Anda di halaman 1dari 52

Kode/Nama Rumpun Ilmu : 354/Ilmu

GiziGiziGizi

PROPOSAL PENELITIAN HIBAH BERSAING

HUBUNGAN KONSUMSI GULA, GARAM DAN LEMAK DENGAN


RISIKO KEJADIAN PENYAKIT DEGENERATIF PADA ANAK SEKOLAH DASAR
DI JAKARTA SELATAN

KETUA TIM : NANANG PRAYITNO, MPS


(196000425198401101)
ANGGOTA TIM : SUGENG WIYONO, SKM. M.Kes
(196404121985031003)
MEILINASARI, SKM, M.Kes
(196605071989032001)

POLITEKNIK KESEHATANKEMENTERIAN KESEHATAN JAKARTA II


JURUSAN GIZI
JANUARI 2018

SURAT PERNYATAAN KETUA PENELITI


Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Nanang Prayitno, MPS
NIDN : 4025046001
Pangkat / Golongan : Pembina Utama Muda /IV c
Jabatan Fungsional : Lektor Kepala
Dengan ini menyatakan bahwa proposal yang berjudul
HUBUNGAN KONSUMSI GULA, GARAM DAN LEMAK DENGAN
RISIKO KEJADIAN PENYAKIT DEGENERATIF PADA ANAK SEKOLAH DASAR
DI JAKARTA SELATAN

yang diusulkan untuk tahun anggaran 2018 bersifat original dan belum pernah dibiayai
oleh lembaga / sumber dana lain.
Bilamana di kemudian hari ditemukan ketidaksesuaian dengan pernyataan ini, maka
saya bersedia dituntut dan diproses dengan ketentuan yang berlaku dan
mengembalikan seluruh biaya penelitian yang sudah diterima ke kas negara.
Demikian pernyataan ini dibuat dengan sesungguhnya dan dengan sebenar-benarnya.

Jakarta, .Februari 2018


Mengetahui Yang Menyatakan
Kepala Unit Penelitian Poltekkes Jakarta II

DR. Ir. Hj. Trina Astuti, MPS Nanang Prayitno, MPS.


NIP. 195805211981022001 NIP.19600425198411001
Mengesahkan
Direktur Poltekkes Kemenkes Jakarta II

Joko Sulistyo, ST, M.Si


NIP. 196811221989031002

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 6


A.Latar Belakang Masalah. .......................................................................................... 6
Lemak Tubuh dan Hipertensi. ...................................... Error! Bookmark not defined.
Konsumsi Garam dan Hipertensi. ............................ Error! Bookmark not defined.
B.Rumusan Masalah .................................................... Error! Bookmark not defined.
C.TujuanPenelitian ....................................................... Error! Bookmark not defined.
D.Luaran Penelitian ..................................................................................................... 9
E. Manfaat Penelitian ................................................................................................... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 9
2.1. Obesitas Pada Anak
………………………………………………………………………………………………………
…………
2.2 Tekanan Darah ................................................................................................ 11
Hipertensi ................................................................................................................... 13
2.2.1. Faktor Resiko Hipertensi............................................................................. 13
2.2.2. Klasifikasi Hipertensi ................................................................................... 14
2.2.3. Gejala Terjadinya Penyakit Hipertensi .......................................................... 16
Peranan Bahan Makanan Terhadap Tekanan Darah ................................................ 18
2.3.1. Garam ....................................................................................................... 19
2.3.2. Lemak ........................................................................................................ 18
2.3.3. Gula
………………………………………………………………………………………………………
………………………….

BAB III METODE PENELITIAN ..................................................................................... 26


A.Ruang Lingkup Penelitian ....................................................................................... 26
B.Desain Penelitian.................................................................................................... 26
Populasi. .................................................................................................................... 27
Sampel. ...................................................................................................................... 27
Metode : ..................................................................................................................... 28

Data yang dikumpulkan. ............................................................................................ 28


Data Tekanan Darah. ............................................................................................. 28
Data Asupan Gula, Garam dan Lemak .................................................................. 29
Data Status Gizi ( Indeks Masa Tubuh ). ................. Error! Bookmark not defined.
Kerangka Konsep ...................................................................................................... 29
Definisi Operasional. .................................................................................................. 29
BAB IVBIAYA DAN JADUAL PENELITIAN .................................................................. 32
A. Biaya Penelitian .......................................................... Error! Bookmark not defined.
B. Jadual Kegiatan ..................................................................................................... 32
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 33
HUBUNGAN KONSUMSI GULA, GARAM DAN LEMAK DENGAN
RISIKO KEJADIAN PENYAKIT DEGENERATIF PADA ANAK SEKOLAH DASAR
DI JAKARTA SELATAN

TAHUN 2018
Oleh : Nanang Prayitno, MPS, Sugeng Wiyono, SKM, M.Kes. Meilinasari, SKM, M.Kes
ABSTRAK ( Ringkasan Penelitian )

Latar Belakang :

Usia sekolah dimulai pada usia 6-12 tahun. Anak usia sekolah adalah investasi bangsa
yang harus dijaga dan dipelihara karena mereka adalah generasi penerus bangsa.
Tumbuh kembang anak yang optimal tergantung pada pemberian gizi dan asupan
makanan yang adekuat yang perlu mendapatkan perhatian yang serius.(Suci, 2009)
Berdasarkan data Riskesdas oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun
2013, Prevalensi kegemukan pada anak umur 5-12 tahun adalah 18,8% terdiri dari
gemuk 10,8% dan obesitas (obesitas) 8,8%. Telah dikonfirmasi bahwa obesitas terjadi
karena asupan energi melebihi pengeluaran energI. (Soetjiningsih, 1995)
Indonesia masih menghadapi masalah kesehatan yang sangat kompleks. Yaitu
penyakit tidak menular (PTM) termasuk penyakit degenerative yang semakin
meningkat, sementara penyakit menular masih cukup dominan. Diantara penyakit
degenerataif adalah kegemukan, hipertensi, diabetes mellitus, jantung coroner, stroke.
Perkembangan data Riskesdas 2007 ke Riskesdas 2013, menunjukkan prevalensi
penduduk dengan berat badan lebih (IMT≥25) dan obesitas (IMT>30) pada penduduk
dewasa 18 tahun ke atas meningkat dari 14,0 persen dan 2,8 persen menjadi 25,8
persen dan 5,6 persen.
Kelebihan berat badan sangat erat kaitannya dengan konsumsi/asupan makanan
sehari-hari, terutama makanan penyumbang kalori, seperti gula dan lemak. Selain itu
konsumsi garam juga cenderung membuat orang untuk mengonsumsi makanan lebih
banyak. Makanan yang tidak bergaram, akan berbeda rasanya dengan makanan yang
bergaram. Dalam waktu lama, faktor risiko ini secara kumulatif akan menyebabkan
penyakit degeneratif, seperti obesitas, hipertensi, diabetes mellitus (DM), dan stroke
menjadi meningkat pada seluruh lapisan penduduk (semua level sosial ekonomi)
demikian pula komplikasinya.
Asupan energi tinggi disebabkan oleh konsumsi makanan sumber energi dan
lemak tinggi, sedangkan pengeluaran energi yang rendah disebabkan karena
kurangnya aktivitas fisik dan sedentary syle (Kesehatan, 2012).
Sebagian besar anak usia sekolah menggunakan waktunya sehari-hari untuk
menonton televisi dimana akan sangat mengurangi aktifitas fisiknya. Data dari
beberapa penelitan menunjukan bahwa anak yang gemuk sering terjadi pada anak
yang banyak menonton televisi. Tidak hanya kurang aktivitas fisik, tetapi juga karena
sambil menonton disertai dengan makan-makanan kecil manis tinggi kalori (Yatim,
2007).
Konsumsi sayur dan buah pada anak kelompok anak usia sekolah masih sangat
kurang karena golongan makanan tersebut masih kalah populer dengan makanan yang
lain seperti makanan tinggi kalori (fast food, minuman dengan pemanis tambahan dan
lainnya), kelompok makanan berlemak (gorengan, olahan susu dan lain-lain). Kelompok
makanan favorit anak itu selain rasanya yang disukai, juga murah dan mudah untuk
diperoleh. Sebagian besar jajanan anak terdiri dari makanan yang berlemak, manis
rasanya, dan tinggi kalori (Arundhana, 2013).
Tujuan umum penelitian ini untuk mengetahui hubungan pola konsumsi gula,
garam dan lemak dengan risiko penyakit degenerative pada anak sekolah dasar
negeri di Jakarta Selatan.
. Desain penelitian yang akan dilakukan adalah cross-sectional. Variabel
dependen adalah tekanan darah dan status gizi (IMT) sedangkan variable
independenadalah asupan energy, asupan gula, asupan garam dan asupan lemak.
Sampel adalah siswa/siswi Sekolah Dasar kelas 3 di wilayah Kebayoran Baru Jakarta
Selatan yang diambil secara random berjumlah 300 orang. Pada sampel dilakukan
pengukuran tekanan darah yang diukur dengan alat “Spygmomamometer”oleh tenaga
terlatih dan data antropometri yang meliputi Berat Badan, Tinggi Badan (IMT) dan
asupan gula, garam dan lemak dengan metode “Food Frequency Quetionaire” (FFQ)
dan Food Recall 2 x 24 jam dilakukan oleh tenaga yang sudah dilatih . Data konsumsi
zat gizidiolah menggunakan “soft ware” Nutri Survey. Untuk mengetahui kenormalan
data digunakanShapiro-Wilk atau Kolmorgorov Smirnov.Uji statistikuntuk mengetahui
hubungan asupan gula , garam dan lemak dengan status gizi (IMT) dan tekanan darah
digunakan Uji Korelasi atau Rank Spearman
BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah.

Usia sekolah dimulai pada usia 6-12 tahun. Anak usia sekolah adalah investasi
bangsa yang harus dijaga dan dipelihara karena mereka adalah generasi penerus
bangsa. Tumbuh kembang anak yang optimal tergantung pada pemberian gizi dan
asupan makanan yang adekuat yang perlu mendapatkan perhatian yang serius (Suci,
2009).
Hasil data Riset Kesehatan Dasar Nasional 2013, menunjukkan masih tingginya
masalah kelebihan gizi pada anak umur 5-12 tahun.Berdasarkan indikator Indeks
Massa Tubuh menurut umur (IMT/U) status gizi anak dibagi menjadi sangat kurus,
kurus, normal, gemuk, obesitas.
Di Indonesia, berdasarkan data Riskesdas oleh Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia tahun 2013, Prevalensi kegemukan pada anak umur 5-12 tahun
adalah 18,8% terdiri dari gemuk 10,8% dan obesitas (obesitas) 8,8%. Walaupun
mekanisme terjadinya belum sepenuhnya dimengerti, tetapi telah dikonfirmasi bahwa
obesitas terjadi karena pemasukan energi melebihi pengeluaran energi (Soetjiningsih,
1995). Penyebab terjadinya obesitas dipengaruhi oleh genetik dan lingkungan (Wien,
2010). Lingkungan seperti daerah urban/kota yang merupakan pusat kegiatan dan
perekonomian dapat meningkatkan kejadian obesitas pada anak. Di daerah urban
didapatkan bahwa 21% anak terkena obesitas dibandingkan dengan daerah rural yang
hanya 5% (Dewi, MR., Sidiartha, 2013). Pengetahuan tentang faktor yang
mempengaruhi kejadian obesitas di kota penting untuk merumuskan kebijakan dan
program tentang gizi (Paciorek CJ, Stevens GA, 2013).
Indonesia masih menghadapi masalah kesehatan yang sangat kompleks. Yaitu
penyakit tidak menular (PTM) termasuk penyakit degenerative yang semakin
meningkat, sementara penyakit menular masih cukup dominan. Diantara penyakit
degenerataif adalah Kegemukan , hipertensi, Diabetes mellitus, jantung coroner, stroke.
Dari Riskesdas 2007 ke Riskesdas 2013, menunjukkan prevalensi penduduk dengan
berat badan lebih (IMT≥25) dan obesitas (IMT>30) pada penduduk dewasa 18 tahun ke
atas meningkat dari 14,0 persen dan 2,8 persen menjadi 25,8 persen dan 5,6 persen.
Untuk berat badan lebih dan obesitas diderita utamanya pada kelompok perempuan.
Pada periode ini, proporsi perempuan 18 tahun ke atas dengan berat badan lebih
meningkat dari 17,5 persen menjadi 32,3 persen, sedangkan obesitas meningkat dari
4,0 persen menjadi 8,2 persen. Sementara pada kelompok laki-laki dengan usia yang
sama, berat badan lebih meningkat dari 10,3 persen menjadi 19,4 persen dan obesitas
dari 1,6 persen menjadi 3,0 persen. Angka nasional tahun 2013, berat badan lebih
(BB/TB>2SD) pada anak balita, yaitu 12 persen, dan 5,8 persen pada anak usia 5-18
tahun.1,2,3
Kelebihan berat badan sangat erat kaitannya dengan konsumsi/asupan makanan
sehari-hari, terutama penyumbang kalori, seperti gula dan lemak.Selain itu konsumsi
garam, juga cenderung membuat orang untuk mengonsumsi makanan lebih banyak.
Makanan yang tidak bergaram, akan berbeda rasanya dengan makanan yang
bergaram. Dalam waktu lama, faktor risiko ini secara kumulatif akan menyebabkan
penyakit degeneratif, seperti obesitas, hipertensi, diabetes mellitus (DM), dan stroke
menjadi meningkat pada seluruh lapisan penduduk (semua level sosial ekonomi)
demikian pula komplikasinya.
Asupan energi tinggi disebabkan oleh konsumsi makanan sumber energi dan
lemak tinggi, sedangkan pengeluaran energi yang rendah disebabkan karena
kurangnya aktivitas fisik dan sedentary syle (Kesehatan, 2012)
Sebagian besar anak usia sekolah menggunakan waktunya sehari-hari untuk
menonton televisi dimana akan sangat mengurangi aktifitas fisiknya. Dari beberapa
penelitan menunjukkan bahwa anak yang gemuk sering terjadi pada anak yang banyak
menonton televisi. Tidak hanya kurang aktivitas fisik, tetapi juga karena sambil
menonton disertai dengan makan-makanan kecil manis tinggi kalori(Yatim, 2007).
. Konsumsi sayur dan buah pada anak kelompok anak usia sekolah masih
sangat kurang karena golongan makanan tersebut masih kalah populer dengan
makanan yang lain seperti makanan tinggi kalori (fast food, minuman dengan pemanis
tambahan dan lainnya), kelompok makanan berlemak (gorengan, olahan susu dan lain-
lain). Kelompok makanan favorit anak itu selain rasanya yang disukai, juga relatif murah
dan mudah untuk diperoleh. Sebagian besar jajanan anak terdiri dari makanan yang
berlemak, manis, dan tinggi kalori (Arundhana, 2013). Tujuan penelitian ini adalah untuk
menganalisis faktor risiko kejadian penyakit degenerative di beberapa sekolah dasar
(SD) jakarta Selatan.

B. Rumusan Masalah

Dengan memperlihatkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah penelitian ini
adalah mengetahui hubungan konsumsigula, garam dan lemak dengan risiko penyakit
degenerative pada anak sekolah dasar negeri 01 & 03 petang kelurahan gunung
Kebayoran Baru Jakarta selatan.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum:

Untuk mengetahui hubungan konsumsigula, garam dan lemak dengan risiko penyakit
degenerative pada anak sekolah dasar negeri di Jakarta Selatan.

2. Tujuan Khusus:

a. Menilai status gizi anak berdasarkan indeks IMT/U.

b. Menilai Tensi darah pada anak SDN

b. Mengidentifikasi karakteristik anak berdasarkan jenis kelamin dan umur.

c. Mengidentifikasi asupan energy, gula ,garam dan lemak pada anak SDN

e. Menganalisis hubungan asupan enersi, gula , garam dan lemak dengan status gizi
pada anak SD
f. Menganalisis hubungan asupan enersi, gula, garam dan lemak dengan tesi darah
pada anak SD

3. Hipotessis Penelitian.
a. Ada hubungan asupan enersi dengan IMT.
b. Ada hubungan asupan gula dengan IMT dengan
c. Ada hubungan asupan lemak dengan IMT
d. Ada hubungan asupan garam dengan tekanan darah.
e. Ada hubungan asupan lemak dengan tekanan darah

D.Luaran Penelitian

1. Tersedianya informasi tentang IMT dan tekanan darah pada anak SD


2. Tersedianya informasi tentang total asupan enersi, gula, garam dan lemak
dari makanan anak SD
3. Peningkatan status kesehatan masyarakat khususnya anak Sekolah Dasar.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini penting dan perlu dilakukan karena dari penelitian ini dapat
diperoleh informasi tentang asupan enersi, garam, lemak, IMT dan tensi darah pada
anak SD sehingga dapat dilakukan langkah-langkah pencegahan penyakit yang
berhubungan dengan hal tersebut diatas. Selain itu juga diketahuinya jenis makanan
sumber gula, garam dan lemak yang biasa dikonsumsi oleh anak SD.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Obesitas Pada Anak SD


Obesitas pada saat ini telah menjadi masalah kesehatan dan berhubungan
dengan terjadinya peningkatan penyakit tidak menular (Bener, 2006). Prevalensi
obesitas meningkat baik di negara maju maupun negara berkembang (Weisell,
2002).Obesitas telah menjadi epidemik dengan memberikan kontribusi sebesar 35%
terhadap angka kesakitan dan 15-20% terhadap kematian. Obesitas tidak
menyebabkan kematian secara langsung, tetapi menyebabkan masalah kesehatan
yang serius yang dapat memacu kelainan kardiovaskuler dan metabolic (Grundy, 2004).
Penelitian yang dilakukan oleh Asia Pasific Cohort Study Collaboration (2007),
menunjukkan peningkatan pandemik kelebihan berat badan sebesar 20% hingga 40%
dari tahun ke tahun.
Obesitas tidak hanya ditemukan pada usia dewasa, tetapi juga pada anak anak
dan remaja. Obesitas pada usia anak-anak dan remaja akan meningkatkan risiko
obesitas pada usia dewasa. Prevalensi obesitas di dunia pada anak-anak usia 6-11
tahun mengalami peningkatan dari 7% menjadi 19% dan 5% menjadi 17% pada usia
12-19 tahun selama masa periode dari tahun 1980-2004 (Ogden et al.,2006). Data
Riskesdas tahun 2010 menunjukkan prevalensi gizi lebih di Indonesia pada kelompok
anak usia 6-12 tahun sebesar 9,2%, kelompok usia 13-15 tahun sebesar 2,5% dan
kelompok usia 16-18 tahun sebesar 1,4% (Kemenkes, 2010).
Pada negara-negara yang sedang berkembang, faktor yang mempengaruhi
tingginya prevalensi obesitas adalah adanya perubahan gaya hidup dan pola makan.
Pola makan terutama di kota besar, bergeser dari pola makan tradisional ke pola
makan barat (terutama dalam bentuk fast food), yaitu jenis makanan yang mengandung
tinggi energi, tinggi kolesterol, tinggi natrium namun rendah serat. Hal ini ditunjang
dengan tersedianya tempat-tempat makan yang menyediakan makanan jenis fast food,
kemudahan dalam hal mendapatkan serta harga yangrelative murah, sehingga menjadi
alasan makanan jenis fast food ini menjadi pilihan untuk dikonsumsi (Janssen et al.,
2004). Peningkatan pola hidup sedentary, seperti menonton televisi, bermain komputer
mengakibatkan terjadinya penurunan aktivitas fisik (Nicklas et al., 2004).Hal ini juga
seperti yang dijelaskan oleh Hadi (2004), yang menyatakan bahwa konsumsi makanan
tinggi kalori dan lemak serta pola hidup kurang gerak (sedentary lifesytles) berkaitan
erat dengan peningkatan prevalensi obesitas.
Masa remaja merupakan salah satu periode tumbuh kembang yang pentingdan
menentukan pada periode perkembangan berikutnya. Pada masa remaja inipula terjadi
perubahan sikap dan perilaku dalam memilih makanan dan minuman,yang turut di
pengaruhi oleh teman sebaya dan lingkungan. Perilaku makan bagisebagian besar
remaja menjadi bagian gaya hidup, sehingga kadang pada remajasering terjadi perilaku
makan yang tidak seimbang, diantaranya melewatkansarapan pagi, konsumsi fast food
dan soft drink (French et al., 2001).Hasil penelitian di Amerika menunjukkan adanya
hubungan antarakonsumsi fast food dan makan di luar rumah dengan peningkatan
berat badan danukuran lingkar pinggang (Duffey et al., 2009).

Penelitian lain menjelaskan bahwaanak-anak SD di Kota Denpasar yang


mengonsumsi fast food ≥ 75% dari totalasupan kalori berisiko mengalami obesitas 6.5
kali dibandingkan dengan anakyang mengonsumsi fast food < 75% dari total asupan
kalori(Padmiari, 2001). Peningkatan berat badan terkait konsumsi fast food diperbesar
denganadanya gaya hidup yang tidak aktif (Jacobs, 2006).Hasil systematic review dan
meta analisis dari studi yang meneliti hubunganantara konsumsi soft drink terhadap
aspek kesehatan menjelaskan adanyahubungan antara konsumsi soft drink dengan
peningkatan asupan energi danpeningkatan berat badan(Vartanian et al., 2007).

Remaja dan dewasamengonsumsi soft drink lebih tinggi dibandingkan dengan


golongan umurlainnya. Hal ini ditunjukkan oleh penelitian yang dilakukan oleh Bleich et
al.(2009) menunjukkan bahwa pada tahun 1999-2004 (63%) orang
dewasamengonsumsi soft drink dan memperoleh sumbangan energi dari
minumantersebut 293 kcal tiap harinya. Data NHANES III menunjukkan kontribusi
softdrink lebih besar pada anak dan remaja yang mengalami obesitas (Troinano et
al.,2000).Pergeseran pola makan yang komposisinya mengandung tinggi kalori,lemak,
karbohidrat, kolesterol serta natrium, namun rendah serat seperti fast fooddan soft drink
menimbulkan ketidakseimbangan asupan gizi dan merupakan salahsatu faktor risiko
terhadap munculnya obesitas pada remaja. Obesitas pada remajaberisiko menjadi
obesitas pada saat usia dewasa dan berpotensi dapatmenyebabkan penyakit
kardiovaskuler dan metabolik.

2.2 Tekanan Darah


Tekanan darah merupakan tekanan yang dialami darah pada pembuluh
arteri ketika darah di pompa oleh jantung ke seluruh anggota tubuh manusia. Pada
pengukuran tekanan darah akan didapatkan dua angka yaitu tekanan sistol dan
tekanan diastol. Tekanan sistol merupakan angka yang lebih tinggi dan diperoleh pada
saat jantung berkontraksi. Sedangkan tekanan diastol merupakan angka yang lebih
rendah dan diperoleh saat jantung berelaksasi.

Tekanan darah sistolik merefleksikan nilai curah jantung, bila kompliens


aorta normal. Meningkatnya curah jantung akan menaikkan tekanan darah sistolik.
Tekanan darah sistolik sangat mudah berubah atau bervariasi dalam periode waktu
yang singkat, sesuai dengan aktifitas tubuh. Tekanan darah sistolik akan meningkat
pada orang yang cemas, baru naik tangga, jalan cepat, selesai makan dan minum.
Tekanan darah diastolik merefleksikan resistensi perifer, hanya akan
berubah pada aktifitas fisik yang berat dan perubahan yang terjadi hanya sedikit. Pada
orang yang terlatih atau olahragawan, pada aktifitas fisik yang berat terdapat
penurunan tekanan darah diastolik walaupun relatif kecil. Hal ini disebabkan pengaruh
mekanisme lokal zat metabolit dan respon miogenik yang bersifat vasodilatasi, dikenal
sebagai respon hiperemis. Sebaliknya pada orang yang tidak telatih, aktifitas fisik yang
berlebihan dapat menaikkan tekanan darah diastolik. (Kaligis, 2001)

Mempertahankan tekanan pada saat darah meninggalkan jantung dan


beredar ke seluruh tubuh sangat penting. Tekanan harus cukup tinggi untuk
mengantarkan oksigen dan zat makanan ke seluruh sel di tubuh dan membuang
limbah yang dihasilkan. Jika tekanan terlalu tinggi, bisa merobek pembuluh darah dan
menyebabkan perdarahan di dalam otak (stroke hemoragik) atau komplikasi lainnya.
Jika tekanan terlalu rendah, darah tidak dapat memberikan oksigen dan zat makanan
yang cukup untuk sel dan tidak dapat membuang limbah yang dihasilkan sebagaimana
mestinya.

Terdapat 3 faktor yang membantu menentukan tekanan darah:

 Jumlah darah yang dipompa dari jantung


Semakin banyak darah yang dipompa dari jantung setiap menitnya (cardiac output,
curah jantung), semakin tinggi tekanan darah. Banyaknya darah yang dipompa
mungkin berkurang jika irama jantung melambat atau kontraksinya melemah, seperti
yang bisa terjadi setelah suatu serangan jantung (infark miokardium). Denyut jantung
yang sangat cepat, yang bisa mengurangi efisiensi pompa jantung, juga bisa
mengurangi curah jantung.

 Volume darah di dalam pembuluh darah


Semakin banyak darah berada di dalam sirkulasi, semakin tinggi tekanan darah.
Kehilangan darah karena dehidrasi atau perdarahan bisa mengurangi volume darah dan
menurunkan tekanan darah.

 Kapasitas pembuluh darah.


Semakin kecil kapasitas pembuluh jantung, semakin tinggi tekanan darah.

Pelebaran (dilatasi) pembuluh darah menyebabkan menurunnya tekanan darah dan


penyempitan pembuluh darah menyebabkan tekanan darah meningkat.

Sistem sensor yang terutama terdapat di leher dan dada, memantau tekanan darah
secara konstan. Jika ditemukan perubahan yang disebabkan oleh salah satu dari ketiga
faktor diatas, sistem sensor akan memicu suatu perubahan pada salah satu faktor untuk
mengkompensasi sehingga tekanan darah yang stabil dapat dipertahankan. Saraf
membawa sinyal dari sistem sensor tersebut dan dari pusat otak ke beberapa organ
penting:

 Jantung, untuk merubah kecepatan dan kekuatan denyut jantung. Hal tersebut
bertujuan untuk merubah jumlah darah yang dipompa.
 Ginjal, untuk mengatur pengeluaran air. Hal tersebut bertujuan untuk merubah
volume darah dalam sirkulasi
 Pembuluh darah, untuk menyebabkan konstriksi (pengkerutan) atau dilatasi
(pelebaran). Hal tersebut dimaksudkan agar kapasitas pembuluh darah dapat
dirubah.

Tekanan darah dalam kehidupan seseorang bervariasi secara alami. Bayi


dan anak-anak secara normal memiliki tekanan darah yang jauh lebih rendah daripada
orang dewasa. Tekanan darah juga dipengaruhi oleh aktivitas fisik, dimana akan lebih
tinggi pada saat melakukan aktivitas dan lebih rendah ketika beristirahat. Tekanan
darah dalam satu hari juga berbeda; paling tinggi di waktu pagi hari dan paling rendah
pada saat tidur malam hari. Pengukuran tekanan darah yang paling baik adalah pada
saat istirahat dalam keadaan duduk atau berbaring.

Hipertensi

Tekanan Darah Tinggi (hipertensi) adalah suatu peningkatan tekanan darah di dalam
arteri yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi, yang dibawa oleh darah
terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkan. Secara umum, hipertensi
merupakan suatu keadaan tanpa gejala, dimana tekanan yang abnormal tinggi di dalam
arteri menyebabkan meningkatnya resiko terhadap stroke, aneurisma, gagal jantung,
serangan jantung dan kerusakan ginjal dan merupakan penyebab utama gagal jantung
kronis.

2.2.1.Faktor Resiko Hipertensi

Beberapa faktor risiko hipertensi diantaranya,

a. Usia, hipertensi umumnya berkembang pada usia antara 35-55 tahun.


b. Kondisi penyakit lain (komorbiditas), diabetes tipe 2 cenderung meningkatkan
resiko peningkatan tekanan darah dua kali lipat, dan hampir 65 % individu dengan
diabetes menderita hipertensi.
c. Merokok, dapat meningkatkan tekanan darah dan juga kecenderungan terkena
penyakit jantung koroner.
d. Etnis, etnis amerika keturunan Afrika menempati resiko tertinggi terkena
hipertensi, 20 % kematian yang terjadi pada etnis Amerika keturunan Afrika
adalah disebabkan oleh hipertensi.
e. Obesitas, kebanyakan penderita hipertensi disertai dengan obesitas. Tekanan
darah meningkat seiring dengan peningkatan berat badan dan juga sebaliknya.
f. Diet, makanan dengan kadar garam tinggi dapat meningkatkan tekanan darah
seiring dengan bertambahnya usia.
g. Keturunan, beberapa penelitian menunjukan bahwa 30-60% kasus hipertensi
adalah diturunkan secara genetis.
h. Faktor stres, stres akan meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer dan
curah jantung sehingga akan menstimulasi aktivitas saraf simpatik. Adapun stres
ini dapat berhubungan dengan pekerjaan, kelas sosial, ekonomi, dan
karakteristik personal.

2.2.2. Klasifikasi Hipertensi

Hipertensi dapat dibedakan atas hipertensi diastol, hipertensi sistol, dan


hipertensi campuran (sistol dan diastol). Hipertensi diastol biasanya ditemukan pada
anak-anak dan dewasa muda, sedangkan hipertensi sistol sering pada orang tua dan
dapat pula menyertai koarktasio aorta atau sirkulasi yang dinamik pada orang muda.

Penyebab dari hipertensi diastolik adalah renal glomerulopati, pielonefritis,


polikista ginjal, stenosis arteri renalis dan lain sebagainya. Hipertensi diastolik dapat
juga disebabkan oleh kelainan endokrin seperti akromegali, hiperfungsi adrenal
corteks, phoeochromacytoma, hipertiroidi dan beberapa penyebab lainnya seperti
coartatio aorta, penyakit collagen, toksemia kehamilan, gangguan saraf pusat, dan
kontrasepsi oral

Hipertensi sistol (hipetensi sistol terisolasi) merupakan gangguan yang umum


terjadi di populasi usia lanjut yang ditandai dengan peningkatan tekanan detak jantung
yang merupakan perbedaan dari tekanan sistol dan diastol. Faktor yang menyebabkan
terjadinya hipertensi sistol terisolasi adalah hilangnya elastisitas dan distenbilitas aorta
dan arteri perifer, menurunnya curah jantung dan sensitivitas terhadap garam natrium.
Faktor lainnya yaitu peningkatan lemak tubuh dan gaya hidup yang kurang aktif.

Hipertensi dapat dibagi 2 menurut penyebabnya yaitu :


a. Hipertensi (primer) esensial, penyebabnya tidak diketahui (idiopatik), mencakup
90% dari semua kasus hipertensi yang ada. Patogenesis hipertensi jenis ini adalah
multifaktorial. Faktor-faktor yang yang diduga menyebabkan terjadinya hipertensi
tersebut antara lain, Faktor keturunan, seseorang akan memiliki kemungkinan
lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya menderita hipertensi.
Ciri perseorangan, ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi
adalah umur, jenis kelamin dan ras. Serta kebiasaan hidup, yang sering
menyebabkan timbulnya hipertensi adalah konsumsi garam yang tinggi,
kegemukan, makan berlebih, stres, merokok, minum alkohol, minum obat-obatan
tertentu (misalnya ephedrine, prednisone, epinefrine). (Prayitno & Fitria, 2011)

b. Hipertensi sekunder, penyebabnya dapat diidentifikasi dan didapatkan 10% dari


semua kasus hipertensi yang ada. Hipertensi sekunder memiliki patogenesis yang
spesifik. Hipertensi sekunder individu dengan usia sangat muda tanpa disertai
riwayat hipertensi dalam keluarga. Individu dengan hipertensi pertama kali pada
usia di atas 50 tahun atau yang sebelumnya diterapi tapi mengalami refrakter
terhadap terapi yang diberikan mungkin mengalami hipertensi sekunder.
Penyebab hipertensi sekunder antara lain penggunaan estrogen, penyakit ginjal,
hipertensi vaskuler ginjal, hiperaldosteronisme primer dan sindroma chusing,
feokromsitoma, koarktasio aorta, kehamilan, serta penggunaan obat-
obatan(Prayitno & Fitria, 2011).

Tabel 1. Klasifikasi Hipertensi berdasarkan JNC 7 (Joint National Committee on


Prevention, Detection, Evaluation and the treatment of High Blood Pressure)

Kategori Tekanan Darah Sistol Tekanan Darah Diastole


(mmHg)
(mmHg)

Normal < 120 <80

Pra-hipertensi 120-139 80-89

Hipertensi:

Tahap 1 140-159 90-99

Tahap 2 ≥ 160 ≥ 100


Tabel 2. Klasifikasi Hipertensi Berdasarkan Kelompok Umur *)

Hipertensi (mmHg) Hipertensi Berat (mmHg)


Kelompok Umur
Sistol Diastol Sistol diastol

Bayi baru lahir ≥ 96 - ≥ 106 -

8-30 hari ≥104 - ≥110 -

Bayi (<2 tahun) ≥ 112 ≥74 ≥ 118 ≥82

Anak (3-5 tahun) ≥ 116 ≥ 76 ≥ 124 ≥84

Anak (6-9 tahun) ≥ 122 ≥ 78 ≥ 130 ≥ 86

Anak (13-15 tahun) ≥ 126 ≥ 82 ≥ 134 ≥ 90

Remaja (13-15 ≥ 136 ≥ 86 ≥ 144 ≥ 92


tahun)

Remaja (16-18 ≥ 142 ≥ 92 ≥ 150 ≥ 98


tahun)

*) Beevers, D Gareth. 1995. Hypertension in Practice. London: Martin Dunitz Ltd

2.2.3. Gejala Terjadinya Penyakit Hipertensi

Hipertensi diduga dapat berkembang menjadi masalah kesehatan yang lebih


serius dan bahkan dapat menyebabkan kematian. Seringkali hipertensi disebut
sebagai silent killer karena dua hal, yaitu:

• Hipertensi sulit disadari oleh seseorang karena hipertensi tidak memiliki gejala
khusus. Gejala ringan seperti pusing, gelisah, mimisan, dan sakit kepala biasanya
jarang berhubungan langsung dengan hipertensi. Hipertensi dapat diketahui dengan
mengukur tekanan darah secara teratur.

• Penderita hipertensi, apabila tidak ditangani dengan baik, akan mempunyai risiko
besar untuk meninggal karena komplikasi kardiovaskular seperti stroke, serangan
jantung, gagal jantung, dan gagal ginjal
Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala; meskipun
secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan
dengan tekanan darah tinggi (padahal sesungguhnya tidak). Gejala yang dimaksud
adalah sakit kepala, perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan;
yang bisa saja terjadi baik pada penderita hipertensi, maupun pada seseorang
dengan tekanan darah yang normal.

Jika hipertensi berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala berikut:

• Sakit kepala, mual, muntah, kelelahan, gelisah, • Jantung berdebar- debar, sesak
nafas , Sering buang air kecil terutama di malam hari , Telinga berdenging,
Pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak, mata,
jantung dan ginjal.Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan
kesadaran dan bahkan koma karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini
disebut ensefalopati hipertensif, yang memerlukan penanganan segera.

Mekanisme Terjadinya Hipertensi

Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin II dari


angiotensin I oleh angiotensin I-converting enzyme (ACE). ACE memegang peran
fisiologis penting dalam mengatur tekanan darah. Darah mengandung angiotensinogen
yang diproduksi di hati.

Selanjutnya oleh hormon, renin (diproduksi oleh ginjal) akan diubah menjadi
angiotensin I. Oleh ACE yang terdapat di paru-paru, angiotensin I diubah menjadi
angiotensin II. Angiotensin II inilah yang memiliki peranan kunci dalam menaikkan
tekanan darah melalui dua aksi utama.

Aksi pertama adalah meningkatkan sekresi hormon antidiuretik (ADH) dan rasa haus.
ADH diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitari) dan bekerja pada ginjal untuk
mengatur osmolalitas dan volume urin. Dengan meningkatnya ADH, sangat sedikit urin
yang diekskresikan ke luar tubuh (antidiuresis), sehingga menjadi pekat dan tinggi
osmolalitasnya.

Untuk mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler akan ditingkatkan dengan cara


menarik cairan dari bagian intraseluler. Akibatnya, volume darah meningkat, yang
pada akhirnya akan meningkatkan tekanan darah. Aksi kedua adalah menstimulasi
sekresi aldosteron dari korteks adrenal.
Aldosteron merupakan hormon steroid yang memiliki peranan penting pada ginjal.
Untuk mengatur volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi ekskresi
NaCl (garam) dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi
NaCl akan diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume cairan ekstraseluler
yang pada gilirannya akan meningkatkan volume dan tekanan darah. (Aulia Sani,
2008)

2.3. Peranan Bahan Makanan Terhadap Tekanan Darah

2.3.2. Lemak
Lemak digunakan tubuh sebagai bahan bakar untuk menghasilkan energi.
Disamping itu, lemak juga berfungsi untuk membentuk komponen stuktural membran
sel, komponen pembentukan insulator untuk mengurangi panas tubuh dan meredam
dampak benturan pada organ tubuh serta komponen pembentukan hormon (fungsi
endokrin) dan sebagai pelarut vitamin larut lemak.

Kolesterol merupakan salah satu unsur penting yang dibutuhkan oleh tubuh kita.
Dibutuhkan untuk pembentukan hormon kortikoid, homon testosteron pada laki-laki
dan estrogen pada wanita, pemeliharaan jaringan syaraf, pembentuk vitamin D dan
pada anak/bayi sangat dibutuhkan untuk perkembangan sel-sel otaknya. Tapi bila
kadar lemak berlebih dalam darah, dapat menimbulkan atherosklerosis suatu proses
pengapuran dan pengerasan dinding pembuluh darah yang disebabkan terutama
penumpukan kolesterol didalamnya.

Tekanan darah meningkat bila tekanan perifer meningkat. Tekanan perifer


meningkat bila kadar kolesterol dalam darah meningkat atau atherosklerosis atau
karena merokok. Tekanan perifer ini bisa bertahan lama. Tekanan darah yang
bertahan lama merupakan salah satu penyebab atherosklerosis yang selanjutnya
dapat terjadi serangan Apoplektik (terhentinya organ tertentu diotak), penyakit jantung
koroner dan insufisiensi ginjal. Walaupun banyak yang mempengaruhi tekanan darah,
salah satu penyebab tekanan darah tinggi adalah adanya endapan kolesterol di
pembuluh darah jantung bagian dalam tidak rata. (Sunita, 2002)

Garam.
2.3.1. Natrium
Natrium merupakan kation utama dalam cairan ekstraseluler yang mempunyai
fungsi menjaga keseimbangan cairan dan asam basa tubuh, serta berperan dalam
transmisi saraf dan kontraksi otot. Sumber utama natrium adalah garam dapur atau
NaCl, mono sodium glutamat (MSG) dan makanan yang diawatkan dengan garam.
WHO (1990) menganjurkan pembatasan konsumsi garam dapur hingga 6 gram sehari
(ekivalen dengan 2400 mg natrium).

Dalam keadaan normal, jumlah natrium yang dikeluarkan tubuh melalui urin
sama dengan yang dikonsumsi, sehingga terdapat keseimbangan. Jika asupan
natrium berlebihan, terutama dalam bentuk natrium klorida, dapat menyebabkan
gangguan keseimbangan cairan tubuh sehingga menyebabkan edema atau asites dan
hipertensi. (Sunita, 2002)

Natrium yang ada di dalam makanan akan diserap oleh saluran cerna.
Keseimbangan natrium di dalam darah diatur oleh ginjal yang akan membuang natrium
yang berlebihan. Dalam tubuh, natrium banyak terdapat di dalam plasma darah dan
berfungsi untuk mengatur permeabilitas sel serta pergerakan cairan, elektrolit, glukosa,
insulin dan asam-asam amino. Jika natrium dikonsumsi terlalu berlebihan, maka akan
terjadi rasa haus yang membuat kita banyak minum. Cairan yang kita minum ini
memang mengencerkan natrium di dalam plasma darah, tetapi sebagai akibatnya,
volume natrium dan cairan juga akan meningkat. Apabila ginjal tidak segera dapat
menghilangkan kelebihan cairan dan natrium dengan segera, maka keadaan ini akan
membuat volume darah yang masuk ke jantung (preload volume) menjadi lebih besar
dan dengan demikian jantung akan memompa lebih kuat. Pada pasien dengan darah
tinggi, pemompaan jantung yang lebih kuat akan menaikkan tekanan darah yang
sudah tinggi. (Andry, 2009)

Natrium atau biasa disebut garam merupakan bahan bumbu dapur yang sering
digunakan dalam proses memasak. Garam banyak sekali dipergunakan dalam
makanan maupun dalam bentuk yang lain. Hasil analisis Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) 2007, seperti dikutip dari Litbang Depkes, menunjukkan hampir
seperempat penduduk Indonesia 24,5% berusia di atas 10 tahun mengkonsumsi
makanan asin setiap hari.

Garam terbuat dari dua komponen dasar, yaitu natrium (Na) dan klorida
(Cl).Ketika dilarutkan pada dalam makanan atau cairan, garam pecah menjadi dua
unsur di atas.Bagian klorida pada garam tidak begitu penting sedangkan natrium yang
bisa menimbulkan masalah.Dibutuhkan porsi kecil dari natrium utuk menjaga otot dan
saraf kita untuk bekerja mengirimkan pesan keseluruh tubuh (Sohn, 2010).National
Research Council of The National Academy of Sciences merekomendasikan konsumsi
natrium per hari sebanyak 1.100-3.300 mg. Jumlah tersebut setara dengan ½-1½
sendok teh garam dapur per hari. Untuk orang yang menderita hipertensi, konsumsi
natrium dianjurkan tidak lebih dari 2.300 mg perhari. Sedangkan American Heart
Association (AHA) merekomendasikan konsumsi Na bagi orang dewasa tidak lebih dari
2.400 mg/hari, atau setara dengan satu sendok teh garam dapur sehari. Menurut United
States Department of Agriculture (USDA), rata-rata kebutuhan natrium ibu hamil sekitar
2.400 mg dalam sehari, kira-kira setara dengan satu sendok teh (Astawan, 2010).

Bahan pangan, baik nabati maupun hewani, merupakan sumber alami


natrium.Umumnya pangan hewani mengandung natrium lebih banyak dibandingkan
dengan nabati. Kebanyakan makanan dalam keadaan mentah sudah mengandung 10
persen natrium dan 90 persen ditambahkan selama proses pemasakan. Namun,
sumber utamanya adalah garam dapur (NaCl), soda kue (natrium bikarbonat),
penyedap rasa monosodium glutamat (MSG), serta bahan-bahan pengawet yang
digunakan pada pangan olahan, seperti natrium nitrit dan natrium benzoat.Natrium juga
mudah ditemukan dalam makanan sehari-hari, seperti pada kecap, makanan hasil laut,
makanan siap saji (fast food), serta makanan ringan (snack) (Astawan, 2010).
Tubuh membutuhkan kurang dari tujuh gram garam dapur sehari atau setara
dengan 3.000 mg natrium.Kebanyakan dari menu harian memberi berlipat-lipat kali
lebih banyak dari itu.Selain meninggikan tekanan darah, kerja ginjal jadi jauh lebih berat
untuk membuangnya.Satu sendok teh garam dapur berisi 2.000 mg natrium. Natrium
yang terkandung dalam setiap menu modern rata-rata sekitar 500 mg. Pada takaran itu,
ginjal perlu bekerja lebih keras untuk tetap mempertahankan keseimbangan cairan dan
asam-basa tubuh agar penyakit akibat kelebihan natrium tidak sampai muncul
(Lawalangy, 2007).
Natrium merupakan faktor penting dalam patogenesis hipertensi.Hipertensi
hampir tidak pernah ditemukan pada suku bangsa dengan asupan natrium yang
minimal. Asupan natrium kurang dari 3 gram/hari prevalensi hipertensinya rendah,
sedangkan asupan natrium antara 5-15 gram/hari prevalensi hipertensi meningkat
menjadi 15-20%. Pengaruh asupannatrium terhadap hipertensi terjadi melalui
peningkatan volume plasma, curah jantung dan tekanan darah (Muchtadi, 1992).
Kurangnya konsumsi natrium dapat menyebabkan volume darah menurun yang
membuat tekanan darah menurun, denyut jantung meningkat, pusing, kadang-kadang
disertai kram otot, lemas, lelah, kehilangan selera makan, daya ingat menurun, daya
tahan terhadap infeksi menurun, luka sukar sembuh, gangguan penglihatan, rambut
tidak sehat dan terbelah ujungnya, serta terbentuknya bercak-bercak putih di kuku
(Astawan, 2010).
Dalam proses metabolisme tubuh¸ garam yang dikonsumsi sebagian besar akan
diserap oleh usus dan dibuang kembali oleh ginjal melalui urin. Akan tetapi bila jumlah
yang dikonsumsi melebihi kapasitas ginjal untuk mengeluarkannya kembali, maka
kadar natrium dalam darah akan meningkat. Untuk mengembalikan kadar natrium
darah ke tingkat yang normal, tubuh mengaturnya dengan cara menambah jumlah
cairan dalam darah untuk mengencerkan kelebihan natrium tersebut. Akibatnya volume
darah yang bersirkulasi dalam system sirkulasi bertambah jumlahnya, dan apabila
jumlah ini melebihi volume tertentu maka tekanan di dalam sistem tersebut meningkat,
dan orang yang mengalaminya dikatakan menderita penyakit darah tinggi (essential
hypertension) (Muchtadi,1992).

Saat ini, terdapat kecenderungan pola makan yang serba praktis dan instan yang
berkembang di masyarakat seperti makanan cepat saji dan makanan awetan. Pola
konsumsi makanan sering tidak teratur, sering jajan, sering tidak makan pagi dan sama
sekali tidak makan siang. Di kota besar sering terlihat kelompok- kelompok siswa
makan di rumah makan yang menyajikan makanan yang siap saji. Makanan siap saji
umumnya mempunyai nilai nutrisi yang rendah, mengandung lemak jenuh
dankolesterol tinggi, tinggi garam dan rendah serat. Dengan sifat seperti itu tentunya
makanan awetan dan siap saji tidak begitu menyehatkan tubuh, sehingga apabila
terlalu sering dikomsumsi dapat memicu timbulnya berbagai penyakit seperti
kegemukan (obesitas), kolesterol dan trigliserida tinggi, hipertensi, aterosklerosis,
jantung koroner, dan stroke (Sayogo, 2006).
Meskipun sebagian masyarakat telah mengetahui bahaya mengkonsumsi natrium
dengan kadar yang berlebih, tetap saja dikonsumsi tanpa memperdulikan efek jangka
panjang yang berbahaya terhadap tubuh. Pengetahuan mengenai dampak natrium
yang dikonsumsi kadangkala tidak sesuai dengan perilaku pola makan yang ada.

Gula

Pengertian Gula

Menurut Darwin (2013), gula adalah suatu karbohidrat sederhana karena dapatlarut
dalam air dan langsung diserap tubuh untuk diubah menjadi energi. Secara umum,gula
dibedakan menjadi dua, yaitu:

a. Monosakarida

Sesuai dengan namanya yaitu mono yang berarti satu, ia terbentuk dari satu
molekulgula. Yang termasuk monosakarida adalah glukosa, fruktosa, galaktosa.
b. Disakarida

Berbeda dengan monosakarida, disakarida berarti terbentuk dari dua molekul


monosakarida.Yang termasuk disakarida adalah sukrosa (gabungan glukosa dan
fruktosa), laktosa(gabungan dari glukosa dan galaktosa) dan maltosa (gabungan dari
dua glukosa).Gula merupakan salah satu pemanis yang umumdikonsumsi
masyarakat.Gula biasa digunakan sebagai pemanis di makanan maupunminuman,
dalam bidang makanan, selain sebagai pemanis, gula juga digunakan sebagaistabilizer
dan pengawet.Gula merupakan suatu karbohidrat sederhana yang umumnya dihasilkan
daritebu. Namun ada juga bahan dasar pembuatan gula yanglain, seperti air bunga
kelapaaren, palem, kelapa atau lontar. Gula sendiri mengandung sukrosa yang
merupakananggota dari disakarida.Menurut American Heart Foundation, perempuan
sebaiknya tidak mengkonsumilebih dari 100 kalori tambahan dari gula perhari dan laki –
laki 150 kalori per harinya.Artinya, untuk perempuan tidak lebih dari 25 gr per hari, dan
37,5 gr untuk laki – laki.Jumlah itu sudah mencakup gula di minuman, makanan,
kudapan, permen, dan semuayang dikonsumsi pada hari itu (Darwin,
2013).Mengkonsumsi gula harus dilakukan dengan seimbang, dalam hal ini
seimbangdimaksudkan bahwa kita harus mengatur karbohidrat yang masuk harus
sama denganenergi yang dikeluarkan oleh tubuh. Energi yang dikeluarkan oleh
manusia tidak samasatu dengan lainnya, ada beberapa faktor yang mempengaruhi
seperti jenis kelamin,berat badan, usia, dan aktivitas yang dilakukan.

2.1.2 Jenis – jenis Produk Gula

Pemanis gula sangat sering kita jumpai di pasaran, yang paling umum kitagunakan
adalah gula pasir. Namun, selain gula pasir, masih ada beberapa jenis gulayang lain di
pasaran. Menurut Darwin (2013), gula terbagi beberapa jenis, seperti dibawah ini:

a. Gula Pasir

Gula Pasir adalah jenis gula yang paling mudah dijumpai, digunakan sehari-hari
untukpemanis makanan dan minuman.Gula pasir berasal dari cairan sari tebu.
Setelahdikristalkan, sari tebu akan mengalami kristalisasi dan berubah menjadi butiran
gulaberwarna putih bersih atau putih agak kecoklatan (raw sugar).

b. Gula Pasir Kasar (Crystallized Sugar)


Gula jenis ini memiliki tekstur yang lebih besar dan kasar dari gula pasir
padaumumnya.Biasanya gula jenis ini dijual dengan aneka warna di pasaran.Gula
jenisini sering digunakan sebagai bahan taburan karena tidak meleleh saat dioven.

c. Gula Balok atau Gula Dadu

Gula balok terbuat dari sari tebu.Bentuknya menyerupai balok dadu dengan warnaputih
bersih.Biasanya gula jenis ini digunakan sebagai campuran minuman kopi atau tea.

d. Gula Icing atau Icing Sugar atau Confection Sugar

Tipe gula ini memiliki tektur terhalus dalam jenis gula putih.Icing sugar
merupakancampuran dari gula pasir yang digiling hingga halus sehingga terbentuk
tepung guladan ditambahkan tepung maizena agar tidak mudah menggumpal.

e. Gula Batu

Gula batu diperoleh dari pengolahan gula pasir biasa agar mudah
larut.Bentuknyamerupakan bongkahan gula menyerupai batu berwarna putih, dimana
tingkatkemanisan gula batu lebih rendah dibanding gula pasir, hampir 1/3 dari gula
pasir.Bagi pankreas dan organ tubuh, gula batu lebih sehat dan bersahabat dibanding
dengan gula pasir.

f. Brown Sugar

Brown sugar terbuat dari tetes tebu, namun dalam proses pembuatannya
dicampurdengan molase sehingga menghasilkan gula bewarna kecoklatan.Terbagi
menjadi 2 jenis yaitu light atau dark brown sugar. Light brown sugarbiasanya digunakan
dalam pembuatan kue, seperti membuat butterscotch, kondimen13dan glazes. Dark
brown sugar biasanya digunakan untuk membuat gingerbread danbahan tambahan
untuk makanan seperti mincemeat, baked bean, dan lain-lain.

g. Gula Merah

Gula merah terbuat dari air sadapan bunga pohon kelapa atau air nira kelapa,
seringjuga disebut dengan gula jawa. Teksturnya berupa bongkahan berbentuk silinder
danberwarna coklat Biasanya digunakan dalam bahan pemanis makanan dan minuman
dengan cara diiris tipis.

h.Gula Aren

Bentuk, tekstur, warna dan rasanya mirip dengan gula merah, yang membedakanhanya
bahan bakunya. Gula aren terbuat dari air nira yang disadap pohon aren,tanaman dari
keluarga palem.Proses pembuatan gula aren umumnya lebih alami, sehinggan zat-zat
tertentu yangterkandung di dalamnya tidak mengalami kerusakan dan tetap utuh.Selain
gula-gula alami, banyak juga gula-gula yang terbuat dari proses kimiawiyang dijual di
pasaran. Banyak orang berusaha untuk menghindari gula, dan berlaih kegula buatan.
Namun, jenis gula ini bila dikonsumsi secara berkala akan berdampak tidak baik untuk
tubuh. Menurut Darwin (2013) ada 3 jenis gula buatan, seperti:

a. High Fructose Corn Syrup

Gula jenis ini terbuat dari tepung jagung sebagai bahan baku, memiliki tekstur
cairseperti syrup. Gula jagung memiliki tingkat kemanisan yang sangat inggi, 1,8
kalidibanding dengan gula biasa. Dimana rasa manis tersebut akan meningkatkan
rasalapar sehingga tubuh menginginkan karbohidat berlebih.

b. Sorbitol, saditol, dan Maninitol


Gula jenis ini terdapat dalam permen bebas gula, obat batuk, serta makanan
danminuman berlabel ‘diet’.Gula buatan ini sulit dimetabolisme olehtubuh kita karena
tidak dapat dicerna secara baik oleh tubuh.

c. Saccharin dan Aspartame

Gula jenis ini sering digunakan dalam minuman rendah kalori dan rendah
gula.Keduanya mengandung kalori yang rendah, namun memiliki tingkat kemanisan
yangtinggi.

2.1.3 Gula Pasir


Gula pasir merupakan karbohidrat sederhana yang dibuat dari cairan tebu.Gula pasir
dominan digunakan sehari – hari sebagai pemanis baik di industri maupunpemakaian
rumah tangga.Permintaan gula pasir yang tinggi, tidak sebanding denganproduksi gula
pasir lokal, sehingga menjadikan Indonesia sebagai negara pengimportgula pasir yang
cukup besar.

Komposisi Zat Gizi Gula Pasir (per 100 gram berat bahan)
Zat Gizi Gula pasir

Energi (kkal) 364


Protein (g) 0
Lemak (g) 0
Karbohidrat (g) 94,0
Kalsium (mg) 5
Fosfor (mg) 1

Gula Pasir dan Kesehatan

Gula pasir merupakan salah satu karbohidrat yang akan dipecah untuk diubah menjadi
energy.Gula merupakan jenis disakarida yaitusukrosa, sehingga dapat dipecah
menjadi gula darah dengan sangat cepat dan akan menjadi tidaksehat bila dikonsumsi
secara berlebih..Menurut survei yang dilakukan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO),
Indonesiamenduduki urutan keempat dalam hal jumlah terbanyak penderita diabetes
melitus
Hubungan antara gula pasir dengan diabetes dan obesitas adalah pada kinerja
pankreas. Proses mengubah gula pasir menjadi energi merupakan proses yang
melelahkan bagi pankreas,karena normalnya pankreas hanya mampu mengubah ½
sdm gula pasir menjadi energy setiap harinya. Bila kita menkonsumsi gula pasir lebih
dari ½ sdm makan setiap harinya maka sisanya akan menjadi gula darah dan lemak
tubuh. Lama kelamaan tubuh kita akanbertambah gemuk dan berkembang menjadi
diabetes. (Darwin, 201

Madu

Madu adalah salah satu pemanis alami yang biasa dikonsumsi oleh manusia
sebagai pengganti gula. Madu merupakan cairan yang menyerupai sirup, namun lebih
kental dan memiliki rasa yang manis. Madu merupakan pemanis alami yang dihasilkan
dari bahan baku nektar bunga. Madu memilki rasa manis yang berbeda dari gula atau
pemanis lainnya, sehingga membuat orang lain lebih menyukainya dari pada gula atau
pemanis lainnya.Madu merupakan zat manis alami yang dihasilkan lebah dengan
bahan baku nectar bunga, sumber energi dan bahan yang diubah menjadi glikogen
(Tim Karya TaniMandiri, 2010)Madu merupakan pemanis alami yang sehat, sedangkan
konsumsi madu masihrendah khususnya di Indonesia. Banyak konsumen yang
menghindari gula pasir dengancara mengkonsumsi pemanis sintesis atau buatan,
padahal pemanis sintesis memilikiefek samping pada jangka panjang.Berbeda dengan
madu yang tidak memiliki efeksamping bila dikonsumsi dalam jangka
panjang.Konsumsi madu sering dikaitkan dengan trend health food karena madu
yangmerupakan pemanis yang natural. Karena trend health food yang berkembang
adalahkonsumsi makanan yang natural, yang sehat dan tinggi akan nutrisi.

Komposisi Madu

Madu adalah pemanis tertua yang sudah lama digunakan sebelum adanya gula.
Karena madu adalah pemanis yang dapat langsung digunakan tanpa perlu diolah
terlebihdahulu, selain itu madu mudah diserap oleh tubuh.Selain untuk pemanis, madu
jugasering digunakan sebagai obat dan perawatan kecantikan.
Menurut Tim Karya Mandiri (2010), madu merupakan food suplement yangberhasiat
karena mengandung monosakarida yaitu glukosa dan fruktosa. Selain itu madujuga
mengandung berbagai jenis vitamin, asam amino, aneka mineral dan 100 jenis
zatlainnya yang bermanfaat untuk kesehatan.Karbohidrat yang dikandung oleh madu
sebagian besar berasal darimonosakarida, hal itu yang menyebabkan karohidrat yang
terkandung dalam madumudah diserap oleh tubuh.Menurut Erminawati (2012), asam
amino yang dikandung di dalam madumampu membantu menyembuhkan penyakit, dan
juga merupakan bahan untukpembentukan neurotransmitter yang merupakan senyawa
yang berperan dalammengoptimalkan fungsi otak.

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Ruang Lingkup Penelitian.

Penelitian akan dilaksanakan pada siswa kelas 3 dua SD Negeri di kelurahan


gunung Kebayoran Baru Jakarta Selatan. Penelitian direncanakan akan dilaksanakan
pada bulan Mei tahun 2018

B.Desain Penelitian.
Penelitian ini menggunakan pendekatan cross-sectional dilaksanakan padabulan
Mei di Sekolah Dasar Negeri 03 pagi dan 01 Petang kelurahan Gunung Jecamatan
Kebayoran Baru Jakarta Selatan. Subjek penelitian siswa & siswi kelas 3.Jumlah subjek
yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 300orang yang dihitung menggunakan
rumus besar sampel dengan jumlah populasi diketahui. Cara pengambilan subjek
dengan menggunakan metode proportional random sampling karena jumlah murid
dalam setiap kelas tidak sama, sehingga dapat terwakili secara proporsional sesuai
dengan banyaknya siswa. Kriteria inklusi yaitu siswa kelas 3 tidak sedang menderita
sakit, berada dilokasi pada saat dilakukan penelitian, bersedia menjadi sampel..
Variabel bebas (independen) dalam penelitian adalah asupan gula, asupan garam dan
asupan lemak dari makanan dan minuman yang dikonsumsi sedangkan variabel terikat
(dependen) adalah tekanan darah dan IMT.

Populasi.

Seluruh siswa& Siswi kelas 3 SDN 03 pagi & 01 petang kelurahan gunung kecamatan
Kebayoran Baru Jakarta Selatan.

Besar dan Cara pengambilanSampel.

Z 21α/2 p(1  p)N


n
d 2 (N  1)  Z 21α/2 p(1  p)
(1,96)2 * 0,188(1  0,188)320
n
(0,05)2 (239)  (1,96)2 * 0,188(0,812)

3,8416  48,9
n
1,595  0,586
n  86,1  87
n  87  10%(87)
n  96

Bagian dari populasi yang diambil secara propotional random sampling


Metode :

Subjek Penelitian & Teknik Pengumpulan Data

Studi ini bersifat cross sectional siswa siswa & Siswi kelas 3 SDN 03 pagi & 01 petang
Kelurahan Gunung Kebayoran Baru Jakarta Selatan. Subyek diambil secara
proportional random sampling yang memenuhi kriteria inklusi yaitu tercatat sebagai
siswa,tidak sedang menderita sakit, Data Berat badan di dapat dengan cara
menimbang berat badan dengan menggunakan timbangan injak dengan ketelitian 0,1
kg, data tinggi badan didapat dengan cara mengukur tinggi badan dengan alat Microtoa
dengan ketelitian 0,1 Cm. data asupan gula, garam dan lemak dari makanan diperoleh
dengan menggunakan semi quantitative food frequencies Quesionaire (FFQ) dan
Food Recall 1 x 24 jam . Data tekanan darah sistolik dan diastolik subjek diukur secara
langsung menggunakan sphygmomanometer oleh tenaga kesehatan. Analisis data
menggunakan Shapiro-Wilk untuk menguji kenormalan dan Uji Korelasi atau Rank
Spearman untuk menguji hubungan variable bebas ( Asupan gula, garam & lemak )
dengan variable terikat ( IMT & Tekanan darah ).

Data yang dikumpulkan.

Data Tekanan Darah.

Data tekanan darah subjek diukur dengan menggunakan Sphygmomanometer air


raksa yang dilakukan oleh tenaga terlatih. Pengukuran tekanan darah untuk
mendapatkan hasil yang optimal dilakukan dengan cara sebagai berikut: (1) Sebelum
tekanan darah diukur, subyek istirahat terlebih dahulu selama 5-10 menit, (2)
Pengukuran dilakukan pada posisi duduk, (3) Manset yang digunakan adalah manset
untuk dewasa, manset harus melingkari paling sedikit 80% lengan atas dan lebar
manset paling sedikit 2/3 dari lengan atas, (4) Balon dipompa sampai diatas tekanan
sistolik kemudian perlahan-lahan dengan kecepatan 2-3 mmHg tiap denyutan jantung.
Tekanan sistolik dicatat pada saat terdengar bunyi yang pertama (Korotkoff I)
sedangkan tekanan diastolik dicatat jika bunyi tidak terdengar lagi (Korotkoff
V).Pengukuran tekanan darah pada subjek dilakukan sebanyak 2 kali untuk
mendapatkan rata-rata tekanan darah. Apabila hasil pengukuran pertama dan kedua
mempunyai perbedaan yang besar ( > 10 %) maka dilakukan pengukuran yang ketiga.
Subjek dikategorikan tekanan darah normal bila rata-rata tekanan darah sistolik atau
diastolik lebih kecil dari persentil ke-90, tekanan darah normal tinggi bila rata-rata
tekanan darah sistolik atau diastolik yang nilainya lebih besar atau sama dengan
persentil ke-90 sampai dengan lebih kecil dari persentil ke-95, sedangkan tekanan
darah tinggi bila rata-rata tekanan darah sistolik atau diastolik yang nilainya lebih besar
atau sama dengan persentil ke-95 pada acuan berdasarkan jenis kelamin, umur dan
tinggi badan.

Data Asupan Garam, Gula dan Lemak

Subjek diminta untuk mengisi FFQ makanan yang diduga mengandung tinggi
natrium guna diperoleh rata-rata konsumsi makanan jajanan selama 1 minggu terakhir
dan ditanya makanan yang dikonsumsi selama 1 x 24 jam, kemudian dihitung rata-rata
asupan, gula dan garam . Selanjutnya untuk mengetahui asupan enersi, natrium dan
lemak subjek per hari yang berasal dari makanan tersebut dengan menggunakan soft
ware Nutri Survey. Data asupan natrium dikategorikan tinggi bila 2300 mg per hari,
cukup bila 500-2200 mg per hari dan rendah bila 500 mg per hari. Data Asupan gula

Kerangka Konsep

Konsumsi Gula

Konsumsi Garam / Tekanan Darah & IMT


Natrium

Konsumsi Lemak

Banyak faktor yang mempengaruhi IMT & tekanan darah. Diantaranya adalahkonsumsi
gula, garam dan lemak tubuh dari makanan dan minuman.

Definisi Operasional.
3.3 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Kategori Skala Alat bantu


.

1. Umur Lama hidup yang dimulai Rasio Kuesioner


dari kelahiran sampai
pada saat diwawancarai

2. Jenis Status gender seseorang a. Laki-laki Nomina Kuesioner


kelamin yang diketahui dengan l
b. Perempuan
melihat fisik yang
bersangkutan

3. Asupan Jumlah asupan gula yang a. Baik untuk Rasio Kuesioner


Gula berasal dari makanan dan laki-laki ≤ g FFQ
minuman yang
b. Tidak baik
dikonsumsi subjek yang
untuk laki-
diperoleh dengan FFQ
laki g

c. Baik untuk
Wanita ≤ g

d. Tidak baik
untuk Wanita
> g

4. Asupan Jumlah asupan natrim a. > 2.00 mg sehari Ordinal Kuesioner


garam yang berasal dari (lebih) food
makanan yang frequency
b. ≤ 2.000 mg
dikonsumsi subjek yang
sehari (cukup)
diperoleh dengan FFQ

6. Asupan Jumlah asupan lemak Dewasa: Ordinal Kuesioner


Lemak yang berasal dari food
a. ≤ (Kurang)
makanan yang frequency
dikonsumsi subjek yang b. > (Normal)

diperoleh dengan FFQ c. ≥ ......

(Lebih)

7 Indeks Keadaan tubuh individu Dewasa: Timbangan


Massa yang ditentukan dan
a. ≤ 18,5 (Kurang)
Tubuh ( berdasarkan IMT, dengan microtoa
IMT) rumus: b. > 18,5-25,0
(Normal)
IMT = BB(Kg)
TB2 (m) c. ≥ 25,1-30.0

(Lebih)

d. ≥ 30.0 (Obesitas)

8 Tekanan Tekanan yang dialami rasio Tensimeter


darah darah saat jantung air raksa
sistolik berkontraksi diukur dalam
keadaan duduk sebanyak
2 kali dilakukan oleh
tenaga terlatih

9 Tekanan Tekanan yang dialami rasio Tensimeter


darah darah saat jantung air raksa
sistolik beralsasi, diukur dalam
keadaan duduk sebanyak
2 kali dilakukan oleh
tenaga terlatih

10. Hipertensi Keadaan di mana salah a. Hipertensi Ordinal Tensimeter


satu tekanan darah yang air raksa
b. Tidak hipertensi
naik yaitu tekanan darah
sistol ≥ 140 mmHg dan
tekanan darah diastol ≥ 90
mmHg
BAB IV

BIAYA DAN JADUAL PENELITIAN

. Jadual Kegiatan
NO KEGIATAN SEMESTER I SEMESTER II

1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6

1 Persiapan X X X x x

3 Pelaksanaan & Pengolahan x x x x


Data

4 Penyusunan laporan X X

5 Penyusunan Jurnal X X
DAFTAR PUSTAKA

Agrina, dkk.2011. Kepatuhan Lansia Penderita Hipertensi Dalam


Pemenuhan Diet Hipertensi. Riau Vol 6 No, April 2011 : 46 – 53.

Cohen HW, Hailpern SM, Fang J, Alderman MH. 2006. Sodium intake and mortality
in the NHANES II follow-uo study. Am J Med. 119 (3): 275.e7-14
Couch, Sarah C and Krummel, Debra A. 2008. Krause’s Food & Nutrition
Therapy 12th Edition.USA: Saunders Elseveir.

Drake SL, Drake MA. 2010. Comparison of salty taste and time intensity of sea and land
salts from
around the world. Journal of Sensory Studies. Vol 26 Issue 1; 25-34.

[Depkes] Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2006. Pharmaceutical Care


Untuk Penyakit Hipertensi. Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan, Jakarta.

[Depkes] Departemen Kesehatan Republik Indonesia.2006. Pedoman Teknis


Penemuan dan Tatalaksana Penyakit Hipertensi.Direktorat Pengendalian
Penyakit Tidak Menular. Direktorat Jenderal PP dan PL, Jakarta.
Fauzia, Firni. 2005. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kepatuhan Pasien
Hipertensi Rawat Jalan Menjalankan Diet Rendah Garam di Rumah Sakit
Persahabatan Jakarta (KTI). Jakarta. Jurusan Gizi – Poltekkes Jakarta.

Karyadi, Elvina. 2002. Hidup Bersama Penyakit Hipertensi, Asam Urat dan Jantung
Koroner. Jakarta: Intisari Mediatama.
Lenz, Thomas L. 2008. Lifesytle Modifications in Pharmacotherapy.Philadelphia:
Wolters Kluwer Health.
Muliyati, Hepti dkk. 2011. Hubungan Pola Konsumsi Natrium Dan Kalium Serta Aktifitas
Fisik Dengan Kejadian Hiperetensi Pada Pasien Rawat Jalan Di RSUP Dr.
Wahidin Sudirohusodo Makasar. Artikel Penelitian. Media Gizi Masyarakat
Indonesia, vol 1, No 1 Agustus 2011 :46-51. FKM-Universitas Hasanuddin.
Diakses pada tanggal 7 Desember 2013 pukul 18.00
Novian, Arista. 2013. Faktor Yang Berhubungan Dengan Kepatuhan Diit Hipertensi
(Studi Pada Pasien Rawat Jalan di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang
Tahun 2013 (Skripsi). Semarang. Fakultas Ilmu Keolahragaan. Jurusan Ilmu
Kesehatan Masyarakat – Universitas Negeri Semarang.
[Riskesdas] Riset Kesehatan Dasar. 2007. Laporan Riset Kesehatan Dasar tahun 2007.
Jakarta: Kemenkes.
[Riskesdas] Riset Kesehatan Dasar. 2013. Laporan Riset Kesehatan Dasar tahun 2013.
Jakarta: Kemenkes.
Wihastuti, Titin Andri dkk. 2012. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat
Kepatuhan Diet Rendah Garam Pada Penderita Hipertensi Di Poliklinik
Jantung Rumah Sakit Dr. Saiful Anwar Malang.Jurusan Ilmu
Keperawatan FKUB.

Arundhana. (2013). Pola Perilaku Sedentari Merupakan Faktor Risiko Kejadian


Obesitas Pada Anak Sekolah Dasar Di Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul.
Indonesia Journal Nutrition and Dietetic, 1(2).
Dewi, MR., Sidiartha, I. (2013). Prevalensi Dan Faktor Risiko Obesitas Anak Sekolah
Dasar Di Daerah Urban Dan Rural. Jurnal Ilmiah Kedokteran Medicina, 44(4), 15–
21.
Duffey, et al. (2009). Regular consumption from fast food establishments relative to
other restaurants is differentially associated with metabolic outcomes in young
adults. US National Library of Medicine National Institutes of Health Search
databaseSearch Term Search.
Grundy, S. M. (2004). Obesity, Metabolic Syndrome, and Cardiovascular Disease. The
Journal of Clinical Endocrinology & Metabolism, 89.
Jacobs. (2006). Fast food and sedentary lifestyle: a combination that leads to obesity.
US National Library of Medicine National Institutes of Health.
Kemenkes. (2010). Laporan Riset Kesehatan Dasar tahun 2010. Jakarta.
Kesehatan, K. (2012). Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta.
Paciorek CJ, Stevens GA, F. M. (2013). Children’s Height and Weight in Rural and
Urban Populations in Low-Income and Middle-Income Countries: A Systematic
Analysis of Population Representative Data. Lancet Glob Health, 1, 300–309.
Padmiari, I. A. E. dan H. H. (2001). Konsumsi Fast Food Sebagai Faktor Resiko
Obesitas pada Anak SD di Denpasar Tahun 2001.
Prayitno, N., & Fitria. (2011). Gambaran Tekanan Darah Penghuni Perumahan Polisi di
Ciledug. Nutrire Diaita, 3(1), 12–22.
Soetjiningsih. (1995). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC.
Suci. (2009). Gambaran Perilaku Jajan Murid Sekolah Dasar di Jakarta. Psikobuana.
Jurnal Ilmiah Psikologi PSIKOBUANA.
Vartanian. (2007). Effects of soft drink consumption on nutrition and health: a
systematic review and meta-analysis. US National Library of Medicine National
Institutes of Health.
Weisell, R. C. (2002). Body Mass Index as an Indicator of Obesity. Asia Pasific Journal
of Clnical Nutrition.
Wien, B. and. (2010). Childhood Obesity and Adult Morbidities. Am J Clin Nutr, 91,
1499S–1505S.
Yatim. (2007). Macam-macam Penyakit menular dan Cara Pencegahannya (Jilid 2).
Jakarta: Pustaka Obor Populer.
LEMBAR PERNYATAAN

Kami menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penelitian ini dibiayai DIPA Politeknik
Kesehatan Jakarta II Tahun anggaran 2018. Adapun bagian-bagian tertentu dalam
penelitian ini kami kutip dari hasil karya orang lain telah dituliskan sumbernya secara
jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah. Apabila di kemudian hari
ditemukan seluruh atau sebagian isi penelitian ini bukan hasil karya kami atau adanya
plagiat dalam bagian-bagian tertentu kami bersedia menerima sanksi sesuai dengan
peraturan perundangan yang berlaku.

Jakarta, Januari 2018

Tanda Tangan

Peneliti Utama
Nanang Prayitno, MPS -------------------

Peneliti I
Sugeng Wiyono, SKM, M.Kes --------------------

Peneliti II
Meilinasari, SKM, M.Kes --------------------
LEMBAR PERSETUJUAN

Penelitian Tenaga Kesehatan Hibah Bersaing tahun 2018 dengan judul

HUBUNGAN KONSUMSI GULA, GARAM DAN LEMAK DENGAN


RISIKO KEJADIAN PENYAKIT DEGENERATIF PADA ANAK SEKOLAH DASAR
DI JAKARTA SELATAN

Peneliti Utama : Nanang Prayitno, MPS

Peneliti I : Sugeng Wiyono, SKM. M.Sc

Peneliti II : Meilinasari SKM. M.Sc

Telah mendapat masukan dari Tim Pembahas/Tim Pakar Politeknik Kesehatan Jakarta
II pada tanggal ………………. 2018

Ketua Jurusan Gizi


Politeknik Kesehatan Jakarta II

Mochamad Rachmat, SKM.M.Kes


NIP. 196312141988031001

Tim Pembahas/Tim Pakar Tanda Tangan

1. DR. . ……………… -----------------


2. DR. . ………………. -----------------

Identitas Diri
1 Nama Lengkap (dengan Nanang Prayitno, MPS
gelar)
2 Jenis Kelamin Laki-laki
3 Jabatan Fungsional Lektor Kepala
4 NIP/NIK/Identitas lainnya 196004251984011001
5 NIDN 4025046001
6 Tempat dan Tanggal Lahir Jakarta 25 April 1960
7 E-mail nprayitno@rocketmail.com
8 Nomor Telepon/HP 0816780884
9 Alamat kantor Jl Hang Jebat III Keb Baru Jakarta Selatan
10 Nomor Telepon/Faks 021-7395331/7395383
11 Lulusan yang Telah S-1 = … orang; S-2 = … orang; S-3 = …
Dihasilkan orang
1. Kimia Pangan
1. Mata Kuliah yang Diampu 2. Biokimia Gizi
3. Kimia Dasar

B. Riwayat Pendidikan
S-1 S-2 S-3
Nama Perguruan Tinggi Akademi Gizi UPLB
Bidang Ilmu Gizi Gizi
Tahun Masuk-Lulus 1979-1984 1987-1990
Judul Skripsi/Tesis/Disertasi
Nama Pembimbing/Promotor

C. Pengalaman Penelitian dalam 5 Tahun terakhir


No Tahun Judul Penelitian Pendanaan
Sumber* Jml (Juta Rp)
1 2013 Aktifitas fisik dan status DIPA 10.000.000
mahasiswa
2 2014 Indeks glikemik beras DIPA 20.000.000
agar
3 2015 Pengaruh lama DIPA 20.000.000
fermentasi terhadap
kadar asam pitat tempe
4 2016 Pengaruh Frekwensi DIPA 37.740.000
menggoreng dan
Penambahan bubuk
kunyit terhadap kadar
MDA dan angka asam
minyak goreng

A. Identitas Diri
1 Nama Lengkap (dengan Sugeng Wiyono, SKM, M.Kes
gelar)
2 Jenis Kelamin Laki-laki
3 Jabatan Fungsional Lektor Kepala
4 NIP/NIK/Identitas lainnya 196404121985031003
5 NIDN
6 Tempat dan Tanggal Lahir Wonogiri 12 April 1964
7 E-mail Sugeng_gizi@yahoo.com
8 Nomor Telepon/HP 085890572630
9 Alamat kantor Jl. Hang Jebat III Keb Baru Jakarta Selatan
10 Nomor Telepon/Faks 021-7395331/7395383
11 Lulusan yang Telah S-1 = … orang; S-2 = … orang; S-3 = …
Dihasilkan orang
1. Mata Kuliah yang Diampu 1. Ilmu Kesehatan Masyarakat
2. Ilmu Komputer Dasar dan Lanjut
3. Ilmu Kimia Dasar

B. Riwayat Pendidikan
S-1 S-2 S-3
Nama Perguruan Tinggi UI Depok UI Depok
Bidang Ilmu Kes Mas Kes Mas
Tahun Masuk-Lulus 1996-1998 2000-2002
Judul Skripsi/Tesis/Disertasi Hubungan
IMT,asupan
energi dengan
RLPP orang
dewasa
Nama Hubungan
Pembimbing/Promotor RLPP dengan
kadar
kolesterol
orang dewasa
C. Pengalaman Penelitian dalam 5 Tahun
No Tahun Judul Penelitian Pendanaan
Sumber* Jml (Juta Rp)
1 2013 Hubungan berat dan DIPA
panjang badan lahir
dengan tinggi badan anak
usia 2-3 tahun
2 2014 Pemantauan status gizi
balita di Prop DKI
3 2015 Pemantauan status gizi
balita di Prop DKI
4 2016 Pengaruh Frekwensi DIPA 37.740.000
menggoreng dan
Penambahan bubuk
kunyit terhadap kadar
MDA dan angka asam
minyak goreng

A. Identitas Diri

1 Nama Lengkap (dengan gelar) Meilinasari, SKM, M.Kes


2 Jenis Kelamin Perempuan
3 Jabatan Fungsional Lektor Kepala
4 NIP/NIK/Identitas lainnya 196605071989032001
5 NIDN 4007056601
6 Tempat dan Tanggal Lahir P.Siantar 7 Mei 1966
7 E-mail Meilina_sr@yahoo.com
8 Nomor Telepon/HP 08161915853
9 Alamat kantor Jl.Hang Jebat III Keb Baru Jakarta Selatan
10 Nomor Telepon/Faks 021-7395331/7395383
11 Lulusan yang Telah Dihasilkan S-1 = … orang; S-2 = … orang; S-3 = …
orang
1. Ilmu Bahan Pangan Dasar dan Lanjut
1. Mata Kuliah yang Diampu 2. Ilmu Teknologi Pangan
3. Pengawasan Mutu Pangan
4. Mikrobiologi Pangan

A. Riwayat Pendidikan
S-1 S-2 S-3
Nama Perguruan Tinggi UI Depok UI Depok -
Bidang Ilmu Kes Mas Kes Mas
Tahun Masuk-Lulus 1994-1996 2000-2002
Judul Skripsi/Tesis/Disertasi
Nama Pembimbing/Promotor

B. Pengalaman Penelitian dalam 5 Tahun terakhir


No Tahun Judul Penelitian Pendanaan
Sumber* Jml (Juta
Rp)
1 2012 Pengaruh subtitusi DIPA 20.000.000
Tepung garut terhadap
mutu organoleptik dan
daya terima biskuit dan
kandungan zat gizi
2 2015 Efektifitas pelatihan DIPA 20.000.000
kader konseling PMBA
kepada ibu /pengasuh
dan praktik PMBA oleh
ibu/pengasuh Bayi
berumur 6-12 bulan di
Kecamatan Pondok aren
Tangerang Selatan
3 2016 Pengaruh Frekwensi DIPA 37.740.000
menggoreng dan
Penambahan bubuk
kunyit terhadap kadar
MDA dan angka asam
minyak goreng
Lampiran 1

Naskah penjelasan

Sebelumnya saya ingin memperkenalkan diri, nama Nanang Prayitno Dosen


pada Politeknik Kesehatan Kemenkes Jakarta II jurusan gizi sedang melakukan
penelitian

HUBUNGAN ASUPAN GULA, GARAM DAN LEMAK DENGAN KEGEMUKAN DAN


PENYAKIT HIPERTENSI PADA SISWA SEKOLAH DASAR
DI JAKARTA SELATAN

Adapun sasaran penelitian ini adalah siswakelas 3 di Sekolah Dasar 01


Kelurahan Gunung Kebayoran Baru Jakarta Selatan. Penelitian dilaksanakan dengan
pengukuran antropometri (berat badan dan tinggi badan, pengukuran tekanan darah
siswa), pengisian formulir dan wawancara, yang ditujukan kepada siswa. Formulir berisi
pertanyaan identitas diri, konsumsi makanan kepada responden.

Partisipasi responden bersifat sukarela tanpa paksaan dan bila tidak berkenan
dapat menolak, atau sewaktu-waktu dapat mengundurkan diri tanpa sanksi apapun.
Jawaban yang anda berikan atau data anda akan saya rahasiakan dan hanya
digunakan untuk kepentingan penelitian ini. Semua data tidak akan dihubungkan
dengan identitas responden.

Apabila responden memerlukan penjelasan lebih lanjut mengenai penelitian ini,


dapat menghubungi :
Nanang Prayitno
Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Jakarta 2
Jl. Hang Jebat III Blok F.3 Kebayoran Baru Jakarta Selatan 12120
Telp. 0816780884
Lampiran 2

Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan (PSP)


(INFORMED CONSENT untuk wawancara dan pengukuran)

Saya telah mendapat penjelasan secara rinci dan telah mengerti hal yang berkaitan
dengan penelitian yang dilaksanakan oleh Nanang Prayitno, Politeknik Kesehatan
Jakarta II jurusan Gizi yaitu “ Hubungan Asupan Gula, Garam Dan Lemak Dengan
Kegemukan Dan Penyakit Hipertensi Pada Siswa Sekolah Dasar Di Jakarta
Selatan “

Saya memutuskan setuju bahwa saya bernama............................................untuk


ikut berpartisipasi dalam penelitian ini secara sukarela tanpa paksaan.

...............................,...................... 2018

(...................................) (...................................) (...................................)


Saksi peneliti Siswa/Siswi
Lampiran 3

Kuesioner Karakteristik dan Status Gizi Responden

I. Identitas Responden

Kode Responden :

Nama Responden :

Jenis Kelamin :

Tanggal Lahir : - -

Umur :

Anak ke : dari

Kelas :

Alamat :

RT: RW:

Pekerjaan Orang Tua :

Tingkat Pendidikan Orang Tua :

Besaran Uang Jajan/Hari :

Frekuensi Jajan dalam 1 minggu :

Frekuensi Jajan Kategori Ceklis

< 5x seminggu Jarang

> 5x seminggu Sering

Alasan jajan : enak / murah / praktis / higienis / tidak membawa bekal / tidak sarapan

II. Data Antropometri


Berat badan : ………. Kg
Tinggi badan : ………. Cm
IMT/U :
Z-Score :

Status gizi :

Keterangan : Sangat kurus : <-2 SD


Kurus : <-1 SD
Normal : -1SD sampai +1SD
Gemuk : > +2 SD

1. Tekanan Darah Sistolik : mmHg


2. Tekanan Darah Diastolik : mmHg
3. Riwayat Hipertensi : ( ada / tidak )
Formulir Food Frequency Semi Quantitatif

Tanggal wawancara : Kode Responden:

Nama :

Jenis kelamin :

Kelas :

3-6x seminggu

1-2x seminggu

< 2x per bulan

Tidak pernah
>1x sehari

1x sehari
Nama bahan makanan

Karbohidrat
Roti Tawar

Nasi goreng

Nasi uduk

Nasi kuning

Roti bakar

Mie instant

Mie goreng

Mie ayam

Bihun goreng

Spaghetti

Kentang goreng

Mie Bakso

Biskuit

Bubur Ayam

Protein Hewani
Ayam goreng

Opor ayam

Fried chicken

Sate ayam

Ikan goreng

Ikan bakar

Gulai ikan

Seafood goreng

Seafood tumis

Beef steak
Sate kambing

Nugget

Sosis goreng

Telur ayam ceplok

Telur ayam dadar

Telur ayam setengah matang

Protein Nabati
Tempe goring

Orek tempe

Tempe goreng tepung

Tahu goring

Tahu goreng tepung

Ikan Sarden

Ikan Asap

Abon

Ikan Asin

Telur Asin

Sayur
Tumis kangkung

Tumis brokoli

Terong balado

Sayur daun singkong

Lalapan

Cream soup

Buah
Buah segar

Jus buah

Buah Kaleng

Rujak

Susu
Susu kental manis

Susu kemasan

Pocari Sweat

Susu skim

Keju

Es krim
Yoghurt

Jajanan
Gado-gado

Ketoprak

Bubur ayam

Soto bening

Soto santan

Bakso

Hamburger

Pizza

Seblak

Dim sum

Pempek Palembang

Cilok

Sosis/ Bakar/Goreng

Gorengan ( Tahu, Tempe, Bakwan,


Cireng )

Makanan Ringan ( Snack)

Ciki

Nugget

Makaroni

Lee Chees

Es Kepal

Cimol

Cokelat

Siomay/batagor

Biskuit

Bakso

Popic/minuman instan

Minuman kemasan

Waffer

Telur gulung

Cilung

Indomie instan

Makaroni telor ( Maklor )

Jasuke (Jagung susu keju)

Kentang goreng
FORMULIR FOOD RECALL 24 JAM, HARI KE-1

NAMA :
UMUR : tahun
TGL. WAWANCARA/HARI : :

FORMULIR FOOD RECALL KONSUMSI PANGAN INDIVIDU H1

Hari/Tanggal :
Kategori
Waktu Makan Makanan Hidangan Bahan Berat Ket.*
(bekal, dibeli)
Nama Porsi Makanan URT Gram
1 2 3 4 5 6 7 8

*informasi tambahan spt : harga per porsi, cara persiapan dan pemasakan.
Kode Sample :

FORMULIR FOOD RECALL 24 JAM, HARI KE-2

NAMA :
UMUR : tahun
TGL. WAWANCARA/HARI : :

FORMULIR FOOD RECALL KONSUMSI PANGAN INDIVIDU H2

Hari/Tanggal :
Waktu Kategori
Makanan Hidangan Berat Ket.*
Makan Bahan Makanan
(bekal, dibeli)
Nama Porsi URT Gram
1 2 3 4 5 6 7 8

*informasi tambahan spt : harga per porsi, cara persiapan dan pemasakan.
Quisioner Pengetahuan

Pengetahuan Gizi Seimbang


Beri tanda silang (X) pada pilihan jawaban yang Anda anggap paling benar.
1. Manakah susunan makanan yang bergizi seimbang?
a. Nasi, sayuran, buah-buahan, lauk nabati, lauk hewani
b. Nasi, sayuran, lauk nabati, buah-buahan, susu
c. Nasi, sayuran, lauk hewani, buah-buahan, susu
d. Nasi, sayuran, lauk nabati, lauk hewani, susu

2. Sebaiknya minimal berapa kali harus mengonsumsi sayur perhari?


a. 1 kali sehari
b. 2 kali sehari
c. 3 kali sehari
d. Tidak pernah

3. Sebaiknya minimal berapa kali kita harus mengonsumsi buah dalam sehari?

a. 1 kali sehari
b. 2 kali sehari
c. 3 kali sehari
d. Tidak pernah

4. Berapa anjuran konsumsi air putih dalam sehari?

a. 4 gelas c. 8 gelas

b. 6 gelas d. 10 gelas

5. apakah fungsi dari zat gizi untuk tubuh ?


a. Sebagai sumber zat tenaga dan zat pembangun
b. Sebagai sumber zat pembangun dan zat pengatur
c. Sebagai sumber zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur
d. Tidak tahu

6. Manakah pola makan yang sehat?


a. Makan tepat waktu dengan gizi cukup dan seimbang
b. Memilih makan softdrink & fastfood
c. Makanan yang terlalu manis
d. Tidak tahu

7. Apa yang dimaksud dengan sarapan?


a. Sarapan adalah makanan dan minuman yang dikonsumsi di pagi hari untuk menambah energi dan
meningkatkan konsentrasi
b. Sarapan adalah makan dipagi hari
c. Sarapan adalah makan sebelum berangkat sekolah
d. Tidak tahu

8. Apakah manfaat sarapan ?


a. Mampu konsentrasi dalam belajar
b. Supaya kuat
c. Cepat mengantuk
d. Lain-lain

9. bagaimana kondisi tubuh bila tidak melakukan sarapan?


a. Tidak mampu konsentrasi dalam belajar
b. Biasa saja
c. Menjadi kuat
d. Tidak tahu

10. bagaimana kondisi tubuh setelah melakukan sarapan?


a. Mengantuk
b. Lemas
c. Pusing
d. Kuat dan dapat beraktifitas

11. Apakah menu yang paling baik untuk sarapan?


a. Indomie tanpa telur dan sawi
b. Nasi, lauk pauk, sayur
c. Segelas susu tanpa roti
d. Burger

12. Apakah pengertian jajanan sehat?


a. Jajanan yang mengandung gizi seimbang, yaitu karbohidrat, protein dan
lemak
b. Jajanan yang mengandung gizi seimbang yaitu karbohidrat, protein, lemak,
dan vitamin
c. Jajanan yang mengandung gizi seimbang yaitu karbohidrat, protein, lemak,
vitamin dan mineral
d. Jajanan yang mengandung gizi seimbang dan pemanis buatan

13. Bagaimana ciri-ciri jajanan sehat?


a. Mengandung gizi seimbang, bersih, dan aman
b. Mengandung gizi yang banyak dan bersih
c. Mengandung gizi seimbang
d. Mengandung gizi serta mengenyangkan dan enak

14. Hal apa yang harus diutamakan pada waktu memilih makanan jajanan?
a. Rasa
b. Kebersihan
c. Harga
d. Kemasan yang menarik

15. Apa manfaat dari jajanan sehat?


a. Tubuh sehat
b. Mengalami kegemukan
c. Menderita penyakit diare
d. Tubuh menjadi lemas

16. Manakah yang termasuk jajanan tidak sehat?


a. Soft drink
b. Roti dan susu
c. Gado-gado
d. Soto ayam

17. Apa saja makanan sumber karbohidrat?


a. Nasi, singkong, kentang, jagung
b. Ikan, telur, daging
c. Sayuran dan buah
d. Tempe dan tahu

18. Apa saja makanan sumber lemak?


a. Nasi, singkong, kentang, jagung
b. Ikan, telur, daging
c. Sayuran dan buah
d. Tempe dan tahu

19. Apa saja makanan sumber serat?


a. Nasi, singkong, kentang, jagung
b. Ikan, telur, daging
c. Sayuran dan buah
d. Tempe dan tahu

20. Apa saja makanan sumber protein?


a. Nasi, singkong, kentang, jagung
b. Ikan, telur, daging
c. Sayuran dan buah
d. Udang dan terong

21. Zat gizi apa yang berfungsi sebagai sumber energi?


a. Karbohidrat
b. Protein
c. Lemak
d. Benar semua

22. Zat gizi apa yang mengandung kalori paling tinggi?


a. Karbohidrat
b. Protein
c. Lemak
d. Benar semua

23. Manakah yang tidak termasuk penyebab kegemukan?


a. Makan secukupnya
b. Keturunan
c. Makan berlebih
d. Aktivitas fisik rendah

24. Apa penyakit yang ditimbulkan akibat kegemukan?


a. Hipertensi
b. Kanker usus besar
c. Radang tenggorokan
d. Demam

25. Bagaimana cara mengatasi kegemukan?


a. Tingkatkan konsumsi makanan berlemak
b. Olahraga yang teratur
c. Konsumsi serat sedikit mungkin
d. Konsumsi makanan yang manis

Skor : Jumlah Soal yang benar x 4 = skor pengetahuan


Jam Jenis Kegiatan Durasi PAR PAL
FORM AKTIFITAS
1 2 3 4 5
TOTAL

Anda mungkin juga menyukai