Anda di halaman 1dari 13

PROPOSAL PENELITIAN

PENGGUNAAN OBAT ANTIDIABETES PADA ANAK-ANAK DAN


IBU HAMIL

Disusun untuk memenuhi tugas Ujian Akhir Semester

Mata Kuliah : Bahasa Indonesia

Dosen Pengampu : Deni Chandra, S.Pd., M.Pd.

Disusun Oleh:

Nama: Tazki Nurul Ilahiah

NIM : 2204010141

Kelas : Farmasi C

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS PERJUANGAN TASIKMALAYA

TAHUN 2022/2023

1
BAB I

Pendahuluan

A. Latar belakang

Diabetes Mellitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada


seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula
(glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif
(Suyono, 1995). DM merupakan penyakit yang menjadi masalah pada
kesehatan masyarakat. Oleh karena itu DM tercantum dalam urutan keempat
prioritas penelitian nasional untuk penyakit degeneratif setelah penyakit
kardiovaskuler, serebrovaskuler, rheumatik dan katarak (Tjokroprawiro,
2001).

Gejala DM adalah sering lapar , sering haus, sering kencing di malam


hari, berat badan mula-mula naik lalu turun (Konsensus Perkeni, 2006).
Sekitar 50% dari penderita DM tidak mempunyai keluhan, maka satu-
satunya cara untuk mendeteksi mereka adalah dengan melakukan skrining
(John Adam, 2007).

Diabetes adalah salah satu diantara penyakit tidak menular yang akan
meningkat jumlahnya dimasa mendatang. Diabetes merupakan salah satu
ancaman utama bagi kesehatan umat manusia abad 21. WHO membuat
perkiraan bahwa pada tahun 2000 jumlah pengidap diabetes diatas umur 20
tahun berjumlah 150 juta orang dan dalam kurun waktu 25 tahun kemudian,
pada tahun 2025 jumlah itu akan membengkak menjadi 300 juta orang
(Suyono, 2006). Diabetes mellitus tipe II merupakan tipe diabetes yang lebih
umum, lebih banyak penderitanya dibandingkan Diabetes Mellitus tipe I.
Penderita diabetes mellitus tipe II mencapai 90-95 % dari keseluruhan
populasi penderita DM (Anonim, 2005). Diabetes melitus gestasional terjadi
sekitar 16,1% dari semua kehamilan di Dunia (IDF, 2015). Prevalensi

2
prediabetes di Indonesia pada tahun 2007 sebesar 10% sedangkan prevalensi
diabetes melitus gestasional di Indonesia sebesar 1,9%-3,6% pada kehamilan
umumnya (Soewardono dan Pramono, 2011).

Diabetes Mellitus Gestasional (Diabetes Kehamilan). Diabetes


Mellitus Gestasional melibatkan suatu kombinasi dari kemampuan reaksi
dan pengeluaran hormon insulin yang tidak cukup, yang meniru DM Tipe-2.
Jenis Diabetes ini terjadi selama kehamilan dan bisa juga meningkat atau
lenyap. Meskipun kejadiannya sementara, namun Diabetes jenis ini bisa
merusak kesehatan janin dan ibu.

Gestasional Diabetes Mellitus (GDM) terjadi sekitar 2-5 % dari semua


kehamilan. Diabetes ini sifatnya sementara dan harus ditangani dengan baik,
karena jika tidak, bisa menyebabkan masalah dalam kehamilan seperti
makrosomia, cacat janin, penyakit jantung sejak lahir, gangguan pada sistem
saraf pusat, dan juga cacat otot. Bahkan ada dugaan bahwa
hiperbillirubinemia juga diakibatkan oleh binasanya sel darah merah akibat
dari meningkatnya gula dalam darah. Bahkan dalam kasus yang parah hal ini
bisa mengakibatkan kematian. Karena itulah, maka harus mendapat
pengawasan medis yang seksama selama kehamilan.

Pada ibu hamil dengan riwayat keluarga diabetes melitus, prevalensi


diabetes gestasional sebesar 5,1% (Maryunani, 2008). Berdasarkan hasil
studi pendahuluan di Poli Kandungan RS dr. Soepraoen Malang bulan
Januari 2016 – Januari 2017 didapatkan data angka ibu hamil yang beresiko
Diabetes Melitus Gestasional berjumlah 87 dengan kejadian Riwayat
Obstetri mencurigakan yaitu meliputi Riwayat melahirkan bayi besar (>
4000 gr), Riwayat abortus spontan, Riwayat bayi melahirkan bayi mati yang
tidak di ketahui penyebabnya, riwayat preeklamsia/eklamsi, polihidramnion
kemudian di total hasil nya 74 dan kejadian 2 Riwayat Medis mencurigakan

3
yaitu meliputi usia ibu hamil > 17 tahun, Riwayat DM sebelumnya, Riwayat
DM dalam keluarga, riwayat kenaikan BB, riwayat Infeksi total hasil 13.

Seringkali DM dianggap sebagai penyakit orang dewasa. Namun


demikian, DM juga dapat terjadi pada anak-anak dan remaja, khususnya DM
tipe-1. Meskipun kasus DM tipe-1 yang paling banyak pada anak, terdapat
kecenderungan peningkatan kasus DM tipe-2 pada anak dengan faktor risiko
obesitas, genetik dan etnik, serta riwayat DM tipe-2 di keluarga. Data Ikatan
Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyatakan angka kejadian DM pada anak
usia 0-18 tahun mengalami peningkatan sebesar 700% selama jangka
waktu 10 tahun. Jumlah kasus baru DM tipe-1 dan tipe-2 berbeda antar
populasi dengan distribusi usia dan etnik yang bervariasi. Sejak September
2009 hingga September 2018 terdapat 1213 kasus DM tipe-1, paling banyak
didapatkan di kota-kota besar seperti DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur,
dan Sumatera Selatan. Pengumpulan data jumlah kasus DM tipe-2 pada anak
masih belum secara luas dilakukan. Jumlah pasien dengan DM tipe-2 di
Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo tercatat 5 pasien sejak tahun 2014
sampai 2018.

Berdasarkan angka kejadian Diabetes Melitus Gestasional cukup


tinggi maka perlu dilakukan usaha-usaha untuk mencegah terjadinya
penyakit Diabetes Melitus Gestasional berupa Melakukan pengecekan
kondisi fisik dan kandungan gula dalam darah, melakukan pemantauan
dengan frekuensi yang lebih sering, dan menjaga pola makan dan asupan
kalori. Dan karena penyakit Diabetes Melitus Gestasional ini belum ada
pencegahan dan pemeriksaan lebih lanjut.

Usaha untuk menjaga agar gula darah tetap mendekati normal juga
bergantung pada motivasi serta pengetahuan klien terhadap penyakitnya.
Pengetahuan orang erat kaitannya dengan perilaku yang akan diambilnya,

4
karena dengan pengetahuannya tersebut klien memiliki alasan dan landasan
untuk menentukan suatu pilihan (Waspadji, 2007).

Menurut Waspadji, dalam Abarwati (2007) menyatakan bahwa


modalitas utama dalam penatalaksanaan Diabetes Mellitus terdiri dari terapi
non farmakologis yang meliputi perubahan gaya hidup dengan melakukan
pengaturan pola makan yang dikenal dengan terapi gizi medis,
meningkatkan aktivitas jasmani, dan edukasi berbagai masalah yang
berkaitan dengan penyakit diabetes mellitus yang dilakukan secara terus
menerus. Dengan demikian semakin banyak dan semakin baik klien
mengerti tentang penyakitnya, maka semakin mengerti pula bagaimana
harus mengubah perilakunya dan mengapa hal itu perlu dilakukan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Diabetes Mellitus?
2. Apa saja faktor penyebab diabetes yang menyerang pada anak-anak dan
ibu hamil?
3. Apa saja gejala yang muncul pada pasien penderita diabetes mellitus?
4. Bagaimana ketepatan pemilihan obat pada pasien Diabetes Mellitus?
C. Tujuan Penelitian
1. Menjelaskan apa yang dimaksud dengan obat anti diabetes.
2. Menjelaskan faktor apa saja yang menyebabkan penyakit diabetes pada
anak-anak dan ibu hamil?
3. Menjelaskan bagaimana penggunaan obat anti diabetes pada anak-anak
dan ibu hamil yang terkena diabetes?
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teori

Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi dan ilmu


pengetahuan mengenai obat antidiabetes yang diberikan kepada anak-anak
dan ibu hamil.

5
2. Manfaat Praktik

Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi atau pengetahuan


kepada responden, sehingga responden mampu mencegah terjadinya penyakit
Diabetes pada anak-anak dan ibu hamil.

6
BAB II
Tinjauan Pustaka
1. Landasan Teori
A. Diabetes Mellitus

Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit pengganggu metabolik


menahun akibat pankreas tidak memproduksi cukup insulin atau tubuh tidak
dapat menggunakan insulin yang diproduksi secara efektif sehingga terjadi
peningkatan konsentrasi glukosa didalam darah (Kemenkes RI, 2014).

Diabetes Melitus (DM) adalah kelainan endokrin yang ditandai dengan


hiperglikemia akibat defisiensi insulin (Sobrevia et al., 2013). DM
diklasifikasikan menjadi 4 tipe oleh American Diabetes Association (ADA,
2010) yang pertama DM tipe 1 yang terjadi karena rusaknya sel beta pankreas
dan gangguan sistem imun, DM tipe 2 disebabkan karena resistensi insulin,
DM tipe lain terjadi karena kelainan genetik baik pada kerja insulin maupun
sel beta selain itu juga dikarenakan penyakit endrokinopati pankreas karena
obat/ zat kimia infeksi, yang terakhir Diabetes Mellitus Gestasional (DMG)
yaitu intoleransi glukosa yang terjadi selama kehamilan berlangsung .
Diabetes Mellitus Gestasional (DMG) adalah penyakit yang terjadi selama
kehamilan ditandai dengan peningkatan kadar glukosa (hiperglikemia) dan
dapat menyebabkan makrosomia, hipoglikemia janin, kebutuhan perawatan
intensif neonatal dan kematian neonatal (Sobrevia et al., 2013).

Sedangkan menurut 10 Persatuan Endokrinologi Indonesia


(PERKENI, 2015) Diabetes Mellitus Gestasional (DMG) adalah suatu
kumpulan gejala yang timbul pada seseorang ibu hamil yang disebabkan oleh
karena adanya peningkatan kadar glukosa darah akibat penurunan sekresi
insulin yang progresif. Wanita dengan diabetes gestational memiliki
peningkatan risiko komplikasi selama kehamilan dan saat melahirkan, serta
memiliki risiko diabetes tipe 2 yang lebih tinggi di masa depan (IDF, 2014).

7
B. Faktor Penyebab Diabetes Mellitus Gestasional
a. Pada Ibu Hamil

Menurut Damayanti wanita yang sedang hamil terjadi


ketidakseimbangan hormonal, progesteron tinggi, sehingga meningkatkan
sistem kerja tubuh untuk merangsang sel-sel berkembang (termasuk pada
janin), tubuh akan mamberikan sinyal lapar dan pada puncaknya
menyebabkan sistem metabolisme tubuh tidak bisa menerima langsung
asupan kalori dan menggunakannya secara total sehingga terjadi peningkatan
kadar gula darah saat kehamilan.

Faktor yang menyebabkan terjadinya resistensi insulin selama


kehamilan antara lain perubahan hormon pertumbuhan, hormon antagonis
insulin yang berlebihan, sekresi laktogen plasenta (yang diproduksi oleh
plasenta dan mempengaruhi asam lemak dan metabolisme glukosa,
meningkatkan lipolisis, dan mengurangi pengambilan glukosa), dan sekresi
insulinase (yang diproduksi oleh plasenta dan memfasilitasi metabolisme
insulin) (Gilmartin et al 2009).

Pada trimester kedua dan ketiga selama kehamilan berlangsung,


pertumbuhan dan perkembangan janin membutuhkan lebih banyak glukosa
sehingga resistensi insulin terjadi karena efek desentisisasi insulin dari
hormon plasenta dan jaringan adiposa ibu. Fungsi insulin untuk menstransfer
glukosa darah kedalam sel terhambat oleh hormon plasenta dan jaringan
adiposa. Hal ini menyebabkan akumulasi kadar glukosa darah tinggi dalam
aliran darah.

Sel beta pankreas mengkompensasi resistensi insulin dengan


meningkatkan produksi insulin, akan tetapi pada kasus diabetes mellitus
gestasional sel beta pankreas tidak mampu mengimbangi resistensi insulin
sehingga terjadi peningkatan kadar glukosa darah atau hiperglikemia.
Diabetes mellitus yang tidak terkontrol selama kehamilan mengakibatkan

8
peningkatan resiko keguguran pada trimester pertama, kelainan bawaan
khususnya kelainan jantung dan kelainan susunan syaraf pusat, peningkatan
kematian janin, persalinan prematur, preeklamsia, ketoasidosis,
polihidramnion, makrosomia, trauma persalinan khususnya kerusakan nervus
brakhialis, terlambatnya pematangan paru, Respiratory Distress Syndrome
(RDS), ikterus, hipoglikemia, hipokalsemia, dan peningkatan kematian
perinatal (Pudjo, 2017).

b. Pada Anak-anak

Biasanya, penyebab diabetes pada anak adalah karena faktor


keturunan ataupun adanya gangguan fungsi pankreas. “80% anak – anak
adalah pengidap diabetes tipe 1.”

Diabetes tipe 1 adalah tipe diabetes yang yang lebih sering terjadi pada
anak-anak dan remaja. Namun diabetes tipe 1 juga terkadang bisa menyerang
bayi, balita, dan orang dewasa. Diabetes tipe 1 terjadi akibat kelainan
autoimun, di mana sistem kekebalan tubuh anak merusak atau menghancurkan
pankreasnya sendiri, sehingga fungsi pankreas menjadi terganggu. Akibatnya,
anak yang menderita diabetes tipe 1 hanya menghasilkan sedikit atau bahkan
tidak menghasilkan hormon insulin sama sekali. Kondisi ini bisa
menyebabkan kadar gula darah meningkat dan lama kelamaan merusak organ
serta jaringan tubuh.

Hingga saat ini, penyebab pasti terjadinya diabetes tipe 1 pada anak
belum diketahui. Namun, seorang anak bisa rentan terkena diabetes tipe1
apabila ia memiliki faktor risiko berikut:

 Genetik atau keturunan, misalnya memiliki riwayat diabetes tipe 1 dalam


keluarga.
 Riwayat infeksi virus.

9
 Pola makan kurang sehat, misalnya sering mengonsumsi makanan atau
minuman yang manis, misalnya permen, es krim, jus buah kemasan, atau buah
kering.

C. Gejala dan Tanda-Tanda Awal DM

Gejala diabetes melitus muncul secara perlahan-lahan sampai menjadi


gangguan yang jelas, yaitu:

1) Penurunan berat badan (BB).


2) Cepat lelah, kehilangan tenaga, dan merasa tidak fit.
3) Sering buang air kecil.
4) Terus-menerus lapar dan haus.
5) Kelehan yang berkepanjangan dan tidak ada penyebabnya.
6) Mudah sakit yang berkepanjangan.
7) Gangguan saraf tepi/ kesemutan.
8) Gangguan penglihatan.
9) Gatal/ bisul.
10) Luka yang lama sembuh.
11) Keputihan pada Wanita.
12) Impotensi pada pria. (Biasanya terjadi pada mereka yang berusia diatas 40).

D. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Penyakit Diabetes Melitus (DM)


1. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi
a) Usia/Umur > 45 tahun

Menurut Depkes (2007) umur adalah Masa hidup responden dalam tahun
dengan pembulatan ke bawah atau umur pada waktu ulang tahun yang terakhir. Umur
adalah variabel yang selalu diperhatikan di dalam penyelidikan-penyelidikan
epidemiologi. Angka-angka kesakitan maupun kematian di dalam hampir semua
keadaan menunjukkan hubungan dengan umur. Umumnya manusia mengalami
perubahan fisiologis yang secara drastis menurun dengan cepat setelah usia 40 tahun.

10
Diabetes sering muncul setelah seseorang memasuki usia rawan tersebut, terutama
setelah usia 45 tahun pada mereka yang berat badannya berlebih, sehingga tubuhnya
tidak peka lagi terhadap insulin.

Menurut Waspadji tahun 2008 dibandingkan dengan usia yang lebih muda, usia
lanjut mengalami peningkatan produksi insulin glukosa dari hati (hepatic glucose
production), cenderung mengalami resistensi insulin, dan gangguan sekresi insulin
akibat penuaan dan apoptosis sel beta pankreas. Bagi usia lanjut dengan indeks massa
tubuh normal, gangguan lebih banyak pada sekresi insulin di sel beta pankreas,
sementara pada usia lanjut dengan obesitas, gangguan lebih banyak pada resistensi
insulin di jaringan perifer seperti sel otot, sel hati, dan sel lemak (adiposit).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Bener dkk pada tahun 2007-2008
mengenai Prevalence of Diagnosed and Undiagnosed Diabetes Mellitus and Its Risk
Factors in a Population-Based Study of Qatar pada populasi orang dewasa di Qatar
menyatakan bahwa kasus DM lebih tinggi ditemukan pada usia 40-49 tahun sebesar
31.2%. Menurut Harding et al dalam jurnal penelitiannya tentang Diet Lemak dan
Risiko Klinik Pada Diabetes Tipe 2, bahwa umur mempunyai hubungan yang
signifikan dengan kejadian DM tipe 2 dan memberikan risiko kejadian DM tipe 2
sebesar 0. 84 kali.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Adi, dkk dalam Buletin Kesihatan
Masyarakat tentang Prevalens Diabetes Melitus dan Faktor-Faktor yang Berkaitan
Dikalangan Penduduk Bukit Badong, Kuala Selangor di Malaysia, bahwa umur
mempunyai hubungan yang signifikan dengan kejadian diabetes melitus, semakin
tinggi umur seseorang maka orang tersebut berisiko untuk terkena diabetes melitus.19
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Lely S dan Indrawati T dalam Media
Litbang Kesehatan (2004) menyebutkan bahwa penderita diabetes tertinggi pada usia
61-65 tahun yaitu sebesar 32.5% dan terendah pada usia kurang dari 40 tahun yaitu
sebesar 4%.

11
b) Riwayat keluarga diabetes melitus (DM)

Diabetes dapat menurun menurut silsilah keluarga yang mengidap diabetes,


karena kelainan gen yang mengakibatkan tubuhnya tak dapat menghasilkan insulin
dengan baik. Tetapi risikonya terkena diabetes juga tergantung pada faktor
kelebihan berat badan, stress, dan kurang bergerak. Riwayat keluarga memiliki
hubungan yang signifikan dengan kejadian diabetes melitus.

c) Riwayat pernah menderita diabetes gestasional

Diabetes melitus pada kehamilan atau gestasional diabetes melitus adalah


seseorang yang baru menderita penyakit diabetes melitus setelah ia hamil.
Sebelumnya, kadar glukosa darah selalu normal.

Menurut Damayanti wanita yang sedang hamil terjadi ketidakseimbangan


hormonal, progesteron tinggi, sehingga meningkatkan sistem kerja tubuh untuk
merangsang sel-sel berkembang (termasuk pada janin), tubuh akan mamberikan
sinyal lapar dan pada puncaknya menyebabkan sistem metabolisme tubuh tidak
bisa menerima langsung asupan kalori dan menggunakannya secara total sehingga
terjadi peningkatan kadar gula darah saat kehamilan.

d) Jenis kelamin

Jenis kelamin adalah Perbedaan seks yang di dapat sejak lahir yang dibedakan
antara laki-laki dan perempuan. Baik pria maupun wanita memiliki risiko yang
sama besar untuk mengidap diabetes sampai usia dewasa awal. Setelah usia 30
tahun, wanita memiliki risiko yang lebih tinggi dibanding pria.

Menurut Damayanti wanita lebih berisiko mengidap diabetes karena secara


fisik wanita memiliki peluang peningkatan indeks masa tubuh yang lebih besar.
Sindroma siklus bulanan (premenstrual syndrome), pasca-menopouse yang
membuat distribusi lemak tubuh menjadi mudah terakumulasi akibat proses
hormonal tersebut sehingga wanita berisiko menderita diabetes melitus tipe 2.

12
Proporsi DM lebih tinggi pada wanita sebesar 53.2% dibanding laki-laki
sebesar 46.8%. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Lely S dan Indrawati T
dalam Media Litbang Kesehatan (2004) menyebutkan bahwa penderita diabetes
tertinggi pada perempuan yaitu sebesar 62% dan terendah pada laki-laki yaitu
sebesar 38%. Jenis kelamin mempunyai hubungan yang signifikan dengan kejadian
DM tipe 2 dan memberikan risiko kejadian DM tipe 2 sebesar 0. 87 kali.

13

Anda mungkin juga menyukai