Anda di halaman 1dari 93

1

LAPORAN
PRAKTIK KERJA LAPANG
ASUHAN GIZI DI RUMAH SAKIT (PKL RS)
DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIBINONG

Tahun Ajaran 2017/2018

Oleh

Aulia Sekar Ramadhani I14140099

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT


FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2017/2018
2
4
i

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktik
Kerja Lapang (PKL) Bidang Manajemen Asuhan Gizi Klinik di RSUD Cibinong
dengan baik. Laporan Praktik Kerja Lapang ini disusun sebagai bagian dari hasil
Praktik Kerja Lapang yang telah dilaksanakan di RSUD Cibinong pada tanggal 6
November – 9 Desember 2017. Praktik Kerja Lapang merupakan salah satu
kegiatan akademik yang bersifat wajib untuk seluruh Mahasiswa S1 Program
Studi Ilmu Gizi IPB sebagai salah satu upaya pemenuhan kompetensi. Praktik
Kerja Lapang yang telah dilakukan tidak terlepas dari bimbingan dan arahan dari
berbagai pihak khususnya pihak pembimbing, baik berupa materi maupun teknis.
Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Ir. Sri Anna Marliyati, M.Si selaku ketua Departemen Gizi Masyarakat
IPB.
2. Dr. Tiurma Sinaga, MFSA selaku Koordinator Praktik Kerja Lapang.
3. Anna Vipta Resti Mauludyani, SP, M.Gizi, selaku Dosen Pembimbing PKL
di RSUD Cibinong.
4. Maria Tambunan, SKM, M.Kes, RD selaku Kepala Instalasi Gizi RSUD
Cibinong.
5. Catur Endri Esmiati, AMG, RD selaku ahli gizi di RSUD Cibinong sekaligus
ahli gizi pembimbing penulis selama melaksanakan PKL di RSUD Cibinong.
6. Nur Aliah, S.Gz, RD selaku ahli gizi di RSUD Cibinong.
7. Suci Reno Monalisa, SKM, RD, selaku ahli gizi di RSUD Cibinong.
8. Dungga Rully Nabila, AMG selaku ahli gizi di RSUD Cibinong.
9. Wahyu Dwi Saputri, Amd.Gz selaku ahli gizi di RSUD Cibinong.
10. Damis Chyntia Esapraja, S.Gz selaku ahli gizi di RSUD Cibinong.
11. Dini Ramadhani K, AMG selaku ahli gizi di RSUD Cibinong.
12. Rizky Rosmalina, Amd selaku Kepala Produksi di Instalasi Gizi RSUD
Cibinong.
13. Orang tua penulis yang senantiasa memberikan doa serta dukungan.
14. Seluruh karyawan dan padat karya Instalasi Gizi RSUD Cibinong yang telah
membantu penulis selama dilaksanakannya Praktik Kerja Lapang.
15. Fauziah Nabila, Ivana Lalita, Masrida Zai, Zulfahnur Isna O, dan Bambang
Tri Daxoko selaku teman sekelompok penulis dalam melaksanakan PKL di
RSUD Cibinong.
Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam
laporan ini, baik dari segi materi maupun teknik penyajian. Penulis
mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang dapat penulis jadikan
koreksi dalam pembuatan laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi
penulis maupun khalayak umum.

Bogor, Januari 2018

Penulis
ii
iii

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI iii
DAFTAR TABEL v
DAFTAR GAMBAR vi
I. PENDAHULUAN 1
I.1 Latar Belakang 1
I.2 Tujuan 2
II. PENATALAKSANAAN DIET PRA-BEDAH DAN PASCA-BEDAH
PADA KASUS STRIKTUR URETRA ec URETHROLITHIASIS PARS
BULBOSA DENGAN RIWAYAT UROLITHIASIS 3
II.1. Gambaran Umum, Etiologi, dan Patofisiologi 3
II.2. Identitas Pasien 6
II.3. Gambaran Penyakit Pasien 6
II.3.1. Riwayat Penyakit Pasien 6
II.3.2. Diagnosis Medis 6
II.3.3. Terapi Medis 6
II.4. Skrining Gizi 7
II.5. Proses Asuhan Gizi Terstandar Pra-Bedah 7
II.5.1. Pengkajian Gizi Pra-Bedah 7
II.5.2. Diagnosis Gizi Pra-Bedah 11
II.5.3. Intervensi Gizi Pra-Bedah 11
II.5.4. Monitoring dan Evaluasi Pra-Bedah 14
II.6. Proses Asuhan Gizi Terstandar Pasca-Bedah 17
II.6.1. Pengkajian Gizi Pasca-Bedah (Re-Assessment) 17
II.6.2. Diagnosis Gizi Pasca-Bedah 19
II.6.3. Intervensi Gizi Pasca-Bedah 19
II.6.4. Monitoring dan Evaluasi Pasca-Bedah 22
II.7. Resume 26
III. PENATALAKSANAAN DIET TINGGI KALORI TINGGI PROTEIN
RENDAH GARAM III PADA PASIEN EFUSI PLEURA DEKSTRA,
HIPERTENSI EMERGENSI, SUSPEK PNEUMONIA 29
III.1. Gambaran Umum, Etiologi, dan Patofisiologi 29
III.2. Identitas Pasien 32
III.3. Gambaran Penyakit Pasien 32
III.3.1. Riwayat Penyakit Pasien 32
iv

III.3.2. Diagnosis Medis 32


III.3.3. Terapi Medis 32
III.4. Skrining Gizi 33
III.5. Proses Asuhan Gizi Terstandar 34
III.5.1. Pengkajian Gizi 34
III.5.2. Diagnosis Gizi 36
III.5.3. Intervensi Gizi 37
III.5.4. Monitoring dan Evaluasi 40
IV. PENATALAKSANAAN DIET TINGGI KALORI TINGGI PROTEIN
PADA KASUS ANAK FEBRIS DAN HIPERPIREKSIA
EC VIRAL INFECTION 47
IV.1. Gambaran Umum, Etiologi, dan Patofisiologi 47
IV.2. Identitas Pasien 48
IV.3. Gambaran Penyakit Pasien 48
IV.3.1. Riwayat Penyakit Pasien 48
IV.3.2. Diagnosis Medis 48
IV.3.3. Terapi Medis 48
IV.4. Skrining Gizi 49
IV.5. Proses Asuhan Gizi Terstandar 49
IV.5.1. Pengkajian Gizi 49
IV.5.2. Diagnosis Gizi 52
IV.5.3. Intervensi Gizi 52
IV.5.4. Monitoring dan Evaluasi 55
IV.6. Resume 61
V. SIMPULAN DAN SARAN 62
5.1. Simpulan 62
5.2. Saran 62
DAFTAR PUSTAKA 63
LAMPIRAN 65
Kasus Bedah 65
Kasus Penyakit Dalam 70
Kasus Anak 75
v

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Terapi medis Tn. J 6


Tabel 2 Perbandingan asupan SMRS Tn. J dengan kebutuhannya 8
Tabel 3 Hasil pemeriksaan biokimia awal Tn. J 9
Tabel 4 Hasil urinalisa Tn. 9
Tabel 5 Hasil pemeriksaan klinis awal Tn. J 10
Tabel 6 Hasil pemeriksaan fisik awal Tn. J 10
Tabel 7 Perencanaan menu sehari berdasarkan 100% kebutuhan 13
Tabel 8 Distribusi perencanaan menu sehari berdasarkan 100% kebutuhan 13
Tabel 9 Rencana monitoring dan evaluasi pra-bedah 14
Tabel 10 Asupan zat gizi intervensi pra-bedah 15
Tabel 11 Hasil monitoring antropometri pra-bedah 16
Tabel 12 Hasil monitoring klinis pra-bedah 16
Tabel 13 Hasil monitoring fisik pra-bedah 16
Tabel 14 Hasil pengukuran antropometri pasca-bedah Tn. J (re-assessment) 17
Tabel 15 Hasil pemeriksaan klinis pasca-bedah Tn. J (re-assessment) 18
Tabel 16 Hasil pemeriksaan fisik pasca-bedah Tn. J (re-assessment) 18
Tabel 17 Perencanaan menu sehari berdasarkan 100% kebutuhan 20
Tabel 18 Distribusi perencanaan menu sehari berdasarkan 100% kebutuhan 21
Tabel 19 Rencana monitoring dan evaluasi pasca-bedah 22
Tabel 20 Asupan zat gizi intervensi pasca-bedah H1 22
Tabel 21 Asupan zat gizi intervensi pasca-bedah H2 23
Tabel 22 Hasil monitoring antropometri pasca-bedah 25
Tabel 23 Hasil monitoring klinis pasca-bedah 25
Tabel 24 Hasil monitoring fisik pasca-bedah 26
Tabel 25 Terapi medis Tn. H 32
Tabel 26 Perbandingan asupan MRS Tn. H dengan kebutuhannya 34
Tabel 27 Hasil pemeriksaan biokimia awal Tn. H 35
Tabel 28 Hasil pemeriksaan klinis awal Tn. H 35
Tabel 29 Hasil pemeriksaan fisik awal Tn. H 36
Tabel 30 Perencanaan menu sehari berdasarkan 100% dan 90% kebutuhan 38
Tabel 31 Distribusi perencanaan menu sehari berdasarkan 90% kebutuhan 39
Tabel 32 Rencana monitoring dan evaluasi 40
Tabel 33 Asupan zat gizi Tn. H intervensi H1 41
Tabel 34 Asupan zat gizi Tn. H intervensi H2 41
Tabel 35 Asupan zat gizi Tn. H intervensi H3 42
Tabel 36 Hasil monitoring antropometri Tn. H 43
Tabel 37 Hasil monitoring klinis Tn. H 44
Tabel 38 Hasil monitoring fisik Tn. H 44
Tabel 39 Terapi medis An. F 48
Tabel 40 Perbandingan asupan MRS An. F dengan kebutuhannya 50
Tabel 41 Hasil pemeriksaan biokimia awal An. F 51
Tabel 42 Hasil pemeriksaan klinis awal An. F 51
Tabel 43 Hasil pemeriksaan fisik awal An. F 51
Tabel 44 Perencanaan menu sehari berdasarkan 100% dan 80% kebutuhan 54
Tabel 45 Distribusi perencanaan menu sehari 54
Tabel 46 Rencana monitoring dan evaluasi 55
vi

Tabel 47 Asupan zat gizi An. F intervensi H1 56


Tabel 48 Asupan zat gizi An. F intervensi H2 57
Tabel 49 Asupan zat gizi An. F intervensi H3 58
Tabel 50 Hasil monitoring antropometri An. F 59
Tabel 51 Perbandingan hasil pemeriksaan biokimia An. F 59
Tabel 52 Hasil monitoring klinis An. F 60
Tabel 53 Hasil monitoring fisik An. F 60
Tabel 54 Perhitungan asupan makan pra-bedah Tn. J 65
Tabel 55 Perhitungan asupan makan pasca-bedah Tn. J hari ke-1 66
Tabel 56 Perhitungan asupan makan pasca-bedah Tn. J hari ke-2 68
Tabel 57 Perhitungan asupan makan Tn. H hari ke-1 71
Tabel 58 Perhitungan asupan makan Tn. H hari ke-2 72
Tabel 59 Perhitungan asupan makan Tn. H hari ke-3 73
Tabel 60 Perhitungan asupan makan An. F hari ke-1 77
Tabel 61 Perhitungan asupan makan An. F hari ke-2 78
Tabel 62 Perhitungan asupan makan An. F hari ke-3 79

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Patofisiologi Striktur Uretra ec Urethrolithiasis Pars Bulbosa 5
Gambar 2 Persentase asupan intervensi pra-bedah 15
Gambar 3 Persentase asupan intervensi pasca-bedah H1 23
Gambar 4 Persentase asupan intervensi pasca-bedah H2 24
Gambar 5 Perbandingan asupan Os selama intervensi 24
Gambar 6 Patofisiologi efusi pleura, hipertensi emergensi, 31
suspek pneumonia
Gambar 7 Perbandingan asupan selama 3 hari intervensi 43
Gambar 8 Patofisiologi febris dan hiperpireksia ec viral infection 47
Gambar 9 Perbandingan asupan RS dan luar RS pada H2 intervensi 57
Gambar 10 Perbandingan asupan Os selama tiga hari intervensi 58
Gambar 11 Menu makan siang Tn. J hari ke-2 pasca-bedah 65
Gambar 12 Sisa makan pagi H2 Tn. H 70
Gambar 13 Menu makan siang H2 Tn. H 70
Gambar 14 Menu makan siang H3 Tn. H 70
Gambar 15 Sisa makan siang H3 Tn. H 70
Gambar 16 Sisa makan sore H3 Tn. H 70
Gambar 17 Selingan bubur sum-sum dengan campuran gula diabetes 70
Gambar 18 Menu makan sore H1 An. F 75
Gambar 19 Sisa makan sore H1 An. F 75
Gambar 20 Menu makan pagi H2 An. F 75
Gambar 21 Sisa makan pagi H2 An. F 75
Gambar 22 Menu makan siang H2 An. F 75
Gambar 23 Sisa makan siang H2 An. F 75
Gambar 24 Menu makan sore H2 An. F 75
Gambar 25 Menu selingan 2 H2 An. F 75
Gambar 26 Menu makan pagi H3 An. F 75
Gambar 27 Menu makan siang H3 An. F 76
vii

Gambar 28 Menu makan sore H3 An. F 76


Gambar 29 Sisa makan sore MRS An. F 76
Gambar 30 Media poster PGS 76
Gambar 31 Kegiatan edukasi gizi 76
1

I. PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Ilmu Gizi adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu tentang makanan
dalam hubungannya dengan kesehatan optimal bagi tubuh manusia. Kesehatan
sendiri merupakan keadaan sejahtera badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan
setiap orang untuk hidup produktif baik secara sosial maupun ekonomi. Untuk
melakukan upaya kesehatan, terdapat kelompok orang yang memiliki
pengetahuan atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan, atau biasa
disebut tenaga kesehatan. Salah satu jenis tenaga kesehatan adalah ahli gizi
(Depkes 2009).
Pelayanan gizi adalah suatu upaya memperbaiki atau meningkatkan gizi,
makanan, dietetik masyarakat, kelompok, individu atau klien yang merupakan
suatu rangkaian kegiatan yang meliputi pengumpulan, pengolahan, analisis,
kesimpulan, anjuran, implementasi dan evaluasi gizi, makanan dan dietetik dalam
rangka mencapai status kesehatan optimal dalam kondisi sehat atau sakit. Salah
satu jenis pelayanan gizi yaitu pelayanan gizi klinis, yang erat kaitannya dengan
membantu proses penyembuhan pasien di rumah sakit. Setiap penyakit
mempunyai jenis diet yang berbeda-beda karena tujuan dan syarat diet yang
difokuskan sesuai dengan penyakit pasien juga berbeda-beda (Depkes 2009;
Kemenkes RI 2013).
Asupan zat gizi yang baik bagi pasien rumah sakit diperlukan untuk
mempercepat proses penyembuhan, memperpendek lama hari rawat, mencegah
komplikasi, menurunkan mortalitas dan morbiditas, serta akhirnya menghemat
biaya pengobatan. Melalui PAGT (Proses Asuhan Gizi Terstandar) pasien
mendapatkan pelayanan gizi yang berkualitas melalui rangkaian aktivitas, mulai
dari identifikasi kebutuhan gizi hingga pemenuhan kebutuhan gizi serta
monitoring dan evaluasi terhadap keadaan gizi pasien tersebut (Kemenkes RI
2013).
Kompetensi ahli gizi dengan tingkat pendidikan S1 menurut Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 374 tahun 2007 tentang Standar
Profesi Gizi terdiri atas 4 tingkatan, yaitu membantu, melaksanakan, mendidik,
dan mengelola dalam kegiatan tatalaksana/asuhan/pelayanan gizi klinik,
pelayanan gizi di masyarakat, di rumah sakit, dan penyelenggaraan makanan
institusi (Kemenkes RI 2013).
Program Studi Ilmu Gizi IPB berada dibawah Departemen Gizi
Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia. Salah satu tujuan program studi ini adalah
menghasilkan lulusan di bidang gizi yang mampu mengembangkan pengetahuan
dan teknologi dalam analisis dan penanggulangan masalah gizi, serta mampu
memberikan pilihan solusi, merencanakan, dan mengelola penyelesaian masalah
gizi. Tujuan tersebut tidak akan tercapai apabila kegiatan pendidikan hanya
dilaksanakan dalam bentuk kuliah teori dan praktikum di dalam kampus. Oleh
karena itu, diperlukan sebuah kegiatan untuk mengasah keterampilan dan
memberi pengalaman secara langsung kepada para calon ahli gizi dalam
melakukan proses asuhan gizi terstandar, yang bisa didapatkan melalui kegiatan
Praktik Kerja Lapang Asuhan Gizi di Rumah Sakit (PKL RS).
2

I.2 Tujuan

Tujuan Umum

Kegiatan PKL RS bidang asuhan gizi klinik ini bertujuan agar mahasiswa
dapat menimba pengalaman bekerja dan wawasan profesional dalam
penatalaksanaan diet berbagai penyakit, dengan cara terlibat langsung dalam
kegiatan asuhan gizi di rumah sakit.

Tujuan Khusus

1. Menilai keadaan gizi pasien.


2. Merumuskan masalah gizi pada pasien.
3. Merencanakan, menyusun, dan mengevaluasi penatalaksanaan diet pada
pasien berdasarkan diagnosis dokter.
4. Melakukan tindak lanjut pada pasien yang dikelola sendiri.
5. Melakukan usaha pemeliharaan dan peningkatan status gizi baik untuk
individu maupun keluarga.
6. Membekali diri untuk bisa beradaptasi dengan lingkungan kerja.
3

II. PENATALAKSANAAN DIET PRA-BEDAH DAN PASCA-


BEDAH PADA KASUS STRIKTUR URETRA ec
URETHROLITHIASIS PARS BULBOSA DENGAN RIWAYAT
UROLITHIASIS

II.1. Gambaran Umum, Etiologi, dan Patofisiologi

Urolithiasis dan Urethrolithiasis

Urolithiasis adalah pembentukan batu ginjal (renal calculus), dimana


garam-garam mineral pada urin tertimbun dan membentuk kristal. Batu ginjal
dapat turun dari ginjal menuju ureter dan uretra, dan menimbulkan rasa sakit yang
sangat mengganggu (Escott-Stump 2012). Jika batu turun ke ureter, maka disebut
ureterolithiasis, sedangkan jika batu turun hingga ke uretra, maka disebut
urethrolithiasis. Urethrolithiasis lebih banyak terjadi pada laki-laki karena uretra
laki-laki lebih panjang daripada uretra perempuan. Biasanya, urethrolithiasis pada
laki-laki terjadi pada bagian pars membranasea, pars bulbosa, atau pars
prostatika.
Terdapat beberapa macam batu ginjal yang dibedakan berdasarkan mineral
penyusunnya, yaitu batu struvit, batu sistin, batu asam urat, dan batu kalsium
oksalat. Sekitar 80% dari batu ginjal terbentuk dari kalsium oksalat dan kalsium
fosfat (Reynolds 2005). Batu struvit biasanya terdapat pada perempuan yang
mengidap infeksi saluran kemih. Batu sistin terbentuk pada penyandang sistinuria,
yang menurun dalam keluarga sehingga batu ginjal sistin pun cukup jarang
ditemukan (Skinner et al. 2010).
Batu ginjal asam urat terbentuk karena metabolisme purin dalam tubuh,
sehingga kadar asam urat dalam urin menjadi lebih tinggi dari kadar normal.
Kadar pH pada urin juga mempengaruhi pembentukan batu ginjal asam urat, jika
pH urin rendah maka resiko pembentukan batu ginjal asam urat meningkat (Hess
2006).
Beberapa faktor risiko pembentukan batu ginjal menurut Escott-Stump
(2012) yaitu iklim yang panas, pola asupan tinggi natrium, asupan cairan yang
rendah, kelainan genetik (sistinuria, hiperparatiroidisme, hiperkalsiuria,
hiperoksaluria, asidosis tubulus renal, gout), riwayat keluarga yang juga memiliki
batu ginjal, serta terjadinya infeksi saluran kemih. Selain itu, jenis kelamin juga
mempengaruhi, laki-laki berisiko 3 kali lebih tinggi dibandingkan perempuan.
Pengonsumsian obat diuretik tertentu, inhibitor protease, dan pengonsumsian
suplemen vitamin D yang berlebihan juga meningkatkan risiko pembentukan batu
ginjal.

Striktur Uretra

Striktur uretra adalah penyempitan atau pengerutan lumen uretra. Gejala


dari terjadinya striktur uretra adalah retensi urin karena alirannya terhambat.
Untuk membantu pengeluaran urin, pasien striktur uretra dapat menerima
pemasangan alat yaitu selang kateter. Penumpukan urin yang terjadi jika dibiarkan
4

akan menimbulkan aliran balik urin yang dapat mengakibatkan infeksi seperti
sistitis, prostatitis, dan pielonefritis (Purnomo 2003), serta pengendapan urin yang
mengakibatkan pengkristalan pada saluran dan menjadi batu (Escott-Stump 2012).
Selain itu, orang yang mengalami striktur biasanya merasakan nyeri yang hebat
karena penumpukan urin yang melebihi kapasitas.
Striktur uretra bisa merupakan bawaan (kongenital) maupun didapatkan
melalui berbagai faktor risiko. Faktor risiko striktur uretra yaitu trauma (misalnya
kecelakaan, pemasangan alat/instrumentasi), infeksi (misalnya gonorrhoeae), dan
tekanan tumor (Baradero et al. 2009). Untuk menangani striktur uretra, dapat
dilakukan tindakan litotripsi dan uretrotomi interna atau sachse.
Litotripsi adalah tindakan pemecahan batu saluran kemih. Uretrotomi
adalah tindakan bedah pada uretra. Pembedahan uretrotomi internal dilakukan
dengan alat endoskopi yang memotong jaringan uretra dengan pisau bedah Otis
atau Sachse. Perbedaannya adalah, pisau otis digunakan pada tindakan bedah
tertutup/blind urethral incision sedangkan sachse digunakan pada tindakan bedah
terbuka dan memiliki berbagai jenis bentuk pisau (Geavlete 2015).

Penatalaksanaan Diet pada Tindakan Bedah

Tindakan bedah dapat mempengaruhi metabolisme tubuh. Menurut


Almatsier (2011), pengaruh tindakan bedah terhadap metabolisme tubuh
tergantung dari keadaan gizi pasien pada masa pra-bedah, derajat ringan atau
beratnya pembedahan, dan pengaruh tindakan bedah itu sendiri terhadap
kemampuan pasien untuk mencerna dan mengabsorpsi zat gizi. Penatalaksanaan
diet pada tindakan bedah dibagi 2, yaitu diet pra-bedah dan diet pasca-bedah.
Diet pra-bedah adalah penatalaksanaan diet yang diberikan kepada pasien
yang akan menjalani tindakan bedah. Penatalaksanaan diet pra-bedah tergantung
pada keadaan umum pasien, macam pembedahan (minor atau mayor), sifat
tindakan (cito atau elektif), dan macam penyakit yang dialami pasien. Diet pra-
bedah diberikan agar status gizi pasien dalam keadaan optimal untuk menjalani
bedah, sehingga tersedia cadangan untuk mengatasi stres dan penyembuhan
(Almatsier 2011).
Diet pasca-bedah adalah penatalaksanaan diet yang diberikan untuk pasien
setelah menjalani tindakan bedah, untuk mempercepat proses penyembuhan dan
meningkatkan daya tahan tubuh pasien. Pengaturan diet pasca-bedah tergantung
pada macam tindakan bedah dan penyakit penyertanya. Konsistensi pada diet
pasca-bedah diberikan bertahap dari bentuk cair, saring, lunak, dan biasa,
tergantung dari kemampuan pasien untuk mengonsumsi makanan (Almatsier
2011).
5

Patofisiologi

Kebiasaan menahan Aktivitas kurang aktif Riwayat


BAK (banyak duduk) urolithiasis
| | |

Penumpukan urin risiko refluks urin risiko


infeksi

Pengendapan urin

pH urin turun

Pengkristalan

Terbentuk batu ginjal


|

Obstruksi saluran kemih Batu turun ke uretra

Nyeri suprapubik Urethrolithiasis

Striktur uretra
|

BAK sedikit Nyeri Perdarahan


genitalia pada uretra

hematuria
Gambar 1 Patofisiologi Striktur Uretra ec Urethrolithiasis Pars Bulbosa (Escott-
Stump 2012)
6

II.2. Identitas Pasien

Nama : Tn. J
No. Rekam Medik : 09010930
Ruang Rawat : Bugenvil Atas kamar 206
Tanggal Masuk RS : 24 November 2017
Tanggal Assessment : 25 November 2017
Usia : 49 tahun 6 bulan
Pekerjaan : Pegawai swasta
Agama : Islam
Alamat : Cibinong, Bogor
Diagnosa Medis : Striktur uretra ec urethrolithiasis pars bulbosa
Terapi Gizi : Diet Nefrolitiasis (pra-bedah), Diet TKTP (pasca-
bedah)

II.3. Gambaran Penyakit Pasien

II.3.1. Riwayat Penyakit Pasien

Riwayat Penyakit Dahulu


Os pernah menjalani operasi urolithiasis 4 tahun yang lalu. Os memiliki
riwayat hipertensi.

Riwayat Penyakit Keluarga


Os memiliki 4 saudara kandung yang merupakan penyandang diabetes
melitus. Orang tua dari ayah Os juga menyandang diabetes melitus. Ibu kandung
Os mengalami gangguan ginjal.

II.3.2. Diagnosis Medis


Diagnosis pra-bedah Os dari dokter adalah striktur uretra ec
urethrolithiasis pars bulbosa.

II.3.3. Terapi Medis


Selama menjalani rawat inap, Os diberikan terapi medis berupa infus dan
obat melalui rute injeksi maupun oral, sesuai dengan instruksi dokter. Berikut
merupakan jenis infus dan obat yang diberikan kepada Os.
Tabel 1 Terapi medis Tn. J
Jenis obat Indikasi Efek samping
Ringer Laktat Mengembalikan Batuk, bersin, ruam, gatal,
keseimbangan elektrolit penurunan tekanan darah,
sakit kepala
Ketorolac Pereda nyeri, bengkak Nyeri dada, mual, sakit
kepala
7

Tabel 1 Terapi medis Tn. J (lanjutan)


Ceftriaxone Mengatasi infeksi akibat Mual, muntah, gatal, ruam,
bakteri, gonore, atau menggigil
infeksi bedah
Asam traneksamat Menangani perdarahan Mual, muntah, hipotensi,
jangka pendek diare
Ciprofloxacin Infeksi saluran pernapasan, Diare, mual, sakit kepala,
infeksi saluran kemih, sering buang angin
radang pelvis, infeksi kulit
Sumber: MIMS (2017)

II.4. Skrining Gizi

Skrining gizi pada Os dilakukan pada tanggal 25 November 2017


menggunakan formulir skrining gizi lanjut. Pengukuran yang dilakukan adalah
lingkar lengan atas dan panjang ulna, menggunakan meterline. Lingkar lengan
atas digunakan untuk mengetahui estimasi berat badan, sedangkan panjang ulna
digunakan untuk mengetahui estimasi tinggi badan. Lingkar lengan atas dan
panjang ulna Os berturut-turut yaitu 27 cm dan 25 cm.
Berat badan Os yaitu 57 kg dan tinggi badannya 160 cm. Berat badan Os
sebelum masuk rumah sakit sebesar 58 kg. Berat badan ideal Os sebesar 60 kg. Os
memiliki indeks massa tubuh sebesar 22.3 kg/m2, sehingga status gizi Os
dikategorikan normal. Os mengalami penurunan nafsu makan sejak 2 hari
sebelum masuk rumah sakit. Hasil skrining gizi lanjut tersebut menunjukkan
jumlah skor skrining gizi keseluruhan Os yaitu 1, yang berarti berisiko menengah.
Berdasarkan hasil skrining gizi pada Os, perlu dilakukan proses asuhan gizi
terstandar (PAGT) terhadap Os sebelum dan setelah tindakan bedah.

II.5. Proses Asuhan Gizi Terstandar Pra-Bedah

II.5.1. Pengkajian Gizi Pra-Bedah

Riwayat Gizi

Riwayat Gizi Kualitatif


Os mengalami penurunan nafsu makan sejak 2 hari sebelum masuk rumah
sakit. Pola asupan Os juga tidak teratur, khususnya dalam jadwal makan. Os juga
sering menunda minum air ketika haus karena aktivitas sehari-harinya. Os gemar
mengonsumsi jengkol, wafer coklat, dan minuman kemasan. Karena Os pernah
mendapat edukasi gizi terkait penyakitnya, Os sudah mulai memiliki kesadaran
untuk mengurangi makanan yang dapat memunculkan kembali batu ginjal
tersebut.

Riwayat Gizi Kuantitatif


Riwayat gizi kuantitatif Os didapatkan dengan cara melakukan food recall
1x24 jam, dilakukan untuk mengetahui asupan Os sebelum masuk rumah sakit.
8

Sebelum masuk rumah sakit, Os mengonsumsi buras 1p isian oncom ¼p dan


bakwan 1p pada pagi hari. Siang hari Os mengonsumsi nasi ¾p, ayam goreng 1p,
dan sayur asem ½p. Malam harinya, Os mengonsumsi nasi ½p, tempe goreng 1p,
dan sayur bening bayam ½p. Asupan SMRS Os lalu dibandingkan dengan
kebutuhan harian Os. Berikut ini disajikan tabel perbandingan asupan SMRS
dengan kebutuhan Os.
Tabel 2 Perbandingan asupan SMRS Tn. J dengan kebutuhannya
Zat Gizi Kebutuhan SMRS %SMRS
Energi (kkal) 1796 825 45.9
Protein (gram) 57 24.9 43.7
Lemak (gram) 39.9 17.5 43.9
Karbohidrat (gram) 302.2 121 40
Tabel 2 menunjukkan bahwa asupan zat gizi SMRS Os energi, protein,
lemak, maupun karbohidrat, dengan %SMRS berturut-turut yaitu 45.9%, 43.7%,
43.9%, dan 40%. Berdasarkan WNPG (2012), asupan zat gizi SMRS Os termasuk
dalam rentang asupan defisit, yaitu dibawah rentang 80 – 110%.

Antropometri
Pengkajian antropometri digunakan untuk membantu dalam
pengkategorian status gizi pasien. Pengukuran antropometri yang dilakukan pada
Os adalah pengukuran lingkar lengan atas (LILA) untuk mengetahui estimasi
berat badan Os dan panjang ulna untuk mengetahui estimasi tinggi badan Os.
Hasil pengukuran antropometri ini dapat digunakan untuk menentukan status gizi
Os, sehingga intervensi dapat dilakukan sesuai dengan keadaan Os. Berikut ini
disajikan hasil pengkajian antropometri Os.

LILA : 27 cm
ULNA : 25 cm
Berat badan menurut konversi LILA : (2.592 x LILA) – 12.902
: (2.592 x 27) – 12.902
: 57 kg
Tinggi badan menurut konversi ULNA : 160 cm
Berat badan ideal : TB – 100
: 160 – 100
: 60 kg
Indeks massa tubuh :

:
: 22.3 kg/m2
Status gizi : normal (WHO 2004)

Hasil pengukuran antropometri menunjukkan bahwa Os memiliki berat


badan aktual sebesar 57 kg dan berat badan ideal sebesar 60 kg. Tinggi badan Os
sebesar 160 cm. Berdasarkan hasil perhitungan, indeks massa tubuh Os sebesar
22.3 kg/m2. Berdasarkan WHO (2004), Os tergolong dalam status gizi normal.
9

Biokimia
Penilaian status gizi secara biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang
diuji di laboratorium yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh.
Metode ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi adanya gangguan pada tubuh
yang berkaitan dengan asupan gizi seseorang (Alhamda dan Sriani 2015).
Pengkajian biokimia didapatkan melalui hasil pemeriksaan laboratorium yang
menunjang informasi kondisi fisiologis Os. Berikut merupakan hasil pemeriksaan
laboratorium Os pada tanggal 24 November 2017.
Tabel 3 Hasil pemeriksaan biokimia awal Tn. J
Parameter Hasil Nilai Rujukan Interpretasi
Hemoglobin (g/dL) 13.2 13.7 – 17.5 Rendah
Leukosit (/µL) 7160 5000 – 10000 Normal
Trombosit (/µL) 303000 150000 – 450000 Normal
Hematokrit (%) 40.4 40 – 48 Normal
Ureum (mg/dL) 44 20 – 40 Tinggi
Kreatinin (mg/dL) 1.1 0.5 – 1.5 Normal
SGOT (/µL) 26 < 31 Normal
SGPT (/µL) 18 < 32 Normal
GDS (mg/dL) 125 70 – 200 Normal
Sumber: data rekam medik Os ruang Bugenvil Atas, RSUD Cibinong (2017)
Hasil pemeriksaan laboratorium biokimia pada Os menunjukkan bahwa
kadar hemoglobin Os berada dibawah rentang yang normal. Selain itu, kadar
ureum Os berada diatas rentang normalnya. Rendahnya nilai hemoglobin dan
tingginya kadar ureum darah pada Os mengindikasikan bahwa Os mengalami
gangguan ginjal. (Escott-Stump 2012), dan berdasarkan hasil riset oleh
Radityamurti dan Rodjani (2009), kadar hemoglobin dan ureum darah yang tidak
normal berkaitan dengan gangguan ginjal.
Sebelum masuk ke ruang rawat inap rumah sakit, Os menjalani rawat
jalan. Os juga melakukan urinalisa (pemeriksaan urin) di RSUD Cibinong pada
tanggal 20 November 2017. Berikut disajikan data hasil urinalisa Os.
Tabel 4 Hasil urinalisa Tn. J
Parameter Hasil Rujukan
Warna Kekuningan Kekuningan(a)
Kejernihan Agak keruh Bening(a)
Albumin - - (a)
Glukosa - - (a)
pH 6.5 4.8 – 7.4(b)
Berat jenis 1.020 1.008 – 1.030(b)
Urobilinogen 0.2 0.2 – 1.0(a)
Bilirubin - - (a)
Keton - - (a)
Nitrit - - (a)
Darah - - (a)
Sedimen
Eritrosit 3–6 0 – 2(a)
Leukosit 4–8 0 – 5(a)
Epitel 1+ - (a)
Kristal - - (a)
10

Tabel 4 Hasil urinalisa Tn. J (lanjutan)


Parameter Hasil Rujukan
Silinder - - (a)
Bakteri - - (a)
Yeast cell - - (a)
(a)
Sumber: data rekam medik Os ruang Bugenvil Atas, RSUD Cibinong (2017)
(b)
Sumardjo (2009)
Hasil urinalisa menunjukkan bahwa pemeriksaan urin Os yang tidak
normal adalah kejernihan urin, yang seharusnya jernih tetapi urin Os terlihat agak
keruh. Sedimen juga terdapat pada urin Os, yang terdiri dari eritrosit, leukosit, dan
terdapat epitel. Adanya peningkatan endapan eritrosit pada urin mengindikasikan
adanya batu ginjal, trauma, atau perdarahan pada ginjal atau saluran kemih.
Adanya peningkatan endapan leukosit pada urin dan keberadaan epitel
mengindikasikan adanya peradangan, infeksi, atau tumor (Sumardjo 2009).

Klinis dan Fisik


Pemeriksaan klinis merupakan cara penilaian status gizi berdasarkan
perubahan yang terjadi dan berhubungan erat dengan kekurangan maupun
kelebihan asupan zat gizi (Hartriyanti dan Triyanti 2007). Berikut ini disajikan
hasil pemeriksaan klinis Os.
Tabel 5 Hasil pemeriksaan klinis awal Tn. J
Parameter Hasil Nilai Rujukan Interpretasi
Tekanan darah (mmHg) 140/90 120/80 Tinggi
Nadi (jumlah/menit) 100 60 – 80 Tinggi
Laju napas (jumlah/menit) 20 18 – 22 Normal
Suhu tubuh (°C) 36.8 36 – 37 Normal
Sumber: data rekam medik Os ruang Bugenvil Atas, RSUD Cibinong (2017)
Tabel 5 menunjukkan bahwa Os memiliki tekanan darah yang tinggi.
Denyut nadi Os juga berada diatas rentang normalnya. Tekanan darah yang tinggi
mengindikasikan bahwa Os memiliki hipertensi, dan nadi diatas rentang normal
mengindikasikan Os mengalami takikardia (Escott-Stump 2012).
Pemeriksaan fisik adalah pemeriksaan yang dilakukan berdasarkan
penampilan yang terlihat langsung oleh mata, disertai dengan keluhan-keluhan
yang dialami Os. Berikut merupakan hasil pemeriksaan fisik Os yang tersedia
pada tabel 6.
Tabel 6 Hasil pemeriksaan fisik awal Tn. J
Parameter Hasil
Kesan umum Lemas
Kesadaran Compos mentis
Mual Ada
Muntah Tidak ada
Nafsu makan Turun
BAB Normal
BAK Sedikit
Nyeri Ada
11

Hasil pemeriksaan fisik berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa Os


memiliki keadaan fisik lemas, mengalami mual, penurunan nafsu makan,
gangguan buang air kecil, dan nyeri. Os berada pada tingkat kesadaran compos
mentis atau sadar penuh dan termasuk normal, walaupun kesan umumnya lemas.
Menurut Juwono (2014), tingkat kesadaran terdiri atas compos mentis, apatis,
delirium, somnolen, sopor, semi-coma, dan coma. Os mengalami mual dan sedikit
penurunan nafsu makan. Os merasa nyeri saat buang air kecil dan air seninya
hanya sedikit-sedikit. Nyeri pada bagian suprapubik juga dikelukan Os dan Os
merasa terganggu karenanya. Os tidak mengalami gangguan buang air besar.

Riwayat Personal
Os merupakan seorang karyawan swasta, dan termasuk dalam kategori
ekonomi menengah. Setiap harinya, Os menyetir kendaraan antar kota secara
rutin. Saat Os membawa kendaraan, Os hampir selalu menahan buang air kecil
ketika merasa ingin buang air kecil. Os juga sering menahan haus. Os sering
mengonsumsi suplemen berupa kapsul multivitamin.

II.5.2. Diagnosis Gizi Pra-Bedah


Domain Asupan
NI 2.1 Asupan oral inadekuat berkaitan dengan mual dan penurunan nafsu
makan ditandai oleh asupan SMRS energi 45.9%, protein 43.7%, lemak
43.9%, dan karbohidrat 40%.

Domain Perilaku
NB 1.3 Tidak siap untuk diet/merubah gaya hidup berkaitan dengan makan
makanan tinggi natrium, kalsium, dan jarang minum air serta sering
menahan buang air ditandai oleh kembali terjadinya batu ginjal yang
sekarang sudah turun ke uretra.

II.5.3. Intervensi Gizi Pra-Bedah


Tujuan Intervensi
1. Meningkatkan asupan makanan Os sebagai persiapan operasi.
2. Meningkatkan pengetahuan dan merubah perilaku melalui edukasi gizi
dan konseling gizi.

Tujuan Diet
Tujuan diet pra-bedah adalah menjaga status gizi Os tetap optimal agar
tersedia cadangan zat gizi untuk mengatasi stres dan penyembuhan saat operasi.

Syarat Diet
1. Energi cukup, diberikan sesuai kebutuhan, yaitu 1796 kkal untuk
cadangan sebelum tindakan operasi.
12

2. Protein sedang, yaitu 1 gram/kg berat badan, setara dengan 57 gram


atau 12.7% dari kebutuhan energi total.
3. Lemak sedang, yaitu 20% dari kebutuhan energi total atau sebesar 39.9
gram.
4. Karbohidrat cukup, yaitu 67.3% dari kebutuhan energi total atau
sebesar 302.2 gram.
5. Garam rendah, setara natrium 1200 mg per hari.
6. Cairan tinggi, yaitu 2500 mL/hari dan separuhnya berasal dari
minuman.

Perhitungan Kebutuhan Gizi


Kebutuhan energi yang digunakan untuk intervensi pra-bedah Os dihitung
menggunakan berat badan aktual Os. Faktor aktivitas yang digunakan adalah
faktor aktivitas dimana Os dalam kondisi bed rest. Faktor stress yang digunakan
yaitu penambahan 15% dari AMB untuk diet pra-bedah (Almatsier 2011). Cairan
yang dianjurkan yaitu cairan tinggi, 2.5 liter/hari untuk menjaga agar urin tidak
pekat dan mencegah pengkristalan (Mahan dan Escott-Stump 2008).

AMB = (10 x BB) + (6.25 x TB) – (5 x U) + 5


= (10 x 57) + (6.25 x 160) – (5 x 49) + 5
= 1330 kkal
Kebutuhan Energi = (AMB x FA) + FS
= 1330 kkal x 1.2 + (15% AMB)
= 1796 kkal
Kebutuhan Protein = 1 gram/kg berat badan
= 1 x 57 kg
= 57 gram
%Protein = 4 x (kebutuhan protein) x 100 / kebutuhan energi
= 4 x 57 x 100 / 1 796
= 12.7%
Kebutuhan Lemak = 20% x kebutuhan energi / 9
= 20% x 1 796 / 9
= 39.9 gram
Kebutuhan Karbohidrat = 67.3% x kebutuhan energi / 4
= 67.3% x 1 796 / 4
= 302.2 gram
Natrium = 1200 mg/hari
Cairan = 2500 mL /hari

Preskripsi Diet
Diet = Diet pra-bedah
Bentuk = Makanan biasa
Jalur = Oral
Frekuensi = 3 kali makan utama dan 2 kali selingan
13

Implementasi
Os diberikan diet pra-bedah berupa diet nefrolitiasis sesuai dengan jenis
penyakitnya, dengan kebutuhan energi 1796 kkal, protein 57 gram, lemak 39.9
gram, dan karbohidrat 302.2 gram. Natrium dibatasi 1 200 mg dan cairan tinggi
sebanyak 2 500 mL. Diet diberikan per oral dengan frekuensi 3 kali makan utama
dan 2 kali selingan. Distribusi menu sehari Os dalam satuan penukar (SP)
disajikan pada tabel 7 dan 8 berikut ini.
Tabel 7 Perencanaan menu sehari berdasarkan 100% kebutuhan
Golongan SP E (kkal) P (g) L (g) KH (g)
Sumber
6 1050 24 0 240
Karbohidrat
Protein hewani
Rendah lemak 1.75 87.5 12.25 3.5 0
Lemak sedang 1 75 7 5 0
Tinggi lemak 0.1 15 07 0.5 0
Protein nabati 3 225 15 9 21
Sayuran 2 50 2 0 10
Buah 1.75 87.5 0 0 21
Gula 2 100 0 0 24
Minyak 3.5 175 0 17.5 0
Jumlah 1865 60.9 35.5 316
Kebutuhan 1796 57 39.9 302.2
% terhadap kebutuhan 103.8 106.9 89 104.6

Tabel 8 Distribusi perencanaan menu sehari berdasarkan 100% kebutuhan


Selingan Selingan
Golongan SP Pagi Siang Malam
1 2
Sumber Karbohidrat 6 1½ ½ 2 ½ 1½
Protein hewani
Rendah lemak 1¾ 0 0 1 0 ¾
Lemak sedang 1 ½ ¼ 0 0 ¼
Tinggi lemak 0.1 0 0 0 0.1 0
Protein nabati 3 1 0 1 0 1
Sayuran 2 0 0 1 0 1
Buah 1½ 0 0 ¾ 0 1
Gula 2 0 1 0 1 0
Minyak 3½ 1 ½ 1 0 1

Rencana Edukasi dan Konseling Gizi


Edukasi gizi pra-bedah diberikan secara tidak langsung melalui diskusi
dengan Os dan keluarganya. Hal yang disampaikan meliputi diet pra-bedah dan
diet nefrolitiasis, serta pentingnya minum untuk memenuhi asupan cairan. Berikut
adalah bentuk edukasi yang dilakukan.
 Tema : diet pra-bedah, diet nefrolitiasis, pentingnya minum untuk
memenuhi asupan cairan.
 Tujuan : agar Os mengerti dan dapat menerapkan diet yang
dianjurkan, serta mengubah perilakunya.
14

 Sasaran : Os dan keluarga


 Tempat : Ruang Bugenvil Atas kamar 206
 Waktu : 26 November 2017
 Durasi : 15 menit
 Metode : diskusi dan tanya jawab
 Media : leaflet DBMP
 Evaluasi : menanyakan kembali kepada Os dan keluarga tentang
materi yang disampaikan.

II.5.4. Monitoring dan Evaluasi Pra-Bedah

Rencana Monitoring dan Evaluasi Pra-Bedah


Monitoring yang akan dilakukan selama intervensi yaitu perubahan
asupan, antropometri, nilai biokimia, pemeriksaan fisik dan klinis, serta perilaku
Os terkait gizi. Berikut ini disajikan rencana monitoring terhadap Os.
Tabel 9 Rencana monitoring dan evaluasi pra-bedah
Parameter Evaluasi Pelaksanaan Target
Asupan Melihat daya Setiap hari Asupan zat gizi minimal
terima Os 80% dari kebutuhan:
terhadap makanan energi 1796 kkal, protein
57 g, lemak 39.9 gram,
karbohidrat 302.2 gram,
natrium < 1200 mg,
cairan > 2500 mL
Antropometri Membandingkan Setiap hari Menjaga status gizi tetap
berat badan Os normal melalui
selama intervensi pemantauan berat badan
Klinis dan fisik Memantau tanda- Setiap hari Tekanan darah menurun
tanda vital dan menuju rentang normal,
keluhan fisik Os dan keluhan berkurang
Pengetahuan Tanya jawab Setiap hari Keluarga Os dapat turut
seputar kepatuhan menjaga asupan Os, Os
asupan Os dan keluarga lebih
memahami pantangan
dan anjuran diet Os

Monitoring dan Evaluasi Asupan


Monitoring asupan dilakukan agar keberhasilan intervensi yang diberikan
kepada Os dapat diukur. Pemantauan yang dilakukan meliputi daya terima Os
terhadap makanan yang diberikan. Daya terima Os terhadap makanan dipengaruhi
oleh beberapa faktor, mulai dari keadaan fisik hingga psikologis Os. Pemberian
intervensi dilakukan dengan cara menimbang makanan Os di awal, menimbang
makanan sisa Os, dan melakukan recall untuk mengetahui apakah Os
menghabiskan makanannya dan adakah asupan makanan selain makanan yang
15

diberikan dari rumah sakit. Berikut disajikan tabel monitoring asupan makanan Os
hari pertama intervensi pra-bedah.
Tabel 10 Asupan zat gizi intervensi pra-bedah
Asupan
Zat Gizi Total Kebutuhan %Asupan
RS Luar RS
Energi (kkal) 1715 - 1715 1796 95.5
Protein (gram) 58.5 - 58.5 57 102.7
Lemak (gram) 35.1 - 35.1 39.9 87.9
Karbohidrat (gram) 284.5 - 284.5 302.2 94.1
Natrium (mg) 1193 - 1193 1200 99.4
Cairan (mL) 906 (makanan)
1200 (minum) 2606 2500 104.2
500 (infus)
Berdasarkan tabel diatas, persentase total asupan Os terhadap 100%
kebutuhan gizi Os pada masa pra-bedah tergolong baik. Asupan energi, protein,
lemak, dan karbohidrat Os secara berturut-turut yaitu 95.5%, 102.7%, 87.9%, dan
94.1%. Asupan zat gizi makro Os tergolong baik karena termasuk dalam rentang
80 – 110% berdasarkan WNPG (2012). Persentase asupan Os tidak mencapai
100% karena Os tidak menghabiskan selingan sorenya. Asupan natrium dan
cairan Os berturut-turut yaitu 99.4% dan 104.2%. Asupan cairan Os yang diatas
100% tidak menjadi masalah karena syarat cairan tinggi menurut anjuran pada
Almatsier (2011) adalah 2.5-3 liter/hari. Berikut ini disajikan grafik persentase
asupan pra-bedah Os.
110
104.2
105 102.7
99.4
100
95.5
94.1
95
90 87.9
Asupan
85
80
75

Gambar 2 Persentase asupan intervensi pra-bedah

Monitoring dan Evaluasi Antropometri


Monitoring antropometri dilakukan setiap hari dengan cara mengukur
lingkar lengan atas dan panjang ulna Os. Lingkar lengan atas diukur karena dapat
digunakan untuk mengestimasi berat badan apabila Os tidak sanggup untuk
berdiri dan menggunakan timbangan berat badan, sedangkan panjang ulna
16

digunakan untuk mengestimasi tinggi badan Os. Berikut ini disajikan tabel
monitoring lingkar lengan atas dan panjang ulna Os.
Tabel 11 Hasil monitoring antropometri pra-bedah
Parameter Hasil pengukuran
LILA (cm) 27
Berat badan (kg) 57
Panjang ulna (cm) 25
Tinggi badan (cm) 160
Berdasarkan hasil pengukuran, belum terdapat perubahan antara hari
pertama intervensi dengan hasil assessment awal. Hal tersebut terjadi karena
intervensi pra-bedah hanya dilakukan satu hari sehingga peningkatan berat badan
belum dapat terlihat. Dengan berat badan Os yang tidak mengalami penurunan,
intervensi pra-bedah dapat dikatakan berhasil.

Monitoring dan Evaluasi Klinis dan Fisik


Monitoring klinis dan fisik yang dipantau meliputi perubahan tanda-tanda
vital dan keluhan fisik Os. Tanda-tanda vital yang dipantau meliputi tekanan
darah (TD), denyut nadi (N), laju napas (R), dan suhu tubuh (S), karena
pemeriksaannya dilakukan secara berkala setiap hari untuk mengetahui
perkembangan kondisi tubuh Os. Berikut adalah hasil pemeriksaan klinis Os
selama intervensi.
Tabel 12 Hasil monitoring klinis pra-bedah
Waktu
Pemeriksaan klinis Nilai rujukan Keterangan
intervensi
H1 pra-bedah TD: 120/80 mmHg 120/80 mmHg Normal
N: 86 x/menit 60 – 80 x/menit Tinggi
R: 20 x/menit 18 – 22 x/menit Normal
S: 36.8°C 36 – 37 °C Normal
Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa tekanan darah Os sudah normal,
pada assessment awal, tekanan darah Os diatas nilai normal, yaitu 140/90 mmHg.
Akan tetapi, denyut nadi Os per menit masih tinggi, yaitu 86 kali per menit. Laju
napas dan suhu tubuh Os terpantau dalam rentang normalnya. Selain tanda-tanda
klinis, keluhan fisik Os juga dipantau setiap hari. Berikut merupakan hasil
pemantauan fisik Os.
Tabel 13 Hasil monitoring fisik pra-bedah
Parameter Hasil
Kesadaran Compos mentis
Mual Tidak ada
Muntah Tidak ada
Nafsu makan Meningkat
BAK Sedikit
Nyeri Ada
Berdasarkan hasil pemantauan kondisi fisik Os, kesadaran Os terpantau
normal yaitu compos mentis. Keluhan pada awal assessment berupa rasa mual
17

sudah berkurang, serta nafsu makan Os mulai meningkat kembali. Akan tetapi, Os
masih merasakan nyeri saat berkemih dan nyeri pada area suprapubik, serta buang
air kecilnya masih sedikit.

Monitoring dan Evaluasi Pengetahuan


Monitoring pengetahuan gizi yang dilakukan pada hari pertama intervensi
adalah pengetahuan Os dan keluarga mengenai diet pra-bedah, diet batu ginjal,
dan pentingnya asupan cairan, dengan cara berbincang-bincang sambil menggali
kebiasaan makan Os sebelum masuk rumah sakit. Os juga diberikan edukasi
tentang pentingnya menerapkan diet dengan cara mengonsumsi makanan yang
diberikan oleh rumah sakit, banyak minum, dan membatasi bahkan tidak
mengonsumsi makanan dari luar rumah sakit yang bertentangan dengan anjuran
diet.

II.6. Proses Asuhan Gizi Terstandar Pasca-Bedah

II.6.1. Pengkajian Gizi Pasca-Bedah (Re-Assessment)

Riwayat Gizi
Sebelum tindakan operasi, Os diberikan diet pra-bedah dengan energi
sebesar 1796 kkal, 57 gram protein, 39.9 gram lemak, 302.2 gram karbohidrat,
dan 2 500 mL cairan. Diet diberikan dalam bentuk makanan biasa dengan
frekuensi 3 kali makan utama dan 2 kali selingan. Os dipuasakan pada tanggal 27
November 2017, dimulai dari pukul 02.00 WIB. Tindakan operasi berlangsung
mulai dari pukul 11.00 WIB hingga 11.45 WIB. Os sudah diperbolehkan makan
pada malam hari dan Os makan pada pukul 18.20 WIB.

Antropometri
Pengkajian antropometri yang kembali dilakukan pada Os adalah
pengukuran lingkar lengan atas (LILA) untuk mengetahui estimasi berat badan Os
dan panjang ulna untuk mengetahui estimasi tinggi badan Os. Berikut merupakan
data hasil pengukuran antropometri pasca-bedah.
Tabel 14 Hasil pengukuran antropometri pasca-bedah Tn. J (re-assessment)
Parameter 27 November 2017
LILA (cm) 27
Panjang ulna (cm) 25
BB (kg) 57
TB (cm) 160
Berdasarkan hasil pengukuran antropometri pasca-bedah, Os tidak
mengalami peningkatan maupun penurunan berat badan. Hasil pengukuran
antropometri menunjukkan bahwa Os memiliki berat badan dan tinggi badan
pasca-bedah yang sama dengan pra-bedahnya.
18

Biokimia
Hasil pemeriksaan laboratorium biokimia merupakan salah satu data
penunjang yang penting, karena dapat digunakan untuk mengetahui
perkembangan kondisi fisiologis Os seiring dengan berjalannya intervensi. Akan
tetapi, tidak terdapat data hasil pemeriksaan laboratorium terbaru pasca-bedah
karena Os belum melakukan pemeriksaan kembali.

Klinis dan Fisik


Kondisi klinis dan fisik Os kembali dikaji untuk mengetahui
perkembangannya setelah tindakan bedah. Berikut ini disajikan hasil pengkajian
kondisi klinis pasca-bedah Os.
Tabel 15 Hasil pemeriksaan klinis pasca-bedah Tn. J (re-assessment)
Parameter Hasil pemeriksaan Nilai rujukan Keterangan
Tekanan darah (mmHg) 120/80 120/80 Normal
Nadi (x/menit) 88 60 – 80 Tinggi
Laju napas (x/menit) 22 18 – 22 Normal
Suhu tubuh (°C) 36.9 36 – 37 Normal
Sumber: data rekam medik Os ruang Bugenvil Atas, RSUD Cibinong (2017)
Berdasarkan hasil pemeriksaan klinis Os, seluruh nilai-nilai klinis berada
pada rentang normal kecuali nadi, yaitu 88 kali per menit, diatas rentang
normalnya. Selain pemeriksaan klinis, Os juga kembali melakukan pemeriksaan
fisik. Berikut ini disajikan hasil pengkajian kondisi fisik pasca-bedah Os.
Tabel 16 Hasil pemeriksaan fisik pasca-bedah Tn. J (re-assessment)
Parameter Hasil
Kesan umum Lemas
Kesadaran Compos mentis
Mual Tidak ada
Muntah Tidak ada
Nafsu makan Ada
BAB Ada
BAK Sedikit
Nyeri Ada
Hasil pemeriksaan fisik berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa Os
memiliki keadaan fisik lemas, gangguan buang air kecil, dan nyeri pada pasca-
bedah. Os masih merasa nyeri saat buang air kecil dan urinnya masih sedikit.
Nyeri pada bagian suprapubik juga masih dirasakan Os.

Riwayat Personal
Os menjalani tindakan operasi pada tanggal 27 November 2017, pukul
11.00 WIB hingga 11.45 WIB. Sebelumnya, Os berpuasa mulai pukul 02.00 WIB.
Operasi yang dilakukan pada Os adalah litotripsi untuk memecahkan batu yang
ada, dan uretrotomi internal (Sachse) untuk mengatasi striktur uretra. Bius yang
diterima Os adalah bius regional pada area spinal.
19

II.6.2. Diagnosis Gizi Pasca-Bedah


Domain Asupan
NI 1.2 Peningkatan energi ekspenditur berkaitan dengan hiperkatabolisme
ditandai oleh faktor stress pasca-bedah yang meningkat menjadi 1.4.

Domain Perilaku
NB 1.6 Kurang patuh untuk menjalankan terapi diit yang diberikan ahli gizi
berkaitan dengan kurangnya dukungan sosial untuk menerapkan
perubahan ditandai oleh diberikannya makanan-makanan dari luar rumah
sakit.

II.6.3. Intervensi Gizi Pasca-Bedah


Tujuan Intervensi
1. Memenuhi kebutuhan energi dan protein yang meningkat pasca operasi.
2. Meningkatkan pengetahuan dan merubah perilaku pasien melalui edukasi
gizi dan konseling gizi.

Tujuan Diet
Tujuan diet pasca-bedah yang diberikan kepada Os yaitu untuk memenuhi
kebutuhan energi dan protein yang meningkat pasca operasi untuk mempercepat
proses penyembuhan.

Syarat Diet
1. Energi tinggi, sebesar 2234 kkal.
2. Protein tinggi, sebesar 1.5 gram/kg berat badan atau setara dengan 85.5
gram atau 15.3% dari kebutuhan energi total.
3. Lemak sedang, 20% dari kebutuhan energi total atau setara dengan 49.6
gram.
4. Karbohidrat cukup, 64.7% dari kebutuhan energi total atau setara dengan
361.3 gram.
5. Garam rendah, setara natrium 1200 mg per hari untuk menghindari
tekanan darah tinggi maupun pembentukan batu kembali.
6. Cairan cukup, 2000 mL per hari.
7. Diet diberikan dengan konsistensi bertahap, sesuai dengan kemampuan Os
menerima makanan.

Perhitungan Kebutuhan Gizi


Kebutuhan energi yang digunakan untuk intervensi pasca-bedah Os
dihitung menggunakan berat badan aktual Os. Faktor aktivitas yang digunakan
adalah faktor aktivitas dimana Os dalam kondisi bed rest. Faktor stress yang
digunakan yaitu sebesar 1.4 untuk diet bedah elektif. Garam rendah III atau setara
dengan 1200 mg natrium per hari, serta cairan cukup sebesar 2 liter per hari
(Almatsier 2011).
20

AMB = (10 x BB) + (6.25 x TB) – (5 x U) + 5


= (10 x 57) + (6.25 x 160) – (5 x 49) + 5
= 1330 kkal
Kebutuhan Energi = AMB x FA x FS
= 1330 kkal x 1.2 x 1.4
= 2234 kkal
Kebutuhan Protein = 1.5 gram/kg berat badan
= 1.5 x 57 kg
= 85.5 gram
%Protein = 4 x (kebutuhan protein) x 100 / kebutuhan energi
= 4 x 85.5 x 100 / 2 234 kkal
= 15.3%
Kebutuhan Lemak = 20% x kebutuhan energi / 9
= 20% x 2 234 / 9
= 49.6 gram
Kebutuhan Karbohidrat = 64.7% x kebutuhan energi / 4
= 64.7% x 2 234 / 4
= 361.3 gram
Natrium = 1200 mg
Cairan = 2000 mL

Preskripsi Diet
Diet = Diet Pasca-Bedah (TKTP)
Bentuk = Makanan lunak (makan pertama pasca-bedah),
makanan biasa
Jalur = Oral
Frekuensi = 3 kali makan utama dan 2 kali selingan

Implementasi
Os diberikan diet pasca-bedah tinggi kalori tinggi protein, dengan
kandungan zat gizi sesuai kebutuhan yaitu energi 2234 kkal, protein 85.5 gram,
lemak 49.6 gram, karbohidrat 361.3 gram, natrium 1200 mg, dan cairan 2000 mL.
Diet diberikan per oral dengan frekuensi 3 kali makan utama dan 2 kali selingan.
Konsistensi makanan pasca-bedah Os bertahap, mulai dari makanan lunak lalu
menjadi makanan biasa. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Almatsier (2011)
bahwa pemberian makanan pasca-bedah disesuaikan dengan kemampuan pasien
menerima makanan. Perencanaan menu sehari Os dalam satuan penukar (SP)
disajikan pada tabel dibawah ini.
Tabel 17 Perencanaan menu sehari berdasarkan 100% kebutuhan
Golongan SP E (kkal) P (g) L (g) KH (g)
Sumber Karbohidrat 6.25 1093.75 25 0 250
Protein hewani
Rendah lemak 1.5 75 10.5 3 0
Lemak sedang 2.75 206.25 19.25 13.75 0
Tinggi lemak - 0 0 0 0
Protein nabati 2.5 187.5 12.5 7.5 17.5
21

Tabel 17 Perencanaan menu sehari berdasarkan 100% kebutuhan (lanjutan)


Golongan SP E (kkal) P (g) L (g) KH (g)
Sayuran 2 50 2 0 10
Buah 1.5 75 0 0 18
Gula 2 100 0 0 24
Minyak 3.125 156.25 0 15.62 0
Susu UHT 1 90 4 4 11
Jumlah 1944 69.25 39.87 319.5
Kebutuhan 2234 85.5 49.6 361.3
% terhadap kebutuhan 87 81 80.4 88.4

Tabel 18 Distribusi perencanaan menu sehari berdasarkan 100% kebutuhan


Selingan
Golongan SP Malam Pagi Siang Selingan 2
1
Sumber Karbohidrat 6¼ 1½ 2 ½ 1¾ ½
Protein hewani
Rendah lemak 1½ 1½ 0 0 0 0
Lemak sedang 2¾ 0 1¼ 0 1½ 0
Tinggi lemak 0 0 0 0 0 0
Protein nabati 3 1½ 0 0 1½ 0
Sayuran 2 1 0 0 1 0
Buah 1½ ¾ 0 0 ¾ 0
Gula 2 0 0 1 0 1
Minyak 3⁄ 1 1 ⁄ 1 0
Susu UHT 1 0 0 0 1 0

Rencana Edukasi dan Konseling Gizi


Edukasi gizi pasca-bedah diberikan pada hari terakhir intervensi. Namun,
secara tidak langsung edukasi diberikan setiap hari melalui diskusi dengan Os dan
keluarganya. Hal yang disampaikan meliputi diet pasca-bedah dan pemilihan
makanan untuk menghindari pembentukan kembali batu. Berikut adalah bentuk
edukasi yang dilakukan.
 Tema : diet pasca-bedah dan pemilihan makanan untuk
menghindari pembentukan kembali batu.
 Tujuan : agar Os dapat menerapkan pola makan yang baik
khususnya setelah pulang dari rumah sakit, dan
menghindarkan dari kembali terbentuknya batu-batu
ginjal, serta agar keluarga Os dapat memantau kepatuhan
pola makan sesuai prinsip diet yang dianjurkan.
 Sasaran : Os dan keluarga
 Tempat : Ruang Bugenvil Atas kamar 206
 Waktu : 29 November 2017
 Durasi : 15 menit
 Metode : diskusi dan tanya jawab
 Media : daftar bahan makanan penukar
 Evaluasi : menanyakan ulang kepada Os dan keluarga tentang materi
yang telah disampaikan.
22

II.6.4. Monitoring dan Evaluasi Pasca-Bedah


Monitoring yang dilakukan selama intervensi yaitu perubahan asupan,
antropometri, nilai biokimia, pemeriksaan fisik dan klinis, serta perilaku Os
terkait gizi. Berikut ini disajikan rencana monitoring terhadap Os.
Tabel 19 Rencana monitoring dan evaluasi pasca-bedah
Parameter Evaluasi Pelaksanaan Target
Asupan Melihat daya terima Setiap hari Asupan zat gizi: energi
Os terhadap 2234 kkal, protein 85.5
makanan g, lemak 49.6 gram,
karbohidrat 361.3 gram,
natrium 1200 mg, cairan
2000 mL
Antropometri Membandingkan Setiap hari Menjaga status gizi tetap
berat badan Os normal melalui
selama intervensi pemantauan berat badan
Klinis dan fisik Memantau tanda- Setiap hari Keluhan berkurang
tanda vital dan
keluhan fisik Os
Pengetahuan Tanya jawab seputar Setiap hari Keluarga Os memahami
kepatuhan asupan Os diet pasca-bedah yang
sedang dijalani Os dan
mengetahui anjuran diet
ketika Os telah keluar
dari rumah sakit

Monitoring dan Evaluasi Asupan


Monitoring asupan pada hari pertama pasca-bedah dilakukan untuk
mengetahui daya terima Os terhadap makanan yang diberikan. Konsistensi
makanan yang diberikan bertahap mulai dari makanan lunak pada makan pertama
Os setelah tindakan bedah, untuk mengetahui apakah Os sudah dapat menerima
makanan dengan baik. Makanan selanjutnya diberi dalam bentuk makanan biasa.
Berikut merupakan tabel dan grafik persentase asupan Os.
Tabel 20 Asupan zat gizi intervensi pasca-bedah H1
Asupan % Asupan
Zat Gizi Total Kebutuhan
RS Luar RS % RS % LRS % Total
Energi (kkal) 2403 688 3090 2234 107.5 30.8 138.3
Protein (g) 72 19 90 85.5 83.9 21.6 105.6
Lemak (g) 48 22 70 49.6 96.5 44.4 140.9
Karbohidrat (g) 418 104 522 361.3 115.6 28.8 144.3
Natrium (mg) 1464 384 1848 1200 122 32 154
Cairan (mL) 1152 (makanan)
1000 (minuman) 2652 2000 132.6
500 (infus)
23

180
160 32
44.4 28.8
140 30.8

120 132.6
21.6 122
115.6
100
107.5 96.5
80
83.9 Asupan Luar RS
60
Asupan RS
40
20
0

Gambar 3 Persentase asupan intervensi pasca-bedah H1


Gambar diatas menunjukkan bahwa asupan energi, protein, lemak, dan
karbohidrat Os dari rumah sakit sebesar 107.5%, 83.9%, 96.5%, dan 115.6%.
Asupan Os dapat dikatakan baik karena seluruhnya berada dalam rentang 80 –
110% (WNPG 2012), akan tetapi persentase asupan karbohidrat berada diatas
110%. Hal ini terjadi karena Os lebih banyak mengonsumsi makanan sumber
karbohidrat. Pada menu siang, Os tidak mengonsumsi olahan tahu dan daging dari
rumah sakit. Asupan natrium Os juga melebihi kebutuhannya. Asupan cairan yang
berlebih tidak apa-apa karena anjuran diet Os harus membiasakan banyak minum.
Asupan luar rumah sakit Os cukup berkontribusi dalam persentase asupan
total. Berdasarkan grafik diatas, kontribusi zat gizi dari asupan luar rumah sakit
berkisar antara 20 – 30% dari kebutuhan harian. Hal tersebut mengakibatkan
asupan total Os menjadi berlebih, yaitu energi 138.3%, protein 105.6%, lemak
140.9%, karbohidrat 144.3%, dan natrium 154%. Protein masih berada dalam
rentang asupan baik yaitu 80-110%. Lemak, karbohidrat, dan natrium harus
menjadi perhatian karena asupannya berlebih. Hal ini terjadi karena makanan dari
luar rumah sakit yang dikonsumsi oleh Os terdiri dari makanan olahan sumber
karbohidrat dan tinggi natrium, yaitu wafer dan roti sobek, serta makanan
berlemak yaitu rendang yang pengolahannya menggunakan santan.
Pemberian asupan pada hari kedua pasca-bedah telah menggunakan
konsistensi makanan biasa. Pada hari kedua, Os tidak mengonsumsi makanan dari
luar rumah sakit. Berikut ini disajikan tabel dan grafik asupan zat gizi pada
intervensi pasca-bedah hari ke-2.
Tabel 21 Asupan zat gizi intervensi pasca-bedah H2
Asupan % Asupan
Zat Gizi Total Kebutuhan
RS Luar RS % RS % LRS % Total
Energi (kkal) 1799 - 1799 2234 80.5 - 80.5
Protein (g) 62 - 62 85.5 72.9 - 72.9
Lemak (g) 39 - 39 49.6 78.1 - 78.1
24

Tabel 21 Asupan zat gizi intervensi pasca-bedah H2 (lanjutan)


Asupan % Asupan
Zat Gizi Total Kebutuhan
RS Luar RS % RS % LRS % Total
Karbohidrat (g) 296 - 296 361.3 81.8 - 81.8
Natrium (mg) 1162 - 1162 1200 96.9 - 96.9
Cairan (mL) 999 (makanan)
1000 (minuman) 2499 2000 124.9
500 (infus)

140 124.9
120
96.9
100 80.5 81.8
72.9 78.1
80
60
40 Asupan H2
20
0

Gambar 4 Persentase asupan intervensi pasca-bedah H2


Gambar diatas menunjukkan bahwa asupan Os seluruhnya tidak mencapai
100%. Hal tersebut terjadi karena Os pulang pada siang hari, sebelum waktu
selingan ke-2 diberikan sehingga selingan ke-2 tersebut tidak dapat dihitung.
Asupan energi dan karbohidrat dapat dikatakan baik, sedangkan protein dan
lemak termasuk dalam kategori defisit.
Monitoring yang dilakukan setiap hari juga berfungsi untuk melihat
perkembangan daya terima Os terhadap makanan dari awal intervensi hingga
akhir intervensi. Berikut ini disajikan grafik persentase asupan pra-bedah, pasca-
bedah hari ke-1, dan pasca-bedah hari ke-2.
Pra-bedah H1 Pasca-bedah H2 Pasca-bedah
180
160 144.3 154
138.3 140.9
140 132.6
124.9
120 105.6 104.2
95.5 102.7 94.1 99.4 96.9
100 87.9
80.5 81.8
80 72.9 78.1

60
40
20
0
Energi Protein Lemak Karbohidrat Natrium Cairan
Gambar 5 Perbandingan asupan Os selama intervensi
25

Berdasarkan grafik diatas, diketahui asupan pasca-bedah Os berada dalam


kategori yang baik walaupun jumlahnya fluktuatif. Hal tersebut terjadi karena
nafsu makan Os baik, dan keluhan fisik yang dirasakan Os berkurang secara
perlahan. Terlihat perbedaan yang mencolok pada batang H1 pasca-bedah diantara
grafik diatas. Hal tersebut terjadi karena pada masa pasca-bedah hari ke-1, Os
mengonsumsi makanan dari luar rumah sakit yang cukup berkontribusi banyak
terhadap persentase asupan hariannya. Sedangkan pada pra-bedah dan pasca-
bedah hari ke-2 Os hanya mengonsumsi makanan rumah sakit.

Monitoring dan Evaluasi Antropometri


Monitoring antropometri dilakukan setiap hari dengan cara mengukur
lingkar lengan atas dan panjang ulna Os. Lingkar lengan atas diukur untuk
mengestimasi berat badan ketika Os tidak sanggup untuk berdiri, sedangkan
panjang ulna digunakan untuk mengestimasi tinggi badan Os. Berikut ini
disajikan tabel monitoring lingkar lengan atas dan panjang ulna Os.
Tabel 22 Hasil monitoring antropometri pasca-bedah
Parameter Hari ke-1 Hari ke-2
LILA (cm) 27 27.1
Panjang ulna (cm) 25 25
BB (kg) 57 57.3
TB (cm) 160 160
Hasil pengukuran antropometri menunjukkan bahwa Os mengalami sedikit
peningkatan berat badan di akhir intervensi. Hal tersebut dapat dilihat dari ukuran
lingkar lengan atas pada 29 November 2017, meningkat 0.1 cm. Terdapat
peningkatan berat badan Os pada akhir intervensi yaitu menjadi 57.3 kg.

Monitoring dan Evaluasi Klinis dan Fisik


Monitoring klinis dan fisik yang dipantau meliputi perubahan tanda-tanda
vital dan keluhan fisik Os. Tanda-tanda vital yang dipantau meliputi tekanan
darah (TD), denyut nadi (N), laju napas (R), dan suhu tubuh (S), karena
pemeriksaannya dilakukan secara berkala setiap hari untuk mengetahui
perkembangan kondisi tubuh Os. Pengukuran tanda-tanda vital secara rutin
dilakukan oleh perawat dan dicatat pada buku observasi tanda-tanda vital,untuk
selanjutnya disalin ke dalam buku rekam medik masing-masing pasien. Berikut
ini disajikan tabel hasil pemeriksaan terhadap tanda-tanda vital pada Os.
Tabel 23 Hasil monitoring klinis pasca-bedah
Waktu intervensi Pemeriksaan klinis Nilai rujukan Keterangan
TD: 120/80 mmHg 120/80 mmHg Normal
27 November N: 88 x/menit 60 – 80 x/menit Tinggi
2017 R: 22 x/menit 18 – 22 x/menit Normal
S: 36.9 °C 36 – 37 °C Normal
TD: 120/80 mmHg 120/80 mmHg Normal
28 November N: 86 x/menit 60 – 80 x/menit Tinggi
2017 R: 20 x/menit 18 – 22 x/menit Normal
S: 36.8 °C 36 – 37 °C Normal
26

Tabel 23 Hasil monitoring klinis pasca-bedah (lanjutan)


Waktu intervensi Pemeriksaan klinis Nilai rujukan Keterangan
TD: 120/80 mmHg 120/80 mmHg Normal
29 November N: 84 x/menit 60 – 80 x/menit Tinggi
2017 R: 20 x/menit 18 – 22 x/menit Normal
S: 36.2 °C 36 – 37 °C Normal
Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa tekanan darah, laju napas, dan
suhu tubuh Os selama intervensi pasca-bedah berada dalam rentang normal.
Jumlah denyut nadi per menit Os selama intervensi pasca-bedah terpantau berada
diatas rentang normal. Walaupun begitu, denyut nadi per menit Os menurun
secara bertahap selama intervensi berlangsung.
Selain tanda-tanda klinis, keluhan fisik Os juga dipantau setiap hari.
Berikut merupakan hasil pemantauan fisik Os.
Tabel 24 Hasil monitoring fisik pasca-bedah
Hasil
Parameter
Hari ke-1 Hari ke-2
Kesan umum Lemas Sedang
Kesadaran Compos mentis Compos mentis
Mual - -
Muntah - -
Nafsu makan Menurun Meningkat
BAK Agak keruh Normal
Nyeri Ada Ada, berkurang
Berdasarkan hasil pemantauan kondisi fisik Os, kesadaran Os terpantau
normal yaitu compos mentis. Os tidak lagi merasa mual dan muntah. Nafsu makan
Os pasca-bedah pada waktu makan pertama agak menurun karena kondisi
tubuhnya yang lemas setelah operasi, walaupun Os merasa sangat lapar. Urin Os
pada hari pertama pasca-bedah berwarna agak keruh. Nyeri masih dirasakan Os
dan berkurang secara bertahap selama intervensi berlangsung. Kesan umum Os
membaik selama intervensi, pada hari ke-2 pasca-bedah Os sudah mulai
membiasakan untuk berjalan.

Monitoring dan Evaluasi Pengetahuan


Monitoring pengetahuan gizi yang dilakukan pada masa pasca-bedah
adalah mengkaji ulang apakah Os dan keluarga sudah memahami tentang diet
pasca-bedah. Selain itu, Os dan keluarga diberikan edukasi mengenai pentingnya
mengikuti anjuran diet dari rumah sakit dan mengontrol kepatuhan Os terhadap
asupannya, salah satu caranya adalah mengonsumsi makanan yang diberikan oleh
rumah sakit dan tidak mengonsumsi makanan dari luar rumah sakit.

II.7. Resume

Os merupakan seorang pegawai swasta berusia 49 tahun. Diagnosa medis


Os adalah Striktur Uretra ec Urethrolithiasis Pars Bulbosa. Status gizi Os normal,
27

yaitu 22.3 kg/m2. Jenis diet yang diberikan kepada Os yaitu diet pra-bedah (diet
batu ginjal/nefrolitiasis) dan diet pasca-bedah (diet TKTP). Kebutuhan gizi Os
selama pra-bedah yaitu energi 1796 kkal, protein 57 gram, lemak 39.9 gram,
karbohidrat 302.2 gram, dan cairan 2500 mL, diberikan 100% dari kebutuhan.
Kebutuhan gizi Os saat pasca-bedah yaitu energi 2234 kkal, protein 85.5 gram,
lemak 49.6 gram, karbohidrat 361.3 gram, dan cairan 2000 mL. Selama
intervensi, asupan Os fluktuatif cenderung meningkat. Namun, Os dan keluarga
masih belum sepenuhnya mematuhi anjuran diet karena Os masih mengonsumsi
makanan-makanan dari luar rumah sakit ketika sedang dalam masa rawat inap.
29

III. PENATALAKSANAAN DIET TINGGI KALORI TINGGI


PROTEIN RENDAH GARAM III PADA PASIEN EFUSI
PLEURA DEKSTRA, HIPERTENSI EMERGENSI, SUSPEK
PNEUMONIA

III.1. Gambaran Umum, Etiologi, dan Patofisiologi

Efusi Pleura

Efusi pleura merupakan penumpukan cairan pada rongga pleura secara


abnormal akibat komplikasi berbagai penyakit. Beberapa mekanisme penyebab
efusi pleura yaitu peningkatan permeabilitas membran pleura dan peningkatan
tekanan vaskular. Efusi pleura dapat menunjukkan terjadinya penyakit pulmonal
maupun ekstrapulmonal yang mendasarinya. Terdapat 2 jenis efusi pleura yaitu
efusi pleura eksudatif dan efusi pleura transudatif. Efusi pleura eksudatif terjadi
karena infeksi, sedangkan efusi pleura transudatif terjadi karena gangguan tekanan
membran (Surjanto et al. 2014). Faktor risiko dari terjadinya efusi pleura adalah
keseimbangan tekanan hidrostatik dan tekanan onkotik pada pembuluh darah serta
kemampuan kerja limfatik (Mason et al. 2010).

Hipertensi Emergensi

Hipertensi adalah keadaan dimana tekanan darah berada diatas normal.


Penderita hipertensi dapat mengalami krisis hipertensi, yaitu peningkatan tekanan
darah secara tiba-tiba dengan atau tanpa disertai kerusakan organ tubuh. Kejadian
ini sering dijumpai di instalasi gawat darurat (IGD). Krisis hipertensi terbagi
menjadi 2 jenis, yaitu hipertensi emergensi dan hipertensi urgensi (Devicaesaria
2014).
Hipertensi emergensi atau darurat merupakan kejadian krisis hipertensi
dimana terjadi peningkatan tekanan sistolik >180 mmHg atau tekanan diastolik
>120 mmHg. Akan tetapi, pada pasien yang tidak memiliki riwayat hipertensi dan
pasien dengan preeklamsia, peningkatan tekanan darah yang lebih rendah dari
nilai-nilai diatas sudah dapat digolongkan kedalam kategori hipertensi emergensi
(Varon dan Marik 2003).

Pneumonia

Pneumonia adalah infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) bagian bawah


yang mengenai parenkim paru. Beberapa faktor risiko terjadinya pneumonia yaitu
usia di atas 65 tahun, infeksi pernapasan oleh virus, sakit yang parah dan
menyebabkan kelemahan (diabetes melitus, uremia), penyakit pernapasan kronik
(COPD, asma, sistik fibrosis), kanker (terutama kanker paru-paru), bedah
abdominal atau toraks, pengobatan dengan imunosupresif, riwayat merokok,
pengonsumsian alkohol, dan malgizi (Price dan Wilson 2005).
30

Tanda dan gejala yang bisa terjadi pada penderita pneumonia adalah
demam, batuk, sesak napas, ronki basah yang kasar, dan terlihat infiltrat pada
hasil rontgen toraks pasien (Setyoningrum et al. 2006). Pengobatan pasien
pneumonia biasanya berupa pemberian antibiotik yang efektif terhadap organisme
tertentu, terapi nebulizer untuk menanggulangi masalah pernapasan, dan
pengobatan untuk mengatasi komplikasi yang terjadi (Price dan Wilson 2005).

Penatalaksanaan Diet TKTP dan Diet Rendah Garam

Penyakit yang berhubungan dengan infeksi sistem pernapasan pasti


memiliki gejala berupa kesulitan bernapas. Penatalaksanaan diet yang tepat untuk
mendukung pemulihan penyakit infeksi saluran pernapasan yaitu diet yang
mengandung energi tinggi dan protein tinggi. Disarankan juga menambahkan susu
dalam menu harian pasien karena susu merupakan bahan pangan padat energi dan
protein (Escott-Stump 2012). Perlu juga dilakukan pembatasan natrium agar tidak
terjadi retensi garam dan air, terlebih jika pasien mengalami komplikasi seperti
hipertensi.
Penatalaksanaan diet yang dapat diterapkan untuk pasien dengan infeksi
saluran pernapasan dengan komplikasi hipertensi dan status gizi underweight
adalah diet tinggi kalori tinggi protein (TKTP) dan diet rendah garam. Diet tinggi
kalori tinggi protein bertujuan untuk memenuhi kebutuhan energi dan protein
yang meningkat untuk mengurangi kerusakan jaringan tubuh akibat infeksi dan
menambah berat badan hingga mencapai berat normal. Sedangkan diet rendah
garam bertujuan untuk membantu menghilangkan retensi garam atau air pada
tubuh dan menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi (Almatsier 2011).
31

Patofisiologi

Riwayat gangguan Riwayat keluarga Riwayat Riwayat keluarga


jantung paru gangguan endokrin (DM) merokok hipertensi
| | | |

Hipertensi krisis

Peningkatan resistensi vaskular secara cepat


|

Kerusakan jaringan endotel Gangguan homeostasis tubuh


pada organ yang pernah
mengalami gangguan Vasokonstriksi

Peningkatan permeabilitas endotel


(pleura pada paru-paru)

Peningkatan tekanan darah secara drastis

Hipertensi emergensi Lemas

Sistol >120 mmHg


Efusi pleura atau
| diastol >180 mmHg

Sesak napas Infiltrat pada paru

Menyebar ke
Pneumonia Infeksi pada paru
rongga pleura

Gambar 6 Patofisiologi efusi pleura, hipertensi emergensi, suspek pneumonia


(Devicaesaria 2014; Surjanto et al. 2014; Varon dan Marik 2003)
32

III.2. Identitas Pasien

Nama : Tn. H
No. Rekam Medik : 11126506
Ruang Rawat : Seruni Atas kamar 210
Tanggal Masuk RS : 29 November 2017
Tanggal Assessment : 30 November 2017
Usia : 47 tahun
Pekerjaan : Pegawai swasta
Agama : Islam
Alamat : Cipayung, Depok
Diagnosa Medis : Efusi pleura dekstra, hipertensi emergensi, suspek
pneumonia
Terapi Gizi : Diet Tinggi Kalori Tinggi Protein Rendah Garam
III

III.3. Gambaran Penyakit Pasien


III.3.1. Riwayat Penyakit Pasien

Riwayat Penyakit Dahulu


Os pernah didiagnosis mengalami kor pulmonal. Kor pulmonal adalah
pembesaran ventrikel kanan jantung akibat kelainan atau penyakit pada paru-paru,
dapat terjadi secara akut maupun kronis. Kejadian akut dapat disebabkan oleh
gagal napas akut ataupun emboli paru, sedangkan kejadian kronis biasa
disebabkan oleh hipertensi (Escott-Stump 2012).

Riwayat Penyakit Keluarga


Orang tua Os merupakan penyandang diabetes mellitus dan hipertensi.

III.3.2. Diagnosis Medis


Os didiagnosis mengalami efusi pleura dekstra, hipertensi emergensi,
suspek pneumonia.

III.3.3. Terapi Medis


Selama menjalani rawat inap, Os diberikan terapi medis berupa infus dan
obat melalui rute injeksi. Berikut merupakan jenis infus dan obat yang diberikan
kepada Os.
Tabel 25 Terapi medis Tn. H
Interaksi obat dengan
Jenis obat Indikasi Efek samping
makanan
Ringer Laktat Mengembalikan Batuk, bersin,
keseimbangan ruam, gatal,
elektrolit penurunan tekanan
darah, sakit kepala
33

Tabel 25 Terapi medis Tn. H (lanjutan)


Interaksi obat dengan
Jenis obat Indikasi Efek samping
makanan
Aminophylline Mengatasi Mual, muntah, Waktu paruh berkurang
bronkospasme akut sakit kepala, setengahnya apabila
yang parah gangguan dikonsumsi dengan
elektrolit, porfiria pangan yang diolah
akut dengan cara dibakar
Combivent Mengatasi Batuk, Pengonsumsian alkohol
bronkospasme atau hipersensitivitas, meningkatkan efek
asma akut takiaritmia samping
Pulmicort Mengatasi asma Hipersensitivitas, Anggur dan olahannya
bronkial mulut dan meningkatkan kadar zat
kerongkongan aktif obat ini dalam
kering, iritasi tubuh sehingga
mulut meningkatkan efek
samping yang terjadi
Dexamethasone Antialergi, Hipersensitivitas Mengganggu
antiinflamasi pada penyerapan kalsium
gangguan misalnya
asma bronkial,
gejala sarkoidosis,
dan pneumonia
Furosemid Pengobatan pada Hipersensitivitas, Menghambat
edema paru akut, anuria, gagal reabsorpsi Na dan Cl di
edema terkait gagal ginjal, dehidrasi, ginjal, menghambat
jantung, dan obat antidiabetik
hipertensi
Sumber: MIMS (2017), Drugs.com (2017)

III.4. Skrining Gizi


Skrining gizi pada Os dilaksanakan pada tanggal 30 November 2017
dengan formulir skrining gizi lanjut. Os didiagnosis mengalami efusi pleura,
hipertensi emergensi, suspek pneumonia. Pengukuran yang dilakukan adalah
pengukuran berat badan dengan timbangan berat badan dan pengukuran panjang
ulna untuk mengestimasi tinggi badan dengan menggunakan pita meterline.
Penggunaan berat badan dilakukan langsung dengan timbangan berat badan
karena Os dapat berdiri walaupun tidak kuat berdiri secara lama.
Os memiliki riwayat berat badan yang lalu sebesar 53 kg. Berat badan Os
sekarang 48 kg. Os mengalami penurunan berat badan dibawah 5%. Panjang ulna
Os adalah 25.6 cm. Berdasarkan panjang ulna, estimasi tinggi badan Os sekitar
162 cm. Berat badan ideal Os berdasarkan tinggi badannya adalah 55.8 kg. Os
memiliki indeks massa tubuh sebesar 18.2 kg/m2, sehingga Os dapat
dikategorikan berstatus gizi kurang (WHO 2004). Penurunan nafsu makan dialami
Os sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit. Hasil skrining gizi lanjut
menunjukkan bahwa Os berisiko mengalami malgizi, dengan total skor skrining
sebesar 2. Berdasarkan hasil skrining pada Os, perlu dilakukan proses asuhan gizi
terstandar (PAGT) terhadap Os.
34

III.5. Proses Asuhan Gizi Terstandar


III.5.1. Pengkajian Gizi

Riwayat Gizi
Riwayat Gizi Kualitatif
Os mengalami penurunan nafsu makan sejak 3 hari sebelum masuk rumah
sakit. Penurunan nafsu makan tersebut ikut dipengaruhi oleh salah satu keluhan
Os, yaitu sesak napas. Biasanya, Os mengonsumsi lauk yang digoreng dan gemar
mengonsumsi makanan olahan pabrikan.

Riwayat Gizi Kuantitatif


Riwayat gizi kuantitatif Os didapatkan dengan cara melakukan food recall
1x24 jam sebelum diberikan intervensi. Hasil recall kemudian dibandingkan
dengan kebutuhan Os. Berikut ini disajikan tabel perbandingan asupan MRS Os
dengan kebutuhannya.
Tabel 26 Perbandingan asupan MRS Tn. H dengan kebutuhannya
Zat Gizi Kebutuhan MRS %MRS
Energi (kkal) 2134 828.6 38.8
Protein (gram) 96 22.65 23.6
Lemak (gram) 59.3 11.15 18.8
Karbohidrat (gram) 304 110.29 36.3
Tabel 26 menunjukkan bahwa asupan zat gizi MRS Os energi, protein,
lemak, maupun karbohidrat tergolong defisit dengan %MRS berturut-turut yaitu
38.8%, 23.6%, 18.8%, dan 36.3%. Berdasarkan WNPG (2012), asupan zat gizi
SMRS Os termasuk dalam rentang asupan defisit, yaitu dibawah rentang 80 –
110%.

Antropometri
Pengkajian antropometri digunakan untuk membantu dalam
pengkategorian status gizi pasien. Pengukuran antropometri yang dilakukan pada
Os adalah pengukuran berat badan dan panjang ulna untuk mengetahui estimasi
tinggi badan Os. Hasil pengukuran antropometri ini dapat digunakan untuk
menentukan status gizi Os, sehingga intervensi dapat dilakukan sesuai dengan
keadaan Os.
Berat badan : 48 kg
ULNA : 25.6 cm
Tinggi badan menurut konversi ULNA : 64.604 + (3.8089 x Ulna)
: 64.604 + (3.8089 x 25.6 cm)
: 162 cm
Berat badan ideal : (TB–100) – 10%(TB–100)
: 55.8 kg
Indeks massa tubuh :

:
35

: 18.2 kg/m2
Status gizi : kurang (WHO 2004)
Hasil pengukuran antropometri menunjukkan bahwa Os memiliki berat
badan aktual sebesar 48 kg dan berat badan ideal sebesar 55.8 kg. Tinggi badan
Os sebesar 162 cm. Berdasarkan hasil perhitungan, indeks massa tubuh Os
sebesar 18.2 kg/m2. Berdasarkan WHO (2004), Os tergolong dalam status gizi
kurang.

Biokimia
Penilaian status gizi secara biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang
diuji di laboratorium yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh.
Metode ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi adanya gangguan pada tubuh
yang berkaitan dengan asupan gizi seseorang (Alhamda dan Sriani 2015).
Pengkajian biokimia didapatkan melalui hasil pemeriksaan laboratorium yang
menunjang informasi kondisi fisiologis Os. Berikut merupakan hasil pemeriksaan
laboratorium Os pada tanggal 24 November 2017.
Tabel 27 Hasil pemeriksaan biokimia awal Tn. H
Parameter Hasil Nilai Rujukan Interpretasi
Hemoglobin (g/dL) 14.6 13.7 – 17.5 Normal
Leukosit (/µL) 17700 5000 – 10000 Tinggi
Trombosit (/µL) 313000 150000 – 450000 Normal
Hematokrit (%) 46 40 – 48 Normal
GDS (mg/dL) 181 70 – 200 Normal
Sumber: data rekam medik Os ruang Seruni Atas, RSUD Cibinong (2017)
Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan bahwa Os memiliki kadar
leukosit diatas normal, yakni 17700/µL. Leukosit yang tinggi mengindikasikan
adanya infeksi dalam tubuh (Hurst 2008). Infeksi pada Os berkaitan dengan
adanya suspek pneumonia yang berada dalam diagnosis medis Os. Os juga
memiliki nilai GDS yang normal mendekati tinggi. Os berisiko diabetes mellitus
karena terdapat riwayat keluarga, sehingga sebaiknya nilai GDS juga dikontrol.

Klinis dan Fisik


Pemeriksaan klinis merupakan cara penilaian status gizi berdasarkan
perubahan yang terjadi dan berhubungan erat dengan kekurangan maupun
kelebihan asupan zat gizi (Hartriyanti dan Triyanti 2007). Berikut ini disajikan
hasil pemeriksaan klinis Os.
Tabel 28 Hasil pemeriksaan klinis awal Tn. H
Parameter Hasil Nilai Rujukan Interpretasi
Tekanan darah (mmHg) 180/100 120/80 Tinggi
Nadi (jumlah/menit) 82 60 – 80 Tinggi
Laju napas (jumlah/menit) 20 18 – 22 Normal
Suhu tubuh (°C) 36 36 – 37 Normal
Tabel 28 menunjukkan bahwa Os memiliki tekanan darah yang tinggi.
Denyut nadi Os juga berada diatas rentang normalnya. Tekanan darah yang tinggi
36

mengindikasikan bahwa Os memiliki hipertensi, sesuai dengan diagnosis medis


Os yaitu hipertensi emergensi atau peningkatan tekanan darah tinggi secara tiba-
tiba dengan sistol diatas 180 mmHg dan diastol diatas 100 mmHg. (Rhoney dan
Peacock 2009). Denyut nadi diatas rentang normal mengindikasikan Os
mengalami takikardia (Escott-Stump 2012).
Pemeriksaan fisik adalah pemeriksaan yang dilakukan berdasarkan
penampilan yang terlihat langsung oleh mata, disertai dengan keluhan-keluhan
yang dialami Os. Berikut merupakan hasil pemeriksaan fisik Os yang tersedia
pada tabel 29.
Tabel 29 Hasil pemeriksaan fisik awal Tn. H
Parameter Hasil
Kesan umum Lemas
Kesadaran Compos mentis
Mual Tidak ada
Muntah Tidak ada
Nafsu makan Menurun
Napas Sesak
Hasil pemeriksaan fisik berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa Os
memiliki keadaan fisik lemas, nafsu makan menurun, dan sesak pada saat
bernapas. Os tidak mengalami mual dan muntah, serta berada pada tingkat
compos mentis yang berarti sadar penuh (Juwono 2014).
Os juga melakukan pemeriksaan rontgen pada bagian toraks. Hasil
pemeriksaan menunjukkan bahwa terdapat infiltrat pada suprahiler dan perihiler di
paru-paru kiri dan kanan, serta terdapat kavitas di perihiler paru-paru kanan.
Kavitas atau rongga pada bagian perihiler paru biasanya menandakan adanya
infeksi terkait bronkopneumonia atau tuberkulosis. Sedangkan infiltrat paru
menandakan adanya inflamasi atau peradangan (Djojodibroto 2009).

Riwayat Personal
Os merupakan seorang pegawai dengan kategori ekonomi menengah. Dulu
Os pernah memiliki kebiasaan merokok dan jarang berolahraga.

III.5.2. Diagnosis Gizi

Domain Asupan
NI 2.1 Asupan oral inadekuat berkaitan dengan penurunan nafsu makan ditandai
oleh asupan MRS pada energi sebesar 38.8%, protein 23.6%, lemak
18.8%, dan karbohidrat 36.3%.
NI 1.2 Peningkatan energi ekspenditur berkaitan dengan hiperkatabolisme
akibat infeksi ditandai oleh penambahan faktor stres menjadi 1.3.

Domain Klinis
NC 3.1 Underweight/berat badan kurang berkaitan dengan penurunan asupan
makanan ditandai oleh IMT kurang (18.2 kg/m2).
37

Domain Perilaku
NB 1.7 Pemilihan makanan yang salah berkaitan dengan kurang terpapar
informasi yang akurat terkait gizi ditandai oleh kebiasaan Os
mengonsumsi pangan olahan pabrik yang digoreng.

III.5.3. Intervensi Gizi

Tujuan Intervensi
1. Meningkatkan asupan makanan Os untuk memenuhi kebutuhan yang
meningkat dan menggantikan jaringan tubuh yang rusak.
2. Meningkatkan status gizi Os.
3. Meningkatkan pengetahuan melalui edukasi gizi.

Tujuan Diet
1. Memenuhi kebutuhan energi dan protein untuk mencegah dan
mengurangi kerusakan jaringan tubuh.
2. Menambah berat badan hingga mencapai berat badan normal.
3. Menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi.

Syarat Diet
1. Energi tinggi untuk mencegah dan mengurangi kerusakan jaringan
tubuh, yaitu 2134 kkal.
2. Protein tinggi, yaitu 2 gram/kg berat badan, setara dengan 96 gram
atau 18% dari kebutuhan energi total.
3. Lemak sedang, yaitu 25% dari kebutuhan energi total atau sebesar 59.3
gram.
4. Karbohidrat sebesar 57% dari kebutuhan energi total atau sebesar 304
gram.
5. Natrium dibatasi, maksimal 1200 mg per hari atau sekitar ½ sendok
teh.

Perhitungan Kebutuhan Gizi


Perhitungan kebutuhan gizi yang dilakukan dihitung dengan menggunakan
berat badan ideal Os. Kebutuhan energi dan zat gizi dihitung berdasarkan syarat
diet tinggi kalori tinggi protein dan rendah garam III (Almatsier 2011). Faktor
aktivitas yang digunakan adalah 1.3 karena Os terbaring lemas namun tidak
bedrest secara total, sedangkan faktor stres yang digunakan adalah faktor stres
untuk infeksi yaitu sebesar 1.3. Berikut merupakan perhitungan kebutuhan gizi
Os.

AMB = 10BB + 6.25TB – 5U + 5


= (10 x 48) + (6.25 x 162) – (5 x 47) + 5
= 1262.5 kkal
Kebutuhan Energi = AMB x FA x FS
38

= 1262.5 x 1.3 x 1.3


= 2134 kkal
Kebutuhan Protein = 2 gram/kg berat badan
= 2 g x 48 kg
= 96 gram
%Protein = 4 x (kebutuhan protein) x 100 / kebutuhan energi
= 4 x 96 x 100 / 2 134
= 18%
Kebutuhan Lemak = 25% x kebutuhan energi / 9
= 25% x 2 134 / 9
= 59.3 gram
%Karbohidrat = 100 – (18 + 25)
= 57%
Kebutuhan Karbohidrat = 57% x kebutuhan energi / 4
= 57% x 2 134 / 4
= 304 gram
Natrium = 1200 mg / hari

Preskripsi Diet
Diet = Diet TKTP Rendah Garam III
Bentuk = Makanan lunak
Jalur = Oral
Frekuensi = 3 kali makan utama dan 2 kali selingan

Implementasi
Intervensi pada Os dilakukan selama 3 hari, yaitu pada tanggal 1 – 3
Desember 2017. Os diberikan diet TKTP RG III secara bertahap dan dalam
konsistensi lunak agar tidak menambah berat beban napasnya (Escott-Stump
2012). Intervensi diberikan sebesar 90% dari kebutuhan Os, dengan energi 1920
kkal, protein 86.4 gram, lemak 53.37 gram, karbohidrat 273.6 gram, dan natrium
1200 mg untuk satu hari. Diet diberikan per oral dengan frekuensi 3 kali makan
utama dan 2 kali selingan. Distribusi menu sehari Os dalam satuan penukar (SP)
disajikan pada tabel 30 dan 31.

Tabel 30 Perencanaan menu sehari berdasarkan 100% dan 90% kebutuhan


Golongan SP E (kkal) P (g) L (g) KH (g)
Sumber Karbohidrat 5 875 20 0 200
Protein hewani
Rendah lemak 2.5 125 17.5 5 0
Lemak sedang 2.5 187.5 17.5 12.5 0
Tinggi lemak - 0 0 0 0
Protein nabati 2 150 10 6 14
Sayuran 2 50 2 0 10
Buah 2 100 0 0 24
Gula pasir 1 50 0 0 12
Gula (diabetes) 2 10 0 0 4
Susu (UHT) 3 270 12 7.5 42
39

Tabel 30 Perencanaan menu sehari berdasarkan 100% dan 90% kebutuhan


(lanjutan)
Golongan SP E (kkal) P (g) L (g) KH (g)
Minyak 4 200 0 20 0
Jumlah 1927 75 48.5 292
Kebutuhan (100%) 2134 96 59.3 304
% Asupan (100%) 94.5 82.3 86 100.7
Kebutuhan (90%) 1921 86.4 53.4 273.6
% Asupan (90%) 105 91.4 95.6 111.8

Tabel 31 Distribusi perencanaan menu sehari berdasarkan 90% kebutuhan


Selingan Selingan
Golongan SP Pagi Siang Sore
1 2
Sumber Karbohidrat 5 1 1 1¼ ½ 1¼
Protein hewani
Rendah lemak 2½ ½ - 1 - 1
Lemak sedang 2½ - - 1¼ ¼ 1
Tinggi lemak 0 - - - - -
Protein nabati 2 - - 1 - 1
Sayuran 2 - - 1 - 1
Buah 2 - - 1 - 1
Gula pasir 1 - - - 1 -
Gula (diabetes) 2 - 2 - - -
Susu (UHT) 3 - 1 1 - 1
Minyak 4 1 - 1½ ½ 1

Rencana Edukasi dan Konseling Gizi


Edukasi gizi pada Os diberikan melalui diskusi dan tanya jawab dengan Os
dan keluarga. Hal yang disampaikan meliputi diet tinggi kalori tinggi protein dan
rendah garam. Os juga diberi edukasi agar mengonsumsi makanan yang diberikan
secara perlahan dan tidak terburu-buru agar tidak menambah beban sesak
napasnya. Berikut adalah bentuk edukasi yang dilakukan.
 Tema : diet TKTP dan rendah garam
 Tujuan : agar Os mengerti dan dapat menerapkan diet yang
dianjurkan, serta mengubah perilakunya
 Sasaran : Os dan keluarga
 Tempat : Ruang Seruni Atas kamar 210
 Waktu : 3 Desember 2017
 Durasi : 15 menit
 Metode : diskusi dan tanya jawab
 Media : leaflet dan DBMP
 Evaluasi : menanyakan kembali kepada Os dan keluarga tentang
materi yang disampaikan.
40

III.5.4. Monitoring dan Evaluasi

Rencana Monitoring dan Evaluasi

Monitoring yang akan dilakukan selama intervensi yaitu perubahan


asupan, antropometri, nilai biokimia, pemeriksaan fisik dan klinis, serta perilaku
Os terkait gizi. Berikut ini disajikan rencana monitoring terhadap Os.
Tabel 32 Rencana monitoring dan evaluasi
Parameter Evaluasi Pelaksanaan Target
Asupan Melihat daya Setiap hari Asupan gizi Os minimal
terima Os energi 1921 kkal, protein
terhadap makanan 86.4 gram, lemak 53.4
gram, karbohidrat 273.6
gram, dan natrium
maksimal 1200 mg
Antropometri Membandingkan Setiap hari Berat badan Os
berat badan Os meningkat
selama intervensi
Biokimia - - -
Klinis dan fisik Memantau tanda- Setiap hari Tekanan darah dan nadi
tanda vital dan menurun menuju rentang
keluhan fisik Os normal, serta keluhan
berkurang
Pengetahuan Tanya jawab Setiap hari Keluarga Os dapat turut
seputar kepatuhan menjaga asupan Os, Os
asupan Os dan keluarga lebih
memahami pantangan
dan anjuran diet Os

Monitoring dan Evaluasi Asupan


Monitoring asupan dilakukan agar keberhasilan intervensi yang diberikan
kepada Os dapat diukur. Pemantauan yang dilakukan meliputi daya terima Os
terhadap makanan yang diberikan. Daya terima Os terhadap makanan dipengaruhi
oleh beberapa faktor, mulai dari keadaan fisik hingga psikologis Os. Pemberian
intervensi dilakukan dengan cara menimbang makanan Os di awal, menimbang
makanan sisa Os, dan melakukan recall untuk mengetahui apakah Os
menghabiskan makanannya dan adakah asupan makanan selain makanan yang
diberikan dari rumah sakit.
Os diberikan makanan dengan konsistensi lunak pada hari pertama
intervensi, dan diberikan sebesar 90% kebutuhan karena mempertimbangkan
kondisi Os yang sesak napas serta riwayat asupan Os yang biasanya hanya
menghabiskan sekitar ¼ porsi dari makanan yang diberikan. Selama 3 kali makan
utama, Os diberikan bubur. Selingan yang diberikan kepada Os yaitu bolu untuk
selingan 1 dan bubur sum-sum serta susu UHT untuk selingan 2. Os juga tidak
mengonsumsi makanan dari luar rumah sakit. Total asupan Os selanjutnya
41

dibandingkan dengan perencanaan diet. Berikut disajikan tabel asupan zat gizi Os
pada hari pertama intervensi.
Tabel 33 Asupan zat gizi Tn. H intervensi H1
Zat Gizi Asupan Kebutuhan (90%) %Asupan
Energi (kkal) 1845 1921 96.1
Protein (gram) 70.8 86.4 81.9
Lemak (gram) 49.5 53.4 92.9
Karbohidrat (gram) 274.4 273.6 100.3
Natrium (mg) 1136 1200 94.7
Asupan Os pada intervensi hari pertama sudah mencapai diatas 80%
sehingga dapat dikatakan baik (WNPG 2012). Salah satu penyebabnya adalah Os
menyatakan suka terhadap selingan yang diberikan, khususnya bubur sum-sum
yang dicampur dengan gula diabetes. Penggunaan gula diabetes ditujukan untuk
menghindari peningkatan gula darah Os, karena pada pemeriksaan biokimia
diketahui bahwa nilai GDS Os mendekati batas atas. Os juga diberikan susu UHT
untuk memenuhi kebutuhan energinya karena berdasarkan hasil wawancara, Os
tidak menyukai susu bubuk.
Pada hari kedua intervensi, Os tetap diberikan jenis diet dan konsistensi
makanan yang sama dengan intervensi hari pertama walaupun terlihat persentase
asupannya sudah diatas 80%. Hal tersebut dilakukan karena persentase asupan
tersebut masih dibandingkan dengan 90% dari kebutuhan harian Os. Menu yang
diberikan kepada Os adalah bubur untuk pagi, siang, dan sore. Selain itu terdapat
selingan 1 berupa bubur sum-sum dan susu UHT, serta selingan 2 berupa puding
hunkwe. Pemberian susu UHT juga dilakukan pada siang dan sore hari. Berikut
disajikan tabel asupan zat gizi Os pada hari kedua intervensi.
Tabel 34 Asupan zat gizi Tn. H intervensi H2
Zat Gizi Asupan Kebutuhan (90%) %Asupan
Energi (kkal) 1915 1921 99.7
Protein (gram) 73.1 86.4 84.5
Lemak (gram) 42.9 53.4 80.5
Karbohidrat (gram) 308.9 273.6 112.9
Natrium (mg) 888 1200 74
Asupan Os pada intervensi hari kedua membaik, dapat diketahui dari
persentase asupan seluruh zat gizi makro berada pada rentang 80 – 110%. Asupan
natrium juga sudah mendekati cukup, yaitu mendekati 77% (Gibson 2005). Hal
tersebut tidak menjadi masalah karena natrium pada Os dibatasi dengan adanya
diet rendah garam untuk menurunkan tekanan darah Os.
Os menghabiskan seluruh makanan pada hari kedua intervensi, kecuali
bubur pada pagi hari tersisa sekitar 2 sendok makan. Os juga mengatakan kurang
menyukai puding hunkwe karena tersaji dalam keadaan yang sudah tidak dingin
lagi. Walaupun begitu, Os tetap mengonsumsi puding hunkwe yang diberikan.
Pada hari kedua intervensi, Os tidak mengonsumsi makanan dari luar rumah sakit.
Os juga menghabiskan 3 kali susu UHT yang diberikan, walaupun susu UHT
yang diberikan pada waktu makan sore dikonsumsi lebih malam, yaitu sekitar
pukul 8 malam.
42

Os diberikan diet yang sama pada hari ketiga intervensi serta tetap
diberikan sebesar 90% kebutuhan agar membiasakan Os untuk meningkatkan
porsi makannya secara bertahap. Selama 3 kali makan utama, Os diberikan bubur
pada pagi dan siang hari, sedangkan pada makan sore Os meminta untuk
dihidangkan nasi biasa.
Setelah melihat kondisi fisik Os, konsistensi pada makan sore diganti
menjadi makanan biasa. Selingan yang diberikan kepada Os yaitu bolu pandan
untuk selingan 1 dan bubur sum-sum campur gula diabetes serta susu UHT untuk
selingan 2. Susu UHT juga diberikan pada waktu makan siang dan sore. Total
asupan Os selanjutnya dibandingkan dengan perencanaan diet. Berikut disajikan
tabel asupan zat gizi Os pada hari ketiga intervensi.
Tabel 35 Asupan zat gizi Tn. H intervensi H3
Zat Gizi Asupan Kebutuhan (90%) %Asupan
Energi (kkal) 1902.5 1921 99.1
Protein (gram) 65.2 86.4 75.5
Lemak (gram) 44.1 53.4 82.2
Karbohidrat (gram) 308.2 273.6 112.6
Natrium (mg) 612.7 1200 51.1
Berdasarkan tabel diatas, persentase asupan zat gizi Os pada hari ke-3
terlihat beragam dan fluktuatif antara zat gizinya. Persentase asupan yang
fluktuatif ini terjadi karena Os tidak mengonsumsi sayur yang disajikan pada
menu makan siang maupun makan sore karena Os menyatakan bosan terhadap
olahan wortel dan buncis. Os juga tidak menghabiskan semangka yang disajikan
pada menu makan siang.
Selingan bubur sum-sum, susu UHT, dan bolu pandan semua dihabiskan
oleh Os. Lauk berupa fikedel jagung manis berbahan dasar tepung terigu, jagung
manis, dan telur, sehingga terlihat bahwa persentase asupan karbohidratnya
sedikit diatas rentang 80 – 110% (WNPG 2012), yaitu 112.6%.
Persentase asupan protein berada pada kategori defisit, yaitu 75.5%. Hal
tersebut terjadi karena Os tidak menghabiskan sumber protein nabati berupa
tempe pada menu makan sore. Selain itu, pada menu makan siang, lauk yang
tersedia adalah galantin ayam dengan bahan dasar tepung terigu, ayam, telur, dan
wortel, serta fikedel jagung manis yang berbahan dasar jagung manis, tepung
terigu, dan telur. Kedua lauk pada menu makan siang tersebut tidak memiliki
bahan dasar sumber protein nabati, sehingga mempengaruhi persentase asupan
protein Os. Pada hari ketiga intervensi, Os tetap tidak mengonsumsi makanan dari
luar rumah sakit. Monitoring yang dilakukan setiap hari juga berfungsi untuk
melihat perkembangan daya terima Os terhadap makanan dari awal intervensi
hingga akhir intervensi. Berikut ini disajikan grafik persentase asupan hari
pertama, hari kedua, dan hari ketiga intervensi.
43

%Asupan H1 %Asupan H2 %Asupan H3


120 112.9 112.6
99.7
96.1 99.1 100.3
100 92.9 94.7
84.5 80.5 82.2
81.9 75.5
80 74

60 51.1

40

20

0
Energi Protein Lemak Karbohidrat Natrium

Gambar 7 Perbandingan asupan selama 3 hari intervensi


Berdasarkan grafik diatas, diketahui bahwa selama intervensi Os
mengalami peningkatan nafsu makan. Salah satu faktor yang mendukung
terjadinya peningkatan nafsu makan Os adalah diberikannya motivasi untuk
menghabiskan makanan dan menunda dulu untuk mengonsumsi makanan dari
luar rumah sakit agar kondisi fisik Os segera pulih kembali. Setelah terjadi
peningkatan nafsu makan, pemberian diet Os dapat ditingkatkan kembali secara
bertahap diatas 90% dari kebutuhannya.

Monitoring dan Evaluasi Antropometri


Monitoring antropometri dilakukan setiap hari dengan cara mengukur
berat badan Os dan panjang ulna untuk mengestimasi tinggi badan Os. Hasil
pengukuran berat badan dan tinggi badan Os digunakan untuk menghitung indeks
massa tubuh Os. Berikut ini disajikan tabel monitoring antropometri Os.
Tabel 36 Hasil pengukuran antropometri
Hasil pengukuran
Parameter
H1 H2 H3
Panjang ulna (cm) 25.6 25.6 25.6
Estimasi tinggi badan (cm) 162 162 162
Berat badan (kg) 48 48 48
2
IMT (kg/m ) 18.2 18.2 18.2
Berdasarkan hasil pengukuran, tinggi badan Os tidak mengalami
perubahan. Hal tersebut terjadi karena perubahan tinggi badan terjadi dalam
jangka waktu yang panjang, sehingga dalam tiga hari intervensi tidak dapat
terlihat perubahannya. Os juga belum mengalami perubahan berat badan selama
intervensi. Hal ini terjadi karena tiga hari bukanlah waktu yang cukup untuk
memantau perubahan berat badan karena terlalu singkat (Supariasa 2001).
44

Monitoring dan Evaluasi Biokimia


Monitoring biokimia dilakukan dengan cara memantau nilai-nilai hasil
pemeriksaan laboratorium terbaru setiap harinya. Akan tetapi, selama intervensi
tidak ditemukan adanya pemeriksaan nilai laboratorium terbaru.

Monitoring dan Evaluasi Klinis dan Fisik


Monitoring klinis dan fisik yang dipantau meliputi perubahan tanda-tanda
vital dan keluhan fisik Os. Tanda-tanda vital yang dipantau meliputi tekanan
darah (TD), denyut nadi (N), laju napas (R), dan suhu tubuh (S), karena
pemeriksaannya dilakukan secara berkala setiap hari untuk mengetahui
perkembangan kondisi tubuh Os. Pengukuran tanda-tanda vital secara rutin
dilakukan oleh perawat pada ruangan rawat inap dan dilakukan pencatatan pada
buku observasi tanda-tanda vital per ruangan rawat inap, untuk selanjutnya disalin
ke dalam buku rekam medik masing-masing pasien. Berikut ini disajikan tabel
hasil pemeriksaan terhadap tanda-tanda vital pada Os selama intervensi
berlangsung.

Tabel 37 Hasil pemeriksaan klinis Os


Waktu
Pemeriksaan klinis Nilai rujukan Keterangan
intervensi
TD: 180/100 mmHg 120/80 mmHg Tinggi
H1 N: 82 x/menit 60 – 80 x/menit Tinggi
(1 Desember) R: 20 x/menit 18 – 22 x/menit Normal
S: 36 °C 36 – 37 °C Normal
TD: 140/100 mmHg 120/80 mmHg Tinggi
H2 N: 82 x/menit 60 – 80 x/menit Tinggi
(2 Desember) R: 20 x/menit 18 – 22 x/menit Normal
S: 36.5 °C 36 – 37 °C Normal
TD: 140/80 mmHg 120/80 mmHg Tinggi
H3 N: 80 x/menit 60 – 80 x/menit Normal
(3 Desember) R: 20 x/menit 18 – 22 x/menit Normal
S: 36 °C 36 – 37 °C Normal
Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa laju napas dan suhu tubuh Os
cenderung normal. Denyut nadi di akhir intervensi menurun menjadi 80 kali per
menit. Tekanan darah Os terpantau turun selama intervensi walaupun masih
dalam kategori diatas normal. Selain tanda-tanda klinis, keluhan fisik Os juga
dipantau setiap hari. Berikut merupakan hasil pemantauan fisik Os.
Tabel 38 Hasil pemantauan fisik Os
Hasil
Parameter
Awal Intervensi Akhir Intervensi
Kesadaran Compos mentis Compos mentis
Mual Tidak ada Tidak ada
Muntah Tidak ada Tidak ada
Nafsu makan Meningkat Meningkat
Sesak napas Ya Sedikit berkurang
45

Berdasarkan hasil pemantauan kondisi fisik Os, diketahui kondisi fisik Os


stabil dan keluhannya cenderung berkurang. Selain data yang berada pada tabel
diatas, Os juga mengaku dapat tidur dengan pulas jika dibandingkan dengan
beberapa hari sebelumnya. Hal tersebut berkaitan dengan sesak napas yang sedikit
berkurang.

Monitoring dan Evaluasi Pengetahuan


Monitoring pengetahuan gizi yang dilakukan setiap hari adalah berdiskusi
dengan Os dan keluarga terkait diet TKTP, Rendah Garam, dan PGS, sambil
menggali kebiasaan makan Os sebelum masuk rumah sakit dan recall makanan
Os di rumah sakit. Os dan keluarga mengerti dan antusias terhadap materi yang
diberikan. Os juga lebih termotivasi untuk menghabiskan makanannya walaupun
mengatakan bahwa Os bosan terhadap menu yang diberikan dari rumah sakit.
Edukasi gizi yang diberikan kepada Os di akhir intervensi diberikan
melalui DBMP dan poster PGS, serta berdiskusi kembali mengenai kebiasaan
makan Os di rumah sakit dan rencana pengaturan makanan Os ketika sudah keluar
dari rumah sakit. Keluarga Os aktif menanyakan bahan pangan apa yang
sebaiknya dihindari dan bagaimana membatasi konsumsi garam Os agar
hipertensi tidak kambuh kembali.

III.6. Resume

Os merupakan seorang pegawai swasta berusia 47 tahun. Os didiagnosis


mengalami efusi pleura dekstra, hipertensi emergensi, suspek pneumonia. Status
gizi Os tergolong underweight, yaitu 18.2 kg/m2. Jenis terapi diet yang diberikan
kepada Os yaitu Diet Tinggi Kalori Tinggi Protein dan Rendah Garam III. Asupan
Os pada intervensi diberikan bertahap mulai dari 90% sesuai kebutuhan, atau
sebesar 1921 kkal energi, 86.4 gram protein, 53.4 gram lemak, 273.6 gram
karbohidrat, dan pembatasan maksimal 1200 mg natrium per hari. Selama
intervensi, Os diberikan beragam selingan yaitu bubur sum-sum, susu UHT, bolu
pandan, dan puding hunkwe. Os mengalami peningkatan nafsu makan selama 3
hari intervensi walaupun konsumsinya masih fluktuatif. Selain itu, keluhan fisik
Os mulai berkurang sehingga pada akhir intervensi konsistensi makanan Os
diubah dari makanan lunak menjadi makanan biasa. Os dan keluarga menanggapi
edukasi gizi yang diberikan dengan antusias dan aktif bertanya mengenai
pemilihan bahan pangan dan pembatasan konsumsi garam harian pada Os. Os dan
keluarga dapat memahami materi yang diberikan, yaitu diet TKTP, Rendah
Garam, dan PGS.
47

IV. PENATALAKSANAAN DIET TINGGI KALORI TINGGI


PROTEIN PADA KASUS ANAK FEBRIS DAN
HIPERPIREKSIA EC VIRAL INFECTION

IV.1. Gambaran Umum, Etiologi, dan Patofisiologi

Demam dan Hiperpireksia

Demam adalah suatu kondisi dimana suhu tubuh terukur diatas batas
normalnya, yaitu diatas rentang 36 – 37°C. Demam sendiri adalah salah satu
bentuk dari tanda dan gejala suatu penyakit, misalnya infeksi, inflamasi, ataupun
perubahan fisiologis tubuh lainnya (Hurst 2008). Seseorang yang mengalami
demam dengan suhu tubuh mencapai 40°C dikatakan mengalami hiperpireksia.
Ketika seseorang demam hingga suhu setinggi itu, orang tersebut akan mengalami
menggigil dan dapat berlanjut kepada kejadian kejang (Nelms et al. 2010).

Diet Tinggi Kalori Tinggi Protein (TKTP)

Diet tinggi kalori tinggi protein biasa juga disebut dengan diet energi
tinggi protein tinggi. Tujuan dari pemberian diet ini adalah untuk memenuhi
kebutuhan energi dan protein yang meningkat, beberapa sebab diantaranya adalah
karena infeksi, sedang dalam masa pertumbuhan, dan setelah menjalani tindakan
bedah. Selain itu, diet tinggi kalori tinggi protein juga digunakan untuk
menambah berat badan seseorang hingga mencapai berat badan yang normal.
Bahan makanan yang dapat digunakan adalah bahan sumber protein tinggi seperti
susu, telur, dan daging (Almatsier 2011).

Patofisiologi

Kebiasaan jajan sembarangan

Virus masuk ke dalam tubuh

Terjadi reaksi infeksi


|

Demam berkepanjangan Sekresi asam lambung Batuk


(3 hari)

Hiperpireksia Mual dan muntah


|

Menggigil Takikardia
Gambar 8 Patofisiologi febris dan hiperpireksia ec viral infection (Nelms et al.
2010; Hurst 2008)
48

IV.2. Identitas Pasien

Nama : An. F
No. Rekam Medik : 10884973
Ruang Rawat : Melati lantai 1/101, Teratai Bawah/104
Tanggal Masuk RS : 24 November 2017
Tanggal Assessment : 25 November 2017
Usia : 14 tahun 7 bulan
Pekerjaan : Pelajar
Agama : Islam
Alamat : Pabuaran, Bogor
Diagnosa Medis : Febris dan hiperpireksia ec viral infection
Terapi Gizi : Diet Tinggi Kalori Tinggi Protein

IV.3. Gambaran Penyakit Pasien

IV.3.1. Riwayat Penyakit Pasien

Riwayat Penyakit Dahulu


Berdasarkan hasil wawancara, diketahui Os tidak memiliki riwayat
penyakit terkait.

Riwayat Penyakit Keluarga


Berdasarkan hasil wawancara terhadap keluarga Os, diketahui bahwa
keluarga Os tidak mengalami riwayat penyakit yang terkait dengan penyakit Os.

IV.3.2. Diagnosis Medis


Diagnosis medis dari dokter adalah febris dan hiperpireksia ec viral
infection.

IV.3.3. Terapi Medis


Selama menjalani rawat inap, Os diberikan terapi medis berupa infus dan
obat melalui rute injeksi maupun oral, sesuai dengan instruksi dokter. Berikut
merupakan jenis infus dan obat yang diberikan kepada Os.

Tabel 39 Terapi medis An. F


Interaksi obat
Jenis obat Indikasi Efek samping
dan makanan
Ringer Laktat Mengembalikan Batuk, bersin, ruam,
keseimbangan gatal, penurunan tekanan -
elektrolit darah, sakit kepala
Ranitidin Menurunkan Lemas, nyeri, gangguan Dapat
produksi asam pencernaan, anemia, menyebabkan
lambung trombositopenia, iritasi lambung
49

Tabel 39 Terapi medis An. F (lanjutan)


Interaksi obat
Jenis obat Indikasi Efek samping
dan makanan
Paracetamol Penurun demam Ruam dan hipotensi -
Ambroxol Pengencer dahak Mual, muntah, nyeri ulu -
agar mudah hati
dikeluarkan
Ondancentron Penanggulangan Sakit kepala, cegukan, Tingkat
mual dan muntah sembelit, ruam, dan penyerapan
reaksi pada area injeksi meningkat
bersama
pengonsumsian
makanan
Isoprinosin Infeksi virus Peningkatan asam urat -
seperti influenza, urin dan serum, gatal,
campak, demam gangguan pencernaan,
berdarah, mual, lemas, diare
parotitis, varisela,
hepatitis A
Cefotaxime Infeksi saluran Gangguan -
napas gastrointestinal seperti
diare, mual, muntah, dan
nyeri perut
Sumber: MIMS (2017), drugs.com (2017)

IV.4. Skrining Gizi

Skrining gizi pada Os dilakukan pada tanggal 24 November 2017


menggunakan formulir skrining gizi anak lanjut. Pengukuran yang dilakukan
adalah berat badan dan panjang badan, menggunakan timbangan berat badan dan
meterline. Berat badan dan panjang badan Os berturut-turut yaitu 35.9 kg dan 162
cm. Berat badan berdasarkan tinggi badan aktual Os sebesar 51 kg, sehingga
status gizi Os dapat dikategorikan gizi kurang. Os tidak mengalami penurunan
berat badan. Os mengalami muntah 1 kali sebelum masuk rumah sakit, dan
mengalami gangguan menelan karena adanya batuk. Hasil skrining gizi tersebut
menunjukkan kesan bahwa Os mengalami malnutrisi dan perlu dilakukan asuhan
gizi lanjut.

IV.5. Proses Asuhan Gizi Terstandar

IV.5.1. Pengkajian Gizi

Riwayat Gizi
Riwayat Gizi Kualitatif
Os mengalami penurunan nafsu makan sejak 2 hari sebelum masuk rumah
sakit. Pola makan Os biasanya adalah makan 3 kali sehari dengan porsi yang
50

kecil. Os tidak memiliki alergi makanan. Kebiasaan Os adalah mengonsumsi teh


kemasan dan cimol goreng. Os tidak suka mengonsumsi buah.

Riwayat Gizi Kuantitatif


Riwayat gizi kuantitatif Os didapatkan dengan cara melakukan food recall
1x24 jam sebelum diberikan intervensi. Hasil recall kemudian dibandingkan
dengan kebutuhan Os. Berikut ini disajikan tabel perbandingan asupan MRS Os
dengan 100% kebutuhannya.
Tabel 40 Perbandingan asupan MRS An. F dengan kebutuhannya
Zat Gizi Kebutuhan MRS %MRS
Energi (kkal) 2511 914.2 36.4
Protein (gram) 94.1 41.7 44.3
Lemak (gram) 69.7 27.1 38.9
Karbohidrat (gram) 376.6 123.4 32.8
Tabel 40 menunjukkan bahwa asupan zat gizi MRS Os energi, protein,
lemak, maupun karbohidrat tergolong defisit dengan %MRS energi 36.4%,
protein 44.3%, lemak 38.9%, dan karbohidrat 32.8%. Berdasarkan WNPG (2012),
asupan zat gizi MRS Os termasuk dalam rentang asupan defisit, yaitu dibawah
rentang 80 – 110%. Penyebab dari rendahnya asupan Os adalah kesulitan menelan
akibat batuk berdahak, sementara makanan Os sebelumnya adalah nasi atau
makanan dalam konsistensi makanan biasa.

Antropometri
Pengkajian antropometri digunakan untuk membantu dalam
pengkategorian status gizi pasien. Pengukuran antropometri yang dilakukan pada
Os adalah pengukuran berat badan dan panjang badan. Berat badan diukur
menggunakan timbangan berat badan, sedangkan panjang badan diukur
menggunakan pita meterline. Hasil pengukuran antropometri ini dapat digunakan
untuk menentukan status gizi Os, sehingga intervensi dapat dilakukan sesuai
dengan keadaan Os.
Berat badan aktual : 35.9 kg
Berat badan ideal : 51 kg (CDC 2000)
Tinggi badan : 162 cm
IMT : 13.6 kg/m2
IMT/U : < –3 SD
Status Gizi : Gizi kurang (Kemenkes 2011)
Hasil pengukuran antropometri menunjukkan bahwa Os memiliki BB
aktual sebesar 35.9 kg. Berat badan ideal didapatkan melalui berat badan
berdasarkan usia dan tinggi badan menurut CDC (2000). Os dikategorikan dalam
status gizi kurang menurut Kemenkes (2011).

Biokimia
Penilaian status gizi secara biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang
diuji di laboratorium yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh.
51

Metode ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi adanya gangguan pada tubuh
yang berkaitan dengan asupan gizi seseorang (Alhamda dan Sriani 2015).
Pengkajian biokimia didapatkan melalui hasil pemeriksaan laboratorium yang
menunjang informasi kondisi fisiologis Os. Berikut merupakan hasil pemeriksaan
laboratorium Os.
Tabel 41 Hasil pemeriksaan biokimia awal An. F
Parameter Hasil Nilai Rujukan Interpretasi
Hemoglobin (g/dL) 13.8 13.7 – 17.5 Normal
Leukosit (/µL) 10600 5000 – 10000 Tinggi
Trombosit (/µL) 153000 150000 – 450000 Normal
Hematokrit (%) 41.3 40 – 48 Normal
Eritrosit (juta/µL) 4.97 3.6 – 4.8 Tinggi
Laju endap darah (mm/jam) 18 3 – 13 Tinggi
Sumber: data rekam medik Os ruang Melati 1, RSUD Cibinong (2017)
Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan bahwa Os memiliki kadar
leukosit diatas normal, yakni 10600/µL. Leukosit yang tinggi mengindikasikan
adanya infeksi dalam tubuh (Hurst 2008). Selain itu, nilai LED atau laju endap
darah Os tinggi yaitu 18 mm/jam. Nilai LED yang tinggi pada Os
mengindikasikan adanya infeksi akibat virus (Kamuh et al. 2015).

Klinis dan Fisik


Pemeriksaan klinis merupakan cara penilaian status gizi berdasarkan
perubahan yang terjadi dan berhubungan erat dengan kekurangan maupun
kelebihan asupan zat gizi (Hartriyanti dan Triyanti 2007). Berikut ini disajikan
hasil pemeriksaan klinis Os.
Tabel 42 Hasil pemeriksaan klinis awal An. F
Parameter Hasil Nilai Rujukan Interpretasi
Sistol: 80-110
Tekanan darah (mmHg) 110/80 Normal
Diastol: 60-80
Nadi (jumlah/menit) 120 80-90 Tinggi
Laju napas (jumlah/menit) 24 18-30 Normal
Suhu tubuh (°C) 39.6 36 – 37 Tinggi
Tabel 42 menunjukkan bahwa Os memiliki tekanan darah normal atau
normotensi. Denyut nadi Os juga berada diatas rentang normalnya. Denyut nadi
diatas rentang normal mengindikasikan Os mengalami takikardia. Suhu tubuh Os
tinggi diatas normal, sehingga Os diindikasi mengalami demam (Escott-Stump
2012).
Pemeriksaan fisik adalah pemeriksaan yang dilakukan berdasarkan
penampilan yang terlihat langsung oleh mata, disertai dengan keluhan-keluhan
yang dialami Os. Berikut mer upakan hasil pemeriksaan fisik Os yang tersedia
pada tabel 43.
Tabel 43 Hasil pemeriksaan fisik awal An. F
Parameter Hasil
Kesadaran Compos mentis
Mual Tidak ada
52

Tabel 43 Hasil pemeriksaan fisik awal An. F (lanjutan)


Parameter Hasil
Muntah Tidak ada
Nafsu makan Menurun
Batuk Berdahak
Menggigil Ya
Gangguan menelan Ada
Os tidak mengalami mual dan muntah. Os berada pada tingkat kesadaran
compos mentis yang berarti sadar penuh (Juwono 2014). Nafsu makan Os
menurun, beberapa penyebabnya adalah Os mengalami batuk berdahak dan
gangguan menelan serta tubuh menggigil sehingga makin menyulitkan Os untuk
mengonsumsi makanan.

Riwayat Personal
Os merupakan seorang pelajar SMP. Sebelum masuk rumah sakit, Os
mengalami muntah sebanyak 1 kali. Os mengalami demam sangat tinggi sejak 2
hari sebelum masuk rumah sakit, dan bersamaan dengan itu nafsu makannya
sangat menurun. Setelah dibawa ke IGD, Os direkomendasikan untuk menjalani
rawat inap di rumah sakit.

IV.5.2. Diagnosis Gizi

Domain Asupan
NI 2.1 Asupan oral inadekuat berkaitan dengan penurunan nafsu makan ditandai
oleh asupan MRS energi 36.4%, protein 44.3%, lemak 38.9%, dan
karbohidrat 32.8%.
NI 1.2 Peningkatan energi ekspenditur berkaitan dengan hiperkatabolisme
akibat infeksi dan demam ditandai oleh penggunaan faktor stres karena
demam sebesar 1.3.

Domain Klinis
NC 3.1 Underweight/berat badan kurang berkaitan dengan penurunan asupan
makanan ditandai oleh IMT/U dibawah -3 SD.

Domain Perilaku
NB 1.7 Pemilihan makanan yang salah berkaitan dengan kurang terpapar
informasi yang akurat terkait gizi ditandai oleh kebiasaan Os
mengonsumsi jajanan tinggi kalori dan minuman kemasan.

IV.5.3. Intervensi Gizi

Tujuan Intervensi
1. Meningkatkan asupan makanan Os untuk memenuhi kebutuhan yang
meningkat.
53

2. Meningkatkan pengetahuan melalui edukasi gizi.

Tujuan Diet
1. Memenuhi kebutuhan energi dan protein untuk mencegah dan
mengurangi kerusakan jaringan tubuh.
2. Menambah berat badan hingga mencapai berat badan normal.
3. Memberi asupan bertahap agar tidak menimbulkan refeeding
syndrome.

Syarat Diet
1. Energi tinggi untuk mencegah dan mengurangi kerusakan jaringan
tubuh, yaitu sebesar 2511 kkal.
2. Protein tinggi, yaitu 15% dari kebutuhan energi, yaitu 94.1 gram.
3. Lemak sedang, yaitu 25% dari kebutuhan energi, yaitu 69.7 gram.
4. Karbohidrat cukup, sebesar 60% dari kebutuhan energi total atau
sebesar 376.6 gram.
5. Diet diberikan bertahap, dimulai dari 80% kebutuhan zat gizi Os.

Perhitungan Kebutuhan Gizi


Perhitungan kebutuhan gizi yang dilakukan dihitung dengan menggunakan
berat badan Os. Kebutuhan energi dihitung menggunakan Angka Kebutuhan
Energi anak, berdasarkan usia dan tinggi badannya. Faktor stres yang digunakan
adalah faktor stres terhadap peningkatan suhu tubuh, yaitu 1 + 0.13 dari
peningkatan suhu tubuh.

Kebutuhan energi = BB x AKE usia tinggi x Fs


= 35.9 kg x 53.8 kkal x (1 + 0.13 x ∆T)
= 35.9 kg x 53.8 kkal x (1 + 0.13 x 2.6)
= 35.9 kg x 53.8 kkal x 1.338
= 35.9 kg x 53.8 kkal x 1.3 (pembulatan)
= 2510.8 kkal
= 2511 kkal
Kebutuhan protein = 15% x kebutuhan energi / 4
= 15% x 2511 kkal / 4
= 94.1 gram
Kebutuhan lemak = 25% x kebutuhan energi / 9
= 25% x 2511 kkal / 9
= 69.7 gram
% Karbohidrat = 100 – (15 + 25)
= 60%
Kebutuhan karbohidrat = 60% x kebutuhan energi / 4
= 65% x 2511 kkal / 4
= 376.6 gram
54

Preskripsi Diet
Diet = Diet TKTP
Bentuk = Makanan lunak
Jalur = Oral
Frekuensi = 3 kali makan utama dan 3 kali selingan

Implementasi
Intervensi pada Os dilakukan selama 3 hari, yaitu pada tanggal 25 – 27
November 2017. Os diberikan diet TKTP secara bertahap dimulai dari 80%
kebutuhan Os, dengan kebutuhan energi menjadi 2009 kkal, protein 75.3 gram,
lemak 55.8 gram, dan karbohidrat 301.3 gram. Diet diberikan per oral dengan
frekuensi 3 kali makan utama dan 3 kali selingan. Distribusi menu sehari Os
dalam satuan penukar (SP) disajikan pada tabel dibawah ini.

Tabel 44 Perencanaan menu sehari berdasarkan 100% dan 80% kebutuhan


Golongan SP E (kkal) P (g) L (g) KH (g)
Sumber Karbohidrat 4.5 787.5 18 0 180
Protein hewani
Rendah lemak 2.5 125 17.5 5 0
Lemak sedang 2.5 187.5 17.5 12.5 0
Tinggi lemak 0 0 0 0 0
Protein nabati 2 150 10 6 14
Sayuran 2 50 2 0 10
Buah 2 100 0 0 24
Gula pasir 1 50 0 0 12
Biskuit penambah energi 2 240 10 5 28
Susu formula anak 1.5 330 10.5 16.5 36
Minyak 3 150 0 15 0
Jumlah 2170 85.5 60 304
Kebutuhan (100%) 2511 94.1 69.7 376.6
% Asupan (100%) 86.4 90.9 86.1 80.7
Kebutuhan (80%) 2009 75.3 55.8 301.3
% Asupan (80%) 108 113.6 107.6 100.9

Tabel 45 Distribusi perencanaan menu sehari


Selingan Selingan Selingan
Golongan SP Pagi Siang Sore
1 2 3
Sumber
4½ 1 ½ 1 ½ 1 ½
Karbohidrat
Protein hewani
Rendah lemak 2½ ½ - 1 - 1 -
Lemak sedang 2½ - - 1 ½ 1 -
Tinggi lemak 0 - - - - - -
Protein nabati 2 - - 1 - 1 -
Sayuran 2 - - 1 - 1 -
Buah 1½ - - ¾ - ¾ -
Gula pasir 1 - - 1 - - -
55

Tabel 45 Distribusi perencanaan menu sehari (lanjutan)


Selingan Selingan Selingan
Golongan SP Pagi Siang Sore
1 2 3
Biskuit
2 - 1 - - - 1
penambah energi
Susu formula
1½ - ½ - - - 1
anak
Minyak 3 ½ - 1 ½ 1 -

Rencana Edukasi dan Konseling Gizi


Edukasi gizi pada Os diberikan melalui diskusi dengan Os dan
keluarganya. Hal yang disampaikan meliputi diet tinggi kalori tinggi protein serta
4 pilar gizi seimbang dan pedoman gizi seimbang. Berikut adalah bentuk edukasi
yang dilakukan.
 Tema : diet TKTP, 4 pilar gizi seimbang, pedoman gizi seimbang.
 Tujuan : meningkatkan pengetahuan dan merubah perilaku Os serta
keluarga
 Sasaran : Os dan keluarga
 Tempat : Ruang Teratai Bawah kamar 104
 Waktu : 27 November 2017
 Durasi : 15 menit
 Metode : diskusi dan tanya jawab
 Media : poster PGS, leaflet dan DBMP
 Evaluasi : menanyakan kembali kepada Os dan keluarga tentang
materi yang disampaikan.

IV.5.4. Monitoring dan Evaluasi

Rencana Monitoring dan Evaluasi


Monitoring yang akan dilakukan selama intervensi yaitu perubahan
asupan, antropometri, nilai biokimia, pemeriksaan fisik dan klinis, serta perilaku
Os terkait gizi. Berikut ini disajikan rencana monitoring terhadap Os.
Tabel 46 Rencana monitoring dan evaluasi
Parameter Evaluasi Pelaksanaan Target
Asupan Melihat daya Setiap hari Asupan gizi Os minimal
terima Os energi 2009 kkal, protein
terhadap makanan 75.3 gram, lemak 55.8
gram, dan karbohidrat
301.3 gram
Antropometri Memantau berat Setiap hari Berat badan Os
badan Os selama meningkat
intervensi
Biokimia Memantau hasil Setiap ada Nilai-nilai laboratorium
pemeriksaan pemeriksaan pada Os terpantau
laboratorium Os terbaru normal
56

Tabel 46 Rencana monitoring dan evaluasi (lanjutan)


Parameter Evaluasi Pelaksanaan Target
Klinis dan fisik Memantau tanda- Setiap hari Denyut nadi dan suhu
tanda vital dan tubuh menuju rentang
keluhan fisik Os normal, serta keluhan
berkurang
Pengetahuan Tanya jawab Setiap hari Keluarga Os dapat turut
seputar kepatuhan memantau kepatuhan
asupan Os asupan Os

Monitoring dan Evaluasi Asupan


Monitoring asupan dilakukan agar keberhasilan intervensi yang diberikan
kepada Os dapat diukur. Pemantauan yang dilakukan meliputi daya terima Os
terhadap makanan yang diberikan. Daya terima Os terhadap makanan dipengaruhi
oleh beberapa faktor, mulai dari keadaan fisik hingga psikologis Os. Pemberian
intervensi dilakukan dengan cara menimbang makanan Os di awal, menimbang
makanan sisa Os, dan melakukan recall untuk mengetahui apakah Os
menghabiskan makanannya dan adakah asupan makanan selain makanan yang
diberikan dari rumah sakit. Os diberikan makanan dengan konsistensi lunak pada
hari pertama intervensi, dan diberikan sebesar 80%. Berikut disajikan tabel
monitoring asupan makanan Os hari pertama intervensi.
Tabel 47 Asupan zat gizi intervensi H1
Zat Gizi Asupan Kebutuhan (80%) %Asupan
Energi (kkal) 1049 2009 52.2
Protein (gram) 29.8 75.3 39.6
Lemak (gram) 28.8 55.8 51.6
Karbohidrat (gram) 163.2 301.3 54.2
Berdasarkan tabel diatas, persentase asupan zat gizi Os pada hari pertama
intervensi seluruhnya masih defisit, dengan energi 52.2%, protein 39.6%, lemak
51.6%, dan karbohidrat 54.2%. Hari pertama intervensi Os diberikan selingan
berupa biskuit penambah energi dan susu formula TKTP anak pada selingan 1 dan
3, serta makaroni panggang pada selingan ke-2. Beberapa hal yang menyebabkan
asupan Os defisit pada hari pertama intervensi adalah Os tidak mengonsumsi
selingan 1 dan 3, serta hanya mengonsumsi setengah dari makaroni panggang
yang disajikan. Os juga menyisakan makan siang dan makan sorenya. Selain itu,
Os tidak mengonsumsi buah yang telah diberikan.
Os diberikan makanan dengan konsistensi lunak pada hari kedua
intervensi, dengan menu bubur pada pagi hari serta nasi tim pada makan siang dan
makan sore. Asupan diberikan sebesar 80% dari kebutuhan sehari karena pada
intervensi hari pertama asupan Os masih defisit. Berikut ini disajikan tabel asupan
zat gizi Os pada hari kedua intervensi.
57

Tabel 48 Asupan zat gizi intervensi H2


Asupan Kebutuhan % Asupan
Zat Gizi Total
RS Luar RS (80%) % RS % LRS % Total
Energi (kkal) 1420 270 1690 2009 70.7 13.4 84.1
Protein (g) 51.5 6 57.5 75.3 68.4 8 76.4
Lemak (g) 35 9 42 55.8 62.8 16.1 75.3
Karbohidrat (g) 218.2 39 257.2 301.3 72.4 12.9 85.4

90
13.4 12.9

80 16.1
8

70

60
% LRS
50 % RS

40
70.7 72.4
68.4
30 62.8

20

10

0
Energi Protein Lemak Karbohidrat

Gambar 9 Perbandingan asupan RS dan luar RS pada H2 intervensi


Berdasarkan tabel diatas, persentase asupan zat gizi harian Os pada hari
ke-2 intervensi adalah 84.1% energi, 76.4% protein, 75.3% lemak, dan 85.4%
karbohidrat. Asupan hari kedua intervensi Os dibagi menjadi 2, yaitu asupan yang
berasal dari rumah sakit dan asupan yang berasal dari luar rumah sakit. Os
mengonsumsi makanan dari luar rumah sakit berupa biskuit rasa abon sebanyak 6
keping (3 satuan penukar) selama satu hari tersebut. Kandungan gizi biskuit
tersebut dalam 1 satuan penukar yaitu 90 kkal energi, 2 gram protein, 3 gram
lemak, dan 13 gram karbohidrat, sehingga ketika dikonsumsi sebanyak 3 satuan
penukar maka turut menyumbang ketersediaan zat gizi berupa 13.4% energi, 8%
protein, 16.1% lemak, dan 12.9% karbohidrat.
Pengonsumsian makanan luar rumah sakit bagi An. F ini justru baik
karena membantu dalam pemenuhan kebutuhan energi dan zat gizi harian Os. Hal
tersebut dapat diketahui karena ternyata Os tidak mengonsumsi susu formula
TKTP anak yang telah diberikan, baik pada selingan 1 maupun selingan 3.
Sedangkan selingan 2 berupa mini pizza, dan biskuit penambah energi pada
selingan 3 dihabiskan oleh Os. Pada hari kedua intervensi ini Os juga hanya
sedikit menyisakan makanan utamanya.
58

Pada hari ketiga intervensi, Os diberikan makanan dalam bentuk


konsistensi lunak dengan menu bubur pada pagi hari serta nasi tim pada makan
siang dan makan sore. Asupan tetap diberikan sebesar 80% dari kebutuhan sehari
untuk membiasakan Os meningkatkan porsi makannya secara bertahap. Berikut
disajikan tabel asupan zat gizi Os pada intervensi hari ketiga.
Tabel 49 Asupan zat gizi intervensi H3
Zat Gizi Asupan Kebutuhan (80%) %Asupan
Energi (kkal) 1756 2009 87.4
Protein (gram) 65.8 75.3 87.4
Lemak (gram) 40 55.8 71.7
Karbohidrat (gram) 269.5 301.3 89.5
Berdasarkan tabel diatas, persentase asupan Os pada hari ke-3 secara
keseluruhan membaik, dengan persentase energi 87.4%, protein 87.4%, dan
karbohidrat 89.5%, akan tetapi persentase asupan lemak Os hanya sebesar 71.7%.
Hal yang menyebabkannya adalah pada hari kedua intervensi Os hanya
menghabiskan susu formula TKTP anak sebanyak 1 satuan penukar selama 1 hari,
dan tidak menghabiskan susu formula tersebut pada hari pertama intervensi. Os
tidak menyukai susu formula tersebut sehingga digantikan dengan susu UHT.
Pada hari ini, Os menghabiskan semua selingannya, yaitu biskuit
penambah energi pada selingan 1 dan 3, serta bubur kacang hijau pada selingan ke
2. Os juga menyisakan sedikit nasi tim pada makan siang dan makan sore,
masing-masing sekitar 1 sendok makan. Akan tetapi, pada hari ini Os sama sekali
tidak memakan buah yang disajikan.
Monitoring yang dilakukan setiap hari juga berfungsi untuk melihat
perkembangan daya terima Os terhadap makanan dari awal intervensi hingga
akhir intervensi. Berikut ini disajikan grafik persentase asupan hari pertama, hari
kedua, dan hari ketiga intervensi.

100
89.5
90 84.1 87.4 87.4 85.4
80 76.4 75.3
71.7
70
60 52.2 51.6 54.2
50
39.6
40
30
20
10
00
Energi Protein Lemak Karbohidrat
H1 H2 H3
Gambar 10 Perbandingan asupan Os selama tiga hari intervensi
59

Berdasarkan grafik diatas, diketahui secara keseluruhan asupan Os


meningkat hingga akhir intervensi. Hal tersebut juga diakui keluarga Os bahwa
nafsu makan Os meningkat, walaupun masih sering menyisakan sayur dan tidak
memakan buah pada hari ke-2 dan hari ke-3 intervensi. Salah satu penyebab
meningkatnya nafsu makan Os adalah meningkatnya motivasi Os untuk
menghabiskan makanannya, setelah setiap hari diberikan edukasi dan motivasi.

Monitoring dan Evaluasi Antropometri


Monitoring antropometri dilakukan setiap hari dengan cara mengukur
berat badan Os. Tinggi badan tidak diukur setiap hari karena peningkatannya
terjadi dalam jangka waktu panjang, sehingga hanya diukur pada awal intervensi
melalui estimasi menggunakan panjang badan. Berikut ini disajikan tabel
monitoring antropometri Os.
Tabel 50 Hasil pengukuran antropometri
Parameter Hasil pengukuran
H1 H2 H3
Panjang badan (cm) 162 162 162
Berat badan (kg) 35.9 35.2 35.2
IMT (kg/m2) 13.6 13.3 13.4
Berdasarkan hasil pengukuran antropometri, berat badan Os mengalami
penurunan pada pengukuran hari kedua intervensi. Berat badan Os turun sebesar
0.7 kg pada hari itu disebabkan karena asupan yang rendah dan Os juga nampak
dehidrasi. Berat badan Os tetap sebesar 35.2 kg di akhir intervensi. Salah satu hal
yang menjadi bias dalam pengukuran antropometri ini adalah waktu pengukuran
yang berbeda-beda pada tiap pengukuran harian antropometri Os.

Monitoring dan Evaluasi Biokimia


Monitoring biokimia dilakukan dengan cara memantau nilai-nilai hasil
pemeriksaan laboratorium terbaru. Akan tetapi, selama intervensi tidak dilakukan
pemeriksaan nilai-nilai laboratorium darah pada Os. Hasil pemeriksaan baru
muncul pada akhir intervensi yaitu pada tanggal 27 November 2017. Beberapa
nilai biokimia yang telah diperiksa pada awal intervensi tidak diperiksa kembali.
Berikut merupakan monitoring dan evaluasi terhadap nilai-nilai biokimia Os.
Tabel 51 Perbandingan hasil pemeriksaan biokimia An. F
Parameter Hasil Nilai Rujukan Interpretasi
H1 H3
Hemoglobin
13.8 13.8 13.7 – 17.5 Normal
(g/dL)
Leukosit (/µL) 10600 5490 5000 – 10000 Normal
Trombosit (/µL) 153000 154000 150000 – 450000 Normal
Hematokrit (%) 41.3 41.8 40 – 48 Normal
Eritrosit (juta/µL) 4.97 - 3.6 – 4.8 Tinggi
Laju endap darah
18 - 3 – 13 Tinggi
(mm/jam)
60

Berdasarkan pemantauan terhadap pemeriksaan biokimia darah Os,


diketahui bahwa nilai hemoglobin, trombosit, dan hematokrit terpantau dalam
keadaan normal. Nilai leukosit turun dari yang semula 10600/µL menjadi
5490/µL. Tidak terdapat pemeriksaan ulang terhadap nilai hitung jumlah eritrosit
dan laju endap darah sehingga tidak dapat diketahui perkembangannya.

Monitoring dan Evaluasi Klinis dan Fisik


Monitoring klinis dan fisik yang dipantau meliputi perubahan tanda-tanda
vital dan keluhan fisik Os. Tanda-tanda vital yang dipantau meliputi tekanan
darah (TD), denyut nadi (N), laju napas (R), dan suhu tubuh (S), karena
pemeriksaannya dilakukan secara berkala setiap hari untuk mengetahui
perkembangan kondisi tubuh Os. Berikut adalah hasil pemeriksaan klinis Os
selama intervensi.
Tabel 52 Hasil pemeriksaan klinis Os
Waktu
Pemeriksaan klinis Nilai rujukan Keterangan
intervensi
TD: 110/80 mmHg Normal
N: 120 x/menit Tinggi
H1
R: 24x/menit Normal
S:39.6 °C Tinggi
TD: Sistol: 80-110
TD: 110/70 mmHg Normal
Diastol: 60-80
N: 100 x/menit Tinggi
H2 N: 80-90
R: 20 x/menit Normal
R: 18-30
S: 38.3 °C Tinggi
S: 36 – 37
TD: 110/80 mmHg Normal
N: 96 x/menit Tinggi
H3
R: 20 x/menit Normal
S: 39 °C Tinggi
Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa pemeriksaan tanda-tanda vital
Os yang terpantau normal selama intervensi adalah nilai laju napas dan tekanan
darah. Nilai denyut nadi masih tinggi selama 3 hari intervensi, akan tetapi
menurun secara bertahap. Suhu tubuh Os pada hari kedua turun menjadi 38.3 °C,
akan tetapi kembali meningkat menjadi 39°C pada akhir intervensi. Selain tanda-
tanda klinis, keluhan fisik Os juga dipantau setiap hari. Berikut merupakan hasil
pemantauan fisik Os.
Tabel 53 Hasil pemantauan fisik Os
Hasil
Parameter
Awal Intervensi Akhir Intervensi
Kesadaran Compos mentis Compos mentis
Mual Tidak ada Tidak ada
Muntah Tidak ada Tidak ada
Nafsu makan Rendah Meningkat
Batuk Berdahak Berdahak
Menggigil Ya Tidak ada
Gangguan menelan Ada Berkurang
61

Berdasarkan hasil pemantauan kondisi fisik Os, secara keseluruhan Os


mulai membaik. Hal tersebut dapat terlihat dari adanya peningkatan nafsu makan,
Os tidak lagi menggigil, dan gangguan menelannya berkurang. Os juga
melaksanakan pemeriksaan radiologi pada tanggal 29 November 2017 dimana
intervensi telah usai. Hasil pemeriksaan radiologi Os menunjukkan terdapat
infiltrat tipis di perihiler pada paru-paru kanan. Infiltrat pada paru menandakan
adanya inflamasi atau peradangan (Djojodibroto 2009).

Monitoring dan Evaluasi Pengetahuan


Monitoring pengetahuan gizi yang dilakukan setiap hari adalah berdiskusi
dengan Os dan keluarga terkait asupan harian Os sembari menggali kebiasaan
makan Os sebelum masuk rumah sakit, dan bahan pangan apa yang disukai serta
tidak disukai Os. Edukasi yang dilakukan pada akhir intervensi yaitu terkait diet
TKTP, 4 pilar gizi seimbang, dan pedoman gizi seimbang. Edukasi dilakukan
menggunakan media poster PGS.
Os sudah mulai memahami pilar gizi seimbang dan pedoman gizi
seimbang. Keluarga Os aktif mendiskusikan tentang kebiasaan jajan Os dan apa
yang sebaiknya dilakukan untuk mengubah kebiasaan tersebut. Orang tua Os juga
aktif bertanya setiap harinya dan menginginkan agar dibantu terkait memotivasi
Os untuk menghabiskan makanan dan mencoba mengonsumsi buah.

IV.6. Resume

Os merupakan seorang pelajar sekolah menengah pertama berusia 14


tahun 7 bulan. Os didiagnosis mengalami febris dan hiperpireksia ec viral
infection. Status gizi Os tergolong dalam klasifikasi sangat kurus, dengan z-score
IMT/U sebesar <–3 SD. Jenis diet yang diberikan kepada Os yaitu Diet Tinggi
Kalori Tinggi Protein dalam konsistensi lunak. Asupan Os pada intervensi
diberikan bertahap mulai dari 80% sesuai kebutuhan, atau sebesar 2067 kkal
energi, 77.5 gram protein, 57.4 gram lemak, dan 310.1 gram karbohidrat. Selama
intervensi, Os diberikan beragam selingan yaitu susu formula TKTP untuk anak,
biskuit penambah energi, mini pizza, dan bubur kacang hijau. Secara keseluruhan,
asupan Os selama 3 hari intervensi mengalami peningkatan. Os dan keluarga
menanggapi edukasi gizi yang diberikan dengan antusias dan memahaminya.
62

V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Praktek kerja lapang (PKL) di Rumah Sakit Umum Daerah Cibinong telah
memberikan pengalaman bekerja secara nyata, serta membekali wawasan
profesional kepada mahasiswa dalam melakukan assesment gizi pasien,
merumuskan masalah gizi pada pasien, mampu merencanakan, menyusun dan
mengevaluasi penatalaksanaan diet pada pasien, serta mahasiswa berusaha untuk
meningkatkan atau mempertahankan status gizi pasien.

5.2. Saran

Mahasiswa sebaiknya meningkatkan lagi koordinasi dan komunikasi


dengan ahli gizi terkait intervensi yang diberikan kepada Os, dan lebih
meningkatkan kreativitas dalam memodifikasi menu yang dapat dimodifikasi.
Sebaiknya makanan yang telah diporsikan untuk Os dan makanan sisa Os juga
didokumentasikan secara lengkap untuk mempermudah dalam pengerjaan
laporan. Mahasiswa juga diharapkan untuk meningkatkan koordinasi dengan
dosen pembimbing PKL terutama setelah kegiatan PKL selesai untuk tetap
mengonsultasikan laporan yang dikerjakan.
63

DAFTAR PUSTAKA

Alhamda S, Sriani Y. 2015. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Yogyakarta


(ID): Deepublish.
Almatsier S. 2011. Penuntun Diet Edisi Baru. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka
Utama.
Baradero M, Dayrit MW, Siswadi Y. 2009. Seri Asuhan Keperawatan: Klien
Gangguan Ginjal. Jakarta (ID): Penerbit EGC.
[CDC] Centers for Diseases Control and Prevention. 2002. 2000 CDC Growth
Charts for the United States: Methods and Development. Washington (US):
National Center for Health Statistics.
[DEPKES] Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2009.Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 374/MENKES/SK/III/2007 tentang
Standar Profesi Gizi. Jakarta (ID): Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
Devicaesaria A. 2014. Hipertensi krisis. Medicinus. 27 (3): 9 – 17.
Djojodibroto RD. 2009. Respirologi. Jakarta (ID): Penerbit EGC.
Drugs.com. 2017. Prescription Drug Information, Interaction, and Side Effect.
[terhubung berkala]. http://www.drugs.com.
Escott-Stump S. 2012. Nutrition and Diagnosis-Related Care. Baltimore (US):
Lippincott Williams & Wilkins.
Geavlete PA. 2015. Endoscopic Diagnosis and Treatment in Urethral Pathology.
California (US): Elsevier Academic Press.
Hartriyanti Y, Triyanti. 2007. Penilaian Status Gizi dalam Gizi dan
Kesehatan Masyarakat. Jakarta (ID): PT Raja Grafindo Persada.
Hess B. 2006. Acid-base metabolism: implications for kidney stones formation.
Journal of Urological Research. 34 (1): 134.
Hurst M. 2008. Hurst Reviews: Pathophysiology Review. Mississippi (US):
McGraw-Hill.
Juwono T. 2014. Pemeriksaan Klinik Neurologi dalam Praktik, Edisi 2. Jakarta
(ID): EGC.
Kamuh SSP, Mongan AE, Memah MF. 2015. Gambaran nilai hematokrit dan laju
endap darah pada anak dengan infeksi virus dengue di Manado. Jurnal e-
Biomedik. 3 (3): 738 – 742.
[KEMENKES RI] Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1995/MENKES/SK/XII/2010 tentang Standar Antropometri Penilaian
Status Gizi Anak. Jakarta (ID) : Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia.
_______. 2013. Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit. Jakarta (ID): Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia.
Mason RJ, Broaddus VC, Martin TR, King TE, Schraufnagel D, Murray JF, Nadel
JA. 2010. Murray and Nadel’s Textbook of Respiratory Medicine.
Philadelphia (US): Elsevier Inc.
MIMS. 2017. MIMS Drug information system. [terhubung berkala]
http://www.mims.com.
64

Nelms MN, Sucher KP, Lacey K, Roth SL. 2010. Nutrition Therapy and
Pathophysiology. Wadsworth (US): Cengage Learning.
Price SA, Wilson LM. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses Penyakit.
Jakarta (ID): Penerbit EGC.
Radityamurti F, Rodjani A. 2009. Hubungan Kadar Hemoglobin dengan Kadar
Kreatinin Darah pada Pasien dengan Obstruksi Batu Ureter Bilateral.
Jakarta (ID): Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Reynolds TM. Chemical pathology clinical investigation and management of
nephrolithiasis. J Clin Pathol. 58 (1): 134.
Rhoney D, Peacock WF. 2009. Intravenous therapy for hypertensive emergencies
part 1. Health Syst Pharm. 66 (1) : 1687.
Sumardjo D. 2009. Pengantar Kimia Kedokteran. Jakarta (ID): Penerbit EGC.
Supariasa IGN. 2001. Penilaian Status Gizi. Jakarta (ID): Penerbit EGC.
Surjanto E, Sutanto YS, Aphridasari J, Leonardo. 2014. Penyebab efusi pleura
pada pasien rawat inap di rumah sakit. Jurnal Respirasi Indonesia. 34 (2):
102 – 108.
Skinner CG et al. 2010. Melamine Toxicity. J Med Toxicol. 6 (1): 50.
Sumardjo D. 2009. Pengantar Kimia Kedokteran. Jakarta (ID): Penerbit EGC.
Varon J, Marik PE. 2003. Clinical review: the management of hypertensive crises.
Critical Care Journals.
[WHO]. World Health Organization. 2004. The world health report. [Internet].
[diunduh pada tanggal 31 Maret 2017]. Tersedia pada
http://www.who.int./whr/2010/en/index.html.
[WNPG]. Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi. 2012. Pemantapan Ketahanan
Pangan dan Perbaikan Gizi Berbasis Kemandirian dan Kearifan Lokal.
Jakarta (ID): LIPI.
65

LAMPIRAN

Kasus Bedah

Gambar 11 Menu makan siang Tn. J hari ke-2 pasca-bedah

Tabel 54 Perhitungan asupan makan pra-bedah Tn. J


Kandungan Zat Gizi
Waktu Makan Bahan Makanan SP
Energi P L KH Na Cairan
Pagi nasi 1.5 263 6 0 60 7.5 85.50
telur 0.5 38 3.5 2.5 0 39.5 18.50
tempe 1 75 5 3 7 0 32
minyak 1 50 0 5 0 0.35 0
Garam bumbu - 0 0 0 0 193.79 0
timun 0.1 0 0 0 0 0.5 9.61
Sub total pagi 425 14.5 10.5 67 241.64 145.61
Selingan 1 tepung terigu 0.5 88 2 0 20 0.5 3
gula 1 50 0 0 12 0 0.70
margarin 0.5 25 0 2.5 0 24.675 0.39
telur 0.25 19 1.8 1.3 0 20.54 9.62
Sub total selingan 1 181 3.8 3.8 32 45.715 13.71
Siang nasi 1.5 263 6 0 60 7.5 85.50
kakap 1 50 7 2 0 40 27.76
jamur 0.25 0 0 0 0 0 23.45
wortel 0.5 13 0.5 0 2.5 35 44.10
buncis 0.5 13 0.5 0 2.5 9 44.45
tempe 1 75 5 3 7 0 32
tepung terigu 0.5 88 2 0 20 0.5 3
melon 0.75 38 0 0 9 4.8 1044
Garam bumbu - 0 0 0 0 290.685 0
66

Tabel 54 Perhitungan asupan makan pra-bedah Tn. J (lanjutan)


Kandungan Zat Gizi
Waktu Makan Bahan Makanan SP
Energi P L KH Na Cairan
minyak 1 50 0 5 0 0.35 0
Sub total makan siang 588 21 10 101 387.835 364.30
Selingan 2 tepung terigu 0 88 2 0 20 1 6
gula 0 50 0 0 12 0 5.40
sosis 0 15 0.7 0.5 0 50 1.88
tomat 0 0 0 0 0 0.8 18.80
Sub total selingan 2 0 0 0 0 0 0
Makan Malam nasi 1.25 219 5 0 50 6.25 71.25
ayam 0.75 38 5.3 1.5 0 35 19.57
tepung terigu 0.25 44 1 0 10 0.26 1.56
telur 0.25 19 1.8 1.3 0 20.54 9.62
tahu 1 75 5 3 7 13.2 93.28
kecap 2 0.3 0.1 0.5 200 3.15
wortel 0.5 13 0.5 0 2.5 35 44.10
buncis 0.5 13 0.5 0 2.5 9 44.45
minyak 1 50 0 5 0 0.35 0
pepaya 1 50 0 0 12 4.4 95.37
Garam bumbu - 0 0 0 0 193.79 0
Sub total makan malam 521 19.3 10.8 84.5 517.79 382.35
Air (+ infus 500 ml) 1700
Total 1715 58.5 35.1 284.5 1192.98 2605
Kebutuhan 1796 57 39.9 302.2 1200 2500
%Asupan 95.5 102.7 87.9 94.1 99.4 104.2

Tabel 55 Perhitungan asupan makan pasca-bedah hari ke-1 Tn. J


Bahan Kandungan Zat Gizi
Waktu Makan SP
Makanan Energi P L KH Na Cairan
Sore bubur (beras) 0.75 131.25 3 0 30 15 171
ayam 1.5 75 10.5 3 0 60 33.54
tepung terigu 0.5 87.5 2 0 20 0.5 3
tempe 1.5 112.5 7.5 4.5 10.5 0 44.8
melon 0.75 37.5 0 0 9 4.8 104.04
makaroni 0.25 43.75 1 0 10 0.75 2.93
wortel 0.5 12.5 0.5 0 2.5 35 44.1
buncis 0.5 12.5 0.5 0 2.5 9 44.45
minyak 1 50 0 5 0 0.35 0
Garam bumbu 0 0 0 0 0 193.79 0
Subtotal sore 562.5 25 12.5 84.5 319.19 447.86
Pagi nasi 2 350 8 0 80 10 114
telur 0.5 37.5 3.5 2.5 0 39.5 18.5
67

Tabel 55 Perhitungan asupan makan pasca-bedah hari ke-1 Tn. J (lanjutan)


Bahan Kandungan Zat Gizi
Waktu Makan SP
Makanan Energi P L KH Na Cairan
timun 0.1 0 0 0 0 0.5 9.61
minyak 1 50 0 5 0 0.35 0
bakso 0.25 18.75 1.75 1.25 0 350 29.26
193.7
Garam bumbu 0 0 0 0 0 9 0
13.2 594.1
Subtotal pagi
456.25 5 8.75 80 4 171.37
tepung
Selingan 1 hunkwe 0.5 87.5 2 0 20 0 1
Gula 1 50 0 0 12 0 0
santan 0.125 6.25 0 0.63 0 0,2 2,75
Sub total selingan 1 143.75 2 0.63 32 0.2 3.75
Siang Nasi 1.5 262.5 6 0 60 7.5 85.5
wortel 1 25 1 0 5 52.5 66.15
Tahu 0 0 0 0 0 0 0
daging sapi 0 0 0 0 0 0 0
tepung terigu 0 0 0 0 0 0 0
telur 0 0 0 0 0 0 0
minyak 0 0 0 0 0 0 0
semangka 0.75 37.5 0 0 9 5 115.13
Susu uht 1 90 4 4 11 0 125
Garam bumbu 0 0 0 0 0 96.9 0
Sub total siang 415 11 4 85 161.9 391.78
Selingan 2 tepung beras 0.5 87.5 2 0 20 1.25 3
gula merah 1 50 0 0 12 3.12 1.3
Subtotal selingan 2 137.5 2 0 32 4.37 4.3
Makanan luar
RS nasi 1.5 262.5 6 0 60 7.5 85.5
daging sapi 1 75 7 5 0 32.55 23.1
santan 0.2 10 0 1 0 0.32 4.39
garam 193.7
(bumbu) 0.5 0 0 0 0 9 0
1
Roti sobek potong 200 4.50 7 30 115 20
3
Wafer keping 140 1 9 14 35 0
384.1
Sub total makan malam
687.5 18.5 22 104 6 132.99
1079. 1019.0
Total Ketersediaan 1 hari tanpa MLRS
1715 53.2 25.9 313.5 8 5
Kebutuhan per hari 2234 85.5 49.6 361.3 1200 2000
Tingkat ketersediaan 1 hari 76.77 62.3 52.2 86.77 89.98 50.95
1463. 1019.0
Total makanan RS
2402.5 71.7 47.9 417.5 96 5
Total makanan Luar RS 687.5 18.5 22 104 384.1 132.99
68

6
Total Asupan 3090 90.2 69.8 521.5 1848 2652
Kebutuhan per hari 2234 85.5 49.6 361.3 1200 2000
% Makanan RS 107.5 83.9 96.5 115.6 122 51
% Makanan LRS 30.8 21.6 44.4 28.8 32 6.6
105. 140.
% Asupan total
138.3 6 9 144.3 154 132.6

Tabel 56 Perhitungan asupan makan pasca-bedah hari ke-2 Tn. J


Kandungan Zat Gizi
Waktu Makan Bahan Makanan SP
Energi P L KH Na Air
Sore nasi 1.5 262.5 6 0 60 7.5 85.5
telur 1 75 7 5 0 79 37
tempe 1 75 5 3 7 0 32
tepung terigu 0.25 43.75 1 0 10 0.26 1.56
wortel 1 25 1 0 5 70 88.2
garam (bumbu) 0 0 0 0 0 193.79 0
minyak 1 50 0 5 0 0.35 0
pepaya 1 50 0 0 12 4.4 95.37
Susu uht 1 90 4 4 11 0 125
Subtotal sore 671.25 24 17 105 355.3 464.63
Pagi nasi 1.5 262.5 6 0 60 7.5 85.5
telur 0.5 37.5 3.5 2.5 0 39.5 18.5
tempe 1 75 5 3 7 0 32
minyak 1 50 0 5 0 0.35 0
garam bumbu 0 0 0 0 0 193.79 0
timun 0.1 0 0 0 0 0.5 9.61
Subtotal Pagi 425 14.5 10.5 67 241.64 145.61
Selingan 1 tepung beras 0.5 87.5 2 0 20 1.25 3
gula merah 1 50 0 0 12 3.12 1.3
Subtotal selingan 1 137.5 2 0 32 4.37 4.3
Siang nasi 1.5 262.5 6 0 60 7.5 99.75
ayam 1 50 7 2 0 40 27.95
tepung terigu 0.25 43.75 1 0 10 0.26 21
Tahu 1 75 5 3 7 13.2 63.6
wortel 0.1 2.5 0.1 0 0.5 7 22.05
wortel 0.5 12.5 0.5 0 2.5 35 22.05
buncis 0.5 12.5 0.5 0 2.5 9 22.225
bakso 0.25 18.75 1.75 1.25 0 250 62.7
minyak 1 50 0 5 0 0.35 0
garam bumbu 0 0 0 0 0 193.79 0
melon 0.75 37.5 0 0 9 4.8 43.35
Subtotal siang 565 21.85 11.25 91.5 560.9 384.675
69

Tabel 56 Perhitungan asupan makan pasca-bedah hari ke-2 Tn. J (lanjutan)


Total 1798.75 62.35 38.75 295.5 1162.21 2499
Kebutuhan 2234 85.5 49.6 361.3 1200 2000
%Asupan 80.5 72.9 78.1 81.8 96.9 124.9
70

Kasus Penyakit Dalam

Gambar 12 Sisa makan pagi H2 Tn. H Gambar 13 Menu makan siang H2 Tn. H

Gambar 14 Menu makan siang H3 Gambar 15 Sisa makan siang H3 Tn. H


Tn. H

Gambar 16 Sisa makan sore H3 Gambar 17 Selingan bubur sum-sum


Tn. H dengan campuran gula
diabetes
71

Tabel 57 Perhitungan asupan makan Tn. H hari ke-1


Waktu Zat Gizi
Bahan Berat Sp
Makan E P L Kh Na
Pagi Bubur 200 0.5 87.5 2 0 20 10
Ayam 20 0.5 25 3.5 1 0 20
Cakwe (terigu) 25 0.5 87.5 2 0 20 1.25
Minyak kuah 5 1 50 0 5 0 0.35
Garam 0.2 0 0 0 0 0 77.5
subtotal pagi 250 7.5 6 40 109.1
Selingan 1 Tepung terigu 25 0.5 87.5 2 0 20 0.5
Gula 13 1 50 0 0 12 0
Margarin 2.5 0.5 25 0 2.5 0 24.6
Telur 13 0.25 18.75 1.75 1.25 0 20.5
subtotal selingan 1 181.25 3.75 3.75 32 45.7
Siang Bubur 300 0.75 131.2 3 0 30 15
Tempe 50 1 75 5 3 7 0
Kecap 5 2.3 0.28 0.06 0.45 200
Minyak 7 1.5 75 0 7.5 0 0.49
Ayam 40 1 50 7 2 0 40
Wortel 50 0.5 12.5 0.5 0 2.5 35
Buncis 50 0.5 12.5 0.5 0 2.5 9
Susu uht 125 1 90 4 2.5 14 37.5
Garam 0.3 0 0 0 0 0 116.27
Semangka 140 0.75 37.5 0 0 9 5.6
subtotal siang 486 20.28 15.06 65.45 458.86
Selingan 2 Tepung beras 75 1.5 262.5 6 0 60 3.75
Gula diabetes 5 2 10 0 0 4 0
Susu uht 125 1 90 4 2.5 14 30
subtotal selingan 2 362.5 10 2.5 78 33.75
Sore Bubur 300 0.75 131.25 3 0 30 15
Telur 50 1 75 7 5 0 79
Tahu 50 0.5 37.5 2.5 1.5 3.5 6
Telur 38 0.75 56.25 5.25 3.75 0 118.5
Ayam 40 1 50 7 2 0 40
Toge 50 0.5 12.5 0.5 0 2.5 0
Minyak kuah 7 1.5 75 0 7.5 0 0.49
Garam 0.5 0 0 0 0 0 193.79
Susu uht 125 1 90 4 2.5 14 30
Melon 140 0.75 37.5 0 0 9 5.6
Subtotal sore 565 29.25 22.25 59 488.38
Total 1845 70.78 49.56 274.4 1135.8
Kebutuhan (90%) 1920.6 86.4 53.37 273.6 1200
72

Tabel 57 Perhitungan asupan makan Tn. H hari ke-1 (lanjutan)


Waktu Zat Gizi
Bahan Berat Sp
Makan E P L Kh Na
%Asupan (90%) 96.1 81.9 92.9 100.3 94.7

Tabel 58 Perhitungan asupan makan Tn. H hari ke-2


Waktu Zat Gizi
Bahan Berat Sp
Makan E P L Kh Na
Pagi Bubur 280 0.7 122.5 2.8 0 28 14
Ayam 20 0.5 25 3.5 1 0 20
Cakwe (terigu) 35 0.75 131.25 3 0 30 1.75
Minyak kuah 5 1 50 0 5 0 0.35
Garam 0.2 0 0 0 0 0 77.5
subtotal pagi 328.75 9.3 6 58 113.6
Selingan 1 Tepung beras 50 1 175 4 0 40 1
Gula diabetes 5 2 10 0 0 4 0
Susu uht 125 1 90 4 2.5 14 30
subtotal selingan 1 275 8 2.5 58 31
Siang Bubur 300 0.75 131.25 3 0 30 15
Tempe 60 1.2 90 6 3.6 8.4 0
Wortel 20 0.2 5 0.2 0 1 14
Minyak 7.5 1.5 75 0 7.5 0 0.525
Ikan kakap 40 1 50 7 2 0 24.8
Tepung terigu 13 0.25 43.75 1 0 10 2
Wortel 30 0.3 7.5 0.3 0 1.5 21
Jagung muda 20 0.2 5 0.2 0 1 1.8
Buncis 30 0.3 7.5 0.3 0 1.5 5.4
Susu uht 125 1 90 4 2.5 14 30
Garam 0.3 0 0 0 0 0 116.274
Semangka 140 0.75 37.5 0 0 9 5.6
subtotal siang 542.5 22 15.6 76.4 236.399
Selingan 2 Tepung hunkwe 10 0.5 87.5 2 0 20 0.6
Gula pasir 13 1 50 0 0 12 0
Santan 5 0.125 6.25 0 0.625 0 30
subtotal selingan 2 143.75 2 0.625 32 30.6
sore bubur 300 0.75 131.25 3 0 30 15
daging sapi 50 1 75 7 5 0 46.5
tahu 50 0.5 37.5 2.5 1.5 3.5 6
tepung terigu 10 0.1 17.5 0.4 0 4 0.5
telur 38 0.75 56.25 5.25 3.75 0 118.5
wortel 30 0.3 7.5 0.3 0 1.5 21
73

Tabel 58 Perhitungan asupan makan Tn. H hari ke-2 (lanjutan)


Waktu Zat Gizi
Bahan Berat Sp
Makan E P L Kh Na
Kacang merah 20 1 75 5 3 7 3.8
Buncis 30 0.3 7.5 0.3 0 1.5 5.4
Garam 0.5 0 0 0 0 0 193.79
Susu uht 125 1 90 4 2.5 14 30
Minyak 10 2 90 4 2.5 14 30
Melon 140 0.75 37.5 0 0 9 5.6
subtotal sore 625 31.75 18.25 84.5 476.09
total 1915 73.05 42.975 308.9 887.705
Kebutuhan (90%) 1920.6 86.4 53.37 273.6 1200
%Asupan (90%) 99.7 84.5 80.5 112.9 74.0

Tabel 59 Perhitungan asupan makan Tn. H hari ke-3


Waktu Zat Gizi
Bahan Berat Sp
Makan E P L Kh Na
Pagi Bubur 300 0.75 131.25 3 0 30 15
Ayam 30 0.75 37.5 5.25 1.5 0 30
Cakwe (terigu) 25 0.5 87.5 2 0 20 1.25
Minyak kuah 5 1.5 75 0 7.5 0 0.35
Garam 0.2 0 0 0 0 0 77.516
subtotal pagi 331.25 10.25 9 50 124.116
Selingan 1 Tepung 25 0.5 87.5 2 0 20 0.5
Gula 13 1 50 0 0 12 0
Margarin 2.5 0.5 25 0 2.5 0 24.675
Telur 13 0.25 18.75 1.75 1.25 0 20.54
subtotal selingan 1 181.25 3.75 3.75 32 45.715
Siang Bubur 200 0.5 87.5 2 0 20 10
Ayam 50 1 50 7 2 0 50
Tepung terigu 10 0.2 17.5 0.4 0 4 0.5
Telur 25 0.5 37.5 3.5 2.5 0 39.5
Wortel 0 0 0 0 0 0 0
Tepung terigu 35 1 175 4 0 40 1.75
Jagung manis 20 0.2 35 0.8 0 8 1
Telur 30 0.3 22.5 2.1 1.5 0 47.4
Wortel 0 0 0 0 0 0 0
Buncis 0 0 0 0 0 0 0
Susu uht 125 1 90 4 2.5 14 37.5
Minyak 5 1 50 0 5 0 0.35
Semangka 140 1 50 0 0 12 5.6
74

Tabel 59 Perhitungan asupan makan Tn. H hari ke-3 (lanjutan)


Waktu Zat Gizi
Bahan Berat Sp
makan E P L Kh Na
subtotal siang 615 23.8 13.5 98 193.6
Selingan 2 Tepung beras 50 1 175 4 0 40 2.5
Gula diabetes 5 2 10 0 0 4 0
Susu uht 125 1 90 4 2.5 14 30
subtotal selingan 2 275 8 2.5 58 32.5
Sore Nasi 100 1 175 4 0 40 5
Telur 60 1.2 90 8.4 6 0 94.8
Tempe 30 0.6 45 3 1.8 4.2 3.6
Wortel 0 0 0 0 0 0 0
Buncis 0 0 0 0 0 0 0
Minyak kuah 5 1 50 0 5 0 0.35
Garam 0.2 0 0 0 0 0 77.516
Susu uht 125 1 90 4 2.5 14 30
Melon 140 1 50 0 0 12 5.6
subtotal sore 500 19.4 15.3 70.2 216.866
total 1902.5 65.2 44.05 308.2 612.797
Kebutuhan (90%) 1920.6 86.4 53.57 273.6 1200
%Asupan (90%) 99.1 75.5 82.2 112.6 51.1
75

Kasus Anak

Gambar 18 Menu makan sore H1 Gambar 19 Sisa makan sore H1 An. F


An. F

Gambar 20 Menu makan pagi H2 Gambar 21 Sisa makan pagi H2 An. F


An. F

Gambar 22 Menu makan siang H2 Gambar 23 Sisa makan siang H2


An. F An. F

Gambar 24 Menu makan sore H2 Gambar 25 Menu selingan 2 H2 An. F


An. F
76

Gambar 26 Menu makan pagi H3 Gambar 27 Menu makan siang H3 An. F


An. F

Gambar 28 Menu makan sore H3 Gambar 29 Sisa makan sore MRS An. F
An. F

Gambar 30 Media poster PGS Gambar 31 Kegiatan edukasi gizi


77

Tabel 60 Perhitungan asupan makan An. F hari ke-1


Waktu Zat Gizi
Bahan Berat Sp
makan E P L Kh
Pagi Bubur 300 0.75 131.25 3 0 30
Ayam 20 0.5 25 3.5 1 0
Cakwe (terigu) 35 0.75 131.25 3 0 30
Minyak kuah 5 1 50 0 5 0
subtotal pagi 337.5 9.5 6 60
Selingan 1 Biskuit 0 0 0 0 0 0
Susu 0 0 0 0 0 0
subtotal selingan 1 0 0 0 0
Siang Nasi tim 100 0.25 43.75 1 0 10
Makaroni 25 0.5 37.5 3.5 2.5 0
Telur 25 0.5 87.5 2 0 20
Tepung terigu 15 0.25 43.75 1 0 10
Tempe 25 0.5 37.5 2.5 1.5 3.5
Wortel 20 0.2 5 0.2 0 1
Labu siam 20 0.2 5 0.2 0 1
Minyak 6 1.25 62.5 0 6.25 0
Semangka 90 0.5 25 0 0 6
subtotal siang 347.5 10.4 10.25 51.5
Selingan 2 Makaroni 5 0.25 43.75 1 0 10
Margarin 2.5 0.5 25 0 2.5 0
Tepung terigu 8 0.125 21.875 0.5 0 5
Telur 8 0.125 9.375 0.875 0.625 0
subtotal selingan 2 100 2.375 3.125 15
Sore Nasi tim 100 0.5 87.5 2 0 20
Ayam 0 0 0 0 0 0
Tahu 25 0.25 18.75 1.25 0.75 1.75
Wortel 10 0.1 2.5 0.1 0 0.5
Kacang merah 0 0 0 0 0 0
Buncis 10 0.1 2.5 0.1 0 0.5
Susu uht 125 1 90 4 2.5 14
Minyak 6 1.25 62.5 0 6.25 0
Melon 0 0 0 0 0 0
subtotal sore 263.75 7.45 9.5 36.75
Selingan 3 Susu 0 0 0 0 0 0
Biskuit 0 0 0 0 0 0
subtotal sore 0 0 0 0
Total 1048.75 29.725 28.875 163.25
Kebutuhan (80%) 2009 75.3 55.8 301.3
% Asupan (80%) 52.2 39.6 51.6 54.2
78

Tabel 61 Perhitungan asupan makan An. F hari ke-2


Waktu Zat Gizi
Bahan Berat Sp
makan E P L Kh
Pagi Bubur 300 0.75 131.25 3 0 30
Ayam 10 0.25 12.5 1.75 0.5 0
Cakwe (terigu) 10 0.2 35 0.8 0 8
Minyak kuah 0 0 0 0 0 0
Subtotal pagi 178.75 5.55 0.5 38
Selingan 1 Biskuit 0 0 0 0 0 0
Susu 0 0 0 0 0 0
Subtotal selingan 1 0 0 0 0
Siang Nasi tim 180 0.9 157.5 3.6 0 36
Kakap 25 0.5 37.5 3.5 2.5 0
Telur 25 0.5 87.5 2 0 20
Tepung terigu 15 0.25 43.75 1 0 10
Tempe 40 1 75 5 3 7
Terigu 25 0.5 87.5 2 0 20
Telur 15 0.25 18.75 1.75 1.25 0
Wortel 0 0 0 0 0 0
Jamur 25 0.25 6.25 0.25 0 1.25
Tomat 0 0 0 0 0 0
Minyak 6 1.25 62.5 0 6.25 0
Apel 0 0 0 0 0 0
Subtotal siang 576.25 19.1 13 94.25
Selingan 2 Makaroni 10 0.5 87.5 2 0 20
Margarin 5 1 50 0 5 0
Tepung terigu 15 0.25 43.75 1 0 10
Telur 15 0.25 18.75 1.75 1.25 0
Subtotal selingan 2 200 4.75 6.25 30
Sore Nasi tim 180 0.9 157.5 3.6 0 36
Ayam 60 1.5 75 10.5 3 0
Tahu 50 0.5 37.5 2.5 1.5 3.5
Wortel 25 0.25 6.25 0.25 0 1.25
Buncis 25 0.25 6.25 0.25 0 1.25
Minyak 6 1.25 62.5 0 6.25 0
Pisang 0 0 0 0 0 0
Subtotal sore 345 17.1 10.75 42
Luar RS Biskuit abon 3 270 6 9 39
Selingan 3 Susu 0 0 0 0 0 0
Biskuit 70 1 120 5 2.5 14
Subtotal selingan 3 120 5 2.5 14
Total makanan RS 1420 51.5 33 218.25
79

Tabel 61 Perhitungan asupan makan An. F hari ke-2 (lanjutan)


Total (RS + Luar RS) 1690 57.5 42 257.25
% Makanan RS 70.7 68.4 62.8 72.4
% Makanan LRS 13.4 8 16.1 12.9
Kebutuhan (80%) 2009 75.3 55.8 301.3
% Asupan (80%) 84.1 76.4 75.3 85.4

Tabel 62 Perhitungan asupan makan An. F hari ke-3


Waktu Zat Gizi
Bahan Berat Sp
makan E P L Kh
Pagi Bubur 300 0.75 131.25 3 0 30
Ayam 20 0.5 25 3.5 1 0
Cakwe (terigu) 35 0.75 131.25 3 0 30
Minyak kuah 5 1 50 0 5 0
Subtotal pagi 337.5 9.5 6 60
Selingan 1 Biskuit 70 0.5 60 2.5 1.25 7
Susu 125 1 90 4 2.5 14
Subtotal selingan 1 150 6.5 3.75 21
Siang Nasi tim 180 0.9 157.5 3.6 0 36
Telur 25 0.5 25 3.5 1 0
Ayam 25 0.5 87.5 2 0 20
Tepung terigu 15 0.25 43.75 1 0 10
Tahu 50 0.5 37.5 2.5 1.5 3.5
Telur 25 0.5 37.5 3.5 2.5 0
Tepung terigu 25 0.5 87.5 2 0 20
Oyong 0 0 0 0 0 0
Wortel 0 0 0 0 0 0
Soun 25 0.5 87.5 2 0 20
Minyak 6 1.25 62.5 0 6.25 0
Lengkeng 0 0 0 0 0 0
Subtotal siang 626.25 20.1 11.25 109.5
Selingan 2 Kacang hijau 10 0.5 37.5 2.5 1.5 3.5
Santan 10 0.25 12.5 0 1.25 0
Gula merah 13 1 50 0 0 12
Subtotal selingan 2 100 2.5 2.75 15.5
Sore Nasi tim 180 0.9 157.5 3.6 0 36
Ayam 60 1.5 75 10.5 3 0
Tempe 25 0.5 37.5 2.5 1.5 3.5
Wortel 30 0.3 7.5 0.3 0 1.5
Makaroni 20 1 75 5 3 7
Buncis 30 0.3 7.5 0.3 0 1.5
Minyak 6 1.25 62.5 0 6.25 0
80

Tabel 62 Perhitungan asupan makan An. F hari ke-3 (lanjutan)


Waktu Zat Gizi
Bahan Berat Sp
makan E P L Kh
Pir 0 0 0 0 0 0
Subtotal sore 422.5 22.2 13.75 49.5
Selingan 3 Susu 0 0 0 0 0 0
Biskuit 70 1 120 5 2.5 14
Subtotal selingan 3 120 5 2.5 14
Total 1756.25 65.8 40 269.5
Kebutuhan (80%) 2009 75.3 55.8 301.3
% Asupan (80%) 87.4 87.4 71.7 89.5

Anda mungkin juga menyukai