Anda di halaman 1dari 22

HALAMAN PERSETUJUAN

LAPORAN KONSELING GIZI PADA PASIEN


DI RUMAH SAKIT MITRA SEJATI MEDAN

NAMA : RUSMANI TAMBUNAN


NIM : PO1031219199

Telah diperiksa dan disetujui pada tanggal :

…………………………………………..….

Medan, Oktober 2020

Mengetahui
Dosen Pembimbing Kepala Instalasi Gizi
Poltekkes Kemenkes Medan Jurusan Gizi Rumah Sakit Mitra Sejati

Dini Lestrina, DCN, M.Kes Kartika Nanda Aulia, S.Tr.Gz


NIP. 1970052211992032001

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas rahmat dan berkat Tuhan Yang Maha Esa
sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktek Kerja Lapangan
(PKL) kegiatan konseling gizi bidang Manajemen Asuhan Gizi Klinik
(MAGK) di Rumah Sakit Mitra Sejati Medan berjalan dengan lancar.

Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) bidang Manajemen Asuhan


Gizi Klinik (MAGK) tersusun tidak lepas dari bantuan dari berbagai belah
pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terimakasih kepada :

1. dr. Azwar M. Lubis, MHA selaku Direktur Rumah Sakit Mitra Sejati.
2. Kartika Nanda Aulia, S.Tr.Gz selaku Kepala Instalasi Gizi di Rumah
Sakit Mitra Sejati
3. Dra. Ida Nurhayati, M.Kes selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Medan.
4. Dr. Oslida Martony, SKM, M.Kes selaku Ketua Jurusan Gizi
5. Dini Lestrina, DCN, M.Kes selaku dosen pembimbing PKL MAGK.
6. Seluruh pihak yang telah memberikan dorongan dan bantuan dalam
penyelesaian laporan ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun. Semoga laporan ini bermanfaat.

Medan, Oktober 2020

Penulis

iii
DAFTAR ISI

PERNYATAAN PERSETUJUAN ii

KATA PENGANTAR iii

DAFTAR ISI iv

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 3
C. Tujuan Umum 3
D. Manfaat Konseling 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4

A. Definisi penyakit jantung 4


B. Faktor resiko penyakit jantung 4
C. Pelaksanaan diet jantung 6
D. Syarat diit jantung 6
E. Bahan makanan yang dianjurkan 7
F. Bahan makanan yang tidak dianjurkan 7

BAB III NUTRITION CARE PROCESS (NCP) 8


A. Identitas Pasien 8
B. Data Subjektif 8
C. Data Objektif 8
D. Diagnosa Gizi 9
E. Intervensi Gizi 9
F. Monitoring dan Evaluasi Gizi 11

BAB IV PEMBAHASAN 12

A. Status Gizi 12
B. Kebiasaan Makan dan Pola Makan Pasien 12
C. Evaluasi Perkembangan Fisik dan Klinis 12

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 13

A. Kesimpulan 13

iv
B. Saran 13

DAFTAR PUSTAKA 14

LEAFLET PENYAKIT JANTUNG

DOKUMENTASI

v
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan peradaban dunia, kemajuan teknologi, semakin
meningkatnya kemakmuran, dan pertumbuhan ekonomi yang cepat
berpengaruh terhadap kejadian dan jenis penyakit. Terjadi pergeseran
jenis penyakit, pada awalnya jenis penyakit infeksi yang mendominasi,
akan tetapi pada saat ini penyakit non infeksi semakin meningkat salah
satunya yaitu penyakit Congestive Heart Failure (CHF) (Depkes RI, 2012).
Congestive Heart Failure (CHF) merupakan ketidakmampuan jantung
memompakan darah untuk memenuhi kebutuhan oksigendan nutrisi ke
jaringan tubuh.
Data yang diperoleh dari World Health Organization (WHO) tahun
2016 menunjukkan bahwa pada tahun 2015 terdapat 23 juta atau sekitar
54% dari total kematian disebabkan oleh Congestive Heart Failure (CHF).
Penelitian yang telah dilakukandi Amerika Serikat menunjukkan bahwa
resiko berkembangnya Congestive Heart Failure (CHF) adalah 20% untuk
usia ≥ 40 tahun dengan kejadian > 650.000 kasus baru yang diagnosis
Congestive Heart Failure (CHF) selama beberapa dekade terakhir.
Kejadian Congestive Heart Failure (CHF) meningkat dengan
bertambahnya umur. Tingkat kematian untuk Congestive Heart Failure
(CHF) sekitar 50% dalam kurun waktu lima tahun (Arini, 2015).
Congestive Heart Failure (CHF) telah meningkat dan menjadi peringkat
pertama sebagai penyebab utama kematian di Indonesia. Prevalensi
Congestive Heart Failure (CHF) di Indonesia menurut Riskesdas (2016)
sebesar 0,3% dari total jumlah penduduk di Indonesia. Data prevalensi
penyakit ditentukan berdasarkan hasil wawancara pada responden umur ≥
15 tahun berupa gabungan kasus penyakit yang pernah di diagnosis
dokter atau kasus yang mempunyai gejala penyakit gagal jantung
(Riskesdas, 2016).

1
Prevalensi Congestive Heart Failure (CHF) di Nusa Tenggara Barat
mencapai (0,4%) untuk yang terdiagnosis dan (0,14%) untuk prevalensi
gejala. Penyakit Congestive Heart Failure (CHF) meningkat seiring
dengan bertambahnya umur, tertinggi pada umur 65-74 tahun (0,5%)
untuk yang terdiagnosis, menurun sedikit pada umur ≥ 75 tahun (0,4%)
tetapi untuk gejala tertinggi pada umur ≥ 75 tahun (1,1%) (Riskesdas,
2016).
Berdasarkan data RSUP Mataram, sebanyak 3.820 pasien dengan
keluhan jantung dan penyakit pembuluh darah lainnya yang datang
berkunjung pada tahun 2018. Jumlah ini cenderung meningkat setiap
tahunnya antara sekitar 5-15% (RSUP NTB, 2018). RSUP Mataram pada
tahun 2018 memiliki 1.174 pasien dengan kasus penyakit jantung dan
pembuluh darah. Pada ruangan khusus penyakit jantung (poli jantung dan
ICU), jumlah pasien jantung setiap tahunnya semakin meningkat dimana
pada tahun 2017 sebanyak 470 orang dan tahun 2018 jumlah pasien
jantung meningkat kembali menjadi 522 orang. Jumlah pasien Congestive
Heart Failure (CHF) pada tahun 2017 menempati urutan pertama pada
kasus penyakit jantung dengan jumlah sebanyak 149 orang dan lebih dari
75% pasien Congestive Heart Failure (CHF) tersebut mengalami rawat
inap ulang (kekambuhan). Hal ini disebabkan karena kurangnya
pengetahuan pasien Congestive Heart Failure (CHF) tentang diet jantung
selama perawatan di rumah (RSUP NTB, 2017).
Faktor pengetahuan merupakan faktor domain yang sangat penting
untuk terbentuknya sebuah tindakan dalam menjalani diet jantung. Jika
seseorang mengetahui bahwa diet jantung sangat penting bagi
kesembuhan penyakitnya maka hal ini akan memotivasi penderita
Congestive Heart Failure (CHF) untuk melakukan diet jantung secara
teratur (Notoatmodjo,2010).
Konseling adalah proses interaksi dengan seseorang yang
menyediakan informasi dan reaksi untuk merangsang kemampuan dalam
mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kesadaran untuk
bertingkah laku yang memungkinkan seseorang berperan lebih efektif bagi

2
dirinya dan lingkungannya (Prayitno, 2012). Melalui konseling ini
diharapkan pasien Congestive Heart Failure (CHF) mengetahui bahwa
diet jantung sangat penting bagi kesembuhan penyakitnya maka hal ini
akan memotivasi penderita Congestive Heart Failure (CHF) untuk
melakukan diet jantung secara teratur (Notoatmodjo,2010).

B. Rumusan Masalah
Adakah pengaruh pemberian konseling gizi pada pasien penderita
penyakit jantung di Rumah Sakit Mitra Sejati Medan?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Melakukan konseling gizi pada pasien penderita penyakit jantung di
Rumah Sakit Mitra Sejati Medan.

2. Tujuan Khusus
a. Mengkaji data subjektif dan data objektif.
b. Mampu melakukan diagnosis gizi.
c. Mampu merencanakan terapi diet.
d. Mampu melaksanakan konseling gizi.
e. Mampung memonitoring dan mengevaluasi diet pasien.

D. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
Menambah pengetahuan dan wawasan dalam melakukan konseling
gizi.
2. Bagi Pasien dan Keluarga Pasien
Menambah pengetahuan tentang penyakit yang diderita pasien dan
memotivasi pasien dan keluarga pasien agar mematuhi diet yang
diberikan.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi jantung
Penyakit jantung terjadi akibat prose berkelanjutan, dimana jantung
secara berangsur kehilangan kemampuannya untuk melakukan fungsi
secara normal. Pada awal penyakit, jantung mampu mengkompensasi
ketidakefesiensian fungsinya dan mempertahankan sirkulasi darah normal
melalui pembesaran dan peningkatan denyut nadi (compensated heart
disease).
Dalam keadaan tidak terkompensasi (decompensatio cordis), sirkulasi
darahyang tidak normal menyebabkan sesak nafars (dyspnea), rasa lelah,
dan rasa sakit di daerah jantun. Berkurangnya aliran darah dapat
menyebabkan kelainan pada fungsi ginjal, hati, otak, serta tekanan darah,
yang berakibat terjadinya resorpsi natrium. Hal ini akhirnya menimbulkan
edema. Penyakit jantung menjadi akut bila disertai infeksi (endocarditis
atau carditis), gagal jantung, serta myicard infaret, dan setelah operasi
jantung.

B. Faktor Risiko Penyakit Jantung


Ada tiga jenis faktor risiko :
a) Faktor risiko yang tidak bisa dihindari
1) Penuaan : Seiring dengan bertambahnya usia, fungsi sistem
kardiovaskular Anda akan memburuk.
2) Jenis kelamin : Penelitian menunjukkan bahwa pria yang
berusia di bawah 50 tahun memiliki risiko kematian yang lebih
besar akibat penyakit jantung koroner, 3 hingga 5 kali lebih
tinggi daripada wanita pada usia yang sama. Namun, bagi para
wanita yang berusia di atas 50 tahun atau telah mengalami
menopause, perbedaan faktor jenis kelamin ini tidak terlalu
berpengaruh.

4
3) Keturunan : Orang-orang yang orangtua atau saudara
kandungnya pernah mengalami penyakit jantung atau stroke
memiliki tingkat risiko yang lebih tinggi untuk mengidap penyakit
jantung coroner.
4) Suku bangsa : Orang-orang yang berasal dari suku bangsa di
Eropa dan Amerika Serikat memiliki tingkat risiko yang lebih
tinggi daripada orang-orang di Hong Kong.
5) Faktor sosial : Lingkungan tempat tinggal dengan tingkat
kepadatan tinggi, gaya hidup yang sangat sibuk dan penuh
dengan tekanan akan meningkatkan beban kerja jantung.

b) Faktor risiko yang bisa diobati


1) Kadar lipid darah yang tinggi : Hal ini meningkatkan risiko
penumpukan kolesterol, menyebabkan aterosklerosis
(pengerasan pembuluh darah) yang mempersempit pembuluh
darah atau bahkan menyebabkan trombosis (gumpalan darah
dalam arteri (atau vena).
2) Hipertensi (tekanan darah tinggi) : Hal ini menyebabkan
pengerasan dan penebalan dinding pembuluh darah,dan
penyempitan pembuluh darah akan memperlambat aliran darah.
3) Diabetes Melitus : Peningkatan kadar gula darah akan
meningkatkan risiko kerusakan dan pengerasan pembuluh
darah.

c) Faktor risiko yang bisa dihindari :


Merokok : Nikotin dalam rokok merangsang pelepasan hormon,
yang menyebabkan jantung berdetak lebih cepat dan
menyempitkan pembuluh darah. Menghirup karbon monoksida bisa
menurunkan kandungan oksigen pada otot jantung. Karbon
monoksida dan nikotin juga bisa meningkatkan

5
C. Pelaksanaan  diet jantung/tahap :
1) Diet Jantung I
Diberikan kepada pendrita dg Miocard Infark (MCI) akut.atau
Congestive cardiac failure berat. Diberikan berupa 1- 1,5 lt cairan/ hari
selama 1-3 hari bila penderita dapat mencernanya, makanan ini sangat
rendah kalori dan semua zat gizi.
2) Diet Jantung II
Makanan diberikan secara berangsur dalam bentuk lunak setelah
masa akut MCI dapat diatasi menurut beratnya Hipertensi atau Oedema
yang menyertai penyakit, makanan yang diberikan rendah garam. (Diet
jantung II rendah garam),
makanan ini rendah kalori, protein, kalsium dan thiamin.
3) Diet Jantung III
Diberikan kepada penderita Jantung yang tidak terlalu berat atau
sebagai perpindahan dari diet jantung II diberikan dalam benruk mudah
cerna berbentuk lunak atau biasa makanan ini rendah kalori tetapi cukup
zat gizi lain rendah garam menurut beratnya hipertensi atau Oedema yang
menyertai (diet jantung III rendah garam).
4) Diet Jantung IV
Diberikan kepada penderita Jantung ringan atau , atau sebagai
perpindahan dari diet jantung III. Diberikan dalam bentuk makanan biasa
Rendah garam menurut hipertensi atau Oedema yang menyertai penyakit
(diet jantung IV rendah garam) Makanan ini cukup kalori dan zat Gizi lain.

D. Syarat Diit jantung


1. Energi cukup, untuk mencapai dan mempertahankan berat badan
normal.
2. Protein cukup yaitu 0,8 g/kg BB.
3. Lemak sedang, yaitu 25-30% dari kebutuhan energy total, 10% berasal
dari lemak jenuh, dan 10-15 % lemak tidak jenuh.
4. Kolesterol rendah, terutama jika disertai dengan dyslipidemia.

6
5. Vitamin dan mineral cukup. Hindari penggunaan suplemen kalium,
kalsium, dan magnesium jika tidak dibutuhkan.
6. Garam rendah, 2-3 gr/hari, jika disertai hipertensi atau edema.
7. Makanan mudah cerna dan tidak menimbulkan gas.
8. Serat cukup untuk menghindari konstipasi.

E. Makanan-Makanan Yang Dianjurkan
1. Sumber karbohidrat : beras di tim atau di saring
2. Protein hewani : ayam tanpa kulit, daging tanpa lemak, ikan, da, roti,
mie, kentang, macaroni, biscuit, tepung beras/terigu/sagu/aren/sagu
ambon, gula pasir, gula merah, madu.
3. Sumber protein hewani : ayam dengan lemak rendah, ikan, telur, susu
rendah lemak yang telah ditentukan.
4. Sumber protein nabati : kacang-kacangan kering,seperti kacang
kedelai dan hasil olahannya seperti tahu dan tempe.
5. Sayuran : sayuran yang tidak mengandung gas seperti : bayam,
kangkung, kacang buncis, kacang panjang, wartel, tomat, labu siam,
tauge.

F. Makanan Yang Tidak Dianjurkan


1. Sumber karbohidrat : makanan yang mengandung gas atau alkhol,
seperti ubi, singkong, tape singkong, dan tape ketan.
2. Sumber protein hewani : daging sapid an ayam yang berlemak tinggi
seperti, sosis, ham, babat, otak, kepiting, kerang,keju, susu penuh.
3. Sayuran : semua sayuran yang mengandung gas seperti, kol,kembang
kol, lobak, sawi dan nangka muda.
4. Minuman yang bersoda
5. Bahan bumbu makanan yang merangsang.

7
BAB III
NUTRITION CARE PROCESS (NCP)

A. IDENTITAS PASIEN
a) Nama pasien : Tuan RB
b) Umur : 46 tahun
c) Jenis kelamin : Laki – laki
d) Pekerjaan : Wiraswasta
e) Tgl Masuk : 14 Oktober 2020
f) Kamar : Flamboyan I

B. DATA SUBJEKTIF
 Os sering mengalami sesak nafas dan batuk.
 Pola makan os tidak teratur.
 Kebiasaan makan os yaitu menyukai makanan gorengan dan
mempunyai kebiasaan minum kopi 3x sehari.

C. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Antropometri
BB : 85 kg
TB : 165 cm
IMT : 31,2 kg/m2 (Obesitas Tk. I)
BBI : 58,5 kg

2. Pemeriksaan fisik
Pasien sering mengalami sesak nafas dan batuk.

3. Pemeriksaan Klinis
 TD : 180/90 mmHg (Tinggi)
 Nadi : 90 x/mnt
 Suhu : 370
 RR : 20 x/mnt
4. Pemeriksaan Biokimia

8
 Hb : 14,8 g/dl
 Trombosit : 272.000 ml
 Leukosit : 9900 ml
 Ureum : 32 mg/dl
 Kreatinin : 0,8 mg/dl

5. Diagnosa Medis
CHF

D. DIAGNOSA GIZI
NI. 1.5 : Kelebihan asupan energi berkaitan dengan pola makan
yang tidak seimbang ditandai dengan kelebihan berat
badan os yaitu IMT : 31,2 (Obesitas Tk. I)

NC. 2.2 : Perubahan nilai laboratorium terkait gizi berkaitan dengan


riwayat penyakit os ditandai dengan hasil pemeriksaan
klinis tekanan darah : 180/90 mmHg (tinggi)

NB. 1.1 : Kurang pengetahuan tentang makanan dan gizi berkaitan


dengan kebiasaan makan os ditandai dengan os
menyukai gorengan dan minum kopi 3x/sehari.

E. INTERVENSI GIZI
1. Tujuan Diet :
 Memberikan makanan secukupnya tanpa memberatkan kerja
jantung.
 Menurunkan berat badan bila terlalu gemuk.
 Mencegah atau menghilangkan penimbunan garam atau air.
 Cukup energi, protein, mineral dan vitamin.
2. Bentuk Makanan : Makanan Lunak
3. Jenis Diet : Diet Jantung II + Rendah Garam II
4. Cara Pemberian (Rute) : Oral
5. Syarat Diet :
 Energi cukup , untuk mencapai dan mempertahankan berat badan
normal.
 Protein cukup 0,8 g/kg BB.
 Lemak sedang 25-30% dari kebutuhan energi total, 10% berasal
dari lemak jenuh dan 10-15% lemak tidak jenuh.
 Kolesterol rendah terutama jika disertai dengan displidemia.

9
 Vitamin dan mineral cukup, hindari penggunaan suplemen kalsium,
kalium dan magnesium jika dibutuhkan.
 Garam rendah 2 g/hari jika disertai hipertensi atau edema.
 Makanan mudah cerna dan tidak menimbulkan gas.
 Serat cukup untuk menghindari kesulitan buang air besar
(konstipasi
 Cairan cukup sesuai dengan kebutuhan atau anjuran.
 Bentuk makanan disesuaikan dengan keadaan penyakit, diberikan
porsi kecil.
 Bila kebutuhan gizi tidak dapat dipenuhi melalui makanan dapat
diberikan tambahan berupa makanan enteral, parenteral atau
suplemen gizi.

6. Terapi Diet : 3 kali makanan utama dan 2 kali makanan selingan


7. Kebutuhan Gizi :

BEE  = 66 + (13,7 x BB) + (5 x TB) – (6,8 x U)

= 66 + (13,7 x 58,5) + (5 x 165) – (6,8 x 46)

= 66 + 801,45 + 825 – 312,8

= 1379,65 kkal

TEE  = BEE x Faktor Aktivitas x Faktor Stres

= 1379,65 x 1,2 x 1,4

= 2317,81 kkal

Karbohidrat : 60% x 2317,81 kkal : 4 = 347,67 gr


Protein : 0,8 x 58,5 kg = 46,8 gr
Lemak : 25% x 2317,81 kkal : 9 = 64,38 gr

8. Rencana Konsultasi Gizi


 Tempat : Ruang rawat inap
 Waktu : 30 menit
 Sasaran : Pasien dan keluarga
 Metode : Penyuluhan dan konsultasi
 Topik : Diet Jantung II
 Tujuan :

10
a) Memberikan pengetahuan dan pemahaman tentang penyakit
jantung dan diet penyakit jantung.
b) Memperbaiki pola makan dan kebiasaan makan yang salah
c) Memperbaiki status gizi yang salah
d) Memberikan contoh bahan makanan dan menu gizi seimbang yang
dianjurkan dan yang tidak dianjurkan
 Manfaat :
a) Agar pasien mengetahui dan mematuhi terapi diet yang diberikan.
b) Agar keluarga pasien dapat membantu kesembuhan pasien
 Materi :
a) Pemahaman dasar mengenai pengaturan makanan sehat
b) Penjelasan mengenai penyakit jantung dan diet penyakit jantung.
c) Penjelasan mengenai bahan makanan yang diperbolehkan dan
yang tidak diperbolehkan untuk penyakit jantung.

F. MONITORING DAN EVALUASI GIZI


 Antropometri
Memantau BB pasien agar mencapai normal.
 Fisik
Memantau keadaan pasien agar cepat pulih atau cepat membaik.
 Klinis
Memantau tekanan darah pasien agar mencapai normal.
 Asupan Makan
Memantau asupan makan pasien apakah sudah sesuai dengan diet
yang diberikan.

11
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Status Gizi

Pengukuran status gizi pasien Tuan RB dilakukan secara


antropometri yaitu dengan mengukur TB dan BB pasien untuk mengetahui
status gizi pasien berdasarkan hasil pengukuran pada saat studi kasus
dengan TB : 165 cm, BB : 85 kg, IMT : 31,2 kg/m 2. Hasil ini menunjukkan
bahwa IMT pasien di kategori Obesitas Tk. II.

B. Kebiasaan Makan dan Pola Makan Pasien

Hasil wawancara terhadap pasien dapat diketahui bahwa pola


makan pasien adalah biasa mengkonsumsi makanan gorengan dan
minum kopi 3x sehari. Untuk itu harus diberikan pengetahuan tentang
makanan yang seimbang kepada pasien agar dapat melaksanakan diet
yang diberikan dengan baik dan benar.

C. Evaluasi Perkembangan Fisik dan Klinis

Dari hasil pemeriksaan fisik pasien, keadaan umum pasien lemah,


sering sesak nafas dan batuk. Hal ini ditandai dengan riwayat penyakit
pasien yaitu CHF (Congestive Heart Failure).

12
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1. Pengkajian masalah pada kasus didapatkan : pasien menderita CHF
(Congestive Heart Failure), yang ditandai pasien mengalami sesak
nafas dan batuk yang berkepanjangan.
2. Diagnosis gizi yang disusun untuk pasien :
NI. 1.5 : Kelebihan asupan energi berkaitan dengan pola makan
yang tidak seimbang ditandai dengan kelebihan berat
badan os yaitu IMT : 31,2 (Obesitas Tk. I)
NC. 2.2 : Perubahan nilai laboratorium terkait gizi berkaitan dengan
riwayat penyakit os ditandai dengan hasil pemeriksaan
klinis tekanan darah : 180/90 mmHg (tinggi)
NB. 1.1 : Kurang pengetahuan tentang makanan dan gizi berkaitan
dengan kebiasaan makan os ditandai dengan os
menyukai gorengan dan minum kopi 3x/sehari.
3. Intervensi yang dilakukan adalah pemberian diet yang disesuaikan
dengan kondisi pasien saat ini yaitu diet penyakit jantung II dan diet
rendah garam II. Diet yang diberikan dalam bentuk makanan lunak,
karena pasien masih dalam keadaan lemah. Porsi makan yang sedikit
dengan frekuensi yang sering.
4. Monitoring evaluasi yang dilakukan adalah dengan memantau hasil
pemeriksaan laboratorium, memantau data antropometri, dan asupan
makan pasien sesuai dengan diet yang diberikan.

B. Saran
Pasien diberikan motivasi untuk menerapkan diet yang diberikan.

13
DAFTAR PUSTAKA

 Anurogo, D. & Wulandari. 2012. Penyakit Yang Banyak Ditemukan Di


Masyarakat Ed. I. Yogyakarta : Andi.
 Arikunto, S. 2010.Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek.
edisirevisi. Cetakan. 14 . Jakarta : Rineka Cipta.
 Depkes RI. 2012. Pedoman Nasional Penanggulangan Penyakit
Infeksi dan Non Infeksi Edisi III, Jakarta : Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
 Gunarso, S. 2011.Konseling & Psikoterapi. Gunung Mulia : Jakarta.
 Guyton, A. C. 1994. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran  Edisi 7. Jakarta :
EGC
 Herdin, sibuea. 2005. Ilmu penyakit dalam, cetakan kedua. Jakarta :
PT Rineka Cipta
 Mansjoer, Arif. 2001. Kapita selekta kedokteran, Edisi 3, Jilid 1. Jakarta
: Media Aesculapius FKUI
 Nadesul, H. 2009. Resep mudah tetap sehat. Jakarta : PT Kompas
Media Nusantara
 Robbins dan kumar. 1995. Patologi II, Edisi 4. Jakarta : EGC
 Sylvia. 1994. Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit, Edisi
4. Jakarta : EGC
 Sylvia. 1994. Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit, Edisi
6. Jakarta : EGC
 Utami, P. 2009. Solusi Sehat mengatasi jantung koroner. Jakarta : PT
Agromedia Pustaka

14
LEAFLET PENYAKIT JANTUNG

15
16
DOKUMENTASI KEGIATAN KONSELING GIZI PADA
PASIEN PENDERITA PENYAKIT CHF (Congestive Heart
Failure)

17

Anda mungkin juga menyukai