PENDAHULUAN
1. ASSESMEN GIZI
A. ANAMNESIS
1. Identitas Subjek
Kesimpulan : Sebelum masuk rumah sakit pasien bekerja sebagai petani, memiliki
4 orang anak. Tidak ada kondisi yang mempengaruhi psikologis pasien
Kesimpulan : Pasien masuk rumah sakit dengan keluhan utama yakni sakit di area
antara kandung kemih dan penis. Pasien mengaku suka menahan buang air kecil
dan telah melakukan USG Urologi sehari sebelum masuk rumah sakit.Pasien
didiagnosa oleh medis menderita Benign Prostatic Hyperplasia (BPH). Pasien
sudah menderita sakit prostat ± 1 tahun yang lalu. Pasien tidak memiliki anggota
keluarga yang menderita penyakit prostat sebelumnya.
A. ANTROPOMETRI
Tabel 5 Antropometri
TB ULNA BBI LILA
= 159,4 cm
LILA aktual
Status gizi berdasarkan pengukuran %LLA = x 100 %
Nilai standar
22,5
= x 100 %
31,3
= 159 – 100
= 59 kg
B. PEMERIKSAAN BIOKIMIA
C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Kesan umum : Pasien secara fisik bisa berkomunikasi langsung dengan
kesadaran yang penuh (compos mentis)
2. Vital Sign :
Kesimpulan : dari hasil pemeriksaan fisik klinis pasien didapatkan data bahwa
pada saat masuk rumah sakit tekanan darah pasien rendah.
Kesimpulan : Didapatkan dari hasil recall 24 jam bahwa asupan energi, protein,
lemak, karbohidrat pasien dalam kategori defisit.
E. TERAPI MEDIS
Tabel 11 Terapi medis
Jenis Obat Fungsi Interaksi Solusi
dengan zat
gizi
NaCl 0.9 % obat yang biasa digunakan untuk Tidak ada Tidak ada
mengganti cairan tubuh yang hilang, interaksi
sebagai pengatur keseimbangan obat dengan
cairan tubuh, mengatur kerja dan zat gizi
fungsi otot jantung, mendukung
metabolisme tubuh, dan merangsang
kerja saraf. Pelarut untuk
injeksi,cairan untuk pembersih luka
Ringer cairan infus yang biasa digunakan Tidak ada Tidak ada
Lactat 500 pada pasien dewasa dan anak-anak interaksi
ml sebagai sumber elektrolit dan air obat dengan
untuk hidrasi. zat gizi
Cefixim antibiotik untuk mengobati berbagai Tidak ada Dapat
Cap 200mg infeksi yang disebabkan oleh interaksi dikonsumsi
bakteri, diantaranya adalah infeksi obat dengan sebelum atau
telinga, bronkitis, radang amandel, zat gizi sesudah
tenggorokan, pneumonia, dan makan..
infeksi saluran kemih.
Na obat yang digunakan untuk Tidak ada Dapat
Diklofenac menghilangkan rasa sakit, mengatasi interaksi dikonsumsi
50mg pembengkakan (inflamasi), dan obat dengan sebelum atau
kekakuan sendi yang disebabkan zat gizi sesudah
oleh peradangan sendi makan..
Sumber Data : Buku Rekam Medis Pasien & Buku Obat dan Interaksi Bahan
Makanan
Kesimpulan : Pasein mendapatkan terapi injeksi NaCl 0,9%, Ringer Lactat 500
ml, Cefixim Cap 200mg serta Na Diklofenac 50mg.
Kesimpulan assesmen gizi: Pasien sudah menderita sakit prostat ± 1 tahun yang
lalu. Pasien datang dengan keluhan sakit di area antara kandung kemih dan penis
dan telah melakukan USG Urologi sehari sebelum masuk rumah sakit.Pasien
didiagnosa oleh dokter menderita Benign Prostatic Hyperplasia (BPH). Status gizi
pasien menurut LILA yakni status gizi kurang (71%). Pasien memiliki pola makan
yang tidak tepat. Pendukunng diagnosa medis pasien yakni adanya hasil USG
urologi
DIAGNOSA GIZI
NI.2.1 Asupan oral tidak adekuat berkaitan dengan penurunan nafsu makan
ditandai dengan hasil recall energi 51% (defisit) ,protein 60% (defisit),
lemak 46% (kurang), karbohidrat 50% (defisit).
NC.3.3.1 berat badan kurang (underweight) berkaitan dengan pola makan yang
salah ditandai dengan status gizi menurut LILA sebesar 71% (status gizi
kurang)
INTERVENSI GIZI
A. PLANNING
1. Tujuan Diet :
2. Syarat/Prinsip Diet :
- Energi tinggi, 40-45 kkal/kg BB
- Protein tinggi, 1,5 gram/kg BB
- Lemak cukup, 10%-25% dari kebutuhan total
- Karbohidrat cukup, yaitu sisa kebutuhan energi total
- Vitamin dan mineral cukup sesuai kebutuhan normal
- Makanan diberikan dalam bentuk mudah dicerna
- Cairan 1500ml - 2500ml
3. Perhitungan Kebutuhan Energi dan Zat Gizi
Perhitungan kebutuhan energi menggunakan Prinsip diet TKTP, Almatsier
(2013) : TEE = 40 kkal/kg BBI
= 40 x 59
= 2360 kkal
= 1,5 x 59
= 88,5 gram
=345 kkal
Lemak = 25% x TEE
= 590 kkal
= 65,5 gram
= 1425 kkal
= 356,2 gram
Bentuk Makanan : M a k a n a n B i a s a
Pembagian makan:
Biokimia - - -
Fisik klinik Tekanan darah, Melihat Buku Tekanan darah,
nadi, RR, suhu Rekam Medis Pasien nadi,RR dan suhu tetap
serta rasa nyeri normal dan rasa nyeri
(Setiap hari) berangsur hilang
b . Tujuan :
- Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang diet TKTP
(Tinggi Kalori Tinggi Protein).
- Memberikan edukasi tentang pembagian makan dan minum sehari
e . Tujuan :
- Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang diet
TKTP (Tinggi Kalori Tinggi Protein).
- Memberikan edukasi tentang pembagian makan dan minum sehari
DASAR TEORI
- Kesulitan memulai aliran urin saat buang air kecil, atau kesulitan
menghentikan aliran urin saat buang air kecil (menetes)
- Merasa ingin buang air kecil, terutama pada malam hari
- Aliran urin yang lemah
- Merasa kandung kemih belum sepenuhnya kosong setelah buang air
kecil
- Kesulitan dalam mengosongkan kandung kemih, seperti perasaan ingin
buang air kecil setelah buang air kecil, atau memiliki rasa sakit saat
buang air kecil
- Kesulitan dalam menampung air kencing, seperti bangun pada malam
hari untuk buang air kecil, sering buang air kecil, tiba-tiba tidak
tertahankan untuk buang air kecil.
3. Faktor-Faktor Resiko
faktor yang meningkatkan risiko terkena benign prostatic hyperplasia,
yaitu (Lika,2017):
2. Tujuan Diit
3. Syarat Diit
PEMBAHASAN
1. Antropometri
Pada hari pertama kasus dilakukan pengukuran antropometri pada
pasien yang meliputi pengukuran LILA dan ULNA. Berat badan pasien tidak
diukur karena posisi pasien yang tidak memungkinkan dan dalam keadaan
bedrest. Berdasarkan pengukuran ulna diketahui tinggi badan estimasi pasien
yaitu 159,4 cm sedangkan status gizi dihitung menggunakan estimasi LLA/U
yang diperoleh hasil yaitu 71%. Diketahui dari hasil pengukuran tersebut
status gizi pasien termasuk dalam kategori status gizi kurang. Selama
pengambilan kasus hanya dilakukan pengukuran antropometri diawal kasus,
dan hingga dilakukan intervensi hari ke tiga tidak dilakukan pengukuran
antropometri kembali.
2. Biokimia
3. Fisik Klinis
Tanda fisik klinis yang diamati adalah vital sign yang meliputi tanda
gejala fisik dan fungsi gastrointestinal sedangkan tanda klinis yang diamati
meliputi tekanan darah, detak nadi, suhu dan respirasi pasien. Berdasarkan
pengkajian klinis diketahui sebagai berikut :
Pengkajian vital sign diperoleh keadaan umum pasien dari awal masuk
rumah sakit, intervensi hari peratama hingga akhir intervensi hari ketiga
dalam keadaan compos mentis, sadar, dapat berbicara normal. Pasien tidak
memiliki masalah gastrointestinal.
Dari data pengkajian diketahui hasil asupan pasien saat masuk rumah
sakit pasien sebelum melakukan operasi yang dibandingkan dengan standar
makanan rumah sakit yakni energi 51% (defisit), protein 60% (defisit), lemak
46% (defisit), karbohidrat 50% (defisit). Hal tersebut terjadi karena pasien
tidak nafsu makan dikarenakn psikologis pasien yang menahan nyeri diarea
antara kandung kemih dan penis.
Pada intervensi hari kedua diit pasien sudah mulai ditingkatkan menjadi
diit TKTP dengan bentuk makanan biasa yang diberikan melalui oral dengan
frekuensi 3 kali makan utama dan 2 kali selingan. Peningkatan diit dilakukan
karena pasien sudah mulai menghabiskan ≥80% diit yang diberikan dilihat
dari diit pada intervensi hari pertama. Diit TKTP diberikan dalam bentuk
makanan biasa pada pasien yang telah mempunyai cukup nafsu makan dan
dapat menerima makanan lengkap dengan tujuan mencegah dan mengurangi
kerusakan jaringan tubuh pasca operasi dan membantu meningkatkan berat
badan pasien mencapai normal (Almatsier, 2013). Pada intervensi hari kedua
pasien menghabiskan ≥80% diit yang diberikan, pasien tidak menghabiskan
lauk hewani (ayam goreng) pada menu pagi hari dengan alasan tekstur ayam
dirasa keras oleh pasien. Asupan pasien pada intervensi hari ke dua yang
dibandingkan dengan kebutuhan pasien yaitu energi 91% (kategori cukup),
protein 95% (kategori cukup), lemak 84% (kategori cukup) dan karbohidrat
99% (kategori cukup).
Intervensi hari ketiga pasien masih tetap diberikan diit TKTP dengan
bentuk makanan biasa diberikan melalui oral dengan frekuensi 3 kali makan
utama dan 2 kali selingan. Pada intervensi hari ketiga pasien menghabiskan
≥80% diit yang diberikan. Saat pemberian diit dilakukan edukasi kepada
keluarga pasien mengenai cara memodifikasi makanan seperti ayam untuk
dicincang atau disuwir kecil-kecil agar mudah dikonsumsi oleh pasien dengan
tidak memberatkan proses mengunyah makanan. Asupan pasien pada
intervensi hari ketiga dalam kategori baik, hasil asupan dibandingkan dengan
kebutuhan pasien pada intervensi hari ke tiga yaitu energi 99% (cukup),
protein 100% (baik), lemak 100% (baik), karbohidrat 99% (cukup).
Dapat disimpulkan asupan pasien dari saat masuk rumah sakit hingga
dilakukannya intervensi selama 3 hari terjadi peningkatan secara signifikan.
Hal tersebut menandakan bahwa pasien mampu menerima diit yang
diberikan.
5. Diagnosa Gizi
Selama studi kasus tidak terjadi perubahan diagnosa medis oleh dokter.
Sedangkan pada diagnosa gizi terjadi perubahan, pada awal pengambilan
kasus diagnosa gizi pada pasien yakni :
NI.2.1 Asupan oral tidak adekuat berkaitan dengan penurunan nafsu makan
ditandai dengan hasil recall energi 51% (defisit), protein 60% (defisit),
lemak 46% (defisit), karbohidrat 50% (defisit).
Pada intervensi hari kedua dan ketiga tidak terjadi perubahan diagnosa
gizi, jadi dapat disimpulkan diagnosa gizi pada intervensi hari kedua dan
ketiga tetap sama dengan diagnosa pada intervensi hari pertama.
6. Konsultasi Gizi
7. Tela’ah Jurnal
a. Jurnal bahan makanan terkait pengurangan resiko penyakit prostat
Judul Asuhan Gizi Pada Pasien Post Operasi Benign Prostate Hyperplasia-
Trans Urethal Resection Of The Prostate (BPH-TURP) di Bagian
Bedah Ruang Cempaka RSUD Dr.Iskak Tulungagung
Penulis Soleha Arba’atus (2015)
Latar Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) merupakan kelainan yang
Belakang sering dijumpai pada pria usia diatas 50 tahun. Semakin tinggi harapa
hidup maka semakin tinggi pula prevalensi penderita BPH (Benign
Prostatic Hyperplasia) . Salah Satu penatalaksanaan BPH (Benign
Prostatic Hyperplasia) adalah melakukan pembedahan Trans Urethal
Resection of The Prostate (TURP)
Jenis Jenis penelitian ini adalah observasional study dengan
Penelitia menggunakan rancangan penelitian case study.
n Karakteristik pasien, berjenis kelamin laki-laki dengan usia 74
tahun dengan diagnosa mengalami BPH (Benign Prostatic
Hyperplasia) . Kegiatan pasien sehari-hari berternak ayam,
tinggal bersama anaknya. Riwayat penyakit lambung dan
kesulitan kencing sejak 2 bulan yang lalu.
Hasil Penatalaksaan diet pada pasien post operasi BPH-TURP adalah
dengan memberikan diet TKTP (Tinggi Kalori Tinggi Protein) yang
bertujuan untuk mengupayakan agar status gizi pasien segera
kembali normal, untuk mempercepat penyembuhan dan
meningkatkan daya tahan tubuh pasien. Pemberian diet diberikan
secara oral sesuai dengan keadaan pasien. Hasil penelitian meliputi
tingkat konsumsi energi, lemak dan karbohidrat dalam kategori
sedang dan tingkat konsumsi protein dalam kategori kurang.
Perkembangan antropometri tidak mengalami peningkatan.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan data rekam medis, didapatkan diagnosis medis pasien yaitu
BPH (Benign Prostatic Hyperplasia).
1. Antorpometri : Hasil pengukuran antropometri pasien Tn.S dengan
panjang Ulna 23cm dan LILA 22,5cm didapatkan konversi tinggi badan
159,4 cm dan status gizi pasien menurut LLA/U yakni 71% (gizi kurang)
2. Biokimia : Didapatkan hasil biokimia pasien saat pengambilan kasus
yakni leukosit 9.900/µl (normal),trombosit 27.000/µl (normal), urea 25
mg/dl (normal), creatinin 0,9 (norma), eritrosit 4,3 jt/µl (normal), kalium
3,4 mmol/l (normal), natrium 138 mmol/l (normal), clorida 0,7 mmol/l
(normal), dan selama intervensi hingga hari ketiga tidak adanya
pengukuran biokimia
3. Fisik klinis : Fisik klinis pasien saat awal pengambilan kasus yakni
pasien dengan keadaan compos mentis, tekanan darah 110/80 mmHg
(rendah), suhu 36 0C (normal), nadi 84 x/menit (norma) RR (Respirasi
Rate) 20x/menit (normal) serta rasa nyeri pada area kandung kemih dan
penis, dan setelah dilakukan intervensi hingga hari ke tiga tekanan darah
pasien menjadi normal yakni 120/80 mmHg dan rasa nyeri berangsur-
angsur hilang.
4. Terapi obat yang diberikan pada pasien yaitu NaCl 0,9%, Ringer lactat
500ml, Cefixim Cap 200mg, Na Diklofenac 50mg
5. Dietary/Asupan : Asupan makan pasien saat pengambilan kasus
diketahui dari data recall 24 yakni energy 51% (defisit), protein 60%
(defisit),lemak 46% (kurang) karbohidrat 60% (defisit), dan terjadi
peningkatan asupan makan saat intervensi hari pertama yakni energy
92% (cukup), protein 85% (cukup), lemak 88% (cukup), karbohidrat
96% (cukup). Pada intervensi hari kedua asupan pasien menjadi energy
91% (cukup), protein 95% (cukup),lemak 84% (cukup), karbohidrat 99%
(cukup). Hari terakhir intervensi asupan pasien sudah mulai tergolong
kategori baik dengan energi 99% (cukup), protein 100% (baik), lemak
100% (baik), karbohidrat 99% (cukup)
6. Diagnosa Berdasarkan analisis mendalam pada pasien diperoleh diagnosa
gizi sebagai berikut :
- NI.2.1 Asupan oral tidak adekuat berkaitan dengan gangguan dalam
mengunyah makanan ditandai dengan hasil recall energy 51% (defisit),
protein 60% (defisit), lemak 46% (defisit), karbohidrat 50% (defisit).
- NC.3.3.1 berat badan kurang (underweight) berkaitan dengan pola makan
yang kurang tepat ditandai dengan status gizi menurut LILA sebesar 71%
(status gizi kurang)
7. Intervensi gizi pada pasien
a. Terapi diet Berdasarkan Kebutuhan
Terapi Diet : Diet TKTP (Tinggi Kalori Tinggi Protein)
b. Implementasi di RS
Terapi Diet : Diet TKTP (Tinggi Kalori Tinggi Protein)
8. Monitoring
a. Antropometri : -
b. Biokimia :-
c. Fisik/Klinik : TD, suhu, nadi, RR, rasa nyeri
d. Dietary : Asupan makanan (energi, protein, lemak,
karbohidrat)
Evaluasi
a. Antropometri : -
b. Biokimia :-
c. Fisik / klinik : Selama pengambilan kasus hingga akhir intervensi
tekanan darah tetap normal yakni hari pertama 120/80 mmHg, hari
ke dua 1200/80 mmHg, hari ketiga 120/mmHg. Serta rasa nyeri
pada area antara kandung kemih dan penis pada akhir intervensi
sudah tidak dirasakan lagi oleh pasien
d. Dietary : Asupan makanan pasien mengalami peningkatan yakni
dan saat intervensi hari pertama yakni energy 92% (cukup), protein
85% (cukup), lemak 88% (cukup), karbohidrat 96% (cukup). Pada
intervensi hari kedua asupan pasien menjadi energy 91% (cukup),
protein 95% (cukup),lemak 84% (cukup), karbohidrat 99%
(cukup). Hari terakhir intervensi asupan pasien sudah mulai
tergolong kategori baik dengan energi 99% (cukup), protein 100%
(baik), lemak 100% (baik), karbohidrat 99% (cukup)
e. Konsultasi gizi tentang diet TKTP (Tinggi Kalori Tinggi Protein)
telah diberikan pada hari ketiga intervensi.
B. Saran