Anda di halaman 1dari 45

IV.

ASUHAN GIZI PADA PASIEN DIARE CAIR AKUT DEHIDRASI

RINGAN SUSPECT PNEUMONIA DENGAN GIZI KURANG

A. Gambaran Umum Pasien

1. Identitas Pasien

Nama : An. N.A

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Nama Orang tua : Ny. S

Pekerjaan : Buruh genteng

Alamat : Sido Agung, Godean

Tgl masuk : 08 April 2013

Tgl kasus : 09 April 2013

No. Rekam Medis : 20-50-53

Bangsal : Cendana (Anak) bed 9B

Diagnosa masuk : Diare Cair Akut Dehidrasi Ringan Suspect

Pneumonia

2. Data Subyektif
1) Berkaitan Dengan Riwayat Penyakit

Riwayat Sekarang :

+5 Hari hari sebelum masuk rumah sakit pasien mengalami

demam, pilek dan batuk. Hari masuk rumah sakit keluhan tetap, nafas

menjadi cepat disertai muntah dengan BAB cair sebanyak 3 x sehari

28
29

beserta ampas. kemudian diperiksa di puskesmas kemudian dirujuk ke

IGD RSUD Sleman. HMRS keluhan tetap, batuk bertambah sering dan

nafas cepat, sehingga pasien di anjurkan untuk mondok.

2) Berkaitan Dengan Riwayat Gizi

a) Data sosio ekonomi

1. Penghasilan : < 1 juta / bulan

2. Jumlah Anggota keluarga : 3 orang

3. Pola Asuh pasien :

Pasien diasuh oleh nenek pasien yang sudah berumur > 50

tahun, sedangkan kedua orang tua pasien bekerja. Dalam

keseharian, pasien biasanya makan bubur yang dibeli dari penjual

bubur atau bubur instan. Untuk bubur yang dibeli di penjual,

biasanya dibeli pada pagi hari kemudian dibagi dua untuk makan

pagi dan makan siang atau sore.Bubur untuk makan siang atau sore

biasanya disimpan di magic com. jika pasien tidak menghabiskan

susunya, susu tersebut diberikan lagi tanpa memperhitungkan

waktu. Berdasarkan observasi yang dilakukan selama intervensi

dirumah sakit, juga terlihat bahwa higyene sanitasi dari ibu pasien

kurang baik yang dibuktikan keteledoran ibu pasien saat pasien

BAB berbentuk cair, ibu pasien tidak mengetahui dan pasien tidak

menggunakan diapers sehingga BAB merembet kemana-mana.


30

b) Alergi makanan : Pasien tidak mempunyai alergi terhadap makanan

c) Masalah Gastrointestinal :

Anoreksia (Ya/Tidak), Mual (Ya/Tidak), Muntah (Ya/Tidak), Diare

(Ya/Tidak), Konstipasi (Ya/Tidak).

d) Kesehatan mulut :

Sulit menelan (Ya/Tidak), Stomatitis (Ya/Tidak), Gigi lengkap

(Ya/Tidak).

e) Pengobatan : vitamin/mineral,suplemen gizi lain:

f) Pola dan kebiasaan makan

Sebelum dilakukan asuhan gizi, pasien diwawancarai untuk

mengetahui pola dan kebiasan makan pasien.

Tabel 6. Pola kebiasaan makan

Jenis Porsi Frekuensi


Menu Jenis Pengolahan
Gram URT H M B
Makan Serelac - 20 1 sachet 2
Pokok Bubur - 50 5 sdm
1
Lauk Ayam cincang - 10 1 sdm 1
Hewani Ikan - 10 1 sdm 1
Telur Ayam - 10 1 sdm
1
Lauk Tahu 5 2
Nabati
Sayur Bayam Bening 25 2
Tomat - 10 2 2
Buah Pisang - 50 1 ptg 1 5
Semangka - 50 1 ptg
1 3
Pepaya - 50 kecil
Jeruk - 50 ½ ptg 1 3
sdg
1 2
1 ptg sdg
Minuman ASI - 300 ml -
Susu SGM - 38,4 8 sdtakar
Madu - 5 ½ sdt
31

Keterangan:

URT = Ukuran Rumah Tangga

H, M, B = Hari, Minggu, Bulan

Setelah didapatkan data pola dan kebiasan makan pasien selama

dirumah, selanjutnya pola dan kebiasaan makan pasien dibandingkan

dengan kebutuhan pasien untuk mengetahui kategori pola asupan makan

pasien.

Tabel 7. Hasil anamnesa

Hasil Energi (kal) P (gr) L (gr) KH (gr)


Hasil Anamnesa 900,1 31,6 36 112,12
Kebutuhan 1152,715 21,75 19,21 223,2
% Asupan dari 78,07% 145,28% 188,38% 50,21%
kebutuhan

Keterangan : Depkes, 1996

> 120 % : di atas kebutuhan

90 – 119 % : normal

80 - 89 % : defisit Ringan

70 – 79 % : defisit Sedang

< 70 % : defisit Berat

Berdasarkan hasil anamnesa di atas, Asupan energi yaitu 78,07%,

termasuk kategori defisit sedang, asupan protein yaitu 145,28%

termasuk kategori diatas kebutuhan, asupan lemak yaitu 188,38%


32

termasuk kategori diatas kebutuhan dan asupan karbohidrat yaitu 50,21%

termasuk kategori defisit berat.

g) Food Recall 24 jam (8 April 2013)

Sebelum dilakukan asuhan gizi pasien, juga dilakuakn recall 24

jam yang bertujuan untuk mengetahui asupan makan pasien 24 jam

sebelumnya sebagai acuan untuk membuat menu rekomendasi

selanjutnya. Wawancara dilakukan pada tanggal 9 April 2013

sehingga recall makan pasien yaitu makanan yang dimakan pada

tanggal 8 April 2013. Dikarenakan pasien masih berumur 8 bulan

sehingga pasien tidak mengkonsumsi makanan dari rumah sakit

sehingga asupan makan pasien berrasal dari luar rumah sakit.

Tabel 8. Asupan Luar Rumah Sakit

Nilai Gizi
Berat
Waktu Makanan Energi P L KH
(gr)
(Kal) (gr) (gr) (gr)
09.00 ASI 300 ml 185,7 4,5 9,6 21
11.00 SGM 76,8 360 10 14 46
13.00 Bubur 20 80 3 2 14
TOTAL 625,7 17,5 25,6 81

Setelah mengetahui asupan makanan pasien, selama 24 jam.

Maka asupan 24 jam pasien dibandingkan dengan kebutuhan pasien

untuk mengetahui prosentase asupan makan pasien pada hari

sebelumnya (8 April 2013).


33

Tabel 9. Hasil perbandingan recall 24 jam dengan kebutuhan:


Asupan Energi P L KH
(kkal) (gr) (gr) (gr)
Asupan Oral RS - - - -
Luar RS 625,7 17,5 25,6 81
Asupan enteral - - - -
Parenteral - - - -
Kebutuhan 1152,715 21,75 19,21 223,2
% Asupan dari standart 54,28% 80,45% 133,26% 36,29%

Keterangan : Depkes, 1996

> 120 % : di atas kebutuhan

90 – 119 % : normal

80 - 89 % : defisit Ringan

70 – 79 % : defisit Sedang

< 70 % : defisit Berat

Berdasarkan hasil perbandingan recall 24 jam dengan kebutuhan

tersebut, asupan energi pasien yaitu 54,28% termasuk defisit berat,

asupan protein 80,45% termasuk defisit ringan, asupan lemak

133,26% termasuk diatas kebutuhan dan asupan karbohidrat 36,29%

termasuk defisit berat.


34

3. Data Obyektif
a. Antropomentri
Hasil pengukuran antropometri pasien adalah sebagai berikut:

Umur : 8 bulan

Berat Badan (BB) : 5,8 kg

Panjang Badan (PB) : 137 cm

BB lahir : 1100 gram

b. Data Biokimia

Setelah pasien masuk dirumah sakit, dilakukan pemeriksaan

laboratorium. Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium tersebut, Pasien

mengalami anemia, sedangkan pada pemeriksaan elektrolit, keseimbangan

elektrolit pasien masih normal.

Tabel 10. Hasil Pemeriksaan laboratorium

Tanggal Penilaian Hasil Standart Satuan Keterangan

8-04-13 Hemoglobin 10,8 12 -16 g/dl Rendah


Hematokrit 35,6 37 – 47 % Rendah
Elektrolit
Kalium 4,4 3,5 – 5,1 Mmol Normal
Natrium 137 136 - 145 Mmol Normal
Klorida 101 98 - 107 Mmol Normal
35

c. Pemeriksaan fisik dan klinis

Selain pemeriksaan laboratorium, juga dilakukan pemeriksaan fisik

dan klinis pada pasien. Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik dan klinis

tersebut, pasien mengalami demam dan diare.

Tabel 11. Hasil pemeriksaan fisik dan klinis (08 April 2013)

Pemeriksaan Fisik
1. Kesadaan Umum: Compos Mentis. gelisah, Demam +, sesak +, batuk +,
pilek +, BAB cair 3 x dengan lendir berdarah +,
Mata cowong + dan akral hangat.

Pemeriksaan Klinis

2. Vitas Sign: Hasil Standart


Respirasi 32 x /menit 20 – 30 x /menit
Nadi 90 x/ menit 60 – 100 x/menit
Suhu 39,1 36 - 37° C
Aktvitas Ringan

B. Nutrition Care Process (NCP)

1. Assessment

a. Diagnosa Medis

Suspect Pneumonia gizi buruk tipe marasmus

b. Status Gizi:

Perhitungan
36

Status gizi pasien: Berdasarkan PB/U pasien termasuk pendek.

Berdasarkan BB/U pasien termasuk gizi kurang dan berdasarkan

BB/PB, pasien termasuk normal.

c. Terapi Gizi

Pasien mendapatkan terapi medis untuk mengobati keluhan atau rasa

sakit pada pasien.

Tabel 12. Terapi medis

Nama Obat Fungsi


Cefotaxime Antibiotik untuk infeksi saluran pernafasan
(Inject) bawah
Cefixime (Oral) Antibiotik
Asam folat Untuk mengatasi anemia
Vitamin A Untuk mengatasi kekurangan vitamin A

2. Diagnosa Gizi
NI.1.4

Intake energi yang tidak mencukupi berhubungan dengan kurangnya

masukan makanan ditandai oleh asupan 78,07% (defisit sedang) dan

karbohidrat 50,21% (defisit berat).

NB.3.1

Intake makanan yang tidak aman berhubungan dengan kurangnya

pengetahuan tentang makanan yang layak/pemberian makanan,


37

penyimpanan dan persiapan ditandai oleh seringnya pasien diberikan

makanan siap saji.

3. Inte rvensi Gizi

a. Planning

1) Terapi Diet

a) Tujuan Diet :

1. memberikan energi sesuai kebutuhan pasien secara bertahap

2. memberikan makanan sesuai dengan daya terima pasien

3. memperbaiki kekurangan zat gizi mikro akibat dehidrasi

b) Prinsip Diet :

Energi diberikan bertahap, Mudah cerna dan cukup cairan.

c) Syarat Diet :

Fase Stabilisasi:

1. Kalori : 100 Kal/kg BB/hari

2. Protein : 1gr/kg BB/hari

3. Cairan : 130 cc/kg BB/hari

d) Jenis Diet : Formula WHO 75

e) Bentuk Makanan : cair

f) Cara pemberian : NGT

g) Frekuensi pemberian : 8 x pemberian

h) Perhitungan Energi :

(Seashore, 1994)

kebutuhan Energi: (55 – (2 x 11/12) x 8,7 = 470,496 Kal


38

Maintenance 20 % x 470,496 Kal = 94,099 Kal

Activity 30% x 470,496 Kal = 141,149 Kal

Sepsis 20% x 470,496 Kal = 94,099 Kal

Pertumbuhan & 75 % x 470,496 Kal = 352,872 Kal +

Metabolisme

1152,715 Kal

Total Energi : 1152,715 Kal

Protein = 2,5 gram x 8,7

= 21,75 gram : 87 Kal

Lemak = 15 % x 1152,715 Kal

=172,91 kal : 19,21 gram

Karbohidrat = 1152,715 Kal – (87 Kal + 172,91 kal)

= 892,81 : 223,2 gram.

Cairan = 125 ml x 8,7

= 1087,5 cc

i) Rencana Monitoring dan Evaluasi

Sebelum dilakukan asuhan gizi, perlu dibuat rencana monitoring

dan evaluasi untuk mengetahui parameter apa saja yang akan di amati

dan selanjutnya di evaluasi untuk melakukan tinjak lanjut.


39

Tabel 13. Rencana monitoring dan evaluasi

Rencana Yang diukur Metode Evaluasi/


monev pengukuran target
Antropometri Berat Badan timbangan Mendekati
BB normal
Biokimia Hemoglobin, Laboratorium Normal
Hematokrit, Kalium,
Natrium, Klorida
Fisik klinik Kesadaran Umum,
Respirasi, Nadi, Suhu, Pemeriksaan Normal
BAB fisik klinis
Asupan zat gizi Per NGT Observasi Terserap

2) Konseling

a) Masalah

Intake energi yang tidak mencukupi dan intake makanan yang tidak

aman.

b) Tujuan

Memberikan informasi kepada keluarga pasien tentang Diet untuk

anak dengan berat badan kurang dan memberikan pengetahuan

tentang higiene sanitasi makanan.

c) Sasaran : Keluarga pasien

d) Tempat : Bangsal Cendana (Anak) bed 9B

e) Alat peraga : Leaflet Diet untuk Anak Dengan berat Badan

kurang dan Daftar Bahan Makanan Penukar


40

f) Cara/ metode

Metode yang digunakan berupa ceramah dan tanya jawab.

g) Materi

1. Tujuan diet

a. memberikan makanan lebih banyak daripada keadaan biasa

untuk memenuhi kebutuhan energi dan protein yang

meningkat.

b. menanamkan kebiasan makan yang yang baik ntuk

memelihara tumbuh kembang anak

c. mencegah kerusakan jaringan tubuh lebih lanjut dan

meningkatkan daya tahan tubuh

d. menambah berat badan hingga mencapai normal

2. Prinsip diet

a. Tinggi Energi dan Tinggi Protein

b. jenis dan komposisi makanan sesuai dengan umur dan selera

anak

c. upayakan menggunakan bahan alami yang diolah sendiri

d. usahakan ASI eksklusif sampai 6 bulan dan Terus menyusui

sampai anak umur 2 tahun.

3. Bahan makanan yangg di anjurkan

a. semua sumber hidrat arang:

asi, nasi tim, bubur, roti, gandum/putih.


41

b. sumber protein:

hewani: daging, ayam, telur, ikan, karang, udang, cumi dan

sumber laut lainnya.

nabati: tempe, tahu, oncom, dan kacang-kacangan (kacang

ijo, kacang merah, kedele).

c. semua jenis sayuran:

yang berwarna hijau dan merah sebagai sumber vitamin A

dan fe seperti kangkung, daun katuk, bayam, wortel, kebang

kol, sawi,, selada, jamur.

d. buah-buahan atau sari buah sumber vitamin A dan vitamin C

seperti jeruk, apel, pepaya, melon, jambu air, salak,

semangka.

4. Bahan makanan yang dibatasi

a. makanan yang digoreng seperti kerupuk, kripik, kacang,

karena lemak menyebabkan anak cepat kenyang, sehingga

susah untuk makan makanan utama.

b. minuman yang dingin seperti es, makanan/minuman yang

manis seperti sirop, dodol, permen,cokelat, dll. Disamping itu

makanan yang manis menyebabkan gigi cepat rusak sehingga

anak menjadi susah makan/sakit kalau makan dan anak cepat

kenyang.
42

5. Bahan makanan yang dihindari

a. makanan jajanan yang tidak bersih, karena akan

menyebabkan sakit perut/diare

b. minuman yang mengandung alkohol atau soda seperti brem,

soft drink, karena akan menyebabkan anak cepat kenyang dan

tidak mau makan makanan utama.

6. Cara pengaturan Diet

a. makan dalam porsi kecil dan sering dan bervariasi agar

menarik minat anak untuk makan.

b. diperlukan kesabaran untuk membujuk anak, agar mau

makan. misalnya sambil di ajak bermain, anak tidak boleh

dipaksa.

c. untuk anak usia dibawah 1 tahun, konsistensi maknan

diberikan secara bertahap, dimulai dari anak umur 6 bulan

d. makanlah cukup sayur-sayuran dan buah-buahan yang

banyak mengandung vitamin dan mineral

e. makanan yang dapat mengurangi nafsu makan, seperti kue-

kue manis dan gurih tidak diberikan dekat sebelum waktu

makan.

f. untuk balita, dapat diberikan maknan formula seperti formula

tempe, formula ikan, terutama pada anak yang menderita

diare.
43

g. Konsultasikan pada dokter untuk diperiksa kondisi

kesehatannya serta mendapatkan suplemen multi vitamin dan

mineral yang diperlukan.

h) Rencana Kegiatan

Sebelum melakukan konseling pada pasien, maka harus dibuat

rencana kegiatan.

Tabel 14. Rencana Kegiatan

Kegiatan
No
Tahapan Waktu Penyuluh Peserta
1. Pembukaan 5 a. memberi salam a. Menjawab salam
menit b. memperkenalka b. Mendengarakan
n diri
c. menjelaskan
tujuan

2. Inti 15 Menjelaskan a. Menyimak


menit tentang: b. Mendengarkan
a. Tujuan Diet dan
b. Prinsip Diet memperhatikan
c. Bahan makanan
yang dianjurkan
d. Bahan makanan
yang dibatasi
e. Bahan makanan
yang dibatasi
f. Cara pengaturan
Diet

3. Penutup 10 a. Bertanya dan a. Bertanya


menit menjawab b. Menjawab
pertanyaan pertanyaan
b. Memberikan c. Mendengarkan
kesimpulan dan
c. Menyampaikan memperhatikan
hasil .
kesimpulan. d. Menjawab
d. Evaluasi salam
e. Memberi salam
44

i) Pelaksana

Mahasiswa PKL gizi klinik Politeknik Negeri Jember

j) Evaluasi

1. Cara : Lisan

2. Jenis : Pertanyaan terbuka

3. Waktu : Setelah dilakukan konseling.

b. Implementasi

1) Kajian terapi diet Rumah Sakit

Jenis diet yang diberikan kepada pasien adalah diet gizi seimbang

untuk ibu 1500 kalori dengan pemberian makan secara oral. Pasien

tidak mendapat parenteral nutrisi.

Kebutuhan gizi pasien adalah Energi 1152,715 Kal, Protein 21,75

gr, Lemak 19,21 gr dan lemak 223,2 gr. namun kebutuhan gizi pasien

ini belum dapat terpenuhi karena pada HMRS pasien rewel sehingga

pasien sulit untuk diberikan makanan secara oral dari rumah sakit. Pada

hari itu, pasien hanya mendapatkan asupan makan dari susu formula

dan ASI. Prosentase asupan berdasarkan kebutuhan termasuk kategori

defisit berat, Pada asupan energi yaitu 20,98%, asupan protein 29,88%,

asupan lemak 53,09% dan karbohidrat 13,44%.Sementara dari RS

diberikan diet makanan seimbang 1500 kal (Nasi untuk ibu).


45

Tabel 15. Kajian terapi diet rumah sakit.

Kriterian Energi (kal) P L KH


(gr) (gr) (gr)
Standart RS 1542 63,71 40,92 233,4
Asupan pasien:
ASI 100 ml 61,9 1,5 3,2 7
Susu formula 4sdt 180 5 7 23
TOTAL 241,9 6,5 10,2 30
Kebutuhan 1152,715 21,75 19,21 223,2
(Planning)
Prosentase 20,98% 29,88% 53,09% 13,44%
asupan/kebutuhan

Berdasarkan pemeriksaan fisik dan klinis keadaan umum pasien

demam, dehidrasi ringan dan diare cair dengan lendir darah, dan asupan

pasien yang termasuk defisit berat maka atas kesepakatan antara dokter,

ahli gizi dan perawat direkomendasikan formula 75 secara NGT yang

diharapkan pemberian dengan cara ini dapat segera memenuhi

kebutuhan gizi pasien.


46

4. Monitoring Dan Evaluasi

Setelah dilakukan intervensi terapi gizi selama 3 hari, maka didapat hasil

monitoring dan evaluasi pada pasien.

Tabel 16. Monitoring dan evaluasi

Tanggal Monitoring
Indikator Parameter
09-04-2013 10-04-2013 11-04-2013
Antropometri Berat Badan 5,8 kg 5,8 kg 5,9 kg
Biokimia Hemoglobin 10,8 - -
Hematokrit 35,6 - -
Kalium 4,4 - -
Natrium 137 - -
Klorida 101 - -
Fisik/klinis Keadaan Compos Compos Compos
Umum Mentis, Mentis, Mentis
Gelisah senyum senyum
Mata Mata Mata Mata
cowong + berkurang cowong -
Respirasi 42x/menit 40x/ menit 45x/menit
Nadi 134x / menit 130x / menit 140 x/menit
Suhu 37° C 36°C 36°C
BAB Mencret 1 x Kental 1 x Kental 1 x
Asupan Energi 79,17 % 92,37% 94,66 %
47

C. Tinjauan Pustaka

1. Status Gizi

a. Pengertian Status gizi

Status gizi merupakan ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam

bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk

variabel tertentu. Sebagai contoh : Gizi kurang merupakan keadaan tidak

seimbangnya konsumsi makanan dalam tubuh seseorang. Status gizi yaitu

keadaan kesehatan individu-individu atau kelompok yang ditentukan oleh

derajat kebutuhan fisik akan energi dan zat- zat gizi lain yang diperoleh

dari pangan dan makanan yang dampak fisiknya diukur secara

antropometri (Himawan, 2006).

b. Penilaian Status Gizi Dengan Antropomentri

Di Indonesia cara yang paling umum dan sering digunakan adalah

penilaian status gizi secara antropometri, karena lebih praktis dan mudah

dilakukan. Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh. Ditinjau dari

sudut pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai

macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai

tingkat umur dan tingkat gizi. Antropometri secara umum digunakan untuk

melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energi. Ketidakseimbangan

ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti

lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh. Indikator antropometri yang

umum digunakan untuk menilai status gizi balita adalah berat badan

menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U), berat badan
48

menurut tinggi badan (BB/TB), lingkar lengan atas menurut umur

(LLA/U). Dalam pengukuran antropometri yang sering digunakan adalah

BB/U karena mempunyai kelebihan yaitu lebih mudah dan lebih cepat

dimengerti oleh masyarakat umum, baik untuk mengatur status gizi akut

dan kronis, berat badan dapat berfluktuasi, sangat sensitif terhadap

perubahan-perubahan kecil, dan dapat mendeteksi kegemukan (over

weight) (Khoiri, 2009). Penentuan klasifikasi status gizi menggunakan Z-

skore atau Standar deviasi unit (SD) sebagai batas ambang kategori dan

digunakan untuk meneliti dan memantau pertumbuhan serta mengetahui

klasifikasi status gizi. Z-skor dapat dihitung dengan menggunakan rumus

berikut: (Himawan, 2006).

Kategori status gizi anak umur 0-60 bulan berdasarkan BB/U, TB/U

dan PB/U berdasarkan Keputusan Menteri Republik Indonesia Nomor

1995/MENKES/SK/XII/2010 tentang Standar Antropometri penilaian

Status Gizi Anak, dapat dilihat pada tabel berikut:


49

Tabel 17. Kategori Status Gizi

Indeks Kategori Status Ambang Batas (Z-skore)


Gizi
Berat Badan Gizi Buruk > -3 SD
menurut Umur Gizi Kurang -3 SD sampa dengan -2 SD
(BB/U) Gizi Baik -2 SD sampai dengan 2 SD
Anak umur 0-60 Gizi lebih > 2 SD
bulan
Panjang Badan Sangat Pendek > -3 SD
menurut Umur Pendek -3 SD sampa dengan -2 SD
(PB/U) Normal -2 SD sampai dengan 2 SD
Umur 0-60 bulan Tinggi > 2 SD

Panjang badan Sangat Kurus > -3 SD


menurut Berat Kurus -3 SD sampa dengan -2 SD
Badan (PB/BB) Normal -2 SD sampai dengan 2 SD
Umur 0-60 bulan Gemuk > 2 SD

c. Indikator pertumbuhan

Salah satu indikator pertumbuhan adalah indeks antropomentri yang

terdiri atas BB/U, TB/U dan BB/TB (Anggraeni, 2012).

1) Berat badan menurut Umur (BB/U)

Indeks berat badan menurut umur digunakan sebagai salah satu cara

pengukuran status gizi. Berat badan menurut umur tidak sensitif untuk

mengetahui apakah seseorang mengalami kekurangan gizi masa lalu atau masa

kini. berat badan menurut umur merefleksikan status gizi masa lalu maupun

masa kini.
50

2) Tinggi Badan menurut Umur (TB/PB/U)

Indeks ini menggambarkan status gizi masa lalu. beton dan bengoa

(1973) menyatakan bahwa indeks TB/U disamping memberikan gambaran

status gizi masa lampau juga lebih erat kaitannya dengan status sosial ekonomi.

3) Berat Badan menurut Umur (BB/TB)

Berat badan memiliki hubungan yang linier dengan tinggi badan. Dalam

keadaan normal perkembangan berat badan akan searah dengan pertumbuhan

tinggi badan dengan kecepatan tertentu. Jellife pada tahun 1966 telah

memperkenalkan indeks ini untuk mengidentifikasikan status gizi. Indeks

BB/TB merupakan indikator yang baik untuk menilai status gizi saat ini

(sekarang). Indeks BB/TB merupakan indeks yang independen terhadap umur.

2. Diare Cair Akut

a. Definisi

Diare cair akut merupakan diare yang terjadi secara akut dan berlangsung

kurang dari 14 hari (bahkan kebanyakan kurang dari 7 hari), dengan

pengeluaran tinja yang lunak / cair yang sering dan tanpa darah. Mungkin

disertai muntah dan panas. Diare cair akut menyebabkan dehidrasi, dan bila

masukan makanan kurang dapat mengakibatkan kurang gizi. Kematian yang

terjadi disebabkan karena dehidrasi. Penyebab terpenting diare pada anak-anak

adalah Shigella, Campylobacter jejuni dan Cryptosporidium, Vibrio cholera,

Salmonella, E. coli, rotavirus (Behrman, 2009).


51

b. Epidemiologi

Kuman penyebab diare menyebar masuk melalui mulut antara lain

makanan dan minuman yang tercemar tinja atau yang kontak langsung dengan

tinja penderita. Terdapat beberapa perilaku khusus meningkatkan resiko

terjadinya diare yaitu tidak memberikan ASI secara penuh 4-6 bulan pertama

kehidupan, menggunakan botol susu yang tercemar, menyimpan makanan

masak pada suhu kamar dalam waktu cukup lama, menggunakan air minuman

yang tercemar oleh bakteri yang berasal dari tinja, tidak mencuci tangan setelah

buang air besar, sesudah membuang tinja atau sebelum memasak makanan,

tidak membuang tinja secara benar. Faktor yang meningkatkan kerentanan

terhadap diare antara lain tidak memberikan ASI sampai umur 2 tahun, kurang

gizi, campak, imunodefisiensi / imunosupressif. Umur Kebanyakan diare

terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan, insiden paling banyak pada umur 6 –

10 bulan (pada masa pemberian makanan pendamping). Variasi musiman pola

musim diare dapat terjadi melalui letak geografi. Pada daerah sub tropik, diare

karena bakteri lebih sering terjadi pada musim panas seda ngkan diare karena

virus (rotavirus) puncaknya pada musim dingin. Pada daerah tropik diare

rotavirus terjadi sepanjang tahun, frekuensi meningkat pada musim kemarau

sedangkan puncak diare karena bakteri adalah pada musim hujan. Kebanyakan

infeksi usus bersifat asimtomatik / tanpa gejala dan proporsi ini meningkat di

atas umur 2 tahun karena pembentukan imunitas aktif (Ardhani, 2008).


52

c. Etiologi

1) Terdapat beberapa macam penyebab diare antara lain sebagai berikut:

a) Faktor infeksi

Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan

penyebab utama diare, meliputi infeksi bakteri (Vibrio, E. coli,

Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia, Aeromonas, dsb), infeksi

virus (Enterovirus, Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus, dll), infeksi parasit

(E. hystolytica, G.lamblia, T. hominis) dan jamur (C. albicans).Infeksi

parenteral yaitu infeksi di luar sistem pencernaan yang dapat

menimbulkan diare seperti otitis media akut, tonsilitis,

bronkopneumonia, ensefalitis dan sebagainya. (Behrman, 2009).

b) Faktor Malabsorbsi

Malabsorbsi karbohidrat yaitu disakarida (intoleransi laktosa,

maltosa dan sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan

galaktosa). Intoleransi laktosa merupakan penyebab diare yang terpenting

pada bayi dan anak. Di samping itu dapat pula terjadi malabsorbsi lemak

dan protein.

c) Faktor Makanan
Diare dapat terjadi karena mengkonsumsi makanan basi, beracun

dan alergi terhadap jenis makanan tertentu.

d) Faktor Psikologis
Diare dapat terjadi karena faktor psikologis (rasa takut dan cemas).
53

2) Terdapat beberapa mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare

yaitu:

a) Gangguan osmotik

Adanya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan

menyebabkan tekanan osmotik dalam lumen usus meningkat sehingga

terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam lumen usus. Isi rongga usus

yang berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga

timbul diare (Poorwo, 2003).

b) Gangguan sekresi

Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus

akan terjadi peningkatan sekresi, air dan elektrolit ke dalam lumen usus

dan selanjutnya timbul diare karena peningkatan isi lumen usus.

c) Gangguan motilitas usus

Hiperperistaltik akan menyebabkan berkurangnya kesempatan usus

untuk menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya bila

peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan,

selanjutnya dapat timbul diare (Poorwo, 2003).

3. Pneumonia

a. Definisi Pneumonia

Pneumonia adalah infeksi akut yang mengena i jaringan paru-paru

(alveoli). Terjadinya pneumonia pada anak seringkali bersamaan dengan

terjadinya proses infeksi akut pada bronkus yang disebut bronchopneumonia.

Gejala penyakit pneumonia ini berupa nafas cepat dan nafas sesak, karena paru
54

meradang secara mendadak. Batas nafas cepat adalah frekuensi pernafasan

sebanyak 50 kali per Klasifikasi Pneumonia untuk golongan umur < 2 bulan

menit atau lebih pada anak usia 2 bulan sampai kurang dari 1 tahun, dan 40

kali per menit atau lebih pada anak usia 1 tahun sampai kurang dari 5 tahun

b. Klasifikasi Pneumonia

1) Pneumonia berat, adanya nafas cepat yaitu frekuensi pernafasan

sebanyak 60 kali per menit atau lebih.

2) Bukan Pneumonia, batuk pilek biasa.

Klasifikasi Pneumonia untuk golongan umur 2 bulan – < 5 tahun

a) Pneumonia berat, adanya nafas sesak atau tarikan dinding dada bagian

bawah.

b) Pneumonia, bila disertai nafas cepat, usia 2 bulan – <1 tahun 50

kali per menit, untuk usia 1 tahun - <5 tahun 40 kali per menit.

c) Bukan pneumonia, batuk pilek biasa tidak ada tarikan dinding dada

bagian bawah ke dalam dan tidak ada nafas cepat.

c. Determinan Pneumonia

1) Faktor Host

a) Umur

Tingginya kejadian pneumonia terutama menyerang kelompok usia

bayi dan balita. Faktor usia merupakan salah satu faktor risiko kematian

pada balita yang sedang menderita pneumonia. Semakin tua usia balita

yang sedang menderita pneumonia maka akan semakin kecil risiko

meninggal akibat pneumonia dibandingkan balita yang berusia muda.


55

b) Jenis Kelamin

Menurut Pedoman Program Pemberantasan Penyakit ISPA untuk

Penanggulangan Pneumonia pada Balita (2002), anak laki- laki memiliki

risiko lebih besar untuk terkena ISPA dibandingkan dengan anak

perempuan.

c) Status Gizi

Kelompok umur yang rentan terhadap penyakit-penyakit

kekurangan gizi adalah kelompok bayi dan anak balita. Penyebab

langsung timbulnya gizi kurang pada anak adalah makanan tidak

seimbang dan penyakit infeksi. Kedua penyebab tersebut saling

berpengaruh. Timbulnya Kekurangan Energi Protein (KEP) tidak hanya

karena kurang makan tetapi juga karena penyakit, terutama diare dan

ISPA. Anak yang tidak memperoleh makanan cukup dan seimbang, daya

tahan tubuhnya (imunitas) dapat melemah. Dalam keadaan demikian,

anak mudah diserang penyakit infeksi.Salah satu faktor yang dapat

mempengaruhi timbulnya penyakit pneumonia pada anak antara lain

adanya kekurangan energi protein. Anak dengan daya tahan tubuh yang

terganggu akan menderita pneumonia berulang-ulang atau tidak mampu

mengatasi penyakit pneumonia dengan sempurna. Status gizi pada balita

berdasarkan hasil pengukuran anthropometri dengan melihat kriteria

yaitu: Berat Badan per Umur (BB/U), Tinggi Badan per Umur (TB/U),

Berat Badan per Tinggi Badan (BB/TB).


56

2) Faktor Agent

Pneumonia umumnya disebabkan oleh bakteri seperti Streptococcus

pneumoniae, Hemophilus influenzae dan Staphylococcus aureus. Penyebab

pneumonia lainnya adalah virus golongan Metamyxovirus, Adenovirus,

Coronavirus, Picornavirus, Othomyxovirus, dan Herpesvirus.

3) Faktor Lingkungan Sosial

a) Pekerjaan Orang Tua

Penghasilan keluarga adalah pendapatan keluarga dari hasil

pekerjaan utama maupun tambahan. Tingkat penghasilan yang rendah

menyebabkan orang tua sulit menyediakan fasilitas perumahan yang

baik, perawatan kesehatan dan gizi anak yang memadai. Rendahnya

kualitas gizi anak menyebabkan daya tahan tubuh berkurang dan mudah

terkena penyakit infeksi termasuk penyakit pneumonia.

b) Pendidikan Ibu

Tingkat pendidikan ibu yang rendah juga merupakan faktor risiko

yang dapat meningkatkan angka kematian ISPA terutama Pneumonia.

Tingkat pendidikan ibu akan berpengaruh terhadap tindakan perawatan

oleh ibu kepada anak yang menderita ISPA. Jika pengetahuan ibu untuk

mengatasi pneumonia tidak tepat ketika bayi atau balita menderita

pneumonia, akan mempunyai risiko meninggal karena pneumonia

sebesar 4,9 kali jika dibandingkan dengan ibu yang mempunyai

pengetahuan yang tepat.


57

4. Tatalaksana Gizi Buruk

a. 10 Langkah tatalaksana pada gizi buruk

Tabel 18. Langkah Utama pada Tatalaksana Gizi Buruk

Stabilisasi Transisi Rehabilitasi Tindak


No. Tindakan lanjut
H1-2 H 3-7 H 8- 14 Mg 2 – 6 Mg 7 – 26
1. Atasi atau
cegah
hipoglikemia
2. Atasi atau
cegah
hipotermia
3. Atasi atau
cegah
dehidrasi

No Tindakan H 1-2 H 3-7 H 8-4 Mg 2-6 Mg 7-26


4. Perbaiki
gangguan
elektrolit
5. Obati infeksi
6. Perbaiki Fe - Fe +
defisiensi
nutrien mikro
7. Makanan
stabilisasi dan
transisi
8. Makanan
tumbuh kejar
9. Stimulasi
10. Siapkan tindak
lanjut
Keterangan:
H = Hari

Mg = Minggu
58

b. Klasifikasi tanda bahaya pada gizi buruk

Tabel 19. Klasifikasi tanda bahaya pada gizi buruk

Variabel Hasil pengukuran Klasifikasi


Denyut nadi Bila denyut nadi naik ≥ 25x/menit Infeksi atau gagal
dan Nadi cepat: jantung (kemungkinan
pernafasan - denyut nadi > 60x.menit (< 1 karena overhidrasi pada
th) saat pemberian makan
- Denyut nadi > 140x/menit atau rehidrasi terlalu
- disertai peningkatan ≥ 5 cepat)
x/menit
Pernafasan Pernafasan cepat: Pneumonia
> 60 x/menit untuk anak usia < 2
bl
> 50 x/menit untuk anak usia < 2-
12bl
> 40x/menit untuk anak usia 12 bl
sampai 5 tahun
Suhu Setiap kenaikan atau penurunan Infeksi
secara tiba-tiba
Suhu aksiler < 36,5°C atau suhu Hipotermia (mungkin
rektal <35,5 °C atau teraba dingin karena infeksi atau tidak
makan sama sekali atau
anak tidak diselimuti)
59

c. Tanda-tanda dehidrasi
Tabel 20. Tanda-tanda dehidrasi
No. Tanda Cara melihat dan menetukan
1. Letargis Anak yang letargis tidak bisa bangun dan
apatis.Dia tampak mengantuk dan tidak
memnunjukkan ketertarikan terhadap kejadian
disekelilingnya.
2. Anak gelisah dan rewel Anak selau gelisah dan rewel terutama bila
disentuh atau dipegang untuk tindakan.
3. Tidak ada air mata Lihat ada air matanya atau tidak pada saat
menangis.
4. Mata cekung Mata anak yang gizi buruk selalu tampak
cekung, mirip tanda anak dehidrasi. tanya ibu
apakah mata cekung tesebut sudah ada seperti
biasanya ataukah baru beberpa saat timbulnya.
5. Mulut dan lidah kering Raba dengan jari yang kering dan bersih untuk
menentukan apakah lidah dan mulutnya kering

6. Haus Lihat, apakah anak ingin meraih secangkir saat


anda beri resomal. Saat cangkir itu disingkirkan,
lhat apakah anak masih ingin minum lagi?
7. Kembalinya Gunakan ibu jari dan jari telunjuk saat mencubit
cubitan/turgor kulit kulit perut bagian tengah antara umbilikus dan
lambat sisi perut. Posisikan tangan anda sejajar/lurus
dengan garis tubuh, bukan melintang. Tarik
lappisan kulit dan jaringan bawah kulit pelan-
pelan. Cubit selama 1 detik dan lepaskan. Jika
nkulit masih terlipat (belum balik rata selama >
2 detik), dikatakan cubitan kulit/turgor kulit
lambat. (Catatan: cubitan biasanya lambat pada
anak “wasting”)
60

Tatalaksana anak dengan gzi buruk dibagi menjadi 3 fase yaitu fase

stabilisasi, transisi dan rehabilisasi, diman terdapat 10 langkah yang harus

dilakukan dalam tatalaksana gizi buruk, yaitu:

1) Tujuan terapi gizi

Terapi gizi pada gizi buruk bertujuan untuk memberikan makanan tinggi

kalori, protein dan cukup vitamin mineral secara bertahap, guna

mencapai status gizi normal.

2) Fase pada penanganan gizi buruk

a) Fase stabilisasi

b) Fase ini mencegah/mengatasi hipoglikemia, hipotermia dan dehidrasi.

c) Fase Transisi/Fase Rehabilitasi → Merupakan fase “tumbuh kejar”

3) Cara Pengaturan terapi gizi

a) Fase stabilisasi :

1. Cairan : 130 ml/kgbb/h, bila ada edema berat :100 ml/kgbb/h

2. Energi : 80-100 kkal/kgbb/h

3. Protein : 1-1,5 g/kgbb/h

4. Formula khusus : F-75

b) Fase transisi :

1. Cairan : dinaikkan bertahap sampai 150 ml/kgbb/h

2. Energi : 100-150 kkal/kgbb/h

3. Protein : 2-3 g/kgbb/h

4. Formula khusus : F-100

c) Fase rehabilitasi :
61

1. Cairan : dinaikkan bertahap 150-200 ml/kgbb/h

2. Energi : 150-220 kkal/kgbb/h

3. Protein : 3-4 g/kgbb/h

4. Formula khusus : F-100 atau F-135

d) Frekuensi pemberian dimulai setiap 2 jam - 3 jam - 4 jam

e) ASI diteruskan sampai usia 2 th

f) Makanan padat diberikan pada fase rehabilitasi

g) Berdasarkan : BB < 7 kg diberi MP-ASI dan BB > 7 kg diberi

makanan balita.

4) Kriteria pemulangan balita gizi buruk pada balita :

a) Selera makan baik, makanan yg diberikan dihabiskan

b) Ada perbaikan kondisi mental

c) Sudah tersenyum, duduk, merangkak, berdiri, berjalan, sesuai

umurnya

d) Suhu tubuh berkisar antara 36,5 – 37,5° C

e) Tidak ada muntah atau diare

f) Tidak ada edema

g) Kenaikan berat badan > 5 g/kgBB/hr, 3 hari berturutan atau kenaikan

50 g/kgBB/mgg, 2 minggu berturut-turut

h) Sudah berada di kondisi gizi kurang (sudah tidak ada gizi buruk).
62

D. Hasil Dan Pe mbahasan

1. Analisa Keadaan Pasien

Pasien An.N.A adalah pasien masuk tanggal 08 April 2013 dengan

diagnosa masuk DCA dehidrasi ringan susp Pneumonia dengan gizi kurang

yang dirawat dibangsal Cendana (Anak) RSUD Sleman. Pasien mengalami

diare selama 3 hari.

Status gizi pasien berdasarkan PB/U termasuk kategori pendek. PB/U ini

menggambarkan status gizi masa lampau pasien. hal ini berhubungan dengan

status gizi pasien pada saat lahir Berat Badan pasien hanya 1100 gram (BBLR).

Status gizi pasien berdasarkan BB/U termasuk kategori gizi kurang (-2,9 SD)

sedangkan status gizi pasien berdasarkan BB/PB termasuk normal (-1

SD).Sedangkan pada pemeriksaan fisik dan klinis, Keadaan umum pasien pada

saat hari masuk rumah sakit dalam keadaan dehidrasi ringan, infeksi berupa

suspect pneumonia dengan gejala batuk, demam, sesak, pilek dan diare cair

akut dengan gejala BAB cair sebanyak 3x dengan lendir darah.

Berdasarkan pengkajian antropometri, pemeriksaan fisik dan klinis

tersebut dokter, perawat dan ahli gizi merekomendasikan penanganan pasien

berdasarkan tatalaksana gizi buruk.

Dari 10 langkah Tatalaksana gizi buruk yang telah diterapkan selama

monitoring dan evaluasi pasien.


63

Tabel 21. Tindakan yang dilakukan pada pasien

Stabilisasi Transisi
No. Tindakan Keterangan
H1-2 H3
1. Atasi atau cegah Pasien tidak mengalami
hipoglikemia hipoglikemia
2. Atasi atau cegah Pasien tidak mengalami
hipotermia hipotermia
3. Atasi atau cegah Pemberian resomal pada H1
dehidrasi Masuk Rumah Sakit
4. Perbaiki Pemberian resomal pada H1
gangguan Masuk Rumah Sakit
elektrolit
5. Obati infeksi Pemberian antibiotik untuk
infeksi saluran pernafasan pasien
yaitu cefotaxime (inject)
kemudian cetixime (oral).
6. Perbaiki Fe - Pada fase stabilisasi dan transisi
defisiensi nutrien tanpa pemberian Fe.
mikro Zat gizi mikro yang diberikan
yaitu asam folat 5 mg/hari, Zn 1 x
10mg, vitamin A 100000 IU,
sanbe plex 1 x 0,5cc.
7. Makanan F75 pada fase stabilisasi H1 dan
stabilisasi dan H2
transisi
8. Makanan tumbuh F100 pada fase transisi H3.
kejar

9. Stimulasi -
10. Siapkan tindak Pemulangan pasien dengan
lanjut pemberian konseling terhadap
keluarga pasien.
64

2. Perkembangan Pasien

Untuk mengetahui perkembangan pasien dilakukan evaluasi dan

monitoring meliputi status gizi berdasarkan antropometri, perkembangan

laboratorium, pemeriksaan fisik klinis, perkembangan asupan makanan.

a. Status Gizi (Antropometri)

Pemantauan status gizi pasien berdasarkan berat badan dilakukan setiap

hari selama pelaksanaan monitoring dan evaluasi kasus yaitu pada tanggal 9 -

11 April 2013.

Monitoring dan evaluasi terhadap berat badan dilakukan setiap hari dari

tanggal 9-11 April 2013. Berat badan Ideal pasien yaitu 8,7 kg. Berat badan

pada tanggal 9/04/2013 dan 10/04/2013 yaitu 5,8 kg dan pada tanggal

11/04/2013 yaitu 5,9kg.Meskipun masih dibawah berat badan Ideal, namun

terdapat kenaikan 0,1 kg pada hari ketiga intervensi. Hal ini bisa terjadi karena

kondisi dehidrasi pasien mulai teratasi dan asupan pasien selama intervensi

terus meningkat.

Perkembangan Berat Badan


10
8,7 8,7 8,7
8

6 5,8 5,8 5,9


BBA
4
BBI
2

0
09/04/2013 10/04/2013 11/04/2013

Gambar 6. Perkembangan berat badan


Ketarangaan= BBA : Berat Badan Aktual, BBI: Berat Badan Ideal.
65

b. Data Laboratorium

Monitoring pemeriksaan laboratorium dilakukan dengan cara melihat data

pemeriksaan laboratorium terbaru pada buku rekam medis pasien guna

mengetahui perkembangan pasien terkait dengan penyakit yang diderita.

Selama Monitoring dan evaluasi, tidak ada hasil laboratorium terbaru dari

pasien, sehingga tidak terlihat perkembangan Hb dan hct pasien selama

monitoring evaluasi berlangsung. Sedangkan Untuk keseimbangan elekrolit

pasien, pada data awal, elektrolit tetap normal meskipun mengalami dehidrasi

ringan, yang artinya dehidrasi pada pasien belum menyebabkan gangguan

keseimbangan elektrolit pada pasien.

Tabel 22. Hasil Monitoring dan Evaluasi Pemeriksaan Laboratorium

Tanggal Penilaian Hasil Standart Satuan Keterangan


8-04-13 Hemoglobin 10,8 12 -16 g/dl Rendah
Hematokrit 35,6 37 - 47 % Rendah
Kalium 4,4 3,5 – 5,1 mmol Normal
Natrium 137 136 - 145 mmol Normal
Klorida 101 98 - 107 mmol Normal

c. Data fisik dan klinis

Monitoring dan evaluasi dari pemeriksaan fisik klinis meliputi, keadaan

umum, respirasi, nadi, suhu dan frekuensi serta konsistensi BAB pasien.

Keadaan umum pasien yaitu sadar namun gelisah dengan keadaan mata cekung

pada hari pertama monitoring (9-04-2013). Pada hari kedua (10-04-2013)

pasien sudah mulai bisa tersenyum meski keadaan mata masih sekung. Mata

cekung pada bayi merupakan tanda terjadinya dehidrasi pada bayi. Pada hari
66

ketiga (11-04-2013), keadaan umum pasien sadar dan sudah mulai sering

tersenyum, mata pada pasien juga sudah membaik (tidak cekung). Respirasi

pasien antara 40-45x/menit, sedangkan pada buku II tatalaksana gizi buruk,

bayi berumur 2-12 bulan dikatakan pneumonia jika pernafasan cepat > 50

x/menit,sehingga pasien ini belum terdiaagnosa pneumonia, namun masih

suspect. Suhu aksiler pasien selama monitoring 3 hari yaitu antara 36°-37° C.

Suhu ini masih termasuk normal, pasien tidak mengalami hipotermia, karena

pasien gizi buruk dikatakan mengalami hipotermia jika suhu aksiler <36,5° C.

Pemeriksaan fisik klinis terakhir yaitu pada BAB pasien. Monitoring terhadap

Frekuensi dan konsistensi BAB menunjukkan perkembangan diare pada

pasien, pada hari pertama (09-04-2013), pasien masih mencret 1x, sedangkan

pada hari kedua (10-04-2013) dan hari ketiga (11-04-2013), BAB pasien mulai

kental sebanyak 1x sehari, Artinya diare pada pasien mulai teratasi.

Tabel 23. Hasil Monitoring dan Evauasi Pemeriksaan Fisik/klinis

Monitoring evaluasi
Pemeriksaan Normal
9-4-2013 10-04-2013 11-04-2013
Kesadaran Compos Compos Compos Compos
Umum Mentis, Gelisah Mentis, senyum Mentis, senyum Mentis
Mata cekung + Mata cekung + Mata cekung - Normal
Respirasi 42x/menit 40x/ menit 45x/menit -
Nadi 134x / menit 130x / menit 140 x/menit -
Suhu (aksiler) 37° C 36°C 36°C >36° C
BAB Mencret 1 x Kental 1 x Kental 1 x Kental
67

d. Perkembangan Diet

Monitoring dan evaluasi terhadap diet pasien diperlukan untuk melihat

apakah perlu perubahan diet atau tidak pada pasien apabila disesuaikan sengan

perkembangan kondisi pasien. Pada pelaksanaan intervensi pertama (9-04-

2013), Dilakukan tatalaksana gizi buruk dengan fase stabilisasi, pada fase ini

jenis diet yang diberikan adalah F75 90 ml dengan 8 kali pemberian. Volume

cairan yang diberikan berdasarkan syarat diet menurut berat badan pasien. Pada

hari pertama pengambilan kasus, berat badan yang tertera pada rekam medis

pasien yaitu 5,6 kg, sehingga rekomendasi diet yang diberikan pada hari

pertama yaitu diet berdasarkan berat badan tersebut, namun setelah dilakukan

penimbangan ulang terhadap berat badan pasien dihari yang sama, ternyata

berat badan badan pasien adalah 5,8 kg. Pengukuran dilakukan pada saat

pasien menggunakan baju, namun baju pasien tipis sehingga tidak begitu

berpengaruh terhadap berat badan. Hal tersebut merupakan kesalahan, sehingga

pemberian cairan dan kalori pada formula 75 pada hari pertama tersebut masih

dibawah syarat diet dan kebutuhan pasien, sehingga intevensi hari kedua (10-

04-2013) masih pada fase stabilisasi namun jumlah cairan yang diberikan

ditingkatkan menjadi 95 ml dengan 8 x pemberian. Pada intervensi hari ketiga

(11-04-2013) juga dilakukan penimbangan pada berat badan, hasilnya yaitu 5,9

kg. Berdasarkan hasil catatan perkembangan pasien pada hari ketiga tersebut,

pemeriksaan fisik klinis pasien mulai membaik, diare dan dehidrasi juga mulai

teratasi sehingga berdasarkan koordinasi antara perawat, dokter dan ahli gizi,
68

pasien mulai masuk ke fase transisi dan diberikan formula 100. Formula ini

juga diberikan 8 x pemberian dengan volume 110 ml per pemberian.

Tabel 24. Perkembangan diet pasien

Pelaksanaan Tanggal pelaksanaan


Inte rvensi 9-04-2013 10-04-2013 11-04-2013
Jenis Diet F75 90 ml F75 95 ml F100 110 ml
Jenis Makanan Cair Cair Cair
Frekunesi 8 x pemberian 8 x pemberian 8 x pemberian
pemberian

e. Perkembangan asupan makanan

Monitoring dan evaluasi terhadap asupan makan pasien diperlukan untuk

mengetahui perkembangan kondisi pasien dari perkembangan asupan makan

pasien. Dari hal tersebut dapat telihat apakah kondisi pasien membaik atau

sebaliknya.

Asupan makan pasien selama 3 hari meningkat mendekati kebutuhan. Pada

hari pertama (09-04-2013) asupan makan pasien terhadap formula 75 hanya

76%, hal ini dikarenakan pada pemberian di jam pertama, NGT pada pasien

terlepas sehingga F75 diberikan secara oral. Pada hari pertama ini, pasien

masih rewel dan gelisah sehingga pemberian pertama dengan volume 90ml

hanya diminum 30ml melalui oral. Selain itu, pada pemberian ke-5 (jam 01.00

WIB), perawat lupa untuk memberikan formula melalui NGT sehingga

pemberian ke 5 diberikan 2jam berikutnya (jam 03.00 WIB), pemberian ke 6

(jam 04.00 WIB) diberikan pada jam (jam 06.00 WIB). Hal tersebut

menyebabkan pemberian ke 7 (jam 07.00 WIB) tidak diberikan karena pasien


69

sudah merasa kenyang pada pemberian ke 6. Akhirnya pemberian ke 8 yang

seharusnya diberikan jam 10.00 WIB diberikan pada jam 09.30 WIB untuk

mengurangi rentang waktu yang terlalu jauh terhadap pemberian formula. Hal

inilah yang menyebabkan asupan pasien rendah pada hari pertama.

Pada hari kedua (10-04-2013) yang masih menggunakan formula 75, asupan

makan pasien mulai meningkat daripada hari pertama. Kondisi pasien sudah

mulai membaik, sehingga selain melalui NGT pemberian Formula sedikit demi

sedikit diberikan melalui oral untuk membiasakan pasien terhadap rasa dari

formula tersebut. Pada hari kedua ini, pemberian formula masih sebanyak 8 x

pemberian (per 3 jam), dimana volume setiap pemberian adalah 95ml

disesuaikan dengan berat badan pasien. Formula diberikan melalui NGT

sebanyak 85% dan 15% melalui oral. Setiap memberian NGT, semua masuk

tanpa ada yang dimuntahkan, sedangkan sisanya yang diberikan melalui oral,

ibu pasien memberikan sedikit sedikit. Dari pemberian secara oral terkadang

ada sisanya karena pasien sudah tidak mau atau karena formula sudah terlalu

lama didiamkan (lebih dari 1 jam). Pemberian formula 20% secara oral ini

hanya dilakukan pada siang hari saat pasien tidak tidur, sedangkan pada malam

hari, semua volume pemberian masuk lewat NGT. Hal ini menyebabkan

asupan pada hari kedua lebih baik dibandingkan hari pertama.

Pada hari ketiga (11-04-2013), Volume dan energi ditingkatkan menjadi

formula 100 dengan volume 110 ml dalam 8 x pemberian. Pada pemberian

dihari ketiga ini juga dilakukan dengan 2 cara yaitu melalui NGT dan Oral

dimana pemberian melalui oral ditingkatkan dari 15% menjadi 30% dan
70

melalui NGT 70% pada siang hari, sedangkan pada malam hari tetap 100%

diberikan melalui NGT. Di hari ketiga ini, asupan melalui oral lebih banyak

dibandingkan hari kedua jadi sisa formula yang tidak diminum juga semakin

sedikit.hal tersebut menunjukkan peningkatan asupan pada pasien

dibandingkan hari pertama dan hari kedua.

Tabel 25. Asupan makan pasien selama 3 hari

Tanggal monitoring dan evaluasi


Data
09-03-2013 10-03-2013 11-03-2013
Asupan Enteral (ml) 540 665 730
Asupan Oral (ml) 30 65 125
Total asupan (ml) 570 730 855
Penyajian (ml) 720 760 880
Prosentase 79,16% 96,05% 97,16%

f. Perkembangan asupan zat gizi


Berdasarkan perkembangan asupan makan pasien pada data sebelumnya,
dapat terlihat perkembangan asupan zat gizi pada pasien yaitu Energi, Protein,
Lemak, Karbohidrat dan Cairan (E, P, L, KH dan C).
Asupan pasien selama 3hari semakin meningkat. Hal ini dikarenakan

kondisi pasien semakin lama semakin membaik. Pada hari pertama, asupan

makanan dibawah kebutuhan karena adanya faktor teknis seperti lepasnya

selang NGT pasien, sedangkan kondisi pasien masih lemah dan rewel sehingga

sulit untuk diberikan secara oral, selain itu faktor dari ketidaktepatan waktu

pemberian formula dikarenakan pemberi formula lupa jam pemberian sehingga

menyebabkan kurangnya asupan pasien pada hari pertama tersebut. Pada hari

kedua, asupan pasien sudah mendekati kebutuhan pasien, pada hari kedua ini
71

pemberian mulai dicobakan secara oral sehingga masih terdapat sisa sedikit

dari formula yang terkadang tidak dihabiskan karena pasien sudah tidak mau

minum. Namun pada hari tersebut, daya terima pasien sudah baik terhadap

formula sehingga mempermudah pengenalan formula ini untuk dibiasakan

dirumah. Pada hari ketiga, asupan pasien menjadi lebih mendekati kebutuhan,

asupan melalui oral pun semakin banyak.

Dalam formula tersebut terdapat protein, lemak dan karbohidrat, sehingga

peningkatan asupan energi tersebut di atas, juga mencerminkan peningkatan

asupan protein, lemak dan karbohidrat.

Perkembangan Asupan Zat Gizi


1200
1000
800
kalori

600
400 kebutuhan
200
0 asupan

Gambar 6. Perkembangan asupan (E, P, L, KH, C)

g. Pemulangan pasien.

Berdasarkan kriteria pemulangan pasien pada buku tatalaksana gizi buruk,

pasien dipulangkan karena sudah memenuhi beberapa kriteria tersebut yaitu

selera makan pasien sudah baik, pasien sudah tidak cengeng dan bisa

tersenyum, suhu tubuh normal, diare mulai teratasi dan terjadi ke naikan berat

badan pada pasien sebanyak 0,1 kg.


72

3. Hasil Evaluasi Konseling Gizi

Berdasarkan konseling gizi yang dilakukan pada keluarga pasien, diperoleh

hasil bahwa keluarga pasien terlihat antusias, mendengarkan dan menyimak

materi konseling yang diberikan. Hal tersebut bisa dilihat umpan balik dari

keluarga pasien dengan menanyakan kembali hal yang kurang jelas, khususnya

yang berkaitan dengan higyene dan sanitasi pada persiapan, pengolahan dan

perilaku dalam memberikan makanan pada pasien.

4. Rencana Tindak Lanjut

Selama 3 hari intervensi, keadaan pasien membaik sehingga pasien

diperbolehkan pulang. Untuk itu, rencana tindak lanjut yang dilakukan yaitu

pemberian formula untuk pasien agar dibawa pulang untuk diminum dirumah.

Setelah itu, diharapkan keluarga pasien rutin membawa pasien ke puskesmas agar

diberikan makanan tambahan untuk meningkatkan status gizi pasien.

Anda mungkin juga menyukai