Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A.  Latar belakang

Pangan dan gizi, adalah sesuatu gabungan kata yang sulit dipisahkan, karena
berbicara gizi haruslah menyangkut pangan dan bahan makanan, dan ini tidak berarti
bahwa bahan pangan yang tidak bergizi menjadi menjadi tidak penting artinya.
Peningkatan produksi pangan haruslah dikaitkan dengan program kecukupan pangan dan
gizi, bukan saja untuk memenuhi kecukupan nasional tetapi juga bagi seluruh golongan
rawan pangan dan gizi di Indonesia. Masalah ini perlu mendapat perhatian dan
diharapkan ada pemikiran mengenai bagaimana cara pemerataan pangan dan gizi.

Perwujudan ketahanan pangan merupakan tanggung jawab bersama antara


pemerintah bersama masyarakat, sesuai dengan Peraturan Pemerintah (PP) No. 68 Tahun
2002 tentang Ketahanan Pangan, yang secara spesifik mengatur bahwa pemerintah
menyelenggarakan pengaturan, pembinaan, pengendalian dan pengawasan terhadap
ketersediaan pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, beragam, bergizi,
berimbang, aman, merata dan terjangkau oleh daya beli masyarakat. Di sisi lain
masyarakat berperan dalam menyelenggarakan produksi, penyediaan, perdagangan, dan
distribusi sekaligus sebagai konsumen.

Keragaman konsumsi pangan masyarakat Indonesia dengan indikator skor Pola


Pangan Harapan (PPH), menunjukkan bahwa skor mutu konsumsi pangan penduduk
Indonesia periode 2005 – 2009 terjadi fluktuasi. Hal ini diindikasikan terjadinya
penurunan Skor PPH dari 81,9 pada tahun 2008 menjadi 75,7 pada tahun 2009.
Penurunan mutu konsumsi pangan penduduk menunjukkan kurangnya kesadaran
masyarakat akan pangan yang beragam, bergizi, berimbang, dan aman. Kurangnya
kesadaran masyarakat tersebut ditunjukkan oleh dominasi konsumsi energi kelompok
padi-padian sebesar 61,8 persen artinya masih lebih besar 11,8 persen dari proporsi ideal
sebesar 50 persen, diikuti dengan semakin meningkatnya konsumsi terigu yang
merupakan bahan pangan impor. Sementara itu, konsumsi pangan yang lainnya masih
belum memenuhi komposisi ideal yang dianjurkan.

Tercukupnya pangan merupakan faktor utama bagi kehidupan. Karena manusia tidak
bisa bertahan hidup jikalau sudah tidak ada makanan. Bukan hanya tercukupnya pangan
saja, tetapi gizi yang terkandung dalam pangan tersebut harus diperhatikan, agar orang
yang mengkonsumsinya dapat memperoleh kecukupan gizi yang semestinya .
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pangan dan Gizi

Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang
diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi
konsumi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan dan bahan lain
yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan atau pembuatan makanan atau
minuman ( UU RI No. 7 th.1996 tentang Pangan ).

1. Fungsi Pangan

Fungsi pangan yang utama bagi manusia adalah untuk memenuhi kebutuhan zat-zat
gizi tubuh, sesuai dengan jenis kelamin, usia, aktivitas fisik, dan bobot tubuh. Fungsi
pangan yang demikian dikenal dengan istilah fungsi primer (primary function).Selain
memiliki fungsi primer, bahan pangan sebaiknya juga memenuhi fungsi sekunder
(secondary function), yaitu memiliki penampakan dan cita rasa yang baik. Seiring dengan
makin meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya hidup sehat, maka tuntutan
konsumen terhadap bahan pangan juga kian bergeser.

Bahan pangan yang kini mulai banyak diminati konsumen bukan saja yang
mempunyai komposisi gizi yang baik serta penampakan dan cita rasa yang menarik,
tetapi juga harus memiliki fungsi fisiologis tertentu bagi tubuh. Fungsi yang demikian
dikenal sebagai fungsi tertier (tertiary function). Saat ini banyak dipopulerkan bahan
pangan yang mempunyai fungsi fisiologis tertentu di dalam tubuh, misalnya untuk
menurunkan tekanan darah, menurunkan kadar kolesterol, menurunkan kadar gula darah,
meningkatkan penyerapan kalsium, dan lain-lain. Dasar pertimbangan konsumen di
negara-negara maju dalam memilih bahan pangan, bukan hanya bertumpu pada
kandungan gizi dan kelezatannya, tetapi juga pengaruhnya terhadap kesehatan tubuhnya.
Saat ini pangan telah diandalkan sebagai pemelihara kesehatan dan kebugaran tubuh

2. Fungsi Gizi

Ada enam macam zat gizi yang kita kenal yaitu : karbohidrat, lemak, protein, vitamin,
mineral dan air. Dalam tubuh, makanan yang kita makan akan diurai menjadi zat gizi, zat
gizi ini kemudian akan diserap oleh tubuh untuk menjalankan fungsinya masing-masing.
Fungsi zat gizi dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu :

1. Zat penghasil energi atau tenaga


2. Zat pembangun dan pemelihara sel dan jaringan tubuh
3. Zat pengatur proses tubuh
Zat penghasil energi atau disebut juga zat tenaga adalah fungsi zat gizi yang pertama. Zat
gizi dalam makanan yang menjadi sumber energi disebut zat energi, yaitu
meliputi karbohidrat, lemak, dan protein. Zat gizi penghasil energi ini sebagian besar
dihasilkan oleh bahan makanan pokok yaitu seperti nasi, roti, kentang dsb.

Fungsi zat gizi yang kedua, yaitu sebagai zat pembangun dan pemelihara sel dan jaringan
tubuh atau disebut juga zat pembangun. Zat gizi yang berperan disini adalah protein
dan mineral. Protein dan mineral diperlukan untuk membangun sel-sel baru, memelihara
dan mengganti sel-sel yang telah rusak.

Jenis makanan penghasil zat pembangun adalah ikan, telur, susu, kacang-kacangan dll.
Manfaatnya untuk memperbaharui sel-sel tubuh yang rusak dan digantikan dengan yang
baru.

Fungsi zat gizi yang terakhir, yaitu sebagai pengatur proses dalam tubuh atau disebut juga
zat pengatur. Zat gizi yang berperan dalam proses pengaturan tubuh adalah
protein, vitamin, mineral dan air. Makanan penghasil zat pengatur ialah sayuran dan
buah-buahan. Nilai yang sangat penting dari bahan makanan atau zat makanan bagi
pertumbuhan dan perkembangan fisik serta perolehan energi guna melakukan kegiatan
sehari-hari seperti seperti yang dikemukakan di atas tergantung dari keadaan dan macam-
macam bahan makanannya.

Namun demikian, apabila bahan-bahan makanan itu :

a. Tersaji dalam keadaan cukup higienis (tidak mengandung kuman-kuman penyakit,


tidak mengandung zat-zat toksin/racun yang dapat membahayakan kelangsungan
hidup seseorang)
b. Cukup mengandung kalori, protein (dengan memiliki ke sepuluh asam amino esensial,
cukup mengandung lemak, cukup mengandung vitamin dan mineral)
c.  Dapat mudah tercerna oleh alat-alat pencernaan;
d. Pengolahan atau pemasakannnya desesuaikan dengan sifat fisis dan kimia dari
masing-masing bahan makanan
e. Dihidangkan dalam keadaan yang tepat dan baik, artinya dalam suhu yang tidak
terlalu tinggi atau terlalu rendah;

Maka nilainya bagi pertumbuhan dan perkembangan fisik serta perolehan energi guna
melakukan kegiatan sehari-hari adalah cukup tinggi. Kenyataanya hal diatas sering kurang
diperhatikan sehingga tidak jarang kita akan berhadapan dengan manusia-manusia atau
bahkan kita akan merasakan sendiri :

a. Pertumbuhan dan perkembangan tubuh yang kurang normal, banyak keluhan karena
berbagai penderitaan yang berkaitan dengan kesegaran fisik
b. Kelesuan, tidak bergairah melakukan kegiatan sehari-hari, dan lain-lain.

Kenyataan  bahwa hingga sekarang banyak diantara penduduk Indonesia yang enggan
mengkonsumsi beberapa bahan makanan tertentu, baik karena pantangan turun temurun yang
salah diwariskan oleh leluhurnya, maupun karena gaya hidup mewah sehari-hari yang di
praktekkannya, padahal bahan makanan tersebut terkenal bergizi yang telah dianjurkan oleh
pemerintah. Makanan yang  bergizi tidak selalu makanan yang mahal, mewah bahkan dalam
banyak bukti makanan yang dimiliki kurang bergizi. Bahan makanan yang mudah diperoleh
dan harganyapun cukup terjangkau oleh mereka yang berpengasilan rendah banyak yang
bergizi dan bahan-bahan makanan yang dimiliki perlu mendapat perhatian untuk dikonsumsi
dengan sebaik-baiknya. Selera dan gairah dan memakannya tergantung dari kepandaian
pengolahan dan ketepatan waktu penyajiannya.

B. Masalah mengenai Pangan Dan gizi

1. Masalah Pangan

Permasalahan pangan terjadi jika suatu rumah tangga, masyarakat atau daerah tertentu


mengalami ketidak-cukupan pangan untuk memenuhi standar kebutuhan fisiologis
bagi pertumbuhan dan kesehatan seluruh individu anggota keluarganya.

Ada tiga hal penting yang mempengaruhi tingkat permasalahan pangan, yaitu :

a. Kemampuan penyediaan pangan kepada individu/rumah;


b. Kemampuan individu / rumah tangga untuk mendapatkan pangan;
c. Proses distribusi dan pertukaran pangan yang tersedia dengan sumber daya yang
dimiliki oleh individu/rumah tangga.

Ketiga hal tersebut, pada kondisi terjadinya permasalahan pangan yang akut atau


kronis dapat muncul secara stimultan dan bersifat relatif permanen. Sedangkan pada
kasus permasalahanpangan musiman dan sementara, faktor yang berpengaruh hanya
salah satu atau dua faktor yang tidak permanen.

Permasalahan pangan yang muncul tidak hanya persoalan produksi pangan semata,


namun  juga merupakan masalah multidimensional,  yakni juga mencakup masalah
pendidikan, tenaga kerja, kesehatan, kebutuhan dan prasarana fisik.

Permasalahan pangan tidak hanya ditentukan oleh tiga pilar tersebut namun oleh sejumlah
faktor berikut:

a. Sumber Daya Lahan

Menurut staf khusus dari Badan Pertanahan Nasional (BPN) (Herman Siregar), lahan
sawah terancam semakin cepat berkurang, walaupun sebenarnya lahan yang secara
potensial dapat digunakan, belum digunakan masih banyak. Alasannya, pencetakan sawah
baru menemui banyak kendala, termasuk biayanya yang mahal, sehingga tambahan lahan
pertanian setiap tahun tidak signifikan dibandingkan denganluas areal yang terkonversi
untuk keperluan non-pertanian. Ironisnya, laju konversi lahan pertanian tidak bisa
dikurangi, bahkan terus meningkat dari tahun ke tahun, sejalan dengan pesatnya
urbanisasi (yang didorong oleh peningkatan pendapatan per kapita dan imigrasi dari
perdesaan ke perkotaan), dan industrialisasi.

b. Infrastruktur

Menurut  analisis Khomsan (2008), lambannya pembangunan infrastruktur  ikut


berperan menentukan pangsa sektor pertanian dalam mendukung ketahanan pangan. 
Pembangunan infrastruktur pertanian sangat penting dalam mendukung produksi pangan
yang mantap. Perbaikan infrastruktur  pertanian seyogyanya terus dilakukan sehingga
tidak menjadi kendala penyaluran produk pertanian dan tidak mengganggu arus
pendapatan ke petani.

Sistem dan jaringan Irigasi (termasuk  bendungan dan waduk) merupakan bagian penting
dari infrastruktur pertanian. Ketersediaan jaringan irigasi yang baik, diharapkan dapat
meningkatkan volume produksi dan kualitas komoditas pertanian, terutama tanaman
pangan.

c.    Teknologi dan Sumber Daya Manusia

Teknologi dan SDM merupakan dua faktor produksi yang sifatnya komplementer, dan
ini berlaku di semua sektor, termasuk pertanian. Kualitas SDM di sektor pertanian
sangat rendah jika dibandingkan di sektor-sektor ekonomi lainnya seperti industri
manufaktur, keuangan, dan jasa.Berdasarkan Sensus Pertanian 2003, lebih dari 50%
dari jumlah petani adalah dari kategori berpendidikan rendah, kebanyakan hanya
sekolah dasar (SD). Rendahnya pendidikan formal ini tentu sangat berpengaruh
terhadap kemampuan petani Indonesia mengadopsi teknologi-teknologi baru,
termasuk menggunakan traktor dan mesin pertanian lainnya secara efisien.

d.    Energi

Energi sangat penting untuk kegiatan pertanian lewat dua jalur, yakni langsung dan
tidak langsung. Jalur langsung adalah energi seperti listrik atau bahan bakar minyak
(BBM) yang digunakan oleh petani dalam kegiatan bertaninya, misalnya dalam
menggunakan traktor. Sedangkan lewat jalur tidak langsung adalah energi yang
digunakan oleh pabrik pupuk dan pabrik yang membuat input-input lainnya dan alat-
alat transportasi dan komunikasi

e.    Modal

Keterbatasan modal menjadi salah satu penyebab rapuhnya ketahanan pangan di


Indonesia. Diantara sektor-sektor ekonomi, pertanian yang selalu paling sedikit
mendapat kredit dari perbankan (dan juga dana investasi) di Indonesia. Kekurangan
modal juga menjadi penyebab banyak petani tidak mempunyai mesin giling sendiri.
Padahal jika petani mempunyai mesin sendiri, artinya rantai distribusi bertambah
pendek sehingga kesempatan lebih besar bagi petani untuk mendapatkan lebih banyak
penghasilan. Berdasarkan SP 2003, tercatat hanya sekitar 3,06% dari jumlah petani
yang pernah mendapatkan kredit bank, sedangkan sisanya membiayai kegiatan bertani
dengan menggunakan uang sendiri.

f.      Lingkungan Fisik/Iklim

Dampak pemanasan global diduga juga berperan dalam menyebabkan krisis pangan
dunia, termasuk di Indonesia, karena pemanasan global menimbulkan periode musim
hujan dan musim kemarau yang semakin tidak menentu.

Pola tanam dan estimasi produksi pertanian serta persediaan stok pangan menjadi sulit
diprediksi dengan akurat. Pertanian pertanian pangan, merupakan sektor yang paling
rentan terhadap dampak perubahan iklim, khususnya yang mengakibatkan musim
kering berkepanjangan; hal ini karena pertanian pangan di Indonesia masih sangat
mengandalkan pada pertanian sawah yang memerlukan banyak air.

Dampak langsung dari pemanasan global terhadap pertanian di Indonesia adalah


penurunan produktivitas dan tingkat produksi sebagai akibat terganggunya siklus air
karena perubahan pola hujan dan meningkatnya frekuensi anomali cuaca ekstrim,
dapat mengakibatkan pergeseran waktu, musim, dan pola tanam.

2. Masalah Gizi

Terdapat 6 faktor yang mempengaruhi masalah gizi, yaitu:

1.  Faktor manusia

Faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi tubuh manusia, yaitu Usia, Jenis kelamin,


Ras, Sosial ekonomi, Penyakit-penyakit terdahulu, Cara Hidup, Hereditas, Nutrisi,
Imunitas.

2. Faktor sumber/ Agent

Kondisi pejamu yang mengalami kekurangan ataupun kelebihan nutrisi dapat


mengganggu keseimbangan tubuh sehingga menyebabkan munculnya penyakit.

3.  Faktor lingkungan/environment (fisik, biologis, ekonomi, bencana alam)

Terdiri dari Lingkungan biologis, Fisik, Sosial, Ekonomi. Mempunyai pengaruh &


peranan yang penting dalam interaksi antara manusia. Hubungan dengan
permasalahan gizi, yaitu: Daerah dimana buah-buahan & sayur mayur tidak selalu
tersedia, Tumbuh-tumbuhan yang mengandung zat gizi sebagai tempat bermukim
vector, Penduduk yang padat, Perang,menyebabkan kemiskinan dan perpindahan
penduduk, dan Bencana alam.
4.  Ketersediaan bahan

Makanan yang kurang dipasaran: Krisis Ekonomi yang berkepanjangan dan


Kegagalan produksi pertanian, Ketersediaan bahan makanan yang kurang ditingkat
rumah tangga/individu: Keadaan sosial ekonomi kurang memadai, Daya beli yang
kurang/menurun, Tingkat pengetahuan yang kurang, dan Kebiasaan/budaya yang
merugikan

5.   Penyakit Infeksi

Telah lama diketahui adanya interaksi sinergistis antara malnutrisi dan infeksi. Infeksi
derajat apapun dapat memperburuk keadaan gizi. Malnutrisi, walaupun masih ringan,
mempunyai pengaruh negatif pada daya tahan tubuh terhadap infeksi. Hubungan ini
sinergistis, sebab malnutrisi disertai infeksi pada umumnya mempunyai konsekuensi
yang lebih besar daripada sendiri-sendiri.

C. Konsumsi Pangan dan Gizi

Konsumsi pangan merupakan banyaknya atau jumlah pangan, secara tunggal maupun
beragam, yang dikonsumsi seseorang atau sekelompok orang yang bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan fisiologis, psikologis dan sosiologis. Tujuan fisiologis adalah upaya
untuk memenuhi keinginan makan (rasa lapar) atau untuk memperoleh zat-zat gizi yang
diperlukan tubuh. Tujuan psikologis adalah untuk memenuhi kepuasan emosional atau
selera, sedangkan tujuan sosiologis adalah untuk memelihara hubungan manusia dalam
keluarga dan masyarakat (Sedioetama 1996).
Konsumsi pangan merupakan faktor utama untuk memenuhi kebutuhan gizi yang
selanjutnya bertindak menyediakan energy bagi tubuh, mengatur proses metabolisme,
memperbaiki jaringan tubuh serta untuk pertumbuhan (Harper et al.1986).
Ditinjau dari kebutuhan rata-rata kalori dan protein penduduk Indonesia sebesar 2.100
Kalori dan 46 gram protein per jiwa per hari maka nampak bahwa rata-rata keperluan
kalori telah terpenuhi dan kebu-tuhan protein hampir tercapai. Akan tetapi polakonsumsi
di sementara daerah dan kelompok masyarakat masih menunjukkan kekurangan kalori
dan protein.

Pada umumnya sebagian besar dari pendapatan penduduk Indonesia masih digunakan


untuk memenuhi kebutuhan pangan. Lagi pula sebagian besar penduduk Indonesia terdiri
dari petani-petani produsen pangan. Karena kedua hal itu maka setiap perubahan harga
pangan akan mempunyai pengaruh terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat. Gejolak
harga pangan akan menimbulkan kerisauan pada sebagian besar masyarakat, baik di kota
maupun di pedesaan, dan peningkatan harga yang tidak terkendalikan akan dapat
menimbulkan gangguan terhadap kelancaran kegiatan pembangunan. Jadi jelaslah
bahwa pangan mempunyai peranan yang sangat penting dalam rangka usaha tercapainya
sasaran-sasaran pembangunan.
Usaha mencukupi kebutuhan pangan dan gizi memerlukan langkah-langkah yang
menyeluruh dan merupakan bagian dari kebulatan kebijaksanaan dan langkah
pembangunan nasional. Oleh karena itu penanganannya memerlukan usaha terpadu dari
berbagai bidang terutama bidang kesehatan, pertanian, industri, pendidikan,
penerangan,perdagangan, kependudukan dan lingkungan hidup.

Secara alami, komposisi zat gizi setiap jenis makanan memiliki keunggulan dan
kelemahan tertentu. Bebarapa makanan mengandung tinggi karbohidrat tetapi kurang
vitamin dan mineral. Sedangkan bebarapa makanan lain kaya vitamin C tetapi kurang
vitamin A. Apabila konsumsi makanan sehari-hari kurang beranekaragam, maka akan
timbul ketidakseimbangan antara masukan dan kebutuhan zat gizi yang diperlukan untuk
hidup sehat dan produktif.

Setiap orang yang hidup peduli dengan pangan untuk menjaga kelangsungan
hidupnya. Pangan mengandung zat-zat yang diperlukan tubuh unuk memperoleh energi
guna mempelihara kelangsungan proses-proses di dalam tubuh, untuk tumbuh dan
berkembang, serta untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Energi tersebut diperoleh dari
hasil pembakaran (oksidasi) karbohidrat, lemak dan protein di dalam tubuh, serta
vitamin,air dan mineral.

1. Keragaman Pangan

Sekarang pola konsumsi pangan masih sangat mengutamakan beras. Kenyataan ini


menunjukkan bahwa pola konsumsi pangan rakyat, dan dengan demikian keadaan
perekonomian sebagai keseluruhan, sangat tergantung pada satu jenis pangan. Pola
konsumsi pangan yang terlalu tergantung pada satu jenis pangan dapat menimbul-
kanbeberapa masalah. Pertama, keadaan pangan akan selalu rawan karena apabila terjadi
kekurangan dalam jenis pangan ini akan timbul kerisauan di dalam masyarakat. Lagi pula
dalam keadaan masih diperlukan impor, kemampuan negara untuk mencukupinya akan
sangat tergantung dari persediaan beras di sementara Negara pengekspor  beras. Kedua,
pola konsumsi pangan yang mengutamakan satu jenis pangan tidak dapat menjamin
keseimbangan gizi yang memadai. Ini berarti bahwa untuk meningkatkan mutu gizi, pola
konsumsi pangan memerlukan penganekaragaman.

Berbagai jenis bahan pangan yang ada di alam, baik yang berasal dari tanaman yang
disebut dengan bahan pangan nabati maupun yang berasal dari hewan yang dikenal
sebagai bahan pangan hewani, ada yang kaya akan satu jenis zat gizi, sebaliknya ada pula
yang miskin akan zat gizi. Umumnya tidak ada satu bahan pangan yang lengkap
mengandung semua zat gizi dalam jumlah yang mencukupi keperluan tubuh, kecuali air
susu ibu (ASI) untuk bayi.

Zat-zat gizi menyediakan kebutuhan sel-sel tubuh yang beraneka-ragam. Sebagai mesin
hidup, sel memerlukan energi, bahan-bahan pembangun dan bahan-bahan untuk memperbaiki
atau mengganti bagian-bagian yang rusak. Setiap jenis sel mempunyai kebutuhan yang
berbeda. Sebagai contoh, sel-sel otot menghasilkan serat-serat otot dan oleh karena itu
memerlukan protein. Setelah mengejarkan tugasnya, sel akan rusak dan perlu diganti; sebagai
contoh, sel darah merah diganti setiap enam minggu.

Oleh karena itu, manusia memerlukan berbagai macam bahan pangan untuk menjamin agar
semua zat gizi yang diperlukan tubuh dapat terpenuhi dalam jumlah yang cukup.

Dengan mengkonsumsi makanan sehari-hari yang beranekaragam, kekurangan zat gizi pada
jenis makanan yang satu akan dilengkapi oleh keunggulan susunan zat gizi jenis makanan
lain sehingga diperoleh masukan zat gizi yang seimbang.

2. Keamanan Pangan

Keamanan pangan merupakan aspek yang sangat penting dalam kehidupan sehari-
hari. Kurangnya perhatian teradap hal ini, telah sering mengakibatkan tejadinya dampak
berupa penurunan kesehatan konsumennya, mulai dari keracunan makanan akibat tidak
higienisnya proses penyiapan dan penyajian sampai risiko munculnya penyakit kanker
akibat penggunaan bahan tambahan.

Beberapa masalah  keamanan pangan meliputi beberapa hal diantaranya

1. Masih ditemukannya produk pangan yang tidak memenuhi persyaratan mutu dan
keamanan, misalnya penggunaan bahan tambahan yang dilarang, cemaran kimia
berbahaya, cemaran patogen, rnasa kadaluwarsa dan sebagainya.
2.  Masih banyaknya tejadi kasus keracunan karena makanan yang sebagian besar belum
dilaporkan dan belum diidentifikasi penyebabnya.
3. Masih rendahnya pengetahuan, keterampilan dan tanggungjawab produsen pangan
tentang mutu dan keamanan pangan, terutama pada industri kecil atau industri
rumahtangga.
4. Masih rendahnya kepedulian konsumen tentang mutu dan keamanan pangan karena
terbatasnya.

Untuk itu, keamanan dari pangan yang akan dikonsumsi harus diperhatikan, supaya
tidak akan terjadi keracunan dalam tubuh yang mengakibatkan terhambatnya proses-
proses metabolisme yang bekerja di dalam tubuh.

3. Mutu Gizi

Pangan yang sebaiknya dikonsumsi oleh individu, keluarga dan masyarakat adalah
pangan yang dari segi kualitas fisik yang baik dan tidak tercemar oleh bahan-bahan
kimia.

Kualitas pangan yang kurang baik di Indonesia dikarenakan organisasi-organisasi


yang terkait seperti BPOM dan MENKES  tidak bekerja semestinya. Selain itu
dimana dalam pendistribusian pangan memakan waktu yang lama dan dari distributor
kedistributor yang lain. Sehingga kualitas pangan menurun baik dari fisik (kesegaran
pangan) maupun kandungan gizi yang ada didalam pangan. Di lain sisi tingkat
pendidikan dan kesadaran masyarakat akan pentingnya kualitas pangan yang baik
juga masih kurang. Padahal, kualitas pangan tersebut sangat mempengaruhi kualitas
sumber daya manusia baik secara fisik dan kecerdasan.

4. Konsumsi pangan individu

Setiap individu memerlukan proporsi asupan gizi yang bervariasi sesuai dengan berat
badan, tinggi badan dan aktivitas sehari-hari. Hanya tiga macam zat gizi yang
berfungsi sebagai sumber energy bagi tubuh, yaitu karbohidrat (pati, gula), protein
dan lemak. Di dalam tubuh, karbohidrat, lemak dan protein, akan dioksidasi dalam sel
dengan bantuan enzim, ko-enzim (misalnya vitamin) dan hormon. Prosesnya
memerlukan oksigen dan hasil yang diperoleh berupa karbon dioksida, air dan energi.

AKG adalah jumlah zat-zat gizi yang hendaknya dikonsumsi setiap hari untuk jangka
waktu tertentu sebagai bagian dari diet normal rata-rata orang sehat. Oleh sebab itu,
perlu dipertimbangkan setiap faktor yang berpengaruh terhadap absorbsi zat-zat gizi
yang efisiensi penggunaanya di dalam tubuh. Untuk sebagian zat gizi, sebagian dari
kebutuhan mungkin dapat dipenuhi dengan mengkonsumsi suatu zat yang di dalam
tubuh kemudian dapat diubah menjadi zat gizi esensial.

5. Konsumsi pangan keluarga

Makanan keluarga adalah makanan yang dihidangkan dalam suatu keluarga dari hari
ke hari. Lengkap tidaknya susunan makanan keluarga ini banyak tergatung pada
kemampua keluarga itu sendiri untuk menyusun makanan, kemempuan untuk
mendapatkan bahan-bahan makanan yang diperlukan, adat kebiasaan, dan sedikit
banyak pengetahuan dalam hal menyusun makanannya.

Susunan makanan yang dihidangkan untuk keluarga dari hari ke hari lazimnya disebut
menu makanan. Jadi menu ialah kumpulan beberapa macam makanan atau masakan
yang disajikan untuk setiap kali makan. Menu yang sederhana hanya terdiri dari
makanan pokok, dan sedikit lauk pauk, misalnya nasi dengan sayur. Menu yang
lengkap, akan terdiri dari: nasi, sayur, sebagai pembantu untuk membasahi nasi yang
umumnya dibuat dari sayuran, kemudian lauk yang berupa ikan atau daging, serta
buah-buahan pencuci mulut. Menu yang disusun sedimikian itu sudah cukup
memenuhi syarat. Ini adalah menu untuk sekali makan.

Menu untuk 1 hari, akan terdiri dari hidangan berupa makan pagi, makan siang,
makan malam, dan kadang-kadang kita makan juga makanan selingan. Menu
sedemikian itu lazim digunakan pada keluarga-keluarga di kota. Di pedesaan,
biasanya keluarga-keluarga itu hanya makan dua kali sehari, yaitu makan pagi dan
makan sore. Perbedaan ini ada, karena umuumnya petani-petani berangkat ke sawah,
atau ke kebunnya, pagi-pagi sekali dan baru kembali sore harinya.

Konsumsi pangan keluarga adalah kemampuan keluarga untuk memenuhi kebutuhan pangan
seluruh anggota keluarga dalam jumlah yang cukup dan baik mutunya. Pola pengasuhan
adalah kemampuan keluarga untuk menyediakan waktunya, perhatian dan dukungan terhadap
anak agar dapat tumbuh dan berkembang secara optimal baik fisik, mental, dan sosial, yang
dalam kenyataannya pengaplikasian pemenuhan pangan masih diutamakan untuk ayah, yang
persepsinya dimana ayah itu sebagai pencari nafkah dalam keluarga yang membutuhkan
banyak energi/kalori. Persepsi yang demikian merupakan persepsi yang keliru, dimana
seharusnya yang paling diutamakan adalah kecukupan gizi pada anak terutama balita,
dikarenakan anak dan balita masih dalam proses pertumbuhan.

6. Konsumsi pangan masyarakat

Pemenuhan gizi yang cukup juga harus diperoleh seluruh masyarakat yang
berekonomi rendah, menengah sampai yang berekonomi tinggi. Karena dengan gizi
yang cukup pada masyarakat dapat meningkatkan produktivitas kerja yang
berpengaruh terhadap perekonomian Negara.

D. Penanggulangan Masalah Gizi

Kebijakan upaya perbaikan gizi dikembangkan dan diarahkan untuk meningkatkan


status gizi masyarakat, Pada saat krisis ekonomi di Indonesia yang berlangsung cukup
lama, kebijakan yang dilakukan bersifat penyelamatan (rescue) dan pencegahan “lost
generation”, sekaligus pembaharuan (reform) agar kejadian ini tidak terulang kembali.
Untuk itu maka kebijakan harus menjangkau berbagai faktor yaitu:

Kebijakan jangka pendek, bertujuan menangani anak dan keluarga yang terpuruk
akibat krisis. Program penyelamatan ini dikenal dengan Jaring Pengaman Sosial Bidang
kesehatan (JPSBK) termasuk perbaikan gizi. Kebijakan diarahkan pada peningkatan
upaya penanggulangan kasus pemulihan keadaan gizi anak, penurunan kematian akibat
gizi buruk dan peningkatan mutu sumberdaya manusia melaui peningkatan keadaan gizi
masyarakat.

Kebijakan jangka menengah dan panjang, berupa reformasi kebijakan yang tujuannya
adalah menyempurnakan subsistem pelayanan kesehatan dan pembiayaan kesehatan agar
menjadi lebih proaktif, professional serta mandiri.

Undang-Undang No. 17 tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang


Nasional tahun 2005-2025 menegaskan bahwa “Pembangunan dan perbaikan gizi
dilaksanakan secara lintas sektor meliputi produksi, pengolahan, distribusi, hingga
konsumsi pangan dengan kandungan gizi yang cukup, seimbang, serta terjamin
keamanannya. Ketahananan pangan merupakan salah satu prioritas dalam Rencana
Pembangunan Nasional Jangka Menengah Tahun 2010-2014 yang ditetapkan melalui
Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 5 Tahun 2010. Instruksi Presiden No. 3 Tahun
2010 menginstruksikan perlunya disusun Rencana Aksi Pangan dan gizi nasional.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014 secara tegas


telah memberikan arah Pembangunan Pangan dan Gizi yaitu meningkatkan ketahanan
pangan dan status kesehatan dan gizi masyarakat. Selanjutnya dalam Instruksi Presiden
No. 3 tahun 2010 tentang Program Pembangunan yang Berkeadilan yang terkait dengan
Rencana Tindak Upaya Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium (MDGs), ditegaskan
perlunya disusun dokumen Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi (RAN-PG) 2011-
2015 dan Rencana Aksi Daerah Pangan dan Gizi (RAD-PG) 2011-2015 di 33 provinsi.
Keluaran rencana aksi diharapkan dapat menjembatani pencapaian MDGs yang telah
disepakati dalam RPJMN 2010-2014 yaitu menurunnya prevalensi gizi kurang anak balita
menjadi 15,5 persen, menurunnya prevalensi pendek pada anak balita menjadi 32 persen,
dan tercapainya konsumsi pangan dengan asupan kalori 2.000 Kkal/orang/hari. Dalam
rencana aksi ini kebijakan pangan dan gizi disusun melalui pendekatan lima pilar
pembangunan pangan dan gizi yang meliputi (1) perbaikan gizi masyarakat; (2)
aksesibilitas pangan; (3) mutu dan keamanan pangan; (4) perilaku hidup bersih dan sehat
(PHBS), dan (5) kelembagaan pangan dan gizi. Kebijakan tersebut adalah peningkatan
status gizi masyarakat terutama ibu dan anak melalui ketersediaan, akses, konsumsi dan
keamanan pangan, perilaku hidup bersih dan sehat termasuk sadar gizi, sejalan dengan
penguatan mekanisme koordinasi lintas bidang dan lintas program serta kemitraan.
Sedangkan, strategi nasional yang menjabarkan kebijakan diatas meliputi:

1. Perbaikan gizi masyarakat, terutama pada ibu pra-hamil, ibu hamil, dan anak
melalui   peningkatkan ketersediaan dan jangkauan pelayanan kesehatan
berkelanjutan difokuskan pada intervensi gizi efektif pada ibu pra-hamil, ibu
hamil, bayi, dan anak baduta.
2. Peningkatan aksebilitas pangan yang beragam melalui peningkatan ketersediaan
dan aksesibiltas pangan yang difokuskan pada keluarga rawan pangan dan miskin.
3.  Peningkatan pengawasan mutu dan keamanan pangan melalui peningkatan
pengawasan keamanan pangan yang difokuskan pada makanan jajanan yang
memenuhi syarat dan produk industri rumah tangga (PIRT) tersertifikasi.
4.  Peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) melalui peningkatan
pemberdayaan masyarakat dan peran pimpinan formal serta non formal, terutama
dalam peribahan perilaku atau budaya konsumsi pangan yang difokuskan pada
penganekaragaman konsumsi pangan berbasis sumber daya lokal, perilaku hidup
bersih dan sehat, serta merevitalisasi posyandu.
5.  Penguatan kelembagaan pangan dan gizi melalui penguatan kelembagaan pangan
dan gizi di tingkat nasional, provinsi, dan kabupaten dan kota yang
mempunyai kewenangan merumuskan kebijakan dan program bidang pangan dan
gizi, termasuk sumber daya serta penelitian dan pengembangan. Untuk
pelaksanaan kebijakan dan strategi di tingkat provinsi.

Dengan kata lain, kualitas hidup masyarakat dipengaruhi oleh terjadinya saling
keterikatan dan sinergitas antara pengembangan ekonomi perkotaan, nonpertanian,
dan sektor pertanian; peningkatan produksi pertanian dan nonpertanian yang
berorientasi pada peningkatan kesempatan berusaha dan kesempatan kerja untuk
penyempurnaan lembaga pertanian untuk memfasilitasi pengelolaan sumber daya
alam secara optimal dan pengelolaan konsumsi bernilai gizi tinggi dan sanitasi.
Dengan dapat dicapainya keamanan dan ketahanan pangan secara berelanjutan, dan
menghilangkan kemiskinan berarti pula kualitas hidup masyarakat pun dapat
ditingkatkan.
E. Indikator kinerja program permasalahan gizi

Program Perbaikan Gizi Masyarakat  adalah salah satu  program pokok Puskesmas 
yaitu program  kegiatan yang meliputi peningkatan pendidikan gizi, penanggulangan
Kurang Energi Protein, Anemia Gizi Besi, Gangguan Akibat Kekurangan Yaodium
(GAKY), Kurang Vitamin A, Keadaan zat gizi lebih, Peningkatan Survailans Gizi, dan
Perberdayaan Usaha Perbaikan Gizi Keluarga/Masyarakat.
Kegiatan-kegiatan program ini ada yang dilakukan  harian,  bulanan, smesteran ( 6 bulan
sekali) dan tahun ( setahun sekali) serta beberapa kegiatan  investigasi dan intervensi
yang dilakukan setiap saat jika ditemukan masalah gizi  misalnya ditemukan adanya
kasus gizi buruk.  Kegiatan program Perbaikan Gizi Masyarakat dapat dilakukan dalam
maupun di luar gedung Puskesmas.
Ada 18 indikator kinerja program permasalahan gizi

NO KEGIATAN INDIKATOR

1 Persentase kasus balita gizi buruk yang mendapat perawatan

2 persentase balita yang ditimbang berat badannya

3 perawatan bayi usia kurang dari 6 bulan mendapat asi ekslusif

4 persentase rumah tangga mengkonsumsi garam beryodium

5 persentase balita 6-59 bulan mendapat kapsul vitamin A

persentase ibu hamil yang mendapatkan tablet tambah darah (TTD) minimal 90
6
tablet selama masa kehamilan

Persentase ibu hamil kurang energi kronik (KEK) yang mendapat makanan
7
tambahan

8 Persentase balita kurus yang mendapat makanan tambahan

9 Persentase remaja putri mendapat TTD

10 Persentase ibu nifas mendapat kapsul vitamin A

11 Persentase bayi yang baru lahir mendapat IMD

12 persentase bayi dengan berat badan lahir rendah (berat badan <2500 gram)

13 Persentase balita mempunyai buku KIA/KMS

14 Persentase balita ditimbang yang naik berat badannya


15 persentase balita ditimbang yang tidak naik beratb badannya (T)

Persentase balita ditimbang yang tidak naik berat badannya dua kali berturut-
16
turut (2T)

17 Persentase balita di bawah garis merah (BGM)

18 persentase ibu hamil anemia


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pangan dan gizi merupakan hal terpenting dalam pembangunan manusia di indonesia.
Masalah pangan yang biasanya sering dihadapi adalah ketersediaan pangan dan
kerawaaan konsumsi pangan yang di pengaruhi oleh kemiskinan, rendahnya pendidikan 
dan adat kepercayaan yang terkait dengan tabu makanan.Sementara permasalahan gizi
tidak terbatas pada kondisi kekurangan gizi saja melainkan juga pada pembangunan
manusia di indonesia. Sehingga masalah pangan dan gizi sangat mempengaruhi
perkembangan manusia di indonesia

Sehingga pangan dan gizi merupakan pilar pembangun Kualitas sumber daya manusia
(SDM) yang berkualitas yaitu SDM yang sehat, cerdas dan  memiliki fisik yang tangguh
serta produktif merupakan faktor utama yang diperlukan untuk melaksanakan
pembangunan nasional. Gizi merupakan salah satu faktor penting yang menentukan
tingkat kesehatan dan keserasian antara perkembangan fisik dan perkembangan mental.

Investasi di sektor sosial (gizi,kesehatan dan pendidikan) akan memperbaiki keadaan


gizi masyarakat yang merupakan salah satu faktor penentu untuk meningkatkan kualitas
SDM. Dengan meningkatnya kualitas SDM, akan meningkatkan produktivitas kerja yang
selanjutnya akan meningkatkan ekonomi. Dengan terjadinya perbaikan ekonomi akan
mengurangi kemiskinan dan selanjutnya akan meningkatkan keadaan gizi, meningkatkan
kualitas SDM.
DAFTAR PUSTAKA

Achadi, Endang, L.. 2007. Gizi dan Kesehatan Masyarakat (Edisi Revisi). PT RajaGrafindo
Persada : Jakarta

Nyoman, dkk. 2002. Penilaian Status Gizi. Buku Kedokteran: Jakarta.

Azwar, Azrul, 2002. Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS). Jakarta


TUGAS PENGEMBANGAN DAN EVALUASI PROGRAM
PANGAN GIZI MASYARAKAT

TENTANG

PERMASALAHAN PANGAN DAN GIZI

DIKERJAKAN OLEH :

MAHASISWI PRODI D-IV GIZI


SEMESTER VI

AYU YUNITA SIMANJUNTAK

PO1031215006

POLTEKKES KEMENKES MEDAN


JURUSAN GIZI

T.A 2017/2018

Anda mungkin juga menyukai