Anda di halaman 1dari 29

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN JUVENILE

DIABETES

KEPERAWATAN ANAK

(disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak dengan dosen
pengajar Dr. Iis Rahmawati, S.Kep., M.Kes).

Oleh

Kelompok TM 7 Kelas B 2017

Dhimas Anggi Septiansyah 172310101078

Evie Nurfitriani Dewi 172310101106

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS JEMBER

2019
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Angka kejadian diabetes di USA adalah sekitar 1 dari setiap 1500 anak
(pada anak usia 5 tahun) dan sekitar 1 dari setiap 350 anak (pada usia 18 tahun).
Puncak kejadian diabetes adalah pada usia 5-7 tahun serta pada masa awal pubertas
seorang anak. Laki-laki dan perempuan sama kejadiannya (Weinzemer SA, Magge
S, 2005).
Insiden tertinggi DM tipe 1 terjadi di Finlandia, Denmark serta di Swedia
yakni sekitar 30 kasus baru setiap tahun dari setiap 100.000 penduduk. Di Amerika
Serikat terjadi insiden 12-15/100 ribu penduduk/tahun, di Afrika 5/100.000
penduduk/tahun, di Asia Timur kurang dari 2/100 ribu penduduk/ tahun.
(Weinzemer SA, Magge S, 2005).
Di Indonesia insiden sampai saat ini belum diketahui. Namun dari data
registry nasional untuk penyakit DM pada anak dari UKK Endokrinologi anak PP
IDAI, terjadi peningkatan dari jumlah sekitar 200-an anak dengan DM pada tahun
2008 menjadi sekitar 580-an pasien pada tahun 2011. Data anak dengan DM di
subbagian endokrinologi anak IKA FK UNS/RSUD Dr. Moewardi Surakarta tahun
2008-2010 adalah sebanyak 11 penderita . DM dengan rincian 4 meninggal karena
KAD (semuanya DM tipe 1). Sedangkan 6 anak yang hidup sebagai penderita DM
terdiri dari 3 anak DM tipe 1 serta 4 anak DM tipe 2.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan penulisan laporan pendahuluan ini antara lain :
A. Tujuan Umum
Untuk memberikan pengetahuan, informasi, dan pemahaman mengenai,
asuhan keperawatan pada anak dengan DM type 1.
B. Tujuan khusus
1. Untuk mengetahui definisi juvenile diabetes
2. Untuk mengetahui klasifikasi juvenile diabetes
3. Untuk mengetahui Patofisiologi juvenile diabetes
4. Untuk mengetahui penatalaksanaan juvenile diabetes
5. Dapat menyusun asuhan keperawatan pada pasien juvenile diabetes
6. Untuk mengetahui pathway juvenile diabetes

1.3 Manfaat

Berdasarkan tujuan penulisan laporan pendahuluan juvenile diabetes, maka


penyusun berharap laporan ini bermanfaat baik secara langsung maupun tidak
langsung. Adapun manfaat penulisan laporan ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi Penulis
Dapat menambah dan mengembangkan wawasan khususnya tentang
juvenile diabetes atau diabetes tipe 1
2. Bagi Mahasiswa
Dapat menambah pengetahuan serta mengembangkan ilmu dengan
mengetahui gambaran umum serta asuhan keperawatan mengenai juvenile
diabetes
3. Bagi Pembaca
Dapat menjadi sumber referensi dan informasi supaya lebih mengetahui dan
mendalami gambaran umum tentang juvenile diabetes serta dapat
memudahkan deteksi dini dengan mengetahui ciri-cirinya
BAB 2 STUDI LITERATUR

2.1 Definisi

Diabetes melitus adalah suatu gangguan metabolisme yang melibatkan


insulin dan ditandai dengan meningkatnya kadar gula darah (glukosa) dalam tubuh.
Kondisi ini terjadi akibat adanya kelainan pada sekresi insulin, kerja insulin
maupun keduanya. Penurunan atau ketidakmampuan pancreas sebagai penghasil
insulin serta ketidakpekaan reseptor insulin menimbulkan gangguan metabolisme
lipid, karbohidrat dan protein yang dapat merangsang kondisi hiperglikemia. Oleh
karena itu diagnosis DM berdasarkan tingginya glukosa dalam plasma darah
(Firdaus, 2017).

Juvenile Diabetes (insulin dependent diabetes) atau sekarang lebih popular


dengan sebutan Diabetes tipe 1 umumnya sering diderita oleh anak-anak dimana
ketika pancreas tidak dapat atau kurang mampu menghasilkan hormone penting
(insulin) sehingga menyebabkan gula menumpuk dalam peredaran darah, anak
dengan diabetes ini memerlukan suntikan insulin teratur untuk mencukupi
kebutuhan insulin dalam tubuh.

Juvenile diabetes (DM 1) biasanya terjadi karena penyakit autoimun, yaitu


penyakit gangguan system imun atau kekebalan tubuh yang akhirnya merusak
pancreas. Penelitian lain juga menyebutkan bahwa kerusakan pancreas dapat
terjadi dari pengaruh genetic, infeksi virus dan malnutrisi (Tandra, 2017).

2.2 Klasifikasi

Menurut Sunarti, 2018 Diabetes Melitus tipe 1 dapat dibagi menjadi dua jenis
yaitu :
1) Diabetes mellitus tipe 1 yang diperantarai oleh faktor imunitas
DM tipe 1 jenis ini banyak ditemukan pada usia anak-anak dan
remaja yang dikenal sebagai DM yang tergantung insulin (Insulin dependent
Diabetes Mellitus/ IDDM). Kerusakan sel β pankreas akibat autoimun
menyebabkan produksi insulin oleh sel β pancreas menurun sehingga
penderita DM tipe ini memerlukan terapi insulin terus menerus. Penyebab
autoimun pada DM tipe 1 ini adalah paparan lingkungan tertentu pada
individu yang rentan secara genetik terkait dengan gen human leukocyte
antigen (HLA) tertentu yang mengkode sebagian besar protein
histocompatibility complex (MHC). Jenis HLA yang paling umum
ditemukan oleh penderita DM tipe 1 adalah HLA-DR3 dan DR4, dan HLA-
DQ.
2) Diabetes mellitus idiopatik

Jumlah penderita DM idiopatik ini tergolong sedikit dan sebagian besar


penderita DM jenis ini ditemukan pada orang keturunan Afrika atau Asia.
Penderita DM ini mengalami ketoasidosis dan menunjukkan penurunan
insulin. Diabetes mellitus idiopatik diwariskan dan tidak memiliki bukti yang
berkaitan dengan autoimun sel β pankreas.

2.3 Patofisiologi

DM Tipe 1 sering disebabkan oleh penyakit autoimun, infeksi virus maupun


secara genetic. Dimana hal ini akan mempengaruhi sel beta Langerhans dalam
memproduksi insulin yang mengakibatkan penurunan produksi bahkan terhentinya
produksi sehingga kebutuhan tubuh terhadap insulin tidak dapat terpenuhi. Insulin
berfungsi untuk menyerap glukosa dari aliran darah dengan menempelkan diri ke
sel-sel dan memberi sinyal sel untuk menyerap glukosa yang nantinya glukosa
tersebut menjadi energi untuk sel bekerja. Dengan menurunnya insulin akan
mengakibatkan pengurangan pemasukan glukosa ke dalam sel/jaringan otot dan
menjadikan sel kekurangan energi dalam melakukan tugasnya, maka disini tubuh
akan terus memproduksi glukosa melalui proses glikogenolisis dan
glikoneogenesis. Hal tersebut mengakibatkan jumlah gula dalam darah meningkat
(hiperglikemia). Bila hal ini terus berlangsung akan menyebabkan dieresis osmotic
disertai glucosuria. Akibatnya tubuh kehilangan kalori, elektrolit dan cairan, terjadi
dehidrasi (Putri, 2018).

Menurut ISPAD Clinical Practice Consensus Guidelines tahun 2009


perjalanan penyakit DM Tipe 1 melalui beberapa periode yaitu :

1. Periode pra-diabetes
Pada periode ini gejala-gejala klinis diabetes belum Nampak karena baru
ada proses destruksi sel beta pancreas. Karena destruksi ini sel beta pancreas
yang berkerja mulai berkurang dan ditandai dengan berkurangnya sekresi
insulin.
2. Periode manifestasi klinis diabetes
Pada periode ini, gejala klinis DM mulai muncul dan kerusakan sel beta
pancreas sudah terjadi sekitar 90%. Karena sekresi insulin yang berkurang
maka kadar gula darah meningkat. Kadar gula darah yang melebihi
180mg/dl akan menyebabkan diuresis osmotic. Keadaan ini menyebabkan
terjadinya pengeluaran cairan dan elektrolit melalui urin yang menyebabkan
penderita dehidrasi. Karena gula dalam darah tidak dapat masuk ke dalam
sel, maka penderita akan merasa lapar tetapi berat badan tidak bertambah
atau semakin kurus. Pada periode ini penderita perlu insulin dari luar agar
gula darah dapat masuk ke dalam sel
3. Periode honey-moon
Disebut juga fase remisi parsial yang sifatnya sementara. Pada periode ini,
sisa-sisa sel beta pancreas yang masih dapat bekerja akan bekerja optimal
sehingga diproduksi insulin dari tubuh sendiri. Pada periode ini juga
kebutuhan insulin dari luar akan berkurang hingga kurang dari 0,5 U/kg
berat badan/hari. Namun periode ini hanya dalam beberapa hari atau
beberapa bulan saja, dan tidak berlangsung menetap
4. Periode ketergantungan insulin menetap
Periode ini merupakan periode terakhir dari penderita DM. Pada periode ini
penderita akan membutuhkan insulin dari luar tubuh secara teratur seumur
hidup.

2.4 Etiologi

Faktor-faktor penunjang yang menyebabkan terjadinya penyakit Diabetes


Melitus antara lain:

1. Disebabkan oleh kerusakan sel beta pancreas karena defisiensi insulit


absolut yang diperantai system imun atau idiopatik
2. Kelainan pada sel beta pancreas, dari hilangnya fungsi sel beta pancreas
sampai dengan kegagalan dalam mensekresi insulin.
3. Riwayat keluarga atau genetic
4. Faktor Lingkungan

2.5 Penatalaksanaan

Menurut (Yati dan Tridjaja, 2017) ada beberapa penatalaksaan medis pada
diabetes mellitus tipe 1, diantaranya yaitu:
a. Edukasi
Dalam hal ini tim kesehatan akan mendampingi pasien dalam
melakukan diet nutrisi untuk penderita diabetes. Upaya edukasi dilakukan
guna untuk meningkatkan motivasi dari pasien agar memiliki perilaku hidup
sehat. Selain itu untuk mendukung usaha pasien dalam menghadapi
perjalanan penyakit yang di deritanya. Edukasi pada penyandang diabetes
meliputi pemantauan glukosa mandiri, perawatan kaki, ketaatan pengunaan
obat-obatan, berhenti merokok, meningkatkan aktifitas fisik, dan
mengurangi asupan kalori dan diet tinggi lemak
b. Terapi Gizi Medis
Terapi gizi medis yaitu merupakan suatu proses untuk mengatasi
masalah DM dengan cara menyeimbangkan kebutuhan makanan yang
seimbang dengan kondisi tubuh pasien, mengatur jadwal makan, jenis
makanan dan jumlahnya.
c. Latihan Jasmani/Olahraga
Bagi pasien dengan DM harus melakukan aktivitas fisik secara
teratur 3-4 kali dalam seminggu dengan durasi kurang lebih 30 menit.
d. Intervensi Farmakologis
Intervensi farmakologis ini juga penting dilakukan pada pasien DM,
selain dengan mengatur pola makan dan olahraga ada beberapa obat yang
dapat diberikan pada pasien DM. Misalnya yaitu obat yang memicu insulin.
Terdapat juga terapi insulin yang digunakan untuk mengontrol kadar gula
darah. Terapi insulin ini diberikan dengan cara menginjeksi penderita yang
kehilangan berat badan secara drastis. Jenis dari insulin ini diantara lain:
1. Insulin kerja cepat, yaitu regular insulin, cristalin zinz dan
semilente.
2. Insulin kerja sedang, yaitu NPH (Netral Protamine Hagerdon),
globinzinc, lente.
3. Insulin kerja lambat, yaitu PZI (Protamin Zinc Insulin).
4. Insulin basal analog, yaitu glargine dan detemir.
5. Insulin campuran, pada anak-anak dianjurkan untuk menginjeksi
2 kali insulin per hari paling tidak (Yati dan Tridjaja, 2017).
BAB 3 KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN JUVENILE
DIABETES

3.1 Pengkajian

Pengkajian dalam asuhan keperawatan dengan pasien juvenile diabetes


dimulai dari pengumpulan data dari pasien maupun keluarga untuk menunjang
diagnose. Data yang dikumpulkan meliputi: Identitas, riwayat kesehatan,
pengkajian Gordon, pemeriksaan fisik serta data laboratorium jika ada.

3.1.1 Identitas Pasien

Identitas pasien berupa nama, tanggal lahir, jenis kelamin, pendidikan, agama,
pekerjaan, alamat, tanggal masuk rumah sakit, dan nomor registrasi rumah sakit.

3.1.2 Riwayat Kesehatan

1. Diagnosa Medis

Penentuan jenis penyakit berdasrkan tanda dan gejala dengan pemeriksaan


medis maupun laboratorium sebelumnya misal DM Tipe 1

2. Keluhan Utama

Kebutuhan yang mendorong klien untuk masuk rumah sakit

Diagnosa yang mungkin timbul: klien mengeluh sering kesemutan, sering buang
air kecil (polyuria), mengeluh sering haus (polydipsia), mengeluh sering merasa
lapar (polifagia), merasa lemah, merasa pandangannya kabur, lemas, terjadi
penurunan berat badan, tonus otot menurun, adanya luka ganggren.

3. Riwayat penyakit sekarang

Penjelasan dari permulaan klien merasakan keluhan sampai dibawa ke rumah


sakit dan upaya apa saja yang telah dilakukan klien untuk mengatasi keluhannya.

4. Riwayat penyakit dahulu


Penyakit yang pernah diderita klien atau keadaan yang mungkin dapat
mempengaruhi munculnya penyakit DM Tipe 1 seperti obesitas, autoimun atau
penyakit di pancreas serta tindakan atau obat untuk mengatasinya.

5. Riwayat kesehatan keluarga

Adakah dari genogram keluarga yang menderita penyakit yang sama?

3.1.3 Pengkajian Gordon

1. Pola Persepsi Kesehatan dan Manajemen Kesehatan

Pendapat klien tentang penyakit DM 1, persepsi seberapa ringan/berat DM 1,


persepsi tentang tingkat kesembuhan, memeriksakan kesehatan secara rutin atau
tidak

2. Pola Nutrisi Metabolik

Polifagia (mudah lapar), polydipsia (sering haus), penurunan berat badan

3. Pola Eleminasi

Perubahan pola berkemih karena diuresis osmotic yang menyebabkan klien


poliuri (sering kencing)

4. Pola Aktivitas dan Latihan

Letih, lemah, sulit bergerak/berjalan, kram otot, tonus otot menurun dan luka
ganggren dapat menghambat aktivitas sehari-hari klien.

5. Pola Istirahat/tidur

Durasi dan kualitas tidur cenderung terganggu karena poliuri atau nyeri pada
bagian yang luka

6. Kognitif dan Persepsi

Tingkat nyeri (kualitas, intensitas, durasi, skala nyeri, penanganan nyeri) pada
luka DM atau mati rasa.

7. Persepsi dan Konsep Diri


Cenderung mengalami gangguan pada gambaran diri karena perubahan fungsi
ataupun struktur tubuh missal luka ganggren

8. Peran dan Hubungan

Ada gangguan dalam hubungan pertemanan atau hubungan dengan masyarakat


karena malu mengenai perubahan fungsi atau struktur tubuh missal luka
ganggren.

9. Seksualitas

Salah satu dari kompilkasi DM adalah angiopati pembuluh darah yang dapat
menyebabkan kegagalan ereksi yang menyebabkan pola seks terganggu

10. Koping

Perawatan yang lama dan terapi obat terus menerus menyebabkan klien merasa
putus asa, marah, cemas, dan lain lain

11. Nilai dan kepercayaan

Adanya penurunan kepercayaan kepada Tuhan karena diciptakan berbeda dari


orang lain selain itu adanya luka akan mengganggu proses ibadah.

3.1.4 Pemeriksaan fisik

1. Keadaan umum : Kondisi secara umum seperti tingkat kesadaran kualitatif


atau GCS dan respon verbal klien

2. Tanda-tanda vital :

a. Tekanan darah : Terkadang klien cenderung memiliki TD tinggi (normal


120/80 mmHg)

b. Nadi : 70 – 80 x/menit

c. Suhu : 36,6℃ - 37,4℃

d. Pernapasan : 16 – 24x/menit

3. Pemeriksaan fisik

a. Sistem Pernafasan
Tampak pernapasan cepat dan dalam, batuk dan sputum

b. Sistem kardiovaskuler

Perfusi jaringan menurun, peningkatan tekanan darah, aritmia, kardiomegalis

c. Sistem Neurologi

Terjadi penurunan sensoris, kekaburan atau retinopati, reflek lambat, kacau


mental, disorientasi

d. Sistem Urinari

Poliuri, retensio urine, rasa panas atau sakit saat berkemih

e. Sistem Gastrointestinal

Polifagia, polydipsia, mual, muntah, diare, penurunan berat badan

f. Sistem Muskuloskeletal

Kulit dan membrane mukosa kering, atropi otot, luka ganggren di ekstremitas,
tonus otot menurun.

4. Pemeriksaan Penunjang

a. Glukosa darah : meningkat 200-100mg/dL


b. Aseton plasma (keton) : positif
c. Asam lemak bebas : lipid dan kolesterol meningkat
d. Osmolalitas serum : Meningkat tetapi biasanya kurang dari 330mOsm/1
e. Hemoglobin glikosilat : Kadarnya meningkat 2-4 kali lipat dari normal
f. Trombosit darah : Hematokrit mungkin meningkat (dehidrasi);
leukositosis
g. Insulin darah : Mungkin menurun/ atau bahkan sampai tidak ada
h. Pemeriksaan fungsi tyroid : Peningkatan aktivitas hormone tiroid dapat
meningkatkan glukosa darah dan kebutuhan insulin
i. Urine : gula dan aseton positif
3.2 Pathway

Genetik/lingkungan/autoimun

Kerusakan sel beta pankreas

Defisiensi Insulin

Lipolysis , glikogenesis ,
glikoneogenesis

Hiperglikemi

Intake tidak adekuat Penyumbatan pembuluh darah Glukosa tidak dapat


(viskositosis) difiltrat glomerulus

Ketidakseimbangan
Oksigen
nutrisi kurang dari Glukosuria
kebutuhan tubuh
Hipoksia perifer Osmotic

Glukosa tidak
Ketidakefektifan perfusi jaringan Poliuria
sampai ke sel yang
perifer
lapar (starvisasi)
Dehidrasi
Polifagi

Kekurangan volume
Sel kurang energi
cairan

Ischemic Jaringan Nekrosis dan


Berat badan
gangren

Keletihan Kerusakan Integritas Jaringan


3.3 Diagnosa
a. Kerusakan Integritas jaringan b.d gangguan sirkulasi d.d jaringan rusak,
gangren
b. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d diabetes melitus d.d waktu
pengisian kapiler >3 detik, neuropati
c. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif d.d sering buang air
kecil dan sering merasa haus
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
ketidakmampuan mengabsorpsi nutrient d.d penurunan berat badan dengan
asupan makanan adekuat
e. Keletihan b.d kekurangan energi d.d mudah lelah saat aktifitas
3.4 Intervensi

Nama
Hari / Diagnosa
dan
NO. Tanggal Keperawata Tujuan dan Kriteria
Intervensi Keperawatan Rasional Para
/ Jam n Hasil
f
1 10 Domain 11. Setelah dilakukan asuhan 1. Untuk Ns.
Perawatan luka (3660)
September Aktivitas/Istiraha keperawatan selama 2x24 mengetahui EV
1. Monitor
2019 t. Kelas 2. jam Kerusakan Integritas karakteristik
karakteristik luka
Kode Diagnosis jaringan teratasi dengan luka agar tepat
termasuk drainase,
00044 Kriteria Hasil : dalam
warna, ukuran, dan
1. Kerusakan kulit penatalaksanaan
bau
Kerusakan dipertahankan pada 3 2. Agar ulkus
Integritas jaringan (sedang) ditingkatkan 2. Berikan perawatan segera sembuh
b.d gangguan ke 4 (ringan) ulkus pada kulit dan tidak
sirkulasi d.d 2. Nekrosis yang diperlukan memburuk
jaringan rusak, dipertahankan pada 3 3. Anjurkan pasien 3. Agar pasien dan
gangren (sedang) ditingkatkan dan keluarga pada keluarga
ke 4 (ringan) prosedur mengetahui
perawatan luka prosedur
perawatan luka
4. Anjurkan pasien
4. Agar pasien dan
dan keluarga untuk
keluarga
mengenal tanda-
memahami dan
tanda dan gejala
mengetahui
infeksi
tanda-tanda
5. Dokumentasikan
infeksi sehingga
lokasi luka, ukuran
cepat dalam
dan tampilan
penanganannya
6. Kolaborasikan 5. Selalu
dengan dokter dokumentasi
terkait kondisi untuk
pasien mengetahui
perkembangan
(luka) pasien
6. Agar pasien
juga dapat
tertangani
secara medis.
2 10 Domain 4. Setelah dilakukan asuhan Manajemen Sensasi 1. Untuk Ns.
September Aktivitas/Istiraha keperawatan selama 2x24 Perifer (2660) mengetahui EV
2019 t. Kelas 4. jam ketidakefektifan 1. Monitor sensasi kondisi sirkulasi
Kode Diagnosis perfusi jaringan perifer tumpul atau tajam perifer klien.
00204 teratasi dengan dan panas atau 2. Agar pasien
Kriteria Hasil : dingin (yang tidak mudah
1. Pengisian kapiler dirasakan pasien). terluka kare
Ketidakefektifan
jari kaki 2. Dorong pasien gangguan pada
perfusi jaringan
dipertahankan dari untuk menggunakan sirkulasi
perifer b.d diabetes
2 (Deviasi yang bagian tubuh yang perifernya.
melitus d.d
cukup besar dari tidak terganggu 3. Untuk
neuropati
kisaran normal) dalam rangka menghindari
ditingkatkan ke 3 mengetahui tempat terjadinya luka
(Devisiasi sedang dan permukaan pada kaki klien.
dari kisaran suatu benda. 4. Agar pasien
normal). 3. Dorong pasien mengetahui dan
2. Mati rasa menggunakan mengerti
dipertahankan dari sepatu dengan penyebab dari
2 (cukup berat) ukuran yang pas, perubahan pada
ditingkatkan ke 3 berhak pendek, dan tubuhnya
(sedang). berbahan lembut 5. Agar pasien dan
3. Aliran darah 4. Diskusikan atau keluarga
melalui pembuluh identifikasikan mengetahui
perifer penyebab sensasi pentingnya
dipertahankan pada abnormal atau perawatan kaki
2 (Deviasi yang perubahan sensasi khususnya
cukup besar dari yang terjadi untuk pasien
kisaran normal) dengan DM
5. Anjurkan
ditingkatkan ke 3
pasien/keluarga
(Deviasi sedang
mengenai
dari kisaran
pentingnya
normal).
perawatan kaki
3 10 Domain 2. Kelas Setelah dilakukan 1. Untuk Ns.
Manajemen Cairan
September 5. Hidrasi. Kode asuhan keperawatan memantau EV
(4120)
2019 Diagnosis 00027 selama 2 x 24 status hidrasi
1. Monitor status
Kekurangan volume kekurangan volume hidrasi (misalnya klien agar dalam
cairan b.d cairan teratasi dengan membrane mukosa rentang normal
kehilangan cairan Kriteria hasil : lembab, denyut 2. Untuk
aktif d.d sering 1. Turgor kulit nadi adekuat, dan mengetahui
buang air kecil dan dipertahankan pada 2 tekankan darah seberapa banyak
sering merasa haus (banyak terganggu) ortostatik asupan yang
ditingkatkan ke 4 masuk maupun
2. Jaga intake/asupan
(sedikit terganggu) keluar dari
yang akurat dan
2. Kelembapan tubuh klien
catat output
membrane mukosa 3. Agar klien dan
(pasien)
dipertahankan pada 2 keluarga tau dan
Manajemen
(banyak terganggu) mengerti alasan
Elektrolit/Cairan
ditingkatkan ke 4 tindakan yang
(2080)
(sedikit terganggu) dilakukan
3. Intake cairan 3. Intruksikan pasien 4. Untuk
dipertahankan pada 2 dan keluarga mengatasi
(banyak terganggu) mengenai alasan permasalah
ditingkatkan ke 4 untuk tindakan klien dengan
(sedikit terganggu) hidrasi, atau menggunakan
administrasi tindakan
elektrolit tambahan kolaborasi
seperti yang
ditunjukkan

4. Konsultasikan
dengan dokter jika
tanda dan gejala
ketidakseimbangan
cairan
dan/elektrolit
menetap atau
memburuk
4 10 Domain 2. Nutrisi. Setelah dilakukan asuhan Manajemen Nutrisi (1100) 1. Untuk Ns.
September Kelas 1. Makan. keperawatan selama 3x24 1. Monitor mengetahui EV
2019 Kode Diagnosis jam ketidakseimbangan kecenderungan kenaikan atau
00002 nutrisi akan teratasi terjadinya kenaikan penurunan berat
dengan dan penurunan berat badan klien
Ketidakseimbangan Kriteria Hasil : badan 2. Agar pasien
nutrisi kurang dari 1. Rasio berat 2. Instruksikan pasien mengetahui
kebutuhan tubuh b.d badan/tinggi badan mengenai kebutuhan tentang
ketidakmampuan dipertahankan pada 2 nutrisi (membahas pemenuhan
mengabsorpsi (banyak menimpang pedoman diet dan kebutuhan
nutrient d.d dari rentang normal) piramida makanan). nutrisi dan diet
penurunan berat ditingkatkan ke 4 3. Atur diet yang yang sesuai
badan dengan (cukup menyimpang diperlukan 3. Agar makanan
asupan makanan dari rentang normal). Terapi Nutrisi (1120) yang
adekuat 2. Diet yang dianjurkan 4. Ajarkan pasien dan dikonsumsi
dipertahankan pada 2 keluarga mengenai sesuai dengan
(pengetahuan terbatas) diet yang dianjurkan jumlah
ditingkatkat ke 4 5. Kolaborasikan dengan kebutuhan
(pengetahuan banyak) ahli gizi mengenai tubuh
jumlah kalori dan tipe 4. Agar pasien dan
nutrisi yang keluarga tau dan
diperlukan untuk memahami diet
memenuhi kebutuhan. sesuai arahan
yang ditentukan
sekaligus
membiasakan
aspek
kemandirian
5. Dengan
kolaborasi ahli
gizi
dimaksudkan
agar status gizi
pasien kembali
terpenuhi dan
tetap terkontrol.
5 10 Domain 4. Setelah dilakukan asuhanManajemen Energi (0180) 1. Untuk Ns.
September Aktivitas/istirahat. keperawatan selama 3 x 24 1. Monitor mengetahui EV
2019 Kelas 3. jam keletihan teratasii intake/asupan diet nutrisi
Keseimbangan dengan nutrisi untuk yang sesuai
Energi. Kode Kriteria Hasil : mengetahui sebagai sumber
Diagnosis 00093 1. Glokosa darah sumber energi energi yang
dipertahankan yang adekuat adekuat
pada 2 (Deviasi 2. Monitor/catat 2. Untuk
Keletihan b.d
yang cukup besar waktu dan lama mengetahui
kekurangan energi
dari kisaran istirahat/tidur berapa lama
d.d mudah lelah saat
norma) pasien pasien dan
aktivitas
ditingkatkan ke 3 3. Bantu pasien bagaimana
(deviasi sedang memprioritaskan kualitas tidur
dari kisaran kegiatan untuk klien
normal) mengakomodasi 3. Agar klien
2. Menyeimbangkan energi yang dapat
aktivitas dan diperlukan memenejemen
istirahat 4. Ajarkan pasien dan energi
dipertahankan keluarga mengenai sehingga
dari 2 (jarang pengelolaan energi tidak
menunjukkan) kegiatan dan terbuang sia-
ditingkatkan ke 3 teknik manajemen sia
(kadang-kadang waktu untuk 4. Agar klien
menunjukkan) mencegah dapat
kelelahan mengetahui
5. Konsulkan dengan cara mengelola
ahli gizi mengenai dan
cara meningkatkan memenejemen
asupan energi dari waktu
makanan sehingga dapat
meminimalkan
kelelahan
5. Dengan
kolaborasi
diharapkan
nutrisi yang
akan
dikonsumsi
klien dapat
digunakan
sebagai
peningkatan
energi.
BAB 4 PENUTUP

4.1 Kesimpulan dan Saran

Juvenile Diabetes (insulin dependent diabetes) atau Diabetes tipe 1 yang


biasanya terjadi karena penyakit autoimun dimana kekebalan tubuh merusak
pankreas sehingga pancreas kurang atau tidak dapat menghasilkan insulin. DM
Tipe 1 ini umumnya diketahui ketika masih anak-anak dengan usia kurang dari
15 tahun. Karena keterbatasan insulin tadi menjadikan anak harus secara rutin
mengkonsumsi insulin agar gula dalam darah dapat terkontrol dan tidak
menimbulkan komplikasi serius.

Orang tua terkadang akan kebingungan ketika anak mereka didiagnosa


dengan DM Tipe 1. Oleh karena itu penting bagi perawat untuk memberikan
edukasi kepada orang tua atau anak ketika anak sudah cukup dewasa untuk
mengerti terutama dalam pemberian suntikan insulin, menghitung karbohidrat
dan memonitor kadar gula darah karena DM Tipe 1 membutuhkan perawatan
yang konsisten.

4.2 Rekomendasi Isu Menarik

DM Tipe 1 merupakan salah satu penyakit yang dapat terjadi pada anak-anak
atau remaja. DM neyebabkan kerusakan pada pancreas. Kerusakan tersebut
akan menyebabkan penurunan atau tidak dapat menghasilkan insulin sama
sekali yang artinya glukosa tidak dapat masuk dalam sel, sehingga
menyebabkan hiperglikemi yang berujung resiko komplikasi. Oleh karenanya
dibutuhkan monitoring secara intensif oleh penderita untuk dapat mengatur
sendiri kadar glukosa. Dalam perkembangan teknologi, remaja merupakan
kelompok konsumen terbesar dri inovasi-inovasi teknologi. Dengan alasan
tersebut dikembangkanlah aplikasi/software yang bertujuan untuk memonitor
kadar glukosa yang dapat digunakan secara mudah dan mandiri oleh remaja.
MHealt merupakan sebuah pengembangan aplikasi yang bertujuan untuk
memonitor kadar glukosa dalam darah, dimana pada pengembangannya
memperhatikan empat hal yaitu kecepatan, otomatis transfer data dari
glucometer dengan menggunakan adaptor, intervensi yang cepat ketika timbul
kelemahan serta kebutuhan untuk saling berbagi informasi (Khasanah dan
Fajri, 2016).
DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Association. 2012. Standart Of Medical Care in Diabetes


Melitus.Diabetes Care. 34. SWHO,1999

Bulechek, G.M., dkk. 2016. Nursing Interventions Classification (NIC). 6th


Edition. Oxford: Elsevier Inc. Terjemahan oleh Nurjannah, I. dan R.D,
Tumanggor. Nursing Interventions Classification (NIC). Edisi keenam.
Yogyakarta: Mocomedia

Craig M, Hattersley A, Donaghue K. 2009. Diabetes in Childhood and


Adolescence. ISPAD.

Firdaus, M. 2017. Diabetes dan Rumput Laut. Malang: UB Press

Herdman, T. Heather. 2015. NANDA International Inc. Nursing Diagnoses:


Definitions & Classifications 2015-2017. 10th Edition. Terjemahan oleh
Kelliat, Budi Anna, dkk. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi
2015-2017 .Edisi 10. Jakarta EGC

Khasanah, N. P. dan Fajri, N. 2016. Pengembangan Aplikasi mhealth (Mobil


Health) untuk Remaja dengan Diabetes Melitus Tipe 1. ResearhGate.
https://www.researchgate.net/publication/296699270_PENGEMBANGA
N_APLIKASI_mHEALTH_MOBILE_HEALTH_UNTUK_REMAJA_D
ENGAN_DIABETES_MELITUS_TIPE_1 [Diakses pada tanggal 22
September 2019].
Moorhead, Sue., dkk. 2016. Nursing Outcomes Classification (NOC). 5th
Edition. Oxford: Elsevier Inc. Terjemahan oleh Nurjannah, I. dan R.D,
Tumanggor. Nursing Outcomes Classification (NOC). Edisi kelima.
Yogyakarta: Mocomedia

Putri, K. 2018. Gambaran Klinis dan Laboratoris serta Gambaran Pengetahuan


Orang Tua terhadap Penderita Diabetes Melitus Tipe 1 Anak di RSUP
Haji Adam Malik Medan. Skripsi. Medan: Universitas Sumatera Utara.

Sunarti. 2018. Serat Pangan dalam Penanganan Sindrom Metabolik. Yogyakarta


: Gadjah Mada University Press.
Tandra, Hans. 2017. Segala Sesuatu yang Harus Anda Ketahui tentang Diabetes.
Jakarta: Gramedia Pusat Utama.

Trijayanto, P. A. 2016. Hubungan Riwayat Garis Keturunan dengan Waktu


Terdiagnosis Diabetes Melitus di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo
Purwokerto. Skripsi. Purwokerto: Universitas Muhammadiyah
Purwokerto.

Weinzimer SA, Magge S. 2005. Type 1 diabetes mellitius in children. Dalam:


Moshang T Jr. Pediatric Endrocrinology. Philadelphia: Moshy Inc, 13-18.

Yati, N. P., dan B. Tridjaja. 2017. Diagnosis dan Tata Laksana Diabetes Melitus
Tipe 1 pada Anak dan Remaja. Jakarta: IDAI.

Anda mungkin juga menyukai