MASALAH SYARAF
Dosen pengampu :
Choirun Nissa, S.Gz, M.Gizi
Deny Yudi Fitranti, S.Gz, M.Si.
Ahmad Syauqy, S.Gz, MPH, PhD
Ayu Rahadiyanti, S.Gz, MPH
Fillah Fithra Dieny, S.Gz, M.Gz
Disusun oleh :
UNIVERSITAS DIPONEGORO
FAKULTAS KEDOKTERAN
ILMU GIZI
2020
Clarence seorang pria kulit putih usia 74 tahun yang dirawat di RS guna
pengecekan progresi demensia dan riwayat kesulitan mendengar yang dialami.
Dia didiagnosis penyakit Parkinson 5 tahun lalu. Dia mengonsumsi obat L-
dopa dan furosemide (Lasix). Dia tinggal bersama istrinya yangmana
pengasuh utamanya. Calrence memiliki TB 177,5 cm dengan BB 70,3 kg.
Grafik medisnya menunjukkan beratnya 77,11 kg pada kunjungan rumah sakit
terakhirnya 6 bulan lalu, setelah jatuh. Istri Clarence mencatat bahwa nafsu
makan dan pendengarannya tampaknya telah berubah dan dia menunjukkan
sedikit minat pada makanan saat makan utama. Mereka tidak banyak bicara
selama makan dan staf mengamati istri Clarence membantunya makan dan
mencurigai adanya masalah gizi. Istrinya menjelaskan bahwa makannya
sangat lambat, terkadang memakan waktu 2 jam untuk makan. Clarence
banyak batuk setelah makan. Ketika ditanya tentang apakah Clarence
menurunkan berat badan, istrinya tidak yakin, tetapi mengatakan celananya
sepertinya semakin longgar.
Inadekuat asupan energi berkaitan dengan penurunan asupan makan
ditandai oleh penurunan BB dan pakaian semakin longgar.
Kesulitan menelan berkaitan dengan penyakit Parkinson ditandai oleh
kecepatan makan yang lambat dan tersedak/batuk selama makan.
MAKANAN PAGI
kentang 210 g 195.2 kcal 45.4 g
susu skim / tak berlemak cair 200 g 69.8 kcal 9.8 g
daging ayam 40 g 114.0 kcal 0.0 g
kaldu ayam cair 100 g 50.9 kcal 6.3 g
tepung maizena 25 g 95.2 kcal 22.8 g
kecap 10 g 6.0 kcal 0.6 g
mentega 10 g 71.0 kcal 0.0 g
kaldu ayam cair 100 g 50.9 kcal 6.3 g
Meal analysis: energy 653.1 kcal (35 %), carbohydrate 91.1 g (37 %)
SELINGAN PAGI
mangga harum manis 50 g 32.5 kcal 8.5 g
pisang ambon 100 g 92.0 kcal 23.4 g
yogurt 20 g 23.4 kcal 1.5 g
honey 10 g 30.4 kcal 8.2 g
MAKANAN SIANG
fish. salmon. canned 40 g 79.6 kcal 0.0 g
kaldu ayam cair 100 g 50.9 kcal 6.3 g
olive oil 10 g 88.4 kcal 0.0 g
oats, rolled or meal, ckd 50 g 31.0 kcal 5.4 g
kaldu ayam cair 150 g 76.4 kcal 9.5 g
SELINGAN SIANG
avocado 60 g 96.7 kcal 4.4 g
honey 10 g 30.4 kcal 8.2 g
jeruk nipis 5g 1.4 kcal 0.5 g
Meal analysis: energy 384.3 kcal (20 %), carbohydrate 27.0 g (11 %)
SELINGAN MALAM
apple. white 100 g 59.0 kcal 15.3 g
pear. canned 100 g 78.2 kcal 20.3 g
blueberries (beku, tanpa pemanis) 75 g 38.2 kcal 9.1 g
strawberry 50 g 23.5 kcal 5.9 g
water 200 g 0.0 kcal 0.0 g
nutmeg 1g 2.6 kcal 0.8 g
cinnamon ground 3g 7.8 kcal 2.4 g
Meal analysis: energy 209.4 kcal (11 %), carbohydrate 53.8 g (22 %)
===============================================================
Result
===============================================================
Nutrient analysed recommended percentage
value value/day fulfillment
_______________________________________________________________________
energy 1879.8 kcal 2198.9 kcal 85 %
PUFA 8.8 g - -
cholesterol 303.9 mg - -
protein 77.7 g(16%) 46.0 g(12 %) 169 %
fat 71.5 g - -
carbohydr. 247.9 g - -
dietary fiber 25.3 g - -
retinol 243.2 µg - -
phytic acid 395.3 mg - -
calcium 720.1 mg 1200.0 mg 60 %
magnesium 226.5 mg 280.0 mg 81 %
niacineequiv. 0.0 mg 15.0 mg 0%
zinc 5.4 mg 12.0 mg 45 %
iron 7.0 mg 15.0 mg 46 %
Vit. B1 0.8 mg 1.1 mg 75 %
Vit. B2 1.4 mg 1.3 mg 104 %
niacine 8.2 mg - -
Vit. B6 2.3 mg 1.6 mg 145 %
pantoth. acid 5.4 mg - -
tot. fol.acid 147.0 µg - -
Vit. B12 6.6 µg 2.0 µg 328 %
Vit. C 118.9 mg 60.0 mg 198 %
Vit. A 271.3 µg 800.0 µg 34 %
Kecukupan rencana menu dengan kebutuhan
Zat Gizi Rencana Menu Kebutuhan % kecukupan Interpretasi
Energi (kkal) 1879,8 1900 98% Cukup
Protein (gr) 77,7 70,3 110% Cukup
Lemak (gr) 71,5 63 113% Cukup
Karbohidrat (gr) 247,9 262,95 94% Cukup
Y. PEMBAHASAN
Penyakit Parkinson (Parkinson’s Disease) atau disingkat PD
merupakan penyakit neurologis (menyerang syaraf) yang dikarakteristikkan
gerakan yang semakin menurn dan melambat, kekakuan otot, sering
mengalami tremor/kejang, ketidakstabilan postural (kurang seimbang saat
berdiri, posisi kurang sempurna), dan penurunan transmisi dopamine dari
syaraf menuju otak bagian ganglia basal. Pada penyakit ini dalam
perawatannya yang perlu diperhatikan yaitu adanya interaksi obat dan
makanan khususnya obat golongan antiparkinson yang berperan sebagai agen
dopamine seperti levodopa, sinmet, dan lainnya. obat ini dapat menimbulkan
efek samping dalam meningktakan tanda yang merugikan pada penderita
Parkinson jika manajemen pemberiannya tidak dilakukan dengan baik. Salah
satunya, berkaitan dengan pengaturan banyaknya jumlah pemberian protein
bagi penderita PD yang mengonsumsi levodopa. 4 Protein yang diberikan
sebaiknya berkisar antara 0,8-1 gram/KgBB. Hal tersebut dikarenakan
pemberian protein rendah lebih meningkatkan serapan levodopa dalam usus
yang selanjutnya ditransport ke sawar darah otak. Obat levodopa berkompetisi
bersama asam amino netral seperti leusin dan isoleusin dalam proses
penyerapannya oleh usus kecil.5,6 Selanjutnya distribusi pemberian protein
juga perlu diperhatikan, sebaiknya diberikan dalam jumlah yang lebih sedikit
pada makan pagi dan siang serta lebih banyak pada makan malam. 4,5
PD meningkat risikonya pada lansia yang manaa pada usia ini sel mulai
mengalami penurunan produksi dan mengalami reaksi oksidasi yang tinggi.
Aktivitas oksidasi sel pada tubuh lansia mengakibatkan penurunan neuron
syaraf termasuk dopamine di dalamnya dan meningkatkan monoamine
oksidase (enzim yang berperan dalam menghilangkan neurotransmitter
norepinefrin, serotonin, dan dopamine menuju/dari otak).4 Sumber makanan
kaya vitamin dan mineral seperti vitamin A, C, E dan zinc, folat, selenium
perlu ditingkatkan pemberiannya guna menurunkan keparahan stres oksidatif
dalam tubuh penderita PD.4 Selain itu sumber makanan yang berperan sebagai
antiinflamasi juga diberikan seperti senyawa fenolik (buah buahan, bumbu dan
rempah) dan asam lemak omega 3.4 Pemberian asupan makanan tinggi vitamin
mineral yang berfungsi sebagai neuroproteksi pada kejadian penyakit
Parkinson juga perlu dianjurkan seperti vitamin B3, C, E, dan D.8
Keluhan yang dirasakan Tn C berupa gangguan menelan juga perlu
dipertimbangkan dalam manajemen perawatannya agar mengurangi risiko
malnutrisi akibat ketidakcukupan asupan. Skrining mengenai level
kemampuan menelan Tn C sangat perlu untuk dilakukan dan dievaluasi agar
dapat memberikan rencana pemberian asupan dengan konsistensi yang tepat
bagi kondisinya.4,5 Adanya tanda penyakit Parkinson berupa kejadian tremor
dan gangguan keseimbangan yang diikuti demensia dan gangguan makan
diperlukan pendamping untuk membantu proses perawatan Tn C yaitu istri
beliau.4,6 Oleh karena itu, sasaran konseling gizi tidak hanya pada Tn C
melainkan juga istrinya sebagai pendamping/pengasuh utama.
Monitoring dan evaluasi agar tercapainya proses asuhan gizi yang tepat
sesuai kondisi pasien dalam menurunkan tingkat keparahan penyakit dan
mencukupi asupannya yang perlu diperhatikan yaitu monitoring berat badan
rutin baik ada tidaknya peningkatan dan monitoring penilaian asupan gizi
minimal terasup 80% melalui visual comstock guna mengetahui ada tidaknya
keluhan asupan baik jumlah maupun tekstur yang diberikan. Selanjutnya juga
dilakukan evaluasi skrining tes kemampuan menelan guna mengetahu tekstur
asupan yang tepat. Metode yang digunakan yaitu SDQ (Swallowing
Disturbances Questionnaire).5 Hal ini dikarenakan metode skrining
menggunakan SDQ tergolong sebagai predictor yang baik dalam
mendiagnosis ada tidaknya gangguan menelan yang diikuti tanda yang dialami
pasien. Selain itu, metode ini dapat dengan mudah dipahami dan dibaca oleh
pasien, pengasuh/pendamping, perawat, dan dokter dalam melakukan
pengecekan rutin terhadap progresi dini risiko gangguan menelan pada
penyakit neurologis, gastroenterology, dan otolaringologi. 9
Z. DAFTAR PUSTAKA
1. Lam P, Stanschus S, Zaman R, Cichero JAY. The International Dysphagia
Diet Standardisation Initiative ( IDDSI ) framework : the Kempen pilot.
2017;(May).
2. Reber E, Gomes F, Vasiloglou MF, Stanga Z. Management of Dehydration
in Patients Suffering Swallowing Difficulties. Clin Med (Northfield Il).
2019;8(1923):1–19.
3. Bendich A. Handbook of Drug-Nutrient Interactions. second. Boullata JI,
Armenti VT, editors. New York: Humana Press; 2010.
4. Zupec-Kania B, O’Flaherty T. Medical Nutrition Therapy for Neurological
Disorders. In: Mahan LK, Raymond JL, editors. Krauses’S Food & The
Nutrition Care Process. Fourteenth. Canada: Elsevier Inc.; 2017. p. 813.
5. Cereda E, Claude J, Burgos R, Bret I, Dziewas R, Genton L, et al. ESPEN
guideline clinical nutrition in neurology. 2018;37:354–96.
6. Nelms MN, Sucher KP, Lacey K. Diseases and Disorders of The
Neurological System. In: Nutrition Therapy and Pathophysiology. third.
Boston, USA: Cengage Learning; 2014. p. 613.
7. Prasetyo WH, Pramantara IDP, Budiningsari RD. Hasil skrining
berdasarkan metode MNA (mini nutritional assestment) tidak berpengaruh
terhadap lama rawat inap dan status pulang pasien lanjut usia di RSUP Dr.
Sardjito Yogyakarta. J Gizi dan Diet Indones (Indonesian J Nutr Diet.
2016;2(2):75.
8. Zhao X, Zhang M, Li C, Jiang X, Su Y, Zhang Y. Review Article Benefits
of Vitamins in the Treatment of Parkinson ’ s Disease. 2019;2019.
9. Cohen JT, Manor Y. Swallowing Disturbance Questionnaire for Detecting
Dysphagia Swallowing Disturbance Questionnaire for Detecting
Dysphagia. 2018;(October).
AA. LAMPIRAN
1. Leaflet
2. Perhitungan status gizi
IMT
= BBkg/(TBm2)
= 70,3 / (1,775)2 = 22,31 kg/m2 (normal)
3. Perhitungan penurunan BB
𝐵𝐵 𝑎𝑤𝑎𝑙−𝐵𝐵 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟
= 𝑥100%
𝐵𝐵 𝑎𝑤𝑎𝑙
77,11−70,3
= 𝑥100%
77,11
= 6,81%
2. Perhitungan kebutuhan zat gizi
BMR (Mifflin)
= (10 x BB) + (6,25 x TB) – (5 x U) + 5
= (10 x 70,3) + (6,25 x 177,5) – (5 x 74) + 5
= 1447,375 kkal
Energi
= BMR x faktor aktivitas x faktor stres
= 1447,375 x 1,2 x 1,4
= 2431,59 kkal
Protein
= 0,8 gram/KgBB
= 0,8 x 70,3
= 56,24 gram
Lemak
= 30 % dari energi
= (0,3 x 2431,59) : 9
= 81 gram
Karbohidrat
= energi – protein - lemak
= (2431,59 – (56,24x4) – (81x9)) : 4
= 369,4 gram
Serat
= 25 gram
Cairan
= 1500 ml
SOAL-SOAL MATERI GANGGUAN SYARAF
1. Pemberian protein yang dianjurkan pada pasien stroke yaitu
a. 0,5 – 0,75 gram/kgBB
b. 0,8 – 1 gram/kgBB
c. 1,25 – 1,5 gram/kgBB
d. > 2 gram/kgBB
2. Berikut hal yang perlu diperhatikan dalam manajemen diet pasien disfagia
a. Berikan minuman konsistensi cair jernih agar mempercepat proses telan
b. Berikan makanan konsistensi sangat cair melalui oral guna mencegah
aspirasi
c. Berikan makanan konsistensi kental guna memperlambat proses telan
d. Berikan makanan konsistensi lunak lembut (saring) guna
mencegah aspirasi
3. Berikut syarat yang perlu diperhatikan dalam pemberian nutrisi enteral bagi
pasien disfagia
a. Pengecekan rutin reflux gastroesofageal dan pengosongan lambung
b. Pemberian nutrisi enteral < 2 bulan dapat disertai endoskopi
c. Pasien mulai sadar dan pencernaan membaik dapat dilanjutkan
pemberian parenteral
d. Pemberian nutrisi enteral > 2 bulan dapat disertai nutrisi parenteral
4. Berikut tahapan tekstus makanan yang tepat bagi penderita disfagia, kecuali
a. Level 1 : tekstur slightly thick
b. Level 2 : tekstur bite-sized pieces
c. Level 4 : tekstur moist and minced
d. Level 3 : tekstur bite-sized pieces
3. Berikut perbedaan formula enteral standard an elemental
a. Formula standar mengandung zat gizi tunggal tertentu
b. Formula elemental melalui penyerapan saluran cerna mulai dari
lambung hingga kolon
c. Formula standar biasanya mengandung 2 zat gizi tertentu
d. Formula elemental melalui proses pencernaan yang pendek
(langsung cerna)