DAN KOREA
Disusun oleh:
Khusnul Khotimah
S531808025
PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyelenggaraan Makanan Instutusi/massal (SPMI/M) adalah
penyelenggaraan makanan yang dilakukan dalam jumlah besar atau
massal. Batasan mengenai jumlah yang diselenggarakan di setiap Negara
bermacam-macam, sesuai dengan kesepakatan masing-masing.
Berkembangnya kegiatan penyelenggaraan makanan dalam jumlah besar
pada institusi-institusi disebabkan oleh karena kurang tersedianya waktu
untuk menyiapkan makanan bagi keluarga. Selain itu faktor jarak ke
tempat makan yang jauh, sulitnya transportasi, atau tuntutan efektifitas
waktu kerja juga menjadi faktor pendorong perkembangan
penyelenggaraan makanan di institusi (Kemenkes, 2018).
Penyelenggaraan makanan institusi dilaksanakan diberbagai jenis
intitusi tak terkecuali di sekolah. Penyelenggaraan makanan di sekolah
banyak dilakukan di sekolah yang memiliki jam belajar yang cukup
panjang atau juga sekolah asrama. Penyelenggaraan makanan di sekolah
sebaiknya memperhatikan prinsip penyelenggaraan makanan yang telah
ditetapkan dan disesuaikan dengan kebutuhan gizi penghuni sekolah agar
dapat menjaga status gizi. Selain itu juga harus dapat meningkatkan status
kesehatan dan diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa
(Miranti, 2016).
Masa remaja (usia 10-18 tahun) merupakan periode pertumbuhan
tercepat setelah bayi. Pada tahap ini terjadi tumbuh kembang yang luar
biasa secara fiisiologis, psikologis, dan sosial. Kebutuhan akan zat-zat gizi
remaja lebih besar dan meningkat tajam. Oleh karena itu, dibutuhkan
perhatian khusus dalam pemenuhan kebutuhan gizi bagi remaja. Terutama
pada mereka yang tinggal di asrama dimana pemenuhan kebutuhan gizi
disediakan oleh pihak sekolah/asrama (Nursafitri, 2013). Salah satu prinsip
dasar penyelenggaraan makanan institusi yang perlu di perhatikan adalah
penyelenggaraan makanan yang menerapkan hygiene dan sanitasi sesuai
ketentuan yang berlaku (Fatmawati, 2013).
Status gizi anak-anak usia sekolah mempengaruhi kondisi
kesehatan, kognisi, dan akhirnya berpengaruh juga terhadap prestasi
pendidikan. Status kesehatan yang buruk dan tidak adekuat pada usia
sekolah akan menurunkan fungsi kognitif dan berpengaruh pada kondisi
fisiologisnya (Zenebe, 2018). Melalui penyediaan dan penyelenggaraan
makanan di sekolah dapat membantu menjaga dan memperbaiki status gizi
serta status kesehatan siswa.
Di Negara Korea Selatan program pelayanan makanan di sekolah
menengah telah dilaksanakan di sekolah menengah pada tahun 1999 dan
pada sekolah menengah pertama pada tahun 2002. Peraturan menyenai
pelayanan makanan di sekolah telah diatur dalam Undang-Undang
Makanan Sekolah dan Undang-Undang Pendidikan Dasar dan Menengah
sejak tahun 2003. Sehingga sistem pelayanan makanan di sekolah pada
Negara Korea sudah lebih baik di bandingkan dengan di Indonesia
(Kwak, 2008).
Pada makalah ini akan dibahas mengenai kondisi penyelenggaraan
makanan di institusi sekolah yang ada di Indonesia dan membandingkan
dengan penyelenggaraan makanan di institusi sekolah Negara maju. Hal
ini ditujukan sebagai upaya untuk mengevaluasi dan mencari solusi
perbaikan penyelenggaraan gizi institusi di Indonesia agar memiliki
kualitas yang baik. Selain itu agar penyelenggaraan makanan di institusi
dapat menjadi upaya perbaikan status gizi dan kesehatan masyarakat di
Indonesia.
B. Rumusan Masalah
a. Bagaimana pelaksanaan penyelenggaraan makanan di institusi sekolah
asrama di Indonesia?
b. Bagaimana pelaksanaan penyelenggaraan makanan di institusi sekolah
di Korea?
c. Bagaimana analisis penyelenggaraan makanan anak sekolah di
Indonesia dan Korea dengan PDCA (Plan, Do, Check, Action)?
C. Tujuan
a. Mengetahui pelaksanaan penyelenggaraan makanan di institusi sekolah
di Indonesia
b. Mengetahui pelaksanaan penyelenggaraan makanan di institusi sekolah
di Korea
c. Mengetahui analisis penyelenggaraan makanan anak sekolah di
Indonesia dan Korea dengan PDCA (Plan, Do, Check, Action).
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kesimpulan
1. Pelaksanaan penyelenggaraan makanan anak sekolah di SD Silam Ulil
Albab Kebumen sesuai dengan alur pelaksanaan penyelenggaraan
makanan berdasarkan pedoman Kementerian Kesehatan RI. Namun
dalam beberapa tahap belum sepenuhnya sesuai dengan standar
pelaksanaan penyelenggaraan makan di sekolah seperti dalam
penentuan menu dan pemorsian.
2. Penyelenggaraan makanan untuk anak sekolah di Korea Selatan secara
umum sudah dilaksanakan dengan baik dibuktikan dengan 100%
sekolah sudah melaksanakan dan 99,5% siswa sekolah berpartisipasi.
Selain itu alur penyelenggaraan sudah tertata dengan rapi mengiikuti
kebijakan pemerintah yang berlaku.
3. Analisis dengan metode PDCA (Plan, Do, Check, Action) menunjukkan
bahwa dari dua indikator yang di analisis yaitu adanya kebijakan dan
pelaksanaan penyelenggaraan makanan anak sekolah diketahui bahwa
seluruh tujuan penyelenggaraan makanan anak sekolah di Korea Selatan
telah tercapai namun di Indonesia belum sepenuhnya tercapai.
B. Saran
1. Penyelenggaraan makanan anak sekolah di Indonesia perlu dievaluasi
dan monitoring agar dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan
dalam buku panduan sistem penyelenggaraan makanan institusi dari
Kementerian Kesehatan RI.
2. Pemerintah sebaiknya membuat regulasi atau peraturan yang dapat
mengatur ppenyelenggaraan makanan anak sekolah agar dapat
diselenggarakan secara merata dan memiliki aturan yang jelas dan
baku.
3. Perlu adanya sinergisitas antara Kementerian Kesehatan dan
Kementerian Pendidikan untuk dapat berkoordinasi dalam
menciptakan penyelenggaraan makanan anak sekolah yang lebih baik
dan menyeluruh.
4. Peran para petugas gizi sangat dibutuhkan dalam penyelenggaraan
makanan anak sekolah agar menu yang diberikan dapat disesuaikan
dengan angka kecukupan gizi anak sekolah sebagai upaya untuk
meningkatkan status gizi anak sekolah.
DAFTAR PUSTAKA