DISUSUN OLEH :
TAMARA ADELYA
NIM. P2.31.31.11.50.46
LAPORAN KASUS
MANAJEMEN ASUHAN GIZI KLINIK (MAGK)
PADA PASIEN KARSINOMA NASOFARING DENGAN CEPHALGIA BERAT
DI LANTAI V PAVILIUN DARMAWAN
RUMAH SAKIT PUSAT ANGKATAN DARAT GATOT SOEBROTO
Oleh:
TAMARA ADELYA
NIM. P2.31.31.11.50.46
I. Latar Belakang
Kanker Nasofaring (KNF) adalah tumor ganas yang tumbuh di daerah
nasofaring. KNF adalah tumor yang berasal dari sel epitel yang menutupi permukaan
nasofaring. Kanker nasofaring merupakan tumor ganas yang sering dijumpai
dibagian telinga, hidung, tenggorokan, kepala dan leher (THTKL). Kanker
nasofaring di Indonesia menduduki urutan keempat dari seluruh keganasan setelah
kanker mulut rahim, payudara dan kulit. Kanker nasofaring adalah kanker kepala
leher tersering (28.4%), dengan rasio pria-wanita adalah 3:1 (1)
Insidens KNF yang tinggi ini dihubungkan dengan kebiasaan makan,
lingkungan dan virus Epstein-Barr. Selain itu faktor geografis, rasial, jenis kelamin,
genetik, pekerjaan, kebiasaan hidup, kebudayaan, sosial ekonomi, infeksi kuman
atau parasit juga sangat mempengaruhi kemungkinan timbulnya tumor ini. Keadaan
sosial ekonomi yang rendah, lingkungan dan kebiasaan hidup juga menjadi salah satu
faktor. Udara yang penuh asap di rumah-rumah yang kurang baik ventilasinya di
Indonesia meningkatkan jumlah kasus KNF. Selain itu,terdapat riwayat sering
kontak dengan zat yang dianggap bersifat karsinogen seperti Benzopyrene,
Benzoathracene (sejenis Hidrokarbon dalam arang batubara), gas kimia, asap
industri, asap kayu dan beberapa ekstrak tumbuhan- tumbuhan (1).
Salah satu metode pengobatan pada penyakit kanker adalah kemoterapi yaitu
pengobatan kanker secara sistematik dengan tujuan menghambat pertumbuhan sel
kanker. Terapi pada kanker nasofaring menyebabkan stomatitis, mukositis, nyeri,
penurunan sekresi kelenjar ludah, menekan sensasi rasa dan kerusakan gigi. Hal ini
menyebabkan penurunan asupan makan dan daya tahan tubuh, mudah terkena
infeksi, serta penurunan berat badan dan status gizi (1).
Masalah gizi merupakan masalah yang sering ditemui pada pasien kanker.
Penurunan status gizi sering terjadi sebagai dampak dari penyakit kanker maupun
terapinya. Sebanyak 20% dari pasien kanker lebih banyak yang meninggal akibat
keadaan gizi kurang daripada keganasan penyakitnya. Gizi kurang pada pasien
kanker berakibat pada peningkatan biaya, termasuk waktu yang hilang karena tidak
bisa bekerja, kelelahan, ketidakmampuan untuk beraktifitas normal dan status
kesehatan yang semakin memburuk yang akan mengakibatkan kualitas hidup yang
buruk (1).
Penatalaksanaan diet pada pasien kanker nasofaring adalah pemberian diet
tinggi energi tinggi protein dalam rangka meningkatkan sistem kekebalan tubuh,
mengurangi efek samping dari pengobatan dan membantu memperbaiki jaringan
yang rusak (1).
III. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui gambaran proses asuhan gizi terstandar (PAGT) pada pasien
karsinoma nasofaring dengan cephalgia berat di lantai V Pavilliun Darmawan
RSPAD Gatot Soebroto Jakarta Pusat?
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan assessment gizi pada pasien karsinoma nasofaring dengan
cephalgia berat di lantai V Pavilliun Darmawan RSPAD Gatot Soebroto
Jakarta Pusat.
b. Menentukan diagnosa gizi pada pasien karsinoma nasofaring dengan
cephalgia berat di lantai V Pavilliun Darmawan RSPAD Gatot Soebroto
Jakarta Pusat
c. Melakukan intervensi gizi pada pasien karsinoma nasofaring dengan
cephalgia berat di lantai V Pavilliun Darmawan RSPAD Gatot Soebroto
Jakarta Pusat
d. Melakukan monitoring dan evaluasi gizi pada karsinoma nasofaring dengan
cephalgia berat di lantai V Pavilliun Darmawan RSPAD Gatot Soebroto
Jakarta Pusat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Sampai saat ini belum jelas bagaimana mulai tumbuhnya kanker nasofaring.
Namun penyebaran kanker ini dapat berkembang ke bagian mata, telinga, kelenjar
leher, dan otak. Risiko tinggi ini biasanya dimiliki oleh laki-laki atau adanya
keluarga yang menderita kanker ini.
II. Jenis
Dapat ditemukan berbagai jenis tumor ganas di nasofaring, antara lain : (2)
1. Jenis karsinoma epidermoid
Tumor yang berasal dari sel yang melapisi organ-organ internal biasanya timbul
dari jaringan epitel kulit atau epidermis kulit dan kebanyakan berasal dari kelenjar
sebasea atau kelenjar yang mengeluarkan minyak dari dalam kulit.
2. Jenis adenokarsinoma
Tumor yang berasal dari bagian dalam kulit seperti endodermis, eksodermis dan
mesodermis.
3. Jenis karsinoma adenoid kistik
Benjolan kecil yang berkembang dibawah kulit pada batang leher wajah tumbuh
lambat dan sering menyakitkan yang mudah digerakan, serta berbagai jenis sarkoma
dan limfoma maligna.
III. Anatomi Kanker Nasofaring
Anatomi letak nasofaring dapat dilihat pada gambar berikut
Nasofaring merupakan rongga dengan dinding kaku yang berada pada atas,
belakang dan lateral. Bagian depan berhubungan dengan rongga hidung melalui
koana sehingga sumbatan hidung merupakan gangguan yang sering timbul.
Penyebaran tumor ke lateral akan menyumbat muara tuba Estachius dan akan
mengganggu pendengaran serta menimbulkan cairan di telinga tengah. Metastasis
jauh dapat terjadi di daerah kepala serta dapat menimbulkan ganggu pada saraf otak.
IV. Etiologi
Etiologi karsinoma nasofaring sudah hampir dapat dipastikan bahwa faktor
pencetus terbesarnya ialah suatu jenis virus yang disebut virus Epstein-Barr. Karena
pada semua pasien nasofaring didapatkan titer anti-virus Epstein-Barr (EB) yang
cukup tinggi. Titer ini lebih tinggi dari titer orang sehat, pasien tumor ganas leher
dan kepala lainnya dan tumor organ tubuh lainnya, bahkan pada kelainan nasofaring
yang lain sekalipun.(3)
Selain dari itu terdapat juga faktor predisposisi yang mempengaruhi
pertumbuhan tumor ganas ini, seperti :
1. Umur 30-50 tahun
2. Sering mengonsumsi makanan yang mengandung bahan pengawet, termasuk
makanan yang diawetkan dengan cara diasinkan atau diasap.
3. Sering mengonsumsi makanan dan minuman yang panas atau bersifat panas
dan merangsang selaput lendir, seperti yang mengandung alkohol. Selain itu,
sering mengisap asap rokok, asap minyak tanah, asap kayu bakar, asap obat
nyamuk, atau asap candu.
4. Sering mengisap udara yang penuh asap atau rumah yang pergantian
udaranya kurang baik.
5. Faktor genetik, yakni yang mempunyai garis keturunan penderita kanker
nasofaring.
6. Infeksi virus Epstein-Barr
V. Gejala
VI. Pemeriksaan
1. Pemeriksaan Fisik
4. Pemeriksaan Lanjut
Eksplorasi nasofaring dengan anestesi umum perlu dilakukan jika dari biopsi
dengan anestesi lokal tidak didapatkan hasil yang positif sedangkan gejala dan
tanda yang ditemukan menunjukkan ciri karsinoma nasofaring.
5. Pemeriksaan Laboratorium
a. Hematologik : darah perifer lengkap, LED, hitung jenis.
b. Alkali fosfatase, LDH
c. SGPT – SGOT
6. Diagnosis Banding
a. Limfoma Malignum
b. Proses non keganasan (TB kelenjar)
c. Metastasis (tumor sekunder)
VII. Klasifikasi Stadium
No. Pengelompokan Stadium Tindakan
1. Stadium Dini : Radiasi
Stadium I
2. Stadium Intermediet : Kemoradiasi konkuren
Stadium II
3. Stadium Lokal Lanjut : Kemoradiasi konkuren +/-
Stadium III Kemoterapi adjuvan
Stadium IV A
Stadium IV B
VIII. Pencegahan
Terjadinya kanker nasofaring dapat dicegah dengan cara sebagai berikut :
1. Ciptakan lingkungan hidup dan lingkungan kerja yang sehat, serta usahakan
agar pergantian udara (sirkulasi udara) lancar.
2. Hindari polusi udara, seperti kontak dengan gas hasil zat-zat kimia, asap
industri, asap kayu, asap rokok, asap minyak tanah dan polusi lain yang dapat
mengaktifkan virus Epstein bar.
3. Hindari mengonsumsi makanan yang diawetkan, makanan yang panas, atau
makanan yang merangsang selaput lendir.
IX. Pengobatan
b. Pemberian farmakoterapi
2. Tatalaksana Nutrisi Khusus
Pasien kanker nasofaring dapat mengalami gangguan saluran cerna, berupa
mukositis oral, diare, konstipasi, atau mual-muntah akibat tindakan pembedahan
serta kemoterapi dan atau radioterapi. Tatalaksana khusus pada kondisi tersebut
diberikan sesuai dengan kondisi pasien
3. Anjuran untuk Penderita KNF :
a. Penderita kanker sebaiknya mempertahankan BB ideal dan menerapkan pola
makan yang sehat, tinggi buah, sayur, dan biji-bijian, serta rendah lemak, daging
merah, dan alkohol
b. Dianjurkan untuk mempertahankan atau meningkatkan aktivitas fisik selama dan
setelah pengobatan untuk membantu pembentukan masa otot, fungsi fisik, dan
metabolisme tubuh
4. Edukasi
Berikut ini adalah rangkuman mengenai hal-hal yang penting untuk diedukasikan
kepada pasien.
5. Kebutuhan Nutrisi Umum
a. Kebutuhan energi
Idealnya, perhitungan kebutuhan energi pada pasien kanker ditentukan dengan
kalorimetri indirek. Namun, apabila tidak tersedia, penentuan kebutuhan energi pada
pasien kanker dapat dilakukan dengan formula standar, misalnya rumus Harris
Benedict yang ditambahkan dengan faktor stres dan aktivitas, tergantung dari kondisi
dan terapi yang diperoleh pasien saat itu. Penghitungan kebutuhan energi pada
pasien kanker juga dapat dilakukan dengan rumus rule of thumb:
c. Mikronutrien
d. Cairan
Kebutuhan cairan pada pasien kanker umumnya sebesar :
B. Assesment
1. Riwayat Pasien
a. Riwayat Personal
Pasien adalah seorang ibu rumah tangga, status menikah. Keluhan awal pasien
sebelum masuk rumah sakit yaitu nyeri kepala 2 bulan SMRS dan mimisan. Pasien
melakukan tindakan bedah biopsy eksplorasi pada tanggal 5 Oktober 2018. Pasien
mengalami mual dan muntah.
b. Riwayat Penyakit Pasien dan Keluarga
Pasien memiliki riwayat penyakit ca nasofaring.
2. Antropometri
a. LILA = 26 cm
b. Tinggi Lutut = 44 cm
c. Konversi tinggi lutut ke TB (Chumlea)
= 84,88 – (0,24 x usia) + (1,83 x tinggi lutut)
= 84,88 – (0,24 x 36) + (1,83 x 44)
= 84,88 – 8,64 + 80,52 = 156,7 cm
d. Konversi LILA ke BB (Cerra 1984)
= LILA yang diukur : LILA standar cerra x (TB – 100)
= 26 x (156,7 – 100)
28,5
= 51,7 kg
e. BBI (Brocca)
= (TB-100) – 10% (TB-100)
= (156,7 – 100) – 10% (156,7 – 100)
= 56,7 – 5,67
= 51
f. IMT (Kemenkes RI)
IMT Kategori
<17,0 Kurang Berat Badan Berat
17,0 – <18,5 Kurang Berat Badan Ringan
18,5 – 25,0 Normal
>25,0 – 27,0 Gemuk
>27,0 Obesitas
Sumber : Kemenkes RI, 2014
Jenis
Hasil 08/10/2018 Nilai Rujukan Ket
Pemeriksaan
Tekanan Darah 110/70 mmHg 120/80 mmHg Normal
Suhu 36 0C 36 – 37 0C Normal
Nadi 82x/menit 60 – 130x/menit Normal
Pernapasan 20x/menit 20 - 40x/menit Normal
Penilaian : Berdasarkan tabel hasil klinis diatas menunjukkan bahwa tekanan darah,
suhu tubuh, nadi, dan pernapasan normal.
5. Riwayat Gizi
Pola Makan :
1. Asupan Makan Pasien SMRS
Sebelum masuk rumah sakit pasien makan 3 kali sehari, pasien suka
mengkonsumsi teh setiap hari, pasien juga sering mengonsumsi minuman manis
kemasan. Pasien mengonsumsi sayur setiap hari namun jarang mengonsumsi buah.
Pasien sering mengonsumsi biskuit, roti, mie instant dan baso. Pasien tidak
memiliki alergi terhadap makanan. Pasien merasakan mual dan muntah oleh karena
itu nafsu makan pasien berkurang. Dari hasil wawancara dengan metode Food
Frequency Quecioner (FFQ), didapat rincian kebiasaan makan pasien, yaitu :
Makanan Pokok
- Nasi 3× /hari
- Biskuit 3-6x /minggu
- Roti 3-4x /minggu
- Mie 1-2x /bulan
Lauk Nabati
- Tempe 3-4x /minggu
- Tahu 3-4x /minggu
Lauk Hewani
- Ayam 3-6x /minggu
- Daging 1-2x /minggu
- Telur ayam 1-2x /minggu
Sayur
- Bayam, kangkung, labu 1x /hari
Buah
- Pepaya, pisang 2-3x / minggu
Lainnya
- Minum teh 1x sehari
- Baso 1x /bulan
- Minuman manis kemasan 1x / hari
Kategori % Asupan
Kurang < 80 %
Baik 80-110 %
Lebih > 110 %
(Sumber : WNPG, 2004)
6. Obat yang Diberikan
Interaksi Obat
Nama Obat Indikasi Efek Samping
dan Zat Gizi
Digunakan untuk Meningkatkan
mengatasi infeksi Diare, mual, muntah, efek antikoagulan
bakteri yang bekerja neutropenia, antagonis vitamin
dengan cara eosinophilia, anemia, K. Interaksi
menghambat ruam, demam, dengan Kalsium
Ceftriaxone pertumbuhan atau peningkatan dapat
membunuh bakteri konsentrasi serum menyebabkan
dalam tubuh. Juga AST, ALT, dan pengendapan
digunakan untuk BUN, meningkatkan bahan kristal di
mengatasi infeksi kadar gula darah paru-paru dan
akibat virus. ginjal
Mengganggu
Digunakan untuk penyerapan
mengatasi kondisi Retardasi kalsium.
autoimun, kanker, pertumbuhan, Meningkatkan
serta alergi. Juga osteoporosis, risiko hipokalemi
Dexamethason
digunakan untuk glaukoma, katarak, ketika digunakan
mengatasi mual dan pankreatitis, bersamaan dengan
muntah akibat gangguan GI. obat yang
kemoterapi. mengurangi
kalium.
Sakit kepala,
Digunakan untuk
insomnia, vertigo,
penderita GERD
konstipasi, mual, Interaksi dengan
dan luka lambung.
muntah, nyeri perut, alcohol dapat
Juga digunakan
Ranitidin ruam kulit. Dapat menyebabkan
untuk pengobatan
meningkatkan serum iritasi mukosa
radang saluran
AST, ALT, lambung
pencernaan atas
kreatinin, dan
(kerongkongan).
bilirubin, serta
mengganggu hasil
pemeriksaan
laboratorium dalam
penentuan protein
urin.
Mengantuk, sakit
kepala, mulut kering,
demam, hipertensi,
Digunakan untuk nyeri dada, retensi
Menghambat
meredakan cairan,
absorbsi zat besi,
Ketorolac peradangan dan rasa hyponatremia,
magnesium, dan
nyeri pada bagian hyperkalemia,
seng.
mata. trombositopenia.
Dapat meningkatkan
kadar urea dan
kretinin dalam darah
Digunakan untuk
penambah cairan
Nyeri dada, detak
dan elektrolit tubuh
jantung tidak
untuk Interaksi dengan
normal, turun nya
Infus Ringer mengembalikan vitamin D dapat
tekanan darah,
Laktat keseimbangan nya. menyebabkan
kesulitan bernapas,
Juga bertindak hiperkalesimia
batuk, ruam kulit,
sebagai alkalisator
sakit kepala.
yang mengurangi
keasaman
7. Diagnosis Gizi
a. Domain Asupan
NI. 2.1 Asupan oral tidak adekuat berkaitan dengan nafsu makan kurang serta mual
ditandai dengan hasil recall asupan kurang yaitu energi 55,9%, protein 38,7%,
lemak 69,7%, dan karbohidrat 58,3%.
b. Domain Klinis
NC. 2.1 Utilisasi zat gizi terganggu, berkaitan dengan penyakit kanker nasofaring,
ditandai dengan nilai laboratorium rendah, yaitu hemoglobin 10,2 gr/dl, hematokrit
30%, eritrosit 3,9 jt/ul, MCV 79 fl.
c. Domain Perilaku/Lingkungan
NB. 1.1 Kurangnya pengetahuan tentang makanan dan zat gizi, berkaitan dengan
sering konsumsi makanan dan minuman manis, ditandai dengan konsumsi biskuit
3-6x / minggu, teh manis setiap hari, dan sering mengonsumsi minuman manis
kemasan.
8. Intervensi Gizi
a. Perhitungan Kebutuhan :
Rumus Miff-Lin
BMR = (10 x BB) + (6,25 x TB) - (5 x U) - 161
= (10 x 51,7) + (6,25 x 156,7) – (5 x 36) - 161
= 517 + 979,3 - 180 - 161
= 1155,3 Kkal
TEE = BMR x Faktor aktivitas x Faktor Stress
= 1155,3 x 1,1 x 1,3
= 1652 Kkal
b. Kebutuhan Zat Gizi Makro
1) Protein = 20% x 1652 : 4 = 82,6 gram
2) Lemak = 25% x 1652 Kkal : 9 = 45,8 gram
3) Karbohidrat = 55% x 1652 Kkal : 4 = 227,2 gram
d. Tujuan Diet :
1) Memberikan makanan yang seimbang sesuai dengan keadaan penyakit
serta daya terima pasien
2) Mencegah atau menghambat penurunan berat badan secara berlebihan
3) Mengurangi rasa mual, muntah, dan diare
4) Mengupayakan perubahan sikap dan perilaku sehat terhadap makanan
oleh pasien dan keluarganya
e. Preskripsi Diet :
1) Nama Diet : Diet ETPT
2) Prinsip Diet : Tinggi Energi, Tinggi Protein
3) Bentuk Makanan :Makanan Lunak
4) Rute : Oral
5) Frekuensi makan : 3x makan utama, 3x selingan
6) Energi : 1652 Kkal/hari
7) Protein : 82,6 gram/hari
8) Lemak : 45,8 gram/hari
9) Karbohidrat : 227,2 gram/hari
10) Ekstra cair Nutrican 3 x 150 ml dan putih telur 3x1
f. Edukasi Gizi :
1) Sasaran : Pasien dan keluarga
2) Waktu : ± 15 menit
3) Tujuan :
Membantu mempertahankan status gizi pasien tetap normal
Memotivasi pasien untuk mematuhi diet yang diberikan
Memotivasi pasien untuk mengerti makanan yang sebaiknya
dikonsumsi dan tidak dikonsumsi
Memotivasi pasien untuk dapat mengatur pola makan
4) Media : Leaflet
5) Materi :
Menjelaskan pengaturan pola makan untuk diet tinggi kalori tinggi
protein
Menjelaskan contoh menu dan bahan makanan yang boleh dan tidak
boleh dikonsumsi
I. Asupan Makan
Intervensi dilakukan selama tiga hari sejak tanggal 10 Oktober 2018 s/d 13
Oktober 2018. Data asupan selama intervensi dapat dilihat pada tabel berikut :
Berdasarkan tabel recall zat gizi makro 3 hari SMRS didapatkan hasil bahwa
asupan energi dan zat gizi makro kurang, yaitu energi 55,9 %, protein 38,7 %, lemak
69,7 %, karbohidrat 58,3 %.
Tabel Recall Zat Gizi Mikro 3 Hari SMRS
Vit A Vit B1 Vit B2 Vit B3 Vit B6 Vit B9 Vit B12 Vit C
Waktu
(mcg) (mg) (mg) (mg) (mg) (mg) (mg) (mg)
Hari 1 984,4 0,7 1,3 0,0 0,2 0,0 4,2 93,8
Hari 2 2019,5 0,4 0,2 0,0 0,2 0,0 0,9 99,2
Hari 3 2525,1 1,2 1,6 0,0 0,2 0,0 5,0 98,4
Rata-rata 1843,0 0,8 1,0 0,0 0,2 0,0 3,4 97,1
Kebutuhan 500 1,1 1,3 12,0 1,3 400 2,4 75,0
% Asupan 368,6 % 69,7 % 79,5 % 0,0 % 15,4 % 0,0 % 140,3 % 129,5 %
Berdasarkan tabel recall zat gizi mikro 3 hari SMRS didapatkan hasil bahwa
asupan vitamin A lebih yaitu 368,6 %, vitamin B1 kurang yaitu 69,7 %, vitamin B2
kurang yaitu 79,5 %, vitamin B3 kurang yaitu 0%, vitamin B6 kurang yaitu 15,4%,
vitamin B9 kurang yaitu 0%, vitamin B12 lebih yaitu 140,3%, dan vitamin C lebih
yaitu 129,5%.
Berdasarkan tabel asupan zat gizi makro selama 3 hari intervensi didapatkan
hasil bahwa asupan energi cukup yaitu 83%, protein cukup yaitu 97,5%, lemak cukup
yaitu 90%, sementara asupan karbohidrat kurang yaitu 76,6%.
94.90%
94.40%
88.60%
86.90%
86.20%
81.40%
81.10%
78.60%
77.60%
73.30%
ENERGI PROTEIN LEMAK KARBOHIDRAT
Berdasarkan grafik asupan zat gizi makro selama 3 hari intervensi dengan
pemberian 100% dari total kebutuhan didapatkan hasil asupan energi pada hari
pertama dikategorikan cukup yaitu 81,4%, protein dikategorikan cukup yaitu 94,4%,
lemak dikategorikan cukup yaitu 88,6%, sedangkan karbohidrat dikategorikan kurang
yaitu 78,6%.
Pada hari kedua asupan energi sedikit menurun namun masih dikategorikan
cukup yaitu 81,1%, protein meningkat dan dikategorikan cukup yaitu 98,5%, lemak
menurun namun masih dikategorikan cukup yaitu 86,2%, karbohidrat menurun dan
dikategorikan kurang yaitu 73,3%.
Pada hari ketiga asupan energi meningkat kembali dan dikategorikan cukup
yaitu 86,9%, asupan protein juga meningkat dan dikategorikan cukup yaitu 99,7%,
asupan lemak meningkat menjadi 94,4%, sementara asupan karbohidrat meningkat
namun dikategorikan kurang yaitu 77,6 %.
Berdasarkan grafik asupan zat gizi makro selama 3 hari intervensi diatas
digambarkan bahwa asupan energi, protein, dan lemak hari pertama hingga ketiga
sudah baik dan dikategorikan cukup berdasarkan WNPG 2004, namun asupan
karbohidrat belum dikategorikan cukup dikarenakan asupan bubur pasien kurang. Hal
ini disebabkan karena pasien masih merasa mual saat makan terutama saat
menginsumsi bubur.
I. Kesimpulan
A. Ny. Y dengan diagnose KNF + Cephalgia Berat
B. Assesment
1. Antropometri
Berdasarkan perhitungan IMT (Indeks Massa Tubuh) pasien memiliki status
gizi normal dimana nilai IMT adalah 20,9 kg/m2
2. Biokimia
Berdasarkan tabel hasil pemeriksaan laboratorium sebelum intervensi tidak
ada nilai laboratorium yang mengalami perubahan yang signifikan. Selama dan setelah
intervensi tidak ada pemeriksaan laboratorium yang dilakukan.
3. Fisik dan Klinis
a. Pemeriksaan Tanda-tanda Vital
Berdasarkan hasil pemeriksaan tanda-tanda vital dapat disimpulkan bahwa
kesadaran, tekanan darah, suhu, nadi dan pernapasan selama 3 hari intervensi
dikategorikan normal dan tidak ada perubahan yang signifikan.
b. Pemeriksaan Klinis dan Fisik
Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik dan klinis didapatkan hasil bahwa pasien
mengalami mual selama 3 hari intervensi. Pasien tidak mengalami muntah selama 3
hari intervensi. Pasien mengalami nyeri di bagian kepala terutama di dekat mata
sebelah kiri selama 3 hari intervensi. Pasien sudah diberikan obat untuk mengatasi
mual dan nyeri di bagian kepala namun pasien mengatakan masih mengalami mual
dan nyeri.
4. Riwayat Makan
Hasil intervensi selama 3 hari didapatkan hasil bahwa asupan energi, protein,
dan lemak hari pertama hingga ketiga sudah baik dan dikategorikan cukup
berdasarkan WNPG 2004, namun asupan karbohidrat belum dikategorikan cukup
dikarenakan asupan bubur pasien kurang. Hal ini disebabkan karena pasien masih
merasa mual saat makan terutama saat menginsumsi bubur.
C. Diagnosa Gizi
1. Domain Asupan
NI. 2.1 Asupan oral tidak adekuat berkaitan dengan nafsu makan kurang serta mual
ditandai dengan hasil recall asupan kurang yaitu energi 55,9%, protein 38,7%,
lemak 69,7%, dan karbohidrat 58,3%.
2. Domain Klinis
NC. 2.1 Utilisasi zat gizi terganggu, berkaitan dengan penyakit kanker nasofaring,
ditandai dengan nilai laboratorium rendah, yaitu hemoglobin 10,2 gr/dl, hematokrit
30%, eritrosit 3,9 jt/ul, MCV 79 fl.
3. Domain Perilaku/Lingkungan
NB. 1.1 Kurangnya pengetahuan tentang makanan dan zat gizi, berkaitan dengan
sering konsumsi makanan dan minuman manis, ditandai dengan konsumsi biscuit
3-6x / minggu, teh manis setiap hari, dan sering mengonsumsi minuman manis
kemasan.
D. Intervensi Gizi
1. Syarat Diet :
a. Energi tinggi
b. Protein diberikan 20% dari total kebutuhan energi
c. Lemak diberikan 20% dari total kebutuhan energi
d. Karbohidrat diberikan 55% dari total kebutuhan energi
e. Vitamin, terutama Vit.A, Vit B kompleks, Vit C, Vit E.
f. Rendah iodium
g. Cairan diberikan sesuai kebutuhan
h. Makanan diberikan dalam porsi kecil tapi sering
2. Tujuan Diet :
a. Memberikan makanan yang seimbang sesuai dengan keadaan penyakit serta
daya terima pasien
b. Mencegah atau menghambat penurunan berat badan secara berlebihan
c. Mengurangi rasa mual, muntah, dan diare
d. Mengupayakan perubahan sikap dan perilaku sehat terhadap makanan
oleh pasien dan keluarganya
3. Preskripsi Diet :
a. Nama Diet : Diet ETPT
b. Prinsip Diet : Tinggi Energi, Tinggi Protein
c. Bentuk Makanan :Makanan Lunak
d. Rute : Oral
e. Frekuensi makan : 3x makan utama, 3x selingan
f. Energi : 1652 Kkal/hari
g. Protein : 82,6 gram/hari
h. Lemak : 45,8 gram/hari
i. Karbohidrat : 227,2 gram/hari
j. Ekstra cair Nutrican 3 x 150 ml dan putih telur 3x1
4. Edukasi Gizi :
a. Sasaran : Pasien dan keluarga
b. Waktu : ± 15 menit
c. Tujuan :
Membantu mempertahankan status gizi pasien tetap normal
Memotivasi pasien untuk mematuhi diet yang diberikan
Memotivasi pasien untuk mengerti makanan yang sebaiknya
dikonsumsi dan tidak dikonsumsi
Memotivasi pasien untuk dapat mengatur pola makan
d. Media : Leaflet
e. Materi :
Menjelaskan pengaturan pola makan untuk diet tiggi kalori tinggi
protein
Menjelaskan contoh menu dan bahan makanan yang boleh dan tidak
boleh dikonsumsi
5. Monitoring dan Evaluasi
a. Asupan
Target : Asupan makanan mencapai ≥ 80-100%
Hasil : Asupan energi, protein, dan lemak memenuhi target,
sementara asupan karbohidrat belum memenuhi target
b. Biokimia
Target : Memperbaiki nilai hemoglobin, hematocrit, eritrosit, dan GDS
Hasil : Belum ada pemeriksaan laboratorium yang dilakukan selama
intervensi sehingga belum dapat dilihat hasil perkembangan nilai
laboratorium.
c. Antropometri
Target : Status gizi pasien tetap normal
Hasil : Status gizi pasien sebelum dan setelah intervensi tetap normal
II. Saran
A. Bagi Pasien
Pasien disarankan untuk tetap menjaga pola makan sehat dan seimbang sesuai
anjuran diet yang diberikan. Tingkatkan konsumsi protein untuk menunjang
kesembuhan serta untuk menghindari penurunan berat badan. Juga disarankan
untuk mengonsumsi sayur dan buah sebagai antioksidan dan menghindari
konsumsi makanan cepat saji, serta makanan dan minuman yang mengandung
bahan pengawet. Pasien juga disarankan untuk menghindari asap dan tempat yang
beradiasi tinggi.
B. Bagi Keluarga
Keluarga disarankan untuk mendukung pasien dalam menerapkan pola
makan sehat dan seimbang sesuai anjuran diet yang diberikan. Serta dapat
mendukung pasien dalam menerapkan pola hidup sehat.
DAFTAR PUSTAKA