Anda di halaman 1dari 56

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN

MANAJEMEN ASUHAN GIZI KLINIS (MAGK)


RUMAH SAKIT BADAN PENGUSAHAAN BATAM

Oleh :

Annisa Afrianda (P031713411004)


Dian Agusti R (P031713411009)
Feby Diana (P031713411049)
Fitra Madanisyam (P031713411050)
Qatrunnada Jasmin (P031713411027)
Resvita Nurben Putri (P031713411029)
Rizka Safitri (P031713411030)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN RIAU
JURUSAN D-III GIZI
TA. 2020
LEMBAR PERSETUJUAN

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN


MANAJEMEN ASUHAN GIZI KLINIS (MAGK)
DI RS BADAN PENGUSAHAAN BATAM

Telah mendapatkan persetujuan dari :

Kepala Instalasi Gizi


RSBP Batam

Dini Okta Putri A.Md.Gz


NUP. 1990102015102816
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan Alhamdulillaah segala puji dan syukur penulis


ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena atas berkah rahmat dan hidayah-Nya
penulis dapat menyelesaikan laporan Praktik Kerja Lapangan Manajemen Asuhan
Gizi Klinis (PKL MAGK) di RS Badan Pengusahaan Batam

Dalam menyusun dan menyelesaikan laporan ini penulis banyak mendapat


bantuan dari berbagai pihak. Atas bantuan dan bimbingan yang telah diberikan,
pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada :

1. Fitri SP, MKM selaku Ketua Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Kemenkes
Riau.
2. Dini Okta Putri, Amd.Gz selaku Kepala Instalasi Gizi RS Badan
Pengusahaan Batam
3. Seluruh Ahli Gizi RSBP Batam, yang telah membantu dalam proses
Praktik Kerja Lapangan ini.
4. Teman-teman Kelompok RSBP Batam yang selalu memberikan inspirasi,
bantuan dan motivasi.
5. Semua pihak yang telah membantu proses penyusunan laporan ini.

Disamping itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa Laporan Besar ini


belum sempurna, untuk itu penulis mengharapkan kritikan dan saran yang
membangun untuk kesempurnaan Laporan Besar ini.

Batam, Februari 2020

Penulis
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................4

DAFTAR TABEL....................................................................................................6

DAFTAR BAGAN..................................................................................................6

DAFTAR GAMBAR...............................................................................................7

DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................8

BAB I.......................................................................................................................9

PENDAHULUAN...................................................................................................9

1.1 Latar Belakang...............................................................................................9

1.2 Tujuan Praktik Lapangan.............................................................................10

1.2.1 Tujuan Umum.......................................................................................10

1.2.2 Tujuan Khusus......................................................................................11

1.3 Waktu dan Tempat...................................................................................11

1.4 Manfaat....................................................................................................11

BAB II....................................................................................................................12

TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................12

2.1 Pelayanan Gizi.............................................................................................12

2.2 Pelayanan Gizi Rawat Inap.........................................................................12

2.4 Proses Asuhan Gizi Rawat Jalan..................................................................13

2.5 Proses Asuhan Gizi Rawat Inap...................................................................15

2.6 Penyuluhan Gizi...........................................................................................23

2.6.1. Tujuan Penyuluhan..............................................................................24

2.6.2 Metode dan Media Penyuluhan.............................................................24

2.6.3 Satuan Acara Penyuluhan (SAP) Produksi...........................................25


2.6.4 Satuan Acara Penyuluhan (SAP) Rawat Inap.......................................29

BAB III..................................................................................................................33

PEMBAHASAN....................................................................................................33

3.1 Kegiatan Asuhan Gizi Rawat Inap...............................................................33

3.1.1 Kegiatan Harian....................................................................................33

3.1.2 Kegiatan Studi Kasus............................................................................47

3.2 Penyuluhan...................................................................................................54

3.2.1 Penyuluhan Produksi.............................................................................54

3.2.2 Penyuluhan Rawat Inap........................................................................55

3.3 Kesesuaian MAGK......................................................................................56

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................58

DAFTAR TABE
Tabel 3. 1 Formulir Skrinning Gizi Di Rsbp Batam........................................................................34
Tabel 3. 2 Rekapitulasi Kegiatan Asuhan Gizi Harian.....................................................................41
Tabel 3. 3. Rekapitulasi Kegiatan Asuhan Gizi Studi Kasus Pada Pasien Rawat Inap....................49
DAFTAR GAMBAR

GAMBAR 2. 1 PROSES ASUHAN GIZI RAWAT JALAN..........................................................15


GAMBAR 2. 2 PROSES ASUHAN GIZI RAWAT INAP.............................................................16
YGAMBAR 3. 1 PERSENTASE JENIS KELAMIN PADA PASIEN RAWAT INAP..................38
GAMBAR 3. 2 PERSENTASE KATEGORI RESPONDEN PADA PASIEN RAWAT INAP.....38
GAMBAR 3. 3 PERSENTASE DIAGNOSA PENYAKIT PADA PASIEN RAWAT INAP........39
3. 4 PROPORSI JENIS KELAMIN PADA PASIEN RAWAT INAP DEWASA..........................54
Y
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada era globalisasi, pelayanan prima merupakan elemen utama di rumah


sakit dan unit kesehatan. Rumah sakit dituntut untuk memberikan pelayanan
kesehatan yang memenuhi standar pelayanan yang optimal dan paripurna.
Kesehatan dan gizi merupakan faktor penting yang tidak dapat terpisahkan, karena
merupakan hal yang langsung berpengaruh terhadap kualitas sumber daya
manusia suatu negara. Hal tersebut digambarkan melalui pertumbuhan ekonomi,
usia harapan hidup dan tingkat pendidikan. Tenaga sumber daya manusia yang
berkualitas tinggi dan berdaya saing yang hebat hanya dapat dicapai oleh
kesehatan dan status gizi yang baik. Untuk itu diperlukan upaya- upaya untuk
perbaikan gizi masyarakat melalui upaya perbaikan gizi di dalam keluarga dan
pelayanan gizi pada individu yang karena kondisi kesehatannya harus mengalami
perawatan di suatu pelayanan kesehatan (Depkes, 2013 dan Nurparida, 2011).
Pelayanan gizi adalah salah satu bagian dalam sistem pelayanan kesehatan
yang paripurna, yang berfokus pada keamanan pasien. Pelayanan gizi yang baik
tentunya berpatokan pada standar yang berlaku. Masalah gizi sering dijumpai di
Rumah Sakit maupun di fasilitas pelayanan kesehatan lainnya, maka perlu bagi
mahasiswa untuk memahami konsep pelayanan gizi yang terstandar (Sa’pang,
Sitoayu & Novianti, 2017).
Pelayanan gizi dirumah sakit adalah pelayanan yang diberikan dan
disesuaikan dengan keadaan pasien berdasarkan keadaan klinis, status gizi dan
status metabolisme tubuh. Keadaan gizi pasien sangat berpengaruh pada proses
penyembuhan penyakit, sebaliknya proses perjalanan Penyakit dapat berpengaruh
dengan keadaan gizi pasien. Sering terjadi kondisi pasien yang semakin buruk
karena tidak tercukupinya kebutuhan zat gizi untuk perbaikan organ tubuh. Fungsi
organ yang terganggu akan lebih memburuk dengan adanya penyakit dan
kekurangan gizi. Pelayanan gizi rumah sakit meliputi 4 bagian yaitu : asuhan gizi
pasien rawat jalan, asuhan gizi pasien rawat inap, penyelenggaraan makanan,
penelitian dan pengembangan gizi. Kempat kegiatan tersebut mencerminkan mutu
pelayanan kesehatan pada rumah sakit (PGRS, 2013).
Kegiatan Pelayanan Gizi yang profesional di RS adalah Nutrition Care
Proces (NCP) (Asuhan Gizi di rawat inap maupun rawat jalan); food service; dan
penelitian gizi terapan; serta pengembangan pengetahuan gizi. Cara penanganan
masalah gizi dan penyelenggaraan makanan di rumah sakit harus spesifik,
sehingga perlu tenaga khusus gizi. Tenaga Gizi Profesional di rumah sakit yang
dimaksud adalah mempunyai pengetahuan, keterampilan khusus (specialized
knowledge) dari pendidikan formal yang diikuti/melalui D3/D4/S1/S2 Gizi, selalu
mengikuti dan mengembangkan ilmu (continuing education) dengan cara
mengikuti seminar, conference, annual meeting events, memiliki kode etik, dan
mempunyai komitmen untuk melayani (Tjaronosari & Herianandita, 2018).
Program Studi Diploma III Gizi merupakan institusi yang mendidik tenaga
professional dalam bidang gizi. Berdasarkan surat keputusan Kepala Badan
PPSDM Kesehatan Kemenkes RI nomor HK.02.03/I/IV/2/16013/2014 tanggal 30
Desember 2014 tentang Kurikulum Inti Pendidikan Diploma III Gizi
mencantumkan 4 profil lulusan Program DIII Gizi dan Kurikulum Inti, yaitu :
Pelaksana Gizi Klinik (Pelaksana Asuhan Dietetik), Pelaksana Kegiatan Program
Gizi Masyarakat, Pelaksana Pelayanan Gizi Institusi dan sebagai Asisten Peneliti.
Kurikulum Pendidikan Tinggi (KPT) Pendidikan Program DIII Gizi tahun
2014 mengamanatkan bahwa mahasiswa diwajibkan untuk mengikuti Praktik
Kerja Lapangan (PKL) Gizi Klinik untuk memberikan pengalaman kerja di
Rumah Sakit A/B/C dalam melaksanakan kegiatan manajemen gizi klinik (NCP)
pada pasien rawat inap dan rawat jalan dengan bimbingan instruktur menuju
kemandirian. PKL Gizi Klinik dilakukan untuk mendukung tercapainya profil
lulusan DIII Gizi sebagai Pelaksana Asuhan Dietetik.

1.2 Tujuan Praktik Lapangan

1.2.1 Tujuan Umum


Mahasiswa mampu merencanakan dan melakukan manajemen Asuhan
Gizi Klinik di rumah sakit yang meliputi analisis kasus pasien tentang pengkajian,
perencanaan, penerapan, evaluasi dan membuat laporan dibawah pengawasan dan
bimbingan Ahli Gizi Rumah Sakit.

1.2.2 Tujuan Khusus


1. Mahasiswa mampu melaksanakan assesment gizi pada pasien rawat inap
rumah sakit dengan penyakit yang tidak kompleks
2. Mahasiswa mampu menentukan diagnosa gizi pada pasien rawat inap
rumah sakit sesuai dengan kondisinya
3. Mahasiswa mampu melaksanakan intervensi dan implementasi gizi pada
pasien rawat inap rumah sakit dengan penyakit yang tidak kompleks
4. Mahasiswa mampu melakukan monitoring dan evaluasi pada pasien rawat
inap dengan penyakit yang tidak kompleks
5. Mampu memberikan edukasi gizi dan penyuluhan gizi pada pasien rawat
inap dan rawat jalan di rumah sakit
6. Mahasiswa mampu merencanakan dan menyusun menu sesuai dengan
kebutuhan gizi pasien dan standar menu rumah sakit
7. Mampu bekerja dalam tim dan berkomunikasi secara efektif serta mampu
menyusun laporan asuhan gizi dan dietetic dengan menggunakan proses
asuhan gizi dan terminology terstandar sesuai dengan yang ditugaskan

1.3 Waktu dan Tempat


Waktu pelaksanaan AGK dilakukan dari tanggal 11 Februari 2020 sampai
28 Februari 2020. Kegiatan dimulai dari jam 08.00 – 14.30 WIB setiap hari Senin
hingga Sabtu di Rumah Sakit BP Batam.

1.4 Manfaat
a. Bagi Mahasiswa
Sebagai bahan pembelajaran untuk memahami penatalaksanaan asuhan gizi di
Rumah Sakit BP Batam.
b. Bagi Rumah Saki
Sebagai bahan masukan dan evaluasi bagi pihak rumah sakit agar dapat lebih
meningkat kualitas dan kuantitas dalam melaksanakan kegiatan Asuhan Gizi
di Rumah Sakit BP Batam.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pelayanan Gizi

Pelayanan gizi adalah suatu upaya memperbaik, meningkatkan gizi,


makanan, dietetik masyarakat, kelompok, individu atau klien yang merupakan
suatu rangkaian kegiatan yang meliputi pengumpulan, pengolahan, analisis,
simpulan, anjuran, implementasi dan evaluasi gizi, makanan dan dietetik dalam
rangka mencapai status kesehatan optimal dalam kondisi sehat atau sakit.
Pelayanan gizi Rumah Sakit adalah salah satu dari 20 pelayanan wajib
yang sesuai keputusan menteri kesehatan Nomor 1333/Menkes/SK/XII/1999.
Pelayana gizi di rumah sakit adalah kegiatan pelayanan rumahsakit untuk
memenuhi kbutuhan gizi masyarakat baik rawat inap maupun rawat jalan.
Pelayanan gizi juga di tujukan untuk kepentingan metabolisme tubuh dalam
rangka upaya preventif, kuratif, rehabilitatif, maupun promotif (Aritonang, 2012)
Pelayanan gizi adalah pelayanan yang diberikan dan disesuaikan dengan
keadaan pasien berdasarkan keadaan klinis, status gizi, dan status metabolisme
tubuh. Keadaan gizi pasien sangat berpengaruh pada proses penyembuhan
penyakit,sebaliknya proses perjalanan penyakitdapat berpengaruh terhadap
keadaan gizi pasien. Sering terjadi kondisi pasien yang semakin buruk karena
tidak tercukupinya kebutuhan zat gizi untuk perbaikan organ tubuh. Fungsi organ
yang terganggu akan lebih memburuk dengan adanya penyakit dan kekurangan
gizi. Selain itu masalah gizi lebih dan obesitas erat hubunganya dengan penyakit
degeneratif, seperti diabetes melitus, penyakit jantung koroner, hipertensi, dan
penyakit kanker,memerlukan terapi gizi untuk membantu penyembuhannya
(PGRS, 2013).

2.2 Pelayanan Gizi Rawat Inap

Pelayana gizi rawat inap merupakan pelayanan gizi yang dimulai dari
proses pengkajian gizi, doagnosa gizi, intervensi gizi meliputi perencanaan,
penyediaan makanan, penyuluhan atau edukasi, dan konseling gizi, serta
monitoring dan evaluasi gizi.
Tujuan pelayanan gizi rawat inap memberikan pelayanan gizi kepada
pasien rawat inap agar memperoleh asupan makanan yang sesuai kondisi
kesehatannya dalam upaya mempercepat proses penyembuhan, mempertahankan
dan meningkatkan status gizi (PGRS, 2013).

2.3 Pelayanan Gizi Rawat Jalan

Pelayanan gizi rawat jalan adalah serangkaian proses kegiatan asuhan gizi
yang berkesinambungan dimulai dari assesment/pengkajian, pemberian diagnosis,
intervensi gizi dan monitoring evaluasi kepada klien atau pasien di rawat jalan.
Asuhan gizi rawat jalan pada umumnya disebut kegiatan konseling gizi dan
dietetik/penyuluhan gizi .
Tujuan pelayanan gizi rawat jalan adalah memberikan pelayanan kepada
klien/pasien rawat jalan atau kelompok dengan membantu mencari solusi masalah
gizinya melalui nasihat gizi mengenai jumlah asupan makanan yang sesuai jenis
diet yang tepat, jadwal makan dan cara makan, jenis diet dengan kondisi
kesehatannya (PGRS, 2013).

2.4 Proses Asuhan Gizi Rawat Jalan

Pelayanan gizi rawat jalan meliputi kegiatan konseling individual seperti;


pelayanan konseling gizi dan dietetik di unit rawat jalan terpadu, pelayanan
terpadu geriatrik, unit pelayanan terpadu HIV/AIDS, unit rawat jalan terpadu
utama/VIP dan unit khusus anak konseling gizi individual dapat pula difokuskan
pada suatu tempat. Pelayanan Penyuluhan berkelompok seperti: pemberian
edukasi di kelompok pasien diabetes, pasien hemodialisis, ibu hamil dan
menyusui, pasien jantung koroner, pasien AIDS, kanker, dll.

Mekanisme pasien berkunjung untuk mendapatkan asuhan gizi di rawat


jalan berupa konseling gizi untuk pasien dan keluarga serta penyuluhan gizi untuk
kelompok adalah sebagai berikut :

A. Konseling Gizi
1) Pasien datang ke ruang konseling gizi dengan membawa surat rujukan
dokter dari poliklinik yang ada di rumah sakit atau dari luar rumah sakit.
2) Dietisien melakukan pencatatan data pasien dalam buku registrasi.
3) Dietisien melakukan asesmen/pengkajian gizi dimulai dengan pengukuran
antropometri pada pasien yang belum ada data TB dan BB.
4) Dietisien melanjutkan asesmen/pengkajian gizi berupa anamnesa riwayat
makan, riwayat personal, membaca hasil pemeriksaan lab dan fisik klinis
(bila ada). Kemudian menganalisa semua data asesmen gizi.
5) Dietisien menetapkan diagnosis gizi.
6) Dietisien memberikan intervensi gizi berupa edukasi dan konseling dengan
langkah menyiapkan dan mengisi leaflet flyer/brosur diet sesuai penyakit
dan kebutuhan gizi pasien serta menjelaskan tujuan diet, jadwal, jenis,
jumlah bahan makanan sehari menggunakan alat peraga food model,
menjelaskan tentang makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan, cara
pemasakan dan lain-lain yang disesuaikan dengan pola makan dan
keinginan serta kemampuan pasien.
7) Dietisien menganjurkan pasien untuk kunjungan ulang, untuk mengetahui
keberhasilan intervensi (monev) dilakukan monitoring dan evaluasi gizi
8) Pencatatan hasil konseling gizi dengan format ADIME (Asesmen,
Diagnosis, Intervensi, Monitoring & Evaluasi) dimasukkan ke dalam
rekam medik pasien atau disampaikan ke dokter melalui pasien untuk
pasien di luar rumah sakit dan diarsipkan di ruang konseling.
B. Penyuluhan Gizi
1) Persiapan penyuluhan :
- Menentukan materi sesuai kebutuhan
- Membuat susunan/outline materi yang akan disajikan
- Merencanakan media yang akan digunakan
- Pengumuman jadwal dan tempat penyuluhan
- Persiapan ruangan dan alat bantu/media yang dibutuhkan
2) Pelaksanaan penyuluhan :
- Peserta mengisi daftar hadir (absensi).
- Dietisien menyampaikan materi penyuluhan.
- Tanya jawab
Sumber : Kementrian Kesehatan RI, 2013

Gambar 2. Proses Asuhan Gizi Rawat Jalan

2.5 Proses Asuhan Gizi Rawat Inap


Proses pelayanan gizi rawat inap adalah sebagai berikut :
1. Skrining Gizi
Tahapan pelayanan gizi rawat inap diawali dengan skrining/penapisan gizi
oleh perawat ruangan dan penetapan order diet awal (preskripsi diet awal) oleh
dokter. Skrining gizi bertujuan untuk mengidentifikasi pasien/klien yang berisiko,
tidak berisiko malnutrisi atau kondisi khusus. Kondisi khusus yang dimaksud
adalah pasien dengan kelainan metabolik, hemodialisis, anak, geriatrik, kanker
dengan kemoterapi/radiasi, luka bakar, pasien dengan imunitas menurun, sakit
kritis dan sebagainya.

Idealnya skrining dilakukan pada pasien baru 1 x 24 jam setelah pasien masuk
rumah sakit. Metoda skrining sebaiknya singkat, cepat dan disesuaikan dengan
kondisi dan kesepakatan di masing-masing rumah sakit. Conto=h metoda skrining
antara lain Malnutrition Universal Screening Tools (MUST), Malnutrition
Screening Tools (MST), Nutrition Risk Screening (NRS) 2002. Skrining untuk
pasien anak 1 – 18 tahun dapat digunakan Paediatric Yorkhill Malnutrition Score
(PYMS), Screening Tool for Assessment of Malnutrition (STAMP), dan Strong
Kids.

Bila hasil skrining gizi menunjukkan pasien berisiko malnutrisi, maka


dilakukan pengkajian/assesmen gizi dan dilanjutkan dengan langkah-langkah
proses asuhan gizi terstandar oleh Dietisien. Pasien dengan status gizi baik atau
tidak berisiko malnutrisi, dianjurkan untuk melakukan skrining ulang setelah 1
minggu. Jika hasil skrining ulang berisiko malnutrisi maka dilakukan proses
asuhan gizi terstandar. Pasien sakit kritis atau kasus sulit yang berisiko gangguan
gizi berat akan lebih baik bila ditangani secara tim. Bila rumah sakit mempunyai
Tim Asuhan Gizi atau Nutrition Suport Tim (NST) atau Tim Terapi Gizi (TTG)
atau Tim Dukungan Gizi atau Panitia Asuhan Gizi, maka berdasarkan
pertimbangan DPJP pasien tersebut dirujuk kepada tim.

Sumber : Kementrian Kesehatan RI, 2013


Gambar 2. Proses Asuhan Gizi Rawat Inap

2. Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT)


Proses Asuhan Gizi Terstandar dilakukan pada pasien yang berisiko kurang
gizi, sudah mengalami kurang gizi dan atau kondisi khusus dengan penyakit
tertentu, proses ini merupakan serangkaian kegiatan yang berulang (siklus).
Langkah PAGT terdiri dari :
a. Assesmen/Pengkajian gizi
Assesmen gizi dikelompokkan dalam 5 kategori yaitu: 1) Anamnesis riwayat
gizi; 2) Data Biokimia, tes medis dan prosedur (termasuk data laboratorium); 3)
Pengukuran antropometri; 4) Pemeriksaan fisik klinis; 5) Riwayat personal.

1) Anamnesis riwayat gizi


Anamnesis riwayat gizi adalah data meliputi asupan makanan
termasuk komposisi, pola makan, diet saat ini dan data lain yang terkait.
Selain itu diperlukan data kepedulian pasien terhadap gizi dan kesehatan,
aktivitas fisik dan olahraga serta ketersediaan makanan di lingkungan
klien. Gambaran asupan makanan dapat digali melalui anamnesis kualitatif
dan kuantitatif. Anamnesis riwayat gizi secara kualitatif dilakukan untuk
memperoleh gambaran kebiasaan makan/pola makan sehari berdasarkan
frekuensi penggunaan bahan makanan. Anamnesis secara kuantitatif
dilakukan untuk mendapatkan gambaran asupan zat gizi sehari melalui
“recall makanan 1 x 24 jam” dengan alat bantu “food model”. Kemudian
dilakukan analisis zat gizi yang merujuk kepada daftar makanan penukar,
atau daftar komposisi zat gizi makanan. Riwayat gizi kuantitatif
diterjemahkan ke dalam jumlah bahan makanan dan komposisi zat gizi.
2) Biokimia
Data biokimia meliputi hasil pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan
yang berkaitan dengan status gizi, status metabolik dan gambaran fungsi
organ yang berpengaruh terhadap timbulnya masalah gizi. Pengambilan
kesimpulan dari data laboratorium terkait masalah gizi harus selaras
dengan data assesmen gizi lainnya seperti riwayat gizi yang lengkap,
termasuk penggunaan suplemen, pemeriksaan fisik dan sebagainya.
Disamping itu proses penyakit, tindakan, pengobatan, prosedur dan status
hidrasi (cairan) dapat mempengaruhi perubahan kimiawi darah dan urin,
sehingga hal ini perlu menjadi pertimbangan.

3) Antropometri
Antropometri merupakan pengukuran fisik pada individu.
Antropometri dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain
pengukuran tinggi badan (TB); berat badan (BB). Pada kondisi tinggi
badan tidak dapat diukur dapat digunakan Panjang badan, Tinggi Lutut
(TL), rentang lengan atau separuh rentang lengan. Pengukuran lain seperti
Lingkar Lengan Atas (LiLA), Tebal lipatan kulit (skinfold), Lingkar
kepala, Lingkar dada, lingkar pinggang dan lingkar pinggul dapat
dilakukan sesuai kebutuhan. Penilaian status gizi dilakukan dengan
membandingkan beberapa ukuran diatas misalnya Indeks Massa Tubuh
(IMT) yaitu ratio BB terhadap TB.
Parameter antropometri yang penting untuk melakukan evaluasi status
gizi pada bayi, anak dan remaja adalah Pertumbuhan. Pertumbuhan ini
digambarkan melalui pengukuran antropometri seperti berat badan,
panjang atau tinggi badan, lingkar kepala dan beberapa pengukuran
lainnya. Hasil pengukuran ini kemudian dibandingkan dengan standar.
Pemeriksaan fisik yang paling sederhana untuk melihat status gizi pada
pasien rawat inap adalah BB. Pasien sebaiknya ditimbang dengan
menggunakan timbangan yang akurat atau terkalibrasi dengan baik. Berat
badan akurat sebaiknya dibandingkan dengan BB ideal pasien atau BB
pasien sebelum sakit. Pengukuran BB sebaiknya mempertimbangkan hal-
hal diantaranya kondisi kegemukan dan edema. Kegemukan dapat
dideteksi dengan perhitungan IMT. Namun, pada pengukuran ini
terkadang terjadi kesalahan yang disebabkan oleh adanya edema. BB
pasien sebaiknya dicatat pada saat pasien masuk dirawat dan dilakukan
pengukuran BB secara periodik selama pasien dirawat minimal setiap 7
hari.
4) Pemeriksaan Fisik/Klinis
Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mendeteksi adanya kelainan klinis
yang berkaitan dengan gangguan gizi atau dapat menimbulkan masalah
gizi. Pemeriksaan fisik terkait gizi merupakan kombinasi dari, tanda-tanda
vital dan antropometri yang dapat dikumpulkan dari catatan medik pasien
serta wawancara. Contoh beberapa data pemeriksaan fisik terkait gizi
antara lain edema, asites, kondisi gigi geligi, massa otot yang hilang,
lemak tubuh yang menumpuk, dll.
5) Riwayat Personal
Data riwayat personal meliputi 4 area yaitu riwayat obat-obatan atau
suplemen yang sering dikonsumsi; sosial budaya; riwayat penyakit; data
umum pasien.
 Riwayat obat-obatan yang digunakan dan suplemen yang dikonsumsi.
 Sosial Budaya; status sosial ekonomi, budaya, kepercayaan atau
agama, situasi rumah, dukungan pelayanan kesehatan dan sosial serta
hubungan sosial.
 Riwayat Penyakit; keluhan utama yang terkait dengan masalah gizi,
riwayat penyakit dulu dan sekarang, riwayat pembedahan, penyakit
kronik atau resiko komplikasi, riwayat penyakit keluarga, status
kesehatan mental atau emosi serta kemampuan kognitif seperti pada
pasien stroke .
 Data umum pasien antara: lain umur, pekerjaan, dan tingkat
pendidikan.
b. Diagnosis Gizi
Pada langkah ini dicari pola dan hubungan antar data yang terkumpul dan
kemungkinan penyebabnya. Kemudian memilah masalah gizi yang spesifik dan
menyatakan masalah gizi secara singkat dan jelas menggunakan terminologi yang
ada. Penulisan diagnosa gizi terstruktur dengan konsep PES atau Problem
Etiologi dan Signs/Symptoms. Diagnosis gizi dikelompokkan menjadi tiga domain
yaitu :

1) Domain Intake (NI) adalah masalah aktual yang berhubungan dengan


asupan energi, zat gizi, cairan, substansi bioaktif dari makanan baik yang
melalui oral maupun parenteral dan enteral.
Contoh :

Asupan protein yang kurang (P) berkaitan dengan perubahan indera perasa dan
nafsu makan (E) ditandai dengan asupan protein rata rata sehari kurang dari 40 %
kebutuhan (S)

2) Domain Klinis (NC) adalah masalah gizi yang berkaitan dengan kondisi
medis atau fisik/fungsi organ.
Contoh :

Kesulitan meyusui (P) berkaitan dengan kurangnya dukungan keluarga (E)


ditandai dengan penggunaan susu formula bayi tambahan (S)

3) Domain Behaviour (NB) adalah masalah gizi yang dengan pengetahuan,


perilaku/kepercayaan, lingkungan fisik dan akses dan keamanan makanan.
Contoh :

Kurangnya pengetahuan tentang makanan dan gizi (P) berkaitan dengan mendapat
informasi yang salah dari lingkungannya mengenai anjuran diet yang dijalaninya
(E) ditandai dengan memilih bahan makanan yang tidak dianjurkan dan aktivitas
fisik yang tidak sesuai anjuran (S)

c. Intervensi Gizi
Terdapat dua komponen intervensi gizi yaitu perencanaan intervensi dan
implementasi, yaitu:

1) Perencanaan Intervensi
Intervensi gizi dibuat merujuk pada diagnosis gizi yang ditegakkan. Tetapkan
tujuan dan prioritas intervensi berdasarkan masalah gizinya (Problem), rancang
strategi intervensi berdasarkan penyebab masalahnya (Etiologi) atau bila
penyebab tidak dapat diintervensi maka strategi intervensi ditujukan untuk
mengurangi Gejala/Tanda (Sign & Symptom). Tentukan pula jadwal dan frekuensi
asuhan. Output dari intervensi ini adalah tujuan yang terukur, preskripsi diet dan
strategi pelaksanaan (implementasi). Perencanaan intervensi meliputi :

a) Penetapan tujuan intervensi


Penetapan tujuan harus dapat diukur, dicapai dan ditentukan waktunya.
b) Preskripsi diet
Preskripsi diet secara singkat menggambarkan rekomendasi mengenai
kebutuhan energi dan zat gizi individual, jenis diet, bentuk makanan,
komposisi zat gizi, frekuensi makan.
- Perhitungan kebutuhan gizi
Penentuan kebutuhan zat gizi yang diberikan kepada pasien/klien atas
dasar diagnosis gizi, kondisi pasien dan jenis penyakitnya.
- Jenis Diet
Pada umumnya pasien masuk ke ruang rawat sudah dibuat permintaan
makanan berdasarkan pesanan/order diet awal dari dokter jaga/ Dokter
Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP). Dietisien bersama tim atau secara
mandiri akan menetapkan jenis diet berdasarkan diagnosis gizi. Bila jenis
diet yang ditentukan sesuai dengan diet order maka diet tersebut
diteruskan dengan dilengkapi dengan rancangan diet. Bila diet tidak sesuai
akan dilakukan usulan perubahan jenis diet dengan mendiskusikannya
terlebih dahulu bersama DPJP.
- Modifikasi Diet
Modifikasi diet merupakan pengubahan dari makanan biasa (normal).
Pengubahan dapat berupa perubahan dalam konsistensi; meningkatkan
atau menurunan nilai energi; menambah atau mengurangi jenis bahan
makanan atau zat gizi yang dikonsumsi; membatasi jenis atau kandungan
makanan tertentu; menyesuaikan komposisi zat gizi (protein, lemak, KH,
cairan dan zat gizi lain); mengubah jumlah, frekuensi makan dan rute
makanan. Makanan di RS umumnya berbentuk makanan biasa, lunak,
saring dan cair.
- Jadwal Pemberian Diet
Jadwal pemberian diet/makanan dituliskan sesuai dengan pola makan
sebagai contoh : Makan Pagi : 500 Kalori; Makan Siang : 600 kalori;
Makan Malam : 600 Kalori; Selingan pagi : 200 Kalori; Selingan Sore :
200 Kalori
- Jalur makanan
Jalur makanan yang diberikan dapat melalui oral dan enteral atau
parenteral.
2) Implementasi Intervensi
Implementasi adalah bagian kegiatan intervensi gizi dimana dietisien
melaksanakan dan mengkomunikasikan rencana asuhan kepada pasien dan tenaga
kesehatan atau tenaga lain yang terkait suatu intervensi gizi harus
menggambarkan dengan jelas : “Apa, Dimana, Kapan, dan Bagaimana” intervensi
itu dilakukan. Kegiatan ini juga termasuk pengumpulan data kembali, dimana data
tersebut dapat menunjukkan respons pasien dan perlu atau tidaknya modifikasi
intervensi gizi.

Untuk kepentingan dokumentasi dan persepsi yang sama, intervensi


dikelompokkan menjadi 4 domain yaitu : pemberian makanan atau zat gizi,
edukasi gizi, konseling gizi dan koordinasi pelayanan gizi. Setiap kelompok
mempunyai terminologinya masing-masing.

d. Monitoring dan Evaluasi Gizi


Kegiatan monitoring dan evaluasi gizi dilakukan untuk mengetahui respon
pasien/klien terhadap intervensi dan tingkat keberhasilannya. Tiga langkah
kegiatan monitoring dan evaluasi gizi, yaitu :

1) Monitor perkembangan yaitu kegiatan mengamati perkembangan kondisi


pasien/klien yang bertujuan untuk melihat hasil yang terjadi sesuai yang
diharapkan oleh klien maupun tim. Kegiatan yang berkaitan dengan monitor
perkembangan antara lain :
 Mengecek pemahaman dan ketaatan diet pasien/klien
 Mengecek asupan makan pasien/klien
 Menentukan apakah intervensi dilaksanakan sesuai dengan rencana atau
preskripsi Diet.
 Menentukan apakah status gizi pasien/klien tetap atau berubah
 Mengidentifikasi hasil lain baik yang positif maupun negatif
 Mengumpulkan informasi yang menunjukkan alasan tidak adanya
perkembangan dari kondisi pasien/klien
2) Mengukur hasil, kegiatan ini adalah mengukur perkembangan/perubahan
yang terjadi sebagai respon terhadap intervensi gizi. Parameter yang harus
diukur berdasarkan tanda dan gejala dari diagnosis gizi.
3) Evaluasi hasil
Berdasarkan ketiga tahapan kegiatan di atas akan didapatkan 4 jenis hasil,
yaitu :
a. Dampak perilaku dan lingkungan terkait gizi yaitu tingkat pemahaman,
perilaku, akses, dan kemampuan yang mungkin mempunyai pengaruh
pada asupan makanan dan zat gizi.
b. Dampak asupan makanan dan zat gizi merupakan asupan makanan dan
atau zat gizi dari berbagai sumber, misalnya makanan, minuman,
suplemen, dan melalui rute enteral maupun parenteral.
c. Dampak terhadap tanda dan gejala fisik yang terkait gizi yaitu
pengukuran yang terkait dengan antropometri, biokimia dan parameter
pemeriksaan fisik/klinis.
d. Dampak terhadap pasien/klien terhadap intervensi gizi yang diberikan
pada kualitas hidupnya.
4) Pencatatan Pelaporan
Pencatatan dan laporan kegiatan asuhan gizi merupakan bentuk pengawasan
dan pengendalian mutu pelayanan dan komunikasi. Terdapat berbagai cara dalam
dokumentasi antara lain Subjective Objective Assessment Planning (SOAP) dan
Assessment Diagnosis Intervensi Monitoring dan Evaluasi (ADIME). Format
ADIME merupakan model yang sesuai dengan langkah PAGT.

2.6 Penyuluhan Gizi

Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan Pendidikan kesehatan yang


dilakukan dengan penyebaran pesan, penanaman keyakinan, sehingga masyarakat
tidak hanya sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu
anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan (Azwar, 1983 dalam Machfoedz
dan Suryani, 2007).

Pada dasarnya penyuluhan kesehatan identic dengan Pendidikan


kesehatan,karena keduanya berorientasi terhadap perubahan perilaku yang
diharapkan, yaitu perilaku hidup sehat. Sehingga mempunyai kemampuan
mengenal masalah kesehatan dirinya, keluarganya serta dapat meningkatkan
derajat kesehatannya.

Berdasarkan pengertian di atas maka penyuluhan gizi adalah suatu


pendekatan edukatif untuk menghasilkan perilaku individu atau masyarakat
diperlukan dalam peningkatan dan mempertahankan gizi yang baik (Suhardjo,
2003).

2.6.1. Tujuan Penyuluhan


Mengubah kebiasaan masyarakat menjadi lebih baik dari keadaan yang
ada menuju tingkat yang lebih baik lagi. Kebiasaan masyarakat tersebut mencakup
segala bidang dan segala segi.

2.6.2 Metode dan Media Penyuluhan


1) Metode Penyuluhan
Menurut Van deb Ban dan Hawkins yang dikutip oleh Lucie (2005),
pilihan seorang agen penyuluhan terhadap suatu metode atau teknik penyuluhan
sangat tergantung kepada tujuan khusus yang ingin dicapai. Universitas Sumatera
Utara Berdasarkan pendekatan sasaran yang ingin dicapai, penggolongan metode
penyuluhan ada tiga, yaitu:
 Metode Berdasarkan Pendekatan Perorangan
Dalam metode ini, penyuluh berhubungan secara langsung maupun tidak
langsung dengan sasarannya secara perorangan. Metode ini sangat efektif karena
sasaran dapat secara langsung memecahkan masalahnya dengan bimbingan
khusus dari penyuluh.

 Metode Berdasarkan Pendekatan Kelompok


Dalam metode ini, penyuluh berhubungan dengan sasaran penyuluhan
secara kelompok. Metode ini cukup efektif karena sasaran dibimbing dan
diarahkan untuk melakukan suatu kegiatan yang lebih produktif atas dasar
kerjasama. Dalam pendekatan kelompok ini dapat terjadi pertukaran informasi
dan pertukaran pendapat serta pengalaman antara sasaran penyuluhan dalam
kelompok yang bersangkutan. Selain itu, memungkinkan adanya umpan balik dan
interaksi kelompok yang memberi kesempatan bertukar pengalaman maupun
pengaruh terhadap perilaku dan norma anggotanya.

 Metode Berdasarkan Pendekatan Massa


Metode ini dapat menjangkau sasaran dengan jumlah banyak. Dipandang
dari segi penyampaian informasi, metode ini cukup baik, namun terbatas hanya
dapat menimbulkan kesadaran atau keingintahuan semata. Beberapa penelitian
menyebutkan bahwa metode pendekatan massa dapat mempercepat proses
perubahan, tetapi jarang dapat mewujudkan perubahan dalam perilaku. Adapun
yang termasuk dalam metode ini Universitas Sumatera Utara antara lain rapat
umum, siaran radio, kampanye, pemutaran film, suart kabar, dan sebagainya.

2) Media Penyuluhan
Media sebagai alat bantu menyampaikan pesan-pesan kesehatan sangat
bervariasi, salah satunya menggunakan leaflet adalah bentuk penyampaian
informasi kesehatan melalui lembaran yang dilipat. Adapun keuntungan
menggunakan leaflet antara lain sasaran dapat menyesuaikan dan belajar mandiri
serta praktis karena mengurangi kebutuhan mencatat. Sasaran dapat melihat isinya
di saat santai dan sangat ekonomis. Berbagai informasi dapat diberikan atau
dibaca oleh anggota kelompok sasaran sehingga bisa didiskusikan dan dapat
memberikan informasi yang detail yang mana tidak dapat diberikan secara lisan,
mudah dibuat, diperbanyak, dan diperbaiki serta mudah disesuaikan dengan
kelompok sasaran.

2.6.3 Satuan Acara Penyuluhan (SAP) Produksi


Nama Kegiatan : Penyuluhan

Pokok Pembahasan : Standar makanan RS, standar porsi, sistem


penyimpanan FIFO, APD

Tempat pelaksanaan : Instalasi Gizi RSBP Batam

Metode : Ceramah, tanya jawab, Permainan

1.1. Latar Belakang


Manajemen penyelenggaraan makanan sendiri sebenarnya berfungsi sebagai
sistem dengan tujuan untuk menghasilkan makanan yang berkualitas baik.
Penyelenggaraan makanan di rumah sakit yang meliputi Kegiatan
penyelenggaraan makanandimulai dari perencanaanmenu, perencanaan kebutuhan
bahan makanan,perencanaan anggaran belanja, pengadaan bahan makanan,
penerimaan danpenyimpanan, pengolahan bahan makanan, distribusi dan
pencatatan,pelaporan serta evaluasi, hendaknya memperhatikan syarat higiene dan
sanitasi, mengingat permasalahan dari suatu makanan ditentukan oleh ada
tidaknya kontaminasi terhadap makanan.

Penyelenggaraan makanan yang hygiene dan sehat menjadi prinsip dasar


penyelenggaraan makanan institusi. Makanan yang tidak dikelola dengan baik dan
benar oleh penjamah makanan dapat menimbulkan dampak negatif seperti
penyakit dan keracunan akibat bahan kimia, mikroorganisme, tumbuhan atau
hewan, serta dapat pula menimbulkan alergi. Dalam penyelenggaraan makanan
hygiene personal atau perorangan sangat diperlukan untuk menjaga kebersihan
dalam pengelolaan makanan yang aman dikonsumsi dan sehat. Oleh karena itu
pekerja diwajib kan menggunakan APD (Alat Pelindung Diri).

Alat pelindung diri adalah kelengkapan yang wajib digunakan saat


bekerjasesuai kebutuhan untuk menjaga keselamatan pekerja itu sendiri dan orang
disekeliling. Penggunaan APD oleh pekerja di instalasi gizi saat bekerja
merupakan suatu upaya untuk menghindari paparan risiko bahaya yang mungkin
memebahayakan pekerja maupun pasien.

Dalam kegiatan penyelenggaraan makanan RS terdapat kegiatan penyimpanan


bahan makanan. Dalam kegiatan ini harus memiliki sistem penyimpanan yang
bagus agar dapat menunjang kelancaran proses produksi maupun aktivitas –
aktivitas pergudangan.

Untuk menciptakan informasi dan pengendalian persediaan bahan baku sangat


diperlukan adanya: prosedur penerimaan barang, pengeluaran barang, fasilitas
gudang, metode penilaian persediaan, kartu persediaan, metode pencatatan
persediaan serta yang paling penting prosedur penyimpanan.

Alam kegiatan memproduksi makanan perlu adanya beberapa standar


makanan seperti standar porsi, standar resep, dan standar bumbu. Standar ini dapat
menghasilkan makanan yang sama siapapun pengolahnya. Standar porsi
merupakan rincian macam dan jumlah bahan makanan dalam berat bersih untuk
setiap hidangan.
Besar porsi seringkali menjadi hal yang salah saat menyajikan makanan,
terutama dalam pemorsian makanan. Masih terjadi kelebihan dan kekurangan
porsi karena tidak ada ukuran yang tepat dalam pemorsian makanan pokok.
Pemorsian makanan ini harus sesuai dengan standar porsi yang telah ditentukan
oleh pihak instalasi gizi rumah sakit. Besar porsi akan berpengaruh langsung
tehadap nilai gizi yang terkandung dalam suatu makanan. Oleh sebab itu,
diperlukan sebuah observasi dan kajian antara kesesuaian nilai gizi yang
direncanakan dengan yang disajikan berdasarkan porsinya.

1.2. Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum

Untuk memberikan infomasi kepada pekerja di Instalasi gizi terkait


pentingnya penyelenggaraan makanan yang baik dan benar.

1.2.2. Tujuan Khusus

a. Untuk memberikan informasi kepada sasaran tentang standard makanan


dan porsi yang benar untuk pasien
b. Untuk memeberikan informasi kepada sasaran tentang bagaimana serta
pentingnya system penyimpananyang baik dan benar
c. Untuk memberikan kepada sasaran tentang pentingnya penggunaan APD
ketika bekerja
1.3. Sasaran
Sasaran dalam kegiatan penyuluhan adalah pekerja yang berada di
Instalasi gizi RSBP
1.4. Alat
Alat yang digunakan ketika penyuluhan adalah :
a. PPT
b. Mikrofone
c. Sound system

1.5 Pemberi Materi


a. Annisa Afrianda
b. Dian Agusti R
c. Feby Diana
d. Fitra Madanisyam
e. Qatrunnada Jasmin
f. Rizka Safitri
g. Resvita Nurben Putri
1.5. Waktu dan tempat :
a. Hari/tanggal : Rabu, 26 April 2019
b. Waktu : 30 menit
c. Pukul : 13.00 sd selesai
d. Tempat : Instalasi Gizi
1.6. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat
a. Faktor pendukung : adanya kerja sama mahasiswa dengan pihak RS
terutama Instalasi gizi RSBP
b. Faktor penghambat : Sarana dan prasarana
1.6 Jadwal Kegiatan

Tahap Waktu Kegiatan Metode Penanggung


Jawab
- Memberi salam
- Memperkenalkan diri
- Menjelaskan tujuan dari
Pembukaan 5 menit penyuluhan Ceramah Tim
- Persepsi dengan memberi
pertanyaan awal tentang
pelayanan makanan RS

1. Menggali pengetahuan
sasaran tentang
penyelanggaran makan
RS
2. Menjelasakan materi
Isi 15 menit tentang : ceramah Tim
a. Standar makanan RS
b. Standar porsi
c. System
penyimpanan FIFO
d. APD

Metode 5 menit 1. Menanyakan pertanyaan ceramah Tim


Tahap Waktu Kegiatan Metode Penanggung
Jawab
kembali
2. Menggali kembali
tanya
pengetahuan audience
jawab
sesuai dengan materi
yang telah disampaikan
Penutup 5 menit Salam penutup Ceramah Tim

2.6.4 Satuan Acara Penyuluhan (SAP) Rawat Inap

Nama Kegiatan : Penyuluhan

Pokok Pembahasan : Variasi Makan pada Anak

Tanggal Pelaksanaan : 27 Februari 2020

Waktu Pelaksanaan : 08.00- 08.30 WIB

Tempat pelaksanaan : Ruang rawat inap bougenvile

Metode : Ceramah, tanya jawab, Permainan

1.1. Latar Belakang


Pertumbuhan dan perkembangan anak tentunya menjadi hal yang
diperhatikan oleh orang tua. Setiap orang tua ingin agar anaknya dapat
bertumbuh dan berkembang secara optimal dan tepat sesuai pertambahan
usianya. Upaya untuk mewujudkan hal tersebut adalah memberikan asupan
nutrisi dan gizi seimbang lewat makanan yang dikonsumsi setiap harinya

Kebiasaan pemberian makanan yang benar sangat penting untuk


keberlangsungan kehidupan, pertumbuhan, perkembangan, serta gizi bayi dan
anak. Gizi merupakan salah satu faktor lingkungan dan merupakan penunjang
agar proses tumbuh kembang tersebut dapat berjalan dengan memuaskan. Hal
ini berarti pemberian makanan yang berkualitas dan kuantitasnya baik
menunjang tumbuh kembang, sehingga anak dapat tumbuh normal dan sehat
serta terbebas dari penyakit. Pengetahuan ibu tentang kebutuhan gizi, cara
pemberian makan, dan jadwal pemberian makan anak balita sangat berperan
dalam menentukan status gizi anak salah satu upaya yang dapat dilakukan
adalah dengan mencukupi kebutuhan lahir dan batin anak-anaknya.

Anak-anak cenderung memilih-milih makanan yang disukainya. Salah


satu cara untuk mengatasi masalah nafsu makan yaitu dengan memberikan
variasi makanan. Variasi makanan dapat meningkatkan nafsu makan
dikarenakan bentuk, rasa, warnanya berbentuk menarik. Bentuk yang menarik
pada variasi makanan dapat menumbuhkan rasa ingin tahu anak. Dengan
adanya variasi makan anak dapat memperoleh zat gizi sesuai kebutuhannya.

1.2. Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum

Untuk memberikan infomasi kepada keluarga terkait variasi makanan yang


baik untuk anak-anak.

1.2.2 Tujuan Khusus


a. Untuk memberikan informasi kepada sasaran pentingnya kebiasaan
makan yang baik dan benar untuk anak
b. Untuk memberikan informasi kepada sasaran terkait Pola makan yang
baik pada anak
c. Untuk memberikan informasi kepada sasaran terkait pentingnya variasi
makanan terhadap anak
1.3. Sasaran
Sasaran dalam kegiatan penyuluhan adalah orang dewasa yang berada
dirawat jalan Rumah Sakit Badan Pengusaha Batam
1.4. Alat
Alat yang digunakan ketika penyuluhan adalah :
a. Leaflet
b. Microphone
c. Sound system

1.5. Pemberi Materi


a. Annisa Afrianda
b. Dian Agusti R
c. Feby Diana
d. Fitra Madanisyam
e. Qatrunnada Jasmin
f. Rizka Safitri
g. Resvita Nurben Putri
1.6. Waktu dan tempat :
a. Hari/tanggal : Kamis, 27 April 2019
b. Waktu : 30 menit
c. Pukul : 13.00 sd selesai
d. Tempat : Ruang rawat inap bougenvile
1.7. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat
a. Faktor pendukung : adanya kerja sama mahasiswa dengan pihak RS
terutama Instalasi gizi RSBP
b. Faktor penghambat : Sarana dan prasarana
1.8. Jadwal Kegiatan
Tahap Waktu Kegiatan Metode Penanggung
Jawab
- Memperkenalkan diri
- Menjelaskan tujuan dari
penyuluhan
Pembukaan 5 menit Ceramah Tim
- Persepsi dengan memberi
pertanyaan awal tentang
gizi

3. Menggali pengetahuan
sasaran tentang gizi dan
penyakit degeneratif
4. Menjelaskan materi
tentang penyakit
degeneratif
Isi 15 menit a. Pola makan yang baik ceramah Tim
pada anak
b. Kebiasaan makan
yang baik pada anak
c. Variasi makanan pada
anak

Metode 5 menit 3. Menanyakan pertanyaan ceramah Tim


tanya kembali
Tahap Waktu Kegiatan Metode Penanggung
Jawab
4. Menggali kembali
pengetahuan audience
jawab
sesuai dengan materi
yang telah disampaikan
Penutup 5 menit Salam penutup Ceramah Tim
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Kegiatan Asuhan Gizi Rawat Inap

3.1.1 Kegiatan Harian


Rumah Sakit Badan Pengusahaan Batam memiliki 8 ruang rawat inap
dibagi berdasarkan kelas VVIP, VIP, Kelas I, II dan III. Disetiap ruang rawat inap
memiliki ahli gizi yang bertanggung jawab dalam menentukan asuhan gizi pasien.
Setiap ahli gizi bertanggung jawab 1 atau 2 ruangan karena tenaga gizi yang
masih kurang. Ahli gizi di RSBP menerapkan PAGT sebagai pedoman dalam
melakukan pelayanan gizi pada pasien rawat inap. Penerapan PAGT dilakukan
dengan 4 langkah yaitu pengkajian gizi, diagnosa gizi, intervensi gizi serta
monitoring dan evaluasi gizi. RSBP Batam memiliki form PAGT sendiri yang
dibuat oleh kepala instalasi gizi.

A. Skrining Gizi
Di RSBP Batam, Ahli gizi terlebih dahulu akan melihat daftar Pasien
Baru di Buku Laporan. Lalu dilakukan proses skrining gizi oleh perawat di
ruang IGD dengan menggunakan form MST. Skrining gizi merupakan proses
yang cepat dan sederhana untuk mendeteksi pasien yang berisiko malnutrisi
atau dengan diagnosa khusus sebelum melakukan proses Nutrition Care
Process (NCP)/Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT). Jika hasil skrining
didapat skor > 2, maka akan dilanjutkan dengan PAGT oleh ahli gizi ruangan
(2 x 24jam).
Tabel 3. Formulir Skrinning Gizi di RSBP Batam
FORMULIR SKRINING GIZI AWAL PASIEN di IGD
Nama : Agama :
No. MR : Pendidikan :
Jenis Kelamin : Laki – laki / Perempuan Pekerjaan / Aktifitas :
Umur : Th/ Bln/ Hr Diagnosa Medis :
BB/TB :

A. Pasien Dewasa Skor


1. Mengalami penurunan BB yang tidak diinginkan selama 6 bulan
terakhir ?
Ya (2) Tidak (0)
2. Asupan makan berkurang karena tidak nafsu makan ?
Ya (1) Tidak (0)
3. Pasien dengan diagnosa khusus ?
(DM, gangguan fungsi tiroid, infeksi kronis, HIV/AIDS, TB,
LUPUS)
Lain – lain sebutkan :
Ya (2) Tidak (0)
Total Skor Pasien Dewasa
B. Pasien Obstetri / Kehamilan / Nifas Skor
1. Asupan makan berkurang karena tidak nafsu makan ?
Ya (1) Tidak (0)
2. Ada pertambahan BB yang kurang atau lebih selama
kehamilan ?
Ya (2) Tidak (0)
3. Nilai Hb < 10 g/dl atau Htc < 30% ?
Ya (1) Tidak (0)
4. Gangguan metabolisme / kondisi khusus ?
(DM, gangguan fungsi tiroid, infeksi kronis, HIV/AIDS, TB,
LUPUS)
Lain – lain sebutkan :
Ya (2) Tidak (0)
Total Skor Pasien Obstetri / Kehamilan / Nifas
C. Pasien Anak Skor
1. Pasien tampak kurus ?
Ya (1) Tidak (0)
2. Terdapat penurunan BB selama 1 bulan terakhir ?
(Berdasarkan penilaian obyektif data BB bila ada / penilaian
subyektif dari orang tua atau untuk bayi < 1 tahun : BB tidak
naik selama 3 bulan)
Ya (2) Tidak (0)
3. Terdapat salah satu kondisi berikut :
a. Diare > 5x / hari dan atau muntah > 3x / hari dalam seminggu
terakhir
b. Asupan berkurang selama seminggu terakhir
Ya (1) Tidak (0)
4. Terdapat penyakit / keadaan yang mengakibatkan risiko
malnutrisi (Diare kronis, HIV, PJB, Hepato, Ginjal, Stoma)
Lain – lain sebutkan :
Ya (2) Tidak (0)
Total Skor Pasien Anak
Total Skor < 2 : Lakukan Asuhan Gizi Pasien Tidak Berisiko Malnutrisi
Total Skor > 2 : Lakukan Asuhan Gizi Pasien Berisiko Malnutrisi

Batam, 20….
Yang melakukan skrining
gizi

(……………………………)
Nama & Tandatangan

B. Proses Pelaksanaan Assessment Gizi


Tahap awal dari PAGT yaitu assessment gizi. Ahli gizi akan
mengumpulkan data berdasarkan kategori assessment gizi antara lain data
antropometri, biokimia, fisik dan klinis, riwayat gizi dan riwayat personal.
 Pengukuran Antropometri
Antropometri merupakan pengukuran fisik pada individu. Antropometri
mencakup berat badan (BB), tinggi badan (TB)/panjang badan (PB),
indeks masa tubuh (IMT), lingkar lengan atas (LILA). Data antropometri
diketahui dari catatan rekam medis pasien atau dapat dilakukan
pengukuran langsung pada pasien, namun jika kondisi tidak
memungkinkan maka ahli gizi memperkirakan parameter antropometri
berupa berat badan dan tinggi badan pada keluarganya.

 Data Biokimia
Data biokimia adalah hasi pemeriksaan laboratorium terkait
dengan kondisi pasien meliputi kadar hemoblogbin, gula darah, HbA1C,
kolesterol, leukosit, dll. Untuk pengumpulan data biokimia, ahli gizi
biasanya mengetahui data tersebut dari hasil laboratorium yang ada pada
catatan rekam medis pasien, dari data tersebut juga dapat mengetahui
keadaan pasien.

 Pemeriksaan Fisik Klinis


Data fisik klinis merupakan karakteristik fisik dan gambaran secara
klinis yang memperlihatkan gangguan gizi. Di RSBP, data fisik dan
klinis pasien yang dilihat meliputi tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu
yang dilihat pada catatan rekam medis pasien.

 Riwayat gizi
Tahap berikutnya adalah data riwayat terkait gizi dan makanan
pasien. Data riwayat terkait gizi dan makanan ini sering disebut menjadi
riwayat gizi. Ahli gizi akan mengidentifikasi data tentang riwayat gizi
pasien meliputi asupan makanan dengan metode Recall 24 jam,
bagaimana pola makan, kebiasaan makan pasien, kebiasan
cemilan/selingan, aktifitas fisik, ketersediaan makanan, alergi atau
pantangan makanan dan kemampuan pasien untuk menerima makanan
kemudian ahli gizi akan menghitung pemenuhan kebutuhan gizi pasien
tersebut.

 Riwayat personal
Tahap akhir dari assessment gizi adalah data riwayat personal. Ahli
gizi menanyakan pada pasien dan keluarga tentang keluhan utama,
riwayat penyakit sekarang maupun terdahulu, riwayat obat-obatan dan
keadaan social ekonomi. Data-data assessment diinterpretasi dengan
membandingkan terhadap kriteria atau standar yang sesuai untuk
mengetahui terjadinya penyimpangan.
C. Proses Pelaksanaan Diagnosa Gizi
Tujuan diagnosa gizi ini yaitu mengidentifikasi adanya problem gizi,
faktor penyebab yang mendasarinya dan menjelaskan tanda dan gejala yang
melandasi adanya problem gizi. Setelah data assessment terkumpul, ahli gizi
langsung menegakkan diagnosa gizi dengan menentukan problem/masalah
gizi dengan format PES (Problem-Etiologi-Signs and Symptoms).
D. Peoses Pelaksanaan Intervensi Gizi
Intervensi gizi adalah suatu tindakan yang terencana yang ditujukan
untuk merubah perilaku gizi, kondisi lingkungan atau status kesehatan
individu, kelompok atau masyarakat untuk memenuhi kebutuhan gizi pasien.

Di RSBP Batam tahapan pelaksanaan intervensi gizi yang dilakukan


ahli gizi adalah melakukan perencanaan diet yang sesuai dengan bentuk
makanan dan jenis diet yang telah ditentukan dan memberikan edukasi gizi.
Dalam menentukan diet pasien, ahli gizi akan berkoordinasi dengan dokter
dan perawat. Setelah ahli gizi menentukan bentuk makanan dan jenis diet
pasien, lalu dituliskan di form pemesanan diet pasien yang akan diberikan ke
penata gizi dan diteruskan ke instalasi gizi.
E. Proses Monitoring Evaluasi Gizi
Kegiatan monitoring dan evaluasi gizi pasien terhadap intervensi yang
telah diberikan bertujuan untuk mengetahui tingkat kemajuan pasien dan
apakah tujuan atau hasil yang diharapkan telah tercapai. Hasil asuhan gizi
seyogyanya menunjukkan adanya perubahan perilaku atau status gizi yang
lebih baik.
Di RSBP setelah dilakukan intervensi gizi pada pasien, selanjutnya
dilakukan kegiatan monitoring dan evaluasi gizi. Pada tahap ini Ahli gizi
melakukan monitoring terhadap asupan makanan pasien bekerjasama dengan
perawat melalui kegiatan visit keseluruhan kamar pasien setiap pagi bersama
dengan perawat. Namun monitoring dan evaluasi yang dilakukan belum
optimal, hal tersebut terjadi karena kurangnya ahli gizi di ruang rawat inap
dan jumlah pasien yang banyak.

Berdasarkan hasil kegiatan asuhan gizi harian yang dilakukan selama 13


hari pada pasien rawat inap dimulai dari tanggal 11 Februari 2020 sampai dengan
25 Februari 2020 didapatkan proporsi jenis kelamin pasien sebagai berikut ini.

Jenis Kelamin

Laki-laki
Perempuan
52% 48%

Gambar 3. Persentase Jenis Kelamin pada Pasien Rawat Inap


Didapatkan persentase jenis kelamin laki-laki pada pasien rawat inap yaitu
sebesar 48% dan perempuan 52%. Hal ini menunjukkan bahwa pasien perempuan
lebih banyak dibandingkan laki-laki.

Lansia
4%
Anak
25%

Dewas
a
71%

Gambar 3. Persentase Kategori Responden pada Pasien Rawat Inap


Berdasarkan grafik di atas, dapat disimpulkan bahwa pasien dewasa dirawat
inap lebih banyak dan lansia dirawat inap lebih sedikit. Selain jenis kelamin, dan
kategori responden berdasarkan hasil kegiatan asuhan gizi harian pada pasien
rawat inap didapatkan juga analisa penyakit pasien dengan penyakit komplikasi
sebagai berikut ini:

Gambar 3. Persentase Diagnosa Penyakit pada Pasien Rawat Inap

Teratai

Pre Op Removal Implant Abses mandibula sinistra


17% 17%

Hemoroid Grade 3 Stroke Hemoragik


17% 17%

Close Fracture ⅓ Medial Femur Sinistra


17% Hiperglikemia
17%

Mawar
MetroragiaStroke Hemoragik
6% 6%
Ca Servix 1B Hiperglikemia
6% 6%
PEB, melahirkan DM
6% 6%

Post Laparatomi Ca. Ovarium


6% 6%

infeksi saluran kemih Anemia


6% 12%
HEG
6%
mola hidatidosa
6% DM
6% Ca. Cervix
6%
Ca. Recti
konstipasi 6%
6%
Bougenville
Hydrocephalus Diare akutSirkumsisi
dehidrasi ringan
6% 6%
6%
CF. condiler humerus sinistra
Dengue Fever
6% 6%
Hyrepexia cc viral infection Celebral Palsy
6% 6%
Appendictis
6% Anemia
6%
Tertelan jarum pentul
6% vomitus
Demam 6%
6% Diare akut dehidrasi ringan
6%
Mencret GEA
6% Ulkus Granulosum Dehidrasi ringan
6% 11%
6%

Teratai Internis
AF NVR
HHD Post PCI
2% III
CKD CHF 2%
Nyha 2%
HT Post Partum Susp HHD 2%
2% 9%

Intake Sulit
Susp DHF2% Anemia
2% 7%
Asma Bronchial
Febris
CHF NYH II OMI 2%
2% 2%

Epilepsy,sol Hipertensi
2% 5%
Asma
electrolit inbalance
2%
4%
Susp. CA Paru
TB paru
2% aktif DM
2% 7%
Asma persisten berat
2%
Hematemesis Melena
4%
Syok Hipovelemik Dispnea
2% 4%
Vis Bigemini
2% Ca. Mamae
Acute Coronary Syndrome Stemi 4%
2% CHF
Dispepsia Efusi Pleura Dextra
CAD 4% 11%
4% 4%
Atheroscleatic Heart Disease PPOK
2% 2%

Berdasarkan grafik di atas, dapat disimpulkan bahwa 5 penyakit terbanyak


yang menjadi kasus harian rawat inap yaitu:
1. Anemia
2. Dispepsia
3. DM
4. CKD
5. Hipertensi
Kasus harian yang ditargetkan kepada masing-masing mahasiswa
berjumlah 8 orang pasien dari 4 ruang perawatan berbeda dan semua telah
tercapai selama PKL AGK. Berikut rekapitulasi hasil kegiatan asuhan gizi harian
pada pasien rawat inap :

Tabel 3. Rekapitulasi Kegiatan Asuhan Gizi Harian


pada Pasien Rawat Inap

1. Annisa Afriyanda
Nama Jenis Diagnosis Ruangan Responde Edukasi Nama
Kelamin Medis n Pembimbing
Tn. D Laki-laki CKD on HD Teratai Dewasa Diet Rendah Tria Marnita,
dan Anemia Internis Protein dan S.Gz
Tinggi Zat
Besi
Tn. M Laki-laki Asma Bron Teratai Dewasa Diet Rendah Tria Marnita,
Chial dan Internis Garam S.Gz
Hipertensi
Tn. A Laki-laki Dispepsia Teratai Lansia Diet Tria Marnita,
Internis Lambung S.Gz
Ny. M Perempuan Acute Coronary Teratai Dewasa Diet Jantung Tria Marnita,
Syndrome Internis dan Rendah S.Gz
Stemi Garam
An. A Perempuan Diare akut Bougenville Anak Diet Rendah Catarina Oni,
dehidrasi ringan Sisa Amd, Gz
An. I Laki-laki Dengue Fever Bougenville Anak Diet TKTP Catarina Oni,
dan pola Amd. Gz
makan kecil
namun sering
An. T Perempuan Celebral Palsy + Bougenville Anak Diet TKTP Catarina Oni,
Anemia dan Zat Besi Amd, Gz
Ny. E Perempuan Anemia Mawar Dewasa Bahan Vera Susanti,
Makanan Amd, Gz
Tinggi Zat
Besi

2. Dian Agusti Ramadhani


Nama Jenis Diagnosis Ruangan Responde Edukasi Nama
Kelamin Medis n Pembimbing
Tn. P Laki-laki Abses Teratai Dewasa Diet TKTP Jumariah,
mandibula Bedah Amd
sinitra
Ny. I Perempuan -Stroke Teratai Dewasa Diet DM, RG, Jumariah,
Hemoragik Bedah DJ Amd
-Hiperglikemia
-DM tipe II
Ny. S Perempuan -Dispnea Ca. Teratai Dewasa Diet TKTP Tria Marnita,
Mamae Internis S. Gz
-Efusi Pleura
Dextra
Tn. D Laki-laki -Dyspepsia Teratai Dewasa Diet RG, RP Tria Marnita,
-HT Internis S. Gz
-CKD On HD

Tn. H Laki-laki -PPOK Teratai Dewasa Diet TKTP Tria Marnita,


-Dyspepsia Internis S. Gz

Ny. N Perempuan Post Laparatomi Teratai Dewasa Diet RL Jumariah,


Bedah Amd
Ny. A Perempuan Atheroscleatic Teratai Dewasa DJ RG Tria Marnita,
Heart Disease Internis S. Gz
CHF
Tn. R Laki-laki CAD, HT, DM Teratai Dewasa DM DJ RG Tria Marnita,
Internis S. Gz

3. Feby Diana
Jenis Diagnosis Responde Nama
Nama Ruangan Edukasi
Kelamin Medis n Pembimbing
ACS stemi + Teratai Diet Jantung Tria Marnita,
Tn. J Laki-laki Dewasa
Anemia Internis II RL S.Gz
Diet
Vis Bigemini + Teratai Tria Marnita,
Ny. R Perempuan Dewasa Lambung II
Dyspepsia Internis S.Gz
TKTP
Teratai Diet DM Tria Marnita,
Tn. A Laki – laki DM type 2 Dewasa
Internis 1700 S.Gz
Syok
Hipovelemik,
Teratai Diet Tinggi Tria Marnita,
Tn. H Laki – laki Anemia, Dewasa
Internis Zat Besi S.Gz
Hematemesis
Melena
vomitus + diare
Diet Rendah Catarina Oni,
An. A Perempuan akut dehidrasi Bougenville Anak
Sisa Amd, Gz
ringan sedang
An. H Perempuan GEA + Bougenville Anak Diet Rendah Catarina Oni,
Jenis Diagnosis Responde Nama
Nama Ruangan Edukasi
Kelamin Medis n Pembimbing
Dehidrasi
Sisa Amd, Gz
ringan sedang
Ca. Ovarium + Vera Susanti,
Ny. M Perempuan Mawar Dewasa Diet TKTP
Anemia Amd, Gz
Ca. Recti + Ca.
Diet TKTP
Cervix + Vera Susanti,
Ny. D Perempuan Mawar Dewasa dan Tinggi
konstipasi + Amd, Gz
Serat
DM

4. Fitra Madanisyam
Nama Jenis Diagnosa Ruangan Responde Edukasi Nama
Kelamin Medis n Pembimbing
Ny. M Perempuan Riwayat mola Mawar Dewasa Diet menu Vera Susanti,
hidatidosa seimbang AMd.Gz
(hamil anggur)
HEG 3th lalu,
infeksi saluran
kemih
Ny. R Perempuan Post Laparatomi Mawar Dewasa Diet TKTP Vera Susanti,
AMd.Gz
Ny. J Perempuan Asma persisten Teratai Dewasa Diet TKTP Tria Marnita,
berat Internis S. Gz
Tn. S Laki-laki CHF, CAD, Teratai Dewasa Diet DM, Tria Marnita,
DM Internis Diet Jantung S. Gz
Tn. Z Laki-laki Hematemesis Teratai Lansia Diet Rendah Tria Marnita,
Internis Sisa S. Gz
Ny. S Perempuan Dispepsia Teratai Dewasa Diet Tria Marnita,
Efusi Pleura Ca. Internis Lambung S. Gz
Mamae
An. S Laki-laki Ulkus Bougenville Anak Diet TKTP Catarina Oni
Granulosum, Purnamasari,
post orif pedis AMd.Gz
An. A Laki-laki Mencret, Bougenville Anak Diet Rendah Catarina Oni
Demam Sisa Purnamasari,
AMd.Gz

5. Qatrunnada Jasmin
Nama Jenis Diagnosis Ruangan Responde Edukasi Nama
Kelamin Medis n Pembimbing
Ny. N Perempuan PEB, Mawar Dewasa Diet TKTP Vera Susanti,
melahirkan dan Rendah Amd, Gz
Garam
An. A Laki-laki Dehidrasi bougenville Anak Diet TKTP + Catarina Oni,
Nama Jenis Diagnosis Ruangan Responde Edukasi Nama
Kelamin Medis n Pembimbing
ringan extra telur 6 Amd.gz
btr/hr
An. F Perempuan Tertelan jarum bougenville Anak Diet TKTP + Catarina Oni,
pentul extra telur 6 Amd.gz
btr/hr
An. P Laki-laki Appendictis bougenville Anak Diet TKTP + Catarina Oni,
extra telur 6 Amd.gz
btr/hr
Tn. M Laki-laki Susp. CA Paru Teratai Dewasa Diet TKTP + Tria Marnita,
extra telur 6 S.Gz
btr/hr
Tn.A Laki-laki Asma Teratai Dewasa Diet TKTP + Tria Marnita,
extra telur 6 S.Gz
btr/hr
Tn. B Laki-laki TB paru aktif, Teratai Dewasa Diet TKTP + Tria Marnita,
dyspnea, extra telur 6 S.Gz
electrolit btr/hr
inbalance
Ny.A Perempuan Dm tipe II Teratai Dewasa Diet Jantung, Tria Marnita,
Rendah S.Gz
Garam, DM

6. Resvita Nurben Putri


Nama Jenis Diagnosis Ruangan Responde Edukasi Nama
Kelamin Medis n Pembimbing
An. M Laki-laki Hyrepexia cc Bougenville Anak Diet TKTP Catarina Oni,
viral infection Amd, Gz
An. W Laki - laki CF. condiler Bougenville Anak Diet TKTP Catarina Oni,
humerus sinistra Amd, Gz
Ny.J Perempuan Ca Servix 1B Mawar Dewasa Diet RG, RL Vera Susanti,
Amd. Gz
Ny. S Perempuan Metroragia Mawar Dewasa Diet tinggi zat Vera Susanti,
besi (fe) Amd. Gz
Ny. E Perempuan Anemia Mawar Dewasa Diet tinggi zat Vera Susanti,
besi (fe) Amd. Gz
Tn. H Laki-laki Epilepsy,sol
Teratai Dewasa Diet RG Tria Marnita,
Internis S. Gz
Ny. M Perempuan CHF NYH II Teratai Dewasa DJ RP Tria Marnita,
OMI CKD Internis S. Gz

Ny. E Perempuan Ckd Post Hd Teratai Dewasa RP RG DM Tria Marnita,


Internis S. Gz
7. Rizka Safitri
Jenis Diagnosis Responde Nama
Nama Ruangan Edukasi
Kelamin Medis n Pembimbing
Nn. M Perempuan Close Fracture Teratai Dewasa Diet TKTP Jumariah,
⅓ Medial Bedah Amd
Femur Sinistra
Tn .M Laki-laki Hemoroid Teratai Dewasa Diet Rendah Jumariah,
Grade 3 Bedah Serat Amd
Tn. H Laki-laki Pre Op Teratai Dewasa Diet Rendah Jumariah,
Removal Bedah Energi (1500 Amd
Implant kkal)
An. R Laki-laki Sirkumsisi Bougenville Anak Diet TKTP Catarina Oni
Purnamasari,
AMd.Gz
An. N Perempuan Hydrocephalus Bougenville Anak Diet Makanan Catarina Oni
Cair Purnamasari,
AMd.Gz
Ny. R Perempuan Febris H 10, Teratai Dewasa Diet TKTP Tria Marnita,
Susp DHF, Internis S.Gz
Anemia dan
Dispepsia
Ny. E Perempuan Intake Sulit, Teratai Dewasa Diet RPRG Tria Marnita,
Elektrolit Internis S.Gz
Imbalance, HT
Post Partum
Susp HHD,
CKD
Tn. R Laki-laki CHF Nyha III, Teratai Dewasa Diet Jantung Tria Marnita,
CAD + Post Internis (RL) RG S.Gz
PCI, HHD, AF
NVR

3.1.2 Kegiatan Studi Kasus


A. Mekanisme Kegiatan Studi Kasus
Kegiatan studi kasus dilaksanakan di ruang Teratai Internis, Teratai Bedah,
Bougenvile, dan Mawar. Kegiatan ini dilakukan dengan memberikan asuhan gizi
kepada pasien selama 3 hari. Jumlah pasien yang diberikan kepada setiap
mahasiswa selama PKL MAGK sebanyak dua pasien setiap mahasiswa.

Pelaksanaan mekanisme kegiatan pada studi kasus ini sama seperti


mekanisme kegiatan pada kasus harian yang meliputi : melakukan skrinning gizi,
jika hasil skrinning beresiko maka dilanjutkan dengan melakukan PAGT yang di
awali dengan pengkajian assesmen (antropometri, data laboraturium, klinis/fisik,
riwayat gizi, dan riwayat individu); menegakkan diagnnosis gizi berdasarkan
masalah yang ditemukan pada data assesmen; selanjutnya menetapkan intervensi
gizi yang meliputi jenis diet yang diberikan, tujuan pemberian diet, prinsip/syarat
diet, serta perhitungan kebutuhan gizi pasien dan memberikan edukasi gizi terkait
kondisi pasien dengan alat bantu edukasi seperti leaflet dan grafik pertumbuhan
pada anak waktu kegiatan edukasi berlangsung ±10 menit.

Monitoring dilakukan untuk melihat tingkat keberhasilan intervensi yang


telah diberikan kepada pasien. Jika intervensi belum berhasil, maka dilakukan
evaluasi terhadap intervensi yang diberikan.

Kegiatan monitoring yang dilakukan yaitu memonitor asupan makan dan


fisik/klinis. Pemantauan asupan makan pasien dilakukan dengan cara menimbang
sisa makan pasien setiap waktu atau dengan melakukan recall makanan 1 x 24
jam. Selanjutnya hasil asupan makan pasien dibandingkan dengan kebutuhan gizi
pasien untuk menentukan persentase asupan makan pasien. Kegiatan ini bertujuan
untuk memantau perkembangan pasien selama intervensi dan apabila diperlukan
adanya perubahan diet atau perubahan bentuk makan sesuai kondisi pasien.

Selain asupan makan, juga dilakukan monitoring terhadap fisik/kllinis


pasien. Pengamatan klinis dilakukan dengan melihat hasil rekam medik pasien
sedangkan untuk pengamatan fisik dilakukan secara langsung dengan melihat
secara langsung kondisi pasien. Perbedaan pelaksanaan terletak pada monitoring
dan evaluasi yang dilakukan (follow up) selama tiga har berturut -turut.
B. Rekapitulasi Kegiatan Proporsi Jenis Kelamin dan Penyakit

Berdasarkan hasil kegiatan asuhan gizi studi kasus didapatkan setiap mahasiswa memiliki 2 kasus. Berikut hasil rekapitulasi studi kasus :

Tabel 3. . Rekapitulasi Kegiatan Asuhan Gizi Studi Kasus pada Pasien Rawat Inap

1. Annisa Afriyanda
Nama Jenis Diagnosis Medis Ruangan Responde Tanggal Materi Konsul Nama Pembimbing
Kelamin n Konsul
Ny. R Perempuan Hipertensi, Mawar Dewasa 19/02/20 Tentang pemilihan Vera Susanti, Amd,
Impending bahan makanan yang Gz
Eklampsia tinggi zat besi dan
hindari makanan
tinggi natrium,
merangsang dan
manis.
Ny. N Perempuan Mioma Uteri, Mawar Dewasa 21/02/20 Bahan Makanan Vera Susanti, Amd,
Abdominal Paint tinggi zat besi dan Gz
dan anemia pola makan teratur
serta isi piringku

2. Dian Agusti Ramadhani


Jenis Responde Tanggal
Nama Diagnosis Medis Ruangan Materi Konsul Nama Pembimbing
Kelamin n Konsul
An. S Perempuan Pneumonia Teratai Anak 15/02/20 Diet TKTP, bentuk Tria Marnita, S. Gz
Internis makanan lunak
Tn. R Laki-laki Pra Laparatomi + Teratai Dewasa 20/02/20 Diet TKTP, bentuk Jumariah, Amd
Kultum Stoma Bedah makanan lunak

3. Feby Diana
Jenis Diagnosis Tanggal
Nama Ruangan Responden Materi Konsul Nama Pembimbing
Kelamin Medis Konsul
Diet lambung III +
Dyspepsia + RG, bentuk makanan, Catarina Oni, Amd.
An. A Perempuan Bougenville Anak 15/02/20
Fatigue pemilihan bahan Gz
makanan
Diet TKTP, pemilihan
bahan makanan dan Catarina Oni, Amd.
An. A Laki-laki ISK + Vomitus Bougenville Anak 15/02/20
pola makan yang baik Gz
dan benar

4. Fitra Madanisyam
Nama Jenis Diagnosa Medis Ruangan Responden Tanggal Materi Konsul Nama Pembimbing
Kelamin Konsul
Ny. R Perempuan Stroke non Teratai Dewasa 17/02/20 Menghindari makanan Tria Marnita, S. Gz
hmoragic Internis tinggi indeks glikemik
dan tinggi natrium
Ny. A Perempuan Astherosclerotic Teratai Dewasa 17/02/20 Menghindari makanan Tria Marnita, S. Gz
heart disease, Internis tinggi indeks glikemik,
CHF tinggi natrium, daging
sapi dan ayam yang
berlemak, buah yang
bergas.
5. Qatrunnada Jasmin
Jenis Tanggal Materi Konsul
Nama Diagnosis Medis Ruangan Responden Nama Pembimbing
Kelamin Konsul
Ny. N Perempuan Ca Ovarium, Mawar Dewasa 18/02/20 Tentang pemilihan Vera Susanti, Amd,
leukopenia bahan makanan yang Gz
tinggi zat besi dan
hindari makanan
tinggi natrium,
merangsang dan
manis.
Ny. S Perempuan Janin IUFD Mawar Dewasa 20/02/20 Bahan Makanan tinggi Vera Susanti, Amd,
zat besi dan pola Gz
makan teratur serta isi
piringku

6. Resvita Nurben Putri


Jenis Tanggal Materi Konsul Nama
Nama Diagnosis Medis Ruangan Responden
Kelamin Konsul Pembimbing
Ny. I Perempuan Post Crauniotomy Teratai Dewasa 18/02/20 Diet Pasca Operasi, Jumariah, Amd
Bedah betuk makanan
Ny. O Perempuan Post op subtotal Teratai Dewasa 18/02/20 Diet TKTP, bentuk Jumariah, Amd
tiriddektomy Bedah makanan

7. Rizka Safitri
Nama Jenis Diagnosa medis Ruangan Responden Tanggal Materi konsul Nama
kelamin konsul Pemimbing
An. A Perempuan Bronchopneumonia Bougenville Anak 15/02/2 Diet TKTP, bentuk Catarina Oni
0 makanan saring, Purnamasari,
pemberian makan AMd. Gz
dalam porsi kecil tapi
sering
An. J Perempuan Fever H 3 Susp Bougenville Anak 17/02/2 Diet TKTP, bentuk Catarina Oni
Bronchopneumonia 0 makanan lunak, Purnamasari,
pemilihan bahan AMd. Gz
makanan yang bergizi
untuk pasien
Berdasarkan hasil kegiatan asuhan gizi studi kasus dilakukan mulai tanggal
dari tanggal 17 Februari 2020 sampai dengan 25 Februari 2020 untuk pencarian
kasus besar dan kasus dilaksanakan selama 3 hari. Berikut proporsi jenis kelamin
pasien studi kasus besar sebagai berikut ini.

3. Proporsi Jenis Kelamin pada Pasien Rawat Inap Dewasa

Jenis Kelamin
laki- laki perempuan

14%

86%

Didapatkan persentase jenis kelamin laki-laki pada pasien studi kasus yaitu
sebesar 86% dan perempuan sebesar 14%. Hal ini menunjukkan bahwa pasien
perempuan lebuh banyak dari pada pasien lagi. Pada kegiatan studi kasus jenis
penyakit yang didapakan oleh mahasiwa berbeda-beda sesuai dengan ruangan
yang didapatkan.

3.2 Penyuluhan

3.2.1 Penyuluhan Produksi


Penyuluhan gizi terkait penatalaksanaan pengolahan makanan rumah sakit yang
dilaksanakan di Instalasi Gizi RSBP Batam pada hari Rabu tanggal 26 Februari
2020 di ruangan Instalasi Gizi RSBP Batam dengan topik standar makanan,
standar porsi, penggunaan alat perlindungan diri dan FIFO. Penyuluhan di adakan
dengan tujuan perbaikan pelayanan makanan di RSBP Batam.

Penyuluhan dilakukan selama kurang lebih ±1jam, dimulai dari jam 13.00
– 14.00 Wib dengan 2 sesi. Sesi pertama adalah pemberian materi terkait topik
penyuluhan, untuk sesi kedua adalah sesi tanya jawab antara pemateri dan audien.
Peserta penyuluhan merupakan tenaga ahli gizi dan tenaga ruangan produksi serta
distribusi Instalasi Gizi RSBP Batam.

Daya terima audien terhadap materi yang diberikan cukup baik di tandai
dengan antusiasnya pertanyaan audien terhadap pemateri terkait materi yang di
beri. Penyuluhan yang dilakukan selama kurang lebih 1 jam di awali dengan
pemberian materi terkait standar makanan Rumah Sakit, materi ini diberikan
dengan tujuan adanya pemahaman konsep tentang bagaimana makanan-makanan
di rumah sakit terkait kondisi pasien. Begitu juga dengan pemberian materi terkait
standar porsi dengan tujuan pemberian makanan sesuai dengan kebutuhan serta
diet pasien.

Untuk materi APD dan FIFO diberikan untuk meningkatkan kesadaran


petugas ruang produksi tentang bagaimana pentingnya menjaga keselamatan
selama bekerja serta meningkatkan kepatuhan petugas dalam menggunakan APD
untuk mengurangi resiko kecelakaan saat bekerja. Sementara untuk materi FIFO
( first in first out) di berikan terkait ketidakpatuhan pekerja saat mengambil
barang dari Gudang keirng. Pemberian materi bertujuan agar meningkatnya
kesadaran para pekerja tentang bagaimana pentingnya menerapkan system FIFO
agar dapat menggunakan bahan makanan dengan bijak serta dapat menekan
anggaran instalasi gizi.

3.2.2 Penyuluhan Rawat Inap


Penyuluhan mengenai variasi makanan

Penyuluhan gizi terkait variasi makanan yang dilaksanakan di ruang rawat


inap bougenville/anak RSBP Batam pada hari kamis tanggal 27 Februari 2020 di
ruangan Instalasi Gizi RSBP Batam dengan topik variasi makanan untuk anak.
Penyuluhan di adakan dengan tujuan perbaikan pola makan anak yang susah
makan atau tidak menyukai makanan tertentu.

Penyuluhan dilakukan selama kurang lebih ±1jam, dimulai dari jam 08.30
– 09.30 Wib dengan 2 sesi. Sesi pertama adalah pemberian materi terkait topik
penyuluhan, untuk sesi kedua adalah sesi tanya jawab antara pemateri dan audien.
Peserta penyuluhan merupakan orang tua dari pasien anak.

Daya terima audien terhadap materi yang diberikan cukup baik di tandai
dengan antusiasnya pertanyaan audien terhadap pemateri terkait materi yang di
beri. Penyuluhan yang dilakukan selama kurang lebih 1 jam di awali dengan
pemberian materi terkait anak susah makan dah faktor yang mempengaruhinya.

Untuk materi variasi makanan diberikan untuk meningkatkan motivasi dan


kreativitas orang tua dalam pemberian makan anak. Pemberian materi bertujuan
agar meningkatnya pengetahuan orang tua tentang variasi makanan.

3.3 Kesesuaian MAGK


Pelayanan gizi pada pasien rawat inap merupakan serangkaian kegiatan
berkesinambungan dimulai dari proses skrining gizi, pengkajian gizi, diangnosis
gizi, intervensi gizi. Memberikan pelayanan gizi kepada pasien rawat inap agar
memperoleh asupan makanan yang sesuai kondisi kesehatannya dalam upaya
mempercepat proses penyembuhan, mempertahankan dan meningkatkan status
gizi.

Dalam alur pelaksanaan pelayanan gizi klinik di RSBP Batam sudah


sesuai dengan standar pelayanan gizi klinik (PGRS 2013). Tahapan awal
pelayanan gizi rawat inap yang dilakukan adalah skrining gizi oleh perawat
ruangan. Instrumen skrining gizi yang digunakan unutk pasien dewasa adalah
metode Malnutrition Skrining Tools (MST) dengan hasil skor maksimum dari
MST adalah 7, dengan nilai 2 berarti pasien berisiko malnutrisi, sedangkan untuk
skor 0-1 menunjukkan pasien tidak berisiko untuk malnutrisi dan skrining gizi
untuk anak yang digunakan adalah strong kid dengan skor >1 beresiko dalam
waktu 1x24 jam setelah pasien masuk rumah sakit.

Hasil skrining yang ditetapkan oleh perawat diperiksa kembali oleh ahli
gizi dengan melihat sesuai dengan kondisi pasien. Bila hasil skrining gizi
menunjukkan pasien baru berisiko malnutrisi, maka dilakukan pengkajian atau
assesmen gizi dan dilanjutkan dengan langkah langkah proses asuhan gizi
terstandar oleh ahli gizi, kemudian untuk pasien baru yang risiko malnutrisi
rendah tetap dilakukan proses asuhan gizi terstandar oleh tenaga gizi tetapi tidak
terlalu mendalam seperti untuk pasien dengan hasil skrining yang menunjukkan
risiko malnutrisi sedang dan tinggi. Pasien dengan status gizi baik atau tidak
berisiko malnutrisi tidak dilakukan proses pengkajian gizi.

Dalam implementasinya di RSBP Batam untuk pasien yang tidak beresiko


makan tidak dilakukan skrining ulang selama 1 minggu, ahli gizi setiap hari nya
hanya berfokus dengan pasien baru. Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT) oleh
ahli gizi dilaksanakan secara berurutan dimulai dari langkah Assessment,
Diagnosis, Intervensi, Monitoring, Evaluasi gizi (ADIME).

Ahli gizi melakukan assessment dengan melihat rekam medik pasien


terlebih dahulu kemudian mengunjungi pasien untuk menanyakan riwayat gizi
pasien dan melakukan edukasi terkait gizi kepada pasien, lalu menegakkan
diagnosis serta merencanakan intervensi dan ahli gizi melakukan pengisian CPPT
di rekam medik pasien.

Setelah formulir asuhan gizi yang terlah terisi dimasukkan kedalam rekam
medik sebagai dokumentasi rekam medik yang bertujuan sebagai sarana
komunikasi dan informasi asuhan gizi dengan Professional Pemberi Asuhan
(PPA) lainnya serta menjamin keamanan dan kualitas asuhan gizi yang dilakukan.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan

1. Kegiatan asuhan gizi di RSBP Batam pada pasien rawat inap telah
menggunakan metode Formulir NCP yang sesuai dengan pedoman rumah
sakit diawali dengan skrinning yang dilakukan oleh perawat
2. Kegiatan asuhan gizi pada pasien dilakukan di ruang Teratai Internis
(penyakit dalam), Teratai Bedah (bedah), Bougenville (anak) dan Mawar
(wanita dewasa) dengan sasaran sebanyak 8 kasus setiap mahasiswa
3. Mahasiswa sudah melaksanakan kegiatan studi kasus sebanyak 2 pasien
setiap mahasiswa di ruang Teratai Internis (penyakit dalam), Teratai
Bedah (bedah), Bougenville (anak) dan Mawar (wanita dewasa)
4. Mahasiswa sudah memberikan edukasi gizi kepada pasien terkait dengan
permasalahan gizi yang dialami oleh pasien dan sudah melakukan
penyuluhan gizi pada pasien rawat inap di ruang Bougenville dan pada
ruang produksi di RSBP Batam
4.2 Saran

Untuk memecahkan suatu diagnosa pasien sebaiknya ahli gizi diruangan


mengikuti diagnosa yang ada dalam terminologi.

DAFTAR PUSTAKA

Aritonang. 2012. Management Sistem Pelayanan Gizi Sewakelola dan Jasa Boga
di Instalasi Gizi Rumah Sakit. Yogyakarta : Leutika

Kementrian Kesehatan RI. 2013. Pedoman PGRS Pelayanan Gizi Rumah Sakit.
Jakarta : Kementrian Kesehatan.

Lucie, S. 2005. Teknik Penyuluhan dan Pemberdayaan Masyarakat. Bogor :


Ghalia Indonesia

Machfoedz. I, Suryani. E, Sutrisno. S. Pendidikan Kesehatan Bagian dari


Promosi Kesehatan. Yogyakarta : Fitramaya.
Suhardjo. 2003. Berbagi Cara Pendidikan Gizi. Jakarta : Bumi Aksara.

Anda mungkin juga menyukai