LAPORAN
PRAKTIK KERJA LAPANG
ASUHAN GIZI DI RUMAH SAKIT (PKL RS)
DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIBINONG
Oleh
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktik
Kerja Lapang (PKL) Bidang Manajemen Asuhan Gizi Klinik di RSUD Cibinong
dengan baik. Laporan Praktik Kerja Lapang ini disusun sebagai bagian dari hasil
Praktik Kerja Lapang yang telah dilaksanakan di RSUD Cibinong pada tanggal 6
November – 9 Desember 2017. Praktik Kerja Lapang merupakan salah satu
kegiatan akademik yang bersifat wajib untuk seluruh Mahasiswa S1 Program
Studi Ilmu Gizi IPB sebagai salah satu upaya pemenuhan kompetensi. Praktik
Kerja Lapang yang telah dilakukan tidak terlepas dari bimbingan dan arahan dari
berbagai pihak khususnya pihak pembimbing, baik berupa materi maupun teknis.
Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Ir. Sri Anna Marliyati, M.Si selaku ketua Departemen Gizi Masyarakat
IPB.
2. Dr. Tiurma Sinaga, MFSA selaku Koordinator Praktik Kerja Lapang.
3. Anna Vipta Resti Mauludyani, SP, M.Gizi, selaku Dosen Pembimbing PKL
di RSUD Cibinong.
4. Maria Tambunan, SKM, M.Kes, RD selaku Kepala Instalasi Gizi RSUD
Cibinong.
5. Catur Endri Esmiati, AMG, RD selaku ahli gizi di RSUD Cibinong sekaligus
ahli gizi pembimbing penulis selama melaksanakan PKL di RSUD Cibinong.
6. Nur Aliah, S.Gz, RD selaku ahli gizi di RSUD Cibinong.
7. Suci Reno Monalisa, SKM, RD, selaku ahli gizi di RSUD Cibinong.
8. Dungga Rully Nabila, AMG selaku ahli gizi di RSUD Cibinong.
9. Wahyu Dwi Saputri, Amd.Gz selaku ahli gizi di RSUD Cibinong.
10. Damis Chyntia Esapraja, S.Gz selaku ahli gizi di RSUD Cibinong.
11. Dini Ramadhani K, AMG selaku ahli gizi di RSUD Cibinong.
12. Rizky Rosmalina, Amd selaku Kepala Produksi di Instalasi Gizi RSUD
Cibinong.
13. Orang tua penulis yang senantiasa memberikan doa serta dukungan.
14. Seluruh karyawan dan padat karya Instalasi Gizi RSUD Cibinong yang telah
membantu penulis selama dilaksanakannya Praktik Kerja Lapang.
15. Fauziah Nabila, Ivana Lalita, Masrida Zai, Zulfahnur Isna O, dan Bambang
Tri Daxoko selaku teman sekelompok penulis dalam melaksanakan PKL di
RSUD Cibinong.
Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam
laporan ini, baik dari segi materi maupun teknik penyajian. Penulis
mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang dapat penulis jadikan
koreksi dalam pembuatan laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi
penulis maupun khalayak umum.
Penulis
ii
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI iii
DAFTAR TABEL v
DAFTAR GAMBAR vi
I. PENDAHULUAN 1
I.1 Latar Belakang 1
I.2 Tujuan 2
II. PENATALAKSANAAN DIET PRA-BEDAH DAN PASCA-BEDAH
PADA KASUS STRIKTUR URETRA ec URETHROLITHIASIS PARS
BULBOSA DENGAN RIWAYAT UROLITHIASIS 3
II.1. Gambaran Umum, Etiologi, dan Patofisiologi 3
II.2. Identitas Pasien 6
II.3. Gambaran Penyakit Pasien 6
II.3.1. Riwayat Penyakit Pasien 6
II.3.2. Diagnosis Medis 6
II.3.3. Terapi Medis 6
II.4. Skrining Gizi 7
II.5. Proses Asuhan Gizi Terstandar Pra-Bedah 7
II.5.1. Pengkajian Gizi Pra-Bedah 7
II.5.2. Diagnosis Gizi Pra-Bedah 11
II.5.3. Intervensi Gizi Pra-Bedah 11
II.5.4. Monitoring dan Evaluasi Pra-Bedah 14
II.6. Proses Asuhan Gizi Terstandar Pasca-Bedah 17
II.6.1. Pengkajian Gizi Pasca-Bedah (Re-Assessment) 17
II.6.2. Diagnosis Gizi Pasca-Bedah 19
II.6.3. Intervensi Gizi Pasca-Bedah 19
II.6.4. Monitoring dan Evaluasi Pasca-Bedah 22
II.7. Resume 26
III. PENATALAKSANAAN DIET TINGGI KALORI TINGGI PROTEIN
RENDAH GARAM III PADA PASIEN EFUSI PLEURA DEKSTRA,
HIPERTENSI EMERGENSI, SUSPEK PNEUMONIA 29
III.1. Gambaran Umum, Etiologi, dan Patofisiologi 29
III.2. Identitas Pasien 32
III.3. Gambaran Penyakit Pasien 32
III.3.1. Riwayat Penyakit Pasien 32
iv
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Patofisiologi Striktur Uretra ec Urethrolithiasis Pars Bulbosa 5
Gambar 2 Persentase asupan intervensi pra-bedah 15
Gambar 3 Persentase asupan intervensi pasca-bedah H1 23
Gambar 4 Persentase asupan intervensi pasca-bedah H2 24
Gambar 5 Perbandingan asupan Os selama intervensi 24
Gambar 6 Patofisiologi efusi pleura, hipertensi emergensi, 31
suspek pneumonia
Gambar 7 Perbandingan asupan selama 3 hari intervensi 43
Gambar 8 Patofisiologi febris dan hiperpireksia ec viral infection 47
Gambar 9 Perbandingan asupan RS dan luar RS pada H2 intervensi 57
Gambar 10 Perbandingan asupan Os selama tiga hari intervensi 58
Gambar 11 Menu makan siang Tn. J hari ke-2 pasca-bedah 65
Gambar 12 Sisa makan pagi H2 Tn. H 70
Gambar 13 Menu makan siang H2 Tn. H 70
Gambar 14 Menu makan siang H3 Tn. H 70
Gambar 15 Sisa makan siang H3 Tn. H 70
Gambar 16 Sisa makan sore H3 Tn. H 70
Gambar 17 Selingan bubur sum-sum dengan campuran gula diabetes 70
Gambar 18 Menu makan sore H1 An. F 75
Gambar 19 Sisa makan sore H1 An. F 75
Gambar 20 Menu makan pagi H2 An. F 75
Gambar 21 Sisa makan pagi H2 An. F 75
Gambar 22 Menu makan siang H2 An. F 75
Gambar 23 Sisa makan siang H2 An. F 75
Gambar 24 Menu makan sore H2 An. F 75
Gambar 25 Menu selingan 2 H2 An. F 75
Gambar 26 Menu makan pagi H3 An. F 75
Gambar 27 Menu makan siang H3 An. F 76
vii
I. PENDAHULUAN
Ilmu Gizi adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu tentang makanan
dalam hubungannya dengan kesehatan optimal bagi tubuh manusia. Kesehatan
sendiri merupakan keadaan sejahtera badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan
setiap orang untuk hidup produktif baik secara sosial maupun ekonomi. Untuk
melakukan upaya kesehatan, terdapat kelompok orang yang memiliki
pengetahuan atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan, atau biasa
disebut tenaga kesehatan. Salah satu jenis tenaga kesehatan adalah ahli gizi
(Depkes 2009).
Pelayanan gizi adalah suatu upaya memperbaiki atau meningkatkan gizi,
makanan, dietetik masyarakat, kelompok, individu atau klien yang merupakan
suatu rangkaian kegiatan yang meliputi pengumpulan, pengolahan, analisis,
kesimpulan, anjuran, implementasi dan evaluasi gizi, makanan dan dietetik dalam
rangka mencapai status kesehatan optimal dalam kondisi sehat atau sakit. Salah
satu jenis pelayanan gizi yaitu pelayanan gizi klinis, yang erat kaitannya dengan
membantu proses penyembuhan pasien di rumah sakit. Setiap penyakit
mempunyai jenis diet yang berbeda-beda karena tujuan dan syarat diet yang
difokuskan sesuai dengan penyakit pasien juga berbeda-beda (Depkes 2009;
Kemenkes RI 2013).
Asupan zat gizi yang baik bagi pasien rumah sakit diperlukan untuk
mempercepat proses penyembuhan, memperpendek lama hari rawat, mencegah
komplikasi, menurunkan mortalitas dan morbiditas, serta akhirnya menghemat
biaya pengobatan. Melalui PAGT (Proses Asuhan Gizi Terstandar) pasien
mendapatkan pelayanan gizi yang berkualitas melalui rangkaian aktivitas, mulai
dari identifikasi kebutuhan gizi hingga pemenuhan kebutuhan gizi serta
monitoring dan evaluasi terhadap keadaan gizi pasien tersebut (Kemenkes RI
2013).
Kompetensi ahli gizi dengan tingkat pendidikan S1 menurut Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 374 tahun 2007 tentang Standar
Profesi Gizi terdiri atas 4 tingkatan, yaitu membantu, melaksanakan, mendidik,
dan mengelola dalam kegiatan tatalaksana/asuhan/pelayanan gizi klinik,
pelayanan gizi di masyarakat, di rumah sakit, dan penyelenggaraan makanan
institusi (Kemenkes RI 2013).
Program Studi Ilmu Gizi IPB berada dibawah Departemen Gizi
Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia. Salah satu tujuan program studi ini adalah
menghasilkan lulusan di bidang gizi yang mampu mengembangkan pengetahuan
dan teknologi dalam analisis dan penanggulangan masalah gizi, serta mampu
memberikan pilihan solusi, merencanakan, dan mengelola penyelesaian masalah
gizi. Tujuan tersebut tidak akan tercapai apabila kegiatan pendidikan hanya
dilaksanakan dalam bentuk kuliah teori dan praktikum di dalam kampus. Oleh
karena itu, diperlukan sebuah kegiatan untuk mengasah keterampilan dan
memberi pengalaman secara langsung kepada para calon ahli gizi dalam
melakukan proses asuhan gizi terstandar, yang bisa didapatkan melalui kegiatan
Praktik Kerja Lapang Asuhan Gizi di Rumah Sakit (PKL RS).
2
I.2 Tujuan
Tujuan Umum
Kegiatan PKL RS bidang asuhan gizi klinik ini bertujuan agar mahasiswa
dapat menimba pengalaman bekerja dan wawasan profesional dalam
penatalaksanaan diet berbagai penyakit, dengan cara terlibat langsung dalam
kegiatan asuhan gizi di rumah sakit.
Tujuan Khusus
Striktur Uretra
akan menimbulkan aliran balik urin yang dapat mengakibatkan infeksi seperti
sistitis, prostatitis, dan pielonefritis (Purnomo 2003), serta pengendapan urin yang
mengakibatkan pengkristalan pada saluran dan menjadi batu (Escott-Stump 2012).
Selain itu, orang yang mengalami striktur biasanya merasakan nyeri yang hebat
karena penumpukan urin yang melebihi kapasitas.
Striktur uretra bisa merupakan bawaan (kongenital) maupun didapatkan
melalui berbagai faktor risiko. Faktor risiko striktur uretra yaitu trauma (misalnya
kecelakaan, pemasangan alat/instrumentasi), infeksi (misalnya gonorrhoeae), dan
tekanan tumor (Baradero et al. 2009). Untuk menangani striktur uretra, dapat
dilakukan tindakan litotripsi dan uretrotomi interna atau sachse.
Litotripsi adalah tindakan pemecahan batu saluran kemih. Uretrotomi
adalah tindakan bedah pada uretra. Pembedahan uretrotomi internal dilakukan
dengan alat endoskopi yang memotong jaringan uretra dengan pisau bedah Otis
atau Sachse. Perbedaannya adalah, pisau otis digunakan pada tindakan bedah
tertutup/blind urethral incision sedangkan sachse digunakan pada tindakan bedah
terbuka dan memiliki berbagai jenis bentuk pisau (Geavlete 2015).
Patofisiologi
Pengendapan urin
pH urin turun
Pengkristalan
Striktur uretra
|
hematuria
Gambar 1 Patofisiologi Striktur Uretra ec Urethrolithiasis Pars Bulbosa (Escott-
Stump 2012)
6
Nama : Tn. J
No. Rekam Medik : 09010930
Ruang Rawat : Bugenvil Atas kamar 206
Tanggal Masuk RS : 24 November 2017
Tanggal Assessment : 25 November 2017
Usia : 49 tahun 6 bulan
Pekerjaan : Pegawai swasta
Agama : Islam
Alamat : Cibinong, Bogor
Diagnosa Medis : Striktur uretra ec urethrolithiasis pars bulbosa
Terapi Gizi : Diet Nefrolitiasis (pra-bedah), Diet TKTP (pasca-
bedah)
Riwayat Gizi
Antropometri
Pengkajian antropometri digunakan untuk membantu dalam
pengkategorian status gizi pasien. Pengukuran antropometri yang dilakukan pada
Os adalah pengukuran lingkar lengan atas (LILA) untuk mengetahui estimasi
berat badan Os dan panjang ulna untuk mengetahui estimasi tinggi badan Os.
Hasil pengukuran antropometri ini dapat digunakan untuk menentukan status gizi
Os, sehingga intervensi dapat dilakukan sesuai dengan keadaan Os. Berikut ini
disajikan hasil pengkajian antropometri Os.
LILA : 27 cm
ULNA : 25 cm
Berat badan menurut konversi LILA : (2.592 x LILA) – 12.902
: (2.592 x 27) – 12.902
: 57 kg
Tinggi badan menurut konversi ULNA : 160 cm
Berat badan ideal : TB – 100
: 160 – 100
: 60 kg
Indeks massa tubuh :
:
: 22.3 kg/m2
Status gizi : normal (WHO 2004)
Biokimia
Penilaian status gizi secara biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang
diuji di laboratorium yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh.
Metode ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi adanya gangguan pada tubuh
yang berkaitan dengan asupan gizi seseorang (Alhamda dan Sriani 2015).
Pengkajian biokimia didapatkan melalui hasil pemeriksaan laboratorium yang
menunjang informasi kondisi fisiologis Os. Berikut merupakan hasil pemeriksaan
laboratorium Os pada tanggal 24 November 2017.
Tabel 3 Hasil pemeriksaan biokimia awal Tn. J
Parameter Hasil Nilai Rujukan Interpretasi
Hemoglobin (g/dL) 13.2 13.7 – 17.5 Rendah
Leukosit (/µL) 7160 5000 – 10000 Normal
Trombosit (/µL) 303000 150000 – 450000 Normal
Hematokrit (%) 40.4 40 – 48 Normal
Ureum (mg/dL) 44 20 – 40 Tinggi
Kreatinin (mg/dL) 1.1 0.5 – 1.5 Normal
SGOT (/µL) 26 < 31 Normal
SGPT (/µL) 18 < 32 Normal
GDS (mg/dL) 125 70 – 200 Normal
Sumber: data rekam medik Os ruang Bugenvil Atas, RSUD Cibinong (2017)
Hasil pemeriksaan laboratorium biokimia pada Os menunjukkan bahwa
kadar hemoglobin Os berada dibawah rentang yang normal. Selain itu, kadar
ureum Os berada diatas rentang normalnya. Rendahnya nilai hemoglobin dan
tingginya kadar ureum darah pada Os mengindikasikan bahwa Os mengalami
gangguan ginjal. (Escott-Stump 2012), dan berdasarkan hasil riset oleh
Radityamurti dan Rodjani (2009), kadar hemoglobin dan ureum darah yang tidak
normal berkaitan dengan gangguan ginjal.
Sebelum masuk ke ruang rawat inap rumah sakit, Os menjalani rawat
jalan. Os juga melakukan urinalisa (pemeriksaan urin) di RSUD Cibinong pada
tanggal 20 November 2017. Berikut disajikan data hasil urinalisa Os.
Tabel 4 Hasil urinalisa Tn. J
Parameter Hasil Rujukan
Warna Kekuningan Kekuningan(a)
Kejernihan Agak keruh Bening(a)
Albumin - - (a)
Glukosa - - (a)
pH 6.5 4.8 – 7.4(b)
Berat jenis 1.020 1.008 – 1.030(b)
Urobilinogen 0.2 0.2 – 1.0(a)
Bilirubin - - (a)
Keton - - (a)
Nitrit - - (a)
Darah - - (a)
Sedimen
Eritrosit 3–6 0 – 2(a)
Leukosit 4–8 0 – 5(a)
Epitel 1+ - (a)
Kristal - - (a)
10
Riwayat Personal
Os merupakan seorang karyawan swasta, dan termasuk dalam kategori
ekonomi menengah. Setiap harinya, Os menyetir kendaraan antar kota secara
rutin. Saat Os membawa kendaraan, Os hampir selalu menahan buang air kecil
ketika merasa ingin buang air kecil. Os juga sering menahan haus. Os sering
mengonsumsi suplemen berupa kapsul multivitamin.
Domain Perilaku
NB 1.3 Tidak siap untuk diet/merubah gaya hidup berkaitan dengan makan
makanan tinggi natrium, kalsium, dan jarang minum air serta sering
menahan buang air ditandai oleh kembali terjadinya batu ginjal yang
sekarang sudah turun ke uretra.
Tujuan Diet
Tujuan diet pra-bedah adalah menjaga status gizi Os tetap optimal agar
tersedia cadangan zat gizi untuk mengatasi stres dan penyembuhan saat operasi.
Syarat Diet
1. Energi cukup, diberikan sesuai kebutuhan, yaitu 1796 kkal untuk
cadangan sebelum tindakan operasi.
12
Preskripsi Diet
Diet = Diet pra-bedah
Bentuk = Makanan biasa
Jalur = Oral
Frekuensi = 3 kali makan utama dan 2 kali selingan
13
Implementasi
Os diberikan diet pra-bedah berupa diet nefrolitiasis sesuai dengan jenis
penyakitnya, dengan kebutuhan energi 1796 kkal, protein 57 gram, lemak 39.9
gram, dan karbohidrat 302.2 gram. Natrium dibatasi 1 200 mg dan cairan tinggi
sebanyak 2 500 mL. Diet diberikan per oral dengan frekuensi 3 kali makan utama
dan 2 kali selingan. Distribusi menu sehari Os dalam satuan penukar (SP)
disajikan pada tabel 7 dan 8 berikut ini.
Tabel 7 Perencanaan menu sehari berdasarkan 100% kebutuhan
Golongan SP E (kkal) P (g) L (g) KH (g)
Sumber
6 1050 24 0 240
Karbohidrat
Protein hewani
Rendah lemak 1.75 87.5 12.25 3.5 0
Lemak sedang 1 75 7 5 0
Tinggi lemak 0.1 15 07 0.5 0
Protein nabati 3 225 15 9 21
Sayuran 2 50 2 0 10
Buah 1.75 87.5 0 0 21
Gula 2 100 0 0 24
Minyak 3.5 175 0 17.5 0
Jumlah 1865 60.9 35.5 316
Kebutuhan 1796 57 39.9 302.2
% terhadap kebutuhan 103.8 106.9 89 104.6
diberikan dari rumah sakit. Berikut disajikan tabel monitoring asupan makanan Os
hari pertama intervensi pra-bedah.
Tabel 10 Asupan zat gizi intervensi pra-bedah
Asupan
Zat Gizi Total Kebutuhan %Asupan
RS Luar RS
Energi (kkal) 1715 - 1715 1796 95.5
Protein (gram) 58.5 - 58.5 57 102.7
Lemak (gram) 35.1 - 35.1 39.9 87.9
Karbohidrat (gram) 284.5 - 284.5 302.2 94.1
Natrium (mg) 1193 - 1193 1200 99.4
Cairan (mL) 906 (makanan)
1200 (minum) 2606 2500 104.2
500 (infus)
Berdasarkan tabel diatas, persentase total asupan Os terhadap 100%
kebutuhan gizi Os pada masa pra-bedah tergolong baik. Asupan energi, protein,
lemak, dan karbohidrat Os secara berturut-turut yaitu 95.5%, 102.7%, 87.9%, dan
94.1%. Asupan zat gizi makro Os tergolong baik karena termasuk dalam rentang
80 – 110% berdasarkan WNPG (2012). Persentase asupan Os tidak mencapai
100% karena Os tidak menghabiskan selingan sorenya. Asupan natrium dan
cairan Os berturut-turut yaitu 99.4% dan 104.2%. Asupan cairan Os yang diatas
100% tidak menjadi masalah karena syarat cairan tinggi menurut anjuran pada
Almatsier (2011) adalah 2.5-3 liter/hari. Berikut ini disajikan grafik persentase
asupan pra-bedah Os.
110
104.2
105 102.7
99.4
100
95.5
94.1
95
90 87.9
Asupan
85
80
75
digunakan untuk mengestimasi tinggi badan Os. Berikut ini disajikan tabel
monitoring lingkar lengan atas dan panjang ulna Os.
Tabel 11 Hasil monitoring antropometri pra-bedah
Parameter Hasil pengukuran
LILA (cm) 27
Berat badan (kg) 57
Panjang ulna (cm) 25
Tinggi badan (cm) 160
Berdasarkan hasil pengukuran, belum terdapat perubahan antara hari
pertama intervensi dengan hasil assessment awal. Hal tersebut terjadi karena
intervensi pra-bedah hanya dilakukan satu hari sehingga peningkatan berat badan
belum dapat terlihat. Dengan berat badan Os yang tidak mengalami penurunan,
intervensi pra-bedah dapat dikatakan berhasil.
sudah berkurang, serta nafsu makan Os mulai meningkat kembali. Akan tetapi, Os
masih merasakan nyeri saat berkemih dan nyeri pada area suprapubik, serta buang
air kecilnya masih sedikit.
Riwayat Gizi
Sebelum tindakan operasi, Os diberikan diet pra-bedah dengan energi
sebesar 1796 kkal, 57 gram protein, 39.9 gram lemak, 302.2 gram karbohidrat,
dan 2 500 mL cairan. Diet diberikan dalam bentuk makanan biasa dengan
frekuensi 3 kali makan utama dan 2 kali selingan. Os dipuasakan pada tanggal 27
November 2017, dimulai dari pukul 02.00 WIB. Tindakan operasi berlangsung
mulai dari pukul 11.00 WIB hingga 11.45 WIB. Os sudah diperbolehkan makan
pada malam hari dan Os makan pada pukul 18.20 WIB.
Antropometri
Pengkajian antropometri yang kembali dilakukan pada Os adalah
pengukuran lingkar lengan atas (LILA) untuk mengetahui estimasi berat badan Os
dan panjang ulna untuk mengetahui estimasi tinggi badan Os. Berikut merupakan
data hasil pengukuran antropometri pasca-bedah.
Tabel 14 Hasil pengukuran antropometri pasca-bedah Tn. J (re-assessment)
Parameter 27 November 2017
LILA (cm) 27
Panjang ulna (cm) 25
BB (kg) 57
TB (cm) 160
Berdasarkan hasil pengukuran antropometri pasca-bedah, Os tidak
mengalami peningkatan maupun penurunan berat badan. Hasil pengukuran
antropometri menunjukkan bahwa Os memiliki berat badan dan tinggi badan
pasca-bedah yang sama dengan pra-bedahnya.
18
Biokimia
Hasil pemeriksaan laboratorium biokimia merupakan salah satu data
penunjang yang penting, karena dapat digunakan untuk mengetahui
perkembangan kondisi fisiologis Os seiring dengan berjalannya intervensi. Akan
tetapi, tidak terdapat data hasil pemeriksaan laboratorium terbaru pasca-bedah
karena Os belum melakukan pemeriksaan kembali.
Riwayat Personal
Os menjalani tindakan operasi pada tanggal 27 November 2017, pukul
11.00 WIB hingga 11.45 WIB. Sebelumnya, Os berpuasa mulai pukul 02.00 WIB.
Operasi yang dilakukan pada Os adalah litotripsi untuk memecahkan batu yang
ada, dan uretrotomi internal (Sachse) untuk mengatasi striktur uretra. Bius yang
diterima Os adalah bius regional pada area spinal.
19
Domain Perilaku
NB 1.6 Kurang patuh untuk menjalankan terapi diit yang diberikan ahli gizi
berkaitan dengan kurangnya dukungan sosial untuk menerapkan
perubahan ditandai oleh diberikannya makanan-makanan dari luar rumah
sakit.
Tujuan Diet
Tujuan diet pasca-bedah yang diberikan kepada Os yaitu untuk memenuhi
kebutuhan energi dan protein yang meningkat pasca operasi untuk mempercepat
proses penyembuhan.
Syarat Diet
1. Energi tinggi, sebesar 2234 kkal.
2. Protein tinggi, sebesar 1.5 gram/kg berat badan atau setara dengan 85.5
gram atau 15.3% dari kebutuhan energi total.
3. Lemak sedang, 20% dari kebutuhan energi total atau setara dengan 49.6
gram.
4. Karbohidrat cukup, 64.7% dari kebutuhan energi total atau setara dengan
361.3 gram.
5. Garam rendah, setara natrium 1200 mg per hari untuk menghindari
tekanan darah tinggi maupun pembentukan batu kembali.
6. Cairan cukup, 2000 mL per hari.
7. Diet diberikan dengan konsistensi bertahap, sesuai dengan kemampuan Os
menerima makanan.
Preskripsi Diet
Diet = Diet Pasca-Bedah (TKTP)
Bentuk = Makanan lunak (makan pertama pasca-bedah),
makanan biasa
Jalur = Oral
Frekuensi = 3 kali makan utama dan 2 kali selingan
Implementasi
Os diberikan diet pasca-bedah tinggi kalori tinggi protein, dengan
kandungan zat gizi sesuai kebutuhan yaitu energi 2234 kkal, protein 85.5 gram,
lemak 49.6 gram, karbohidrat 361.3 gram, natrium 1200 mg, dan cairan 2000 mL.
Diet diberikan per oral dengan frekuensi 3 kali makan utama dan 2 kali selingan.
Konsistensi makanan pasca-bedah Os bertahap, mulai dari makanan lunak lalu
menjadi makanan biasa. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Almatsier (2011)
bahwa pemberian makanan pasca-bedah disesuaikan dengan kemampuan pasien
menerima makanan. Perencanaan menu sehari Os dalam satuan penukar (SP)
disajikan pada tabel dibawah ini.
Tabel 17 Perencanaan menu sehari berdasarkan 100% kebutuhan
Golongan SP E (kkal) P (g) L (g) KH (g)
Sumber Karbohidrat 6.25 1093.75 25 0 250
Protein hewani
Rendah lemak 1.5 75 10.5 3 0
Lemak sedang 2.75 206.25 19.25 13.75 0
Tinggi lemak - 0 0 0 0
Protein nabati 2.5 187.5 12.5 7.5 17.5
21
180
160 32
44.4 28.8
140 30.8
120 132.6
21.6 122
115.6
100
107.5 96.5
80
83.9 Asupan Luar RS
60
Asupan RS
40
20
0
140 124.9
120
96.9
100 80.5 81.8
72.9 78.1
80
60
40 Asupan H2
20
0
60
40
20
0
Energi Protein Lemak Karbohidrat Natrium Cairan
Gambar 5 Perbandingan asupan Os selama intervensi
25
II.7. Resume
yaitu 22.3 kg/m2. Jenis diet yang diberikan kepada Os yaitu diet pra-bedah (diet
batu ginjal/nefrolitiasis) dan diet pasca-bedah (diet TKTP). Kebutuhan gizi Os
selama pra-bedah yaitu energi 1796 kkal, protein 57 gram, lemak 39.9 gram,
karbohidrat 302.2 gram, dan cairan 2500 mL, diberikan 100% dari kebutuhan.
Kebutuhan gizi Os saat pasca-bedah yaitu energi 2234 kkal, protein 85.5 gram,
lemak 49.6 gram, karbohidrat 361.3 gram, dan cairan 2000 mL. Selama
intervensi, asupan Os fluktuatif cenderung meningkat. Namun, Os dan keluarga
masih belum sepenuhnya mematuhi anjuran diet karena Os masih mengonsumsi
makanan-makanan dari luar rumah sakit ketika sedang dalam masa rawat inap.
29
Efusi Pleura
Hipertensi Emergensi
Pneumonia
Tanda dan gejala yang bisa terjadi pada penderita pneumonia adalah
demam, batuk, sesak napas, ronki basah yang kasar, dan terlihat infiltrat pada
hasil rontgen toraks pasien (Setyoningrum et al. 2006). Pengobatan pasien
pneumonia biasanya berupa pemberian antibiotik yang efektif terhadap organisme
tertentu, terapi nebulizer untuk menanggulangi masalah pernapasan, dan
pengobatan untuk mengatasi komplikasi yang terjadi (Price dan Wilson 2005).
Patofisiologi
Hipertensi krisis
Menyebar ke
Pneumonia Infeksi pada paru
rongga pleura
Nama : Tn. H
No. Rekam Medik : 11126506
Ruang Rawat : Seruni Atas kamar 210
Tanggal Masuk RS : 29 November 2017
Tanggal Assessment : 30 November 2017
Usia : 47 tahun
Pekerjaan : Pegawai swasta
Agama : Islam
Alamat : Cipayung, Depok
Diagnosa Medis : Efusi pleura dekstra, hipertensi emergensi, suspek
pneumonia
Terapi Gizi : Diet Tinggi Kalori Tinggi Protein Rendah Garam
III
Riwayat Gizi
Riwayat Gizi Kualitatif
Os mengalami penurunan nafsu makan sejak 3 hari sebelum masuk rumah
sakit. Penurunan nafsu makan tersebut ikut dipengaruhi oleh salah satu keluhan
Os, yaitu sesak napas. Biasanya, Os mengonsumsi lauk yang digoreng dan gemar
mengonsumsi makanan olahan pabrikan.
Antropometri
Pengkajian antropometri digunakan untuk membantu dalam
pengkategorian status gizi pasien. Pengukuran antropometri yang dilakukan pada
Os adalah pengukuran berat badan dan panjang ulna untuk mengetahui estimasi
tinggi badan Os. Hasil pengukuran antropometri ini dapat digunakan untuk
menentukan status gizi Os, sehingga intervensi dapat dilakukan sesuai dengan
keadaan Os.
Berat badan : 48 kg
ULNA : 25.6 cm
Tinggi badan menurut konversi ULNA : 64.604 + (3.8089 x Ulna)
: 64.604 + (3.8089 x 25.6 cm)
: 162 cm
Berat badan ideal : (TB–100) – 10%(TB–100)
: 55.8 kg
Indeks massa tubuh :
:
35
: 18.2 kg/m2
Status gizi : kurang (WHO 2004)
Hasil pengukuran antropometri menunjukkan bahwa Os memiliki berat
badan aktual sebesar 48 kg dan berat badan ideal sebesar 55.8 kg. Tinggi badan
Os sebesar 162 cm. Berdasarkan hasil perhitungan, indeks massa tubuh Os
sebesar 18.2 kg/m2. Berdasarkan WHO (2004), Os tergolong dalam status gizi
kurang.
Biokimia
Penilaian status gizi secara biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang
diuji di laboratorium yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh.
Metode ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi adanya gangguan pada tubuh
yang berkaitan dengan asupan gizi seseorang (Alhamda dan Sriani 2015).
Pengkajian biokimia didapatkan melalui hasil pemeriksaan laboratorium yang
menunjang informasi kondisi fisiologis Os. Berikut merupakan hasil pemeriksaan
laboratorium Os pada tanggal 24 November 2017.
Tabel 27 Hasil pemeriksaan biokimia awal Tn. H
Parameter Hasil Nilai Rujukan Interpretasi
Hemoglobin (g/dL) 14.6 13.7 – 17.5 Normal
Leukosit (/µL) 17700 5000 – 10000 Tinggi
Trombosit (/µL) 313000 150000 – 450000 Normal
Hematokrit (%) 46 40 – 48 Normal
GDS (mg/dL) 181 70 – 200 Normal
Sumber: data rekam medik Os ruang Seruni Atas, RSUD Cibinong (2017)
Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan bahwa Os memiliki kadar
leukosit diatas normal, yakni 17700/µL. Leukosit yang tinggi mengindikasikan
adanya infeksi dalam tubuh (Hurst 2008). Infeksi pada Os berkaitan dengan
adanya suspek pneumonia yang berada dalam diagnosis medis Os. Os juga
memiliki nilai GDS yang normal mendekati tinggi. Os berisiko diabetes mellitus
karena terdapat riwayat keluarga, sehingga sebaiknya nilai GDS juga dikontrol.
Riwayat Personal
Os merupakan seorang pegawai dengan kategori ekonomi menengah. Dulu
Os pernah memiliki kebiasaan merokok dan jarang berolahraga.
Domain Asupan
NI 2.1 Asupan oral inadekuat berkaitan dengan penurunan nafsu makan ditandai
oleh asupan MRS pada energi sebesar 38.8%, protein 23.6%, lemak
18.8%, dan karbohidrat 36.3%.
NI 1.2 Peningkatan energi ekspenditur berkaitan dengan hiperkatabolisme
akibat infeksi ditandai oleh penambahan faktor stres menjadi 1.3.
Domain Klinis
NC 3.1 Underweight/berat badan kurang berkaitan dengan penurunan asupan
makanan ditandai oleh IMT kurang (18.2 kg/m2).
37
Domain Perilaku
NB 1.7 Pemilihan makanan yang salah berkaitan dengan kurang terpapar
informasi yang akurat terkait gizi ditandai oleh kebiasaan Os
mengonsumsi pangan olahan pabrik yang digoreng.
Tujuan Intervensi
1. Meningkatkan asupan makanan Os untuk memenuhi kebutuhan yang
meningkat dan menggantikan jaringan tubuh yang rusak.
2. Meningkatkan status gizi Os.
3. Meningkatkan pengetahuan melalui edukasi gizi.
Tujuan Diet
1. Memenuhi kebutuhan energi dan protein untuk mencegah dan
mengurangi kerusakan jaringan tubuh.
2. Menambah berat badan hingga mencapai berat badan normal.
3. Menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi.
Syarat Diet
1. Energi tinggi untuk mencegah dan mengurangi kerusakan jaringan
tubuh, yaitu 2134 kkal.
2. Protein tinggi, yaitu 2 gram/kg berat badan, setara dengan 96 gram
atau 18% dari kebutuhan energi total.
3. Lemak sedang, yaitu 25% dari kebutuhan energi total atau sebesar 59.3
gram.
4. Karbohidrat sebesar 57% dari kebutuhan energi total atau sebesar 304
gram.
5. Natrium dibatasi, maksimal 1200 mg per hari atau sekitar ½ sendok
teh.
Preskripsi Diet
Diet = Diet TKTP Rendah Garam III
Bentuk = Makanan lunak
Jalur = Oral
Frekuensi = 3 kali makan utama dan 2 kali selingan
Implementasi
Intervensi pada Os dilakukan selama 3 hari, yaitu pada tanggal 1 – 3
Desember 2017. Os diberikan diet TKTP RG III secara bertahap dan dalam
konsistensi lunak agar tidak menambah berat beban napasnya (Escott-Stump
2012). Intervensi diberikan sebesar 90% dari kebutuhan Os, dengan energi 1920
kkal, protein 86.4 gram, lemak 53.37 gram, karbohidrat 273.6 gram, dan natrium
1200 mg untuk satu hari. Diet diberikan per oral dengan frekuensi 3 kali makan
utama dan 2 kali selingan. Distribusi menu sehari Os dalam satuan penukar (SP)
disajikan pada tabel 30 dan 31.
dibandingkan dengan perencanaan diet. Berikut disajikan tabel asupan zat gizi Os
pada hari pertama intervensi.
Tabel 33 Asupan zat gizi Tn. H intervensi H1
Zat Gizi Asupan Kebutuhan (90%) %Asupan
Energi (kkal) 1845 1921 96.1
Protein (gram) 70.8 86.4 81.9
Lemak (gram) 49.5 53.4 92.9
Karbohidrat (gram) 274.4 273.6 100.3
Natrium (mg) 1136 1200 94.7
Asupan Os pada intervensi hari pertama sudah mencapai diatas 80%
sehingga dapat dikatakan baik (WNPG 2012). Salah satu penyebabnya adalah Os
menyatakan suka terhadap selingan yang diberikan, khususnya bubur sum-sum
yang dicampur dengan gula diabetes. Penggunaan gula diabetes ditujukan untuk
menghindari peningkatan gula darah Os, karena pada pemeriksaan biokimia
diketahui bahwa nilai GDS Os mendekati batas atas. Os juga diberikan susu UHT
untuk memenuhi kebutuhan energinya karena berdasarkan hasil wawancara, Os
tidak menyukai susu bubuk.
Pada hari kedua intervensi, Os tetap diberikan jenis diet dan konsistensi
makanan yang sama dengan intervensi hari pertama walaupun terlihat persentase
asupannya sudah diatas 80%. Hal tersebut dilakukan karena persentase asupan
tersebut masih dibandingkan dengan 90% dari kebutuhan harian Os. Menu yang
diberikan kepada Os adalah bubur untuk pagi, siang, dan sore. Selain itu terdapat
selingan 1 berupa bubur sum-sum dan susu UHT, serta selingan 2 berupa puding
hunkwe. Pemberian susu UHT juga dilakukan pada siang dan sore hari. Berikut
disajikan tabel asupan zat gizi Os pada hari kedua intervensi.
Tabel 34 Asupan zat gizi Tn. H intervensi H2
Zat Gizi Asupan Kebutuhan (90%) %Asupan
Energi (kkal) 1915 1921 99.7
Protein (gram) 73.1 86.4 84.5
Lemak (gram) 42.9 53.4 80.5
Karbohidrat (gram) 308.9 273.6 112.9
Natrium (mg) 888 1200 74
Asupan Os pada intervensi hari kedua membaik, dapat diketahui dari
persentase asupan seluruh zat gizi makro berada pada rentang 80 – 110%. Asupan
natrium juga sudah mendekati cukup, yaitu mendekati 77% (Gibson 2005). Hal
tersebut tidak menjadi masalah karena natrium pada Os dibatasi dengan adanya
diet rendah garam untuk menurunkan tekanan darah Os.
Os menghabiskan seluruh makanan pada hari kedua intervensi, kecuali
bubur pada pagi hari tersisa sekitar 2 sendok makan. Os juga mengatakan kurang
menyukai puding hunkwe karena tersaji dalam keadaan yang sudah tidak dingin
lagi. Walaupun begitu, Os tetap mengonsumsi puding hunkwe yang diberikan.
Pada hari kedua intervensi, Os tidak mengonsumsi makanan dari luar rumah sakit.
Os juga menghabiskan 3 kali susu UHT yang diberikan, walaupun susu UHT
yang diberikan pada waktu makan sore dikonsumsi lebih malam, yaitu sekitar
pukul 8 malam.
42
Os diberikan diet yang sama pada hari ketiga intervensi serta tetap
diberikan sebesar 90% kebutuhan agar membiasakan Os untuk meningkatkan
porsi makannya secara bertahap. Selama 3 kali makan utama, Os diberikan bubur
pada pagi dan siang hari, sedangkan pada makan sore Os meminta untuk
dihidangkan nasi biasa.
Setelah melihat kondisi fisik Os, konsistensi pada makan sore diganti
menjadi makanan biasa. Selingan yang diberikan kepada Os yaitu bolu pandan
untuk selingan 1 dan bubur sum-sum campur gula diabetes serta susu UHT untuk
selingan 2. Susu UHT juga diberikan pada waktu makan siang dan sore. Total
asupan Os selanjutnya dibandingkan dengan perencanaan diet. Berikut disajikan
tabel asupan zat gizi Os pada hari ketiga intervensi.
Tabel 35 Asupan zat gizi Tn. H intervensi H3
Zat Gizi Asupan Kebutuhan (90%) %Asupan
Energi (kkal) 1902.5 1921 99.1
Protein (gram) 65.2 86.4 75.5
Lemak (gram) 44.1 53.4 82.2
Karbohidrat (gram) 308.2 273.6 112.6
Natrium (mg) 612.7 1200 51.1
Berdasarkan tabel diatas, persentase asupan zat gizi Os pada hari ke-3
terlihat beragam dan fluktuatif antara zat gizinya. Persentase asupan yang
fluktuatif ini terjadi karena Os tidak mengonsumsi sayur yang disajikan pada
menu makan siang maupun makan sore karena Os menyatakan bosan terhadap
olahan wortel dan buncis. Os juga tidak menghabiskan semangka yang disajikan
pada menu makan siang.
Selingan bubur sum-sum, susu UHT, dan bolu pandan semua dihabiskan
oleh Os. Lauk berupa fikedel jagung manis berbahan dasar tepung terigu, jagung
manis, dan telur, sehingga terlihat bahwa persentase asupan karbohidratnya
sedikit diatas rentang 80 – 110% (WNPG 2012), yaitu 112.6%.
Persentase asupan protein berada pada kategori defisit, yaitu 75.5%. Hal
tersebut terjadi karena Os tidak menghabiskan sumber protein nabati berupa
tempe pada menu makan sore. Selain itu, pada menu makan siang, lauk yang
tersedia adalah galantin ayam dengan bahan dasar tepung terigu, ayam, telur, dan
wortel, serta fikedel jagung manis yang berbahan dasar jagung manis, tepung
terigu, dan telur. Kedua lauk pada menu makan siang tersebut tidak memiliki
bahan dasar sumber protein nabati, sehingga mempengaruhi persentase asupan
protein Os. Pada hari ketiga intervensi, Os tetap tidak mengonsumsi makanan dari
luar rumah sakit. Monitoring yang dilakukan setiap hari juga berfungsi untuk
melihat perkembangan daya terima Os terhadap makanan dari awal intervensi
hingga akhir intervensi. Berikut ini disajikan grafik persentase asupan hari
pertama, hari kedua, dan hari ketiga intervensi.
43
60 51.1
40
20
0
Energi Protein Lemak Karbohidrat Natrium
III.6. Resume
Demam adalah suatu kondisi dimana suhu tubuh terukur diatas batas
normalnya, yaitu diatas rentang 36 – 37°C. Demam sendiri adalah salah satu
bentuk dari tanda dan gejala suatu penyakit, misalnya infeksi, inflamasi, ataupun
perubahan fisiologis tubuh lainnya (Hurst 2008). Seseorang yang mengalami
demam dengan suhu tubuh mencapai 40°C dikatakan mengalami hiperpireksia.
Ketika seseorang demam hingga suhu setinggi itu, orang tersebut akan mengalami
menggigil dan dapat berlanjut kepada kejadian kejang (Nelms et al. 2010).
Diet tinggi kalori tinggi protein biasa juga disebut dengan diet energi
tinggi protein tinggi. Tujuan dari pemberian diet ini adalah untuk memenuhi
kebutuhan energi dan protein yang meningkat, beberapa sebab diantaranya adalah
karena infeksi, sedang dalam masa pertumbuhan, dan setelah menjalani tindakan
bedah. Selain itu, diet tinggi kalori tinggi protein juga digunakan untuk
menambah berat badan seseorang hingga mencapai berat badan yang normal.
Bahan makanan yang dapat digunakan adalah bahan sumber protein tinggi seperti
susu, telur, dan daging (Almatsier 2011).
Patofisiologi
Menggigil Takikardia
Gambar 8 Patofisiologi febris dan hiperpireksia ec viral infection (Nelms et al.
2010; Hurst 2008)
48
Nama : An. F
No. Rekam Medik : 10884973
Ruang Rawat : Melati lantai 1/101, Teratai Bawah/104
Tanggal Masuk RS : 24 November 2017
Tanggal Assessment : 25 November 2017
Usia : 14 tahun 7 bulan
Pekerjaan : Pelajar
Agama : Islam
Alamat : Pabuaran, Bogor
Diagnosa Medis : Febris dan hiperpireksia ec viral infection
Terapi Gizi : Diet Tinggi Kalori Tinggi Protein
Riwayat Gizi
Riwayat Gizi Kualitatif
Os mengalami penurunan nafsu makan sejak 2 hari sebelum masuk rumah
sakit. Pola makan Os biasanya adalah makan 3 kali sehari dengan porsi yang
50
Antropometri
Pengkajian antropometri digunakan untuk membantu dalam
pengkategorian status gizi pasien. Pengukuran antropometri yang dilakukan pada
Os adalah pengukuran berat badan dan panjang badan. Berat badan diukur
menggunakan timbangan berat badan, sedangkan panjang badan diukur
menggunakan pita meterline. Hasil pengukuran antropometri ini dapat digunakan
untuk menentukan status gizi Os, sehingga intervensi dapat dilakukan sesuai
dengan keadaan Os.
Berat badan aktual : 35.9 kg
Berat badan ideal : 51 kg (CDC 2000)
Tinggi badan : 162 cm
IMT : 13.6 kg/m2
IMT/U : < –3 SD
Status Gizi : Gizi kurang (Kemenkes 2011)
Hasil pengukuran antropometri menunjukkan bahwa Os memiliki BB
aktual sebesar 35.9 kg. Berat badan ideal didapatkan melalui berat badan
berdasarkan usia dan tinggi badan menurut CDC (2000). Os dikategorikan dalam
status gizi kurang menurut Kemenkes (2011).
Biokimia
Penilaian status gizi secara biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang
diuji di laboratorium yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh.
51
Metode ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi adanya gangguan pada tubuh
yang berkaitan dengan asupan gizi seseorang (Alhamda dan Sriani 2015).
Pengkajian biokimia didapatkan melalui hasil pemeriksaan laboratorium yang
menunjang informasi kondisi fisiologis Os. Berikut merupakan hasil pemeriksaan
laboratorium Os.
Tabel 41 Hasil pemeriksaan biokimia awal An. F
Parameter Hasil Nilai Rujukan Interpretasi
Hemoglobin (g/dL) 13.8 13.7 – 17.5 Normal
Leukosit (/µL) 10600 5000 – 10000 Tinggi
Trombosit (/µL) 153000 150000 – 450000 Normal
Hematokrit (%) 41.3 40 – 48 Normal
Eritrosit (juta/µL) 4.97 3.6 – 4.8 Tinggi
Laju endap darah (mm/jam) 18 3 – 13 Tinggi
Sumber: data rekam medik Os ruang Melati 1, RSUD Cibinong (2017)
Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan bahwa Os memiliki kadar
leukosit diatas normal, yakni 10600/µL. Leukosit yang tinggi mengindikasikan
adanya infeksi dalam tubuh (Hurst 2008). Selain itu, nilai LED atau laju endap
darah Os tinggi yaitu 18 mm/jam. Nilai LED yang tinggi pada Os
mengindikasikan adanya infeksi akibat virus (Kamuh et al. 2015).
Riwayat Personal
Os merupakan seorang pelajar SMP. Sebelum masuk rumah sakit, Os
mengalami muntah sebanyak 1 kali. Os mengalami demam sangat tinggi sejak 2
hari sebelum masuk rumah sakit, dan bersamaan dengan itu nafsu makannya
sangat menurun. Setelah dibawa ke IGD, Os direkomendasikan untuk menjalani
rawat inap di rumah sakit.
Domain Asupan
NI 2.1 Asupan oral inadekuat berkaitan dengan penurunan nafsu makan ditandai
oleh asupan MRS energi 36.4%, protein 44.3%, lemak 38.9%, dan
karbohidrat 32.8%.
NI 1.2 Peningkatan energi ekspenditur berkaitan dengan hiperkatabolisme
akibat infeksi dan demam ditandai oleh penggunaan faktor stres karena
demam sebesar 1.3.
Domain Klinis
NC 3.1 Underweight/berat badan kurang berkaitan dengan penurunan asupan
makanan ditandai oleh IMT/U dibawah -3 SD.
Domain Perilaku
NB 1.7 Pemilihan makanan yang salah berkaitan dengan kurang terpapar
informasi yang akurat terkait gizi ditandai oleh kebiasaan Os
mengonsumsi jajanan tinggi kalori dan minuman kemasan.
Tujuan Intervensi
1. Meningkatkan asupan makanan Os untuk memenuhi kebutuhan yang
meningkat.
53
Tujuan Diet
1. Memenuhi kebutuhan energi dan protein untuk mencegah dan
mengurangi kerusakan jaringan tubuh.
2. Menambah berat badan hingga mencapai berat badan normal.
3. Memberi asupan bertahap agar tidak menimbulkan refeeding
syndrome.
Syarat Diet
1. Energi tinggi untuk mencegah dan mengurangi kerusakan jaringan
tubuh, yaitu sebesar 2511 kkal.
2. Protein tinggi, yaitu 15% dari kebutuhan energi, yaitu 94.1 gram.
3. Lemak sedang, yaitu 25% dari kebutuhan energi, yaitu 69.7 gram.
4. Karbohidrat cukup, sebesar 60% dari kebutuhan energi total atau
sebesar 376.6 gram.
5. Diet diberikan bertahap, dimulai dari 80% kebutuhan zat gizi Os.
Preskripsi Diet
Diet = Diet TKTP
Bentuk = Makanan lunak
Jalur = Oral
Frekuensi = 3 kali makan utama dan 3 kali selingan
Implementasi
Intervensi pada Os dilakukan selama 3 hari, yaitu pada tanggal 25 – 27
November 2017. Os diberikan diet TKTP secara bertahap dimulai dari 80%
kebutuhan Os, dengan kebutuhan energi menjadi 2009 kkal, protein 75.3 gram,
lemak 55.8 gram, dan karbohidrat 301.3 gram. Diet diberikan per oral dengan
frekuensi 3 kali makan utama dan 3 kali selingan. Distribusi menu sehari Os
dalam satuan penukar (SP) disajikan pada tabel dibawah ini.
90
13.4 12.9
80 16.1
8
70
60
% LRS
50 % RS
40
70.7 72.4
68.4
30 62.8
20
10
0
Energi Protein Lemak Karbohidrat
100
89.5
90 84.1 87.4 87.4 85.4
80 76.4 75.3
71.7
70
60 52.2 51.6 54.2
50
39.6
40
30
20
10
00
Energi Protein Lemak Karbohidrat
H1 H2 H3
Gambar 10 Perbandingan asupan Os selama tiga hari intervensi
59
IV.6. Resume
5.1. Simpulan
Praktek kerja lapang (PKL) di Rumah Sakit Umum Daerah Cibinong telah
memberikan pengalaman bekerja secara nyata, serta membekali wawasan
profesional kepada mahasiswa dalam melakukan assesment gizi pasien,
merumuskan masalah gizi pada pasien, mampu merencanakan, menyusun dan
mengevaluasi penatalaksanaan diet pada pasien, serta mahasiswa berusaha untuk
meningkatkan atau mempertahankan status gizi pasien.
5.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Nelms MN, Sucher KP, Lacey K, Roth SL. 2010. Nutrition Therapy and
Pathophysiology. Wadsworth (US): Cengage Learning.
Price SA, Wilson LM. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses Penyakit.
Jakarta (ID): Penerbit EGC.
Radityamurti F, Rodjani A. 2009. Hubungan Kadar Hemoglobin dengan Kadar
Kreatinin Darah pada Pasien dengan Obstruksi Batu Ureter Bilateral.
Jakarta (ID): Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Reynolds TM. Chemical pathology clinical investigation and management of
nephrolithiasis. J Clin Pathol. 58 (1): 134.
Rhoney D, Peacock WF. 2009. Intravenous therapy for hypertensive emergencies
part 1. Health Syst Pharm. 66 (1) : 1687.
Sumardjo D. 2009. Pengantar Kimia Kedokteran. Jakarta (ID): Penerbit EGC.
Supariasa IGN. 2001. Penilaian Status Gizi. Jakarta (ID): Penerbit EGC.
Surjanto E, Sutanto YS, Aphridasari J, Leonardo. 2014. Penyebab efusi pleura
pada pasien rawat inap di rumah sakit. Jurnal Respirasi Indonesia. 34 (2):
102 – 108.
Skinner CG et al. 2010. Melamine Toxicity. J Med Toxicol. 6 (1): 50.
Sumardjo D. 2009. Pengantar Kimia Kedokteran. Jakarta (ID): Penerbit EGC.
Varon J, Marik PE. 2003. Clinical review: the management of hypertensive crises.
Critical Care Journals.
[WHO]. World Health Organization. 2004. The world health report. [Internet].
[diunduh pada tanggal 31 Maret 2017]. Tersedia pada
http://www.who.int./whr/2010/en/index.html.
[WNPG]. Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi. 2012. Pemantapan Ketahanan
Pangan dan Perbaikan Gizi Berbasis Kemandirian dan Kearifan Lokal.
Jakarta (ID): LIPI.
65
LAMPIRAN
Kasus Bedah
6
Total Asupan 3090 90.2 69.8 521.5 1848 2652
Kebutuhan per hari 2234 85.5 49.6 361.3 1200 2000
% Makanan RS 107.5 83.9 96.5 115.6 122 51
% Makanan LRS 30.8 21.6 44.4 28.8 32 6.6
105. 140.
% Asupan total
138.3 6 9 144.3 154 132.6
Gambar 12 Sisa makan pagi H2 Tn. H Gambar 13 Menu makan siang H2 Tn. H
Kasus Anak
Gambar 28 Menu makan sore H3 Gambar 29 Sisa makan sore MRS An. F
An. F