(MSPM/ RS)
OLEH:
2017
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
HACCP adalah suatu sistem yang memiliki landasan ilmiah dan yang secara
sistematis mengidentifikasi potensi-potensi bahaya tertentu serta cara-cara pengendaliannya
untuk menjamin keamanan pangan. HACCP juga disebut sebuah alat untuk memperkirakan
potensi bahaya dan menentukan sistem pengendalian yang berfokus pada pencegahan
terjadinya bahaya dan bukannya sistem yang semata-mata bergantung pada pengujian produk
akhir tetapi penerapannya dipandu oleh bukti-bukti ilmiah tentang resiko terhadap kesehatan
manusia (Codex Alimentarius Commission dalam European Committee for Standardization:
2004)
CCP (Critical Control Point) adalah langkah dimana pengendalian dapat diterapkan
dan diperlukan untuk mencegah atau menghilangkan bahaya atau menguranginya sampai titik
aman (Bryan, 1995). Titik pengendalian kritis dapat berupa bahan mentah, lokasi, prosedur
atau pengolahan dimana pengendalian dapat diterapkan untuk mencegah atau mengurangi
bahaya. Ada dua titik pengendalian kritis:
a. Titik pengendalian kritis 1 CCP-1): sebagai titik dimana bahaya dapat dihilangkan.
b. Titik pengendalian kritis 2 (CCP-2): sebagai titik dimana bahaya dapat dikurangi.
HACCP adalah suatu sistem jaminan mutu yang berdasarkan kepada kesadaran bahwa
hazard (bahaya) dapat timbul pada berbagai titik atau tahap produksi tertentu, tetapi dapat
dilakukan pengendalian untuk mengontrol bahaya tersebut. Kunci utama HACCP adalah
antisipasi dan identifikasi titik pengawasan yang mengutamakan kepada tindakan
pencegahan.
Sistem HACCP bukan merupakan system jaminan kemanan pangan yang tanpa resiko
tetapi dirancang untuk meminimalkan resiko bahaya keamanan pangan. Sistem HACCP juga
dianggap sebagai alat manajemen yang digunakan untuk memproteksi rantai pasokan pangan
dan proses produksi terhadap kontaminasi bahaya-bahaya mikrobiologis, kimia dan fisik.
Hazard analysis adalah analisis bahaya atau kemungkinan adanya resiko bahaya yang
tidak dapat diterima. Bahaya adalah segala macam aspek mata rantai produksi pangan yang
tidak dapat diterima karena merupakan penyebab masalah keamanan pangan. Bahaya tersebut
meliputi:
1. Keberadaan yang tidak dikehendaki dari pencemar biologis, kimiawi, atau fisik pada
bahan mentah.
2. Pertumbuhan atau kelangsungan hidup mikroorganisme dan hasil perubahan kimiawi
yang tidak dikehendaki.
3. Kontaminasi ulang (cross contamination) pada produk pada lingkungan produksi.
1. Menentukan titik pegendalian kritis (Critical Control Point)
Suatu titik, tahap atau prosedur dimana bahaya yang berhubungan dengan pangan
dapat dicegah, dieliminasi, atau dikurangi hingga ke titik yang dapat diterima
(diperbolehkan atau titik aman)
2. Menentukan batas kritis
Kriteria yang memisahkan sesuatu yang bisa diterima dengan yang tidak bisa
diterima. Pada setiap titik pengendalian kritis, harus dibuat batas kritis dan
kemudian dilakukan validasi. Kriteria yang umum digunakan dalam menentukan
batas kritis HACCP pangan adalah suhu, ph, waktu, tingkat kelembaban, Aw,
ketersediaan klorin, dan parameter fisik seperti tampilan visual dan tekstur.
3. Membuat suatu system pemantauan (monitoring CCP)
Suatu sistem pemantauan (observasi) urutan, operasi dan pengukuran selama
terjadi aliran makanan. Hal ini termasuk sistem pelacakan operasi dan penentuan
control mana yang mengalami perubahan ketika terjadi penyimpangan. Biasanya,
pemantauan harus menggunakan catatan tertulis.
4. Melakukan tindakan korektif apabila pemantauan mengindikasikan adanya
CCP yang tidak berada di bawah control
Tindakan korektif spesifik yang diberlakukan pada setiap CCP dalam sistem
HACCP untuk menangani penyimpangan yang terjadi. Tindakan korektif tersebut
harus mampu mengendalikan membawa CCP kembali dibawah kendali dan hal ini
termasuk pembuangan produk yang mengalami penyimpangan secara tepat.
Menetapkan prosedur verifikasi untuk mengkonfirmasi bahwa sistem HACCP
bekerja secara efektif. Prosedur verifikasi yang dilakukan dapat mencakup
penyimpangan dan pengaturan produk, konfirmasi CCP yyang berada dalam
pengendalian, serta melakukan pemeriksaan metode, prosedur, dan uji.
2. Bawang merah Segar, tidak busuk, dan bertunas bersih dari kulit
3. Bawang putih Segar, tidak busuk dan bertunas bersih dari kulit
BAB III
METODE PENELITIAN
3 Penerimaan bawang F Tanah, debu, dan Tanah yang Tidak ada M(2) L(1) L(2) TS Pengecekan spesifikasi
putih serangga menempel
M Kapang, jamur Penyimpanan Tidak ada M(2) L(1) L(2) TS SOP penyimpanan
4 Penerimaan kunyit, F - - - - - - -
M Kapang, jamur Tanah yang Tidak ada M(2) L(1) L(2) TS SOP penyimpanan
jahe, lengkuas,
menempel
ketumbar dan kemiri
5 Penerimaan daun F Daun busuk Umur pasca Tidak busuk (M(2) L(1) L(2) TS Pengecekan spesifikasi
sereh (menghitam) panen terlalu
lama
6 Perebusan telur ayam M E-Colli Bahan makanan <3/gr M(2) L(1) L(2) TS Suhu dan waktu perebusan
Salmonella sp dan air Negatif/25g
APM koliform 50/g
Staphylococcus Negatif/g
aureus
7 Penyimpanan telur M Salmonella sp Tercemar dari Negatif/25gr H(1) H(3) M(9)S SOP Penyimpanan
ayam APM Koliform lingkungan 50/gr
Staphylococcus Negatif/gr
aureus
8 Perebusan dengan M E-Colli Bahan makanan <3/gr H(1) H(3) M(9)S Suhu dan waktu perebusan
dan air
bumbu Salmonella sp Negatif/25g
APM koliform 50/g
Staphylococcus Negatif/g
aureus
9 Holding time M Salmonella sp Tercemar dari Negatif/g H(1) H(3) M(9)S Waktu holding time
lingkungan maksimal 1 jam dan
S. aureus Negatif/25
(udara luar, makanan ditutup dengan
APM Koliform jendela yang 10/g plastik wrapping
terbuka)
10 Pemorsian/ distribusi M E-Colli Penjamah Negatif L(1) L(3) TS(1) SOP penggunaan APD
makanan
Prosedur
Kategori Tindakan Koreksi Tindakan Dokumentasi
CCP Bahaya Batas Kritis Pemantauan (4W + Verifikasi
Bahaya pengendalian Langsung Koreksi dan record
1H)
Perebusan M E-Colli Suhu dan >100⁰C What : suhu dan Suhu di Menunggu Mengukur Form
telur waktu (mendidih/ waktu sesuaikan hingga waktu rekaman CCP
Salmonella sp
timbul Where : ruang dengan mendidih/ menggunakan perebusan
APM koliform gelembung) 45- pengolahan batas kritis timbul jam
60 menit When : setiap gelembung
Staphylococcus
pengolahan
aureus Who : pengolah
makanan
How : observasi
suhu dan
waktu
perebusan
M Salmonella sp Tidak boleh Waktu < 1 jam What : waktu Jika holding Segera Mengukur Form
S. aureus dibiarkan > 1 holding time time >1 jam melakukan waktu rekaman
APM Koliform jam Where : ruang pemorsian menggunakan pemantauan
pemorsian jika holding jam holding time
When : setiap hari time >1 jam burger daging
waktu
produksi
Who : pengolah
makanan
How : mengukur
waktu
menggunaka
n jam
Pemorsian M S. aureus Pemorsian Waktu < 1 jam What : waktu Pemorsian Menghimbau Mengukur Form
APM Koliform tidak boleh pemorsian terlambat > pemorsi untuk waktu rekaman
E-Colli berlangsung > Where : ruang 1 jam mempercepat menggunakan pemantauan
1 jam pemorsian proses jam pemorsian
When : setiap hari pemorsian tumis tempe
waktu jika waktu
produksi pemorsian > 1
Who : pemorsi jam
How : mengukur
waktu
menggunaka
n jam
Tujuan : Tujuan prosedur ini adalah mematangkan telur ayam dan bahan
lain sehingga dihasilkan telur bumbu kuning yang sesuai standar
resep
Tetap
Tujuan : Tujuan prosedur ini adalah untuk menjaga makanan tetap dalam
suhu aman sebelum makanan didistribusikan
Tetap
BAB VI
PENUTUP
Kesimpulan
1) Pembagian tim HACCP di PT Prima Citra Nutrindo Surabaya terdiri 4 orang.
2) Telur bumbu kuning adalah produk makanan dengan bahan telur ayam dengan bumbu
antara lain : bawang merah, bawang putih, kunyit, jahe lengkuas, daun sereh, kemiri
dan garam. Telur ayam bumbu kuning diberikan untuk pasien kelas I, II, III dan VIP
yang mendapat diet nasi biasa, nasi tim, dan bubur kasar.
3) Pada proses identifikasi dan analisis bahaya terdapat 10 proses yang perlu di
identifikasi bahayanya. Bahaya yang teridentifikasi berupa bahaya fisik, kimia dan
mikrobiologi. Terdapat 2 proses yang memiliki tingkat resiko dan keparahan yang
tinggi yaitu salmonella dan E. colli. Salmonella pada penerimaan telur ayam dan
serta E. coli pada pada waktu pemorsian.
4) Tahapan proses yang di tetapkan sebagai CCP adalah pada proses holding time dan
yang terdapat salmonella dan bakteri E.colli jika waktu pemorsian alat makan masih
basah dan tidak sepenuhnya kering.
5) Tindakan monitoring yang perlu dilakukan pada proses holding time adalah waktu
yang tidak boleh >1 jam selama proses holding time mulai dari pendinginan waktu
selesai perebusan hingga pada saat pemorsian dan alat makan yang dipakai harus
kering dan bersih.
6) Standar operasional prosedur yang perlu di terapkan pada proses holding time
maupun pemorsian
Saran
1) Perlu ditingkatkan pengawasan pada pengolahan telur bumbu kuning selama waktu
holding time dan pemorsian.
2) Pengawasan lebih di tingkatkan terhadap hygiene dan sanitasi penjamah atau tenaga
pengolah, untuk menggunakan APD lengkap dan lingkungan produksi
DAFTAR PUSTAKA
Lakshmi Puspita, Widyana dkk . 2010 . Penerapan Hazard Analysis Critical Control Point
(HACCP) terhadap penurunan bahaya mikrobiologis pada makanan khusus anak berbasis hewani
di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soedarso Pontianak. Jurnal gizi klinik Indonesia
Kementerian kesehatan RI. 2013 Pedoman PGRS Pelayanan Gizi Rumah sakit. Jakarta :
Kementerian Kesehatan RI
Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia 2009. Penetapan Batas
Maksimum Cemaran Mikroba Dan Kimia Dalam Makanan : Jakarta