Anda di halaman 1dari 23

1

LAPORAN
PRAKTIK KERJA LAPANG
ASUHAN GIZI DI RUMAH SAKIT (PKL RS)
RSUD CIBINONG

Tahun Ajaran 2017/2018

Oleh:
Weny Wulandary I14130025

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT


FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2017
i

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktik
Kerja Lapang (PKL) Bidang Manajemen Asuhan Gizi Klinik di RSUD Cibinong.
Laporan Praktik Kerja Lapang ini disusun sebagai hasil dari Praktik Kerja Lapang
yang telah dilaksanakan di RSUD Cibinong sejak tanggal 6 Maret 2017 sampai
dengan 8 April 2017. Praktik Kerja Lapang merupakan salah satu kegiatan yang
harus diikuti oleh seluruh Mahasiswa S1 Program Ilmu Gizi sebagai upaya
pemenuhan kompetensi. Praktik Kerja Lapang yang telah dilakukan tidak terlepas
dari bimbingan dan arahan dari berbagai pihak khususnya pihak pembimbing, baik
berupa materi maupun teknis. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Dr. Rimbawan, selaku ketua Departemen Gizi Masyarakat IPB.
2. Dr. Tiurma Sinaga, MFSA, selaku Koordinator Praktik Kerja Lapang.
3. Anna Vipta Resti Mauludyani, SP, MGizi, MS, selaku Dosen Pembimbing
PKL di RSUD Cibinong.
4. Maria Tambunan, SKM, M. Kes, RD, selaku Kepala Instalasi Gizi RSUD
Cibinong.
5. Nur Aliah, S.Gz, RD, selaku ahli gizi di RSUD Cibinong.
6. Suci Retno Monalisa, SKM, RD, selaku ahli gizi di RSUD Cibinong.
7. Catur Endri E, AMG, RD, selaku ahli gizi di RSUD Cibinong.
8. Rini Dian S, AMG, RD, selaku ahli gizi di RSUD Cibinong.
9. Dini Ramadhani K, AMG, selaku ahli gizi di RSUD Cibinong.
10. Wahyu Dwi Saputri, Amd.Gz, selaku ahli gizi di RSUD Cibinong.
11. Damis Chyntia E, S.Gz, selaku ahli gizi di RSUD Cibinong.
12. Dungga Rully N, AMG, selaku ahli gizi di RSUD Cibinong.
13. Rizky Rosmalina, Amd, selaku kepala produksi di Instalasi Gizi RSUD
Cibinong.
14. Orang tua penulis yang telah memberikan doa serta dukungan.
15. Seluruh karyawan dan padat karya yang berada di Instalasi Gizi RSUD
Cibinong yang telah membantu penulis selama Praktik Kerja Lapang
berlangsung.
Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan baik dari segi
materi maupun teknik penyajian laporan. Penulis mengharapkan kritik dan saran
dari semua pihak sehingga dapat dijadikan koreksi dalam penyusunan laporan ini.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pihak pada
umumnya sebagai sumber informasi serta bahan perencanaan program gizi dalam
praktik selanjutnya.

Bogor, Mei 2017


Penulis
ii
ii

DAFTAR ISI

Halaman Sampul
Lembar Pengesahan Laporan
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
Daftar Tabel iv
Daftar Gambar v
Daftar Lampiran vii
I. Pendahuluan 1
I1 Latar Belakang 1
I2 Tujuan 2
Lembar Pengesahan Kasus 1
II Penatalaksanaan Diet Pada Kasus Bedah 3
II1 Gambaran Umum Penyakit, Etiologi, dan Patofisiologi 3
II2 Identitas Pasien 5
II3 Gambaran Penyakit Pasien 5
II31 Riwayat Penyakit Pasien 5
a Riwayat Penyakit Dahulu 5
b Riwayat Penyakit Keluarga 5
II32 Diagnosa Medis 5
II33 Terapi Medis 5
II4 Skrining Gizi 6
II5 Proses Asuhan Gizi Terstandar 7
II51 Pengkajian Gizi 7
a Riwayat Gizi 7
a1 Asupan Makanan dan Zat Gizi 7
- Kajian Food History 7
- Kajian Recall 1x24 jam 7
a2 Pengetahuan/Kepercayaan/Sikap 8
b Antropometri 8
c Biokimia 8
d Klinis dan Fisik 9
e Pemeriksaan Penunjang 10
f Riwayat Personal 10
II52 Diagnosis Gizi 10
II53 Intervensi Gizi 10
a Tujuan Intervensi 10
b Tujuan Diet 10
c Syarat Diet 10
d Perhitungan Kebutuhan Gizi 11
e Implementasi 11
f Penyuluhan dan Konsultasi Gizi 12
II54 Monitoring dan Evaluasi 13
a Rencana Monitoring 13
b Monitoring dan Evaluasi Asupan 13
c Monitoring dan Evaluasi Antropometri 17
iii

d Monitoring dan Evaluasi Klinis dan Fisik 17


e Monitoring dan Evaluasi Behaviour 18
II6 Resume 18
Lembar Pengesahan Kasus 2
II Penatalaksanaan Diet Pada Kasus Penyakit Dalam 21
II1 Gambaran Umum Penyakit, Etiologi, dan Patofisiologi 21
II2 Identitas Pasien 25
II3 Gambaran Penyakit Pasien 25
II31 Riwayat Penyakit Pasien 25
a Riwayat Penyakit Dahulu 25
b Riwayat Penyakit Keluarga 25
c Riwayat Obat 25
II32 Diagnosa Medis 26
II33 Terapi Medis 26
II4 Skrining Gizi 28
II5 Proses Asuhan Gizi Terstandar 28
II51 Pengkajian Gizi 28
a Riwayat Gizi 28
a1 Asupan Makanan dan Zat Gizi 28
- Kajian Food History 28
- Kajian Recall 1x24 jam 28
a2 Pengetahuan/Kepercayaan/Sikap 29
b Antropometri 29
c Biokimia 30
d Klinis dan Fisik 30
e Pemeriksaan Penunjang 31
f Riwayat Personal 31
II52 Diagnosis Gizi 32
II53 Intervensi Gizi 32
a Tujuan Intervensi 32
b Tuuan Diet 33
c Syarat Diet 33
d Perhitungan Kebutuhan Gizi 33
e Implementasi 34
f Penyuluhan dan Konsultasi Gizi 36
II54 Monitoring dan Evaluasi 37
a Rencana Monitoring 37
b Monitoring dan Evaluasi Asupan 38
c Monitoring dan Evaluasi Antropometri 41
d Monitoring dan Evaluasi Biokimia 42
e Monitoring dan Evaluasi Klinis dan Fisik 42
f Monitoring dan Evaluasi Behaviour 43
II6 Resume 43
Lembar Pengesahan Kasus 2
II Penatalaksanaan Diet Pada Kasus Anak 45
II1 Gambaran Umum Penyakit, Etiologi, dan Patofisiologi 45
II2 Identitas Pasien 47
II3 Gambaran Penyakit Pasien 47
iv

II31 Riwayat Penyakit Pasien 47


a Riwayat Penyakit Dahulu 47
b Riwayat Penyakit Keluarga 47
c Riwayat Obat 47
II32 Diagnosa Medis 47
II33 Terapi Medis 47
II4 Skrining Gizi 48
II5 Proses Asuhan Gizi Terstandar 48
II51 Pengkajian Gizi 48
a Riwayat Gizi 48
a1 Asupan Makanan dan Zat Gizi 48
- Kajian Food History 48
- Kajian Recall 1x24 jam 48
a2 Pengetahuan/Kepercayaan/Sikap 49
b Antropometri 49
c Biokimia 50
d Klinis dan Fisik 50
e Pemeriksaan Penunjang 51
f Riwayat Personal 51
II52 Diagnosis Gizi 51
II53 Intervensi Gizi 52
a Tujuan Intervensi 52
b Tujuan Diet 52
c Syarat Diet 52
d Perhitungan Kebutuhan Gizi 52
e Implementasi 53
f Penyuluhan dan Konsultasi Gizi 54
II54 Monitoring dan Evaluasi 54
a Rencana Monitoring 54
b Monitoring dan Evaluasi Asupan 54
c Monitoring dan Evaluasi Antropometri 59
d Monitoring dan Evaluasi Biokimia 60
e Monitoring dan Evaluasi Klinis dan Fisik 60
f Monitoring dan Evaluasi Behaviour 61
II6 Resume 62
Simpulan dan Saran 63
Daftar Pustaka 64
Lampiran xii

DAFTAR TABEL

1 Terapi Medis Tn. N 5


2 Persentase Asupan SMRS Tn. N 7
3 Hasil Pemeriksaan Awal Tn. N (13 Maret 2017) 8
4 Hasil Pemeriksaan Klinis Tn. N (13 Maret 2017) 9
v

5 Hasil Pemeriksaan Fisik Tn. N (13 Maret 2017) 9


6 Perencanaan Distribusi Makanan Tn. N 1924 kkal (100%) 11
7 Perencanaan Diet Sehari Tn. N 1924 (100%) 12
8 Rencana Monitoring Tn. N 13
9 Hasil Pengukuran Antropometri Tn. N 17
10 Hasil Pemeriksaan Fisik Tn. N 18
11 Riwayat Obat yang Rutin Dikonsumsi Tn. A 25
12 Terapi Medis Tn.A 26
13 Persentase Asupan SMRS Tn. A 29
14 Hasil Pemeriksaan Awal Tn. A (9 Maret 2017) 30
15 Hasil Pemeriksaan Klinis Tn. A (9 Maret 2017) 31
16 Hasil Pemeriksaan Fisik Tn. A (9 Maret 2017) 31
17 Perencanaan Distribusi Makanan Tn. A 1700 kkal (80%) 34
18 Perencanaan Diet Sehari Tn. A 1700 kkal (80%) 35
19 Perencanaan Distribusi Makanan Tn. A 2100 kkal (100%) 35
20 Perencanaan Diet Sehari Tn. A 2100 (100%) 35
21 Rencana Monitoring Tn. A 37
22 Hasil Pengukuran Antropometri Tn. A 42
23 Hasil Pemeriksaan Biokimia Tn. A 42
24 Hasil Pemeriksaan Fisik Klinis Tn. A 42
25 Hasil Pemeriksaan Fisik Tn. A 43
26 Terapi Medis An.G 47
27 Persentase Asupan SMRS An. G 49
28 Hasil Pemeriksaan Awal An. G (18 Maret 2017) 50
29 Hasil Pemeriksaan Awal An. G (18 Maret 2017) 50
30 Hasil Pemeriksaan Fisik An. G (18 Maret 2017) 51
31 Perencanaan Distribusi Makanan An. G 1926 kkal (100%) 53
32 Perencanaan Diet Sehari An.G (100%) 53
33 Rencana Monitoring An.G 54
34 Hasil Pengukuran Antropometri An. G 59
35 Hasil pemeriksaan biokimia An. G 60
36 Hasil pemeriksaan klinis Os 60
37 Hasil Pemeriksaan Fisik An. G 61
38 Perencanaan Tn. A 1700 kkal (80%) viii
39 Asupan Tn. A 1700 kkal (80%) xi
40 Perencanaan Tn. A 2100 kkal (100%) xiv
41 Perencanaan Tn. N 1924 kkal (100%) xvi
42 Asupan Tn. N 1924 kkal (100%) xviii
43 Perencanaan An. G 1926 kkal (100%) xx
44 Asupan An. G 1926 kkal (100%) xxii

DAFTAR GAMBAR

1 Diagram Alir Patofisiologi Benign Prostatic Hyperplasia 4


2 Asupan Tn. N Hari I Intervensi (15 Maret 2017) 14
vi

3 Asupan Tn. N Hari II Intervensi (16 Maret) 15


4 Asupan Tn. N Hari III Intervensi (17 Maret) 16
5 Perbandingan Asupan Tn. N Selama 3 Hari Intervensi 17
6 Diagram Alir Patofisiologi Penyakit Tn.A 24
7 Asupan Tn. A Hari I Intervensi (11 Maret 2017) 38
8 Asupan Tn. A Hari II Intervensi (12 Maret) 39
9 Asupan Tn. A Hari III Intervensi (13 Maret) 40
10 Perbandingan Asupan Tn. A Selama 3 Hari Intervensi 41
11 Patofisiologi Anemia 46
12 Asupan An. G Hari I Intervensi (19 Maret 2017) 56
13 Asupan An. G Hari II Intervensi (20 Maret) 57
14 Asupan An. G Hari III Intervensi (21 Maret) 58
15 Perbandingan Asupan An. G Selama 3 Hari Intervensi 59
16 Makan Pagi Intervensi 1 Tn. A xxiv
17 Sisa Makan Pagi Intervensi 1 Tn. A xxiv
18 Selingan I Intervensi 1 Tn. A xxiv
19 Selingan I Intervensi 1 Tn. A xxiv
20 Sisa Makan Siang Intervensi 1 Tn.A xxiv
21 Sisa Selingan Malam Intervensi1 Tn.A xxiv
22 Makan Siang Intervensi 2 Tn. A xxiv
23 Sisa Makan Siang Intervensi 2 Tn. A xxiv
24 Makan Malam Intervensi 2 Tn. A xxv
25 Sisa Makan Malam Intervensi 2 Tn.A xxv
26 Sisa Makan Pagi Intervensi 3 Tn.A xxv
27 Makan Siang Intervensi 3 Tn. A xxv
28 Sisa Makan Siang Intervensi 3 Tn.A xxv
29 Makan Malam Intervensi 3 Tn. A xxv
30 Edukasi Gizi kepada Tn. A xxv
31 Sisa Makan Pagi Intervensi 1 Tn.N xxvi
32 Selingan Intervensi 1 Tn.N xxvi
33 Makan Siang Intervensi 1 Tn.N xxvi
34 Sisa Makan Siang Intervensi 1 Tn. N xxvi
35 Makan Malam Intervensi 1 Tn.N xxvi
36 Sisa Makan Malam Intervensi 1 Tn.N xxvi
37 Selingan Intervensi 2 Tn.N xxvi
38 Sisa Selingan Intervensi 2 Tn.N xxvi
39 Makan Siang Intervensi 2 Tn. N xxvii
40 Selingan Intervensi 2 Tn.N xxvii
41 Selingan Intervensi 3 Tn. N xxvii
42 Makan Malam Intervensi 3 Tn. N xxvii
43 Sisa Makan Malam Intervensi 3 Tn. N xxvii
44 Makan Pagi Intervensi 1 An.G xxviii
45 Makan Malam Intervensi 1 An.G xxviii
46 Sisa Makan Malam Intervensi 1 An.G xxviii
47 Makan Siang Intervensi 2 An.G xxviii
48 Asupan Luar RS An. G xxviii
49 Sisa Makan Malam Intervensi 2 An.G xxviii
50 Makan Malam Intervensi 2 An.G xxviii
vii

51 Sisa Makan Malam Intervensi 2 An.G xxviii


52 Selingan Intervensi 2 An.G xxix
53 Selingan Intervensi 3 An.G xxix
54 Sisa Makan Siang Intervensi 3 An.G xxix
55 Makan Malam Intervensi 3 An.G xxix
56 Sisa Makan Malam Intervensi 3 An.G xxix
57 Edukasi kepada Keluarga An.G xxix

DAFTAR LAMPIRAN

1 Tabel viii
2 Gambar xxiv
3 Leaflet
1

III. PENATALAKSANAAN DIET PADA KASUS PENYAKIT DALAM


Obstruksi Dispnea Ec. Congestive Heart Failure (CHF), Diabetes Melitus Tipe
2, Chronic Kidney Disease (CKD), Hipertensi, Efusi Pleura

III.1 Gambaran Umum, Etiologi, dan Patofisiologi


Congestive Heart Failure (CHF)
Congestive Heart failure (CHF) atau biasa disebut dengan gagal jantung
bawaan ditandai dengan ketidakmampuan jantung memompa darah yang cukup
untuk memenuhi kebutuhan metabolisme sel tubuh, mengalirkan cairan pada
pembuluh vena dan jaringan (Sharon 2009). Heart failure berhubungan dengan
meningkatnya angiotensin II pada darah menyebabkan konstraksi pembuluh darah
dan tekanan darah tinggi dan selanjutnya kehilangan otot (Nelms el al 2010). Heart
failure diakibatkan oleh CHD, serangan jantung, riwayat kardiomiopathy, penyakit
paru-paru termasuk chronic pulmonary dsisease (COPD), anemia berat, kelebihan
konsumsi alkohol, fungsi thyroid lemah. Jenis kelamin laki-laki, pendidikan rendah
tidak melakukan aktifitas fisik, merokok, kegemukan, diabetes, hipertensi penyakit
jantung vulvular, dan CHD merupakan faktor resiko terjadinya CHF (Stump 2011).
Pada penderita gagal jantung kongestif, faktor risiko penyakit jantung koroner
seperti hipertensi dan kolesterol tidak hanya perlu dihindari dan ditangani secara
agresif, tetapi malnutrisi dan defisiensi mikronutrien tertentu juga harus mampu
dikenali dan diperbaiki. Beberapa makronutrien seperti asam lemak esensial bahkan
juga bernilai sangat penting.
Sasaran utama intervensi nutrisi adalah mengurangi edema, memperbaiki
status gizi terutama penderita kakeksia jantung dan memperbaiki fungsi respirasi
penderita dispnea. Panduan pengelolaan gagal jantung kongestif terkini
menunjukkan bahwa tingkat asupan natrium dapat berkisar dari 2 sampai dengan 4
g/hari. Makanan kaya garam seperti keju, sosis, kripik, sup, dan sayuran kaleng,
ham, bacon, daging kaleng, dan ikan kaleng atau asap tidak boleh diasup. Selain
pembatasan natrium, ahli gizi juga harus memantau berat badan baik overweight
ataupun underweight, retensi cairan, kakeksia jantung, pembatasan alkohol,
interaksi obat dan zat gizi, penurunan toleransi olahraga, dan persiapan pra
transplantasi dan kebutuhan pasca transplantasi (Katsilambros 2014).

Diabetes Melitus Tipe 2


Diabetes melitus merupakan sekelompok kondisi yang ditandai oleh naiknya
kadar glukosa darah (hiperglikemia) akibat defisiensi insulin yang absolut atau
relatif (Mann dan Truswell 2012). Menurut Hurst (2008), diabetes melitus muncul
saat tidak tersedianya insulin yang cukup untuk membawa glukosa keluar dari
vaskular dan masuk ke dalam sel. Penyebab dari diabetes di antaranya adalah sel
beta pada pankreas yang rusak tidak dapat memproduksi insulin karena insulin yang
dihasilkan oleh tubuh hanya dapat dihasilkan di dalam tubuh, sehingga apabila -
sel rusak insulin perlu didapatkan dari luar tubuh. Penyebab kedua adalah genetik,
terkadang diabetes melitus tidak selalu merupakan bawaan dari riwayat keluarga,
terkadang sering terjadi kecenderungan beta sel mengalami degenerasi bahkan
dalam situasi tidak ada virus atau pengganggu autoimun. Penyebab ketiga yaitu
idiopathic atau penyakit ini muncul begitu saja tanpa sebab yang jelas. Tanda-tanda
klinis yang menjadi indikasi terjadinya diabetes melitus adalah peningkatan
2

produksi urin yang berlebihan, kehilangan cairan yang berlebihan (hypovolemia,


fluid volume deficit, shock, dan dehydration), rasa haus yang tinggi, rasa lapar yang
tinggi, kelelahan, penurunan berat badan, terdapatnya glukosa dalam urin, adanya
kandungan keton dalam urin, produksi asam yang berlebihan dalam tubuh, nafas
yang cepat, nafas yang berbau aseton, tingginya kadar kalium dalam tubuh yang
kemudian diikuti dengan rendahnya kadar kalium dalam tubuh, dan penurunan
tingkat kesadaran hingga koma bahkan sampai meninggal (Hurst 2008).
Diabetes mellitus tipe 2 merupakan jenis diabetes dengan kekurangan insulin
yang menyebabkan destruksi sel beta. Hal ini menyebabkan peningkatan kebutuhan
insulin sehingga terjadi peningkatan produksi insulin pada pankreas yang dapat
menyebabkan pankreas kehilangan kemampuan memproduksi insulin. Resistensi
insulin menyebabkan reseptor sel rusak sehingga menyebabkan ketidakmampuan
tubuh untuk memproduksi insulin. Pada keadaan normal insulin tersedia untuk
menghambat glikogenolisis dan glukoneogenesis ketika gula darah tinggi,
kerusakan respon sekresi insulin menyebabkan kelebihan produksi glukosa dari
hati. Tanda-tanda Diabetes melitus tipe 2, kedua kerusakan terjadi yaitu kenaikan
level glukosa postpandrial menyebabkan ketidakmampuan sel menggunakan
glukosa serta tahap glukoneogenesis hepatic mengganti kekurangan gluosa,
sehingga menghasilkan hiperglikemia puasa (Nelms et al 2010).
Menurut Perkeni (2015), prinsip pengaturan makan pada penyandang DM
hampir sama dengan anjuran untuk masyarakat umum, yaitu makanan yang
seimbang dan sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat gizi masing-masing individu.
Penyandang DM perlu diberikan penekanan mengenai pentingnya keteraturan
jadwal makan, jenis, dan jumlah kandungan kalori, terutama pada penyandang DM
yang menggunakan obat peningkat sekresi insulin atau terapi insulin itu sendiri.
Syarat-syarat diet diabetes melitus yaitu energi cukup untuk mencapai berat
badan normal. Kebutuhan energi ditentukan dengan memperhitungkan kebutuhan
untuk metabolisme basal sebesar 25-30 kkal/kg berat badan, ditambah kebutuhan
untuk aktivitas fisik dan keadaan khusus. Kebutuhan protein diberikan normal,
lemak sedang yaitu 20-25% dari kebutuhan energi total, dan karbohidrat cukup
yaitu sisa dari kebutuhan energi total. Penggunaan gula murni dalam makanan dan
minuman tidak diperbolehkan kecuali dengan jumlah sedikit sebagai bumbu. Gula
murni dapat dikonsumsi sampai 5% dari kebutuhan energi total jika kadar glukosa
darah sudah terkendali. Penggunaan gula alternatif diperbolehkan tetapi dalam
jumlah yang terbatas. Gula alternatif merupakan bahan pemanis selain sukrosa,
yaitu berupa fruktosa yang merupakan gula alternatif bergizi dan alkohol yang
merupakan gula alternatif tidak bergizi (Almatsier 2008).

Chronic Kidney Disease (CKD)


Chronic kidney disease adalah penurunan perlahan dari fungsi ginjal yang
menyebabkan penimbunan limbah metabolik di dalam darah (Husamah 2012).
Fungsi ginjal dinilai berdasarkan glomerular fitration rate (GFR), yang
merefleksikan tes klirens yang berarti laju substansi dibersihkan dari plasma oleh
glomeruli. Menurut program edukasi penyakit ginjal nasional, CKD ditandai
dengan GFR kurang dari 60 ml/min/1.73 m2 untuk tiga bulan dan albuminuria lebih
dari 30 mg dari albumin urin per gram kreatin urin. CKD stage 5 ditandai dengan
fungsi ginjal yang inadekuat untuk bertahan hidup dan membutuhkan insiasi terapi
penggantian renal (Nelms el al 2010).
3

Diabetes, hipertensi, dan glomerulonephritis adalah penyebab kegagalan


ginjal,. Ada beberapa penyebab tambahan dan faktor resiko yang berhubungan
dengan penyakit ginjal. Diantaranya yaitu etnis, riwayat keluarga, faktor keturunan
termasuk polycystic kidney disease (PKD) , hantaman kuat ke ginjal, konsumsi obat
nyeri berkepanjangan seperti aspirin, acetaminophen, dan obat lain seperti
ibuprofen (Nelms el al 2010). Syarat diet gagal ginjal kronik yaitu energi, lemak,
karbohidrat, serta vitamin dan mineral yang cukup. Protein diberikan rendah yaitu
0.6-0.75 gram/kg berat badan. Natrium dan cairan dibatasi bila terdapat hipertensi,
edema, asites, oliguria, dan anuria (Almatsier 2008).

Hipertensi
Hipertensi adalah tekanan darah yang tidak normal dari pembuluh darah arteri
(Hurst 2008). Hipertensi ditandai dengan tekanan darah sistolik dan diastolik lebih
besar dari 140 dan 90 mmHg. Hipertensi merupakan salah satu faktor risiko
terjadinya serangan jantung, stroke, dan gagal jantung, khususnya orang yang
berusia lebih dari 65 tahun. Tanda-tanda hipertensi adalah sering sakit kepala,
gangguan penglihatan, nafas pendek, pendarahan di hidung, nyeri dada, pusing,
susah mengingat, susah tidur, dan Distress GI (Stump 2011).
Hipertensi dikategorikan menjadi dua jenis, yaitu hipertensi primer dan
hipertensi sekunder. Hipertensi primer memiliki etiologi yang masih tidak
diketahui. Diperkirakan dipengaruhi oleh faktor genetik dan jenis kelamin. Laki-
laki memiliki risiko kejadian hipertensi yang lebih besar dibandingkan dengan
wanita. Diet tinggi natrium, glukosa, dan konsumsi alkohol berat juga berkaitan
dengan terjadinya hipertensi. Hipertensi sekunder merupakan hipertensi yang
didasari oleh penyakit pheochromocytoma, hipertiroidisme, hiperaldosteronisme,
Cushings syndrome, dan penyakit ginjal (Hurst 2008).
Diet yang diberikan untuk penanganan hipertensi adalah diet garam rendah.
Syarat diet garam rendah yaitu memiliki energi, protein, vitamin dan mineral yang
cukup. Selain itu jumlah natrium disesuaikan dengan berat tidaknya retensi garam
atau air dan tingkat hipertensi. Bentuk makanan yang diberikan disesuaikan dengan
keadaan penyakit.

Anemia
Anemia defisiensi besi merupakan kondisi dimana terjdi penurunan jumlah
sirkulasi sel darah merah per millimeter darah, penurunan hemoglobin, penurunan
volume sel darah merah per desiliter darah. Diagnosis anemia berdasarkan
pemeriksaan sel darah merah di laboratorium.
Penyakit ginjal merupakan penyebab anemia pada orang dewasa dan anak-
anak. Peran ginjal adalah memproduksi eritropoietin dan eritpoiesis. Adanya
gangguan ginjal atau CKD tidak dapat mensistensis eritropoietin yang cukup.
Eritropoeitin merupakan hormon yang disintesis oleh sel tubular renal. Oleh sebab
itu menimbulkan penurunan produksi sel darah merah oleh sum-sum tulang
belakang dan kadar hemoglobin rendah. Anemia pada penyakit ginjal adalah
normocytic dan normochromic, tetapi jika pengurangan asupan zat besi lama
dengan penurunan eritropoietin dan fungsi sel tulang belakang, akan menghasilkan
mikrositik, hipokromik anemia dan pengurangan volume sel. Selanjutnya
penurunan fungsi ginjal berhubungan dnegan kekurangan status besi (Nelms et al
2010).
4

Riwayat DM Sering Resistensi Konsumsi


Riwayat DM mengonsumsi insulin makanan asin dan
keluarga makanan dan gurih berlebihan
Usia >45 tahun minuman berenergi Glukosa
tinggi tidak Peningkatan
adekuat abnormal kadar
renin dan aldosteron
Proses glukoneogenesis
oleh hati Penurunan aliran
darah ke ginjal
Kadar glukosa
Konsumsi Mengganggu
darah meningkat
obat pengendalian
secara garam dan air
rutin Hiperglikemi

Peningkatan
Laju Diabetes Melitus Tipe 2 volume sekuncup
filtrasi,
Peningkatan TPR
reabsorbsi,
sekresi
meningkat Penyempitan
pembuluh darah

Terjadi
Terjadi Hipertensi
penyusutan Gangguan
progresif pembentukan
fungsi ginjal
nefron jaringan parut Chronic
Kidney Disease
Pelepasan renin meningkat (CKD)

Anemia Edema

Penurunan oksigenasi
jaringan di seluruh tubuh

Curah jantung
meningkat untuk
memperbaiki oksigenasi

Congestive Heart
Failure (CHF)

Gambar 6 Diagram Alir Patofisiologi Penyakit Tn.A (Corwin 2009)


5

III.2 Identitas Pasien

Nama : Tn. A
No. Rekam Medis : 11097237
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tanggal Lahir : 21 Juni 1955
Usia : 61 tahun 8 bulan
Pekerjaan : Pensiunan TNI
Status : Menikah
Agama : Islam
Tanggal Masuk RS : 09 Maret 2017
Tanggal Assesmen : 10 Maret 2017
Diagnosa Medis : Obstruksi Dispnea, Diabetes Melitus Tipe
2, Congestive Heart Failure (CHF),
Hipertensi, Chronic Kidney Disease
(CKD) , Efusi Pleura
Terapi Gizi : Diet DM 2100 Diet Rendah Protein Diet
Jantung III Diet Rendah Garam III
Bentuk Diet : Makanan Lunak

III.3 Gambaran Penyakit Pasien


III.3.1 Riwayat Penyakit Pasien
a. Riwayat Penyakit Dahulu
Os didiagnosis Diabetes melitus sejak tahun 2000. Os juga memiliki
riwayat hipertensi. Os didiagnosa memiliki gangguan ginjal sudah sejak
lama.

b. Riwayat Penyakit Keluarga


Keluarga Os memiliki riwayat diabetes melitus.

c. Riwayat Obat
Saat di RS sebelumnya (RS Swasta) Os rutin mengonsumsi obat
yang diberikan.
Tabel 11 Riwayat Obat yang Rutin Dikonsumsi Tn. A
Jenis obat Indikasi Efek samping Interaksi
Glibenclamide Mengobati Risiko -
diabetes tanpa hipoglikemi,
komplikasi. kenaikan berat
badan.
Glukoidone Mengobati Hipoglikemia dan -
diabetes, pemacu peningkatan berat
sekresi insulin badan.
Adalat Oros Mengobati Anemia, sakit -
hipertensi dan kepala
penyakit jantung
6

Jenis obat Indikasi Efek samping Interaksi


Furosemide Membuang cairan Mulut terasa -
berlebih dalam kering, sensitif
tubuh terhadap cahaya
matahari, pusing,
sakit kepala, sakit
perut, pengelihatan
buram, merasa
lelah.
Starfolat Mengobati Kekurangan zinc, -
penyakit jantung mual, kelelahan,
dan meningkatkan ruam pada
produksi sel darah kulit,mati rasa di
merah lidah, dan
hipertensi.
Sumber: Medicastore 2010; MIMS 2017

III.3.2 Diagnosis Medis


Os didiagnosis Obstruksi Dispnea, Diabetes Melitus Tipe 2,
Congestive Heart Failure (CHF), Hipertensi, Chronic Kidney Disease
(CKD) , Efusi Pleura.

III.3.3 Terapi Medis


Selama di rumah sakit, Os menerima terapi medis baik dari infus
maupun dari obat sebagai berikut.
Tabel 12 Terapi Medis Tn.A
Jenis obat Indikasi Efek samping Interaksi
Infus Ringer Penggantian Panas, iritasi, -
Laktat cairan yang hilang infeksi pada bekas
tempat
penyuntikan,
trombosis.
Lasix Terapi diuretik Nyeri dada, batuk Obat
disertai demam, berinteraksi baik
kesulitan bernafas. dengan makanan
dan dapat
diberikan
bersamaan
dengan makanan
untuk
mengurangi rasa
tidak nyaman
pada
gastrointestinal.
Adalat Oros Mengobati Anemia, sakit -
hipertensi dan kepala.
penyakit jantung
7

Jenis obat Indikasi Efek samping Interaksi


Cefoperazone Infeksi saluran Sariawan, diare, Dapat
pernafasan muntah menyebabkan
defisiensi
vitamin K.
Lantus Analog insulin Hipoglikemi, -
jangka panjang oedema, retensi
untuk mengontrol garam,
hiperglikemi hipersensitiv
diberikan dengan
konsentrasi
rendah sepanjang
hari
CaCO3 Pembentukan Diare, mual, Mengurangi
tulang dan gigi muntah absorbsi
tetrasiklin dan
fluorida di usus.
B12 Mengatasi tubuh terasa Meningkatkan
defesiensi vitamin bengkak, kram otot, penyerapan
B12 dan anemia sangat haus, sering nonionik,
perniosa buang air kecil. surfaktan,
misalnya
polioksietilen
sorbitan.
Menurunkan
penyerapan
cimetidin,
kolestiramin
buguanid dan
neomisin
colchicine.
Amlodipin Mengatasi Merasa lelah dan -
hipertensi pusing, jantung
berdegup kencang,
mual dan tidak
nyaman di perut,
pergelangan kaki
membengkak.
Asam folat Mengobati Kekurangan zinc, Meningkatkan
penyakit jantung mual, kelelahan, penyerapan
dan meningkatkan ruam pada glukosa.
produksi sel darah kulit,mati rasa di Mengurangi
merah lidah, dan penyerapan
hipertensi. sodium
bikarbonat dan
sulfasalizin.
8

Jenis obat Indikasi Efek samping Interaksi


Valsartan Mengobati Pusing, sakit -
hipertensi dan kepala, penurunan
gagal jantung tekanan darah,
gangguan
pencernaan,
kelelahan.
Sumber: Medicastore 2010; MIMS 2017; Perkeni 2015

III.4 Skrining Gizi


Os memiliki berat badan 72.1 kg hasil konversi dari pengukuran LILA, dan
tinggi badan 172 cm hasil konversi pengukuran Ulna. Berdasarkan perhitungan,
IMT Os menunjukkan bahwa status gizi Os tergolong normal dengan nilai 18.7
kg/m2 (WHO 2007). Berdasarkan formulir skrining, skor IMT sebesar 1 yang
menunjukkan IMT Os berada dalam rentang 18.5 sampai dengan 20 kg/m2.
Menurut keluarga, berat badan Os biasanya sebesar 86 kg, hal ini menunjukkan
adanya penurunan berat badan sebesar 16.1% dalam 6 bulan terakhir. Oleh karena
itu, skor kehilangan BB yang tidak direncanakan sebesar 2 yaitu berat badan Os
hilang 5 sampai dengan 10%. Skor skrining sebesar 1 pada penilaian skor efek
penyakit akut dengan melihat asupan Os selama 5 hari terakhir. Berdasarkan hasil
skrining, jumlah skor keseluruhan adalah 4. Hal ini menunjukkan Os beresiko tinggi
mengalami malnutrisi sehingga perlu dilakukan proses asuhan gizi terstandar
sebagai tindak lanjut dari skrining tersebut.

III.5 Proses Asuhan Gizi Terstandar


III.5.1 Pengkajian Gizi
a. Riwayat Gizi
a.1 Asupan Makanan dan Zat Gizi
Food History
.Os mengaku selama menjadi TNI sering mengonsumsi makanan yang
memiliki energi tinggi dan protein tinggi, seperti makanan manis, makanan
berlemak, dan kacang-kacangan. Os biasa mengonsumsi beras merah
sebagai makanan pokok selama 1 bulan terakhir. Lauk yang sering
dikonsumsi Os adalah ikan dan ayam. Os mengkonsumsi telur asin namun
tidak sering. Sayur yang biasa dikonsumsi Os adalah sayur sawi, wortel, dan
labu siam. Os menyukai buah jeruk. Os tidak memiliki riwayat alergi
terhadap makanan apapun.

Food Recall
Sebelum masuk rumah sakit (SMRS), Os mengonsumsi makanan
pokok 3p, lauk hewani 3p, lauk nabati 0.5p, sayur 2.3p, buah 2p, dan minyak
1.4p. Asupan tersebut didapatkan melalui food recall yang kandungan
gizinya dihitung dengan menggunakan daftar bahan makanan penukar
(DBMP). Hasil perhitungan tersebut kemudian dibandingkan dengan
kebutuhan gizi Os sehingga didapatkan persentase asupan Os sebelum
masuk rumah sakit. Riwayat gizi Os sebelum masuk rumah sakit (SMRS)
adalah sebagai berikut.
9

Tabel 13 Persentase Asupan SMRS Tn. A


Zat Gizi Kebutuhan SMRS %SMRS (%)
Energi (kkal) 2100 758 36
Protein (gram) 51.8 34.9 67
Lemak (gram) 58.3 19.2 33
Karbohidrat (gram) 342.3 111.5 33
Natrium (mg) 1200 1970.5 164
Tabel 3 menunjukkan asupan energi, lemak, dan karbohidrat Os yang
tidak adekuat. Berdasarkan WNPG (2004), asupan energi, protein, lemak,
dan karbohidrat dikatakan cukup apabila asupan mencapai 80 110% dari
kebutuhan sehari. Berdasarkan data pada tabel 3, hanya zat gizi protein yang
mencukupi 80% kebutuhan sehari, sedangkan energi, lemak, dan
karbohidrat tergolong tidak adekuat. Asupan mineral natrium Os sebelum
masuk rumah sakit tergolong sangat berlebih dibandingkan kebutuhan Os.
Hal ini dapat disebabkan oleh Os yang gemar mengonsumsi makanan yang
gurih dengan kandungan natrium dalam bahan makanan yang dikonsumsi
tergolong tinggi.

a.2 Pengetahuan/ Kepercayaan/ Sikap


Os rutin melakukan pengobatan ke dokter. Os sudah pernah dirawat
di 3 rumah sakit swasta sebelum dirawat di RSUD Cibinong. Os mulai
melakukan pengobatan di RSUD Cibinong sejak tahun 2016. Os sudah
pernah mendapatkan konsultasi gizi terkait diabetes melitus. Os didiagnosa
diabetes melitus sejak tahun 2000. Selain itu, Os memiliki riwayat diabetes
melitus dalam keluarga. Sejak 1 bulan terakhir sebelum masuk rumah sakit,
Os menerapkan mengonsumsi beras merah. Os juga mengurangi
mengonsumsi makanan dan minuman yang manis. Namun hal ini
menyebabkan Os cenderung memilih makanan yang gurih dengan
kandungan natrium yang tergolong tinggi.

b. Antropometri
Data antropometri merupakan data hasil pengukuran yang dapat
menentukan status gizi pasien. Data antropometri yang diambil adalah hasil
pengukuran berat badan (BB) menurut lingkar lengan atas (LILA) dan
tinggi badan (TB). Pengukuran TB pasien ditentukan menggunakan
pengukuran ulna karena kondisi kaki pasien yang terasa sakit sehingga tidak
menggunakan tinggi lutut (TILUT). Hasil pengukuran antropometri ini
dapat menentukan status gizi pasien, sehingga intervensi yang dilakukan
akan sesuai dengan kebutuhan pasien.
LILA : 32.8 cm
BB menurut LILA : 72.1 kg
BB 6 bulan terakhir : 86 kg
Penurunan BB : 13.1 kg
%Penurunan BB : 16.1%
BB koreksi edema : 57.68 kg
Ulna : 25.2 cm
TB menurut ulna : 172 cm
IMT : 18.7 kg/m2
10

Status Gizi : Normal


BBI : 64.89 kg
Hasil pengukuran Indeks masa tubuh Os berdasarkan berat badan
koreksi edema terhadap tinggi badan didapatkan 18.7 kg/m2. Hal ini
menunukkan bahwa Os memiliki status normal menurut WHO 2007. Os
mengalami penurunan berat badan yang tidak diinginkan dalam 6 bulan
terakhir. Menurut Os, berat badan biasanya adalah sekitar 86 kg.

c. Biokimia
Data biokimia merupakan hasil pemeriksaan laboratorium yang
menunjang informasi untuk mengetahui kelainan pada kondisi fisiologis.
Hasil pemeriksaan laboratorium pada Os adalah sebagai berikut.
Tabel 14 Hasil Pemeriksaan Awal Tn. A (9 Maret 2017)
Parameter Hasil Nilai Rujukan Interpretasi
Hemoglobin (g/dL) 10.7 13.7 17.5 Rendah
Leukosit (/uL) 16 000 5 000 10 000 Tinggi
Trombosit (/uL) 489 000 150 000 450 000 Tinggi
Hematokrit (%) 30.9 40 48 Rendah
GDS (mg/dL) 95 70 200 Normal
Ureum (mg/dL) 128 20 40 Tinggi
Kreatinin (mg/dL) 5.7 0.5 1.5 Tinggi
SGOT (u/L) 40 <37 Tinggi
SGPT (u/L) 37 <42 Normal
Albumin (g/dL) 3.8 3.5 5.0 Normal
Na (ml/L) 139 135 155 Normal
K (ml/L) 4.9 3.6 5.5 Normal
Cl (ml/L) 109 95 108 Tinggi
Sumber : Rekam Medik Ruang Melati 3 RSUD Cibinong (2017)
Hasil pemeriksaan laboratorium Os menunjukkan nilai abnormal
pada hemoglobin, leukosit, trombosit, hematokrit, ureum, kreatinin, SGOT,
dan klorida. Kadar klorida tergolong tinggi tetapi masih mendekati nilai
rujukan normal. Kadar hemoglobin dan hematokrit Os tergolong rendah
menunjukkan Os mengalami anemia. Kadar leukosit dan trombosit Os yang
tinggi menunjukkan adanya infeksi di dalam tubuh. Kadar SGOT yang
tinggi menunjukkan adanya kerusakan pada otot jantung. Kadar ureum dan
kreatinin yang tinggi menunjukkan adanya kerusakan pada ginjal. Serum
Glutamic Oxaloacetic Transaminase (SGOT) merupakan salah satu enzim
yang dijumpai dalam otot jantung dan hati. Enzim ini ditemukan dalam
konsentrasi sedang pada otot rangka, ginjal dan pankreas. Saat terjadi cedera
terutama pada sel-sel hati dan otot jantung, enzim ini akan dilepaskan ke
dalam darah. Fungsi utama enzim ini sebagai biomarker/penanda adanya
gangguan pada hati dan jantung (Widmann 2004).

d. Klinis Fisik
Pemeriksaan kondisi fisik dan klinis Os dilakukan untuk mengetahui
tindakan lanjut yang tepat dilakukan kepada Os berdasarkan hasil diagnosa
medis. Kondisi awal Os ketika masuk rumah sakit adalah sebagai berikut.
11

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier S. 2008. Penuntun Diet. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka Utama.


Aninch J, Tanagho E. 2007. General Urology 16th Edition. San Fransisco (US):
McGraw-Hill/Appleton dan Lange.
Corwin JE. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta (ID): EGC.
Hurst M. 2008. Pathophysiology Review. Mississipi (US): The McGraw-Hill
Companies, Inc.
Husamah. 2012. Kamus Penyakit pada Manusia. Yogyakarta (ID): CV Andi.
Katsilambros N, Dimosthenopoulus C, Kontogianni M, Manglara E, Poulia K.
2014. Asuhan Gizi Klinik. Jakarta (ID): EGC.
Macfarlane M T. 2006. Urology, 4th Edition. Kentucky (US): Lippincott Williams
dan Wilkins.
Mann J, Truswell AS. 2012. Buku Ajar Ilmu Gizi, Edisi 4. Jakarta (ID): Kedokteran
EGC.
Mansjoer et al.2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta (ID): EGC.
Medicastore. 2010. Media Informasi Obat dan Penyakit. [terhubung berkala]
http://medicastore.com [diakses pada 25 Maret 2017].
MIMS. 2017. MIMS Drug Information System. [terhubung berkala]
http://mims.com.
Nelms M, Sucher KP, Lacey K, Roth SL. 2010. Nutrition Therapy and
Pathophysiology. Belmont CA (US): Wadsworth Cengage Learning.
Sharon RR, Kathryn P,Ellie W. 2009. Understanding normal and clinical
nutrition.USA(US) : Wadsworth.
Stump SE. 2011. Nutrition and Diagnosis-Related Care. Philadelphia : Lippincott
Williams and Wilkins.
[WHO] World Health Organization. 2001. Iron Deficiency Anemia : Assesment,
Prevention, and Control. NHD 01(3): 50-51.
[WHO] World Health Organization. 2007. BMI Classification. [terhubung berkala]
http://apps.who.int/bmi/index.jsp?introPage=intro_3.html.
Widmann FK. 2004. Tinjauan Klinis Atas Hasil Pemeriksaan Laboratorium Edisi
11. Jakarta (ID): EGC.
[WNPG] Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi. 2004. [terhubung berkala]
http://gizi.depkes.go.id/ [diakses tanggal 25 Maret 2017].

Anda mungkin juga menyukai