Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN KASUS

PROSES ASUHAN GIZI TERSTANDAR


PADA PASIEN KARSINOMA NASOFARING DENGAN CEPHALGIA BERAT
DI LANTAI V PAVILIUN DARMAWAN
RUMAH SAKIT PUSAT ANGKATAN DARAT GATOT SOEBROTO

DISUSUN OLEH :
TAMARA ADELYA
NIM. P2.31.31.11.50.46

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN JAKARTA II


PROGRAM STUDI DIPLOMA IV
JURUSAN GIZI
TAHUN 2018
LEMBAR PENGESAHAN
PRAKTEK KERJA LAPANGAN

LAPORAN KASUS
MANAJEMEN ASUHAN GIZI KLINIK (MAGK)
PADA PASIEN KARSINOMA NASOFARING DENGAN CEPHALGIA BERAT
DI LANTAI V PAVILIUN DARMAWAN
RUMAH SAKIT PUSAT ANGKATAN DARAT GATOT SOEBROTO

Oleh:
TAMARA ADELYA
NIM. P2.31.31.11.50.46

Program Studi Diploma IV Gizi

Laporan Telah Diperiksa dan Disetujui Oleh Pembimbing Materi


Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat untuk Diterima

Mengetahui, Jakarta, 27 November 2017


Kepala Unit Gizi Pembimbing Materi

Ronny Hendrik Medellu, S.E Hendra Sudrajat, S.Gz, RD


Letnan Kolonel Ckm NRP 34033 ASN III/b 19790527 200212 1005
BAB I
PENDAHULUAN

I. Latar Belakang
Kanker Nasofaring (KNF) adalah tumor ganas yang tumbuh di daerah
nasofaring. KNF adalah tumor yang berasal dari sel epitel yang menutupi permukaan
nasofaring. Kanker nasofaring merupakan tumor ganas yang sering dijumpai
dibagian telinga, hidung, tenggorokan, kepala dan leher (THTKL). Kanker
nasofaring di Indonesia menduduki urutan keempat dari seluruh keganasan setelah
kanker mulut rahim, payudara dan kulit. Kanker nasofaring adalah kanker kepala
leher tersering (28.4%), dengan rasio pria-wanita adalah 3:1 (1)
Insidens KNF yang tinggi ini dihubungkan dengan kebiasaan makan,
lingkungan dan virus Epstein-Barr. Selain itu faktor geografis, rasial, jenis kelamin,
genetik, pekerjaan, kebiasaan hidup, kebudayaan, sosial ekonomi, infeksi kuman
atau parasit juga sangat mempengaruhi kemungkinan timbulnya tumor ini. Keadaan
sosial ekonomi yang rendah, lingkungan dan kebiasaan hidup juga menjadi salah satu
faktor. Udara yang penuh asap di rumah-rumah yang kurang baik ventilasinya di
Indonesia meningkatkan jumlah kasus KNF. Selain itu,terdapat riwayat sering
kontak dengan zat yang dianggap bersifat karsinogen seperti Benzopyrene,
Benzoathracene (sejenis Hidrokarbon dalam arang batubara), gas kimia, asap
industri, asap kayu dan beberapa ekstrak tumbuhan- tumbuhan (1).
Salah satu metode pengobatan pada penyakit kanker adalah kemoterapi yaitu
pengobatan kanker secara sistematik dengan tujuan menghambat pertumbuhan sel
kanker. Terapi pada kanker nasofaring menyebabkan stomatitis, mukositis, nyeri,
penurunan sekresi kelenjar ludah, menekan sensasi rasa dan kerusakan gigi. Hal ini
menyebabkan penurunan asupan makan dan daya tahan tubuh, mudah terkena
infeksi, serta penurunan berat badan dan status gizi (1).
Masalah gizi merupakan masalah yang sering ditemui pada pasien kanker.
Penurunan status gizi sering terjadi sebagai dampak dari penyakit kanker maupun
terapinya. Sebanyak 20% dari pasien kanker lebih banyak yang meninggal akibat
keadaan gizi kurang daripada keganasan penyakitnya. Gizi kurang pada pasien
kanker berakibat pada peningkatan biaya, termasuk waktu yang hilang karena tidak
bisa bekerja, kelelahan, ketidakmampuan untuk beraktifitas normal dan status
kesehatan yang semakin memburuk yang akan mengakibatkan kualitas hidup yang
buruk (1).
Penatalaksanaan diet pada pasien kanker nasofaring adalah pemberian diet
tinggi energi tinggi protein dalam rangka meningkatkan sistem kekebalan tubuh,
mengurangi efek samping dari pengobatan dan membantu memperbaiki jaringan
yang rusak (1).

II. Rumusan Masalah


1. Apakah definisi karsinoma nasofaring?
2. Apakah jenis-jenis karsinoma nasofaring?
3. Apakah etiologi dari karsinoma nasofaring?
4. Apakah gejala dari karsinoma nasofaring?
5. Bagaimana proses asuhan gizi untuk penyakit karsinoma nasofaring?

III. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui gambaran proses asuhan gizi terstandar (PAGT) pada pasien
karsinoma nasofaring dengan cephalgia berat di lantai V Pavilliun Darmawan
RSPAD Gatot Soebroto Jakarta Pusat?
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan assessment gizi pada pasien karsinoma nasofaring dengan
cephalgia berat di lantai V Pavilliun Darmawan RSPAD Gatot Soebroto
Jakarta Pusat.
b. Menentukan diagnosa gizi pada pasien karsinoma nasofaring dengan
cephalgia berat di lantai V Pavilliun Darmawan RSPAD Gatot Soebroto
Jakarta Pusat
c. Melakukan intervensi gizi pada pasien karsinoma nasofaring dengan
cephalgia berat di lantai V Pavilliun Darmawan RSPAD Gatot Soebroto
Jakarta Pusat
d. Melakukan monitoring dan evaluasi gizi pada karsinoma nasofaring dengan
cephalgia berat di lantai V Pavilliun Darmawan RSPAD Gatot Soebroto
Jakarta Pusat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

I. Definisi Karsinoma Nasofaring

Karsinoma Nasofaring (KNF) merupakan kanker yang muncul pada daerah


nasofaring (area di atas tenggorok dan di belakang hidung), yang menunjukkan bukti
adanya diferensiasi skuamosa mikroskopik ringan atau ultrastruktur.

Sampai saat ini belum jelas bagaimana mulai tumbuhnya kanker nasofaring.
Namun penyebaran kanker ini dapat berkembang ke bagian mata, telinga, kelenjar
leher, dan otak. Risiko tinggi ini biasanya dimiliki oleh laki-laki atau adanya
keluarga yang menderita kanker ini.

II. Jenis
Dapat ditemukan berbagai jenis tumor ganas di nasofaring, antara lain : (2)
1. Jenis karsinoma epidermoid
Tumor yang berasal dari sel yang melapisi organ-organ internal biasanya timbul
dari jaringan epitel kulit atau epidermis kulit dan kebanyakan berasal dari kelenjar
sebasea atau kelenjar yang mengeluarkan minyak dari dalam kulit.
2. Jenis adenokarsinoma
Tumor yang berasal dari bagian dalam kulit seperti endodermis, eksodermis dan
mesodermis.
3. Jenis karsinoma adenoid kistik
Benjolan kecil yang berkembang dibawah kulit pada batang leher wajah tumbuh
lambat dan sering menyakitkan yang mudah digerakan, serta berbagai jenis sarkoma
dan limfoma maligna.
III. Anatomi Kanker Nasofaring
Anatomi letak nasofaring dapat dilihat pada gambar berikut

Nasofaring merupakan rongga dengan dinding kaku yang berada pada atas,
belakang dan lateral. Bagian depan berhubungan dengan rongga hidung melalui
koana sehingga sumbatan hidung merupakan gangguan yang sering timbul.
Penyebaran tumor ke lateral akan menyumbat muara tuba Estachius dan akan
mengganggu pendengaran serta menimbulkan cairan di telinga tengah. Metastasis
jauh dapat terjadi di daerah kepala serta dapat menimbulkan ganggu pada saraf otak.

IV. Etiologi
Etiologi karsinoma nasofaring sudah hampir dapat dipastikan bahwa faktor
pencetus terbesarnya ialah suatu jenis virus yang disebut virus Epstein-Barr. Karena
pada semua pasien nasofaring didapatkan titer anti-virus Epstein-Barr (EB) yang
cukup tinggi. Titer ini lebih tinggi dari titer orang sehat, pasien tumor ganas leher
dan kepala lainnya dan tumor organ tubuh lainnya, bahkan pada kelainan nasofaring
yang lain sekalipun.(3)
Selain dari itu terdapat juga faktor predisposisi yang mempengaruhi
pertumbuhan tumor ganas ini, seperti :
1. Umur 30-50 tahun
2. Sering mengonsumsi makanan yang mengandung bahan pengawet, termasuk
makanan yang diawetkan dengan cara diasinkan atau diasap.
3. Sering mengonsumsi makanan dan minuman yang panas atau bersifat panas
dan merangsang selaput lendir, seperti yang mengandung alkohol. Selain itu,
sering mengisap asap rokok, asap minyak tanah, asap kayu bakar, asap obat
nyamuk, atau asap candu.
4. Sering mengisap udara yang penuh asap atau rumah yang pergantian
udaranya kurang baik.
5. Faktor genetik, yakni yang mempunyai garis keturunan penderita kanker
nasofaring.
6. Infeksi virus Epstein-Barr

V. Gejala

Letak nasofaring yang tersembunyi di belakang hidung atau belakang langit-


langit rongga mulut menyebabkan serangan kanker ini sering kali terlambat
diketahui. Namun, biasanya pada stadium dini menunjukkan gejala-gejala sebagai
berikut :
1. Di dalam telinga timbul suara berdengung dan terasa penuh tanpa disertai
rasa sakit sampai pendengaran berkurang.
2. Hidung sering mimisan. Hidung tersumbat terus-menerus, kemudian pilek.

Pada kondisi akut menunjukkan gejala sebagai berikut :


1. Kelenjar getah bening pada leher membesar.
2. Mata menjadi juling, penglihatan ganda, dan mata bisa menonjol keluar
3. Sering timbul nyeri dan sakit kepala.

VI. Pemeriksaan
1. Pemeriksaan Fisik

a. Dilakukan pemeriksaan status generalis dan status lokalis.


b. Pemeriksaan nasofaring:
 Rinoskopi posterior
 Nasofaringoskop (fiber / rigid )
 Laringoskopi
c. Pemeriksaan nasoendoskopi dengan NBI (Narrow Band Imaging) digunakan
untuk skrining, yaitu melihat mukosa dengan kemungkinan adanya kanker
nasofaring.
2. Pemeriksaan Radiologik
a. CT Scan
Pemeriksaan radiologik berupa CT scan nasofaring. CT berguna untuk melihat
tumor primer dan penyebaran ke jaringan sekitarnya serta penyebaran kelenjar getah
bening regional.
b. USG abdomen
Untuk menilai metastasis organ-organ intra abdomen. Apabila dapat keraguan
pada kelainan yang ditemukan dapat dilanjutkan dengan CT Scan Abdomen
dengan kontras.
c. Foto Thoraks
Untuk melihat adanya nodul di paru atau apabila dicurigai adanya kelainan
maka dilanjutkan dengan CT Scan Thoraks dengan kontras.
d. Bone Scan
Untuk melihat metastasis tulang.

3. Pemeriksaan Patologi Anatomik


Diagnosis pasti didapatkan berdasarkan pemeriksaan PA dari biopsi nasofaring.

4. Pemeriksaan Lanjut
Eksplorasi nasofaring dengan anestesi umum perlu dilakukan jika dari biopsi
dengan anestesi lokal tidak didapatkan hasil yang positif sedangkan gejala dan
tanda yang ditemukan menunjukkan ciri karsinoma nasofaring.
5. Pemeriksaan Laboratorium
a. Hematologik : darah perifer lengkap, LED, hitung jenis.
b. Alkali fosfatase, LDH
c. SGPT – SGOT

6. Diagnosis Banding
a. Limfoma Malignum
b. Proses non keganasan (TB kelenjar)
c. Metastasis (tumor sekunder)
VII. Klasifikasi Stadium
No. Pengelompokan Stadium Tindakan
1. Stadium Dini : Radiasi
 Stadium I
2. Stadium Intermediet : Kemoradiasi konkuren
 Stadium II
3. Stadium Lokal Lanjut : Kemoradiasi konkuren +/-
 Stadium III Kemoterapi adjuvan
 Stadium IV A
 Stadium IV B

VIII. Pencegahan
Terjadinya kanker nasofaring dapat dicegah dengan cara sebagai berikut :
1. Ciptakan lingkungan hidup dan lingkungan kerja yang sehat, serta usahakan
agar pergantian udara (sirkulasi udara) lancar.
2. Hindari polusi udara, seperti kontak dengan gas hasil zat-zat kimia, asap
industri, asap kayu, asap rokok, asap minyak tanah dan polusi lain yang dapat
mengaktifkan virus Epstein bar.
3. Hindari mengonsumsi makanan yang diawetkan, makanan yang panas, atau
makanan yang merangsang selaput lendir.

IX. Pengobatan

Pengobatan kanker nasofaring bisa dilakukan dengan radioterapi, atau


kombinasi dengan kemoterapi. Tindakan operasi tidak dilakukan untuk jenis kanker
ini karena posisinya yang sulit dan dekat metastase kelenjar getah bening. Tindakan
operasi (bedah) yang umum hanyalah biopsi, untuk stadium awal kanker ini jarang
dilakukan biopsi.

X. Proses Asuhan Gizi Terstandar Pada Pasien KNF


Pasien karsinoma nasofaring (KNF) sering mengalami malnutrisi (35%) dan
malnutrisi berat (6,7%). Prevalensi kaheksia pada kanker kepala-leher (termasuk
KNF) dapat mencapai 67%. Malnutrisi dan kaheksia dapat mempengaruhi respons
terapi kualitas hidup, dan kesintasan pasien. Pasien KNF juga sering mengalami efek
samping terapi, berupa mukositis, xerostomia, mual, muntah, diare, disgeusia, dan
lain-lain. Berbagai kondisi tersebut dapat meningkatkan meningkatkan stres
metabolisme, sehingga pasien perlu mendapatkan tatalaksana nutrisi secara
optimal.(4)

Pasien karsinoma nasofaring sering mengalami kehilangan nafsu makan,


perubahan indra perasa, penurunan sistim kekebalan, muntah, diare, gangguan
saluran cerna lainnya seringkali berakibat terhadap jumlah asupan makronutrien dan
mikronutrien yang diperlukan pada anak. Pasien perlu mendapatkan edukasi dan
terapi gizi untuk meningkatkan keluaran klinis dan kualitas hidup pasien.

1. Tatalaksana Nutrisi Umum

Penatalaksanaan nutrisi secara umum terdiri atas:

a. Pemberian nutrisi optimal

b. Pemberian farmakoterapi
2. Tatalaksana Nutrisi Khusus
Pasien kanker nasofaring dapat mengalami gangguan saluran cerna, berupa
mukositis oral, diare, konstipasi, atau mual-muntah akibat tindakan pembedahan
serta kemoterapi dan atau radioterapi. Tatalaksana khusus pada kondisi tersebut
diberikan sesuai dengan kondisi pasien
3. Anjuran untuk Penderita KNF :
a. Penderita kanker sebaiknya mempertahankan BB ideal dan menerapkan pola
makan yang sehat, tinggi buah, sayur, dan biji-bijian, serta rendah lemak, daging
merah, dan alkohol
b. Dianjurkan untuk mempertahankan atau meningkatkan aktivitas fisik selama dan
setelah pengobatan untuk membantu pembentukan masa otot, fungsi fisik, dan
metabolisme tubuh
4. Edukasi
Berikut ini adalah rangkuman mengenai hal-hal yang penting untuk diedukasikan
kepada pasien.
5. Kebutuhan Nutrisi Umum

a. Kebutuhan energi
Idealnya, perhitungan kebutuhan energi pada pasien kanker ditentukan dengan
kalorimetri indirek. Namun, apabila tidak tersedia, penentuan kebutuhan energi pada
pasien kanker dapat dilakukan dengan formula standar, misalnya rumus Harris
Benedict yang ditambahkan dengan faktor stres dan aktivitas, tergantung dari kondisi
dan terapi yang diperoleh pasien saat itu. Penghitungan kebutuhan energi pada
pasien kanker juga dapat dilakukan dengan rumus rule of thumb:

 Pasien ambulatory : 30-35 kkal/kg BB/hari


 Pasien bedridden : 20-25 kkal/kg BB/hari
 Pasien obesitas : menggunakan berat badan ideal

Pemenuhan energi dapat ditingkatkan sesuai dengan kebutuhan dan toleransi


pasien.
b. Makronutrien

 Kebutuhan protein : 1,2-2,0 g/kg BB/hari, pemberian


protein perlu disesuaikan dengan fungsi ginjal dan hati.

 Kebutuhan lemak : 25-30% dari energi total

 Kebutuhan karbohidrat (KH) : sisa dari perhitungan protein dan lemak

c. Mikronutrien

Sampai saat ini, pemenuhan mikronutrien untuk pasien kanker hanya


berdasarkan empiris saja, karena belum diketahui jumlah pasti kebutuhan
mikronutrien untuk pasien kanker. ESPEN menyatakan bahwa suplementasi vitamin
dan mineral dapat diberikan sesuai dengan angka kecukupan gizi (AKG).
Direkomendasikan pemberian vitamin dan mineral sebesar satu kali angka
kecukupan gizi.

d. Cairan
Kebutuhan cairan pada pasien kanker umumnya sebesar :

 Usia kurang dari 55 tahun : 30-40 mL/kgBB/hari


 Usia 55−65 tahun : 30 mL/kgBB/hari
 Usia lebih dari 65 tahun : 25 mL/kgBB/hari
Kebutuhan cairan pasien kanker perlu diperhatikan dengan baik, terutama pada
pasien kanker yang menjalani radio- dan/atau kemo-terapi, karena pasien rentan
mengalami dehidrasi. Dengan demikian, kebutuhan cairan dapat berubah, sesuai
dengan kondisi klinis pasien.
e. Nutrien spesifik

1) Branched-chain amino acids (BCAA)

 Dapat memperbaiki selera makan

 Menurunkan insidens anoreksia


Sumber : putih telur, ikan, ayam, daging sapi kacang kedelai, tahu, tempe, dan
polong-polongan.
2) Asam lemak omega-3

 Mempertahankan dan memperlambat kecepatan penurunan BB, meskipun


tidak menambah BB pasien.
 Anjuran asupan harian 2 gram asam eikosapentaenoat atau eicosapentaenoic
acid (EPA).

 Jika tidak memungkinkan untuk diberikan, pasien dapat dianjurkan untuk


meningkatkan asupan bahan makanan
Sumber : minyak dari ikan salmon, tuna, kembung, makarel, ikan teri, dan
ikan lele.

3) Suplemen vitamin B kompleks (vitamin B6, asam pantotenik, asam folat)


4) Vitamin A
5) Vitamin C
6) Dianjurkan untuk memenuhi kebutuhan asam amino Leucine dan Methionin

6. Jalur Pemberian Nutrisi


BAB III
PROSES ASUHAN GIZI TERSTANDAR (PAGT)

A. Gambaran Umum Pasien


 Nama : Ny. Y
 Jenis Kelamin : Perempuan
 Tanggal Lahir : 22 Maret 1982
 Tanggal Masuk RS : 02 Oktober 2018
 Umur : 36 tahun
 Agama : Islam
 Alamat : Jl. GG Puncak
 Status : Menikah
 Suku Bangsa : Bangka
 Kewarganegaraan : Indonesia
 Status Pasien : BPJS TNI AD
 Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
 Ruang Rawat : Lt. V Paviliun Darmawan
 Ruang : 505
 No. RM : 909258
 DPJP : dr. A. B. Sp. THT
 Diagnosa Medis : KNF, Cephalgia Berat
 Diet : Tinggi Kalori Tinggi Protein

B. Assesment
1. Riwayat Pasien
a. Riwayat Personal
Pasien adalah seorang ibu rumah tangga, status menikah. Keluhan awal pasien
sebelum masuk rumah sakit yaitu nyeri kepala 2 bulan SMRS dan mimisan. Pasien
melakukan tindakan bedah biopsy eksplorasi pada tanggal 5 Oktober 2018. Pasien
mengalami mual dan muntah.
b. Riwayat Penyakit Pasien dan Keluarga
Pasien memiliki riwayat penyakit ca nasofaring.
2. Antropometri
a. LILA = 26 cm
b. Tinggi Lutut = 44 cm
c. Konversi tinggi lutut ke TB (Chumlea)
= 84,88 – (0,24 x usia) + (1,83 x tinggi lutut)
= 84,88 – (0,24 x 36) + (1,83 x 44)
= 84,88 – 8,64 + 80,52 = 156,7 cm
d. Konversi LILA ke BB (Cerra 1984)
= LILA yang diukur : LILA standar cerra x (TB – 100)
= 26 x (156,7 – 100)
28,5
= 51,7 kg
e. BBI (Brocca)
= (TB-100) – 10% (TB-100)
= (156,7 – 100) – 10% (156,7 – 100)
= 56,7 – 5,67
= 51
f. IMT (Kemenkes RI)

= BB (kg) = 51,7 kg = 51,7 kg = 20,9 kg/m

TB (m)2 1,56 (m)2 2,43 (m)2

Tabel Klasifikasi Status Gizi Berdasarkan IMT

IMT Kategori
<17,0 Kurang Berat Badan Berat
17,0 – <18,5 Kurang Berat Badan Ringan
18,5 – 25,0 Normal
>25,0 – 27,0 Gemuk
>27,0 Obesitas
Sumber : Kemenkes RI, 2014

Penilaian : Berdasarkan perhitungan IMT menurut Kemenkes RI, pasien memiliki


status gizi normal dimana nilai IMT adalah 20,9 kg/m2
3. Biokimia

Tabel Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Jenis Pemeriksaan Pemeriksaan


Ket Nilai Rujukan
Pemeriksaan 02/10/2018 03/10/2018
Hemoglobin 10,4 gr/dl 10,2 gr/dl Rendah 12,0 -16,0 g/dl
Hematokrit 31 % 30 % Rendah 34 - 47 %
Eritrosit 3,9 jt/ul 3,9 jt/ul Rendah 4,3 – 6,0 jt/ul
Leukosit 8000 /ul 5570 /ul Normal 4,800 – 10,800/ul
150,000 –
Trombosit 365000 /ul 386000 /ul Normal
900,000/ul
MCV 79 fl 79 fl Rendah 80 - 96 fl
MCH 27 pg 27 pg Normal 27 - 32 pg
MCHC 34 g/dl 34 g/dl Normal 32- 36 g/dl
RDW 11,8% 11,8% Normal 11,5 – 14,5%
Alumin - 3,7 g/dl Normal 3,5 – 5,0 g/dl
Ureum 22 mg/dl 32 mg/dl Normal 20 – 50 mg/dl
Kreatinin 0,5 mg/dl 0,5 mg/dl Normal < 1,5 mg/dl
SGOT (AST) - 16 U/L Normal < 35 U/L
SGPT (ALT) - 22 U/L Normal < 40 U/L
Gula Darah
- 152 mg/dl Tinggi 70 – 140 mg/dl
(Sewaktu)
Na 141 mmol / L 140 mmol / L Normal 135 – 147 mmol / L
K 4,3 mmol / L 4,2 mmol / L Normal 3,5 – 5,0 mmol / L
Cl - 98 mmol / L Normal 95 – 105 mmol / L
Sumber : Data Rekam Medik RSPAD Gatot Soebroto 2017

Penilaian : Berdasarkan tabel hasil laboratorium diatas menunjukkan bahwa nilai


hemoglobin, hematokrit, eritrosit, dan MCV rendah berkaitan dengan penyakit kanker
dan konsumsi obat ceftriaxone yang dapat menyebabkan anemia. Sedangkan gula
darah sewaktu dikategorikan tinggi berkaitan dengan konsumsi obat ceftriaxone yang
dapat meningkatkan kadar gula darah.
4. Fisik dan Klinis
1. Klinis

Tabel Hasil Pemeriksaan Tanda – tanda Vital

Jenis
Hasil 08/10/2018 Nilai Rujukan Ket
Pemeriksaan
Tekanan Darah 110/70 mmHg 120/80 mmHg Normal
Suhu 36 0C 36 – 37 0C Normal
Nadi 82x/menit 60 – 130x/menit Normal
Pernapasan 20x/menit 20 - 40x/menit Normal

Sumber : Data Rekam Medik RSPAD Gatot Soebroto 2018

Penilaian : Berdasarkan tabel hasil klinis diatas menunjukkan bahwa tekanan darah,
suhu tubuh, nadi, dan pernapasan normal.

2. Pemeriksaan Fisik dan Klinis


 Kesadaran composmentis
 Tubuh lemas
 Mual
 Muntah
 Pusing
 Kesulitan berbicara
 Mata sebelah kiri membesar

5. Riwayat Gizi
Pola Makan :
1. Asupan Makan Pasien SMRS
Sebelum masuk rumah sakit pasien makan 3 kali sehari, pasien suka
mengkonsumsi teh setiap hari, pasien juga sering mengonsumsi minuman manis
kemasan. Pasien mengonsumsi sayur setiap hari namun jarang mengonsumsi buah.
Pasien sering mengonsumsi biskuit, roti, mie instant dan baso. Pasien tidak
memiliki alergi terhadap makanan. Pasien merasakan mual dan muntah oleh karena
itu nafsu makan pasien berkurang. Dari hasil wawancara dengan metode Food
Frequency Quecioner (FFQ), didapat rincian kebiasaan makan pasien, yaitu :
 Makanan Pokok
- Nasi 3× /hari
- Biskuit 3-6x /minggu
- Roti 3-4x /minggu
- Mie 1-2x /bulan
 Lauk Nabati
- Tempe 3-4x /minggu
- Tahu 3-4x /minggu
 Lauk Hewani
- Ayam 3-6x /minggu
- Daging 1-2x /minggu
- Telur ayam 1-2x /minggu
 Sayur
- Bayam, kangkung, labu 1x /hari
 Buah
- Pepaya, pisang 2-3x / minggu
 Lainnya
- Minum teh 1x sehari
- Baso 1x /bulan
- Minuman manis kemasan 1x / hari

2. Asupan Makan MRS


Pasien masuk rumah sakit pada tanggal 2 Oktober 2018 pada pukul 20.56 WIB.
Hari pertama hingga hari ke lima pasien mendapat makanan lunak dari RS. Pasien
hanya mengonsumsi 2-3 sendok setiap makan, buah selalu dihabiskan, snack habis
setengah, sementara sayur, protein, hewani dan nabati tidak dihabiskan. Pasien
mengonsumsi obat ceftriaxon yang menyebabkan mual, muntah, dan tidak nafsu
makan.

Setelah melakukan recall didapatkan hasil recall sebagai berikut :


Tabel Hasil Perhitungan Recall

Waktu Energi Protein Lemak Karbohidrat


Hari 1 874,1 Kkal 29,1 gram 32,1 gram 121,9 gram
05/10/2018
Hari 2 985,0 Kkal 31,2 gram 31,4 gram 147,9 gram
06/10/2018
Hari 3 911,0 Kkal 35,7 gram 32,2 gram 127,4 gram
07/10/2018
Rata-rata 923,4 Kkal 32,0 gram 31,9 gram 132,4 gram
Kebutuhan 1652,0 Kkal 82,6 gram 45,8 gram 227,2 gram
% Asupan 55,9 % 38,7 % 69,7 % 58,3 %

Penilaian : Berdasarkan tabel rata-rata asupan recall diatas menunjukkan bahwa


asupan energi termasuk kategori kurang yaitu 55,9%, protein termasuk kategori
kurang yaitu 38,7%, lemak termasuk kategori kurang yaitu 69,7%, dan
karbohidrat termasuk kategori kurang yaitu 58,3%.

Tabel Kategori Persentase Asupan

Kategori % Asupan
Kurang < 80 %
Baik 80-110 %
Lebih > 110 %
(Sumber : WNPG, 2004)
6. Obat yang Diberikan

Interaksi Obat
Nama Obat Indikasi Efek Samping
dan Zat Gizi
Digunakan untuk Meningkatkan
mengatasi infeksi Diare, mual, muntah, efek antikoagulan
bakteri yang bekerja neutropenia, antagonis vitamin
dengan cara eosinophilia, anemia, K. Interaksi
menghambat ruam, demam, dengan Kalsium
Ceftriaxone pertumbuhan atau peningkatan dapat
membunuh bakteri konsentrasi serum menyebabkan
dalam tubuh. Juga AST, ALT, dan pengendapan
digunakan untuk BUN, meningkatkan bahan kristal di
mengatasi infeksi kadar gula darah paru-paru dan
akibat virus. ginjal
Mengganggu
Digunakan untuk penyerapan
mengatasi kondisi Retardasi kalsium.
autoimun, kanker, pertumbuhan, Meningkatkan
serta alergi. Juga osteoporosis, risiko hipokalemi
Dexamethason
digunakan untuk glaukoma, katarak, ketika digunakan
mengatasi mual dan pankreatitis, bersamaan dengan
muntah akibat gangguan GI. obat yang
kemoterapi. mengurangi
kalium.
Sakit kepala,
Digunakan untuk
insomnia, vertigo,
penderita GERD
konstipasi, mual, Interaksi dengan
dan luka lambung.
muntah, nyeri perut, alcohol dapat
Juga digunakan
Ranitidin ruam kulit. Dapat menyebabkan
untuk pengobatan
meningkatkan serum iritasi mukosa
radang saluran
AST, ALT, lambung
pencernaan atas
kreatinin, dan
(kerongkongan).
bilirubin, serta
mengganggu hasil
pemeriksaan
laboratorium dalam
penentuan protein
urin.
Mengantuk, sakit
kepala, mulut kering,
demam, hipertensi,
Digunakan untuk nyeri dada, retensi
Menghambat
meredakan cairan,
absorbsi zat besi,
Ketorolac peradangan dan rasa hyponatremia,
magnesium, dan
nyeri pada bagian hyperkalemia,
seng.
mata. trombositopenia.
Dapat meningkatkan
kadar urea dan
kretinin dalam darah
Digunakan untuk
penambah cairan
Nyeri dada, detak
dan elektrolit tubuh
jantung tidak
untuk Interaksi dengan
normal, turun nya
Infus Ringer mengembalikan vitamin D dapat
tekanan darah,
Laktat keseimbangan nya. menyebabkan
kesulitan bernapas,
Juga bertindak hiperkalesimia
batuk, ruam kulit,
sebagai alkalisator
sakit kepala.
yang mengurangi
keasaman

7. Diagnosis Gizi
a. Domain Asupan
NI. 2.1 Asupan oral tidak adekuat berkaitan dengan nafsu makan kurang serta mual
ditandai dengan hasil recall asupan kurang yaitu energi 55,9%, protein 38,7%,
lemak 69,7%, dan karbohidrat 58,3%.
b. Domain Klinis

NC. 2.1 Utilisasi zat gizi terganggu, berkaitan dengan penyakit kanker nasofaring,
ditandai dengan nilai laboratorium rendah, yaitu hemoglobin 10,2 gr/dl, hematokrit
30%, eritrosit 3,9 jt/ul, MCV 79 fl.

c. Domain Perilaku/Lingkungan
NB. 1.1 Kurangnya pengetahuan tentang makanan dan zat gizi, berkaitan dengan
sering konsumsi makanan dan minuman manis, ditandai dengan konsumsi biskuit
3-6x / minggu, teh manis setiap hari, dan sering mengonsumsi minuman manis
kemasan.

8. Intervensi Gizi
a. Perhitungan Kebutuhan :
Rumus Miff-Lin
BMR = (10 x BB) + (6,25 x TB) - (5 x U) - 161
= (10 x 51,7) + (6,25 x 156,7) – (5 x 36) - 161
= 517 + 979,3 - 180 - 161
= 1155,3 Kkal
TEE = BMR x Faktor aktivitas x Faktor Stress
= 1155,3 x 1,1 x 1,3
= 1652 Kkal
b. Kebutuhan Zat Gizi Makro
1) Protein = 20% x 1652 : 4 = 82,6 gram
2) Lemak = 25% x 1652 Kkal : 9 = 45,8 gram
3) Karbohidrat = 55% x 1652 Kkal : 4 = 227,2 gram

Intervensi Gizi dari Dokter :

 Energi : 1600 kkal


 Protein : 80 gram
 Lemak : 44 gram
 Karbohidrat : 220 gram
 Makanan lunak, diet TKTP
 Ekstra nutrican 3 x 150 ml dan putih telur 3 btr / hari
c. Syarat Diet :
1) Energi tinggi
2) Protein diberikan 20% dari total kebutuhan energi
3) Lemak diberikan 20% dari total kebutuhan energi
4) Karbohidrat diberikan 55% dari total kebutuhan energi
5) Vitamin, terutama Vit.A, Vit B kompleks, Vit C, Vit E.
6) Rendah iodium
7) Cairan diberikan sesuai kebutuhan
8) Makanan diberikan dalam porsi kecil tapi sering

d. Tujuan Diet :
1) Memberikan makanan yang seimbang sesuai dengan keadaan penyakit
serta daya terima pasien
2) Mencegah atau menghambat penurunan berat badan secara berlebihan
3) Mengurangi rasa mual, muntah, dan diare
4) Mengupayakan perubahan sikap dan perilaku sehat terhadap makanan
oleh pasien dan keluarganya

e. Preskripsi Diet :
1) Nama Diet : Diet ETPT
2) Prinsip Diet : Tinggi Energi, Tinggi Protein
3) Bentuk Makanan :Makanan Lunak
4) Rute : Oral
5) Frekuensi makan : 3x makan utama, 3x selingan
6) Energi : 1652 Kkal/hari
7) Protein : 82,6 gram/hari
8) Lemak : 45,8 gram/hari
9) Karbohidrat : 227,2 gram/hari
10) Ekstra cair Nutrican 3 x 150 ml dan putih telur 3x1

f. Edukasi Gizi :
1) Sasaran : Pasien dan keluarga
2) Waktu : ± 15 menit
3) Tujuan :
 Membantu mempertahankan status gizi pasien tetap normal
 Memotivasi pasien untuk mematuhi diet yang diberikan
 Memotivasi pasien untuk mengerti makanan yang sebaiknya
dikonsumsi dan tidak dikonsumsi
 Memotivasi pasien untuk dapat mengatur pola makan
4) Media : Leaflet
5) Materi :
 Menjelaskan pengaturan pola makan untuk diet tinggi kalori tinggi
protein
 Menjelaskan contoh menu dan bahan makanan yang boleh dan tidak
boleh dikonsumsi

9. Monitoring dan Evaluasi


Parameter Evaluasi Pelaksanaan Target
Asupan Makan Membandingkan asupan Setiap hari Asupan makanan
makanan dengan kebutuhan mencapai ≥ 80%
Biokimia Memperbaiki perubahan nilai Setiap Memperbaiki nilai
laboratorium pasien terkait pemeriksaan hemoglobin,
penyakit yang diderita hematokrit, eritrosit,
dan GDS
Pengetahuan Memberikan edukasi mengenai Pada hari ketiga Pasien mengerti
pematuhan diet, pola makan intervensi tentang makanan dan
yang benar, serta bahan makan zat gizi terkait diet
yang dianjurkan dan tidak yang diberikan dan
dianjurkan sesuai dengan mampu mematuhinya
kondisi penyakit pasien
Antropometri Mempertahankan status gizi Pada hari ketiga Status gizi pasien
pasien intervensi tetap normal
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

I. Asupan Makan
Intervensi dilakukan selama tiga hari sejak tanggal 10 Oktober 2018 s/d 13
Oktober 2018. Data asupan selama intervensi dapat dilihat pada tabel berikut :

A. Data Recall 3 Hari SMRS


Tabel Recall Zat Gizi Makro 3 Hari SMRS
Waktu Energi (Kkal) Protein (gr) Lemak (gr) Karbohidrat (gr)
Hari 1 874,1 Kkal 29,1 gram 32,1 gram 121,9 gram
05/10/2018
Hari 2 985,0 Kkal 31,2 gram 31,4 gram 147,9 gram
06/10/2018
Hari 3 911,0 Kkal 35,7 gram 32,2 gram 127,4 gram
07/10/2018
Rata-rata 923,4 Kkal 32,0 gram 31,9 gram 132,4 gram
Kebutuhan 1652,0 Kkal 82,6 gram 45,8 gram 227,2 gram
% Asupan 55,9 % 38,7 % 69,7 % 58,3 %

Berdasarkan tabel recall zat gizi makro 3 hari SMRS didapatkan hasil bahwa
asupan energi dan zat gizi makro kurang, yaitu energi 55,9 %, protein 38,7 %, lemak
69,7 %, karbohidrat 58,3 %.
Tabel Recall Zat Gizi Mikro 3 Hari SMRS
Vit A Vit B1 Vit B2 Vit B3 Vit B6 Vit B9 Vit B12 Vit C
Waktu
(mcg) (mg) (mg) (mg) (mg) (mg) (mg) (mg)
Hari 1 984,4 0,7 1,3 0,0 0,2 0,0 4,2 93,8
Hari 2 2019,5 0,4 0,2 0,0 0,2 0,0 0,9 99,2
Hari 3 2525,1 1,2 1,6 0,0 0,2 0,0 5,0 98,4
Rata-rata 1843,0 0,8 1,0 0,0 0,2 0,0 3,4 97,1
Kebutuhan 500 1,1 1,3 12,0 1,3 400 2,4 75,0
% Asupan 368,6 % 69,7 % 79,5 % 0,0 % 15,4 % 0,0 % 140,3 % 129,5 %
Berdasarkan tabel recall zat gizi mikro 3 hari SMRS didapatkan hasil bahwa
asupan vitamin A lebih yaitu 368,6 %, vitamin B1 kurang yaitu 69,7 %, vitamin B2
kurang yaitu 79,5 %, vitamin B3 kurang yaitu 0%, vitamin B6 kurang yaitu 15,4%,
vitamin B9 kurang yaitu 0%, vitamin B12 lebih yaitu 140,3%, dan vitamin C lebih
yaitu 129,5%.

B. Data Asupan Selama 3 Hari Intervensi


Tabel Asupan Zat Gizi Makro Selama 3 Hari Intervensi
Waktu Energi (Kkal) Protein (gr) Lemak (gr) Karbohidrat (gr)
Hari 1 1344,8 Kkal 78,0 gram 40,6 gram 178,6 gram
05/10/2018
Hari 2 1340,5 Kkal 81,3 gram 39,5 gram 167,4 gram
06/10/2018
Hari 3 1426,2 Kkal 82,3 gram 43,5 gram 176,4 gram
07/10/2018
Rata-rata 1370,5 Kkal 80,5 gram 41,2 gram 174,1 gram
Kebutuhan 1652,0 Kkal 82,6 gram 45,8 gram 227,2 gram
% Asupan 83 % 97,5 % 90,0 % 76,6 %

Berdasarkan tabel asupan zat gizi makro selama 3 hari intervensi didapatkan
hasil bahwa asupan energi cukup yaitu 83%, protein cukup yaitu 97,5%, lemak cukup
yaitu 90%, sementara asupan karbohidrat kurang yaitu 76,6%.

Tabel Asupan Zat Gizi Mikro Selama 3 Hari Intervensi


Vit A Vit B1 Vit B2 Vit B3 Vit B6 Vit B9 Vit B12 Vit C
Waktu
(mcg) (mg) (mg) (mg) (mg) (mg) (mg) (mg)
Hari 1 8500,8 2,8 4,6 19,0 2,4 266,7 9,3 239,3
Hari 2 2488,9 2,6 4,5 19,0 2,3 266,7 8,9 303,4
Hari 3 5297,0 2,7 2,6 19,0 2,5 266,7 3,2 301,1
Rata-rata 5428,9 2,7 3,9 19,0 2,4 266,7 7,1 281,3
Kebutuhan 500 1,1 1,3 12,0 1,3 400 2,4 75,0
% Asupan 1085,8 % 245,5 % 300,0 % 158,3 % 184,6 % 66,7 % 297,2 % 375,0 %
Berdasarkan tabel recall zat gizi mikro selama 3 hari intervensi didapatkan
hasil bahwa asupan vitamin A lebih yaitu 1085,8%, vitamin B1 lebih yaitu 245,5%,
vitamin B2 lebih yaitu 300%, vitamin B3 lebih yaitu 158,3%, vitamin B6 lebih yaitu
184,6%, vitamin B9 kurang yaitu 0%, vitamin B12 lebih yaitu 297,2%, dan vitamin C
lebih yaitu 375%.

C. Perkembangan Asupan Selama 3 Hari Intervensi

GRAFIK ASUPAN ZAT GIZI MAKRO 3 HARI


INTERVENSI
Hari1
99.70% Hari 2 Hari 3
98.50%

94.90%
94.40%

88.60%
86.90%

86.20%
81.40%

81.10%

78.60%

77.60%
73.30%
ENERGI PROTEIN LEMAK KARBOHIDRAT

Berdasarkan grafik asupan zat gizi makro selama 3 hari intervensi dengan
pemberian 100% dari total kebutuhan didapatkan hasil asupan energi pada hari
pertama dikategorikan cukup yaitu 81,4%, protein dikategorikan cukup yaitu 94,4%,
lemak dikategorikan cukup yaitu 88,6%, sedangkan karbohidrat dikategorikan kurang
yaitu 78,6%.
Pada hari kedua asupan energi sedikit menurun namun masih dikategorikan
cukup yaitu 81,1%, protein meningkat dan dikategorikan cukup yaitu 98,5%, lemak
menurun namun masih dikategorikan cukup yaitu 86,2%, karbohidrat menurun dan
dikategorikan kurang yaitu 73,3%.
Pada hari ketiga asupan energi meningkat kembali dan dikategorikan cukup
yaitu 86,9%, asupan protein juga meningkat dan dikategorikan cukup yaitu 99,7%,
asupan lemak meningkat menjadi 94,4%, sementara asupan karbohidrat meningkat
namun dikategorikan kurang yaitu 77,6 %.
Berdasarkan grafik asupan zat gizi makro selama 3 hari intervensi diatas
digambarkan bahwa asupan energi, protein, dan lemak hari pertama hingga ketiga
sudah baik dan dikategorikan cukup berdasarkan WNPG 2004, namun asupan
karbohidrat belum dikategorikan cukup dikarenakan asupan bubur pasien kurang. Hal
ini disebabkan karena pasien masih merasa mual saat makan terutama saat
menginsumsi bubur.

II. Pemeriksaan Biokimia

Jenis Pemeriksaan Pemeriksaan


Nilai Rujukan Ket
Pemeriksaan 02/10/2018 03/10/2018
Hemoglobin 10,4 gr/dl 10,2 gr/dl 12,0 -16,0 g/dl Rendah
Hematokrit 31 % 30 % 34 - 47 % Rendah
Eritrosit 3,9 jt/ul 3,9 jt/ul 4,3 – 6,0 jt/ul Rendah
Leukosit 8000 /ul 5570 /ul 4,800 – 10,800/ul Normal
Trombosit 365000 /ul 386000 /ul 150,000 – 900,000/ul Normal
MCV 79 fl 79 fl 80 - 96 fl Rendah
MCH 27 pg 27 pg 27 - 32 pg Normal
MCHC 34 g/dl 34 g/dl 32- 36 g/dl Normal
RDW 11,8% 11,8% 11,5 – 14,5% Normal
Alumin - 3,7 g/dl 3,5 – 5,0 g/dl Normal
Ureum 22 mg/dl 32 mg/dl 20 – 50 mg/dl Normal
Kreatinin 0,5 mg/dl 0,5 mg/dl < 1,5 mg/dl Normal
SGOT (AST) - 16 U/L < 35 U/L Normal
SGPT (ALT) - 22 U/L < 40 U/L Normal
Gula Darah
- 152 mg/dl 70 – 140 mg/dl Tinggi
(Sewaktu)
Na 141 mmol / L 140 mmol / L 135 – 147 mmol / L Normal
K 4,3 mmol / L 4,2 mmol / L 3,5 – 5,0 mmol / L Normal
Cl - 98 mmol / L 95 – 105 mmol / L Normal
Tabel diatas merupakan hasil pemeriksaan laboratorium sebelum dilakukan
intervensi. Berdasarkan tabel hasil pemeriksaan laboratorium tidak ada nilai
laboratorium yang mengalami perubahan yang signifikan. Selama dan setelah
intervensi tidak ada pemeriksaan laboratorium yang dilakukan.

III. Pemeriksaan Klinis dan Fisik


A. Pemeriksaan Tanda-tanda Vital
Tanggal Pemeriksaan
Pemeriksaan Nilai Rujukan
10/10/2018 11/10/2018 12/10/2018
Kesadaran Composmentis Composmentis Composmentis Composmentis
Tekanan Darah 120/80 120/72 110/72 120/80 mmHg
Suhu 36⁰ C 36⁰ C 36⁰ C 36-37⁰ C
Nadi 86 x/menit 82 x/menit 80 x/menit 60-130 x/menit
Pernapasam 20 x/menit 20 x/menit 20 x/menit 20-40 x/menit
Sumber : Data Rekam Medik RSPAD Gatot Soebroto 2018

Berdasarkan hasil pemeriksaan tanda-tanda vital dapat disimpulkan bahwa


kesadaran, tekanan darah, suhu, nadi dan pernapasan selama 3 hari intervensi
dikategorikan normal dan tidak ada perubahan yang signifikan.

B. Pemeriksaan Fisik dan Klinis


Tanggal Pemantauan
Pemeriksaan 10/10/2018 11/10/2018 12/10/2018
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
Mual √ √ √
Muntah √ √ √
Nyeri Kepala √ √ √
Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik dan klinis didapatkan hasil bahwa pasien
mengalami mual selama 3 hari intervensi. Pasien tidak mengalami muntah selama 3
hari intervensi. Pasien mengalami nyeri di bagian kepala terutama di dekat mata
sebelah kiri selama 3 hari intervensi. Pasien sudah diberikan obat untuk mengatasi
mual dan nyeri di bagian kepala namun pasien mengatakan masih mengalami mual
dan nyeri.
C. Pemantauan Antropometri
Tanggal pemeriksaan
Pemeriksaan
08/10/2018 12/10/2018
LILA 26 cm 26 cm
TILUT 44 cm 44 cm
BB 51,7 kg 51,7 kg
TB 156,7 cm 156,7 cm
IMT 20,9 kg/m2 (Normal) 20,9 kg/m2 (Normal)

Berdasarkan hasil pemantauan antropometri didapatkan hasil bahwa LILA


pada saat sebelum intervensi dan LILA setelah intervensi tidak mengalami
perubahan, yaitu 26 cm. TILUT pada saat sebelum intervensi dan setelah intervensi
tidak mengalami perubahan, yaitu 44 cm. Berat badan berdasarkan hasil konversi
LILA ke BB pada saat sebelum intervensi dan setelah intervensi tidak mengalami
perubahan, yaitu 51,7 kg. Tinggi badan berdasarkan hasil konversi TILUT ke BB
pada saat sebelum intervensi dan setelah intervensi tidak mengalami perubahan,
yaitu 156,7 cm. IMT pada saat sebelum intervensi dan setelah intervensi tetap
normal tidak mengalami perubahan, yaitu 20,9 kg/m2.
BAB V
PENUTUP

I. Kesimpulan
A. Ny. Y dengan diagnose KNF + Cephalgia Berat

B. Assesment
1. Antropometri
Berdasarkan perhitungan IMT (Indeks Massa Tubuh) pasien memiliki status
gizi normal dimana nilai IMT adalah 20,9 kg/m2
2. Biokimia
Berdasarkan tabel hasil pemeriksaan laboratorium sebelum intervensi tidak
ada nilai laboratorium yang mengalami perubahan yang signifikan. Selama dan setelah
intervensi tidak ada pemeriksaan laboratorium yang dilakukan.
3. Fisik dan Klinis
a. Pemeriksaan Tanda-tanda Vital
Berdasarkan hasil pemeriksaan tanda-tanda vital dapat disimpulkan bahwa
kesadaran, tekanan darah, suhu, nadi dan pernapasan selama 3 hari intervensi
dikategorikan normal dan tidak ada perubahan yang signifikan.
b. Pemeriksaan Klinis dan Fisik
Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik dan klinis didapatkan hasil bahwa pasien
mengalami mual selama 3 hari intervensi. Pasien tidak mengalami muntah selama 3
hari intervensi. Pasien mengalami nyeri di bagian kepala terutama di dekat mata
sebelah kiri selama 3 hari intervensi. Pasien sudah diberikan obat untuk mengatasi
mual dan nyeri di bagian kepala namun pasien mengatakan masih mengalami mual
dan nyeri.
4. Riwayat Makan
Hasil intervensi selama 3 hari didapatkan hasil bahwa asupan energi, protein,
dan lemak hari pertama hingga ketiga sudah baik dan dikategorikan cukup
berdasarkan WNPG 2004, namun asupan karbohidrat belum dikategorikan cukup
dikarenakan asupan bubur pasien kurang. Hal ini disebabkan karena pasien masih
merasa mual saat makan terutama saat menginsumsi bubur.
C. Diagnosa Gizi
1. Domain Asupan
NI. 2.1 Asupan oral tidak adekuat berkaitan dengan nafsu makan kurang serta mual
ditandai dengan hasil recall asupan kurang yaitu energi 55,9%, protein 38,7%,
lemak 69,7%, dan karbohidrat 58,3%.
2. Domain Klinis

NC. 2.1 Utilisasi zat gizi terganggu, berkaitan dengan penyakit kanker nasofaring,
ditandai dengan nilai laboratorium rendah, yaitu hemoglobin 10,2 gr/dl, hematokrit
30%, eritrosit 3,9 jt/ul, MCV 79 fl.

3. Domain Perilaku/Lingkungan
NB. 1.1 Kurangnya pengetahuan tentang makanan dan zat gizi, berkaitan dengan
sering konsumsi makanan dan minuman manis, ditandai dengan konsumsi biscuit
3-6x / minggu, teh manis setiap hari, dan sering mengonsumsi minuman manis
kemasan.

D. Intervensi Gizi
1. Syarat Diet :
a. Energi tinggi
b. Protein diberikan 20% dari total kebutuhan energi
c. Lemak diberikan 20% dari total kebutuhan energi
d. Karbohidrat diberikan 55% dari total kebutuhan energi
e. Vitamin, terutama Vit.A, Vit B kompleks, Vit C, Vit E.
f. Rendah iodium
g. Cairan diberikan sesuai kebutuhan
h. Makanan diberikan dalam porsi kecil tapi sering

2. Tujuan Diet :
a. Memberikan makanan yang seimbang sesuai dengan keadaan penyakit serta
daya terima pasien
b. Mencegah atau menghambat penurunan berat badan secara berlebihan
c. Mengurangi rasa mual, muntah, dan diare
d. Mengupayakan perubahan sikap dan perilaku sehat terhadap makanan
oleh pasien dan keluarganya

3. Preskripsi Diet :
a. Nama Diet : Diet ETPT
b. Prinsip Diet : Tinggi Energi, Tinggi Protein
c. Bentuk Makanan :Makanan Lunak
d. Rute : Oral
e. Frekuensi makan : 3x makan utama, 3x selingan
f. Energi : 1652 Kkal/hari
g. Protein : 82,6 gram/hari
h. Lemak : 45,8 gram/hari
i. Karbohidrat : 227,2 gram/hari
j. Ekstra cair Nutrican 3 x 150 ml dan putih telur 3x1

4. Edukasi Gizi :
a. Sasaran : Pasien dan keluarga
b. Waktu : ± 15 menit
c. Tujuan :
 Membantu mempertahankan status gizi pasien tetap normal
 Memotivasi pasien untuk mematuhi diet yang diberikan
 Memotivasi pasien untuk mengerti makanan yang sebaiknya
dikonsumsi dan tidak dikonsumsi
 Memotivasi pasien untuk dapat mengatur pola makan
d. Media : Leaflet
e. Materi :
 Menjelaskan pengaturan pola makan untuk diet tiggi kalori tinggi
protein
 Menjelaskan contoh menu dan bahan makanan yang boleh dan tidak
boleh dikonsumsi
5. Monitoring dan Evaluasi
a. Asupan
 Target : Asupan makanan mencapai ≥ 80-100%
 Hasil : Asupan energi, protein, dan lemak memenuhi target,
sementara asupan karbohidrat belum memenuhi target
b. Biokimia
 Target : Memperbaiki nilai hemoglobin, hematocrit, eritrosit, dan GDS
 Hasil : Belum ada pemeriksaan laboratorium yang dilakukan selama
intervensi sehingga belum dapat dilihat hasil perkembangan nilai
laboratorium.
c. Antropometri
 Target : Status gizi pasien tetap normal
 Hasil : Status gizi pasien sebelum dan setelah intervensi tetap normal

II. Saran
A. Bagi Pasien
Pasien disarankan untuk tetap menjaga pola makan sehat dan seimbang sesuai
anjuran diet yang diberikan. Tingkatkan konsumsi protein untuk menunjang
kesembuhan serta untuk menghindari penurunan berat badan. Juga disarankan
untuk mengonsumsi sayur dan buah sebagai antioksidan dan menghindari
konsumsi makanan cepat saji, serta makanan dan minuman yang mengandung
bahan pengawet. Pasien juga disarankan untuk menghindari asap dan tempat yang
beradiasi tinggi.
B. Bagi Keluarga
Keluarga disarankan untuk mendukung pasien dalam menerapkan pola
makan sehat dan seimbang sesuai anjuran diet yang diberikan. Serta dapat
mendukung pasien dalam menerapkan pola hidup sehat.
DAFTAR PUSTAKA

Adham, Marlinda D. Kanker nasofaring. 2015.

Kanker Nasofaring. 2004;7–51.

Wikipedia. Kanker nasofaring.

Kusumawardani N. Penanganan Nutrisi pada Penderita Kanker. 1996;VI(04).


LAMPIRAN

I. Recall 3 Hari SMRS


II. Menu 3 Hari Intervensi
III. Asupan 3 Hari Intervensi
IV. Dokumentasi Makanan
V. Leaflet
VI. Skrining Gizi

Anda mungkin juga menyukai