Anda di halaman 1dari 30

`

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Teori

1. Konsep Teori Cincau

Cincau adalah gel serupa agar-agar yang diperoleh dari

perendaman daun (atau organ lain) tumbuhan tertentu dalam air.

Gel terbentuk karena daun tumbuhan tersebut mengandung

karbohidrat yang mampu mengikat molekul-molekul air. Kata

"cincau" sendiri berasal dari dialek Hokkian sienchau yang lazim

dilafalkan di kalangan Tionghoa di Asia Tenggara. Cincau

sebenarnya adalah nama tumbuhan (Mesona spp.) yang menjadi

bahan pembuatan gel ini (Pitojo dan Zumiati, 2005).

Menurut Pitojo dan Zumiati (2005), cincau bermanfaat

sebagai bahan pangan terutama sebagai bahan baku minuman

yang telah dikenal sejak lama. Selain itu, cincau juga berkhasiat

sebagai obat karena mengandung serat alami yang mudah

dicerna oleh tubuh manusia. Serat alami berperan dalam proses

percernaan makanan dan mencegah timbulnya penyakit kanker

usus. Gelatin cincau diakui bermanfaat untuk mengobati panas

dalam dan sakit perut (abdomen discomfort).

Tanaman cincau terdiri dari empat jenis yaitu cincau hijau

(Cyclea barbata), cincau perdu (Mesona palustris), cincau

minyak (Stephania hermandifolia), dan cincau hitam (Premna

serratifolia) (Pitojo dan Zumiati, 2005).


`

Cincau Hijau (Cyclea barbata) Cincau Perdu (Premna oblongifolia)

Cincau Minyak Cincau Hitam (Mesona palustris)

(Stephania hermandifolia)

Gambar 3. Empat jenis tanaman cincau

Bahan baku cincau hitam adalah ekstrak tanaman jenggelan

(Mesona palutris) yang telah dikeringkan. Daun janggelan

mengandung nilai gizi yang cukup baik per 100 gramnya, terutama

ditinjau dari kandungan mineral dan vitaminnya. Cincau hitam

merupakan bahan makanan yang sangat minim kandungan gizinya.

Kandungan terbesar adalah air, hampir mencapai 98 % (Anonim,

2007).

Tanaman cincau hitam atau dikenal dengan nama

janggelan, merupakan salah satu jenis tanaman cincau yang


9

banyak dibudidayakan dan dimanfaatkan oleh masyarakat di

Indonesia. Tanaman cincau hitam dapat tumbuh dengan baik

pada dataran menengah hingga dataran tinggi. Di Indonesia,

tanaman cincau hitam dibudidayakan secara serius di

Kabupaten Blitar, Jawa Timur dan Kabupaten Bogor, Jawa

Barat. Namun, industri cincau hitam terdapat di Surakarta,

Jawa Tengah dan di Jakarta. Pohon janggelan yang telah

dipanen selanjutnya dikeringkan dengan cara

menghamparkannya di atas permukaan tanah, hingga warnanya

berubah dari hijau menjadi cokelat tua. Tanaman cincau yang

telah kering inilah yang merupakan bahan baku utama

pembuatan cincau hitam (Utami, 2012).

Gambar 4. Cincau Hitam

Tanaman cincau hitam sebagai bahan baku cincau hitam banyak

tumbuh secara liar dihutan hutan, akan tetapi dengan semakin

meningkatnya permintaan akan potongan kering tanaman cincau

hitam atau biasa disebut sebagai simplisia kering, maka petani


10

banyak yang membudidayakannya. Tanaman cincau hitam yang

telah dipanen selanjutnya dikeringkan dengan cara dihamparkan di

atas permukaan tanah, sehingga warnanya berubah dari

hijau menjadi berwarna cokelat tua. Simplisia yang dipotong-

potong

kemudian dimasukkan kedalam karung dan ditekan sehingga menjadi

padat. Simplisia kering inipun siap dipasarkan (Widyanigsih, 2007).

Cincau hitam mengandung sejumlah mineral dan karbohidrat

dalam jumlah lumayan, vitamin A, B1, C, kandungan kalori rendah

dan memiliki khasiat menurunkan panas badan, panas dalam,

mencegah gangguan pencernaan, menurunkan tekanan darah

tinggi dan menurunkan berat badan. Di dalam tubuh, serat larut air

dapat mengikat kadar gula dan lemak sehingga bermanfaat untuk

mencegah penyakit diabetes mellitus, jantung, serta stroke. Ekstrak

cincau hitam memiliki aktivitas antioksidan yang jauh lebih kuat dari

vitamin E (Anonim,2007).
11

Tabel 1. Komponen gizi cincau hijau

Komponen Jumlah per 100 gram

Kalori 122,0 kal

Protein 6,0 gram

Lemak 1,0 gram

Karbohidrat 26,0 gram

Kalsium 100,0 mg

Fosfor 100,0 mg

Besi 3,3 mg

Vitamin A 10,750 SI

Vitamin B1 80,0 mg

Vitamin C 17,0 mg

Air 66,0 gram

Bahan yang dapat dicerna (%) 40%

Sumber: Direktorat Gizi, Departemen Kesehatan RI,


1992 dalam Widyaningsih (2007)
12

2. Daya Terima

Daya terima makan adalah kesanggupan seseorang untuk

menghabiskan makanan yang disajikan sesuai dengan kebutuhannya

(Kurnia, 2010). Daya terima makanan secara umum dapat dilihat dari

jumlah makanan yang dikonsumsi dan daya terima makanan juga

dapat dinilai dari jawaban terhadap pertanyaan yang berhubungan

dengan makanan yang dikonsumsi (Nur Chalida, 2012).

1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Daya Terima Makanan, Faktor

yang mempengaruhi daya terima makanan dibagi menjadi dua

yaitu :

a. Faktor Internal

Faktor yang berasal dari diri individu yang meliputi :

1) Nafsu Makan

Nafsu makan biasanya dipengaruhi oleh keadaan

kondisi seseorang. Pada umumnya bagi seseorang yang

sedang dalam keadaan sakit, maka nafsu makannya

akan menurun. Demikian pula sebaliknya, bagi

seseorang dalam keadaan sehat, maka nafsu makannya

akan baik.

2) Kebiasaan Makan

Kebiasaan makan konsumen dapat

mempengaruhi konsumen dalam menghabiskan

makanan yang disajikan. Bila makanan yang disajikan


13

sesuai dengan kebiasaaan makan konsumen, baik

dalam susunan menu maupun besar porsi, maka pasien

cenderung dapat menghabiskan makanan yang

disajikan. Sebaliknya bila tidak sesuai dengan kebiasaan

makan individu maka akan dibutuhkan waktu untuk

penyesuaian (Mukrie,1990).

3) Rasa Bosan

Rasa bosan biasanya timbul bila konsumen

mengkonsumsi makanan yang sama secara terus

menerus atau mengkonsumsi makanan yang sama dalam

jangka waktu yang pendek, sehingga sudah hafal dengan

jenis makanan yang disajikan.Rasa bosan juga dapat

timbul bila suasana lingkungan pada saat makan tidak

berubah. Untuk mengurangi rasa bosan tersebut selain

meningkatkan variasi menu juga perlu adanya perubahan

suasana lingkungan pada saat makan (Moehyi, 1992).

b. Faktor Eksternal

Faktor eksternal yaitu faktor makanan yang disajikan

terutama yang menyangkut dengan kualitas makanan yang

terdiri dari cita rasa makana.

Cita rasa terjadi karena adanya rangsangan terhadap

berbagai indra didalam tubuh manusia, terutama indra

penglihatan, indra penciuman dan indra pengecapan.

Makanan yang mempunyai cita rasa tinggi adalah makanan


14

yang disajikan dengan tampilan menarik, mempunyai bau

yang sedap dan mempunyai rasa yang lezat (Winarno, 1992).

Cita rasa makanan terdiri dari penampilan makanan saat

dihidangkan, rasa makanan saat dimakan, cara penyajian

(Moehyi, 1992).

1) Penampilan

Penampilan makanan terdiri dari :

a) Warna

Warna makanan memegang peran utama

dala penampilan makanan, warna makanan

yang menarik dan tampak alamiah dapat

meningkatkan cita rasa pada makanan. Oleh sebab

itu dalam penyelenggaraan makanan harus

mengetahui prinsip-prinsip dasar untuk

mempertahankan warna makanan yang alami, baik

dalam bentuk teknik memasak maupun dalam

penanganan makanan yang dapat mempengaruhi

warna makanan (Arifiati, 2000).

b) Bentuk

Untuk membuat makanan menjadi lebih menarik

biasanya disajikan dalam bentuk-bentuk tertentu.

Bentuk makanan yang menarik akan memberikan


15

daya tarik tersendiri bagi setiap makanan yang

disajikan (Aula Ellizabet,2011)

Bentuk makanan tertentu yang disajikan dapat

membuat makanan menjadi lebih menarik saat

disajikan (Moehyi, 1992) beberapa macam bentuk

makanan yang disajikan seperti :

(1) Bentuk yang sesuai dengan bentuk asli bahan

makanan, seperti ikan yang sering disajikan

lengkap dengan bentuk aslinya.

(2) Bentuk yang menyerupai bentuk asli, tetapi

bukan bahan makanan yang utuh seperti ayam

kodok yang dibuat menyerupai ayam.

(3) Bentuk yang diperoleh dengan cara memotong

bahan makanan dengan teknik tertentu atau

mengiris bahan makanan dengan cara tertentu

c) Bentuk yang disajikan khusus seperti bentuk nasi

tumpeng atau bentuk lainnya yang khas. Tekstur

atau Konsistensi Makanan

Tektur atau konsistensi makanan berkaitan

dengan struktur makanan yang dirasakan saat

didalam mulut. Tekstur makanan meliputi rasa

daging, keempukan dan tingkat kekerasan

makanan yang dapat dirasakan oleh indra

pengecapan (Puji, 2008).


16

Tekstur makanan mempengaruhi penampilan

makanan yang dihidangkan. Tekstur dan

konsistensi suatu bahan makanan dapat

mempengaruhi penampilan makanan yang akan

dihidangkan (Kurniah, 2010)

d) Porsi Makanan

Porsi makanan adalah banyaknya makanan

yang disajikan sesuai kebutuhan setiap individu

berbeda sesuai dengan kebiasaan makan. Porsi

makanan yang terlalu besar atau terlalu kecil dapat

mempengaruhi penampilan makanan (Tatik, 2004)

2) Rasa Makanan

Rasa makanan ditimbulkan oleh adanya

rangsangan terhadap berbagai indra didalam tubuh

manusia, terutama indra penglihatan, indra penciuman

dan indra pengecapan (Puji, 2008).

Beberapa komponen yang berperan dalam

penentuan rasa makanan adalah aroma, bumbu,

tekstur, tingkat kematangan dan suhu makanan.

a) Aroma

Aroma makanan adalah aroma yang disebarkan

oleh makanan yang mempunyai daya tarik yang

kuat dan merangsang indra penciuman sehingga

dapat membangkitkan selera (Nida, 2011).


17

b) Bumbu Masakan

Bumbu masakan adalah bahan yang

ditambahkan dengan maksud untuk mendapatkan

rasa yang enak dan khas dalam setiap pemasakan

(Nida, 2011). Berbagai macam rampah-rampah

dapat digunakan sebagai bumbu makanan untuk

memberikan rasa pada makanan, seperti cabai,

bawang merah, bawang putih dan sebagainya.

c) Tingkat Kematangan

Tingkat kematangan mempengaruhi cita rasa

makanan. Makanan yang empuuk dapat dikunyah

dengan sempurna dan akan menghasilan senyawa

yang lebih banyak yang berarti intensitas

rangsangan menjadi lebih tinggi. Kematangan

makanan selain ditentukan oleh mutu bahan

makanan juga ditentuka oleh cara memasak

(Moehyi,1992).

d) Suhu Makanan

Suhu makanan adalah tingkat panas dari

hidangan yang disajikan (Kurniah, 2010).

Sensitivitas terhadap rasa berkurang bila suhu

dibawah 200C atau diatas 300C. Makanan yang

terlalu panas dapat membakar lidah dan merusak

kepekaan pengecapan, sedangkan makanan yang


18

dingin dapat membius pengecapan sehingga tidak

peka lagi (Winarno,1992).

3) Penyajian makanan

Penyajian makanan merupakan faktor penentu

dalam penampilan hidangan yang disajikan. Ada tiga

pokok penting yang harus diperhatikan dalam

penyajian makanan yaitu pemilihan alat yang

digunakan, cara penyusunan makanan dan penghias

hidangan (garnish (Lumbantoruan, 2012).

Hal ini harus diperhatikan karena penampilan

makanan yang menarik waktu disajikan akan

merangsang indra terutama indra penglihatan yang

berhubungan dengan cita rasa makanan

(Moehyi,1992).

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam

penyajian makanan yaitu :

a) Pemilihan alat yang digunakan untuk menyajikan

makanan, seperti piring manguk atau tempat

penyajian makanan khusus lain. Alat yang

digunakan harus sesuai dengan volume makanan

yang disajikan.

b) Cara menyusun makanan dalam tempat penyajian

makanan.

c) Penghiasan hidangan, memilih hiasan untuk


19

hidangan agar lebih menarik memerlukan keahlian

dan seni tersendiri.

4) Waktu Tunggu Makanan

Waktu tunggu makanan merupakan jarak waktu

antara makanan yang telah selesai diolah di Instalasi

Gizi hingga saat disajikan ke pada pasien diruang

rawat inap (Yunita Atiq, 2014). Dalam penyajian

makanan yang telah dimasak harus disajikan kepada

pasien tepat pada waktunya tidak boleh terlalu

terlambat atau terlalu awal, sehingga dapat

menyebabkan suhu makanan berubah dan dapat

mempengaruhi selera makan pasien (Halek Adek,

2012).

Pada pemberian makanan yang tidak sesuai

dengan jam makan maka makanan yang sudah siap

akan mengalami waktu tunggu, sehingga pada saat

makanan akan disajikan ke pasien makanan menjadi

tidak menarik karena mengalami perubahan suhu

makanan (Lumbantoruan, 2012).

5) Suhu Makanan

Suhu adalah tingkat panas dari hidangan yang

disajikan. Suhu makanan yang terlalu panas atau

terlalu dingin akan mengurangi sensitifitas syaraf

terhadap rasa makanan (Fatimah, 2008).


20

Suhu makanan pada waktu disajikan

mempunyai peran penting dalam menentukan cita rasa

makanan, Makanan sebaiknya dihidangkan dalam

keadaan panas/hangat terutama makanan yang dapat

memancarkan aroma yang sedap (Atmanegara, 3013).

Perbedaan suhu makanan akan menyebabkan

perbedaan rasa, makanan yang terlalu panas atau

terlalu dingin akan sangat mengurangi sensitivitas

syaraf pengecapan terhadap rasa. Suhu makanan juga

mempengaruhi daya terima seseorang terhadap

makanan yang disajikan sesuai dengan cuaca atau

lingkungan (Puji, 2008).

Suhu pada makanan dibedakan menurut jenis

perlakuannya, menurut (PGRS, 2013) makanan

kering disimpan dalam suhu kamar 25-300C,

makanan basah (berkuah) harus segera disajikan

pada suhu diatas 600C, makanan disajikan dingin

disajikan dengan suhu 50C-100C.

Menurut (Kemenkes, 2003) penyimpanan makanan

yang terolah seperti makanan dengan kemasan

tertutup disimpan dalam suhu ±100C, makanan yang

sudah jadi seperti makanan yang cepat busuk untuk

penggunaan dalam waktu lama (lebih dari 6 jam)

disimpan dalam suhu -50C sampai -10C, makanan


21

cepat busuk disimpan dalam suhu panas yaitu 65.5 0C

atau lebih atau disimpan dalam suhu dingin 4 0C atau

kurang.

Faktor yang mempengaruhi suhu makanan yaitu

ketika makanan matang makanan tidak ditempatkan

pada tempat atau alat khusus yang dapat

mempertahankan suhu makanan yang sudah matang

(Yunita Atiq, 2014).

3. Konsep Teori Hipertensi

a. Pengertian hipertensi

Hipertensi adalah tekanan darah persisten dimana tekanan

sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastolik di atas 90 mmHg

(Smeltzer, 2002). Hipertensi adalah suatu penyakit tanpa gejala

sehingga sering disadari penderita setelah timbul akibat lanjut

(komplikasi) (Permadi 2008).

Hipertensi adalah suatu gangguan pada pembuluh darah yang

mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi, yang dibawa oleh darah

terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkan (Sustrani,

2005)

b. Etiologi

Faktor – faktor yang mempengaruhi timbulnya hipertensi menurut


22

Permadi,2000 antara lain :

(a) Usia

Hampir tiap survei yang dilakukan para ahli menemukan

terjadinya kenaikan tekanan darah dengan naiknya umur diatas

45 tahun

(b) Jenis kelamin

Penelitian di jawa tengah dan daerah lain di Indonesia

menunjukkan kejadian hipertensi lebih tinggi pada wanita

dibandingkan pada pria karena pada wanita mengalami

menopause sehingga terjadi penurunan jaringan perifer dan

hormon.

(c) Obesitas

Penelitian membuktikan bahwa curah jantung (kemampuan

memompa darah oleh jantung) dan sirkulasi volume darah

penderita hipertensi dengan obesitas lebih tinggi dibandingkan

penderita hipertensi dengan berat badan normal

(d) Keturunan

Suatu pendapat memperkirakan 3% dari anak yang lahir dari

ayah-ibu normotensif (tekanan darah normal) mungkin akan

menderita hipertensi, sedangkan kemungkinan ini naik menjadi

45% jika kedua orang tuanya menderita hipertensi.

(e) Lingkungan dan faktor geografi

Faktor lingkungan dan geografi dapat mempengaruhi

kemungkinan tinggi rendahnya tekanan darah seseorang.


23

(f) Macam pekerjaan

Pekerjaan yang memiliki tekanan tinggi bisa menimbulkan stress.

Stress melalui aktifasi saraf simpatik dapat meningkatkan tekanan

darah.

(g) Konsumsi garam

Mengkonsumsi garam kurang dari 3 gram perhari kemungkinan

akan terjadi hipertensi beberapa persen saja, namun jika

konsumsi garam antara 5-15 gram perhari maka kemungkinan

hipertensi menjadi 15-20%.\

(h) Gaya hidup

Faktor kebiasaan, seperti merokok, makan makanan tinggi

lemak, tidak senang makan buah dan sayur, peminum alkohol,

dan tidak suka berolah raga disinyalir akan memicu terjadinya

hipertensi.

c. Jenis hipertensi

Berdasarkan penyebabnya hipertensi menurut Sustrani (2005)

dikelompokkan menjadi dua golongan, yaitu:

(a) Hipertensi esensial atau hipertensi primer.

Hipertensi esensial adalah hipertensi yang tidak diketahui

dengan pasti apa penyebabnya. Faktor yang mempengaruhi

hipertensi esensial menurut pakar adalah stress, hubungan antara

riwayat keluarga penderita hipertensi (genetik), lingkungan,

kelainan metabolism intra selular dan faktor yang meningkatkan

resikonya seperti obesitas, konsumsi alkohol, merokok, dan


24

kalainan darah (polisitemia).

(b)Hipertensi renal atau hipertensi sekunder

Hipertensi renal adalah hipertensi yang penyebab secara

spesifiknya sudah diketahui, yaitu gangguan hormonal, penyakit

jantung, diabetes, ginjal, penyakit pembuluh darah, atau

berhubungan dengan kehamilan.

d. Gejala atau manifestasi klinis

Gejala hipertensi biasanya tidak ada sampai timbul komplikasi,

gejala-gejala yang sering timbul menurut Utomo (2005) adalah:

1) Sering merasa pusing atau sakit kepala.

2) Rasa pegal dan tidak nyaman pada tengkuk.

3) Tiba-tiba ada perasaan berputar dan ingin jatuh.

4) Dada sering berdebar-debar.

5) Telinga kadang berdenging.

e. Penyembuhan hipertensi

Faktor-faktor membantu kesembuhan menurut Susanti (2007)

adalah

1) Kontrol berat badan

Perilaku patuhnya penderita diharapkan dapat melakukan

diit dan melakukan olaraga secara teratur.

2) Garam

Perilaku patuhnya penderita di harapkan dapat


25

mengurangi makan makanan yang diawetkan.

3) Alkohol

Perilaku patuhnya penderita di harapkan dapat

menhindari minuman yang beralkohol karena dapat

mengurangi daya guna obat tekanan darah.

4) Kegiatan fisik

Perilaku patuhnya penderita harapkan melakukan

kegiatan rutin misal dengan jalan, berenang, bersepeda.

5) Obat-obatan.

Perilaku patuhnya penderita diharapkan rutin dalam

minum obat, walaupun obat tidak bisa menyembuhkan

hipertensi, tetapi hanya bisa mencegah terjadi komplikasi,

dalam melakukan pengobatan dimulai dengan dosis yang

rendah dan jika dianggap perlu ditambah dosis secara

bertahap sehingga tekanan darah dapat dikontrol dan

dipantau hasilnya.

6) Diet Hipertensi

Diit hipertensi adalah salah satu cara untuk mengatasi

hipertensi tanpa efek samping yang serius, karena

metode pengendaliannya yang alami (Sustrani dkk, 2005).

Diit hipetensi ada beberapa macam, yaitu:

(a) Mengurangi asupan garam

Garam dalam diit rendah garam adalah garam


26

natrium seperti yang terdapat di dalam garam dapur

(NaCl), soda kue (NaHCO3), baking powder, natrium

benzoate, dan vetsin (mono natrium glutamate). Dalam

keadaan normal jumlah natrium yang dikeluarkan tubuh

melalui urin sama dengan jumlah yang dikonsumsi,

sehingga terdapat keseimbangan (Almatsier, 2004).

Mengurangi garam sering juga diimbangi dengan

asupan lebih banyak kalium, magnesium dan kalsium

(bila diperlukan untuk kasus tertentu).

Puasa garam untuk kasus tertentu dapat menurunkan

tekanan darah secara nyata. Kita dalam mengkonsumsi

garam umumnya lebih banyak dari pada yang

dibutuhkan tubuh, idealnya kita cukup menggunakan

sekitar satu sendok teh saja atau sekitar 5 gram perhari.

Masakan untuk penderita hipertensi yang kurang garam

agak hambar bagi orang biasa, tetapi dengan

menyadari bahwa penderita hipertensi sedang

mengadakan perubahan pola makan, masakan khusus

tersebut dapat menjadi hidangan yang nikmat (Sustrani

dkk, 2005).

Tujuan dari diit rendah garam adalah membantu

menghilangkan retensi garam atau air dalam jaringan

tubuh dan menurunkan tekanan darah (Almatsier,

2004). Almatsier (2004) membagi diit rendah garam


27

menjadi:

(1) Diit rendah garam I (200-400 mg Na)

Diit rendah garam I diberikan kepada pasien

dengan hipertensi berat. Pada pengolahan

makanannya tidak ditambahkan garam dapur.

(2) Diit rendah garam II (600-800 mg Na)

Diit rendah garam II diberikan kepada pasien

hipertensi tidak terlalu berat. Pemberian makanan

sehari sama dengan diit rendah garam I. Pada

pengolahan makanannya menggunakan ½ sendok

teh garam dapur atau 2 gram.

(3) Diit rendah garam III (1000-1200 mg Na)

Diit rendah garam III diberikan pada penderita

hipertensi ringan. Pada pengolahan makanannya

mengunakan 1 sendok teh atau 4 gram garam dapur.

(b) Memperbanyak serat

Mengkonsumsi lebih banyak sayur atau makanan yang

mengandung banyak serat akan memperlancar buang air

besar dan menahan sebagian asupan natrium. Penderita

hipertensi sebaiknya menghindari makanan siap saji yang

dikhawatirkan mengandung banyak pengawet dan kurang

serat. Berdasarkan penelitian ditemukan bahwa dengan

mengkonsumsi 7 gram serat perhari dapat membantu

menurunkan tekanan darah sistolik sebanyak 5 poin.


28

Bahan makanan yang mengandung serat antara lain

sayuran, kol, kacang panjang, daun katuk, cabai rawit,

cabai merah yang disantap mentah dan buah-buahan

yang mengandung vitamin C, antara lain jambu biji,

mangga, jeruk, papaya, rambutan dan mangga.

(c) Menghentikan kebiasaan buruk

Menghentikan rokok, kopi dan alkohol dapat

mengurangi beban jantung, sehingga jantung dapat

bekerja dengan baik. Rokok dapat meningkatkan resiko

kerusakan pembuluh darah jantung koroner, sehingga

jantung bekerja lebih keras. Alkohol dapat memacu

tekanan darah sedangkan kopi dapat memacu detak

jantung.

(d) Perbanyak asupan kalium

Penelitian menunjukkan bahwa dengan

mengkonsumsi 3500 miligram kalium dapat membantu

mengatasi kelebihan natrium, sehingga dengan volume

darah yang ideal dapat dicapai kembali tekanan darah

yang normal. Kalium bekerja mengusir natrium dari

senyawanya, sehingga lebih mudah dikeluarkan. Sumber

kalium mudah didapatkan dari asupan makanan sehari-

hari, misalnya kentang dan bayem, pisang, sari jeruk,

jagung, kobis dan brokoli.

(e) Penuhi kebutuhan magnesium


29

Kebutuhan magnesium menurut kecukupan gizi yang

dianjurkan atau RDA (Recommended Dietary

Allowance) adalah sekitar 350 miligram, tetapi belum

dapat dipastikan berapa banyak magnesium yang

dibutuhkan untuk mengatasi hipertensi. Kekurangan

magnesium terjadi dengan semakin banyaknya makan

olahan yang dikonsumsi. Makanan yang mengandung

magnesium antara lain kacang tanah, bayam, kacang

hijau, kacang merah, kedelai, tahu, tempe, makanan

laut (ikan, kerang, cumi-cumi, dan lain-lain).

(f) Lengkapi kebutuhan kalsium

Mengkonsumsi kalsium 800 miligram perhari (setara

dengan tiga gelas susu) sudah lebih dari cukup. Sumber

makanan yang kaya kalium antara lain keju rendah

lemak, ikan seperti salmon, daging sapi, ayam rendah

lemak, kedelai, tahu, tempe, bayam, kacang panjang.

(g) Manfaatkan sayuran dan bumbu dapur

Sayuran dan bumbu dapur yang bermanfaat untuk

pengontrolan tekanan darah, adalah tomat, wortel,

seledri (sedikit empat batang perhari dalam sup atau

masakan lain), bawang putih (sedikitnya satu suing

perhari, bisa juga digunakan bawang merah dan

bawang bombai), kunyit, bumbu lain (lada hitam, adas,

kemangi dan bumbu lain) (Almatsier, 2004). Almatsier


30

(2004) menyatakan, bahan makanan yang dianjurkan

dan tidak dianjurkan pada penderita hipertensi adalah :

Tabel 2.1. Bahan makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan


pada penderita hipertensi

Bahan Yang dianjurkan Tidak dianjurkan


Makan

Sumber Beras,kentang, singkong, Roti, kurbiscuit, kue-kue


karbohidrat terigu, tapioca, hunkwe, yang dimasak dengan
gula, makanan yang diolah, garam dapur dan baking
dari bahan makanan powder dan soda
tersebut di atas garam dapur
dan soda seperti :
macaronoi, mie, bihun, roti,
biscuit, kue kering.

Sumber Daging dan ikan maksimal Otak, ginjal, lidah,


Protein 100 grsm sehari; telur sarden, daging, ikan,
Hewani maksimal 1 butir. susu dan telur yang
diawetkan, dengan
garam dapur, seperti
daging asap, dendeng,
abon, keju, ikan kaleng,
konet, udang kering,
telur asin dan telur
pindang.

Sumber Semua kacang-kacangan Kacang tanah, dsn


protein nabati dan hasilnya yang diolah semua kacang
dan dimasak tanpa garam kacangan yang di
dapur. Kacang-kacangan masak menggunakan
perlu dibatasi bila ada garam dapur
31

riwayat nyeri sendi.

Sayuran Semua sayuran segar. Sayur yang di awetkan


Sayur yang diawetkan tanpa dan dimasak
garam dapur dan natrium menggunakan garam
benzole. dapur dan lain ikatan
natrium seperti buah
dalam kaleng.

Lemak dan Minyak goreng, margarine, Keju, margarine, dan


minyak dan mentega tanpa garam. mentega biasa

Buah Semua buah buahan segar ; Buah buahan yang di


buah yang diawetkan tanpa awetkan dengan gaam
garam dapur dan natrium dapur dan ikatan lain
benzoate. natrium seperrti buah
dalam kaleng.

Minuman Air putih dan the Minuman ringan

Bumbu - Semua bumbu – bumbu Garam dapur untuk diit


bumbu kering yang tidak rendah garam I, baking
mengandung garam soda, powder, kue,
dapurdan lain ikatan vetsin, dan bumbu –
natrium. Garam dapur bumbu yang
sesuai ketentuan untuk diet mengandung garam
rendah garam II dan III. dapur seperti; kecap,
terasi, petis dan tauco.

( Sumber : Almatsier, 2004 )


4. Konsep Lanjut Usia

a) Pengertian Lanjut Usia

Berdasarkan definisi secara umum, seseorang dikatakan

lansia apabila usianya 60 tahun ke atas,baik pria maupun wanita.

Sedangkan Departeman kesehatan RI menyebutkan

seseorang dikatakan berusia lanjut usia dimulai dari usia 55 tahun

keatas. Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) usia lanjut

dimulai dari usia 60 tahun ( Kushariyadi, 2010; Indriana, 2012;

Wallnce, 2007).

1) Batasan Umur Lanjut Usia

Batasan-batasan umur yang mencakup batasan umur lansia

dari pendapat berbagai ahli yang di kutip dari Nugroho (2008) :

(a) Menurut undang-undang nomor 13 tahun 1998 dalam bab I

pasal 1 ayat II yang berbunyi “lanjut usia adalah seseorang

yang mencapai usia 60 tahun keatas”

(b) Menurut WHO:

 Usia pertengahan : 45-59 tahun

 Lanjut usia : 60 – 74 tahun

 Lanjut usia tua : 75- 90 tahun

 Usia sangat tua : diatas 90 tahun (Kushariyadi, 2010).

2) Perubahan yang terjadi pada lanjut usia

Menurut Mujahidullah (2012) dan Wallace (2007),

beberapa perubahan yang akan terjadi pada lansia

diantaranya adalah perubahan fisik,intlektual, dan keagamaan.

(a) Perubahan fisik


(b) sel, saat seseorang memasuki usia lanjut keadaan sel

dalam tubuh akan berubah, seperti jumlahnya yang

menurun, ukuran lebuh besar sehingga mekanisme

perbaikan sel akan terganggu dan proposi protein di otak,

otot, ginjal, darah dan hati beekurang.

(c) Sistem persyarafan, keadaan system persyarafan pada

lansia akan mengalami perubahan, seperti mengecilnya

syaraf panca indra. Pada indra pendengaran akan terjadi

gangguan pendengaran seperti hilangnya kemampuan

pendengaran pada telinga. Pada indra penglihatan akan

terjadi seperti kekeruhan pada kornea, hilangnya daya

akomodasi dan menurunnya lapang pandang. Pada indra

peraba akan terjadi seperti respon terhadap nyeri

menurun dan kelenjar keringat berkurang. Pada indra

pembau akan terjadinya seperti menurunnya kekuatan

otot pernafasan, sehingga kemampuan membau juga

berkurang.

(d) Sistem gastrointestinal, pada lansia akan terjadi

menurunya selara makan , seringnya terjadi konstipasi,

menurunya produksi air liur(Saliva) dan gerak peristaltic

usus juga menurun.

(e) Sistem genitourinaria, pada lansia ginjal akan mengalami

pengecilan sehingga aliran darah ke ginjal menurun.

(f) Sistem musculoskeletal, pada lansia tulang akan

kehilangan cairan dan makin rapuh, keadaan tubuh akan


lebih pendek, persendian kaku dan tendon mengerut.

(g) Sistem Kardiovaskuler, pada lansia jantung akan

mengalami pompa darah yang menurun , ukuran jantung

secara kesuruhan menurun dengan tidaknya penyakit

klinis, denyut jantung menurun , katup jantung pada

lansia akan lebih tebal dan kaku akibat dari akumulasi

lipid. Tekanan darah sistolik meningkat pada lansia

kerana hilangnya distensibility arteri. Tekanan darah

diastolic tetap sama atau meningkat.

(h) Perubahan intelektual

Menurut Hochanadel dan Kaplan dalam Mujahidullah

(2012), akibat proses penuaan juga akan terjadi

kemunduran pada kemampuan otak seperti perubahan

intelegenita Quantion ( IQ) yaitu fungsi otak kanan

mengalami penurunan sehingga lansia akan mengalami

kesulitan dalam berkomunikasi nonverbal, pemecehan

masalah, konsentrasi dan kesulitan mengenal wajah

seseorang. Perubahan yang lain adalah perubahan

ingatan , karena penurunan kemampuan otak maka

seorang lansia akan kesulitan untuk menerima

rangsangan yang diberikan kepadanya sehingga

kemampuan untuk mengingat pada lansia juga menurun.

(i) Perubahan keagamaan

Menurut Maslow dalam Mujahidin (2012), pada umumnya

lansia akan semakin teratur dalam kehidupan keagamaannya,


hal tersebut bersangkutan dengan keadaan lansia yang akan

meninggalkan kehidupan dunia.

3) Tugas perkembangan pada lanjut usia

Menurut Havighurst dalam Stanley (2007), tugas

perkembangan adalah tugas yang muncul pada periode tertentu

dalam keidupan suatu individu. Ada beberapa tahapan

perkembangan yang terjadi pada lansia, yaitu

(a) Penyesuaikan diri kepada penurunan kesehatan dan

kekuatan fisik.

(b) Penyesuaian diri kepada masa pension dan hilangnya

pendapatan.

(c) Penyesuaaian diri kepada kematian pasangan dan

orang terdekat lainnya.

(d) Pembantukan gabungan (pergelompokan) yang sesuai

denganya.

(e) Pemenuhan kewajiban social dan kewarganegaraan.

(f) Pembentukan kepuasan pengaturan dalam kehidupan.


KERANGKA KONSEP

FAKTOR RESIKO
UMUR 1. 1.OBESITAS
2. KONSUMSI
GARAM YANG
JENIS KELAMIN TINGGI
3. MEROKOK
HIPERTENSI 4. MINUM ALKOHOL
5. STRES
6. KURANG
OLAHRAGA
IMT (INDEKS 7. MINUM OBAT-
MASSA TUBUH)
OBATAN

AKTIVITAS
FISIK

PEMBERIAN
Ttekanan Darah MINUMAN CINCAU Daya Terima

KETERANGAN :

: Diteliti

: Tidak diteliti

Anda mungkin juga menyukai