Disusun Oleh :
LINDI YONIKA
13/348792/KU/15926
Laporan studi kasus ini diajukan dalam rangka pembelajaran praktik lapangan
Blok Asuhan Gizi Klinik 2 – Penyakit Degeneratif dan Sindroma Metabolik
Disusun oleh :
Lindi Yonika
13/348792/KU/15926
Oleh
Kepala Instalasi Gizi Pembimbing Lapangan
RSUD dr. T jitrowardojo Purworejo
Nursidik, SKM, MM
Suparta, SKM
NIP 19670311 199203 1 010
NIP 19690505 199603 1 007
BAB 1.
PENDAHULUAN
1. ASSESMEN GIZI
A. ANAMNESIS
1. IDENTITAS PASIEN
Nama Tn. H No RM 330601200272957
Umur 75 tahun Ruang Kutilang 9
Sex Laki-laki Tgl Masuk 26 -04-16
Pekerjaan Pensiunan Tgl Kasus 26 - 04 -16
Pendidikan Tamat SD Alamat Loana Kulon RT 2/RW 4 Loana
Purworejo
Agama Islam Diagnosis Ulkus DM dig IV pedis dextra
medis
B. ANTROPOMETRI
Panjang ulna LLA
27 cm 24 cm
LLAAktual
Persentil LLA = x100%
LLAPersentil
24
= x100%
= 78,2 (gizi kurang)
30,7
Rumus Pureepatpong N, et al (2012)
Perkiraan TB = 64,605 + (3,8089 x panjang ulna)
= 64,605 + 102,82
= 167,4 cm
Berat badan ideal = (TB-100) 90%
= (167,4 -100) 90% = 60,6 kg
Kesimpulan :
Berdasarkan pengukuran persentil LILA, pasien termasuk kategori gizi kurang. Menurut
Wahyuningsih (2013), individu mengalami gizi buruk dalam kategori persentil LILA <70%, gizi
kurang dalam kategori ≥70-85% dan gizi baik dalam kategori ≥85%
C. PEMERIKSAAN BIOKIMIA
Pemeriksaan Satuan/ Awal Masuk RS keterangan
urin/darah Nilai Normal
Hemoglobin 13,2-17,3 g/dl 11,4 g/dl Rendah
Hematokrit 40-52 % 34 % Rendah
Leukosit 3,8-10,6 103/ul 20,7 103/ul Tinggi
Eritrosit 4,4-5,9 106/ul 4 106/ul Rendah
Trombosit 150-400 103/ul 444 103/ul Tinggi
MCV 80-100 fL 84 fL Normal
MCH 26-34 pg 28 pg Normal
MCHC 32-36 g/dl 34 g/dl Normal
Neutrofil 50-70 % 87,5 % Tinggi
Limfosit 25-40 % 9,2 % Rendah
Monosit 2-8 % 3% Normal
Eusinofil 2-4 % 0,3 % Rendah
Basofil 0-1 % 0,6 % Normal
GDS 70-120 mg/dl 521 mg/dl Tinggi
Ureum 10-50 mg/dl 67,7 mg/d; Tinggi
Kreatinin 0,6-1,1 mg/dl 1,6 mg/dl Tinggi
SGOT 0-50 U/L 25 U/L Normal
SGPT 0-50 U/L 21 U/L Normal
Kalium 3,5-5,3 mmol/L 4,54 mmol/L Normal
Natrium 135-148 mmol/L 127 mmol/L Rendah
Klorida 98-107 mmol/L 93,6 mmol/L Rendah
Kesimpulan :
Berdasarkan hasil pemeriksaan biokimia, pasien mengalami penurunan hemoglobin,
hematokrit, eritrosit, limfosit, eusinofil, natrium dan klorida. Sedangkan leukosit, trombosit,
neutrofil, GDS, kreatinin dan ureum mengalami peningkatan. Penurunan kadar eosinofil,
natrium dan klorida dikarenakan adanya cedera jaringan akibat terjadinya ulkus diabetikum.
Pasien yang dalam kondisi anemia juga dapat menyebabkan terjadinya penurunan hematokrit.
Terjadinya peningkatan ureum dan kreatinin dapat dikarenakan adanya gangguan ginjal pada
pasien terkait dengan riwayat diabetes melitus atau dikarenakan adanya nefropati diabetik.
Peningkatan leukosit dan neutrofil dapat dikarenakan nekrosis jaringan berupa terjadinya ulkus
diabetikum (Wahyuningsih, 2013).
D. PEMERIKSAAN FISIK KLINIK
1. Kesan Umum : Compos Mentis
2. Vital Sign
Pemeriksaan Hasil Keterangan
Tekanan darah 120/80 Normal
Respirasi 17 Normal
Nadi 89 Normal
Suhu 37,2 Normal
3. Kepala/ abdomen/extremitas dll : NT(+)
Kesimpulan :
Dilihat dari kesan umum, pasien dalam kondisi compos mentis. Selain itu, tekanan darah,
respirasi, nadi, dan suhu pasien masih normal. Pasien merasakan adanya nyeri tekan pada
ekstremitas pasien.
Kesimpulan :
Berdasarkan hasil recall, diketahui asupan makan pasien masih defisit karena masih di
bawah 80% (Arianingsih, 2008)
F. Terapi Medis
Jenis Fungsi Interaksi dengan zat gizi Solusi
Obat/tindakan Dan efek samping
NaCl Larutan elektrolit yang - - Pemberian melalui
diberikan melalui intravena
intravena untuk - Dosis pemberian 4x 500
memenuhi kebutuhan ml per hari
normal akan cairan dan
elektrolit, untuk pasien
yang mual, muntah,
diare, dan tidak dapat
memenuhi
kebutuhannya melalui
mulut
Cefotaxime Antibiotik yang melawan - -
bakteri Gram negatif
dan Gram positif dengan
menghambat sintesis
dinding sel
bakteri
Ketorolac Termasuk dalam Bersifat asam sehingga Dikonsumsi setelah
kategori berisiko iritasi lambung makan
obatnon-steroidal
anti-inflammatory drug
(NSAID) yang bekerja
sebagai analgesik untuk
meredakan nyeri
sedang
Ranitidin Menghambat sekresi - Dikonsumsi sebelum atau
asam lambung basal sesudah makan dengan
dan nocturnal melalui jam yang sama setiap
penghambatan harinya. Selain itu,
kompetitif terhadap menghindari makanan
kerja histamine pada yang dapat memicu
reseptor H2 di sel-sel produksi asam lambung
parietal. saat minum obat ini.
Novorapid Jenis insulin aspart tipe Risiko hipoglikemi Suntikkan saat sudah
fast-acting yang bekerja siap untuk m akan (30-45
dengan cara menit sebelum makan).
mengurangi kadar gula Sedia tablet glukosa
darah. Diberikan pada
pasien DM tipe 1
dewasa dan anak diatas
2 tahun. Diberikan
bersamaan dengan tipe
long-acting
Lavemir Jenis insulin detemir Risiko hipoglikemi Suntikkan saat sudah
tipe long-acting yang siap untuk m akan (30-45
bekerja dengan menit sebelum makan).
menurunkan kadar gula Sedia tablet glukosa
darah.
2. DIAGNOSIS GIZI
NI-2.1 Asupan makan inadekuat berkaitan dengan penurunan nafsu makan selama 1 minggu
terakhir dibuktikan dengan recall 24 jam energi 37,9% protein 40,6% lemak 32,2%
karbohidrat 38,5%
NI-5.1 Peningkatan kebutuhan protein berkaitan dengan penyembuhan ulkus dibuktikan oleh
kondisi ulkus diabetik dan anemia (11,4 g/dL)
NI-5.4 Penurunan kebutuhan karbohidrat sederhana berkaitan dengan riwayat penyakit DM tipe 2
dibuktikan oleh pemeriksaan biokimia GDS 521 g/dl
3. INTERVENSI GIZI
A. PLANNING
1. Tujuan diet
- Memberikan diet sesuai kebutuhan dan daya terima
- Membantu penyembuhan luka
- Membantu meningkatkan Hb
- Membantu mengontrol kadar gula darah
3. Perhitungan kebutuhan
Bedasarkan PERKENI
a. Kebutuhan energi
Kebutuhan basal = 30 kkal x BBI
= 30 kkal x 60,6 kg = 1674 kkal 1819,8
Koreksi penyesuaian umur = -20% x kebutuhan basal = 363,9 kkal
Koreksi aktivitas fisik = +10% x kebutuhan basal = 181,9 kkal
Koreksi faktor stres = 1,2
TEE = (BMR - koreksi umur + faktor aktivitas) x faktor stres
= (1819,8 -363,9 + 181,9) x 1,2
= 1965,5
b. Kebutuhan protein = 15% x kebutuhan energi
= 15% x 1965,5 = 294,8 kkal = 73,7 gr
c. Kebutuhan lemak = 15% x kebutuhan energi
= 25% x 1965,5 = 491,3 kkal = 54,6 gr
d. Kebutuhan karbohidrat = 60% x kebutuhan energi
= 60% x 1965,5 = 1179,3 kkal = 294,8 gr
4. Terapi Diet : Diet DM 1900
Bentuk makanan : Lunak (Nasi Tim)
Cara pemberian : Oral
5. Rencana Monitoring dan Evaluasi
Yang diukur Pengukuran Evaluasi/ target
Antropometri LILA Setiap hari Normal
Biokimia - Kadar hemoglobin, Menyesuaikan Normal
hematokrit, eritrosit,
limfosit, eusinofil,
leukosit, trombosit,
neutrofil, GDS,
kreatinin, ureum,
natrium dan klorida.
Fisik Klinis - Vital sign (TD, nadi, Menyesuaikan - Normal
suhu, respirasi)
- Nyeri - Membaik
- Kondisi ulkus - Membaik
Asupan zat gizi - Energi, protein, - Minimal 80%
lemak, karbohidrat, kebutuhan terpenuhi
Setiap hari
serat
- Daya terima - Baik
Pembahasan :
Perhitungan kebutuhan pasien menggunakan rumus PERKENI (2011) menggunakan
perkiraan berat badan dari LILA dengan mempertimbangkan koreksi usia, aktivitas fisik, dan
faktor stres. Rekomendasi diet yang disusun telah memenuhi dengan kebutuhan pasien (±10
%).
Makanan yang telah disusun mudah dicerna dan tidak memiliki bumbu yang merangsang.
Penyajian makanan dalam bentuk lunak (nasi tim) dengan frekuensi sering yaitu makanan
utama 3x dan makanan selingan 3x dengan porsi yang tepat sesuai kebutuhan energi.
B. IMPLEMENTASI
1. Kajian Terapi Diet Rumah Sakit
a.Jenis diet/bentuk makanan/cara pemberian : DM / K / Oral
b.Kajian Terapi
Energi Protein (gr) Lemak (gr) Karbohidrat
(kkal) (gr)
Standar Diet RS 1721,2 63,7 47,2 267,3
Kebutuhan 1965,5 73,7 54,6 294,8
%Pemenuhan 87,6 86,4 86,4 90,7
2. Rekomendasi Diet
Standar Diet RS (1700 Rekomendasi Diet
kkal) (1900 kkal)
Makan pagi Beras 50 gr Nasi tim
Telur 50 gr Beras 60 gr
Tahu 40 gr Opor telur
Sayuran 75 gr - Telur 55 gr
Minyak 5 gr - Santan 5 gr
Susu DM 20 gr Tahu bumbu kuning
-Tahu 50 gr
Sup pepaya muda
- Pepaya muda 75 gr
Susu DM 20 gr
Selingan Snack DM 75 gr Pisang rebus
Pisang kepok 75 gr
Teh tawar
Makan Siang Beras 75 gr Nasi tim
Ayam 50 gr Beras 75 gr
Tahu 40 gr Ayam masak kecap
Sayuran 75 gr -Ayam 55 gr
Minyak 5 gr -Kecap 10 gr
Buah 100 gr Perkedel kentang panggang
-Kentang 40 gr
-Telur 10 gr
Soto kediri
-Wortel 50 gr
-Soun 5 gr
-Tauge 10 gr
-Santan 5 gr
Melon 110 gr
Selingan Snack DM 50 gr Carang gesing
- Pisang kepok 55 gr
- Santan 5 gr
- Telur ayam 15 gr
- Gula pasir 13 gr
Teh tawar
Makan Malam Beras 75 gr Nasi tim
Daging sapi 40 gr Beras 75 gr
Tahu 40 gr Ayam bumbu terik
Sayuran 75 gr - Ayam 50 gr
Minyak 5 gr - Santan 5 gr
Buah 100 gr Tahu bumbu kuning
- Tahu50 gr Ca wortel
- Wortel 75 gr
Jeruk manis 55 gr
Diabetes mellitus merupakan suatu masalah kesehatan yang besar dan sangat perlu
penanganan yang seksama. World Health Organization (WHO) memprediksi bahwa akan
adanya peningkatan jumlah penyandang diabetes yang cukup besar pada tahun-tahun
mendatang (Gustaviani, 2007 dalam MA, 2014). Sedangkan untuk di Indonesia sendiri pada
saat ini penyandang diabetes kian bertambah banyak.
Diabetes melitus adalah kondisi kenaikan kadar gula darah atau kondisi hiperglikemia
pada orang yang didiagnosa diabetes melitus. Kondisi hiperglikemia tersebut diakibatkan
adanya gangguan sekresi insulin atau sensitivitas insulin. Kondisi diabetes dapat
menimbulkan terjadinya kerusakan organ vital tubuh seperti retina, glomerulus ginjal, dan
syaraf tepi (Jameson, 2013).
Menurut American Diabetic Association (2014), diabetes melitus adalah kondisi
terjadinya hiperglikemia akibat tubuh tidak mampu mengubah glukosa dalam plasma darah
menjadi energi.
a. Klasifikasi diabetes melitus
Dari seluruh kejadian diabetes melitus, 5-10% diantaranya menderita diabetes melitus
tipe 1 dan 90-95% mendertita diabetes melitus tipe.
i. Diabetes melitus tipe 1
Diakibatkan adanya kerusakan sel beta karena autoimun sehingga terjadi kekurangan
insulin secara absolut. Diabetes melitus tipe 1 umumnya terjadi pada anak-anak dan
remaja yang terus bergantung dengan suntikan insulin serta lebih berisiko mengalami
ketoasidosis (ADA, 2010).
ii. Diabetes melitus tipe 2
Menurut LeRoith (2011), diabetes melitus tipe 2 adalah permasalahan kesehatan
seluruh dunia, dimana ini merupakan penyakit jangka panjang untuk beberapa dekade ke
depan. Menurut American Diabetic Association (2014) diabetes melitus tipe 2 adalah
kondisi dimana pankreas (sel β pankreas) tidak dapat menghasilkan cukup insulin untuk
tubuh atau tubuh yang tidak dapat menggunakan insulin untuk metabolisme karbohidrat
secara maksimal sehingga dapat mengalami gangguan gula darah puasa dan gangguan
toleransi glukosa. Onset diabetes melitus tipe 2 umumnya muncul pada usia pertengahan
(sekitar 40 tahun) atau lebih tua (Arisman, 2010).
Terdapat keluhan-keluhan yang terjadi pada penderita diabetes melitus tipe 2.
Keluhan tersebut diantaranya poliuria, polidipsi,polifagia, dan penurunan berat badan yang
tidak diketahui penyebabnya (Perkeni, 20110). Keluhan atau gejala yang terlihat tidak
terlalu berat tersebut berjalan lambat sehingga kerap tidak disadari (Arisman, 2010).
iii. Diabetes melitus gestasional
Kondisi intoleransi glukosa yang terjadi saat kehamilan. Kondisi obesitas sebelum
kehamilan akan meningkatkan risiko terjadinya diabetes melitus gestasional pada ibu
hamil (ADA, 2010).
iv. Diabetes Melitus Tipe Lain
Terjadi karena etiologi lain, seperti pada defek genetik fungsi sel beta, defek genetik
kerja insulin, penyakit eksokrin pankreas, penyakit metabolik endokrin lain, iatrogenik,
infeksi virus, penyakit autoimun dan kelainan genetik lain.
b. Faktor risiko
Faktor risiko dibedakan menjadi yang tidak dapat diubah berupa jenis kelamin, umur,
dan faktor keturunan dan dapat diubah berupa faktor perilaku, gaya hidup, kebiasaan
merokok, dan konsumsi alkohol (Trisnawati, 2013).
c. Penatalaksanaan diabetes
Pengendalian faktor-faktor tersebut memerlukan perencanaan diet, terapi farmakologi,
dan pemeriksaan rutin (Mahan et al, 2013). Aktifitas fisik berupa olahraga yang
direkomendasikan ADA adalah 150 menit/minggu dengan frekuensi 2-3 kali/minggu latihan
sedang hingga berat. Aktifitas fisik yang teratur akan memberi pengaruh positif pada
kontrol glikemik, komposisi tubuh, tekanan darah, profil lipid, sensitivitas insulin, serta
menurunkan risiko komplikasi makrovaskular dan mikrovaskular (Ross et al, 2014).
Dalam perencanaan diet penderita diabetes melitus tipe 2 harus memperhatikan
makronutrien berupa karbohidrat, protein, lemak serta beberapa mikronutrien seperti
vitamin B, C, D, dan E, kromium, mangan, zink, magnesium, dan vanadium. Asupan
karbohidrat pada penderita diabetes tetap sesuai dengan kecukupan sehari yaitu 50-60%
namun harus memperhatikan pemilihan sumber karbohidrat seperti rendah indeks glikemik
serta jenis karbohidrat kompleks. Asupan protein tetap sesuai dengan kebu tuhan sehari (15-
20%) yang dibutuhkan untuk meningkatkan respon insulin tanpa meningkatkan kadar gula
darah. Asupan lemak tetap diperbolehkan jumlah 25-35% dengan asupan lemak jenuh
<7%, lemak tidak jenuh ganda 10%, serta asupan monounsaturated fat 20%. Penderita
diabetes diharapkan meningkatkan asupan lemak tidak jenuh sehingga profil lipid dapat
terkontrol. Asupan serat yang cukup juga dapat memperbaiki profil lipid serta meningkatkan
kontrol glikemik. Beberapa macam mikronutrien yang diberikan dalam bentuk suplemen
atau asupan makan yang cukup dapat mempengaruhi kontrol glikemik menjadi lebih baik
serta beberapa jenis mikronutrien seperti vitamin dan zink dapat berperan antioksidan
sehingga dapat menurunkan risiko terjadinya komplikasi makrovaskular maupun
mikrovaskular. Suplemen mikronutrien tersebut juga dibutuhkan penderita diabetes karena
umumnya penderita diabetes kekurangan zat mikronutrien yang larut dalam urin (Ross et
al, 2014 ; Arisman, 2010).
Pemilihan asupan karbohidrat pada penderita adalah yang memiliki indeks glikemik
rendah. Indeks glikemik tersebut dipengaruhi oleh jenis gula, jenis pati, jenis serat, lemak,
protein, dan pengolahan makanan. Asupan karbohidrat dengan indeks glikemik tinggi akan
menyebabkan kenaikan gula darah dan kadar insulin serta terjadinya peningkatan
counterregulatory hormone dan peningkatan kadar asam lemak bebas sehingga
mengakibatkan terjadinya disfungsi sel β pankreas, endotel dan dislipidemia. Hal tersebut
dapat meningkatkan risiko terjadinya sindrom metabolik termasuk diabetes melitus tipe 2.
Asupan rendah indeks glikemik dapat meningkatkan sensitivitas insulin, menurunkan
HbA1c dan fruktosamin sehingga akan meningkatkan kontrol glikemik penderita diabetes
melitus tipe 2 (Marsh, 2011). Asupan lemak mempengaruhi kontrol glikemik dengan
mempengaruhi pelepasan insulin oleh sel β pankreas sehingga akan mempengaruhi
sensitivitas insulin dalam mengontrol gula darah. Penderita diabetes melitus tipe 2 yang
tidak dapat mencapai kadar gula darah yang diharapkan perlu mendapatkan obat
hipoglikemia.
Diabetes mellitus merupakan the silent killer karena penyakit ini dapat mengenai semua
organ tubuh dan menimbulkan berbagai macam keluhan. Keluhan yang akan ditimbulkan antara
lain gangguan penglihatan mata, katarak, penyakit jantung, sakit ginjal, impotensi seksual, luka
sulit sembuh dan membusuk atau gangren, infeksi paru, gangguan pembuluh darah, stroke dan
sebagainya (Trisnawati, 2013). Penyakit ini jika dibiarkan tidak terkendali dapat menyebabkan
komplikasi metabolik akut maupun komplikasi vaskuler jangka panjang yaitu mikroangiopati dan
makroangiopati (Rini, 2008 dalam MA, 2014).
Diabetes Melitus memiliki berbagai macam komplikasi kronik dan yang paling sering
dijumpai adalah kaki diabetik (diabetic foot). Ulkus diabetikum adalah salah satu bentuk
komplikasi kronis diabetes melitus berupa luka terbuka pada permukaan kulit yang dapat
disertai adanya kematian jaringan setempat. Ulkus diakibatkan komplikasi makroangiopati
sehingga terjadi vaskuler insusifiensi dan neuropati, yang lebih lanjut terdapat luka pada
penderita yang sering tidak dirasakan dan dapat berkembang menjadi infeksi disebabkan oleh
bakteri aerob maupun anaerob (Hidayah, 2012). Terdapat beberapa tanda dan gejala ulkus
diabetes seperti sering kesemutan, nyeri kaki saat istirahat, sensasi rasa berlurang, kerusakan
jaringan (nekrosis), penurunan denyut nadi arteri dorsalis pedis, tibialis, poplitea, kaki menjadi
atrofi, dingin, kuku menebal dan kulit kering. Terdapat 5 tingkatan atau grade ulkus diabetikum
berdasarkan Wagner-Meggitt, yaitu :
Grade 0 : mulai adanya perubahan bentuk kaki namun belum terdapat ulkus yang terasa
sakit dan berisiko mengalami ulkus
Grade 1 : terdapat ulkus yang tidak dalam (superficial) lokal
Grade 2 : ulkus dalam yang sudah mencapai tendon, sendi, dan tulang
Grade 3 : ulkus yang disertai abses atau osteomyelitis
Grade 4 : ulkus dengan sebagian telapak kaki mengalami gangrene
Grade 5 : ulkus dengan gangrene meluas di seluruh kaki
BAB 3.
PEMBAHASAN
1. KESIMPULAN
1. Berdasarkan persentil LLA, status gizi pasien termasuk gizi kurang dan berdasarkan monitoring
pengukuran LLA pasien, LLA pasien tidak mengalami penurunan sehingga tidak terjadi
penurunan status gizi.
2. Berdasarkan hasil pemeriksaan biokimia, pasien mengalami anemia serta adanya penurunan
eosinofil, natrium, klorida serta peningkatan limfosit dan neutrofil karena kondisi ulkus. Ketidak
stabilan GDP dan GD2JPP selama monitoring menunjukkan kondisi diabetes melitus dengan
hiperglikemi belum tertangani dengan baik.
3. Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik klinik, pasien dalam kondisi compos mentis, pernapasan,
nadi, suhu yang normal, namun tekanan darah pasien tidak stabil setiap harinya dimana
mengalami kenaikan pada hari pertama monitoring dan hari ketiga monitoring.
4. Berdasarkan hasil recall 24 jam pasien di rumah sakit dan rumah, asupan makan pasien
inadekuat karena kurangnya nafsu makan. Selama monitoring, pasien mengalami kenaikan
asupan makan namun padi hari pertama monitoring mengalami penurunan asupan karena
pasca operasi.
2. SARAN
1. Pasien meningkatkan asupan makan sesuai dengan prinsip 3J dan membatasi asupan garam.
2. Pasien diharapkan dapat meningkatkan status gizi dengan meningkatkan asupan makan
3. Pasien diharapkan dapat mematuhi aturan diet DM dan rendah garam
DAFTAR PUSTAKA
American Diabetes Association. 2010. Diagnosis and Classification of Diabetes Melitus. Diabetes
Care. Vol 33, Supl 1 : 562-569
American Diabetes Association. 2014. Standards of Medical Care in Diabetes-2014. Diabetes Care.
Vol 37, Supl 1 :514-580
Ariningsih, Ening. 2008. Konsumsi dan Kecukupan Energi Dan Protein Rumah Tangga Perdesaan
di Indonesia. Bogor : Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Departemen
Pertanian
Arisman. 2010. Obesitas, Diabetes Melitus dan Dislipidemia : Konsep, Teori, dan Penanganan
Aplikatif. Jakarta : EGC
Hidayat, Ardian. 2012. Tingkat Pengetahuan Pasien Diabetes Mellitus tentang Risiko Terjadinya
Ulkus Kaki Diabetes di Poliklinik Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik
Medan. Skripsi. USU. Medan
Jameson, Larry. J. 2010. Harrisons Endocrinology, Second Edition. New York: McGraw-Hill
LeRoith, Derek. 2012. Prevention of Type 2 Diabetes : from Science to Therapy. New York :
Springer
MA, Maharani, 2014. Ulkus Diabetikum pada Wanita Dengan Pola Hidup yang Buruk pada
Penderita DM Tipe II dan Hipertensi Grade II. Medula, Volume 2, Nomor 1, Januari 2014.
Mahan, L. Kathleen., et al. 2013. Krause’s Food & The Nutrition Care Process. Missouri : Elsevier
Marsh, Kate., et al. 2011. Glycemic Index and Glycemic Load of Carbohydrates in The Diabetes
Diet. Current Diabetes Report. Vol 11:120–127
PERKENI. 2011. Konsensus Pengelolaan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia 2011. Jakarta :
Pengurus Besar Perkumpulan Endokrinologi Indonesia
Ross, A. Catharine., et al. 2014. Modern Nutrition in Health and Disease 11 th Edition. Philadelphia :
Wolters Kluwer.
Trisnawati, Shara Kurnia dan Soedijono Setyorogo. 2013. Faktor Risiko Kejadian Diabetes Mellitus
Tipe II di Puskesmas Kecamatan Cengkareng Jakarta Barat Tahun 2012. Jurnal Ilmiah
Kesehatan : Vol 5(1)
Wahyuningsih, Retno. 2013. Penatalaksanaan Diet Pada Pasien. Yogyakarta: Graha Ilmu.
LAMPIRAN 1. HASIL RECALL
Interpretasi Skors
Jumlah Skor Interpretasi
0–2 Tidak berisiko
3–6 Berisiko