Hipoglikemia,
ginjal atau hati, reaksi alergi
gangguan (anafilaksis)
kelenjar tiroid

29. Pemeriksaan Laboratorium


Tanggal 28 Juni 2022 Jam 20.00 ( RS Bhakti Mulia)

Jenis Pemeriksaan Nilai Normal Nilai Saat Ini Interpretasi

HEMATOLOGI
Hemoglobin 10,7 – 15,6 g/dL 15,2 g/dL Normal
Hematokrit 33 – 45 % 42 % Normal
Leukosit 4,5 – 13,5 103 µ/L 13,5 103 µ/L Normal
Trombosit 380 – 580 103 µ/L 526 103 µ/L Normal
- Basofil 0–1% 0% Normal
- Eosinofil 1–5% 0% Normal
- Batang 3–6% 2% Normal
- Segmen 50 – 70 % 52 % Normal
- Limposit 25 – 50 % 41 % Normal
- Monosit 1–6% 5% Normal

Glukosa Darah Sewaktu <180 mg/dL 478 mg/dL Hiperglikemia

SEROLOGI
Antigen coV2 Negatif Negatif Normal

(Antigen Covid 19)

Tanggal 30 Juni 2022 Jam 00.50

Jenis Pemeriksaan Nilai Normal Nilai Saat Ini Interpretasi

ELEKTROLIT
Natrium (Na) 132 – 145 mmol/L 134 mmol/L Normal
Kalium (K) 3,1 – 5,1 mmol/L 3,98 mmol/L Normal
Klorida (Cl) 96 – 111 mmol/L 104 mmol/L Normal
Kalsium (Ca) 8,8 – 10,8 mg/dL 9,1 mg/dL Normal

ASTRUB
Analisa Gas Darah
7,37 – 7,45 mmHg 7,21 mmHg Normal
- PH
33 – 44 mmHg 13,3 mmHg Hipercarbia
- PCO2
71 – 104 mmHg 123.00 mmHg Normal
- PO2
22 – 29 mmol/L 5,4 mmol/L Normal
- HCO3
23 – 27 mmol/L 5,8 mmol/L Normal
- T CO2
-2 – 3 mmol/L -19,7 mmol/L Normal
- BE
94-98 % 98,10 % Normal
- O2 Saturasi

URINALISA
Urine lengkap
Kuning Muda – Tua Kuning Normal
Mikroskopik
Jernih Agak Keruh Normal
- Warna
- Kejernihan
7,0 Netral 6,0 Asidosis
Kimia
1.005 – 1.030 1.020 Normal
- PH
Negatif Trace Tidak dinilai
- Berat jenis
Negatif +3 Hiperglikemi
- Protein
Negatif Negatif Normal
- Glukosa
0,1 – 1 0,2 Normal
- Bilirubin
Negatif +4 Hiperketonia
- Urobilinogen
Negatif Negatif Normal
- Keton
Negatif Negatif Normal
- Blood
Negatif Negatif Normal
- Leukositesterase
- Nitrit 1–6 2– 3 /LPB Normal
Sediment 0–1 1 – 3 /LPB Normal
- Leukosit Positif Positif /LPK Normal
- Eritrosit Negatif Negatif /LPK Normal
- Epitel Negatif Negatif /LPK Normal
- Silinder Negatif +1 /LPB Normal
- Kristal
- Bakteri

Kurve Gula Darah Harian


Tanggal BB Gula Darah Insulin Perawat Diet
30 Juni 22 19 kg Jam
10.00 = 234 7 iu Sr. D ML DM
20.08 = 105 3 iu Sr. N ML DM

2 Juli 22 19 kg Jam
06.00 = 307 4 iu Sr. A ML DM

11.00 = 431 7 iu Sr. A ML DM

16.00 = 475 7 iu Sr. V ML DM

19.00 = 103 3 iu Sr. V ML DM

21.00 = 188 5 iu Sr. V ML DM

3 Juli 22 19 kg
Jam
06.00 = 96 3 iu Sr. A ML DM

11.00 = 438 8 iu Sr. A ML DM

16.00 = 184 3 iu Sr. L ML DM

20.00 = 204 2 iu Sr. L ML DM

4 Juli 22 19 kg
Jam
2 iu Sr. I ML DM
05.00 = 224
5 Juli 22 19 kg
Jam
2 iu Sr. I ML DM
05.00 = 165

30. Ringkasan Riwayat Keperawatan


Pasien awalnya keluhan adalah sering minum, sering makan, sering
buang air kecil, kemudian pasien ada keluhan sakit saat berkemih. Karena
gangguan berkemih, orang tua berfikir kalau anaknya bermasalah karena
belum sunat, kemudian orang tua membawa anak ke klinik untuk sunat.
Saat di klinik oleh pihak klinik diraba ada benjolan di perut bagian bawah,
kemudian dari klinik di rujuk ke RS. Bhakti Mulia Jakarta. Di RS Bhakti
Mulia dilakukan cek darah dan didapatkan hasil GDS 478, dengan kondisi
lemas, kesadaran menurut sehingga pro PICU. Karena RS Bhakti Mulia
penuh maka pasien di rujuk ke RS Hermina Bekasi.
Kondisi saat datang di Hermina Bekasi pasien datang dengan
kondisi lemas, dan cenderung tidur, kemudian pasien di rawat di ruang
PICU RS Hermina Bekasi. Saat di PICU diberikan insulin maintenece dan
dilakukan pengecekan berkala, sampai kondisi baik dan gula darah
cenderung stabil sehingga pasien dipindahkan ke ruangan rawat inap
perawatan anak. Saat di ruangan perawatan kondisi semakin membaik dan
pada tanggal 6 Juli 2022.

B. ANALISA DATA
DATA MASALAH ETIOLOGI
Data Subjektif : Ketidakstabilan glukosa Disfungsi pankreas
Ibu mengatakan : darah (D 0027)
 anaknya lemas
 banyak makan
 banyak minum dan banyak
buang air kecil,
 berat badan turun 3 kg
(BB sehat 21 kg, BB saat
ini 19 kg)

Data Objektif :
Keadaan umum sedang
Kesadaran Compos mentis
GCS 15 (E4 M6 V5)
TTV :
SH : 36, 30 C
HR : 100 x/menit
RR : 25 x/menit
TD : 116/68 mmHg
Hasil Laboratorium :
Gula darah sewaktu :
478 (26/6/2022)
307 (2/7/2022 Jam 06.00)
96 (3/7/2022 Jam 06.00)
112 (4/7/2022 Jam 06.00)
383 (4/7/2022 Jam 11.00)
Gula darah 2 Jam post
puasa:
225 ( 4/7/2022 Jam 08.00)
247 (4/7/2022 Jam 13.00)
Urine lengkap :
Protein urine : Trace
Glukosa urine : +3
ASTRUB
Analisa Gas Darah
- PH : 7,21 mmHg
- PCO2 : 13,3 mmHg
- PO2 : 123.00 mmHg
- HCO3 : 5,4 mmol/L
- T CO2 : 5,8 mmol/L
- BE : -19,7 mmol/L
- O2 Saturasi : 98,1 %
Data Subjektif : Defisit nutrisi (D 0019) Peningkatan kebutuhan
Ibu mengatakan anaknya metabolisme
lemas, banyak makan, banyak
minum dan banyak buang air
kecil, berat badan turun 3 kg
(BB sehat 21 kg, BB saat ini
19 kg)
Data Objektif :
Keadaan umum sedang
Kesadaran compos mentis
Jenis kelamin klien laki – laki
BB 19 kg
TTV
Suhu : 36, 30 C
Nadi : 100 x/menit
Pernafasan : 25 x/menit
Tekanan Darah :
116/68 mmHg
Data Subjektif : Ansietas (D 0080) Kurang terpapar
Ibu mengatakan cemas informasi
dengan kondisi dan penyakit
anaknya
Data Objektif :
 Ibu tampak cemas
 Ibu klien berbicara
mengenai anaknya dengan
menitikkan air mata
 Ibu menanyakan tentang
penyakit anaknya
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Nama mahasiswa : Ani Suryani, Eddy Syuhud, Nursyamsia Dewi, Santa Maria, Reni Lumora, Ina Silpi
Nama klien (usia) : An. A Jenis Kelamin : Laki-laki
Tanggal pengkajian : 30 Juni 2022 Ruang praktek : R. Anak 441

Dx Perencanaan
No DS & DO
keperawatan Tujuan, kriteria evaluasi Intervensi Rasional
1 Data Subjektif : Ketidakstabilan Setelah dilakukan tindakan Managemen
Ibu mengatakan : gula darah b.d keperawatan ketidakstabilan gula Hiperglikemi (I.03115)
 anaknya lemas disfungsi darah selama 3 x 24 jam Observasi
pankreas (D (L.03022)  Identifikasi  Menentukan
 banyak makan
0027) kriteria hasil : kemungkinan program terapi
 banyak minum dan
 Kesadaran membaik penyebab selanjutnya
banyak buang air
kecil,  Kadar glukosa dalam urine hiperglikemia
 Mencari
 berat badan turun 3 kg membaik  Identifikasi situasi
penyebab untuk
(BB sehat 21 kg, BB  Perilaku membaik yang menyebabkan
menentukan
saat ini 19 kg)  Jumlah urine membaik kebutuhan insulin
terapi
 Pusing menurun meningkat (mis,
Data Objektif : penyakit kambuhan).
 Lesu menurun
Keadaan umum sedang  Mengumpulkan
 Berkeringat menurun  Monitor kadar glukosa
dan menganalisa
Kesadaran Compos  Mulut kering menurun darah. data
mentis  Kesulitan berbicara  Mengumpulkan
GCS 15 (E4 M6 V5) menurun  Monitor tanda dan dan menganalisa
TTV : gejala hiperglikemia data untuk
Suhu : 36, 30 C (mis, poliuria, pemantauan
Nadi : 100 x/menit polidipsia, polifagia,
Pernafasan : 25 x/menit kelemahan, malaise,
Tekanan Darah : 116/68 pandangan kabar, sakit
mmHg kepala).  Mengantisipasi

 Monitor Intake dan kekurangan


Hasil Laboratorium : Output Cairan. cairan
Gula darah sewaktu :  Mengantisipasi
478 (26/6/2022)  Monitor Keton urin, komplikasi dari
307 (2/7/2022 Jam 06.00) kadar Analisa gas hiperglikemia
96 (3/7/2022 Jam 06.00) darah, elektrolit,
112 (4/7/2022 Jam 06.00) tekanan darah
383 (4/7/2022 Jam 11.00) ortostatik dan frekuensi
Gula darah 2 Jam post nadi.
 Memenuhi
puasa: Terapeutik
kebutuhan cairan
225 ( 4/7/2022 Jam  Berikan asupan cairan
08.00) oral.
247 (4/7/2022 Jam 13.00)  Menentukan
Urine lengkap :  Konsultasi dengan terapi medis
Protein urine : Trace medis jika tanda dan
Glukosa urine : +3 gejala hiperglikemia
tetap ada atau
memburuk.  Memenuhi

 Fasilitasi ambulasi jika aktivitas harian

ada. pasien

Edukasi  Aktivitas berlebih

 Anjurkan menghindari dapat

olahraga saat kadar meningkatkan

glukosa darah lebih glukosa

dari 250 mg/dl.  Mengumpulkan

 Anjurkan monitor dan menganalisa

kadar glukosa darah data

secara mandiri.  Mencegah

 Anjurkan kepatuhan komplikasi

terhadap diet dan diabetes


olahraga.  Memberikan
 Ajarkan indikasi dan informasi adekuat
pentingnya pengujian
keton urine, jika perlu.  Memberikan
 Ajarkan pengelolaan infromasi untuk
diabetes (mis, pencegahan
penggunaan insulin, komplikasi
obat oral, monitor
asupan cairan,
penggantian
karbohidrat, dan
bantuan professional
Kesehatan).
 Menstabilkan
Kolaborasi
glukosa darah
 Kolaborasi pemberian
 Menurunkan
insulin, jika perlu.
viscositas darah
 Kolaborasi pemberian
cairan IV, jika perlu,
dan
2 Data Subjektif : Defisit Nutrisi Setelah dilakukan intervensi Managemen Nutrisi
Ibu mengatakan anaknya berhubungan keperawatan selama 3 x 24 jam (I.03119)
lemas, banyak makan, dengan diharapkan status nutrisi Observasi
banyak minum dan peningkatan membaik (L.09093)  Identifikasi status  Menentukan
banyak buang air kecil, metabolisme Kriteria hasil : nutrisi. program terapi
berat badan turun 3 kg (D0019)  Pengetahuan tentang pilihan  Identifikasi alergi dan  Menghindari
(BB sehat 21 kg, BB saat makanan minuman yang intolernsi makanan. reaksi
ini 19 kg) sehat. hipersensitif
Data Objektif :  Pengetahuan tentang standar  Identifikasi makanan  Meningkatkan
Keadaan umum sedang asupan nutrisi yang tepat. yang disukai. minat makan
Kesadaran compos  Penyiapan dan Penyimpanan  Identifikasi kebutuhan  Memenuhi
mentis minuman yang aman kalori dan jenis kebutuhan nutrisi
Jenis kelamin klien laki –  Sikap terhadap makanan atau nutrient. pasien
laki minuman sesuai dengan  Monitor asupan  Mengumpulkan
BB 19 kg tujuan Kesehatan. makanan. dan menganalisa
TTV  Diare menurun data
Suhu : 36, 30 C  Nafsu makan membaik  Monitor berat badan.  Mencatat
Nadi : 100 x/menit kemajuan
 Frekuensi makan membaik.
Pernafasan : 25 x/menit program
 Berat Badan dalam Batasan
Tekanan Darah : 116/68  Monitor hasil  Mencatat dan
normal.
mmHg pemeriksaan menganalisa data
 Frekuensi Makan terpenuhi.
 Nafsu makan terpenuhi. laboratorium.
 Bising usus dalam Batasan Terapeutik
normal.  Lakukan oral hygiene  Meningkatkan

sebelum makan, jika minat makan

perlu. pasien

 Fasilitasi menentukan  Diet yang

pedoman diet (mis, terpenuhi

piramida makanan). mempercepat


penyembuhan
 Sajikan makanan  Meningkatkan
secara menarik dan minat makan
suhu yang sesuai.
 Berikan makanan  Mencegah

tinggi serat untuk konstipasi

mencegah konstipasi.
 Menenuhi
 Berikan makanan
kebutuhan nutrisi
tinggi kalori dan tinggi
protein.  Meningkatkan
 Berikan suplemen daya tahan tubuh
makanan, jiak perlu.
Edukasi  Mencegah
 Ajurkan posisi duduk, aspirasi dan
jika mampu. distensi
 Diet yang sesuai
 Ajarkan diet yang mempercepat
diprogramkan. penyembuhan

Kolaborasi  Mencegah mual


 Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum
makan (mis, Pereda
nyeri, antiemetic), jika
perlu.  Menentukan
 Kolaborasi dengan program diet
ahli gizi untuk secara adekuat
menentukan jumlah
kalori dan jenis
nutrient yang
dibutuhkan jika perlu.
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama mahasiswa : Ani Suryani, Eddy Syuhud, Nursyamsia Dewi, Santa Maria, Reni Lumora, Ina Silpi
Nama klien (usia) : An. A Jenis Kelamin : Laki-laki
Tanggal pengkajian : 04 Juli 2022 Ruang praktek : R. Anak 441

No Diagnosa Implementasi Evaluasi (SOAP) Paraf


Waktu
keperawatan
1 Ketidakstabilan Senin, - Mengidentifikasi kemungkinan S : orang tua pasien mengatakan pasien
Glukosa dalam 04-07-22 penyebab hiperglikemi masih agak lemas, dan masih sering
darah (D.0027) 12.00 Respon : haus.
DS : orang tua pasien mengatakan O : Kadar glukosa darah hari ini 224
anaknya suka minum- mg/dL, mukosa bibir lembab,
minuman kemasan yang keringat dingin tidak ada.
manis seperti teh gelas dan A : Ketidakstabilan kadar glukosa darah
sejenisnya. Belum teratasi
DO : pasien tampak berbaring di P : Asuhan dilanjutkan dalam 2x24 jam,
13.30 tempat tidur dengan intervensi :
- Mengidentifikasi kemampuan pasien 1. Identifikasi kebiasaan pola
dan keluarga menerima informasi makan saat ini dan masa lalu
Respon : 2. Jelaskan tujuan kepatuhan diet
DS : orang tua pasien mengatakan terhadap kesehatan
setuju bila diberikan 3. Anjurkan kepatuhan terhadap
17.00 informasi medis apapun diet dan olahraga
DO : orang tua tampak kooperatif 4. Kolaborasi pemberian dosis
- Memonitor kadar glukosa darah Insulin dan mengajarkan
Respon : penggunaan insulin
18.00
DS :-
DO : GDS pagi ini 224 mg/dL
- Mengidentifikasi tingkat pengetahuan
saat ini
Respon :
DS : orang tua mengatakan sudah

Selasa, mencari-cari informasi dari

05-07-22 google

12.30 DO : orang tua pasien tampak


S : orang tua pasien mengatakan pasien
kooperatif
masih mulai aktif.
- Mengidentifikasi kebiasaan pola
O : Kadar glukosa darah hari ini 186
makan saat ini dan masa lalu
mg/dL, mukosa bibir lembab,
Respon :
keringat dingin tidak ada.
DS : orang tua pasien mengatakan
A : Ketidakstabilan kadar glukosa darah
13.15 anaknya suka minum- Belum teratasi
minuman kemasan yang P : Asuhan dilanjutkan dalam 1x24 jam,
manis seperti teh gelas dan dengan intervensi :
sejenisnya. 1. Identifikasi persepsi pasien dan
DO : pasien tampak kooperatif keluarga tentang diet yang
- Menjelaskan tujuan kepatuhan diet diprogramkan
15.30 terhadap kesehatan 2. Monitor tanda dan gejala
Respon : hiperglikemia
DS : orang tua pasien mengatakan 3. Monitor kadar glukosa darah
mengerti 4. Berikan asupan cairan oral
DO : orang tua pasien tampak 5. Monitor intake dan output cairan
kooperatif 6. Lakukan pemberian insulin
- Menganjurkan kepatuhan terhadap diet novorapid 4 iu sc
dan olahraga
16.00
Respon:
DS : Pasien mengatakan akan
mengikuti diet yang
dianjurkan dan mengikuti
terapi yang diajarkan
DO : Pasien tampak mendengarkan
anjuran perawat
17.30 - Berkolaborasi pemberian dosis Insulin
dan mengajarkan penggunaan insulin
Respon:
DS : Pasien belum mampu
Rabu,
melakukan penggunaan
06-07-22
insulin
DO : Insulin Novorapid masih
diberikan 4iu subcutan
S : orang tua pasien mengatakan pasien
- Memonitor gula darah pasien
masih mulai aktif dan tidak ada
Respon :
keluhan
DS :-
O : Kadar glukosa darah hari ini 110
DO : GDS 186 gr/dL
mg/dL, mukosa bibir lembab,
- Mengidentifikasi persepsi pasien dan
keringat dingin tidak ada.
keluarga tentang diet yang
A : Ketidakstabilan kadar glukosa darah
diprogramkan
teratasi
Respon :
P : Asuhan dihentikan
DS : Keluarga mengatakan
pasien
tidak sulit untuk mengikuti
program diet yang diberikan
DO : Saat ini pasien mengikuti
program diet yang diberikan
- Memonitor tanda dan gejala
hiperglikemia
Respon ;
DS : orang tua pasien mengatakan
sering pasien tidak sering
BAK lagi dan tidak sering
lapar lagi. Pasien juga sudah
aktif.
DO : pasien tampak berbaring di
tempat tidur
- Memonitor kadar glukosa darah
Respon:
DS :-
DO : Kadar glukosa darah pasien
110 mg/dL
- Memberikan asupan cairan oral
Respon:
DS : pasien mengatakan sudah
minum 4 gelas ± 880 ml
DO : pasien tampak sudah minum
air 2 gelas ± 480 ml
- Memonitor intake dan output cairan
Respon:
DS : Pasien mengatakan sering
ingin buang air kecil dan
sudah BAK 3 x dari tadi pagi
dan pasien minum dari pagi
sampai sekarang 5 gelas ±
1.100 ml
DO : Pasien tampak sering ke
kamar mandi dan tampak 5
gelas air habis di minum
- Melakukan pemberian insulin
novorapid 4 iu sc
Respon:
DS :-
DO : Insulin novorapid sudah
diberikan 4 iu sc
2 Defisit nutrisi - Mengidentifikasi kebutuhan kalori dan S : - Klien mengatakan makan sudah
jenis nutrient. baik (habis 1 porsi)
Respon : O : - Klien mengatakan mual dan
DS : orang tua pasien mengatakan muntah
pasien mau makan sesuai diet sudah tidak lagi
yang diberikan A : Risiko defisit nutrisi tidak terjadi
DO : pasien tampak menghabiskan P : Intervensi dihentikan.
makan ½ porsi
- Memonitor asupan makanan
Respon :
DS :
DO :
- Menyajikan makanan secara menarik
dan suhu yang sesuai.
Respon :
DS :
DO :
- Memberikan makanan sedikit demi
sedikit dengan kondisi hangat.
Respon :
DS :
DO :
- Memonitor berat badan
Respon :
DS :
DO :
Hasil : - Lakukan oral hygiene
sebelum makan
- Berikan makanan yang tinggi kalori
dan tinggi protein.
Respon :
DS :
DO :
- Melakukan kolaborasi pemberian
medikasi
Respon :
DS :
DO :
Hasil : Pemberian pengobatan
anlemetik di hentikan
1. 2. Mengidentifikasi kebutuhan kalori S : - Klien mengatakan nafsu makan baik
dan jenis nutrient O : - Klien mengatakan porsi makan
Respon : pasien mau makan sudah
3. Memonitor asupan makanan mulai baik
Respon : pasien mau makan ½ porsi A : Risiko defisit nutrisi tidak terjadi
4. Menyajikan makanan secara menarik P : Intervensi dihentikan.
dan suhu yang sesuai
Respon : pasien mengatakan jadi
ingin makan
5. Memberikan makanan sedikit-demi
sedikit dengan kondisi hangat
Respon : pasien mau makan
6. Memonitor berat badan
Respon : BB belum ada kenaikan
yang signifikan
7. Melakukan oral hygiene sebelum
makan, jika perlu
Respon : pasien mengatakan lebih
segar dan tidak ada mual
8. Memberikan makanan yang tinggi
kalori dan tinggi protein
Respon : pasien mau makan
BAB IV
PEMBAHASAN

Dalam pembahasan ini kelompok akan menguraikan tentang kesenjangan yang terjadi
antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus dalam asuhan keperawatan pada pasien An.
MA dengan diagnosa Diabetes Melitus Tipe 1 meliputi :
A. Pengkajian
Pada pengkajian tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kasus, semua tanda dan
gejala pada teori juga muncul pada kasus An. MA.

B. Diagnosa Keperawatan
Pada tinjauan kasus, kelompok mendapatkan tiga diagnosa muncul pada An. yaitu:
1. Ketidakseimbangan kadar gula darah
2. Ansietas
3. Risiko defisit nutrisi
Sedangkan pada tinjauan teori diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien
anak dengan diabetes melitus tipe 1, menurut Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2017)
adalah :
1. Ketidakseimbangan kadar gula darah
2. Hipovolemia
3. Nyeri akut
4. Kerusakan itegritas kulit
5. Intoleransi aktivitas
6. Risiko defisit nutrisi
Pada diagnosa keperawatan didapatkan kesenjangan antara fakta dan teori, pada
teori terdapat empat diagnosa yang tidak muncul yaitu hipovolemia, nyeri akut,
kerusakan integritas kulit, intoleransi aktivitas. Serta terdapat satu diagnosa yang
tidak sesuai dengan teori yaitu diagnosa ansietas.
C. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan disesuaikan dengan masalah yang dialami klien sehingga
kebutuhan klien dapat terpenuhi. Rencana asuhan keperawatan anak pada An. MA
diambil dalam tinjauan pustaka berdasarkan teori asuhan keperawatan An. MA
dengan diabetes melitus tipe 1 dengan masalah keperawatan ketidakstabilan kadar
gula dasar, ansietas, risiko defisit nutrisi.

D. Implementasi
Dalam pelaksanaan asuhan keperawatan penulis dapat melaksanakan rencana
keperawatan sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat dalam melaksanakan
tindakan keperawatan penulis mengacu pada tindakan yang telah ditentukan
sebelumnya dan disesuaikan dengan kondisi serta keperluan pasien.
Pada kasus ini semua rencana keperawatan yang disusun untuk ketiga diagnosa ini
dapat terlaksana.

E. Evaluasi
Tahap evaluasi adalah tahap akhir dan alat ukur untuk memulai keberhasilan
pemberian asuhan keperawatan, apakah tujuan keperawatan berhasil. Evaluasi
dilakukan sesuai dengan konsep.
Untuk tujuan ketiga diagnosa tersebut sudah teratasi sebagian dan akan dilanjutkan
proses keperawatan diruang perawatan untuk mengatasi masalah tersebut supaya
tujuan pasien teratasi. Hasil evaluasi pada tiga diagnosa teratasi pada hari ketiga
perawatan pasien yaitu tanggal 17 juni 2022

Anda mungkin juga menyukai