Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN (PKL)

ASUHAN GIZI PADA PENDERITA

DIABETES MELITUS

DI BAGIAN IGD RSPAL Dr RAMELAN – SURABAYA

Oleh :

Naufalia Primandita Arie Prasetiawan (P17111171016)

Program Studi Sarjana Terapan Gizi dan Dietetika

Jurusan Gizi

Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG

JURUSAN GIZI MALANG

2021
LEMBAR PERSETUJUAN

LAPORAN STUDI KASUS

ASUHAN GIZI PADA PASIEN DIABETES MELITUS


RUMKITAL Dr.RAMELAN – SURABAYA

Menyetujuti,

Koordinator PKL Subdep Gizi Pembimbing Kasus Mendalam


Rumkital Dr. Ramelan Surabaya Rumkital Dr. Ramelan Surabaya

Suzanna Primadona, SKM., M.Kes Yayuk Estuningsih, S.Gz., M.Kes


19640506 198703 2 003 19740302 199903 2 001

Mengetahui,
Kepala Subdep Gizi
Rumkital Dr. Ramelan Surabaya

I Wayan Dwija Karuasa, S.Gz, M.PH


Letkol Laut (K) NRP 12990/P
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit yang prevalensinya terus
mengalami peningkatan di dunia, baik pada negara maju ataupun negara
berkembang, sehingga dikatakan bahwa diabetes melitus sudah menjadi masalah
kesehatan global di masyarakat (Suiraoka, 2012). Jumlah penderita diabetes telah
meningkat dari 108 juta pada tahun 1980 menjadi 422 juta pada tahun 2014,
prevalensi diabetes meningkat lebih cepat di negara berpenghasilan menengah dan
rendah. Pada tahun 2015, diperkirakan 1,6 juta kematian secara langsung
disebabkan oleh diabetes. Hampir setengah dari semua kematian akibat glukosa
darah tinggi terjadi sebelum usia 70 tahun. WHO memproyeksikan diabetes akan
menjadi penyebab kematian ke tujuh di tahun 2030 (WHO, 2017). PERKENI (2011),
di Laporan Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2
menuliskan bahwa berdasarkan data Badan Pusat Statistik Indonesia pada tahun
2003, diperkirakan penduduk Indonesia yang berusia di atas 20 tahun sebanyak 133
juta jiwa, dengan prevalensi penderita diabetes melitus sejumlah 8,2 juta di daerah
urban dan 5,5 juta di daerah rural.
Selanjutnya, berdasarkan pola pertumbuhan penduduk, diperkirakan pada
tahun 2030 nanti akan ada 194 juta penduduk yang berusia di atas 20 tahun, dengan
penderita diabetes melitus 12 juta di daerah urban dan 8,1 juta di daerah rural.
Penyakit DM merupakan suatu penyakit kronis yang mempunyai dampak negatif
terhadap fisik maupun psikologis klien, gangguan fisik yang terjadi seperti poliuria,
polidipsia, polifagia, mengeluh lelah dan mengantuk (Price & Wilson, 2005).
Disamping itu klien juga dapat mengalami penglihatan kabur, kelemahan dan sakit
kepala. Dampak psikologis yang terjadi pada klien dengan DM seperti kecemasan,
kemarahan, berduka, malu, rasa bersalah, hilang harapan, depresi, kesepian, tidak
berdaya (Potter & Perry 2010), ditambah lagi klien dapat menjadi pasif, tergantung,
merasa tidak nyaman, bingung dan merasa menderita (Purwaningsih & Karlina,
2012).
Penyakit Diabetes Mellitus (DM) dapat di klasifikasikan kedalam tiga kategori
yaitu Diabetes Mellitus tipe 1, Diabetes Mellitus tipe 2 dan Diabetes Mellitus
Gestational. Diabetes Mellitus tipe 1 adalah penyakit dimana sistem kekebalan tubuh
menyerang β-cell yang berfungsi untuk memproduksi hormon insulin. Diabetes
Mellitus tipe 2 adalah penyakit dimana jumlah produksi hormon insulin dalam tubuh
tidak cukup untuk mengontrol kadar glukosa darah dalam tubuh dan Diabetes
Mellitus Gestational adalah penyakit yang menyerang wanita dimana tingkat kadar
glukosa darah menjadi tinggi pada masa kehamilan (Beloufa & Chikh, 2013; de Faria
Maraschin, 2013; International Diabetes Federation, 2014; Varma et al, 2014).
Penyakit Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit degeneratif yang
memerlukan upaya penanganan yang tepat dan serius karena dapat menimbulkan
komplikasi akut maupun kronik. Komplikasi akut yang dapat timbul meliputi koma
hipoglikemia, ketoasidosis, koma hiperosmolar non-ketotik, dan komplikasi kronik
seperti: gagal jantung, gagal ginjal, dan kerusakan sistem saraf (Suyono 2006, dalam
Sulistiyorini, 2013). Berbagai tingkatan penyakit vaskuler perifer (Peripheral Vascular
Disease[PVD]), atau komplikasi metabolik dari DM pada ekstermitas bawah,ulserasi
kaki merupakan penyakit yang serius dari DM yang dapat mengakibatkan kecacatan
dan kemungkinan amputasi pada kaki yang bersangkutan, serta dapat menimbulkan
kematian. Kebutuhan aktivitas pada penderita diabetes sangat diperlukan, efek
peningkatan aktivitas fisik akan memberi pengaruh langsung memperbaiki sensitifitas
otot-otot terhadap insulin, sehingga gula lebih mudah ditimbun dalam otot dari pada
dibiarkan meningkat dalam peredaran darah (Giriwijoyo dan Sidik, 2010 dalam
Surasta 2013)
B. Tujuan Umum
Memberikan asuhan gizi kepada pasien dengan diagnosa medis Nefropati Diabetik.

C. Tujuan Khusus
1. Melakukan pengkajian gizi pasien
2. Menetapkan diagnosis gizi dibawah bimbingan CI/Pembimbing
3. Merencanakan intervensi gizi dan mengimplementasikan rencana intervensi
4. Melakukan monitoring evaluasi

D. Manfaat Studi Kasus


Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta pengalaman mahasiswa dalam
merencanakan dan melaksanakan manajemen proses asuhan gizi klinik.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Diabetes Melitus


Diabetes Melitus (DM) atau disebut diabetes saja merupakan penyakit gangguan
metabolik menahun akibat pankreas tidak memproduksi cukup insulin atau tubuh
tidak dapat menggunakan insulin yang diproduksi secara efektif. Insulin adalah
hormon yang mengatur keseimbangan kadar gula darah. Akibatnya terjadi
peningkatan konsentrasi glukosa di dalam darah (hiperglikemia) (Kemkes RI, 2014).
DM merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kinerja insulin atau kedua-
duanya (ADA, 2011). Berdasarkan Perkeni (2011) Diabetes Mellitus adalah penyakit
gangguan metabolisme yang bersifat kronis dengan karakteristik hiperglikemia.
Berbagai komplikasi dapat timbul akibat kadar gula darah yang tidak terkontrol,
misalnya neuropati, hipertensi, jantung koroner, retinopati, nefropati, dan gangren.

B. Klasifikasi Diabetes Mellitus


1. Diabetes Mellitus Tipe I
Diabetes Mellitus tipe I merupakan kegagalan sintesis insulin oleh sel-sel beta
Pangkreas diperkirakan terjadi karena destruksi autoimun palau-palau Langerhan
yang menimbulkan gangguan pengaturan glukosa dalam serum. Biasanya
ditemukan pada usia sebelum 30 tahun (Tao&Kendall, 2013). Diabetes Mellitus
Tipe I sering dikatakan sebagai Diabetes Juvenileonset atau Insulin Dependent,
karena tanpa insulin dapat terjadi kematian dalam beberapa hari yang
disebabkan ketoasidosis. Istilah Juvenile Onsetsendiri diberikan karena onset
Diabetes Mellitus tipe I dapat terjadi mulai dari usia 4 tahun dan memuncak pada
usia 11-13 tahun. Sedangkan istilah Insulin Dependent diberikan karena
penderita Diabetes Mellitus sangat bergantung dengan tambahan insulin dari
luar. Ketergantungan insulin tersebut terjadi karena ada kelainan pada sel beta
pankreas sehingga penderita mengalami defisiensi insulin. Karakteristik dari
Diabetes Mellitus tipe I adalah insulin yang beredar disirkulasi sangat renda,
kadar glokagon plasma yang meningkat dan sel beta pankreas gagal merespon
terhadap stimulus yang semestinya meningkat sekresi Insulin. Diabetes Mellitus
tipe I juga dapat disebut IDDM (Diabetes Mellitus tergantung insulin) (Pramono,
2014).
2. Diabetes Mellitus Tipe II
Diabetes melitus tipe II adalah kombinasi akibat antara jaringan tubuh yang
mengalami resistansi terhadap aksi insulin dan ketidakmampuan pankreas untuk
menghasilkan cukup insulin ekstra untuk mengatasi kondisi tersebut (Bryer,
2012). Diabetes melitus tipe II merupakan suatu kelainan patofisiologi dari
resistensi insulin, dimana terjadi sekresi insulin untuk mengimbangi resistensi
jaringan perifer walaupun pada akhirnya mekanisme mengalami kegagalan.
Kelainan utama dalam hasil laboratorium berupa kadar gula darah yang tinggi
(Berkowtz, 2013). Menurut Suyono (2007), Penyakit Diabetes Mellitus Tipe II
merupakan penyakit degenerative yang sangat terkait pola makan. Pola makan
merupakan gambaran mengenai macam-macam, jumlah dan komposisi bahan
makanan yang dimakan setiap hari oleh seseorang. Gaya hidup perkotaan
dengan pola diit yang tinggi lemak, garam, dan gula secara berlebihan
mengakibatkan berbagai penyakit termasuk diabetes mellitus. Diabetes Mellitus
tipe II disebabkan oleh gangguan resistensi perifer terhadap kerja insulin dengan
respon kompensasi sekresi insulin yang tidak cukup/memadai oleh sel-sel beta
pankreas. Diabetes Mellitus tipe ini juga disebut Diabetes Mellitus tidak
bergantung Insulin (DMTTI) atau non insulin dependen. Peningkatan prevalensi
Diabetes Mellitus tipe II dipengeruhi oleh faktor risiko yang tidak dapat
dimodifikasi seperti usia, riwayat keluarga dan jenis kelamin, sedangkan faktor
risiko yang dapat dimodifikasi adalah, obesitas, pola makan yang sehat, aktivitas
fisik dan merokok (Darmono, 2010). Pada penderita DM tipe II, produksi insulin
masih dapat dilakukan, tetapi tidak cukup untuk mengontrol kadar gulu darah.
Ketidakmampuan insulin dalam bekerja dengan baik tersebut disebut resistensi
insulin. Diabetes Mellitus tipe II biasanya terjadi pada orang lanjut usia dan
mereka hanya mengalami gejala yang ringan. Diabetes Mellitus tipe II juga pada
umumnya disebabkan oleh obesitas (Charles & Anne, 2010). Orang yang gemuk
dan memiliki riwayat keluarga Diabetes Mellitus berisiko tinggi untuk terkena
Dibetes Mellitus tipe II. Obesitas juga bisa dikaitan dengan pola makan dan pola
hidup yang monoton. Resistensi insulin dapat mengahalangi absorpsi glukosa
kedalam otot dan sel lemak sehingga glukosa dalam darah meningkat. Kedalam
otot dan sel lemak sehingga glukosa dalam darah meningkat. Hiperglikemia ini
dapat meningkatkan perlawanan terhadap insulin dan memperberat
hiperglikemia. Begitu juga dengan resitensi insulin yang meningkat dengan
adanya obesitas (Baradero, 2011).
3. Diabetes Mellitus Gestasional
Diabetes Mellitus Gestasional (DMG) adalah suatu gangguang toleransi
karbohidrat yang terjadi atau diketahui pertama kali pada saat kehamilan sedang
berlangsung. Keadaan ini biasa terjadi pada saat 24 minggu usia kehamilan dan
sebagai penderita akan kembali normal pada saat setelah melahirkan
(Kemenkes RI, 2008). Diabetes Melitus tipe ini merupakan DM yang berkembang
selama masa kehamilan dan menjadi salah satu faktor risiko berkembangnya
diabetes pada ibu setelah melahirkan. Bayi yang dilahirkan cenderung akan
mengalami obesitas serta berpeluang mengalami penyakit DM pada usia dewasa
(Rumahorbo, 2014). Kehamilan berhubungan erat dengan Diabetes Mellitus.
Kontrol gula darah yang buruk dapat menyebabkan komplikasi terhadap ibu dan
anak yang dilahirkan. Bahkan menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh
Lembaga penelitian kesahatan ibu dan anak CEMACH, bahwa meskipun
peningkatan kontrol Diabetes sudah dilakukan oleh sang ibu, bayi yang dilahirkan
masih berisiko terkena komplikasi. Bayi yang dilahirkanoleh ibu penderita
Diabetes Mellitus berisiko (Charles & Anne, 2010): a. Meninggal 5 kali lebih
besar; b. Cacat 2 kali lebih besar; c. Dilahirkan dengan bobot >4 kg atau 2 kali
lebih besar.
4. Diabetes Mellitus Tipe Lain
Tipe khusus lain adalah kelainan dalam sel beta seperti yang dikenali pada
Maturity Onset Diabetes of the Young (MODY). Diabetes subtipe ini memiliki
prevalensi familial yang tinggi dan bermanifestasi sebelum usia 14 tahun. Pasien
seringkali obesitas dan resisten terhadap insulin. Kelainan genetik telah dikenali
dengan baik dalam empat bentuk mutasi dan fenotif yang berbeda (MODY 1,
MODY 2, MODY 3, MODY 4). Diabetes Melitus tipe lain juga mencakup kelainan
genetik pada kerja insulin, penyakit endokrin seperti cushing syndrome dan
akromegali, obat-obat yang bersifat toksik terhadap sel sel beta, serta infeksi
(Price dan Wilson, 2010).

C. Gejala dan Tanda Diabetes Mellitus


Diabetes mellitus ditandai dengan tiga serangkai gejala klasik gejala diabetes
mellitus yaitu poliuri (urinasi sering), polidipsi (banyak minum akibat meningkatnya
kehausan), polifagi (meningkatknya hasrat untuk makan). Gejala awal berhubungan
dengan efek langsung dari kadar gula darah yang tinggi. Kadar gula darah yang
mencapai 160-180 mg/dl akan mengakibatkan glukosa sampai ke air kemih. Jika
kadarnya bertambah tinggi, ginjal akan membuang air tambahan untuk
mengencerkan sejumlah besar glukosa yang hilang. Sehingga ginjal menghasilkan
air kemih dalam jumlah yang berlebihan, akibatnya penderita sering berkemih dalam
jumlah yang banyak (poliuri) (Lakshita, 2012). Poliuri terjadi karena penderita
diabetes mellitus mengalami penumpukan cairan dalam tubuh akibat gangguan
osmolaritas darah. Cairan ini dibuang melalui kencing. Akibat banyaknya cairan yang
keluar dari dalam tubuh, penderita diabetes mellitus akan mudah merasa kehausan
sehingga mereka akan sering minum (Lakshita, 2012). Polifagi atau banyak makan
terjadi akibat menurunnya kemampuan insulin mengelola kadar gula dalam darah,
sering terjadi, walau kadar gula darah normal tubuh merespon lain sehingga tubuh
dipaksa makan untuk mencukupi kadar gula darah yang bisa direspon insulin.
Apabila terlambat makan, tubuh akan memecah cadangan energi lain seperti lemak,
sehingga badan akan bertambah kurus. Sejumlah besar kalori yang terserap akan
hilang kedalam air kemih sehingga penderita mengalami penurunan berat badan.
Untuk mengkompensasi hal ini, penderita akan merasakan lapar yang luar biasa
sehingga banyak makan (Lakshita, 2012). Adapun gejala diabetes tipe II muncul
secara perlahan-lahan sampai menjadi gangguan yang jelas. Berikut adalah tanda
dan gejala diabetes tipe II:
1. Cepat lelah, kehilangan tenaga dan merasa lemas
2. Sering buang air kecil
3. Terus-menerus lapar dan haus
4. Kelelahan yang berkepanjangan dan tidak ada penyebabnya
5. Mudah sakit yang berkepanjangan Riset menunjukkan bahwa kebanyakan
orang yang mengalami gejala prediabetes, yaitu kondisi yang merupakan
pendahuluan dari munculnya diabetes tipe II, tidak menyadari bahwa dirinya
sedang mengalami akan mengidap penyakit diabetes yang berbahaya
(Lakshita, 2012). Berikut ini adalah gejala dari prediabetes:
6. Mengkonsumsi makanan manis dan makanan yang banyak mengandung
tepung.
7. Mengalami keletihan dan mengantuk setelah makan
8. Sulit berkonsentrasi
9. Mudah mengalami penambahan berat badan dan sulit untuk menurunkannya
10. Kadar gula puasa lebih dari 100 mg/dl (Lingga, 2013).

D. Patofisiologi Diabetes Mellitus


Asupan glukosa/produksi glokosa yang melebihi kebutuhan kalori akan disimpan
sebagai glikogen dalam sel-sel hati dan sel-sel otot. Proses glikogenesis ini
mencegah hiperglikemia (kadar glukosa darah >110 mg/dl). Pada pasien DM, kadar
glukosa dalam darah meningkat/tidak terkontrol, akibat rendahnya produk
insulin/tubuh tidak dapat menggunakannya sebagai sel-sel akan starvasi. Bila kadar
meningkat akan dibuang melalui ginjal yang akan menimbulkan diuresu sehingga
pasien banyak minum (polidipsi). Glukosa terbuang melalui urin maka tubuh
kehilangan banyak kalori sehingga nafsu makan meningkat (polifagi). Akibat dari
selsel starvasi karena glukosa tidak dapat melewati membrane sel, maka pasien bisa
lebih cepat terjadi kematian (Resty, 2015).

E. Diagnosis Diabetes Mellitus


Berbagai keluhan dapat ditemukan pada penderita DM. Kecurigaan adanya DM perlu
dipikirkan apabila terdapat keluhan seperti: a. Keluhan klasik DM: poliuri, polidipsi,
polifagi, dan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya. b.
Keluhan lain: lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur, dan disfungsi ereksi pada
pria, serta pruritus vulva pada wanita (Reksodiputro dkk, 2014). Diagnosis DM
ditegakkan dengan dasar pemeriksaan kadar glukosa darah. Pemeriksaan glukosa
darah yang dianjurkan adalah pemeriksaan glukosa secara enzimatik dengan bahan
plasma darah vena. Pemantauan hasil pengobatan dapat dilakukan dengan
menggunakan pemeriksaan glukosa darah kapiler dengan glukometer (PERKENI,
2015). Hasil pemeriksaan yang tidak memenuhi kriteria normal maupun kriteria DM
digolongkan ke dalam kelompok prediabetes yang meliputi: Glukosa Darah Puasa
Terganggu (GDPT) dan Toleransi Glukosa Terganggu (TGT) (PERKENI, 2015).
a. GDPT: Hasil pemeriksaan glukosa plasma puasa antara 100-125 mg/dl dan
pemeriksaan Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) glukosa plasma 2 jam <140
b. mg/dl. TTGO adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan memberikan larutan
c. glukosa 75gram untuk diminum. Pemeriksaan glukosa darah dilakukan sebelum
d. meminum larutan tersebut, lalu akan diperiksa kembali setelah 2 jam.
e. b. TGT: Hasil pemeriksaan glukosa plasma 2 jam setelah TTGO antara 140-199
f. mg/dl dan glukosa plasma puasa <100 mg/dl.
g. c. Bersama-sama didapatkan GDPT dan TGT.
h. d. Diagnosis prediabetes dapat juga ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan
i. HbA1c yang menunjukkan angka 5,7-6,4% (PERKENI, 2015).

F. Faktor risiko Diabetes Mellitus tipe II


Faktor risiko yang dapat dimodifikasi berdasarkan PERKENI (2011) meliputi:
1. Berat badan lebih (IMT > 23 kg/m2)
2. Kurangnya aktivitas fisik
3. Hipertensi
4. Dislipidemia (HDL < 35 mg/dL dan atau trigliserida > 250 mg/dL) dan
5. diet tidak sehat.

Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi berdasarkan PERKENI (2011) meliputi:

1. ras dan etnik;


2. riwayat keluarga dengan diabetes;
3. usia;
4. riwayat melahirkan bayi dengan berat badan lahir lebih dari 4.000 gram atau
pernah menderita DM gestasional; dan
5. riwayat lahir dengan berat badan rendah (kurang dari 2.500 gram).

G. Kualitas Hidup
Definisi Kualitas Hidup kualitas hidup merupakan kemampuan individu dalam
menikmati kepuasan selama hidupnya, kualitas hidup sangat berkaitan dengan hal-
hal yang kompleks seperti kesehatan fisik, kondisi psikologis, tingkat kemandirian,
hubungan sosial, dan hubungan individu tersebut dengan lingkungannya (WHO,
2007). Kualitas hidup didefinisikan sebagai persepsi individu dari posisi mereka
dalam kehidupan dalam konteks budaya dan sistem nilai di mana mereka tinggal dan
dalam hubungannya dengan tujuan mereka, harapan, standar dan kekhawatiran
(Nimas, 2012). Kualitas hidup menurut World Health Organozation Quality of Life
(WHOQOL) Group (dalam Rapley, 2003), didefinisikan sebagai persepsi individu
mengenai posisi individu dalam hidup dalam konteks budaya dan sistem nilai dimana
individu hidup dan hubungannya dengan tujuan, harapan, standar yang ditetapkan
dan perhatian seseorang.
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Pasien


Ny. X, 76 tahun merupakan ibu rumah tangga yang menderita diabetes melitus sejak
5 tahun yang lalu. Px masuk rumah sakit dengan keluhan luka di kaki kanan sejak 4
hari lalu, awalnya luka tersebut kemerahan dgn pusat besar berwarna putih, lalu
semakin membengkak. Keluarga Px telah mendatangkan perawat home care dan
dibuka lukanya dan didapatkan banyak darah dan nanah yang keluar dari luka
tersebut. Kedua mata pasien tidak dapat melihat, awalnya kiri lalu kanan. Mual dan
muntah sebanyak 2x sebelum masuk rumah sakit. Saat ini px masih keluar cairan
merah dari NGT dan berak darah merah kehitaman. Hasil pemeriksaan laboratorium
terbtu menunjukkan Hemoglobin 7.49 (rendah), Albumin 2.33 (tinggi), BUN 33 mg/dl
(tinggi), Chlorida 90.0 mmol/L (rendah), Kalium 2.36 mmol/L (rendah), Kreatinin 1.6
mg/dl (tinggi) dan Natrium 131.8 mmol/L (rendah). Sedangkan pemeriksaan
fisik/klinis menunjukkan Tendi 135/82 mmhg (tinggi), Nadi 72x/mnt, suhu 36,4 oC, RR
20x/mnt (rendah), dan KU lemah motorik lat D hemidiskinesia D. Px datang ke rumah
sakit sudah menggunakan selang nasogastrik yang sudah mengeluarkan darah.

IDENTITAS PASIEN
1. Nama : Ny. XX
2. Jenis Kelamin : Perempuan
3. Usia : 76 Tahun
4. Suku : Jawa
5. Status Pernikahan: Menikah
6. Pekerjaan : Mengurus rumah tangga
7. Agama : Kristen
8. Pendidikan : SMA
9. Bahasa : Indonesia
10. Diagnosis Meids : Nefropati Diabetik
11. Jenis Diet : Diet Melena (rendah sisa)

B. Assesment (Pengkajian Pasien)


1. Pengkuran Antropometri (AD)

BB 53 kg
TB 157 cm
IMT 53/1,572 = 21,50
AKG, 2019

2. Pemeriksaan Biokimia (BD)


Hasil Pemeriksaan Laboratorium (25 Februari 2021)

Jenis Hasil Nilai Normal Keterangan


Pemeriksaan Pemeriksaan
Hemoglobin 7.49 12.1 - 15.1 Rendah
Albumin 2.33 3.40 - 4.80 Rendah
BUN 33 mg/dl 10.0 – 24.0 Tinggi
Chlorida 90.0 mmol/L 95.0 – 105.0 Rendah
Kalium 2.36 mmol/L 3.40 – 4.80 Rendah
Kreatinin 1.6 mg/dl 0.6 – 1.5) Tinggi
Natrium 131.8 mmol/L 135.0 - 147.0 Rendah

3. Pemeriksaan Fisik/Klinis (PD)


a. Pemeriksaan Fisik (25 Februari 2021)
- Kesadaran Umum = lemah motorik
- Mual dan muntah 2x MRS
- Kedua mata px tidak dapat melihat sejak <5 tahun
- Luka kaki kanan sejak 4 hari yang lalu awalnya kemerahan dengan
pusat berwarna putih lalu semakin membengkak
- Keluar cairan dari NGT dan BAB darah merah kehitaman
b. Pemeriksaan Klinis
Hasil Pemeriksaan Klinis (25 Februari 2021)

Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Keterangan


Tekanan Darah 135/82 mmHg 120/80 mmHg Tinggi
Nadi 72x/mnt 60-100x/mnt Normal
Suhu 36,4 oC 36-37 oC Normal
RR 20x/mnt 60-100x/mnt Rendah
4. Riwayat Gizi (FH)
- Riwayat Gizi Dahulu
-
- Riwayat Gizi Sekarang
Px menggunakan NGT untuk mendapatkan asupan tetapi NGT
mengeluarkan darah.

5. Riwayat Personal (CH)


- Umur, pekerjaan, tingkat pendidikan, informasi terkait
gizi/penyakit yang diderita, peranan pasien dalam keluarga
Usia pasien adalah 76 tahun, pasien adalah seorang ibu rumah
tangga.
- Keadaan sosial ekonomi
-
- Riwayat penyakit keluarga
-
- Riwayat penyakit dahulu
Diabetes Melitus
- Riwayat penyakit sekarang
Diabetes Melitus
- Aktivitas fisik, kebiasaan berolahraga, gaya hidup (merokok,
peminum alkohol, dll), obat-obat yang digunakan
-
- Masalah psikologis
-
- Pantangan/alergi makanan
-
6. Diagnosis Gizi (NI, NB, NC)
- NC.2.1
Perubahan kemampuan mengasorpsi atau memetabolisme zat gizi
atau zat bioaktif pada saluran organ pencernaan ditandai dengan
ketidaknormalan enzim-enzim pencernaan pada feses yaitu BAB
darah merah kehitaman.
- NC – 2.2
Perubahan nilai laboratorium terkait zat gizi khusus yang berkaitan
dengan gangguan fungsi organ lain ditandai dengan ketidaknormalan
kadar glukosa darah (rendah), BUN (tinggi) kreatinin (tingi) dan
hemoglobin (rendah).
7. Rencana Intervensi (ND, E/C, RC)
a) Intervensi Diet
Preskripsi Diet
1) Tujuan Pemberian Diet
- Mmpertahankan kadar glukosa darah supaya mendekati normal
dengan menyeimbangkan asupan makanan dengan insulin
(endogenous atau exogenous) dengan obat penutun glukosa oral
dan aktivitas fisik.
- Mencapai dan mempertahankan kadar lipida serum normal.
- Memberi cukup energi untuk mempertahankan atau mencapai
berat badan normal.
- Menghindari atau menangani komplikasi akut pasien yang
menggunakan insulin seperti hipoglikemia, komplikasi jangka
pendek, dan jangka lama serta masalah yang berhubungan
dengan latihan jasmani.
- Meningkatkan derajat kesehatan secara keseluruhan melalui gizi
yang optimal.
2) Prinsip Diet
- Prinsip pengaturan makan pada penyandang DM hampir sama
dengan anjuran makan masyrakat umum, yaitu makanan yang
seimbang dan sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat gizi masing-
masing individu. Penyandang DM perlu diberikan penekanan
mengenai pentingnya keteraturan jadwal makan, jenis dan jumlah
kandungan kalori, terutama pada mereka yang menggunakan obat
yang meningkatkan sekresi insulin atau terapi insulin itu sendiri.
3) Syarat Diet
- Karbohidrat yang dianjurkan sebesar 45-65% total asupan energi.
Terutama karbohidrat yang berserat tinggi.
- Pembatasan kabohidrat total <130 g/hari tidak dianjurkan.
- Glukosa dalam tubuh diperbolehkan sehingga penyandang
diabetes dapat makan sama dengan makanan keluarga yang lain.
- Sukrosa tidak boleh lebih dari 5% total asupan energi.
- Dianjurkan makan tiga kali sehari dan bila perlu dapat diberikan
makanan selingan seperti buah atau makanan lain sebagai bagian
dari kebutuhan kalori sehari.
- Asupan lemak dianjurkan sekitar 20-25% kebutuhan kalori, dan
tidak diperkenankan melebihi 30% total asupan energi.
- Komposisi yang dianjurkan :
 Lemak jenu (SAFA) <7% kebutuhan kalori
 Lemak tidak jenuh ganda (PUFA) <10%.
 Selebihnya dari lemak tidak jenuh tunggal (MUFA)
sebanyak 12-15%
 Rekomendasi perbandingan lemak jenuh : lemak tak jenu
tunggal : lemak tak jenuh ganda = 0.8 : 1.2 : 1
 Bahan makanan yang perlu dibatasi adalah yang banyak
mengandung lemak jenuh dan lemak trans antara lain
daging berlemak dan susu fullcream.
 Konsumsi kolesterol yang dianjurkan adalah <200 mg/hari.
4) Jenis Diet
- Diet parenteral penuh (TPN)
5) Perhitungan Kebutuhan Energi dan Zat Gizi
*Perhitungan kebutuhan cairan
Kebutuhan cairan = 30ml / kgBB / hari
= 30 / 53 / hari
= 1590
BEE = 655,1 + (9,56 x BB) + (1,85 x TB - (4,68 x U))
BEE = 655,1 + (9,56 x 53) + (1,85 x 157 - (4,68 x 76))
BEE = 655,1 + (506,68) + (290,45 - 355,68)
BEE = 655,1 + (506,68) + (65,23)
BEE = 1227,01
Kebutuhan E per hari = BEE x FS
= 1227,01 x 1,5
= 1840,5 kkal
Protein = (15% x total energi) : 4
= (15% x 1840,5) : 4
= 69,01 gram
Lemak = (25% x total energi) : 9
= (25% x 1840,5) : 9
= 51,12 gram
KH = (60% x total energi) : 4
= (60% x 1840,5) : 4
= 276,07 gram

6) Rencana Menu
Diet yang diberikan pada pasien adalah parenterral penuh (TPN) yang
pengaplikasiannya melalui vena.

b) Intervensi Edukasi/Konseling
1) Tujuan
- Memberikan konseling mengenai pola makan yang seimbang sesuai
dengan diet yang sudah ditentukan
- Memberikan konseling mengenai makanan yang boleh dikonsumsi,
tidak boleh dikonsumsi, serta bahan makanan dan olahan makanan
yang dibatasi konsumsinya.
- Membimbing klien dan keluarga dalam merawat diri sesuai dengan
kondisi pasien saat ini.
2) Sasaran
- Pasien dan keluarga pasien
3) Metode
- Konsultasi dan tanya jawab
4) Alat dan Bahan
- Leaflet
5) Materi
- Pola makan yang benar dan seimbang sesusai dengan diet yang telah
ditentukan
- Bahan makanan yang boleh dikonsumsi, dibatasi dan dihindari.
- Motivasi untuk pasien dan keluarga pasien.
6) Waktu
- 15-20 menit
7) Tempat
- Bed pasien
8) Media
- Leaflet
8. Implementasi
Implementasi yang dilakukan adalah pemberian diet parenteral yang
pengaplikasiannya melalui vena.
9. Monitoring dan Evaluasi
1) Monitoring dan Evaluasi Biokimia (25 Februari 2021)

Jenis Hasil Nilai Normal Keterangan


Pemeriksaan Pemeriksaan
Hemoglobin 7.49 12.1 - 15.1 Rendah
Albumin 2.33 3.40 - 4.80 Rendah
BUN 33 mg/dl 10.0 – 24.0 Tinggi
Chlorida 90.0 mmol/L 95.0 – 105.0 Rendah
Kalium 2.36 mmol/L 3.40 – 4.80 Rendah
Kreatinin 1.6 mg/dl 0.6 – 1.5) Tinggi
Natrium 131.8 mmol/L 135.0 - 147.0 Rendah
Hasil pemeriksaan biokimia tersebut didapatkan dari data biokimia terbaru Px
ketika datang ke rumah sakit. Data-data pemeriksaan biokimia tersebut yang
akan di monitoring dan di evaluasi selama px berada di rumah sakit.
2) Monitoring dan Evaluasi Fisik/Klinis (25 Februari 2021)
a. Pemeriksaan Fisik
- Kesadaran Umum = lemah motorik
- Mual dan muntah 2x MRS
- Kedua mata px tidak dapat melihat sejak <5 tahun
- Luka kaki kanan sejak 4 hari yang lalu awalnya kemerahan dengan
pusat berwarna putih lalu semakin membengkak
- Keluar cairan dari NGT dan BAB darah merah kehitaman
b. Pemeriksaan Klinis

Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Keterangan


Tekanan Darah 135/82 mmHg 120/80 mmHg Tinggi
Nadi 72x/mnt 60-100x/mnt Normal
Suhu 36,4 oC 36-37 oC Normal
RR 20x/mnt 60-100x/mnt Rendah
Hasil pemeriksaan fisik/klinis pada px didapatkan ketika px datang ke
rumah sakit. Data pemeriksaan fisik/klinis tersebut yang akan di
monitoring dan di evaluasi selama px dirawat di rumah sakit.

10. Tabel Pelayanan Asuhan Gizi Terstandar (PAGT)

Nama : Ny. XX
No. Register : Xxxx
Ruang/Bed : IGD
Usia : 76 Th
Diagnosis Penyakit : Diabetes Melitus
ASSESSMENT/REASSESSMENT KESIMPULAN
ANTROPOMETRI - -

BIOKIMIA 9 Feb 2021 (01.29) 9 Feb 2021 (01.29)


- Gula darah puasa 68mg/dl (74.0 – 106.0) BD – 1.5.1

- Albumin 3.12 mg/dl (3.40 - 4.80) (Glukosa )


BD – 1.11.1
(Albumin )

11 Feb 2021 (01.21) 11 Feb 2021


(01.21)
- Albumin 2.73 mg/dl (3.40 – 4.80)
BD – 1.11.1
- HGB 8.1 g/dl (12.1 - 15.1)
(Albumin )
BD – 1.10.1
(Hemoglobin )
14 Feb 2021 (09.40)
14 Feb 2021
- Albumin 2.49 mg/dl (3.40 – 4.80)
(09.40)
- Thoraks (Pneumonia kanan bawah Broncho
BD – 1.11.1
vascular pattern meningkat di kedua lapang
(Albumin )
paru hasil kultur darah)
BD – 1.10.1
- HGB 10.2 g/dl (12.1 – 15.1) (Hemoglobin )
25 Feb 2021 (09.10)
- HGB 7.49 (12.1 - 15.1) 25 Feb 2021
- Albumin 2.33 (3.40 - 4.80) (09.10)
- BUN 33 mg/dl (10.0 – 24.0) BD – 1.10.1
(Hemoglobin )
- Chlorida 90.0 mmol/L (95.0 – 105.0)
BD – 1.11.1
- Kalium 2.36 mmol/L (3.40 – 4.80)
(Albumin )
- Kreatinin 1.6 mg/dl (0.6 – 1.5) BD – 1.2.1
- Natrium 131.8 mmol/L (135.0 - 147.0) (Ureum )
BD - 1.2.6
(Chlorida )
BD - 1.2.7
(Kalium )
BD - 1.1.2
(Kreatinin )
BD – 1.2.5
(Natrium )
FISIK-KLINIS Fisik PD – 1.1.7
- Mual dan muntah 2x MRS Mual dan muntah
- Kedua mata pasien tidak dapat melihat sejak PD – 1.1.5
<5 tahun BAB darah merah
- Luka kaki kanan sejak 4 hari yg lalu awalnya kehitaman
kemerahan dengan pusat berwarna putih lalu
semakin membengkak
- RPO : sporetik, metronidazole, citicolin,
glimepirid 2 mg
- Keluar cairan dari NGT dan berak darah
merah kehitaman PD – 1.1.9
Klinis Tekanan darah
- Tensi 135/82 mmhg PD – 1.1.9
- Nadi 72x/mnt RR
o
- Suhu 36,4 C
- RR 20x/mnt
- GCS 434
- KU lemah motorik lat D hemidiskinesia D
- Retensi cairan +
RIWAYAT GIZI RIWAYAT GIZI DAHULU –

RIWAYAT GIZI SEKARANG


- NGT

AKTIFITAS FISIK: -

RIWAYAT PEKERJAAN: CH – 2.1.3


PERSONAL - Ibu rumah tangga Diabetes Melitus

RIWAYAT PENYAKIT DAHULU :


- Menderita DM kurang lebih 5 tahun terakhir
(namun mata tidak bisa melhat dikatakan
sejak 2005)
RIWAYAT PENTAKIT KELUARGA: -
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG:
- Diabetes Melitus
EDUKASI GIZI: -
DIAGNOSA GIZI NC.2.1
Perubahan kemampuan mengasorpsi atau memetabolisme zat gizi atau zat
bioaktif pada saluran organ pencernaan ditandai dengan ketidaknormalan
enzim-enzim pencernaan pada feses yaitu BAB darah merah kehitaman.
NC – 2.2
Perubahan nilai laboratorium terkait zat gizi khusus yang berkaitan dengan
gangguan fungsi organ lain ditandai dengan ketidaknormalan kadar glukosa
darah (rendah), kreatinin (tingi) dan hemoglobin (rendah).
INTERVENSI GIZI RENCANA MONITORING & EVALUASI
RC.1.4 Kolaborasi dengan tim medis lain BD – 1.5.1
E.1.4 Pasien maupun keluarga diberikan (Glukosa)
edukasi gizi tentang pola makan yang BD – 1.10.1
sehat terkait dengan diet yang diberikan (Hemoglobin)
untuk pasien BD – 1.11.1
(Albumin)
BD - 1.1.2
PERUBAHAN DIET
(Kreatinin)
- Diet parenteral BD - 1.2.6
(Chlorida)
BD – 1.2.1
(BUN)
BD - 1.2.7
(Kalium)
BD – 1.2.5
(Natrium)
PD – 1.1.7
Mual dan muntah
PD – 1.1.5
BAB darah merah kehitaman
PD – 1.1.9
Tekanan darah
PD – 1.1.9
RR
CH – 2.1.3
Diabetes Melitus

11. Perencanaan Menu Sehari


Menu dengan diet parenteral yang pengaplikasiannya melalui vena.
*Perhitungan kebutuhan cairan
Kebutuhan cairan = 30ml / kgBB / hari
= 30 / 53 / hari
= 1590

BEE = 655,1 + (9,56 x BB) + (1,85 x TB - (4,68 x U))


BEE = 655,1 + (9,56 x 53) + (1,85 x 157 - (4,68 x 76))
BEE = 655,1 + (506,68) + (290,45 - 355,68)
BEE = 655,1 + (506,68) + (65,23)
BEE = 1227,01
Kebutuhan E per hari = BEE x FS
= 1227,01 x 1,5
= 1840,5 kkal
Protein = (15% x total energi) : 4
= (15% x 1840,5) : 4
= 69,01 gram
Lemak = (25% x total energi) : 9
= (25% x 1840,5) : 9
= 51,12 gram
KH = (60% x total energi) : 4
= (60% x 1840,5) : 4
= 276,07 gram
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1. Diagnosa medis pasien : Diabetes Melitus
2. Tidak ada hasil antropometri yang menunjukkan status gizi sehingga
menggunakan standar dari AKG untuk mengolah kasus.
3. Hasil fisik/klinis pasien menunjukkan Tensi 135/82 mmhg (tinggi), Nadi 72x/mnt,
suhu 36,4 oC, RR 20x/mnt (rendah), dan KU lemah motorik lat D hemidiskinesia
D. Px datang ke rumah sakit sudah menggunakan selang nasogastrik yang
sudah mengeluarkan darah.
4. Hasil biokimia pasien menunjukkan Hemoglobin 7.49 (rendah), Albumin 2.33
(tinggi), BUN 33 mg/dl (tinggi), Chlorida 90.0 mmol/L (rendah), Kalium 2.36
mmol/L (rendah), Kreatinin 1.6 mg/dl (tinggi) dan Natrium 131.8 mmol/L (rendah).
5. Hasil dietary history tidak dapat diidentifikasi karena tidak adanya data dietary
history pada kasus tersebut.
6. Diagnosis gizi pasien meliputi :
- NC.2.1
Perubahan kemampuan mengasorpsi atau memetabolisme zat gizi atau
zat bioaktif pada saluran organ pencernaan ditandai dengan
ketidaknormalan enzim-enzim pencernaan pada feses yaitu BAB darah
merah kehitaman.
- NC – 2.2
Perubahan nilai laboratorium terkait zat gizi khusus yang berkaitan
dengan gangguan fungsi organ lain ditandai dengan ketidaknormalan
kadar glukosa darah (rendah), BUN (tinggi) kreatinin (tingi) dan
hemoglobin (rendah).
7. Implementasi yang dilakukan adalah pemberian diet parenteral yang
pengaplikasiannya melalui vena.
8. Hasil pengamatan selama studi kasus :
Pasien menderita Diabetes Melitus sejak 5 tahun yang lalu. Saat ini pasien
mengalami melena atau pendarahan organ saluran pencernaan yang ditandai
dengan keluarga darah pada selang nasogastrik (NGT) dan BAB darah merah
kehitaman.
B. Saran
1. Pasien sebaiknya melakukan diet yang sudah dianjurkan.
2. Pasien sebaiknya melakukan pemeriksaan lebih lanjut mengenai penyakit
pasien.
3. Pasien sebaiknya melakukan perawatan medis secara intensif.
DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, Sunita. 2004. Penuntun Diet (Edisi Baru). PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta:
Kompas Gramedia.

American Diabetes Association (ADA). 2013. Standards of medical care in diabetes


2013.Diabetes Care(36): 13.

Hendromartono, 2009, Nefropati Diabetik, dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III edisi
V, Interna Publishing, Jakarta.

Martini, Endang NW., & Mutalazimah, 2010, Hubungan Tingkat Asupan Protein dengan
Kadar Ureum dan Kreatinin Darah pada Penderita Gagal Ginjal Kronik di RSUD Dr.
Moewardi Surakarta, Jurnal Kesehatan, Vol.3, No. 1 :19-26.

Szkudelski,T., 2001, The Mechanism of Alloxan and Streptozotocin Action in B Cells of the
Rats Pancreas, Physiol Res, 50 (6): 537-46.

Nuttal SL., Dunne F., Kendal MJ., Martin U., 1999, Age-Independent Oxidative Stress In
Elderly Patiens With Non-Insulin Dependent Diabetes Mellitus, Q J Med, 92: 33-8.

Ha H., & Lee HB., 2001, Oxidative Stress In Diabetic Nephropathy: Basic and Clinical
Information, Current Diabetes Report, Dec; 1(3): 282-7.

Cooper, M.E., 2001, Pathogenesis, Prevention, and Treatment of Diabetic Nephropathy, In


Johnson RJ et al (Eds): Comphrehensive Clinical Nephrology, 2nd ed. St. Louis: Mosby;
p.439

Sherwood,Lauralee. 2001. Fisiologi manusia :dari sel ke sistem. Jakarta : EGC

Agarwala, G. C., 2005, Short Textbook of Physiology.Academa. Newkatra.

Rubenstein, D., Wayne, D., & Bradley, J. (2007).Lecture notes kedokteran klinisedisi ke-6.
Jakarta : Erlangga

Guyton A. C., Hall J. E. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta : EGC. P. 208
– 212, 219 – 223, 277 – 282, 285 – 287.

Wyss, M. andKaddurah-daouk, R. 2000. Creatine and creatinine metabolism. Physiological


reviews.
LAMPIRAN

Lampiran 1. Tabel PAGT

Nama : Ny. XX
No. Register : Xxxx
Ruang/Bed : IGD
Usia : 76 Th
Diagnosis Penyakit : Nefropati Diabetik
ASSESSMENT/REASSESSMENT KESIMPULAN
ANTROPOMETRI - -

BIOKIMIA 9 Feb 2021 (01.29) 9 Feb 2021 (01.29)


- Gula darah puasa 68mg/dl (74.0 – 106.0) BD – 1.5.1

- Albumin 3.12 mg/dl (3.40 - 4.80) (Glukosa )


BD – 1.11.1
(Albumin )

11 Feb 2021 (01.21) 11 Feb 2021


(01.21)
- Albumin 2.73 mg/dl (3.40 – 4.80)
BD – 1.11.1
- HGB 8.1 g/dl (12.1 - 15.1)
(Albumin )
BD – 1.10.1
(Hemoglobin )
14 Feb 2021 (09.40)
14 Feb 2021
- Albumin 2.49 mg/dl (3.40 – 4.80)
(09.40)
- Thoraks (Pneumonia kanan bawah Broncho
BD – 1.11.1
vascular pattern meningkat di kedua lapang
(Albumin )
paru hasil kultur darah)
BD – 1.10.1
- HGB 10.2 g/dl (12.1 – 15.1)
(Hemoglobin )
25 Feb 2021 (09.10)
- HGB 7.49 (12.1 - 15.1) 25 Feb 2021
- Albumin 2.33 (3.40 - 4.80) (09.10)
BD – 1.10.1
- BUN 33 mg/dl (10.0 – 24.0)
(Hemoglobin )
- Chlorida 90.0 mmol/L (95.0 – 105.0)
BD – 1.11.1
- Kalium 2.36 mmol/L (3.40 – 4.80) (Albumin )
- Kreatinin 1.6 mg/dl (0.6 – 1.5) BD – 1.2.1
- Natrium 131.8 mmol/L (135.0 - 147.0) (Ureum )
BD - 1.2.6
(Chlorida )
BD - 1.2.7
(Kalium )
BD - 1.1.2
(Kreatinin )
BD – 1.2.5
(Natrium )
FISIK-KLINIS Fisik PD – 1.1.7
- Mual dan muntah 2x MRS Mual dan muntah
- Kedua mata pasien tidak dapat melihat sejak PD – 1.1.5
<5 tahun BAB darah merah
- Luka kaki kanan sejak 4 hari yg lalu awalnya kehitaman
kemerahan dengan pusat berwarna putih lalu
semakin membengkak
- RPO : sporetik, metronidazole, citicolin,
glimepirid 2 mg
- Keluar cairan dari NGT dan berak darah
merah kehitaman PD – 1.1.9
Klinis Tekanan darah
- Tensi 135/82 mmhg PD – 1.1.9
- Nadi 72x/mnt RR
o
- Suhu 36,4 C
- RR 20x/mnt
- GCS 434
- KU lemah motorik lat D hemidiskinesia D
- Retensi cairan +

RIWAYAT GIZI RIWAYAT GIZI DAHULU –

RIWAYAT GIZI SEKARANG


- NGT

AKTIFITAS FISIK: -

RIWAYAT PEKERJAAN: CH – 2.1.3


PERSONAL - Ibu rumah tangga Diabetes Melitus

RIWAYAT PENYAKIT DAHULU :


- Menderita DM kurang lebih 5 tahun terakhir
(namun mata tidak bisa melhat dikatakan
sejak 2005)
RIWAYAT PENTAKIT KELUARGA: -
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG:
- Diabetes Melitus
EDUKASI GIZI: -
DIAGNOSA GIZI NC.2.1
Perubahan kemampuan mengasorpsi atau memetabolisme zat gizi atau zat
bioaktif pada saluran organ pencernaan ditandai dengan ketidaknormalan
enzim-enzim pencernaan pada feses yaitu BAB darah merah kehitaman.
NC – 2.2
Perubahan nilai laboratorium terkait zat gizi khusus yang berkaitan dengan
gangguan fungsi organ lain ditandai dengan ketidaknormalan kadar glukosa
darah (rendah), kreatinin (tingi) dan hemoglobin (rendah).
INTERVENSI GIZI RENCANA MONITORING & EVALUASI
RC.1.4 Kolaborasi dengan tim medis lain BD – 1.5.1
E.1.4 Pasien maupun keluarga diberikan (Glukosa)
edukasi gizi tentang pola makan yang BD – 1.10.1
sehat terkait dengan diet yang diberikan (Hemoglobin)
untuk pasien BD – 1.11.1
(Albumin)
BD - 1.1.2
PERUBAHAN DIET
(Kreatinin)
- Diet melena (rendah sisa) BD - 1.2.6
(Chlorida)
BD – 1.2.1
(BUN)
BD - 1.2.7
(Kalium)
BD – 1.2.5
(Natrium)
PD – 1.1.7
Mual dan muntah
PD – 1.1.5
BAB darah merah kehitaman
PD – 1.1.9
Tekanan darah
PD – 1.1.9
RR
CH – 2.1.3
Diabetes Melitus

Lampiran 2. Perencanaan Menu


Lampiran 3. Leaflet Edukasi Gizi

Anda mungkin juga menyukai