Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN STUDI LAPANGAN

BLOK ASUHAN GIZI KLINIK 2


TATA LAKSANA DIET PADA PASIEN
ULKUS DM DIG IV PEDIS DEXTRA

Disusun Oleh :

LINDI YONIKA
13/348792/KU/15926

PROGRAM STUDI GIZI KESEHATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2016
Halaman Pengesahan

LAPORAN STUDI LAPANGAN


TATA LAKSANA DIET PADA PASIEN
ULKUS DM DIG IV PEDIS DEXTRA

Laporan studi kasus ini diajukan dalam rangka pembelajaran praktik lapangan
Blok Asuhan Gizi Klinik 2 – Penyakit Degeneratif dan Sindroma Metabolik

Disusun oleh :
Lindi Yonika
13/348792/KU/15926

Telah diperiksa dan disetujui


Tanggal 7 Mei 2016

Oleh
Kepala Instalasi Gizi Pembimbing Lapangan
RSUD dr. T jitrowardojo Purworejo

Nursidik, SKM, MM
Suparta, SKM
NIP 19670311 199203 1 010
NIP 19690505 199603 1 007
BAB 1.
PENDAHULUAN
1. ASSESMEN GIZI

A. ANAMNESIS
1. IDENTITAS PASIEN
Nama Tn. H No RM 330601200272957
Umur 75 tahun Ruang Kutilang 9
Sex Laki-laki Tgl Masuk 26 -04-16
Pekerjaan Pensiunan Tgl Kasus 26 - 04 -16
Pendidikan Tamat SD Alamat Loana Kulon RT 2/RW 4 Loana
Purworejo
Agama Islam Diagnosis Ulkus DM dig IV pedis dextra
medis

2. Berkaitan dengan Riwayat Penyakit


Keluhan Utama Luka di jari 4,5 menghitam
Riwayat Penyakit 1 BSMRS luka dikelingking jari ke 4 di kaki kanan, nafsu makan
Sekarang menurun.
3 HSMRS ini kaki kanan dan kiri lemas. Kaki kanan menghitam ada
bau
Riwayat Penyakit Diabetes melitus
Dahulu
Riwayat Penyakit -
Keluarga

3. Berkaitan Dengan Riwayat Gizi


Data Sosio ekonomi Penghasilan :-

Jumlah anggota keluarga : 2


Suku : Jawa
Aktifitas fisik Jumlah jam kerja :
Jumlah jam tidur sehari : 10 jam
Jenis olahraga :-
Frekuensi :-
Alergi makanan Makanan . :-
Penyebab : -
Jenis diet khusus : DM
Alasan : Menderita DM tipe 2
Masalah gastrointestinal Nyeri ulu hati (ya/tidak ), Mual (ya/tidak ), Muntah
(ya/tidak ), Diare (ya/tidak), Konstipasi (ya/tidak ),
Anoreksia (ya/tidak), Perubahan pengecapan/
penciuman (ya/tidak )
Penyakit kronik Jenis penyakit : DM tipe 2
Modifikasi diet : diet DM
Jenis dan lama pengobatan : Glimepirid selama 13
tahun
Kesehatan mulut Sulit menelan (ya/tidak), Stomatitis (ya/tidak),
Gigi lengkap (ya/tidak)
Pengobatan Vitamin/mineral/suplemen gizi lain : -
Frekuensi dan jumlah
Perubahan BB Bertambah/berkurang Lamanya: 1 minggu
Tidak disengaja: tidak nafsu makan
Mempersiapkan makanan Fasilitas memasak : kompor, dimasakkan anak
Fasilitas menyimpan makanan : almari
Riwayat / pola makan Makanan pokok
nasi 3x/hari @ 1 centong
Lauk hewani
ayam 1-2x/minggu, lele 1-2x/minggu @ 1 potong
Lauk nabati
tempe 1-2x/minggu, tahu 1-2x/minggu @1 potong
Sayuran
Sop (wortel), bening bayam, lotek
Buah
Jeruk 3x sehari @ 1buah
Minum
Susu anlene tanpa gula 2 gelas sehari, teh tawar 1gelas
sehari, air putih 3 gelas sehari, sirup tropicana slim 1
gelas/minggu
Selingan
Arem-arem, lemper
Kesimpulan :
Pasien berusia 75 tahun masuk rumah sakit dengan diagnosis medis ulkus diabetikum pada
digiti ke 4 pedis dextra. Adapun keluhan utama pasien adanya luka di jari kaki 4 dan 5 yang sudah
menghitam. Keluhan ini dimulai 1 bulan sebelum masuk rumah sakit dimana muncul luka di
kelingking jari kanan. 3 hari sebelum masuk rumah sakit mulai merasa kanan dan kiri lemas serta
mulai menghitam dan bau. 1 minggu ini pasien mulai merasa nafsu makannya berkurang. Pasien
memiliki riwayat penyakit dahulu diabetes melitus tipe 2.
Pasien tidak memiliki permasalahan gastrointestinal dan gangguan mulut kecuali gigi yang
sudah tidak lengkap. Pasien juga sudah pernah mendapatkan konseling mengenai diet DM namun
terkadang masih sulit untuk pelaksanaannya. Pasien juga rutin minum obat metformin dan citaz
sebelum masuk rumah sakit. Pasien mengalami penurunan berat badan selama 1 minggu terakhir
dikarenakan adanya penurunan nafsu makan. Pasien rutin makan 3x sehari dengan makanan
pokok berupa nasi sebanyak 1 centong, lauk yang berganti-ganti antara hewani dan nabati setiap
kali makan 1 potong. Mengonsumsi sayuran 3x setiap hari seperti sop, bening bayam, dan lotek.
Pasien selalu rutin makan buah jeruk 3x sehari sehabis makan. Pasien rutin minum susu anlene 2x
sehari, teh 1x sehari, air putih 3x sehari, serta terkadang minum sirup tropicana slim. Selingan yang
kerap dikonsumsi pasien adalah arem-arem dan lemper.

B. ANTROPOMETRI
Panjang ulna LLA
27 cm 24 cm

LLAAktual
Persentil LLA = x100%
LLAPersentil
24
= x100%
= 78,2 (gizi kurang)
30,7
Rumus Pureepatpong N, et al (2012)
Perkiraan TB = 64,605 + (3,8089 x panjang ulna)
= 64,605 + 102,82
= 167,4 cm
Berat badan ideal = (TB-100) 90%
= (167,4 -100) 90% = 60,6 kg
Kesimpulan :
Berdasarkan pengukuran persentil LILA, pasien termasuk kategori gizi kurang. Menurut
Wahyuningsih (2013), individu mengalami gizi buruk dalam kategori persentil LILA <70%, gizi
kurang dalam kategori ≥70-85% dan gizi baik dalam kategori ≥85%
C. PEMERIKSAAN BIOKIMIA
Pemeriksaan Satuan/ Awal Masuk RS keterangan
urin/darah Nilai Normal
Hemoglobin 13,2-17,3 g/dl 11,4 g/dl Rendah
Hematokrit 40-52 % 34 % Rendah
Leukosit 3,8-10,6 103/ul 20,7 103/ul Tinggi
Eritrosit 4,4-5,9 106/ul 4 106/ul Rendah
Trombosit 150-400 103/ul 444 103/ul Tinggi
MCV 80-100 fL 84 fL Normal
MCH 26-34 pg 28 pg Normal
MCHC 32-36 g/dl 34 g/dl Normal
Neutrofil 50-70 % 87,5 % Tinggi
Limfosit 25-40 % 9,2 % Rendah
Monosit 2-8 % 3% Normal
Eusinofil 2-4 % 0,3 % Rendah
Basofil 0-1 % 0,6 % Normal
GDS 70-120 mg/dl 521 mg/dl Tinggi
Ureum 10-50 mg/dl 67,7 mg/d; Tinggi
Kreatinin 0,6-1,1 mg/dl 1,6 mg/dl Tinggi
SGOT 0-50 U/L 25 U/L Normal
SGPT 0-50 U/L 21 U/L Normal
Kalium 3,5-5,3 mmol/L 4,54 mmol/L Normal
Natrium 135-148 mmol/L 127 mmol/L Rendah
Klorida 98-107 mmol/L 93,6 mmol/L Rendah

Kesimpulan :
Berdasarkan hasil pemeriksaan biokimia, pasien mengalami penurunan hemoglobin,
hematokrit, eritrosit, limfosit, eusinofil, natrium dan klorida. Sedangkan leukosit, trombosit,
neutrofil, GDS, kreatinin dan ureum mengalami peningkatan. Penurunan kadar eosinofil,
natrium dan klorida dikarenakan adanya cedera jaringan akibat terjadinya ulkus diabetikum.
Pasien yang dalam kondisi anemia juga dapat menyebabkan terjadinya penurunan hematokrit.
Terjadinya peningkatan ureum dan kreatinin dapat dikarenakan adanya gangguan ginjal pada
pasien terkait dengan riwayat diabetes melitus atau dikarenakan adanya nefropati diabetik.
Peningkatan leukosit dan neutrofil dapat dikarenakan nekrosis jaringan berupa terjadinya ulkus
diabetikum (Wahyuningsih, 2013).
D. PEMERIKSAAN FISIK KLINIK
1. Kesan Umum : Compos Mentis
2. Vital Sign
Pemeriksaan Hasil Keterangan
Tekanan darah 120/80 Normal
Respirasi 17 Normal
Nadi 89 Normal
Suhu 37,2 Normal
3. Kepala/ abdomen/extremitas dll : NT(+)

Kesimpulan :
Dilihat dari kesan umum, pasien dalam kondisi compos mentis. Selain itu, tekanan darah,
respirasi, nadi, dan suhu pasien masih normal. Pasien merasakan adanya nyeri tekan pada
ekstremitas pasien.

E. ASUPAN ZAT GIZI.


Hasil Recall 24 jam diet : Rumah dan rumah sakit
Tanggal : 26/04/2016

Implementasi Energi Protein (gr) Lemak KH (gr)


(kal) (gr)
Asupan oral 653,9 25,9 15,2 103
Kebutuhan 1721,2 63,7 47,2 267,3
(standar RS)
% Asupan 37,9 40,6 32,2 38,5

Kesimpulan :
Berdasarkan hasil recall, diketahui asupan makan pasien masih defisit karena masih di
bawah 80% (Arianingsih, 2008)
F. Terapi Medis
Jenis Fungsi Interaksi dengan zat gizi Solusi
Obat/tindakan Dan efek samping
NaCl Larutan elektrolit yang - - Pemberian melalui
diberikan melalui intravena
intravena untuk - Dosis pemberian 4x 500
memenuhi kebutuhan ml per hari
normal akan cairan dan
elektrolit, untuk pasien
yang mual, muntah,
diare, dan tidak dapat
memenuhi
kebutuhannya melalui
mulut
Cefotaxime Antibiotik yang melawan - -
bakteri Gram negatif
dan Gram positif dengan
menghambat sintesis
dinding sel
bakteri
Ketorolac Termasuk dalam Bersifat asam sehingga Dikonsumsi setelah
kategori berisiko iritasi lambung makan
obatnon-steroidal
anti-inflammatory drug
(NSAID) yang bekerja
sebagai analgesik untuk
meredakan nyeri
sedang
Ranitidin Menghambat sekresi - Dikonsumsi sebelum atau
asam lambung basal sesudah makan dengan
dan nocturnal melalui jam yang sama setiap
penghambatan harinya. Selain itu,
kompetitif terhadap menghindari makanan
kerja histamine pada yang dapat memicu
reseptor H2 di sel-sel produksi asam lambung
parietal. saat minum obat ini.
Novorapid Jenis insulin aspart tipe Risiko hipoglikemi Suntikkan saat sudah
fast-acting yang bekerja siap untuk m akan (30-45
dengan cara menit sebelum makan).
mengurangi kadar gula Sedia tablet glukosa
darah. Diberikan pada
pasien DM tipe 1
dewasa dan anak diatas
2 tahun. Diberikan
bersamaan dengan tipe
long-acting
Lavemir Jenis insulin detemir Risiko hipoglikemi Suntikkan saat sudah
tipe long-acting yang siap untuk m akan (30-45
bekerja dengan menit sebelum makan).
menurunkan kadar gula Sedia tablet glukosa
darah.
2. DIAGNOSIS GIZI

NI-2.1 Asupan makan inadekuat berkaitan dengan penurunan nafsu makan selama 1 minggu
terakhir dibuktikan dengan recall 24 jam energi 37,9% protein 40,6% lemak 32,2%
karbohidrat 38,5%
NI-5.1 Peningkatan kebutuhan protein berkaitan dengan penyembuhan ulkus dibuktikan oleh
kondisi ulkus diabetik dan anemia (11,4 g/dL)
NI-5.4 Penurunan kebutuhan karbohidrat sederhana berkaitan dengan riwayat penyakit DM tipe 2
dibuktikan oleh pemeriksaan biokimia GDS 521 g/dl
3. INTERVENSI GIZI

A. PLANNING
1. Tujuan diet
- Memberikan diet sesuai kebutuhan dan daya terima
- Membantu penyembuhan luka
- Membantu meningkatkan Hb
- Membantu mengontrol kadar gula darah

2. Prinsip dan syarat diet


- Energi sesuai kebutuhan
- Protein tinggi (15% kebutuhan energi)
- Lemak cukup (25% kebutuhan energi)
- Karbohidrat cukup
- Membatasi karbohidrat sederhana
- Memperhatikan 3J (jadwal, jenis, jumlah)
- Serat cukup

3. Perhitungan kebutuhan
Bedasarkan PERKENI
a. Kebutuhan energi
Kebutuhan basal = 30 kkal x BBI
= 30 kkal x 60,6 kg = 1674 kkal 1819,8
Koreksi penyesuaian umur = -20% x kebutuhan basal = 363,9 kkal
Koreksi aktivitas fisik = +10% x kebutuhan basal = 181,9 kkal
Koreksi faktor stres = 1,2
TEE = (BMR - koreksi umur + faktor aktivitas) x faktor stres
= (1819,8 -363,9 + 181,9) x 1,2
= 1965,5
b. Kebutuhan protein = 15% x kebutuhan energi
= 15% x 1965,5 = 294,8 kkal = 73,7 gr
c. Kebutuhan lemak = 15% x kebutuhan energi
= 25% x 1965,5 = 491,3 kkal = 54,6 gr
d. Kebutuhan karbohidrat = 60% x kebutuhan energi
= 60% x 1965,5 = 1179,3 kkal = 294,8 gr
4. Terapi Diet : Diet DM 1900
Bentuk makanan : Lunak (Nasi Tim)
Cara pemberian : Oral
5. Rencana Monitoring dan Evaluasi
Yang diukur Pengukuran Evaluasi/ target
Antropometri LILA Setiap hari Normal
Biokimia - Kadar hemoglobin, Menyesuaikan Normal
hematokrit, eritrosit,
limfosit, eusinofil,
leukosit, trombosit,
neutrofil, GDS,
kreatinin, ureum,
natrium dan klorida.
Fisik Klinis - Vital sign (TD, nadi, Menyesuaikan - Normal
suhu, respirasi)
- Nyeri - Membaik
- Kondisi ulkus - Membaik
Asupan zat gizi - Energi, protein, - Minimal 80%
lemak, karbohidrat, kebutuhan terpenuhi
Setiap hari
serat
- Daya terima - Baik

1. Rencana Konsultasi Gizi


Masalah Gizi Tujuan Konseling Gizi Materi Konseling Keterangan
Asupan makan -Mengedukasi pasien -Peran makanan Di bangsal
inadekuat dan keluarganya dalam proses Pemberian
mengenai bentuk penyembuhan konseling
makanan yang sesuai penyakit dilakukan
dengan daya terima -Macam bentuk kepada
pasien makanan sesuai pasien dan
-Memotivasi pasien daya terima keluarga
untuk menghabiskan pasien ketika dirawat
makanan yang diberikan -Contoh di bangsal
pengaturan dan hendak
makan sesuai pulang dari
dengan daya rumah sakit
terima pasien
Penurunan - Memberikan -Pemilihan bahan
kebutuhan pengetahuan kepada makanan
karbohidrat pasien dan keluarga mengandung
sederhana tentang kondisi DM karbohidrat
berkaitan dengan kompleks dan
penurunan gula serat serta
sederhana mengurangi
karbohidrat
sederhana
- Pengaturan pola
makan sesuai 3J
(jam, jenis,
jumlah)
Peningkatan -Memberikan - Pemilihan bahan
kebutuhan protein pengetahuan dan makanan yang
pemahaman kepada mengandung
pasien dan keluarga protein
pasien mengenai - Peran protein
pentingnya pemenuhan dalam tubuh,
protein dalam keadaan terutama dalam
infeksi dan kondisi status penyembuhan
gizi kurang luka

Pembahasan :
Perhitungan kebutuhan pasien menggunakan rumus PERKENI (2011) menggunakan
perkiraan berat badan dari LILA dengan mempertimbangkan koreksi usia, aktivitas fisik, dan
faktor stres. Rekomendasi diet yang disusun telah memenuhi dengan kebutuhan pasien (±10
%).
Makanan yang telah disusun mudah dicerna dan tidak memiliki bumbu yang merangsang.
Penyajian makanan dalam bentuk lunak (nasi tim) dengan frekuensi sering yaitu makanan
utama 3x dan makanan selingan 3x dengan porsi yang tepat sesuai kebutuhan energi.
B. IMPLEMENTASI
1. Kajian Terapi Diet Rumah Sakit
a.Jenis diet/bentuk makanan/cara pemberian : DM / K / Oral
b.Kajian Terapi
Energi Protein (gr) Lemak (gr) Karbohidrat
(kkal) (gr)
Standar Diet RS 1721,2 63,7 47,2 267,3
Kebutuhan 1965,5 73,7 54,6 294,8
%Pemenuhan 87,6 86,4 86,4 90,7

2. Rekomendasi Diet
Standar Diet RS (1700 Rekomendasi Diet
kkal) (1900 kkal)
Makan pagi Beras 50 gr Nasi tim
Telur 50 gr Beras 60 gr
Tahu 40 gr Opor telur
Sayuran 75 gr - Telur 55 gr
Minyak 5 gr - Santan 5 gr
Susu DM 20 gr Tahu bumbu kuning
-Tahu 50 gr
Sup pepaya muda
- Pepaya muda 75 gr
Susu DM 20 gr
Selingan Snack DM 75 gr Pisang rebus
Pisang kepok 75 gr
Teh tawar
Makan Siang Beras 75 gr Nasi tim
Ayam 50 gr Beras 75 gr
Tahu 40 gr Ayam masak kecap
Sayuran 75 gr -Ayam 55 gr
Minyak 5 gr -Kecap 10 gr
Buah 100 gr Perkedel kentang panggang
-Kentang 40 gr
-Telur 10 gr
Soto kediri
-Wortel 50 gr
-Soun 5 gr
-Tauge 10 gr
-Santan 5 gr
Melon 110 gr
Selingan Snack DM 50 gr Carang gesing
- Pisang kepok 55 gr
- Santan 5 gr
- Telur ayam 15 gr
- Gula pasir 13 gr
Teh tawar
Makan Malam Beras 75 gr Nasi tim
Daging sapi 40 gr Beras 75 gr
Tahu 40 gr Ayam bumbu terik
Sayuran 75 gr - Ayam 50 gr
Minyak 5 gr - Santan 5 gr
Buah 100 gr Tahu bumbu kuning
- Tahu50 gr Ca wortel
- Wortel 75 gr
Jeruk manis 55 gr

Nilai Gizi dibanding Energi : 87,6% Energi : 1823,4 kkal (92,7 %)


kebutuhan Protein : 86,4% Protein : 74,5 gr (101 %)
Lemak : 86,4% Lemak : 51,8 gr (94,8%)
Karbohidrat : 90,7% Karbohidrat : 269,6 gr (91,4%)

3. Penerapan diet berdasarkan rekomendasi


Pemesanan diet
Terapi diet : Diet DM
Bentuk makanan : Lunak (kasar)
Cara pemberian : Oral
Diet yang dipesan adalah diet DM lunak yang disesuaikan dengan kondisi serta kebutuhan
energi pasien. Terdapat peningkatan porsi makanan namun tidak signifikan dan dapat
langsung diterapkan kepada pasien.
4. Penerapan Konseling
Masalah Gizi Tujuan Konseling Gizi Materi Konseling Keterangan
Asupan makan -Mengedukasi pasien -Peran makanan Di bangsal
inadekuat dan keluarganya dalam proses Pemberian
mengenai bentuk penyembuhan konseling
makanan yang sesuai penyakit dilakukan
dengan daya terima -Macam bentuk kepada
pasien makanan sesuai pasien dan
-Memotivasi pasien daya terima pasien keluarga
untuk menghabiskan -Contoh pengaturan ketika dirawat
makanan yang diberikan makan sesuai di bangsal
dengan daya terima dan hendak
pasien pulang dari
Penurunan - Memberikan -Pemilihan bahan rumah sakit
kebutuhan pengetahuan kepada makanan
karbohidrat pasien dan keluarga mengandung
sederhana tentang kondisi DM karbohidrat
berkaitan dengan kompleks dan serat
penurunan gula serta mengurangi
sederhana karbohidrat
sederhana
- Pengaturan pola
makan sesuai 3J
(jam, jenis, jumlah)
Peningkatan -Memberikan - Pemilihan bahan
kebutuhan protein pengetahuan dan makanan yang
pemahaman kepada mengandung protein
pasien dan keluarga - Peran protein
pasien mengenai dalam tubuh,
pentingnya pemenuhan terutama dalam
protein dalam keadaan penyembuhan luka
infeksi dan kondisi status
gizi kurang
BAB 3.
DASAR TEORI

Diabetes mellitus merupakan suatu masalah kesehatan yang besar dan sangat perlu
penanganan yang seksama. World Health Organization (WHO) memprediksi bahwa akan
adanya peningkatan jumlah penyandang diabetes yang cukup besar pada tahun-tahun
mendatang (Gustaviani, 2007 dalam MA, 2014). Sedangkan untuk di Indonesia sendiri pada
saat ini penyandang diabetes kian bertambah banyak.
Diabetes melitus adalah kondisi kenaikan kadar gula darah atau kondisi hiperglikemia
pada orang yang didiagnosa diabetes melitus. Kondisi hiperglikemia tersebut diakibatkan
adanya gangguan sekresi insulin atau sensitivitas insulin. Kondisi diabetes dapat
menimbulkan terjadinya kerusakan organ vital tubuh seperti retina, glomerulus ginjal, dan
syaraf tepi (Jameson, 2013).
Menurut American Diabetic Association (2014), diabetes melitus adalah kondisi
terjadinya hiperglikemia akibat tubuh tidak mampu mengubah glukosa dalam plasma darah
menjadi energi.
a. Klasifikasi diabetes melitus
Dari seluruh kejadian diabetes melitus, 5-10% diantaranya menderita diabetes melitus
tipe 1 dan 90-95% mendertita diabetes melitus tipe.
i. Diabetes melitus tipe 1
Diakibatkan adanya kerusakan sel beta karena autoimun sehingga terjadi kekurangan
insulin secara absolut. Diabetes melitus tipe 1 umumnya terjadi pada anak-anak dan
remaja yang terus bergantung dengan suntikan insulin serta lebih berisiko mengalami
ketoasidosis (ADA, 2010).
ii. Diabetes melitus tipe 2
Menurut LeRoith (2011), diabetes melitus tipe 2 adalah permasalahan kesehatan
seluruh dunia, dimana ini merupakan penyakit jangka panjang untuk beberapa dekade ke
depan. Menurut American Diabetic Association (2014) diabetes melitus tipe 2 adalah
kondisi dimana pankreas (sel β pankreas) tidak dapat menghasilkan cukup insulin untuk
tubuh atau tubuh yang tidak dapat menggunakan insulin untuk metabolisme karbohidrat
secara maksimal sehingga dapat mengalami gangguan gula darah puasa dan gangguan
toleransi glukosa. Onset diabetes melitus tipe 2 umumnya muncul pada usia pertengahan
(sekitar 40 tahun) atau lebih tua (Arisman, 2010).
Terdapat keluhan-keluhan yang terjadi pada penderita diabetes melitus tipe 2.
Keluhan tersebut diantaranya poliuria, polidipsi,polifagia, dan penurunan berat badan yang
tidak diketahui penyebabnya (Perkeni, 20110). Keluhan atau gejala yang terlihat tidak
terlalu berat tersebut berjalan lambat sehingga kerap tidak disadari (Arisman, 2010).
iii. Diabetes melitus gestasional
Kondisi intoleransi glukosa yang terjadi saat kehamilan. Kondisi obesitas sebelum
kehamilan akan meningkatkan risiko terjadinya diabetes melitus gestasional pada ibu
hamil (ADA, 2010).
iv. Diabetes Melitus Tipe Lain
Terjadi karena etiologi lain, seperti pada defek genetik fungsi sel beta, defek genetik
kerja insulin, penyakit eksokrin pankreas, penyakit metabolik endokrin lain, iatrogenik,
infeksi virus, penyakit autoimun dan kelainan genetik lain.
b. Faktor risiko
Faktor risiko dibedakan menjadi yang tidak dapat diubah berupa jenis kelamin, umur,
dan faktor keturunan dan dapat diubah berupa faktor perilaku, gaya hidup, kebiasaan
merokok, dan konsumsi alkohol (Trisnawati, 2013).
c. Penatalaksanaan diabetes
Pengendalian faktor-faktor tersebut memerlukan perencanaan diet, terapi farmakologi,
dan pemeriksaan rutin (Mahan et al, 2013). Aktifitas fisik berupa olahraga yang
direkomendasikan ADA adalah 150 menit/minggu dengan frekuensi 2-3 kali/minggu latihan
sedang hingga berat. Aktifitas fisik yang teratur akan memberi pengaruh positif pada
kontrol glikemik, komposisi tubuh, tekanan darah, profil lipid, sensitivitas insulin, serta
menurunkan risiko komplikasi makrovaskular dan mikrovaskular (Ross et al, 2014).
Dalam perencanaan diet penderita diabetes melitus tipe 2 harus memperhatikan
makronutrien berupa karbohidrat, protein, lemak serta beberapa mikronutrien seperti
vitamin B, C, D, dan E, kromium, mangan, zink, magnesium, dan vanadium. Asupan
karbohidrat pada penderita diabetes tetap sesuai dengan kecukupan sehari yaitu 50-60%
namun harus memperhatikan pemilihan sumber karbohidrat seperti rendah indeks glikemik
serta jenis karbohidrat kompleks. Asupan protein tetap sesuai dengan kebu tuhan sehari (15-
20%) yang dibutuhkan untuk meningkatkan respon insulin tanpa meningkatkan kadar gula
darah. Asupan lemak tetap diperbolehkan jumlah 25-35% dengan asupan lemak jenuh
<7%, lemak tidak jenuh ganda 10%, serta asupan monounsaturated fat 20%. Penderita
diabetes diharapkan meningkatkan asupan lemak tidak jenuh sehingga profil lipid dapat
terkontrol. Asupan serat yang cukup juga dapat memperbaiki profil lipid serta meningkatkan
kontrol glikemik. Beberapa macam mikronutrien yang diberikan dalam bentuk suplemen
atau asupan makan yang cukup dapat mempengaruhi kontrol glikemik menjadi lebih baik
serta beberapa jenis mikronutrien seperti vitamin dan zink dapat berperan antioksidan
sehingga dapat menurunkan risiko terjadinya komplikasi makrovaskular maupun
mikrovaskular. Suplemen mikronutrien tersebut juga dibutuhkan penderita diabetes karena
umumnya penderita diabetes kekurangan zat mikronutrien yang larut dalam urin (Ross et
al, 2014 ; Arisman, 2010).
Pemilihan asupan karbohidrat pada penderita adalah yang memiliki indeks glikemik
rendah. Indeks glikemik tersebut dipengaruhi oleh jenis gula, jenis pati, jenis serat, lemak,
protein, dan pengolahan makanan. Asupan karbohidrat dengan indeks glikemik tinggi akan
menyebabkan kenaikan gula darah dan kadar insulin serta terjadinya peningkatan
counterregulatory hormone dan peningkatan kadar asam lemak bebas sehingga
mengakibatkan terjadinya disfungsi sel β pankreas, endotel dan dislipidemia. Hal tersebut
dapat meningkatkan risiko terjadinya sindrom metabolik termasuk diabetes melitus tipe 2.
Asupan rendah indeks glikemik dapat meningkatkan sensitivitas insulin, menurunkan
HbA1c dan fruktosamin sehingga akan meningkatkan kontrol glikemik penderita diabetes
melitus tipe 2 (Marsh, 2011). Asupan lemak mempengaruhi kontrol glikemik dengan
mempengaruhi pelepasan insulin oleh sel β pankreas sehingga akan mempengaruhi
sensitivitas insulin dalam mengontrol gula darah. Penderita diabetes melitus tipe 2 yang
tidak dapat mencapai kadar gula darah yang diharapkan perlu mendapatkan obat
hipoglikemia.

Diabetes mellitus merupakan the silent killer karena penyakit ini dapat mengenai semua
organ tubuh dan menimbulkan berbagai macam keluhan. Keluhan yang akan ditimbulkan antara
lain gangguan penglihatan mata, katarak, penyakit jantung, sakit ginjal, impotensi seksual, luka
sulit sembuh dan membusuk atau gangren, infeksi paru, gangguan pembuluh darah, stroke dan
sebagainya (Trisnawati, 2013). Penyakit ini jika dibiarkan tidak terkendali dapat menyebabkan
komplikasi metabolik akut maupun komplikasi vaskuler jangka panjang yaitu mikroangiopati dan
makroangiopati (Rini, 2008 dalam MA, 2014).
Diabetes Melitus memiliki berbagai macam komplikasi kronik dan yang paling sering
dijumpai adalah kaki diabetik (diabetic foot). Ulkus diabetikum adalah salah satu bentuk
komplikasi kronis diabetes melitus berupa luka terbuka pada permukaan kulit yang dapat
disertai adanya kematian jaringan setempat. Ulkus diakibatkan komplikasi makroangiopati
sehingga terjadi vaskuler insusifiensi dan neuropati, yang lebih lanjut terdapat luka pada
penderita yang sering tidak dirasakan dan dapat berkembang menjadi infeksi disebabkan oleh
bakteri aerob maupun anaerob (Hidayah, 2012). Terdapat beberapa tanda dan gejala ulkus
diabetes seperti sering kesemutan, nyeri kaki saat istirahat, sensasi rasa berlurang, kerusakan
jaringan (nekrosis), penurunan denyut nadi arteri dorsalis pedis, tibialis, poplitea, kaki menjadi
atrofi, dingin, kuku menebal dan kulit kering. Terdapat 5 tingkatan atau grade ulkus diabetikum
berdasarkan Wagner-Meggitt, yaitu :
Grade 0 : mulai adanya perubahan bentuk kaki namun belum terdapat ulkus yang terasa
sakit dan berisiko mengalami ulkus
Grade 1 : terdapat ulkus yang tidak dalam (superficial) lokal
Grade 2 : ulkus dalam yang sudah mencapai tendon, sendi, dan tulang
Grade 3 : ulkus yang disertai abses atau osteomyelitis
Grade 4 : ulkus dengan sebagian telapak kaki mengalami gangrene
Grade 5 : ulkus dengan gangrene meluas di seluruh kaki
BAB 3.
PEMBAHASAN

MONITORING, EVALUASI, DAN TINDAK LANJUT


TGL DIAGNOSIS MONITORING DAN EVALUASI KESIMPULAN & TINDAK LANJUT
ANTRO BIOKIMIA FISIK DAN ASUPAN (ASESMEN, DIAGNOSIS GIZI,
POMETRI KLINIS INTERVENSI GIZI)
28/04/16 Ulkus DM dig IV LLA : 24 cm GDP : 164 g/dl TD : 140/90 Energi : 602,2 A : tidak ada perubahan lingkar

pedis dextra GD2JPP : 230 mmHg kkal (30,6%) lengan atas


g/dl Nadi : 82x/menit Protein : 32,6 g B : nilai GDP dan GD2JPP pasien
Suhu : 360C (44,4%) masih berada di atas normal
Luka post operasi Lemak : 18,2 g (hiperglikemia)
basah (33,3%) C : tekanan darah pasien mengalami
Karbohidrat : 79,7 kenaikan menjadi 140/90 mmHg
g (27%) (hipertensi stage 1) serta luka post
Natrium : 320 mg operasi yang masih basah
(80%) D : asupan makan pasien mengalami
penurunan dibandingkan saat
pengambilan kasus
Diagnosis gizi : NI-5.4 Penurunan
kebutuhan garam berkaitan dengan
gangguan vaskuler dibuktikan oleh
tekanan darah 140/90 mmHg
(hipertensi stage 1)
Intervensi gizi : penurunan asupan
garam (200-400 mg)
TGL DIAGNOSIS MONITORING DAN EVALUASI KESIMPULAN DAN TINDAK LANJUT
ANTRO BIOKIMIA FISIK DAN ASUPAN (ASESMEN, DIAGNOSIS GIZI,
POMETRI KLINIS INTERVENSI GIZI)
29/04/16 Ulkus DM dig IV LLA : 24 cm GDP : 242 g/dl TD : 120/80 Energi : 697,2 A : tidak ada perubahan lingkar

pedis dextra GD2JPP : 243 mmHg kkal (35,5%) lengan atas


g/dl Luka basah dan Protein : 32,4 g B : nilai GDP dan GD2JPP mengalami
bau, ada rasa (43,9%) kenaikan pada hari kedua monev
nyeri Lemak : 19,8 g C : tekanan darah pasien sudah
(36,3%) kembali normal. Luka masih basah
Karbohidrat : 99,3 dan terasa nyeri
mg (33,7%) D : asupan makan pasien masih
dibawah 80% namun mengalami
peningkatan apabila dibandingkan
dengan hari pertama monev dan
pengambilan kasus.
Diagnosis gizi : tetap
Intervensi gizi : tetap
30/04/16 Ulkus DM dig IV LLA : 24 cm GDP : 95 g/dl TD : 140/90 Energi : 759,3 A : tidak ada perubahan lingkar

pedis dextra mmHg kkal (38,6%) lengan atas


Nyeri luka post Protein : 32,7 g B : nilai GDP pasien sudah dalam
operasi (44,4%) range normal, namun tidak ada
Lemak : 20 g pemeriksaan GD2JPP.
(36,6%) C : tekanan darah pasien mengalami
Karbohidrat : 115 peningkatan menjadi 140/90 mmHg
g (37,8%) (hipertensi stage 1) serta masih
Natrium : 313,6 terasa nyeri pada luka post operasi
mg (78,4%) D : asupan makan pasien masih
dibawah 80% namun mengalami
peningkatan dibandingkan hari
sebelumnya.
Diagnosis gizi : tetap
Intervensi gizi : tetap
Pembahasan :
Perhitungan kebutuhan energi pasien diabetes melitus menggunakan rumus PERKENI 30 kkal/kg
BB dengan koreksi umur, aktivitas fisik, dan faktor stres. Faktor stres yang digunakan adalah 1,2
karena kondisi ulkus dan bedah ringan. Kebutuhan protein pasien ditingkatkan untuk proses
penyembuhan ulkus diabetikum dan post operasi yaitu 15% kebutuhan energi. Kebutuhan lemak
pasien cukup sebesar 25% kebutuhan energi serta kebutuhan karbohidrat cukup sebesar 60%
kebutuhan energi. Asupan makan dan karbohidrat memperhatikan jenis karbohidrat, jadwal
pemberian dan jumlah asupan.
Monitoring yang dilakukan terdiri dari antropometri, biokimia, fisik klinis, dan dietary. Berdasarkan
monitoring antropometri, tidak ada perubahan ukuran LLA. Sedangkan kondisi fisik klinis pasien
berubah setiap harinya, dimana terjadi ketidak stabilan tekanan darah sehingga perlu diberikan diet
rendah garam selain diet DM. Pasien pun masih mengeluhkan rasa sakit di bekas luka serta luka
post operasi yang belum kering. Berdasarkan monitoring biokimia, terdapat ketidakstabilan kadar
GDP dan GD2JPP. Asupan makan pasien selama monitoring terus mengalami peningkatan
walaupun masih berada dibawah 80%.
BAB 4.
KESIMPULAN DAN SARAN

1. KESIMPULAN

1. Berdasarkan persentil LLA, status gizi pasien termasuk gizi kurang dan berdasarkan monitoring
pengukuran LLA pasien, LLA pasien tidak mengalami penurunan sehingga tidak terjadi
penurunan status gizi.
2. Berdasarkan hasil pemeriksaan biokimia, pasien mengalami anemia serta adanya penurunan
eosinofil, natrium, klorida serta peningkatan limfosit dan neutrofil karena kondisi ulkus. Ketidak
stabilan GDP dan GD2JPP selama monitoring menunjukkan kondisi diabetes melitus dengan
hiperglikemi belum tertangani dengan baik.
3. Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik klinik, pasien dalam kondisi compos mentis, pernapasan,
nadi, suhu yang normal, namun tekanan darah pasien tidak stabil setiap harinya dimana
mengalami kenaikan pada hari pertama monitoring dan hari ketiga monitoring.
4. Berdasarkan hasil recall 24 jam pasien di rumah sakit dan rumah, asupan makan pasien
inadekuat karena kurangnya nafsu makan. Selama monitoring, pasien mengalami kenaikan
asupan makan namun padi hari pertama monitoring mengalami penurunan asupan karena
pasca operasi.

2. SARAN

1. Pasien meningkatkan asupan makan sesuai dengan prinsip 3J dan membatasi asupan garam.
2. Pasien diharapkan dapat meningkatkan status gizi dengan meningkatkan asupan makan
3. Pasien diharapkan dapat mematuhi aturan diet DM dan rendah garam
DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Association. 2010. Diagnosis and Classification of Diabetes Melitus. Diabetes
Care. Vol 33, Supl 1 : 562-569
American Diabetes Association. 2014. Standards of Medical Care in Diabetes-2014. Diabetes Care.
Vol 37, Supl 1 :514-580
Ariningsih, Ening. 2008. Konsumsi dan Kecukupan Energi Dan Protein Rumah Tangga Perdesaan
di Indonesia. Bogor : Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Departemen
Pertanian
Arisman. 2010. Obesitas, Diabetes Melitus dan Dislipidemia : Konsep, Teori, dan Penanganan
Aplikatif. Jakarta : EGC
Hidayat, Ardian. 2012. Tingkat Pengetahuan Pasien Diabetes Mellitus tentang Risiko Terjadinya
Ulkus Kaki Diabetes di Poliklinik Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik
Medan. Skripsi. USU. Medan
Jameson, Larry. J. 2010. Harrisons Endocrinology, Second Edition. New York: McGraw-Hill
LeRoith, Derek. 2012. Prevention of Type 2 Diabetes : from Science to Therapy. New York :
Springer
MA, Maharani, 2014. Ulkus Diabetikum pada Wanita Dengan Pola Hidup yang Buruk pada
Penderita DM Tipe II dan Hipertensi Grade II. Medula, Volume 2, Nomor 1, Januari 2014.
Mahan, L. Kathleen., et al. 2013. Krause’s Food & The Nutrition Care Process. Missouri : Elsevier
Marsh, Kate., et al. 2011. Glycemic Index and Glycemic Load of Carbohydrates in The Diabetes
Diet. Current Diabetes Report. Vol 11:120–127
PERKENI. 2011. Konsensus Pengelolaan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia 2011. Jakarta :
Pengurus Besar Perkumpulan Endokrinologi Indonesia
Ross, A. Catharine., et al. 2014. Modern Nutrition in Health and Disease 11 th Edition. Philadelphia :
Wolters Kluwer.
Trisnawati, Shara Kurnia dan Soedijono Setyorogo. 2013. Faktor Risiko Kejadian Diabetes Mellitus
Tipe II di Puskesmas Kecamatan Cengkareng Jakarta Barat Tahun 2012. Jurnal Ilmiah
Kesehatan : Vol 5(1)
Wahyuningsih, Retno. 2013. Penatalaksanaan Diet Pada Pasien. Yogyakarta: Graha Ilmu.
LAMPIRAN 1. HASIL RECALL

Recall Hari Ke-1 : Pengambilan kasus


Tanggal : (26/04/2016)
Waktu Menu Energi (kkal) Protein (g) Lemak (g) KH (g)
Siang (12.00) Bubur nasi 120 gram 130,9 2,6 0,2 29,1
Selingan - - - - -
(10.00
Pagi (06.00) Susu 20 gram 92,8 1,9 3,8 10,3
Arem-arem 25 gram 80,8 3,7 2 11,7
Malam (21.00) Susu 20 gram 92,8 19,8 3,8 10,3
Wafer 10 gram 30,6 0,6 0,3 6,4
Sore (18.00) Nasi 50 gram 87,2 1,7 0,2 19,4
Ayam gudeg 25 gram 80,5 6,7 4,7 2,3
Sayur gudeg 25 gram 18,5 0,9 0,1 4,1
Jeruk 55 gram 28,3 0,5 0,1 7,1
Selingan - - - - -
(15.00)
Total asupan 653,9 25,9 15,2 103
Kebutuhan 1965,5 73,7 54,6 294,8
%asupan/ kebutuhan 33,3 35,2 27,8 34,9

Recall Hari Ke-2 : Monev I


Tanggal : (28/04/2016)
Waktu Menu Energi Protein Lemak KH (g) Natrium
(kkal) (g) (g) (mg)
Siang Bubur nasi 75 gram 66,3 1,3 0,1 14,8 1,1
(12.00) Ayam masak kecap 44,5 4,3 2,8 0,2 178,5
15 gram
Perkedel kentang 16,8 0,7 0,3 2,8 4,3
panggang 15 gram
Melon 110 gram 42,1 0,7 0,2 9,1 1,1
Selingan - - - - -
(10.00
Pagi (06.00) Bubur nasi 60 gram 52,3 1 0,1 11,7 0,9
Opor telur 30 gram 47,9 3,8 3,3 0,4 37,3
Tahu bumbu kuning 9,9 1,1 0,6 0,2 0,9
10 gram
Susu 20 gram 92,8 4,3 3,8 10,3 64
Selingan -
malam
(21.00)
Sore (18.00) Bubur nasi 75 gram 66,3 1,3 0,1 14,8 1,1
Tahu bumbu kuning 9,9 1,1 0,6 0,2 0,9
10 gram
Ca wortel 19 gram 4,9 0,2 0,9 11,4
Ayam terik 25 gram 72,6 6,7 4,8 0,1 18,4
Jeruk 55 gram 75,8 6,2 1,2 14,2
Selingan - - - - -
(15.00)
Infus NaCl 500 ml x 4 18
Total asupan 602,2 32,6 18,2 79,7 338
Kebutuhan 1965,5 73,7 54,6 294,8 400
%asupan/ kebutuhan 30,6 44,2 33,3 27 84,5

Recall Hari Ke-3 : Monev II


Tanggal : (29/04/2016)
Waktu Menu Energi Protein Lemak KH (g) Natrium
(kkal) (g) (g) (mg)
Siang Bubur nasi 100 gram 87,2 1,7 0,2 19,4 1,5
(12.00) Telur pindang 19 29,5 2,4 2 0,2 23,6
gram
Tempe bb tomat 20 40,3 3,8 3,5 3,5 1,4
gram
Bening bayam 20 7,4 0,7 1,5 2,2
gram
Pepaya 55 gram 21,4 0,3 0,1 5,4 1,6
Selingan Susu 20 gram 92,8 4,3 3,8 10,3 64
(10.00)
Pagi (06.00) Bubur nasi 80 gram 69,8 1,4 0,1 15,5 1,2
Rolade ayam saus 50,5 4,6 3,3 0,1 17,1
asam manis 20 gram
Perkedel tahu 12,7 1,2 0,8 0,2 4,4
panggang 13 gram
Susu 20 gram 92,8 4,3 3,8 10,3 64
Selingan -
malam
(21.00)
Sore (18.00) Bubur nasi 100 gram 87,2 1,7 0,2 19,4 1,5
Daging rawon 13 35 3,2 2,3 6,9
gram
Tahu kalio 25 gram 20,4 2 1,3 0,6 1,9
Pisang 55 gram 50,6 0,6 0,3 12,9 0,6
Selingan - - - - - -
(15.00)
Infus NaCl 500 ml x 4 18
Total asupan 697,2 32,4 19,8 99,3 209,8
Kebutuhan 1965,5 73,7 54,6 294,8 400
%asupan/ kebutuhan 35,5 43,9 36,3 33,7 83,9

Recall Hari Ke-4 : Monev III


Tanggal : (30/04/2016)
Waktu Menu Energi Protein Lemak KH (g) Natrium
(kkal) (g) (g) (mg)
Siang Bubur nasi 100 gram 87,2 1,7 0,2 19,4 1,5
(12.00) Rolade daging saus 55 5,2 3,6 0,1 121,6
kecap 20 gram
Semangka 55 gram 17,6 0,3 0,2 4 1,1
Selingan Susu 20 gram 92,8 4,3 3,8 10,3 64
(10.00
Pagi (06.00) Bubur nasi 60 gram 52,3 1 0,1 11,7 0,9
Telur bb semur 20 31 2,5 2,1 0,2 24,8
gram
Tahu bumbu kuning 9,9 1,1 0,6 0,2 0,9
13 gram
Laksa wortel kentang 11 0,3 2,4 6,4
soun 19 gram
Susu 20 gram 92,8 4,3 3,8 10,3 64
Selingan -
malam
(21.00)
Sore (18.00) Bubur nasi 225 gram 198,9 3,9 0,4 44,3 3,4
Daging bumbu empal 53,8 5 3,6 10,6
20 gram
Rolade tahu 25 gram 23 2,2 1,5 0,5 7,6
Ca wortel jipang 40 8,2 0,4 0,1 1,6 6
gram
Jeruk 55 gram 25,9 0,5 0,1 6,5
Selingan - - - - -
(15.00)
Infus NaCl 500 ml x 4 18
Total asupan 759,3 32,7 20 111,5 331,6
Kebutuhan 1965,5 73,7 54,6 294,8 400
%asupan/ kebutuhan 38,6 44,4 36,6 37,8 82,9
LAMPIRAN 2. HASIL SKRINING GIZI

FORMULIR NUTRITIONAL SIMPLE NUTRITION SCREENING TOOL


No. Rekam Medis : 330601200272957 Tanggal : 26-04-16
Nama Responden : Tn. H Jenis kelamin : L
Variabel Pertanyaan Skor
1. Kondisi pasien Apakah pasien terlihat kurus? 1
sekarang
2. Penurunan berat Apakah pakaian Anda terasa lebih 1
badan longgar
Apakah akhir-akhir ini Anda kehilangan 0
berat badan secara tidak sengaja (3 – 6
bulan terakhir)?
3. Penurunan asupan Apakah Anda mengalami penurunan 1
makan asupan makan selama 1 minggu
terakhir?
4. Riwayat penyakit Apakah Anda merasa lemah, loyo, dan 1
tidak bertenaga?
Apakah Anda menderita suatu penyakit 0
yang mengakibatkan adanya perubahan
jumlah atau jenis makanan yang Anda
makan?
Jumlah Skor 4

Interpretasi Skors
Jumlah Skor Interpretasi
0–2 Tidak berisiko
3–6 Berisiko

Anda mungkin juga menyukai