Anda di halaman 1dari 9

e-journal Boga, Volume 5, No.

3, Edisi Yudisium Periode September 2016, Hal 27-35

MANAJEMEN PENYELENGGARAAN MAKANAN DI ASRAMA TNI AL KOBANGDIKAL


SURABAYA

Moch. Muchlas Kurniawan


Program Studi S-1 Pendidikan Tata Boga, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Surabaya
muchlas.kurniawan@yahoo.co.id

Luthfiyah Nurlaela
Dosen Program Studi S-1 Pendidikan Tata Boga, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Surabaya
Luthfiyahn@yahoo.com

Abstrak
Penyelenggaraan makanan institusi dapat dijadikan sarana untuk meningkatkan keadaan gizi
warganya bila memenuhi prinsip-prinsip dasar penyelenggaraan makanan institusi. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui penyelenggaraan makanan dan respon prajurit terkait dengan menu makanan
yang disediakan di asrama TNI AL Kobangdikal Surabaya. Fungsi manajemen penyelenggaraan makanan
yang dilihat dalam penelitian ini adalah perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, penyajian, dan
pengawasan, sedangkan untuk respon prajurit yang dilihat adalah penyajian makanan, pelayanan pegawai
dan daya terima konsumen.
Jenis penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian ini dilakukan di Kobangdikal Surabaya. Metode
yang digunakan adalah wawancara, observasi, kuesioner, dan dokumentasi. Subyek penelitian ini terdiri
dari kepala dapur, 5 orang staf dapur, 15 orang prajurit TNI AL. Analisis data penyelenggaraan makanan
melalui tahap reduksi data, memaparkan dan penarikan kesimpulan.
Penyelenggaraan makanan di asrama TNI AL Kobangdikal Surabaya sudah sesuai dengan
perencanaan dan prosedur pengawasan. Pada proses penggorganisasian tenaga kerja masih kurang sesuai,
karena belum adanya pembagian jadwal secara tertulis sehingga dapat membingungkan anggota satuan
markas (SATMA) yang bekerja di dapur. Laporan jumlah siswa yang berada di Pusat pendidikan
(PUSDIK) sering sekali tidak tepat dan berubah, sehingga dapat mempengaruhi jumlah porsi yang akan
disediakan dalam proses pelaksanaan.

Kata Kunci: Penyelenggaraan Makanan, Manajemen Makanan

Abstract

Food implementation of institutional can be used as a way to improve the nutrition status of the
citizens, if they fulfill the basic principles of food implementation of institutional. This study aims to
determine the organization of the food and the response of soldiers about menu in Kobangdikal Navy
Base of Surabaya. The function of the management of food that was seen in this study are planning,
organizing, implementing, presentation and supervision, while for the response of soldiers are food
serving, employee service and consumer acceptance.
This research is descriptive qualitative. This research was conducted in Kobangdikal of Surabaya.
The method used are interview, observation, questionnaire, and documentation. The subjects involved
were head of the kitchen, 5 people the kitchen staffs, 15 Navy soldiers. Data analysis are using data
reduction, presenting and conclusion.
Food implementation in Kobangdikal Navy Base of Surabaya are in accordance to the planning and
monitoring procedures. In the process of labor organizing still less appropriate, because there were no
division of schedule in a text, so it makes confuse the members of unit headquarters (SATMA) who
working in the kitchen. Report the number of students who are in the education center (Pusdik) often
imprecise and changing, so it can affects the amount of the portion to be provided in the implementation
processes.

Keywords: Food Implementation, Food Management

27
e-journal Boga, Volume 5, No. 3, Edisi Yudisium Periode September 2016, Hal 27-35

asrama TNI AL Kobangdikal Surabaya antara


PENDAHULUAN perencanaan dengan pelaksanaan. Pada saat proses
Penyelenggaraan makanan merupakan suatu pelaksanaan sering sekali tidak sesuai dengan
keharusan dalam rangka memenuhi asupan gizi setiap perencanaan menu yang telah disusun, hal ini
hari. Menurut Almatsier (2002) konsumsi pangan yang dikarenakan ketersedian bahan yang tidak terdapat
mengandung cukup energi dan zat gizi yang dibutuhkan dipasar. Pemberian daftar belanja kepada rekanan yang
tubuh akan berpengaruh terhadap status gizi seseorang. terlambat berpengaruh pada saat pembelanjaan dengan
Penyelenggaraan makanan bagi sekelompok konsumen waktu yang terbatas sehingga bahan terkadang sulit
yang bukan merupakan satu keluarga, tetapi merupakan didapat di pasar dalam jumlah banyak. Permasalahan
satu kesatuan dikenal dengan istilah penyelenggaraan tersebut membuat rekanan harus mengganti atau
makanan institusi (Moehji, 1992). Sifat penyelengaraan menyediakan bahan makanan yang tidak tersedia.
makanan dapat dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu Berdasarkan fakta tersebut fungsi manajemen
penyelenggaraan makanan yang bersifat komersial dan penyelenggaraan makanan di kobangdikal Surabaya
non komersial (Moehyi, 1992). Penyelenggaraan masih belum berjalan dengan baik.
makanan yang dilakukan oleh pihak institusi itu sendiri, Manajemen penyelenggaraan makanan yang baik
dikenal sebagai swakelola. Kegiatan penyelenggaraan dimulai dari proses perencanaan, pengorganisasian,
makan dapat dilakukan oleh pihak lain, dengan pelaksanaan, penyajian, dan pengawasan yang berjalan
memanfaatkan jasa catering atau jasa boga (Depkes, secara berurutan. Jika semua proses tersebut
2007). dilaksanakan dengan baik maka akan menghasilkan
Komando Pengembangan dan Pendidikan makanan yang berkualitas dan sesuai dengan
Angkatan Laut atau disingkat Kobangdikal merupakan kebutuhan. Berdasarkan hasil observasi, makanan yang
salah satu institusi yang menyelenggarakan pendidikan harus disediakan di asrama kobangdikal setiap harinya
militer. Dalam memenuhi kebutuhan gizi prajuritnya, jumlahnya ratusan sampai ribuan porsi dalam setiap
kobangdikal menyelenggarakan makanan bagi tamtama kali makan. Kegiatan penyelenggaraan makanan di
dan bintara yang tinggal di asrama/barak. asrama kobangdikal dengan jumlah besar perlu
Penyelenggaraan makanan di kobangdikal dikelola oleh mendapat perhatian karena banyaknya penyimpangan
satuan bekal (Satbek) dan dapur satuan markas (Satma). tentang manajemen penyelenggaraan makanan sehingga
Masukan gizi yang cukup kuantitas dan kualitasnya, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang
diperlukan untuk pembangunan, baik fisik maupun manajemen penyelenggaraan makanan di asrama TNI
mental (Depkes, 1991). AL Kobangdikal Surabaya.
Ketersediaan gizi yang cukup belum tentu
menggambarkan asupan energi dan zat gizi yang METODE
memadai. Hal ini dipengaruhi oleh daya terima Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif
makanan selama di asrama itu sendiri apakah menyukai kualitatif yaitu penelitian dan pemahaman berdasarkan
menu makanan yang disajikan atau tidak. Daya terima pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena
makanan dapat dilihat dari jumlah makanan yang sosial manusia, pada pendekatan ini penelitian
dihabiskan. Daya terima terhadap makanan membuat suatu gambaran kompleks, meneliti kata-kata,
menunjukkan hasil penilaian seseorang terhadap menu laporan terperinci dari pandangan responden, dan
makanan. Manajemen penyelenggaraan makanan melakukan studi pada situasi yang alami (Creswell
berfungsi sebagai sistem dengan tujuan untuk dalam Yuliana, 2013).
menghasilkan makanan yang berkualitas baik (Mukrie Penelitian dilakukan di asrama TNI AL
dkk, 1990). Kobangdikal, Bumimoro, Krembangan, Surabaya,
Menurut George Terry dalam Sumitro (2009) selama bulan februari 2015 – agustus 2015 dimulai dari
fungsi manajemen meliputi proses perencanaan, observasi awal hingga pengambilan data. Subyek
pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan.
Fungsi perencanaan meliputi perencanaan menu, penelitian ini terdiri dari kepala dapur, 5 orang staf
perencanaan kebutuhan bahan, perencanaan alat, dapur, 15 orang prajurit TNI AL.
perencanaan anggaran biaya, dan perencanaan tenaga Metode pengumpulan data penelitian ini
kerja. Fungsi pengorganisasian meliputi menggunakan metode wawancara, observasi, kuesioner,
pengorganisasian tenaga kerja dan pengorganisasian dan dokumentasi.
bahan. Fungsi pelaksanaan meliputi pembelanjaan, 1. Wawancara
penerimaan, penyimpanan, pengolahan, Pedoman wawancara dibuat dalam bentuk tulisan
pendistribusian, dan penyajian. Fungsi pengawasan yang dipegang oleh peneliti dan digunakan sebagai
meliputi pengawasan makanan, pegawai, biaya, sanitasi acuan saat melakukan wawancara. Lembar
lingkungan dan personal hygiene. Apabila manajemen wawancara dalam penelitian ini berisi sejumlah
pengelolaan gizi institusi baik maka makanan yang pertanyaan tentang penyelenggaraan makanan di
tersedia bagi seseorang atau sekelompok orang dapat unit dapur kobangdikal surabaya
tercukupi dengan baik pula (Setyowati, 2008). 2. Observasi
Saat observasi awal penelitian masih ditemukan Lembar observasi adalah alat bantu berupa kisi-kisi
ketidaksesuaian sistem penyelenggaraan makanan di pertanyaan tentang penyelenggaraan makanan di

28
e-journal Boga, Volume 5, No. 3, Edisi Yudisium Periode September 2016, Hal 27-35

unit dapur kobangdikal surabaya. Dibuat dalam bekal (satbek) yang bertugas menyelenggarakan
bentuk tulisan yang dipegang oleh peneliti dan makanan untuk prajurit di kobangdikal. Dalam
digunakan sebagai acuan saat melakukan pelaksanaan penyelenggaraan makanan satbek
observasi/pengamatan tentang sanitasi hygiene di berkoordinasi dengan bagian-bagian lain yaitu pusat
lingkungan dapur. pendidikan (pusdik), pusat koperasi angkatan laut
3. Kuesioner (puskopal) dan dapur satuan markas (dapur satma).
Kuisioner dalam penelitian ini berupa angket yang Pusdik setiap hari melaporkan jumlah kuota prajurit
berisi sejumlah pertanyaan tertutup tentang respon kepada satbek untuk menginformasikan jumlah porsi
terhadap penyelenggaraan makanan di asrama TNI yang harus disediakan. Satbek merencanakan daftar
AL Kobangdikal Surabaya yang meliputi: semua kebutuhan untuk penyelenggaraan makanan
pelaksanaan, penyajian, pelayanan, dan hasil jadi kemudian diserahkan ke pihak puskopal untuk
makanan. dibelanjakan. Puskopal selaku rekanan membelanjakan
4. Dokumentasi semua kebutuhan yang kemudian diserahkan ke dapur
Metode dokumentasi merupakan suatu cara untuk satma untuk diproses.
mendapatkan data melalui catatan atau agenda yang Penyelenggaraan makanan di Kobangdikal
ada. Pengumpulan data dengan metode ini dilakukan Surabaya bertujuan untuk menyediakan makanan bagi
dengan mendokumentasikan data-data yang sudah para prajurit yang bertugas agar memiliki kemampuan
ada. Dokumentasi pendukung dalam penelitian ini dan keahlian untuk berlatih dan bertempur dengan baik,
yaitu mengabadikan data berupa gambar dan foto selain itu dilakukan untuk memenuhi kecukupan asupan
yang digunakan sebagai bahan penunjang serta bukti kalori dan zat gizi para prajurit. Dalam memenuhi
autentik dalam melaksanakan kegiatan penelitian kebutuhan gizi prajuritnya, kobangdikal
Teknik analisa data yang digunakan dalam menyelenggarakan makanan bagi tamtama dan bintara
penelitian ini adalah analisa kualitatif mengikuti konsep yang tinggal di asrama/barak. Penyelenggaraan
yang diberikan Miles dan Huberman (1992), Kegiatan makanan di kobangdikal dikelola oleh satuan bekal
analisisnya dimulai dengan mengumpulkan data (Satbek) dan dapur satuan markas (Satma).
lapangan, mereduksi data, menyajikan data, dan Berdasarkan hasil observasi tentang kondisi
akhirnya menarik kesimpulan/verifikasi. Proses analisis dapur bangunan tidak lembab, mudah dibersihkan.
data dimasukkan sebagai siklus interaktif dapat dilihat Dinding dan lantai tempat penyelenggaraan makanan
pada Gambar berikut:\ terbuat dari bahan keramik berwarna putih, mudah
untuk dibersihkan dan tidak licin. Atap dan langit-langit
Pengumpulan Penyajian Data ruang pengolahan terbuat dari bahan yang kuat, tahan
Data air dan tidak bocor. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Sumitro (2010) langit-langit atau plafon dapur yang
baik hendaknya harus dibuat dari bahan yang tahan
lama, tahan air, dan tidak bocor. Ventilasi terdapat
disetiap sisi dinding. Menurut Sumitro (2010) ventilasi
Reduksi Data Kesimpulan- dan pengatur suhu dalam ruangan pengolahan dapat
kesimpulan penarikan mejamin peredaran udara dengan baik dan dapat
/ verifikasi menghilangkan bahan kontaminasi serta dapat
mengatur suhu ruangan. Kondisi dapur Kobangdikal
perlu diperhatikan lagi dari segi penerangan yang
Gambar 1. Alur analisis data interaktif kualitatif kurang memadai. Menurut Sumitro (2010) Penerangan
Sumber: Miles & Huberman (1992) yang ideal bagi ruang dapur apabila cahaya dapat
didistribusikan ke seluruh medan pandangan, tidak
HASIL DAN PEMBAHASAN menyilaukan mata, dan tidak menimbulkan bayangan
Gambaran Umum sehingga tidak menimbulkan kecelakaan kerja.
Kobangdikal dipimpin oleh seorang komandan
(Dankobangdikal). Dalam mengelola sebuah institusi, Manajemen Penyelenggaraan Makanan
diperlukan suatu manajemen yang dinamis dan 1. Perencanaan
kompetitif agar institusi tersebut dapat mencapai a. Perencanaan menu
tujuannya. Dalam pelaksanaannya Dankobangdikal Perencanaan menu merupakan salah satu
tidak dapat melakukan sendiri sehingga perlu kegiatan dalam penyelenggaraan makanan yang
pendistribusian beberapa tugas pokok kepada beberapa merupakan tolok ukur keberhasilan dan kegagalan
orang tertentu yang dipandang mampu untuk suatu penyelenggaraan makanan. Menurut Mukrie
menangani bidang-bidang yang dimaksud dalam suatu (1990) untuk menghasilkan menu yang baik perlu
departement atau bagian. Dankobangdikal membawahi diperhatikan variasi menu dan kombinasi hidangan
beberapa bagian, salah satunya yaitu detasemen markas untuk menghindari kebosanan karena pemakaian
komando (denmako). Denmako bertugas mengelola jenis bahan makanan atau jenis masakan yang
seluruh kegiatan selama di markas komando. Denmako berulang. Tujuan dari perencanaan menu adalah
membawahi beberapa bagian salah satunya yaitu satuan tersedianya beberapa macam susunan hidangan atau

29
e-journal Boga, Volume 5, No. 3, Edisi Yudisium Periode September 2016, Hal 27-35

menu yang dilengkapi dengan pedoman kebutuhan adalah tersedianya usulan belanja makanan yang
gizi yang seimbang. Dalam penyelenggaraan cukup untuk bahan makanan sesuai dengan
makanan di Kobangdikal perencanaan menu dibuat ketentuan standar gizi (Direktorat BGM, 1990).
setiap tiga bulan sekali. Perencanaan anggaran biaya penyelenggaraan
Kasi makanan bertanggung jawab dalam makanan di Kobangdikal dilakukan oleh kepala
penyusunan menu yang kemudian dikonsultasikan satuan bekal (Kasatbek). Sumber anggaran uang
dan disetujui oleh ahli gizi dari Pusdikes. Siklus lauk pauk siswa berasal dari negara yang dikelola
menu yang digunakan adalah siklus menu 10 hari oleh Puskopal. Puskopal bertugas membelanjakan
ditambah 1 hari (menu XI) untuk tanggal 31, masa semua kebutuhan bahan makanan sesuai
berlakunya siklus menu minimal tiga bulan. Faktor perencanaan yang telah dibuat oleh Satbek. Sumber
yang perlu diperhatikan dalam penyusunan menu anggaran diterima Puskopal setiap tiga bulan sekali.
mencakup kebutuhan gizi, kuota siswa, ukuran atau e. Perencanaan SDM staf dapur
size lauk pauk. Dalam penyusunan menu juga selalu Dalam merencanakan tenaga kerja yang
menerapkan prinsip B2SA (Bergizi, Beragam, bertugas di dapur tidak ada peraturan yang
Seimbang, dan Aman). Penyusunan menu dalam menjelaskan tentang kriteria untuk menjadi staf
penyelenggaraan makanan yang telah dipaparkan dapur, jadi apa yang ada dimaksimalkan oleh kepala
dinilai sudah cukup baik, kerena penyusunan menu dapur. Hal ini kurang sesuai dengan pernyataan
sudah memperhatikan selera, ketersediaan bahan, Gomes (2003) unsur-unsur SDM meliputi
biaya, perubahan menu dan kombinasi masakan. kemampuan (capabilities), nilai-nilai (value),
b. Perencanaan bahan kebutuhan (needs), dan karakteristik demografinya
Perencanaan kebutuhan bahan makanan penduduk. Tenaga kerja yang bertugas didalam
dilakukan setiap hari oleh kasi makanan. dapur terdiri dari 8 orang dari anggota satuan
Perencanaan kebutuhan bahan makanan ini dibuat markas (Satma), dan 5 juru masak honorer. Anggota
berdasarkan menu yang telah disusun, standar Satma yang bertugas di dapur mendapat giliran
makanan dan jumlah klien yang dilayani, termasuk empat hari sekali, jadi tidak ada jadwal tertulis
peserta didik dan pembina sehingga jumlah porsi tentang tenaga kerja yang bertugas di dapur.
yang dihasilkan berdasarkan laporan dari Pusdik. Sedangkan pegawai honorer bertugas di dapur setiap
Daftar belanja kemudian diserahkan ke Puskopal hari.
yang bertugas membelanjakan semua kebutuhan 2. Pengorganisasian
bahan makanan sesuai perencanaan yang telah a. Pengorganisasian tenaga kerja
dibuat oleh Satbek. Hal ini sesuai dengan Berdasarkan hasil wawancara
pernyataaan Depkes (2006) perencanaan kebutuhan penyelenggaraan makanan di unit dapur
bahan makanan merupakan kegiatan penyusunan Kobangdikal, yang bertugas dalam pembagian
kebutuhan bahan makanan yang diperlukan untuk tenaga kerja adalah kepala dapur satuan markas.
pengadaan bahan makanan sesuai dengan menu dan Kepala dapur membagi job description berdasarkan
jumlah porsi hidangan yang akan disajikan. menu yang telah disusun. Pembagian job description
Kegiatan ini bertujuan agar tercapainya usulan terdiri dari proses persiapan, pengolahan hingga
anggaran dan kebutuhan bahan makanan untuk distribusi. Penyelenggaraan makanan di
klien. Kobangdikal tidak ada sistem shif, dimana aktivitas
c. Perencanaan alat yang dilakukan oleh petugas setiap hari dimulai dari
Bagian logistik bertugas merencanakan alat pukul 3 pagi dan berakhir pukul 6 sore dengan
sesuai dengan kebutuhan untuk pengolahan dan waktu istirahat sekitar 2 jam yaitu dari pukul 12.00
penyajian makanan. Anggaran untuk pemeliharaaan WIB sampai pukul 14.00 WIB. Menurut Bartono
alat pengolahan juga disediakan. Inventori alat dan Ruffino (2005) tujuan pengorganisasian tenaga
setiap bulan juga dilakukan untuk mengidentifikasi kerja yaitu: a) menempatkan pekerja sebagai subyek
alat yang hilang atau pecah. Menurut Bartono dan yang bebas bekerja, bebas stress, kreatif dan
Ruffino (2005) menejemen peralatan memiliki inovatif, serta menikmati pekerjaan; b)
tujuan yang spesifik yaitu memperoleh peralatan memperhatikan aspek manusia pekerja dari aspek
yang mendukung produksi secara efektif dan efisien kognitif dan tingkatan skill, serta kecerdasan
memiliki daya dan hasil guna tinggi, terjamin emosional dan kecerdasan; c) memperhatikan aspek
keawetannya serta memiliki masa pakai yang kesejahteraan dalam pengetahuan luas; d) berdasar
panjang dan selalu menyesuaikan dengan kemajuan kondisi tersebut maka tujuan akhirnya adalah
teknologi alat dapur yang setiap tahunnya selalu optimalisasi produk, maksimal seperti laba dan nilai
memunculkan produk-produk baru dengan penjualan, serta hubungan purna jual dengan
kemampuan lebih. pelanggan akan berhasil dengan baik.
d. Perencanaan anggaran biaya b. Pengorganisasian bahan
Perencanaan anggaran biaya merupakan Pengorganisasian bahan makanan dilakukan
serangkaian kegiatan penyusunan biaya yang oleh Kasi makanan. Kasi makanan membuat
diperlukan untuk mengadakan bahan makanan. susunan kebutuhan bahan makanan yang
Tujuan dari perencanaan anggaran belanja makanan dibutuhkan. Susunan kebutuhan bahan makanan

30
e-journal Boga, Volume 5, No. 3, Edisi Yudisium Periode September 2016, Hal 27-35

dibedakan menjadi dua yaitu bahan kering dan


bahan basah. Pengadaan bahan kering dilakukan
setiap seminggu sekali. Sedangkan bahan basah
dilakukan setiap hari. Puskopal selaku rekanan
membelanjakan kebutuhan bahan sesuai dengan
pesanan. Selanjutnya diserahkan kepada tim
penerima barang untuk dicek kembali dan
dilakukan pencatatan. Setelah bahan makanan sudah
diterima oleh tim, selanjutnya diproses menjadi
makanan sesuai menu hari itu oleh anggota dapur.
Hal ini sesuai pernyataan Depkes (2007) yaitu: a)
bahan makanan diperiksa sesuai dengan daftar
pesanan (yang memuat satuan dan jumlah volume)
dan spesifikasi bahan makanan; b) bahan makanan Gambar 2. Proses pelaksanaan
basah langsung didistribusikan ke bagian Proses pengolahan makanan dimulai dari
pengolahan, bahan makanan kering disimpan di penerimaan bahan Berdasarkan data angket yang
gudang/penyimpanan kering. c) bahan makanan telah diisi oleh staf dapur selaku pelaksana, dapat
yang tidak langsung dipergunakan saat itu, dilihat bahwa bahan-bahan yang digunakan melalui
dilakukan penyimpanan di ruang pendingin proses pengecekan 100% responden mengatakan
(freezer/chiller). dilakukan, bahan yang tidak sesuai standar
dikembalikan kepada supplier 80% responden
3. Pelaksanaan
Pada proses pelaksanaan terkadang tidak mengatakan dilakukan dan 20% mengatakan kadang
berjalan sesuai dengan yang direncanakan. Menu dilakukan dikarenakan kebutuhan bahan yang
yang direncanakan sering sekali dapat berubah, banyak sehingga terkadang bahan yang kurang
dikarenakan keterbatasan bahan dan bahan yang memenuhi standar dalam jumlah sedikit masih
dibelanjakan tidak terdapat dipasar. Sehingga dalam dimaklumi. Menurut Depkes (2007) tentang prinsip
pelaksanan menu dapat berulang-ulang, dan tidak dalam penerimaan bahan makanan adalah jumlah
sesuai perencanaan menu yang telah disusun. Hal ini yang diterima harus sesuai dengan yang dipesan,
dapat menimbulkan kebosanan terhadap menu mutu yang diterima harus sesuai dengan spesifikasi
tersebut. Laporan jumlah siswa dari Pusdik juga yang disepakati dalam perjanjian, dan harga bahan
sering sekali berubah, sehingga dapat makanan yang tercantum dalam faktur pembelian
mempengaruhi jumlah porsi yang akan disediakan harus sama dengan harga bahan makanan yang
dalam proses pelaksanaan. tercantum dalam perjanjian jual beli.
Proses pengolahan makanan di dapur Proses pencucian bahan sebelum dipersiapkan
Kobangdikal dilakukan tiga kali dalam sehari, untuk dan diolah 100% responden mengatakan dilakukan,
tiga kali makan yaitu pukul 03.00 – 05.30 WIB hal ini dilakukan untuk menjamin kebersihan bahan
untuk makan pagi, pukul 09.00 – 12.00 WIB untuk makanan sebelum dipersiapkan di area persiapan.
makan siang, untuk makan sore dan persiapan untuk Proses persiapan bahan dilakukan satu hari
makan pagi (untuk keesokan harinya) pukul 14.00 – sebelumnya 20% responden mengatakan dilakukan
17.00 WIB. Makanan yang telah disiapkan untuk dan 80% mengatakan tidak dilakukan, dikarenakan
makan pagi disimpan di lemari khusus kemudian laporan jumlah siswa yang berubah-ubah sehingga
keesokan harinya hanya perlu proses pemasakan dan proses persiapan tidak dilakukan satu hari
diberi bumbu. sebelumnya. Proses persiapan satu hari sebelumnya
Bahan makanan yang diolah masih dalam hanya dilakukan untuk makan pagi saja dan
keadaan segar, tidak layu dan tidak busuk. Hal ini pengolahan sesuai standar operasional 100%
dikarenakan bahan makanan segar seperti daging, responden mengatakan dilakukan.
sayuran dan buah langsung dimasak pada hari Bahan makanan diolah sesuai dengan menu
tersebut tidak ada yang disimpan. Pengolahan dan jumlah siswa atau prajurit. Proses pengolahan
makanan bertujuan untuk mempertahankan nilai gizi makanan dilakukan berdasarkan standar resep yang
makanan, meningkatkan nilai cerna bahan makanan, berisi tentang tahapan dalam dalam pengolahan
menambah aroma, serta membunuh kuman yang suatu menu makanan. Penggunaan standar resep
berbahaya atau menghilangkan racun makanan dalam pengolahan makanan bermanfaat untuk
sehingga terjamin aman untuk dikonsumsi membuat kekonsistenan cita rasa makanan dan
(Mukrie,1990). Pengolahan bahan makanan standar resep juga memudahkan kerja juru masak
dilakukan dengan dua tahapan pengerjaan, yaitu karena adanya petunjuk pengolahan bahan makanan.
persiapan dan pemasakan/pematangan (Mukrie et al. Karena tidak terdapat standar resep pada
1990). penyelenggaraan makanan di Kobangdikal,
pengolahan makanan dilakukan berdasarkan
pengalaman juru masak saja. Setelah makanan siap

31
e-journal Boga, Volume 5, No. 3, Edisi Yudisium Periode September 2016, Hal 27-35

atau matang dilakukan test food penanggung jawab diambil sendiri oleh siswa atau biasa disebut
dapur. penanting, kecuali untuk siswa perwira penyajian
Makanan yang telah diolah didistribusikan dilakukan oleh pelayan mess. Sisa makanan tidak
dengan cara desentralisasi, yaitu membagi makanan diperkenankan untuk diberikan lagi pada waktu
dalam jumlah besar dibagi menjadi porsi-porsi kecil makan selanjutnya. Karena sisa makanan sudah
(Mukrie, 1990). Pendistribusian makanan siswa tidak layak untuk dikonsumsi kembali dan menu
dilakukan oleh perwakilan siswa (penanting) untuk yang berulang pada waktu makan berikutnya dapat
siswa Bintara dan Tamtama, sedangkan untuk siswa menimbulkan kebosanan terhadap menu makanan
Perwira disiapkan oleh pelayan asrama. Penyajian yang dihidangkan.
makanan pada siswa dilakukan tiga kali sehari 4. Pengawasan
dengan satu kali pemberian makanan selingan. Proses pengawasan dilakukan oleh
Jadwal pelajaran cukup padat, maka pemberian penanggung jawab dapur. Pengecekan mulai dari
makanan selingan diberikan bersamaan dengan pengecekan bahan sampai pada proses
makan siang. Penyajian dilakukan di meja makan, pendistribusian makanan. Pengambilan tindakan
dengan makanan yang telah dibagi sesuai jumlah koreksi dilakukan dengan cara penanggung jawab
siswa. Standar porsi ditentukan berdasarkan jumlah dapur langsung mengambil tindakan dengan
siswa yang berada di asrama. membicarakan langsung kepada staf dapur yang
menyimpang dari standar operasional dan langsung
melakukan perbaikan. Wujud pertanggung jawaban
atas penggunaan anggaran biaya penyelenggaran
makanan dilakukan setiap tiga bulan sekali oleh
pihak Puskopal.

Gambar 3. Proses penyajian

Gambar 5. Proses pengawasan

Gambar 4. Proses penyajian

Berdasarkan data angket yang telah diisi oleh


staf dapur tentang proses penyajian, penyajian
makanan dibedakan berdasarkan menunya 100% Gambar 6. Proses pengawasan
dilakukan, dalam proses penyajian menu dibedakan Berdasarkan data angket yang diisi oleh staf
seperti nasi, lauk pauk, dan sayuran disajikan dapur tentang proses pengawasan dapat dilihat
dengan alat hidang yang berbeda. Pemorsian bahwa kepala dapur selalu mengingatkan tentang
makanan sesuai dengan standar porsi 100% standart operasional kepada bawahannya 100%
responden mengatakan dilakukan. Proses pemorsian responden mengatakan dilakukan setiap hari. Kepala
dilakukan sesuai dengan standar porsi yang meliputi dapur melakukan pengecekan terhadap kebersihan
ukuran, size lauk pauk dan jumlah porsi sesuai lingkungan dapur 100% responden mengatakan
dengan laporan jumlah siswa dari pusat pendidikan. dilakukan setiap hari. Menurut Widyawati (2002)
Penyajian makanan prajurit tamtama dan bintara kebersihan lingkungan dapur sangat penting untuk
tidak dilakukan sendiri oleh staf dapur, tetapi menghindari kontaminasi makanan. Kesehatan dan

32
e-journal Boga, Volume 5, No. 3, Edisi Yudisium Periode September 2016, Hal 27-35

kebersihan dapur merupakan kunci keberhasilan dari membuang sisa makanan padat pada saluran
seluruh tugas dalam melaksanakan bidang pembuangan air tersebut.
preparation dan food production. Sebab Fasilitas sanitasi seperti tersedianya toilet
bagaimanapun rapinya organisasi dan teknik bekerja yang bersih dan lengkap dengan sabun. Letak
tanpa didukung oleh perhatian dan pengawasan toilet berada terpisah dengan dapur dan jaraknya
dalam bidang kesehatan dan kebersihan di dapur, cukup dekat. Fasilitas tempat sampah juga
hasilnya kurang memuaskan/tidak memenuhi syarat memadai, letaknya berada di setiap sisi
kesehatan, karena timbul kemungkinan makanan lingkungan dapur dan mudah dijangkau.
makanan yang dihasilkan tidak hygienies dan tidak b. Hygiene personal
saniter. Berdasarkan hasil observasi dapat dilihat
Kepala dapur selalu memberikan informasi seluruh staf dapur sudah mengenakan pakaian
terkait dengan masalah dan kegiatan baru yang akan yang bersih pada saat melakukan proses
dilakukan 60% responden mengatakan dilakukan pengolahan bahan makanan, akan tetapi tidak
dan 40% mengatakan kadang dilakukan dikarenakan menggunakan pakaian dengan warna yang cerah.
terkadang adanya miss komunikasi dalam Pakaian yang mereka gunakan berwarna gelap
penyampaian informasi dan kegiatan baru. Kepala seperti abu-abu, hitam dan coklat dan bermotif.
dapur mengambil tindakan koreksi terhadap Hal ini kurang sesuai dengan pernyataan
pelaksanaan yang menyimpang dari standar 80% Widyawati (2002) pakaian yang berwarna gelap
responden mengatakan dilakukan dan 20% dan bermotif tidak dianjurkan dikenakan pada
mengatakan kadang dilakukan dikarenakan kepala saat menjamah makanan. Hal ini dikarenakan
dapur sering memaklumi apabila dalam pelaksanaan kotoran pada pakaian akan lebih sulit terlihat.
terkadang sedikit menyimpang. Kepala dapur Pakaian penjamah makanan harus selalu bersih
melakukan pengecekan (test food) terhadap hasil dan tidak terdapat kotoran yang menempel di
jadi makanan untuk prajurit sebelum proses permukaan. Apabila tidak ada ketentuan khusus
penyajian 60% responden mengatakan dilakukan untuk pengguna seragam, pakaian sebaiknya
dan 40% mengatakan kadang dilakukan dikarenakan tidak bermotif dan berwarna terang lebih mudah
waktu yang terlalu dekat dengan jam makan terlihat jika terdapat noda di pakaian atau jika
sehingga terkadang terburu-buru tanpa pengecekan pakaian sudah kotor. Pakaian kerja sebaiknya
test food. Kepala dapur melakukan pengecekan dibedakan dari pakaian-pakaian sehari-hari.
terhadap makanan dan alat hidang sebelum Berdasarkan hasil observasi pada
didistribusikan 80% responden mengatakan penyelenggaraan makan mengenai karapian
dilakukan dan 20% mengatakan kadang dilakukan. rambut diketahui bahwa sebagian besar sudah
a. Sanitasi Lingkungan memiliki rambut yang berada dalam keadaan
Berdasarkan hasil observasi kepala dapur rapi dan terikat pada saat pengolahan makanan di
selalu mengingatkan tentang kebersihan dapur. Celemek berfungsi untuk melindungi
lingkungan dapur mulai dari proses persiapan pakaian dari noda kotoran yang berasal dari
hingga proses pendistribusian makanan. Kotoran makanan maupun dari benda lain yang
pada lantai biasanya sisa-sisa bahan makanan mengotori pakaian. Sedangkan penutup kepala
yang jatuh dari meja persiapan seperti potongan- berfungsi menjaga kerapihan rambut, mencegah
potongan sayuran dan bumbu. Sebagian besar kotoran rambut jatuh kedalam makanan dan
staf dapur membersihkan lantai tempat supaya rambut tidak jatuh mengotori makanan.
pengolahan makanan ketika semua aktvitas Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan
proses penyelengaaraan makan selesai. pada penyelenggaraan makan diketahui bahwa
Air menggunakan air PDAM, kondisi air hanya beberapa orang saja yang menggunakan
bersih dan tidak berbau. Saluran pembuangan celemek dan penutup kepala pada saat
ditutup dengan jeruji besi yang dapat di ambil pengolahan bahan makanan.
sewaktu-waktu saat akan dibersihkan. Hal ini Berdasarkan hasil observasi tentang
bertujan agar serangga yang ada di dalam saluran perilaku penjamah makanan seluruh staf dapur
pembuangan tidak naik ke lantai. Disamping itu, melakukan kegiatan mencuci tangan
adanya jeruji besi bertujuan agar bau dan kotoran menggunakan sabun dan air bersih setiap kali
tidak keluar dari saluran. Namun, beberapa staf hendak menangani makanan. Menurut
dapur belum paham tentang pemeliharaan Purnawijayanti (2001) mencuci tangan
saluran tersebut. Sebab, terkadang masih ada sisa merupakan salah satu syarat yang penting untuk
kotoran-kotoran kecil yang tertinggal di bak cuci selalu dilakukan oleh penjamah makanan dalam
lalu mengalir ke saluran pembuangan yang dapat melakukan proses pengolahan makanan. Hal ini
mengakibatkan saluran tersebut tersumbat. dikarenakan tangan yang kotor atau
Saluran pembuangan air di dapur cukup baik terkontaminasi dapat memindahkan bakteri dan
karena saluran pembuangan masih berfungsi virus patogen dari tubuh, facces, atau sumber
dengan baik hanya saja perlu perhatian lain ke makanan. Seluruh staf dapur juga tidak
kesadaran lagi dari staf dapur untuk tidak

33
e-journal Boga, Volume 5, No. 3, Edisi Yudisium Periode September 2016, Hal 27-35

melakukan kegiatan mengorek telinga atau mendapat respon sangat baik. Menurut Soekresno
merokok pada saat bekerja. (2000) untuk mendapatkan makanan yang hygiene
maka peralatan yang digunakan harus memenuhi
Respon Prajurit standar, kebersihan peralatan harus diperhatikan untuk
Hasil data respon prajurit terkait dengan menghindari kontaminasi makanan.
penyelenggaraan makanan di Kobangdikal Surabaya Respon prajurit terhadap pelayanan pegawai di
meliputi penyajian makanan, pelayanan pegawai, serta Kobangdikal Surabaya yang meliputi kebersihan
hasil jadi makanan (daya terima konsumen) diperoleh pegawai yang mengantarkan makanan, kesopanan
dengan mengisi angket yang dilakukan oleh 15 siswa pegawai yang mengantarkan makanan, dan keramahan
prajurit TNI AL yang sedang pendidikan di asrama pegawai yang mengantarkan makanan secara
adalah sebagai berikut: keseluruhan rata-rata mendapat respon sangat baik.
Menurut Mukrie (1990) pelayanan yang baik
merupakan menyediakan dan mengantarkan makanan
dengan cara yang efisien dan dikombinasikan dengan
teknik pelayanan yang cepat, penuh perhatian, dan
sopan. Pelayanan berkaitan erat dengan hubungan antar
manusia. Oleh karena itu pelayanan harus ramah dan
memuaskan.
Respon prajurit terhadap hasil jadi makanan di
Kobangdikal Surabaya yang meliputi variasi menu
makanan, rasa makanan yang dihidangkan, porsi
makanan yang dihidangkan, kebersihan makanan yang
dihidangkan, dan ketepatan waktu makan secara
keseluruhan rata-rata mendapat respon sangat baik.
Gambar 7. Penyajian makanan Daya penerimaan terhadap suatu makanan ditentukan
oleh rangsangan yang ditimbulkan oleh makanan
melalui indera penglihatan, penciuman serta perasa atau
pencecap bahkan mungkin pendengar. Menurut Moehji
(1992) penampilan dan cita rasa makanan mencakup
dua aspek utama yaitu penampilan makanan sewaktu
dihidangkan dan rasa makanan pada saat dimakan.
Penampilan makanan yang menarik meliputi warna,
ukuran, bentuk, dan tingkat kematangan. Sedangkan
cita rasa makanan ditentukan oleh indera pengecap dan
indera penciuman.

PENUTUP
Simpulan
1. Manajemen penyelenggaraan makanan di asrama
Gambar 8. Pelayanan pegawai TNI AL Kobangdikal
a. Proses perencanaan dalam penyelenggaraan
makanan di Kobangdikal Surabaya meliputi
perencanaan menu, perencanaan bahan,
perencanaan alat, dan perencanaan anggaran
biaya sudah terencana. Sedangkan dari segi
perencanaan SDM tenaga kerja masih kurang
terencana, karena belum adanya pembagian
jadwal secara tertulis sehingga dapat
membingungkan anggota satuan markas
(SATMA) yang bekerja di dapur.
b. Proses pengorganisasian pada penyelenggaraan
makanan di Kobangdikal Surabaya dilakukan
oleh kepala dapur. Kepala dapur membagi job
description dan wewenang terhadap setiap
Gambar 9. Daya terima konsumen anggota staf dapur mulai dari proses persiapan
Respon prajurit terhadap penyajian makanan di sampai pendistribusian makanan. Proses
Kobangdikal Surabaya yang meliputi alat yang pengorganasaian bahan sudah sesuai dengan apa
digunakan untuk menyajikan makanan, kesesuaian alat yang dibutuhkan, proses pengadaan bahan kering
makan dengan hidangan yang disajikan, dan kebersihan dan basah sudah dibedakan.
alat makan yang digunakan secara keseluruhan rata-rata

34
e-journal Boga, Volume 5, No. 3, Edisi Yudisium Periode September 2016, Hal 27-35

c. Proses pelaksanaan terkadang tidak berjalan Gomes, Faustino cardoso. (2003). Manajemen
sesuai dengan yang direncanakan. Menu yang Sumber Daya Manusia, Bandung:
direncanakan sering sekali dapat berubah, Remaja Rosdakarya.
dikarenakan keterbatasan bahan dan bahan yang Miles, Matthew B dan Huberman, A. Michael. 1992.
dibelanjakan tidak terdapat dipasar. Laporan Analisis Data Kualitatif. Terjemahan
jumlah siswa dari Pusdik juga sering sekali oleh Tjetjep Rohendi Rohindi. Jakarta:
berubah, sehingga dapat mempengaruhi jumlah UI Press
porsi yang akan disediakan dalam proses Moehji, Sjahmien. 1992. Penyelenggaraan Makanan
pelaksanaan. Institusi dan Jasa Boga. Jakarta:
d. Proses pengawasan dilakukan secara langsung Bharata.
oleh kepala satuan bekal mulai dari pengecekan Mukrie, N.A. 1990. Manajemen Gizi Institusi Dasar.
bahan sampai pendistribusian makanan. Jakarta : Proyek Pembangunan
Penanggung jawab dapur juga mengambil Pendidikan Tenaga Gizi Pusat
tindakan koreksi berupa teguran secara langsung Bekerjasama Dengan Akademi Gizi
apabila ada pelaksanaan yang menyimpang dari Depkes RI.
standar operasional. Mukrie, N. A., dkk. 1990. Manajemen Pelayanan
2. Respon prajurit terhadap penyelenggaraan makanan Gizi Institusi. Jakarta : Dasar Depkes RI.
di Kobangdikal Surabaya yang meliputi penyajian Purnawijayanti, H.A. 2001. Sanitasi Higiene dan
makanan, pelayanan pegawai, serta hasil jadi Keselamatan Kerja Dalam
makanan secara keseluruhan rata – rata mendapat Pengolahan Makanan. Yogyakarta:
respon sangat baik. Sehingga hasil jadi makanan Penerbit Kanisius.
(daya terima konsumen) dapat diterima dengan baik Setyowati, 2008. Sistem Penyelenggaraan
oleh prajurit. Makanan, Tingkat Konsumsi, Status Gizi
Serta Ketahanan Fisik Siswa Pusat
Saran Pendidikan Zeni Kodiklat Tni Ad Bogor
1. Bagi Institusi Jawa Barat. Skripsi Sarjana. Fakultas
Laporan jumlah siswa yang berada di Pusat Pertanian. Institut Pertanian Bogor
pendidikan (PUSDIK) sebaiknya dilaporkan dengan Soekresno. (2000). Manajemen Food And Beverage
tepat dan tidak berubah-ubah, sehingga staf dapur Service Hotel. Jakarta : Gramedia.
dapat merencanakan jumlah porsi yang akan Sumitro, Any. 2009. Layanan Makanan dan
dihidangkan. Perlunya pembagian jadwal secara Minuman. Surabaya: University Press
tertulis, agar anggota satuan markas (SATMA)
mengetahui dengan jelas jadwal kerjanya. Sumitro, Any S. 2010. Manajemen Usaha Layanan
2. Bagi Penelitian Makanan. Surabaya: Modul tidak
Hasil penelitian ini merupakan hasil penelitian studi dipublikasikan.
kasus yang berlaku untuk institusi tersebut dan Sumitro, Any S. 2010. Perencanaan Dapur dan
sebaiknya dapat digunakan untuk meningkatkan Peralatan Industri Layanan Makanan.
kualitas kerja staf dapur dalam penyelenggaraan Surabaya: Modul tidak dipublikasikan
makanan di Kobangdikal Surabaya. Yuliana, Siti. 2013. Kajian Pengelolaan Makanan
Untuk Santri di Pesantren Progresif
DAFTAR PUSTAKA Bumi Shalawat Sidoarjo. Skripsi tidak
Almatsier S. 2002. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta diterbitkan. Surabaya: PKK FT Unesa
: Gramedia Pustaka Utama.
Bartono, Ruffino EM. 2005. Food Product
Management di Hotel dan Restoran.
Yogyakarta : Andi.
Dep Kes RI. 2006. Pedoman Pelayanan Gizi Rumah
Sakit. Jakarta: Direktorat Jendral
Pelayanan Medik.
Dep Kes RI. 2007. Pedoman Penyelenggaraan
Makanan Rumah Sakit. Jakarta: Direktorat
Bina Jenderal Pelayanan Medik.Khomsan,
Ali. 2004. Pangan dan Gizi untuk
Kesehatan. Jakarta : PT Rajagrafindo
Persada.
Dirjen BGM. 1990. Buku Pedoman Pelayanan Gizi
Rumah Sakit. Jakarta : Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.

35

Anda mungkin juga menyukai