Oleh :
1. Fitri SP, MKM selaku Ketua Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Kemenkes
Riau.
2. Dini Okta Putri, Amd.Gz selaku Kepala Instalasi Gizi RS Badan
Pengusahaan Batam
3. Seluruh Ahli Gizi RSBP Batam, yang telah membantu dalam proses
Praktik Kerja Lapangan ini.
4. Teman-teman Kelompok RSBP Batam yang selalu memberikan inspirasi,
bantuan dan motivasi.
5. Semua pihak yang telah membantu proses penyusunan laporan ini.
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI............................................................................................................4
DAFTAR TABEL....................................................................................................6
DAFTAR BAGAN..................................................................................................6
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................7
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................8
BAB I.......................................................................................................................9
PENDAHULUAN...................................................................................................9
1.4 Manfaat....................................................................................................11
BAB II....................................................................................................................12
TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................12
BAB III..................................................................................................................33
PEMBAHASAN....................................................................................................33
3.2 Penyuluhan...................................................................................................54
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................58
DAFTAR TABE
Tabel 3. 1 Formulir Skrinning Gizi Di Rsbp Batam........................................................................34
Tabel 3. 2 Rekapitulasi Kegiatan Asuhan Gizi Harian.....................................................................41
Tabel 3. 3. Rekapitulasi Kegiatan Asuhan Gizi Studi Kasus Pada Pasien Rawat Inap....................49
DAFTAR GAMBAR
1.4 Manfaat
a. Bagi Mahasiswa
Sebagai bahan pembelajaran untuk memahami penatalaksanaan asuhan gizi di
Rumah Sakit BP Batam.
b. Bagi Rumah Saki
Sebagai bahan masukan dan evaluasi bagi pihak rumah sakit agar dapat lebih
meningkat kualitas dan kuantitas dalam melaksanakan kegiatan Asuhan Gizi
di Rumah Sakit BP Batam.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pelayana gizi rawat inap merupakan pelayanan gizi yang dimulai dari
proses pengkajian gizi, doagnosa gizi, intervensi gizi meliputi perencanaan,
penyediaan makanan, penyuluhan atau edukasi, dan konseling gizi, serta
monitoring dan evaluasi gizi.
Tujuan pelayanan gizi rawat inap memberikan pelayanan gizi kepada
pasien rawat inap agar memperoleh asupan makanan yang sesuai kondisi
kesehatannya dalam upaya mempercepat proses penyembuhan, mempertahankan
dan meningkatkan status gizi (PGRS, 2013).
Pelayanan gizi rawat jalan adalah serangkaian proses kegiatan asuhan gizi
yang berkesinambungan dimulai dari assesment/pengkajian, pemberian diagnosis,
intervensi gizi dan monitoring evaluasi kepada klien atau pasien di rawat jalan.
Asuhan gizi rawat jalan pada umumnya disebut kegiatan konseling gizi dan
dietetik/penyuluhan gizi .
Tujuan pelayanan gizi rawat jalan adalah memberikan pelayanan kepada
klien/pasien rawat jalan atau kelompok dengan membantu mencari solusi masalah
gizinya melalui nasihat gizi mengenai jumlah asupan makanan yang sesuai jenis
diet yang tepat, jadwal makan dan cara makan, jenis diet dengan kondisi
kesehatannya (PGRS, 2013).
A. Konseling Gizi
1) Pasien datang ke ruang konseling gizi dengan membawa surat rujukan
dokter dari poliklinik yang ada di rumah sakit atau dari luar rumah sakit.
2) Dietisien melakukan pencatatan data pasien dalam buku registrasi.
3) Dietisien melakukan asesmen/pengkajian gizi dimulai dengan pengukuran
antropometri pada pasien yang belum ada data TB dan BB.
4) Dietisien melanjutkan asesmen/pengkajian gizi berupa anamnesa riwayat
makan, riwayat personal, membaca hasil pemeriksaan lab dan fisik klinis
(bila ada). Kemudian menganalisa semua data asesmen gizi.
5) Dietisien menetapkan diagnosis gizi.
6) Dietisien memberikan intervensi gizi berupa edukasi dan konseling dengan
langkah menyiapkan dan mengisi leaflet flyer/brosur diet sesuai penyakit
dan kebutuhan gizi pasien serta menjelaskan tujuan diet, jadwal, jenis,
jumlah bahan makanan sehari menggunakan alat peraga food model,
menjelaskan tentang makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan, cara
pemasakan dan lain-lain yang disesuaikan dengan pola makan dan
keinginan serta kemampuan pasien.
7) Dietisien menganjurkan pasien untuk kunjungan ulang, untuk mengetahui
keberhasilan intervensi (monev) dilakukan monitoring dan evaluasi gizi
8) Pencatatan hasil konseling gizi dengan format ADIME (Asesmen,
Diagnosis, Intervensi, Monitoring & Evaluasi) dimasukkan ke dalam
rekam medik pasien atau disampaikan ke dokter melalui pasien untuk
pasien di luar rumah sakit dan diarsipkan di ruang konseling.
B. Penyuluhan Gizi
1) Persiapan penyuluhan :
- Menentukan materi sesuai kebutuhan
- Membuat susunan/outline materi yang akan disajikan
- Merencanakan media yang akan digunakan
- Pengumuman jadwal dan tempat penyuluhan
- Persiapan ruangan dan alat bantu/media yang dibutuhkan
2) Pelaksanaan penyuluhan :
- Peserta mengisi daftar hadir (absensi).
- Dietisien menyampaikan materi penyuluhan.
- Tanya jawab
Sumber : Kementrian Kesehatan RI, 2013
Idealnya skrining dilakukan pada pasien baru 1 x 24 jam setelah pasien masuk
rumah sakit. Metoda skrining sebaiknya singkat, cepat dan disesuaikan dengan
kondisi dan kesepakatan di masing-masing rumah sakit. Conto=h metoda skrining
antara lain Malnutrition Universal Screening Tools (MUST), Malnutrition
Screening Tools (MST), Nutrition Risk Screening (NRS) 2002. Skrining untuk
pasien anak 1 – 18 tahun dapat digunakan Paediatric Yorkhill Malnutrition Score
(PYMS), Screening Tool for Assessment of Malnutrition (STAMP), dan Strong
Kids.
3) Antropometri
Antropometri merupakan pengukuran fisik pada individu.
Antropometri dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain
pengukuran tinggi badan (TB); berat badan (BB). Pada kondisi tinggi
badan tidak dapat diukur dapat digunakan Panjang badan, Tinggi Lutut
(TL), rentang lengan atau separuh rentang lengan. Pengukuran lain seperti
Lingkar Lengan Atas (LiLA), Tebal lipatan kulit (skinfold), Lingkar
kepala, Lingkar dada, lingkar pinggang dan lingkar pinggul dapat
dilakukan sesuai kebutuhan. Penilaian status gizi dilakukan dengan
membandingkan beberapa ukuran diatas misalnya Indeks Massa Tubuh
(IMT) yaitu ratio BB terhadap TB.
Parameter antropometri yang penting untuk melakukan evaluasi status
gizi pada bayi, anak dan remaja adalah Pertumbuhan. Pertumbuhan ini
digambarkan melalui pengukuran antropometri seperti berat badan,
panjang atau tinggi badan, lingkar kepala dan beberapa pengukuran
lainnya. Hasil pengukuran ini kemudian dibandingkan dengan standar.
Pemeriksaan fisik yang paling sederhana untuk melihat status gizi pada
pasien rawat inap adalah BB. Pasien sebaiknya ditimbang dengan
menggunakan timbangan yang akurat atau terkalibrasi dengan baik. Berat
badan akurat sebaiknya dibandingkan dengan BB ideal pasien atau BB
pasien sebelum sakit. Pengukuran BB sebaiknya mempertimbangkan hal-
hal diantaranya kondisi kegemukan dan edema. Kegemukan dapat
dideteksi dengan perhitungan IMT. Namun, pada pengukuran ini
terkadang terjadi kesalahan yang disebabkan oleh adanya edema. BB
pasien sebaiknya dicatat pada saat pasien masuk dirawat dan dilakukan
pengukuran BB secara periodik selama pasien dirawat minimal setiap 7
hari.
4) Pemeriksaan Fisik/Klinis
Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mendeteksi adanya kelainan klinis
yang berkaitan dengan gangguan gizi atau dapat menimbulkan masalah
gizi. Pemeriksaan fisik terkait gizi merupakan kombinasi dari, tanda-tanda
vital dan antropometri yang dapat dikumpulkan dari catatan medik pasien
serta wawancara. Contoh beberapa data pemeriksaan fisik terkait gizi
antara lain edema, asites, kondisi gigi geligi, massa otot yang hilang,
lemak tubuh yang menumpuk, dll.
5) Riwayat Personal
Data riwayat personal meliputi 4 area yaitu riwayat obat-obatan atau
suplemen yang sering dikonsumsi; sosial budaya; riwayat penyakit; data
umum pasien.
Riwayat obat-obatan yang digunakan dan suplemen yang dikonsumsi.
Sosial Budaya; status sosial ekonomi, budaya, kepercayaan atau
agama, situasi rumah, dukungan pelayanan kesehatan dan sosial serta
hubungan sosial.
Riwayat Penyakit; keluhan utama yang terkait dengan masalah gizi,
riwayat penyakit dulu dan sekarang, riwayat pembedahan, penyakit
kronik atau resiko komplikasi, riwayat penyakit keluarga, status
kesehatan mental atau emosi serta kemampuan kognitif seperti pada
pasien stroke .
Data umum pasien antara: lain umur, pekerjaan, dan tingkat
pendidikan.
b. Diagnosis Gizi
Pada langkah ini dicari pola dan hubungan antar data yang terkumpul dan
kemungkinan penyebabnya. Kemudian memilah masalah gizi yang spesifik dan
menyatakan masalah gizi secara singkat dan jelas menggunakan terminologi yang
ada. Penulisan diagnosa gizi terstruktur dengan konsep PES atau Problem
Etiologi dan Signs/Symptoms. Diagnosis gizi dikelompokkan menjadi tiga domain
yaitu :
Asupan protein yang kurang (P) berkaitan dengan perubahan indera perasa dan
nafsu makan (E) ditandai dengan asupan protein rata rata sehari kurang dari 40 %
kebutuhan (S)
2) Domain Klinis (NC) adalah masalah gizi yang berkaitan dengan kondisi
medis atau fisik/fungsi organ.
Contoh :
Kurangnya pengetahuan tentang makanan dan gizi (P) berkaitan dengan mendapat
informasi yang salah dari lingkungannya mengenai anjuran diet yang dijalaninya
(E) ditandai dengan memilih bahan makanan yang tidak dianjurkan dan aktivitas
fisik yang tidak sesuai anjuran (S)
c. Intervensi Gizi
Terdapat dua komponen intervensi gizi yaitu perencanaan intervensi dan
implementasi, yaitu:
1) Perencanaan Intervensi
Intervensi gizi dibuat merujuk pada diagnosis gizi yang ditegakkan. Tetapkan
tujuan dan prioritas intervensi berdasarkan masalah gizinya (Problem), rancang
strategi intervensi berdasarkan penyebab masalahnya (Etiologi) atau bila
penyebab tidak dapat diintervensi maka strategi intervensi ditujukan untuk
mengurangi Gejala/Tanda (Sign & Symptom). Tentukan pula jadwal dan frekuensi
asuhan. Output dari intervensi ini adalah tujuan yang terukur, preskripsi diet dan
strategi pelaksanaan (implementasi). Perencanaan intervensi meliputi :
2) Media Penyuluhan
Media sebagai alat bantu menyampaikan pesan-pesan kesehatan sangat
bervariasi, salah satunya menggunakan leaflet adalah bentuk penyampaian
informasi kesehatan melalui lembaran yang dilipat. Adapun keuntungan
menggunakan leaflet antara lain sasaran dapat menyesuaikan dan belajar mandiri
serta praktis karena mengurangi kebutuhan mencatat. Sasaran dapat melihat isinya
di saat santai dan sangat ekonomis. Berbagai informasi dapat diberikan atau
dibaca oleh anggota kelompok sasaran sehingga bisa didiskusikan dan dapat
memberikan informasi yang detail yang mana tidak dapat diberikan secara lisan,
mudah dibuat, diperbanyak, dan diperbaiki serta mudah disesuaikan dengan
kelompok sasaran.
1.2. Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
1. Menggali pengetahuan
sasaran tentang
penyelanggaran makan
RS
2. Menjelasakan materi
Isi 15 menit tentang : ceramah Tim
a. Standar makanan RS
b. Standar porsi
c. System
penyimpanan FIFO
d. APD
1.2. Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
3. Menggali pengetahuan
sasaran tentang gizi dan
penyakit degeneratif
4. Menjelaskan materi
tentang penyakit
degeneratif
Isi 15 menit a. Pola makan yang baik ceramah Tim
pada anak
b. Kebiasaan makan
yang baik pada anak
c. Variasi makanan pada
anak
A. Skrining Gizi
Di RSBP Batam, Ahli gizi terlebih dahulu akan melihat daftar Pasien
Baru di Buku Laporan. Lalu dilakukan proses skrining gizi oleh perawat di
ruang IGD dengan menggunakan form MST. Skrining gizi merupakan proses
yang cepat dan sederhana untuk mendeteksi pasien yang berisiko malnutrisi
atau dengan diagnosa khusus sebelum melakukan proses Nutrition Care
Process (NCP)/Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT). Jika hasil skrining
didapat skor > 2, maka akan dilanjutkan dengan PAGT oleh ahli gizi ruangan
(2 x 24jam).
Tabel 3. Formulir Skrinning Gizi di RSBP Batam
FORMULIR SKRINING GIZI AWAL PASIEN di IGD
Nama : Agama :
No. MR : Pendidikan :
Jenis Kelamin : Laki – laki / Perempuan Pekerjaan / Aktifitas :
Umur : Th/ Bln/ Hr Diagnosa Medis :
BB/TB :
Batam, 20….
Yang melakukan skrining
gizi
(……………………………)
Nama & Tandatangan
Data Biokimia
Data biokimia adalah hasi pemeriksaan laboratorium terkait
dengan kondisi pasien meliputi kadar hemoblogbin, gula darah, HbA1C,
kolesterol, leukosit, dll. Untuk pengumpulan data biokimia, ahli gizi
biasanya mengetahui data tersebut dari hasil laboratorium yang ada pada
catatan rekam medis pasien, dari data tersebut juga dapat mengetahui
keadaan pasien.
Riwayat gizi
Tahap berikutnya adalah data riwayat terkait gizi dan makanan
pasien. Data riwayat terkait gizi dan makanan ini sering disebut menjadi
riwayat gizi. Ahli gizi akan mengidentifikasi data tentang riwayat gizi
pasien meliputi asupan makanan dengan metode Recall 24 jam,
bagaimana pola makan, kebiasaan makan pasien, kebiasan
cemilan/selingan, aktifitas fisik, ketersediaan makanan, alergi atau
pantangan makanan dan kemampuan pasien untuk menerima makanan
kemudian ahli gizi akan menghitung pemenuhan kebutuhan gizi pasien
tersebut.
Riwayat personal
Tahap akhir dari assessment gizi adalah data riwayat personal. Ahli
gizi menanyakan pada pasien dan keluarga tentang keluhan utama,
riwayat penyakit sekarang maupun terdahulu, riwayat obat-obatan dan
keadaan social ekonomi. Data-data assessment diinterpretasi dengan
membandingkan terhadap kriteria atau standar yang sesuai untuk
mengetahui terjadinya penyimpangan.
C. Proses Pelaksanaan Diagnosa Gizi
Tujuan diagnosa gizi ini yaitu mengidentifikasi adanya problem gizi,
faktor penyebab yang mendasarinya dan menjelaskan tanda dan gejala yang
melandasi adanya problem gizi. Setelah data assessment terkumpul, ahli gizi
langsung menegakkan diagnosa gizi dengan menentukan problem/masalah
gizi dengan format PES (Problem-Etiologi-Signs and Symptoms).
D. Peoses Pelaksanaan Intervensi Gizi
Intervensi gizi adalah suatu tindakan yang terencana yang ditujukan
untuk merubah perilaku gizi, kondisi lingkungan atau status kesehatan
individu, kelompok atau masyarakat untuk memenuhi kebutuhan gizi pasien.
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
52% 48%
Lansia
4%
Anak
25%
Dewas
a
71%
Teratai
Mawar
MetroragiaStroke Hemoragik
6% 6%
Ca Servix 1B Hiperglikemia
6% 6%
PEB, melahirkan DM
6% 6%
Teratai Internis
AF NVR
HHD Post PCI
2% III
CKD CHF 2%
Nyha 2%
HT Post Partum Susp HHD 2%
2% 9%
Intake Sulit
Susp DHF2% Anemia
2% 7%
Asma Bronchial
Febris
CHF NYH II OMI 2%
2% 2%
Epilepsy,sol Hipertensi
2% 5%
Asma
electrolit inbalance
2%
4%
Susp. CA Paru
TB paru
2% aktif DM
2% 7%
Asma persisten berat
2%
Hematemesis Melena
4%
Syok Hipovelemik Dispnea
2% 4%
Vis Bigemini
2% Ca. Mamae
Acute Coronary Syndrome Stemi 4%
2% CHF
Dispepsia Efusi Pleura Dextra
CAD 4% 11%
4% 4%
Atheroscleatic Heart Disease PPOK
2% 2%
1. Annisa Afriyanda
Nama Jenis Diagnosis Ruangan Responde Edukasi Nama
Kelamin Medis n Pembimbing
Tn. D Laki-laki CKD on HD Teratai Dewasa Diet Rendah Tria Marnita,
dan Anemia Internis Protein dan S.Gz
Tinggi Zat
Besi
Tn. M Laki-laki Asma Bron Teratai Dewasa Diet Rendah Tria Marnita,
Chial dan Internis Garam S.Gz
Hipertensi
Tn. A Laki-laki Dispepsia Teratai Lansia Diet Tria Marnita,
Internis Lambung S.Gz
Ny. M Perempuan Acute Coronary Teratai Dewasa Diet Jantung Tria Marnita,
Syndrome Internis dan Rendah S.Gz
Stemi Garam
An. A Perempuan Diare akut Bougenville Anak Diet Rendah Catarina Oni,
dehidrasi ringan Sisa Amd, Gz
An. I Laki-laki Dengue Fever Bougenville Anak Diet TKTP Catarina Oni,
dan pola Amd. Gz
makan kecil
namun sering
An. T Perempuan Celebral Palsy + Bougenville Anak Diet TKTP Catarina Oni,
Anemia dan Zat Besi Amd, Gz
Ny. E Perempuan Anemia Mawar Dewasa Bahan Vera Susanti,
Makanan Amd, Gz
Tinggi Zat
Besi
3. Feby Diana
Jenis Diagnosis Responde Nama
Nama Ruangan Edukasi
Kelamin Medis n Pembimbing
ACS stemi + Teratai Diet Jantung Tria Marnita,
Tn. J Laki-laki Dewasa
Anemia Internis II RL S.Gz
Diet
Vis Bigemini + Teratai Tria Marnita,
Ny. R Perempuan Dewasa Lambung II
Dyspepsia Internis S.Gz
TKTP
Teratai Diet DM Tria Marnita,
Tn. A Laki – laki DM type 2 Dewasa
Internis 1700 S.Gz
Syok
Hipovelemik,
Teratai Diet Tinggi Tria Marnita,
Tn. H Laki – laki Anemia, Dewasa
Internis Zat Besi S.Gz
Hematemesis
Melena
vomitus + diare
Diet Rendah Catarina Oni,
An. A Perempuan akut dehidrasi Bougenville Anak
Sisa Amd, Gz
ringan sedang
An. H Perempuan GEA + Bougenville Anak Diet Rendah Catarina Oni,
Jenis Diagnosis Responde Nama
Nama Ruangan Edukasi
Kelamin Medis n Pembimbing
Dehidrasi
Sisa Amd, Gz
ringan sedang
Ca. Ovarium + Vera Susanti,
Ny. M Perempuan Mawar Dewasa Diet TKTP
Anemia Amd, Gz
Ca. Recti + Ca.
Diet TKTP
Cervix + Vera Susanti,
Ny. D Perempuan Mawar Dewasa dan Tinggi
konstipasi + Amd, Gz
Serat
DM
4. Fitra Madanisyam
Nama Jenis Diagnosa Ruangan Responde Edukasi Nama
Kelamin Medis n Pembimbing
Ny. M Perempuan Riwayat mola Mawar Dewasa Diet menu Vera Susanti,
hidatidosa seimbang AMd.Gz
(hamil anggur)
HEG 3th lalu,
infeksi saluran
kemih
Ny. R Perempuan Post Laparatomi Mawar Dewasa Diet TKTP Vera Susanti,
AMd.Gz
Ny. J Perempuan Asma persisten Teratai Dewasa Diet TKTP Tria Marnita,
berat Internis S. Gz
Tn. S Laki-laki CHF, CAD, Teratai Dewasa Diet DM, Tria Marnita,
DM Internis Diet Jantung S. Gz
Tn. Z Laki-laki Hematemesis Teratai Lansia Diet Rendah Tria Marnita,
Internis Sisa S. Gz
Ny. S Perempuan Dispepsia Teratai Dewasa Diet Tria Marnita,
Efusi Pleura Ca. Internis Lambung S. Gz
Mamae
An. S Laki-laki Ulkus Bougenville Anak Diet TKTP Catarina Oni
Granulosum, Purnamasari,
post orif pedis AMd.Gz
An. A Laki-laki Mencret, Bougenville Anak Diet Rendah Catarina Oni
Demam Sisa Purnamasari,
AMd.Gz
5. Qatrunnada Jasmin
Nama Jenis Diagnosis Ruangan Responde Edukasi Nama
Kelamin Medis n Pembimbing
Ny. N Perempuan PEB, Mawar Dewasa Diet TKTP Vera Susanti,
melahirkan dan Rendah Amd, Gz
Garam
An. A Laki-laki Dehidrasi bougenville Anak Diet TKTP + Catarina Oni,
Nama Jenis Diagnosis Ruangan Responde Edukasi Nama
Kelamin Medis n Pembimbing
ringan extra telur 6 Amd.gz
btr/hr
An. F Perempuan Tertelan jarum bougenville Anak Diet TKTP + Catarina Oni,
pentul extra telur 6 Amd.gz
btr/hr
An. P Laki-laki Appendictis bougenville Anak Diet TKTP + Catarina Oni,
extra telur 6 Amd.gz
btr/hr
Tn. M Laki-laki Susp. CA Paru Teratai Dewasa Diet TKTP + Tria Marnita,
extra telur 6 S.Gz
btr/hr
Tn.A Laki-laki Asma Teratai Dewasa Diet TKTP + Tria Marnita,
extra telur 6 S.Gz
btr/hr
Tn. B Laki-laki TB paru aktif, Teratai Dewasa Diet TKTP + Tria Marnita,
dyspnea, extra telur 6 S.Gz
electrolit btr/hr
inbalance
Ny.A Perempuan Dm tipe II Teratai Dewasa Diet Jantung, Tria Marnita,
Rendah S.Gz
Garam, DM
Berdasarkan hasil kegiatan asuhan gizi studi kasus didapatkan setiap mahasiswa memiliki 2 kasus. Berikut hasil rekapitulasi studi kasus :
Tabel 3. . Rekapitulasi Kegiatan Asuhan Gizi Studi Kasus pada Pasien Rawat Inap
1. Annisa Afriyanda
Nama Jenis Diagnosis Medis Ruangan Responde Tanggal Materi Konsul Nama Pembimbing
Kelamin n Konsul
Ny. R Perempuan Hipertensi, Mawar Dewasa 19/02/20 Tentang pemilihan Vera Susanti, Amd,
Impending bahan makanan yang Gz
Eklampsia tinggi zat besi dan
hindari makanan
tinggi natrium,
merangsang dan
manis.
Ny. N Perempuan Mioma Uteri, Mawar Dewasa 21/02/20 Bahan Makanan Vera Susanti, Amd,
Abdominal Paint tinggi zat besi dan Gz
dan anemia pola makan teratur
serta isi piringku
3. Feby Diana
Jenis Diagnosis Tanggal
Nama Ruangan Responden Materi Konsul Nama Pembimbing
Kelamin Medis Konsul
Diet lambung III +
Dyspepsia + RG, bentuk makanan, Catarina Oni, Amd.
An. A Perempuan Bougenville Anak 15/02/20
Fatigue pemilihan bahan Gz
makanan
Diet TKTP, pemilihan
bahan makanan dan Catarina Oni, Amd.
An. A Laki-laki ISK + Vomitus Bougenville Anak 15/02/20
pola makan yang baik Gz
dan benar
4. Fitra Madanisyam
Nama Jenis Diagnosa Medis Ruangan Responden Tanggal Materi Konsul Nama Pembimbing
Kelamin Konsul
Ny. R Perempuan Stroke non Teratai Dewasa 17/02/20 Menghindari makanan Tria Marnita, S. Gz
hmoragic Internis tinggi indeks glikemik
dan tinggi natrium
Ny. A Perempuan Astherosclerotic Teratai Dewasa 17/02/20 Menghindari makanan Tria Marnita, S. Gz
heart disease, Internis tinggi indeks glikemik,
CHF tinggi natrium, daging
sapi dan ayam yang
berlemak, buah yang
bergas.
5. Qatrunnada Jasmin
Jenis Tanggal Materi Konsul
Nama Diagnosis Medis Ruangan Responden Nama Pembimbing
Kelamin Konsul
Ny. N Perempuan Ca Ovarium, Mawar Dewasa 18/02/20 Tentang pemilihan Vera Susanti, Amd,
leukopenia bahan makanan yang Gz
tinggi zat besi dan
hindari makanan
tinggi natrium,
merangsang dan
manis.
Ny. S Perempuan Janin IUFD Mawar Dewasa 20/02/20 Bahan Makanan tinggi Vera Susanti, Amd,
zat besi dan pola Gz
makan teratur serta isi
piringku
7. Rizka Safitri
Nama Jenis Diagnosa medis Ruangan Responden Tanggal Materi konsul Nama
kelamin konsul Pemimbing
An. A Perempuan Bronchopneumonia Bougenville Anak 15/02/2 Diet TKTP, bentuk Catarina Oni
0 makanan saring, Purnamasari,
pemberian makan AMd. Gz
dalam porsi kecil tapi
sering
An. J Perempuan Fever H 3 Susp Bougenville Anak 17/02/2 Diet TKTP, bentuk Catarina Oni
Bronchopneumonia 0 makanan lunak, Purnamasari,
pemilihan bahan AMd. Gz
makanan yang bergizi
untuk pasien
Berdasarkan hasil kegiatan asuhan gizi studi kasus dilakukan mulai tanggal
dari tanggal 17 Februari 2020 sampai dengan 25 Februari 2020 untuk pencarian
kasus besar dan kasus dilaksanakan selama 3 hari. Berikut proporsi jenis kelamin
pasien studi kasus besar sebagai berikut ini.
Jenis Kelamin
laki- laki perempuan
14%
86%
Didapatkan persentase jenis kelamin laki-laki pada pasien studi kasus yaitu
sebesar 86% dan perempuan sebesar 14%. Hal ini menunjukkan bahwa pasien
perempuan lebuh banyak dari pada pasien lagi. Pada kegiatan studi kasus jenis
penyakit yang didapakan oleh mahasiwa berbeda-beda sesuai dengan ruangan
yang didapatkan.
3.2 Penyuluhan
Penyuluhan dilakukan selama kurang lebih ±1jam, dimulai dari jam 13.00
– 14.00 Wib dengan 2 sesi. Sesi pertama adalah pemberian materi terkait topik
penyuluhan, untuk sesi kedua adalah sesi tanya jawab antara pemateri dan audien.
Peserta penyuluhan merupakan tenaga ahli gizi dan tenaga ruangan produksi serta
distribusi Instalasi Gizi RSBP Batam.
Daya terima audien terhadap materi yang diberikan cukup baik di tandai
dengan antusiasnya pertanyaan audien terhadap pemateri terkait materi yang di
beri. Penyuluhan yang dilakukan selama kurang lebih 1 jam di awali dengan
pemberian materi terkait standar makanan Rumah Sakit, materi ini diberikan
dengan tujuan adanya pemahaman konsep tentang bagaimana makanan-makanan
di rumah sakit terkait kondisi pasien. Begitu juga dengan pemberian materi terkait
standar porsi dengan tujuan pemberian makanan sesuai dengan kebutuhan serta
diet pasien.
Penyuluhan dilakukan selama kurang lebih ±1jam, dimulai dari jam 08.30
– 09.30 Wib dengan 2 sesi. Sesi pertama adalah pemberian materi terkait topik
penyuluhan, untuk sesi kedua adalah sesi tanya jawab antara pemateri dan audien.
Peserta penyuluhan merupakan orang tua dari pasien anak.
Daya terima audien terhadap materi yang diberikan cukup baik di tandai
dengan antusiasnya pertanyaan audien terhadap pemateri terkait materi yang di
beri. Penyuluhan yang dilakukan selama kurang lebih 1 jam di awali dengan
pemberian materi terkait anak susah makan dah faktor yang mempengaruhinya.
Hasil skrining yang ditetapkan oleh perawat diperiksa kembali oleh ahli
gizi dengan melihat sesuai dengan kondisi pasien. Bila hasil skrining gizi
menunjukkan pasien baru berisiko malnutrisi, maka dilakukan pengkajian atau
assesmen gizi dan dilanjutkan dengan langkah langkah proses asuhan gizi
terstandar oleh ahli gizi, kemudian untuk pasien baru yang risiko malnutrisi
rendah tetap dilakukan proses asuhan gizi terstandar oleh tenaga gizi tetapi tidak
terlalu mendalam seperti untuk pasien dengan hasil skrining yang menunjukkan
risiko malnutrisi sedang dan tinggi. Pasien dengan status gizi baik atau tidak
berisiko malnutrisi tidak dilakukan proses pengkajian gizi.
Setelah formulir asuhan gizi yang terlah terisi dimasukkan kedalam rekam
medik sebagai dokumentasi rekam medik yang bertujuan sebagai sarana
komunikasi dan informasi asuhan gizi dengan Professional Pemberi Asuhan
(PPA) lainnya serta menjamin keamanan dan kualitas asuhan gizi yang dilakukan.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Kegiatan asuhan gizi di RSBP Batam pada pasien rawat inap telah
menggunakan metode Formulir NCP yang sesuai dengan pedoman rumah
sakit diawali dengan skrinning yang dilakukan oleh perawat
2. Kegiatan asuhan gizi pada pasien dilakukan di ruang Teratai Internis
(penyakit dalam), Teratai Bedah (bedah), Bougenville (anak) dan Mawar
(wanita dewasa) dengan sasaran sebanyak 8 kasus setiap mahasiswa
3. Mahasiswa sudah melaksanakan kegiatan studi kasus sebanyak 2 pasien
setiap mahasiswa di ruang Teratai Internis (penyakit dalam), Teratai
Bedah (bedah), Bougenville (anak) dan Mawar (wanita dewasa)
4. Mahasiswa sudah memberikan edukasi gizi kepada pasien terkait dengan
permasalahan gizi yang dialami oleh pasien dan sudah melakukan
penyuluhan gizi pada pasien rawat inap di ruang Bougenville dan pada
ruang produksi di RSBP Batam
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Aritonang. 2012. Management Sistem Pelayanan Gizi Sewakelola dan Jasa Boga
di Instalasi Gizi Rumah Sakit. Yogyakarta : Leutika
Kementrian Kesehatan RI. 2013. Pedoman PGRS Pelayanan Gizi Rumah Sakit.
Jakarta : Kementrian Kesehatan.