Anda di halaman 1dari 4

PANDUAN ASUHAN GIZI (PAG)

HIPEREMESIS GRAVIDARUM
1. Pengertian
Mioma Uteri adalah suatu tumor jinak pada rahim yang berasal
dari otot rahim. Tumor ini letaknya pada alat reproduksi wanita.
Jumlah penderita belum diketahui secara akurat karena banyak
yang tidak merasakan keluhan sehingga tidak segera
memeriksakannya ke dokter, namun diperkirakan sekitar 20-
30% terjadi pada wanita berusia di atas 35 tahun.

Asal mulanya penyakit mioma uteri berasal dari otot polos


rahim. Beberapa teori menyebutkan pertumbuhan tumor ini
disebabkan rangsangan hormon estrogen. Pada jaringan mioma
jumlah reseptor estrogen lebih tinggi dibandingkan jaringan otot
kandungan (miometrium) sekitarnya sehingga mioma uteri ini
sering kali tumbuh lebih cepat pada kehamilan (membesar pada
usia reproduksi) dan biasanya berkurang ukurannya sesudah
menopause (mengecil pada pascamenopause)

Berdasarkan lokasinya mioma uteri dibagi dalam tiga jenis:


1.Pertumbuhan tetap di dalam dinding rahim.
2.Pertumbuhan ke arah rongga rahim.
3.Pertumbuhan ke arah permukaan dinding rahim.
Sering kali tumor jinak rahim ke arah rongga ini membesar dan
bertumbuh keluar dari mulut rahim. Tumor yang ada dalam
rahim dapat tumbuh lebih dari satu, teraba seperti kenyal,
bentuknya bulat dan berbenjol-benjol sesuai ukuran tumor.
Beratnya bervariasi, mulai dari beberapa gram saja, namun bisa
juga mencapai 5 kilogram atau lebih.

2. Etiologi
Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti.
Frekuensi kejadian adalah 3,5 per 1000 kehamilan. Faktor-faktor
predisposisi yang dikemukakan : ( Rustan Mochtar, 1998 )
1. Faktor Organik,
Yaitu karena masuknya vili khoriales dalam sirkulasi maternal
dan perubahan metabolik akibat kehamilan serta resistensi yang
menurun dari pihak ibu terhadap perubahan-perubahan ini serta
adanya alergi, yaitu merupakan salah satu respon dari jaringan
ibu terhadap janin.
2. Faktor Psikologik.
Faktor ini memegang peranan penting pada penyakit ini. Rumah
tangga yang retak, kehilangan pekerjaan, takut terhadap
kehamilan dan persalinan, takut terhadap tanggungan sebagai
ibu, dapat menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat
mual dan muntah sebagai ekspresi tidak sadar terhadap
keengganan menjadi hamil atau sebagai pelarian kesukaran
hidup.
3. Faktor Endokrin
Hipertiroid, diabetes, peningkatan kadar HCG dan lain-lain.

3. Asesmen/Pengkajian Melanjutkan hasil Skrining perawat.


Antropometri Mengkaji data berat badan, tinggi badan, indeks massa tubuh.
Asesmen/Pengkajian Biokimia Darah rutin
Hb
Lekosit
Hematokrit
Trombosit
MCH
MCHC
LED
Eusinofil
Neutrophile stab
Neutrophile segmen
Lymphosyte
Monosyte
Gula Darah Sewaktu
HemostasisMasa Pendarahan
Masa Pembekuan
Ureum
Creatinine
Asam urat

Asesmen/Pengkajian Tekanan darah, Respirasi, suhu, KU


Klinis/Fisik

Asesmen/Pengkajian Riwayat Riwayat alergi makanan, pola kebiasaan makan, bentuk


Makan makanan, rata-rata asupan sebelum masuk RS, dll.

Asesmen /Pengkajian Riwayat Riwayat sosial ekonomi, budaya, riwayat penyakit saat ini dan
penyakit keluarga, riwayat penggunaan suplemen makanan,
Personal status kesehatan mental serta status kognitif
Perubahan nilai laboratorium yang disebabkan karena adanya
gangguan fungsi organ tubuh lain yaitu rahim yang ditandai
dengan adanya myom pada urterus.
4. Diagnosis Gizi (Masalah Gizi)
Kurangnya kemampuan memonitoring diri sendiri yang
disebabkan karena kurannya pengetahuan mengenai masalah-
masalah gizi yang ditandai dengan kebiasaan makan yang salah

4. Intervensi Gizi (Terapi Gizi)


a. Perencanaan 1. Jenis diet
Diet Rendah Garam (RG) dan diet TKTP
2. Bentuk diit makanan
Lunak
3. Tujuan diet
Memberikan makanan yang adekuat untuk :
a. Membantu menghilngkan retensi garam atau air dalam jaringan
tubuh.
b. Membantu menurunkan tekanan darah.
c. Membantu meningkatkan berat badan hingga mencapai status
gizi normal.
d. Memenuhi kebutuhan protein untuk mencegah dan mengurangi
kerusakan jaringan tubuh.
4. Syarat diet
a. Memberikan Energi sesuai dengan kebutuhan.
b. Protein sebesar 17% dari kebutuhan energi.
c. Lemak sebesar 18% dari total kebutuhan energi.
d. Karbohidrat sebesar 65% dari total kebutuhan energi.
b. Implementasi e. Vitamin dan mineral diberikan cukup sesuai kebutuhan.
f. Bentuk makanan sesuai dengan keadaan pasien.
g. Buah dan sayuran yang bergas tidak diberikan.
h. Porsi kecil dan sering

Pemberian edukasi dan konseling gizi kepada pasien, keluarga


pasien dan penunggu pasien (Care Giver) mengenai diet baik
jumlah, jadwal dan jenis makanan yang dianjurkan

Koordinasi pelayanan gizi dengan tenaga kesehatan lain yaitu


dengan dokter, perawat, apoteker, dan tenaga kesehatan lain
terkait asuhan pasien
c. Edukasi dan Konseling Gizi

d. Koordinasi dengan tenaga


kesehatan lain
a. Status Gizi berdasarkan antropometri
5. Monitoring dan Evaluasi b. Pemeriksaan fisik /klinis
c. Pemeriksaan biokimia
d. Asupan Makanan sesuai dengan kebutuhan gizi pasien

Kontrol ulang untuk konseling gizi melihat keberhasilan


6. Re Asesmen (Kontrol kembali)
intervensi (terapi gizi) dan kepatuhan diet setelah pulang dari
rumah sakit
1. Asupan makan 80% dari kebutuhan
7. Indikator/Outcome
2. Status Gizi berdasarkan antropometri Berat badan, IMT
3. PeningkatanPengetahuan dan kepatuhan diet

1. Almatsier, S. 2004. Penuntun Diet: Jakarta PT. Gramedia


8. Kepustakaan Pustaka Utama
2. Pedoman Asuhan Gizi Terstandar (PAGT)

Anda mungkin juga menyukai