KELOMPOK 3
Disusun oleh :
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat dan karunianya penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Penulis
mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu yaitu, Ns.Diah Tika
Anggraeni,M.Kep. Selaku dosen dari mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah
karena telah membantu kelancaran dalam pembuatan makalah ini.
Kelompok 3
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Gagal jantung kongestif merupakan keadaan patofisiologis berupa
kelainan fungsi jantung, sehingga jantung tidak mampu memompa darah
untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan. Gejala yang muncul
sesuai dengan gejala gagal jantung kiri diikuti gagal jantung kanan, terjadi
di dada karena peningkatan kebutuhan oksigen (Mansjoer, 2009).
Menurut Brashers dalam Syandi (2008) masalah kesehatan dengan
penyakit Congestive Heart Failure (CHF) masih menduduki peringkat
yang tinggi. CHF merupakan salah satu penyebab mortalitas dan
morbiditas yang tinggi. WHO (2013) melaporkan bahwa sekitar 3000
penduduk Amerika menderita CHF. Kajian epidemiologi menunjukkan
bahwa ada 1,5% sampai 2% orang dewasa di Amerika Serikat menderita
Congestive Heart Failure (CHF) terjadi 700.000 perawatan di rumah sakit
pertahun. Sedangkan di Eropa dan Jepang masing-masing terdapat sekitar
6 juta dan 2,5 juta kasus dan hampir 1 juta kasus baru didiagnosa tiap
tahunnya di seluruh dunia. Gagal jantung merupakan salah satu penyakit
jantung yang angka kejadiannya di Indonesia dari tahun ke tahun semakin
meningkat. Berdasarkan Hasil Riskesdas Kemenkes RI (2013), prevalensi
penyakit jantung coroner di Indonesia mencapai 0,5% dan gagal jantung
sebesar 0,13% dari total penduduk berusia 18 tahun keatas.
B. Tujuan
1. Memberikan gambaran asuhan keperawatan pada pasien CHF
2. Memberikan gambaran pemberian oksigen pada pasien CHF
dengan gangguan kebutuhan oksigenasi
3. Mahsiswa mampu mengetahui definisi CHF
4. Mahsiswa mampu mengetahui Penatalaksanaan Medis CHF
1
BAB II
PEMBAHASAN
B. Prevelensi CHF
Prevalensi Congestive Heart Failure (CHF) di Indonesia
menurut Riskesdas (2016) sebesar 0,3% dari total jumlah penduduk di
Indonesia.
Data yang diperoleh dari World Health Organization (WHO) tahun
2016 menunjukkan bahwa pada tahun 2015 terdapat 23 juta atau
sekitar 54% dari total kematian disebabkan oleh Congestive Heart
2
Failure (CHF). Penelitian yang telah dilakukandi Amerika Serikat
menunjukkan bahwa resiko berkembangnya Congestive Heart Failure
(CHF) adalah 20% untuk usia ≥ 40 tahun dengan kejadian > 650.000
kasus baru yang diagnosis Congestive Heart Failure (CHF) selama
beberapa dekade terakhir. Kejadian Congestive Heart Failure (CHF)
meningkat dengan bertambahnya umur. Tingkat kematian untuk
Congestive Heart Failure (CHF) sekitar 50% dalam kurun waktu lima
tahun (Arini, 2015).
Congestive Heart Failure (CHF) telah meningkat dan menjadi
peringkat pertama sebagai penyebab utama kematian di Indonesia.
Prevalensi Congestive Heart Failure (CHF) di Indonesia menurut
Riskesdas (2016) sebesar 0,3% dari total jumlah penduduk di
Indonesia. Data prevalensi penyakit ditentukan berdasarkan hasil
wawancara pada responden umur ≥ 15 tahun berupa gabungan kasus
penyakit yang pernah di diagnosis dokter atau kasus yang mempunyai
gejala penyakit gagal jantung (Riskesdas, 2016). Prevalensi
Congestive Heart Failure (CHF) di Nusa Tenggara Barat mencapai
(0,4%) untuk yang terdiagnosis dan (0,14%) untuk prevalensi gejala.
Penyakit Congestive Heart Failure (CHF) meningkat seiring dengan
bertambahnya umur, tertinggi pada umur 65-74 tahun (0,5%) untuk
yang terdiagnosis, menurun sedikit pada umur ≥ 75 tahun (0,4%) tetapi
untuk gejala tertinggi pada umur ≥ 75 tahun (1,1%) (Riskesdas, 2016).
Berdasarkan data RSUP Mataram, sebanyak 3.820 pasien dengan
keluhan jantung dan penyakit pembuluh darah lainnya yang datang
berkunjung pada tahun 2018. Jumlah ini cenderung meningkat setiap
tahunnya antara sekitar 5-15% (RSUP NTB, 2018). RSUP Mataram
pada tahun 2018 memiliki 1.174 pasien dengan kasus penyakit jantung
dan pembuluh darah. Pada ruangan khusus penyakit jantung (poli
jantung dan ICU), jumlah pasien jantung setiap tahunnya semakin
meningkat dimana pada tahun 2017 sebanyak 470 orang dan tahun
2018 jumlah pasien jantung meningkat kembali menjadi 522 orang.
3
Jumlah pasien Congestive Heart Failure (CHF) pada tahun 2017
menempati urutan pertama pada kasus penyakit jantung dengan jumlah
sebanyak 149 orang dan lebih dari 75% pasien Congestive Heart
Failure (CHF) tersebut mengalami rawat inap ulang (kekambuhan).
Hal ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan pasien Congestive
Heart Failure (CHF) tentang diet jantung selama perawatan di rumah
(RSUP NTB, 2017).
Dari data di atas menunjukkan bahwa terjadi peningkatan penyakit
jantung, sehingga aspek pengetahuan tentang diet jantung masih
minim. Diet jantung yang dianjurkan pada seperti tujuan dilakukannya
diet jantung, syarat-syarat yang harus dipenuhi pada saat menjalani
diet jantung, makanan yang boleh dan tidak boleh dikonsumsi selama
menjalani diet jantung, dan aturan yang harus diperhatikan selama
menjalani diet jantung. Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan
bahwa tingkat pengetahuan pasien Congestive Heart Failure (CHF)
tentang diet jantung tergolong masih rendah. Berdasarkan wawancara
terhadap perawat poli, bahwa upaya penyuluhan yang sudah dilakukan
hasilnya belum optimal.
4
penyakit miokardium degeneratif, berhubungan dengan gagal jantung
karena kondisi yang secara langsung merusak serabut jantung,
menyebabkan kontraktilitas menurun.
3. Hipertensi sistemik atau pulmonal
Meningkatkan beban kerja jantung dan pada gilirannya
mengakibatkan hipertrofi serabut otot jantung.
4. Peradangan dan penyakit miokardium degeneratif
Berhubungan dengan gagal jantung karena kondisi ini secara
langsung merusak serabut jantung menyebabkan kontraktilitas
menurun.
5. Penyakit jantung lain
Gagal jantung dapat terjadi sebagai akibat penyakit jantung yang
sebenarnya, yang secara langsung mempengaruhi jantung. Mekanisme
biasanya terlibat mencakup gangguan aliran darah yang masuk jantung
(stenosis katup semiluner), ketidakmampuan jantung untuk mengisi
darah (tamponade, perikardium, perikarditif konstriktif, atau stenosis
AV), peningkatan mendadak afterload.
6. Faktor sistemik
Terdapat sejumlah besar faktor yang berperan dalam
perkembangan dan beratnya gagal jantung. Meningkatnya laju
metabolisme (misal: demam), hipoksia dan anemia diperlukan
peningkatan curah jantung untuk memenuhi kebutuhan oksigen
sistemik. Hipoksia dan anemia juga dapat menurunkan suplai oksigen
ke jantung. Asidosis respiratorik atau metabolik dan abnormalitas
elektronik dapat menurunkan kontraktilitas jantung.
Faktor Resiko
5
c. Sistem imun, yaitu adanya hipersensitifitas.
d. Infeksi yang disebabkan oleh virus, parasit, bakteri.
e. Toksik yang disebabkan karena pemberian agen kemoterapi
(antrasiklin, siklofosfamid, 5 FU), terapi target kanker
(transtuzumab, tyrosine kinase inhibitor), NSAID, kokain, alkohol.
f. Faktor genetik seperti riwayat dari keluarga.
(Ford et al., 2015)
D. Patofisiologi CHF
6
Congestive Heart Failure (CHF) terjadi karena interaksi kompleks
antara factor-faktor yang memengaruhi kontraktilitas, after load, preload,
atau fungsi lusitropik (fungsi relaksasi) jantung, dan respons
neurohormonal dan hemodinamik yang diperlukan untuk menciptakan
kompensasi sirkulasi. Meskipun konsekuensi hemodinamik CHF
berespons terhadap intervensi farmakologis standar, terdapat interaksi
neurohormonal kritis yang efek gabungannya memperberat dan
memperlama sindrom yang ada. Sistem renin angiotensin aldosteron
(RAA): Selain untuk meningkatkan tahanan perifer dan volume darah
sirkulasi, angiotensin dan aldosteron berimplikasi pada perubahan
struktural miokardium yang terlihat pada cedera iskemik dan
kardiomiopati hipertropik hipertensif. Perubahan ini meliputi remodeling
miokard dan kematian sarkomer, kehilangan matriks kolagen normal, dan
fibrosis interstisial. Terjadinya miosit dan sarkomer yang tidak dapat
mentransmisikan kekuatannya, dilatasi jantung, dan pembentukan jaringan
parut dengan kehilangan komplians miokard normal turut memberikan
gambaran hemodinamik dan simtomatik pada Congestive Heart Failure
(CHF). Sistem saraf simpatis (SNS): Epinefrin dan norepinefrin
menyebabkan peningkatan tahanan perifer dengan peningkatan kerja
jantung, takikardia, peningkatan konsumsi oksigen oleh miokardium, dan
peningkatan risiko aritmia. Katekolamin juga turut menyebabkan
remodeling ventrikel melalui toksisitas langsung terhadap miosit, induksi
apoptosis miosit, dan peningkatan respons autoimun.
7
2. Penurunan kontraktilitas (inotropi) terjadi akibat fungsi miokard yang
tidak adekuat atau tidak terkoordinasi sehingga ventrikel kiri tidak dapat
melakukan ejeksi lebih dari 60% dari volume akhir diastoliknya
(LVEDV). lni menyebabkan peningkatan bertahap LVEDV ( Left
Ventricular End-Diastolic Volume) (juga
8
tropomiosin), fibrosis interstisial, dan penurunan daya tahan hidup miosit.
Dengan berjalannya waktu, kontraktilitas mulai menurun dengan
penurunan curah jantung dan fraksi ejeksi, peningkatan LVEDV, dan
kongesti paru.
9
3. Tahanan terhadap pengisian ventrikel kiri terjadi akibat relaksasi
abnormal (lusitropik) ventrikel kiri dan dapat disebabkan oleh setiap
kondisi yang membuat kaku miokard ventrikel seperti penyakit jantung
iskemik yang menyebabkan jaringan parut, hipertensi yang mengakibatkan
kardiomiopati hipertrofi, kardiomiopati restriktif, penyakit katup atau
penyakit perikardium.
ada tiga tahapan gejala yang bisa dilihat pada seorang pengidap
gagal jantung kongestif. Yang pertama adalah gejala tahap awal. Pada
tahap ini, pasien mengalami :
10
Jika kondisi penderita terus memburuk, muncul beberapa gejala seperti di
bawah ini.
F. Komplikasi CHF
11
berhasil diresusitasi, amiodaron, β blocker, dan vebrilator yang
ditanam mungkin turut mempunyai peranan.
c. Ekokardiografi
12
g. Oksimetrinadi : Saturasi oksigen mungkin rendah terutama jika gagal
jantung kongestif akut menjadi kronis.
Pencegahan Chf
1. Mengonsumsi makanan sehat, seperti sayur-sayuran, buah-buahan,
biji-bijian utuh, ikan, dan daging.
2. Batasi asupan gula dan garam.
3. Batasi konsumsi minuman keras.
4. Jika kamu memiliki tingkat tekanan darah dan kolesterol yang tinggi,
segera lakukan penanganan. Kedua kondisi ini bisa meningkatkan
risiko terkena gagal jantung.
5. Jaga berat badan pada batasan sehat dan lakukan langkah-langkah
penurunan berat badan jika diperlukan.
6. Berhenti merokok jika kamu seorang perokok. Jika kamu bukan
perokok, jauhi asap rokok agar tidak menjadi perokok pasif.
7. Lakukan aktivitas atau olahraga yang dapat membuat jantung sehat,
seperti bersepeda atau berjalan kaki, minimal dua setengah jam per
minggu.
13
1. Penggunaan penyekat beta dan penghambat enzim pengubah
angiotensin ( inhibitor ACE ) sebagai terapi yang paling efektif untuk CHF
kecuali ada kontraindikasi khusus. Inhibitor ACE menurunkan afterload
(TPR) dan volume plasma ( preload ). Penyekat reseptor angiotensin dapat
digunakan sebagai inhibitor ACE.
KASUS
14
anamnesa, didapatkan hasil sebagai berikut pasien mengatakan cepat
capek bila melakukan aktivitas yang ringan, pasien mempunyai riwayat
hipertensi tidak terkontrol sejak 4 tahun yang lalu, pasien terlihat gelisah,
terdapat edema ektremitas (+), pitting edema (+), akral dingin, PND (+).
TTV : TD : 155/100 mmHg, HR : 120x/menit, RR : 32 x/menit. Hasil
Pemeriksaan lab diperoleh BNP 150 g/ml, AGD : pH : 7, 50, PO2 : 85 %,
PCO2 : 30 %, HCO3 : 26. Hasil Rongten thorax menandakan terjadinya
overload dan kardiomegali. Hasil Echokardiografi menunjukan fraksi
ejeksi : 30 % dengan status volume berlebih. Pasien mendapatkan diuretik
dan terapi oksigen dengan menggunakan NRM 10 liter/menit. Pasien
mendapatkan terapi cairan asering 10 tetes/menit Pasien dan keluarga
bertanya kenapa bisa terkena penyakit ini.
Diagnosa medis pasien CHF, perawat dan dokter serta paramedic lainnya
yang terkait melakukan perawatan secara integrasi untuk menghindari /
mengurangi resiko komplikasi lebih lanjut.
A. ANALISA DATA
15
SMRS permeabilitas
|
TTV :
Cairan keluar ke
TD : 155/100 mmHg ekstavaskuler sel
|
HR : 120x/menit
Terjadi edema
RR : 32 x/menit |
Penyempitan jalan
Pemeriksaan lab :
nafas
BNP 150 g/ml, |
Bersihan jalan nafas
AGD : pH : 7, 50,
tidak efektif
PO2 : 85 %,
PCO2 : 30 %,
HCO3 : 26
16
↓
Intoleransi aktivitas
B. Prioritas Masalah
NOMOR MASALAH
1. Masalah aktual (Bersihan Jalan Nafas tidak efektif)
2. Masalah aktual (Intoleransi aktivitas)
17
aroma)
Terapeutik
- Posisikan semi
fowler/fowler
- Memberikan
oksigen
Edukasi
- Anjurkan Teknik
batuk efektif
IMPLEMENTASI
N Tanggal/jam Diangnosa Tindakan Hasil Paraf
O keperawatan
18
1. 27/08/2021 Bersihan jalan Observasi S:
nafas tidak
- Memonitor pola nafas Pasien
efektif b.d
spasme jalan (frekuensi kedalaman mengatakan
nafas
usaha nafas) sesak nafas
berat sejak 4
jam setelah
masuk rumah
sakit
- Memonitor sputum S:
Pasien
mengatakan
batuk disertai
dahak
Terapeutik O:
- Memposisikan semi Pasien diajarkan
fowler/fowler posisi semi
fowler
- Memberikan oksigen O:
Pasien diberikan
terapi oksigen
dengan
menggunakan
NRM 10
liter/menit.
Edukasi O:
- Mengajarkan Teknik Pasien diajarkan
batuk efektif dengan cara
batuk efektif
2. 27/08/2021 Observasi S:
19
- mengidentifikasi gangguan Pasien
fungsi tubuh yang mengatakan
mengakibatkan kelelahan sesak nafas
setelah
melakukan
aktifitas ringan
Terapeutik O:
- Melakukan latihan rentang Mengajarkan
gerak pasif atau aktif pasien
melakukan
Latihan rentang
gerak pasif atau
aktif
20
E. EVALUASI
Hari/Tanggal Diagnosa Evaluasi Paraf
27/08/2021 1 S : klien mengatakan masih sesak namun sudah
lebih baik dibanding saat hari pertama dirawat
O:
- klien tampak agak kesulitan bernafas saat
oksigennya tidak dipakai
- TTV:
TD : 155/100 mmHg
RR : 32 x/menit
A : masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan.
- Lakukan Latihan dengan cara batuk efektif
- Berikan terapi oksigen
- Lakukan posisi semi flower
27/08/2021 2 S : klien mengatakan mudah lelah, bila
melakukan aktivitas yang ringan.
O:
terdapat perubahan TD, RR, dan nadi sesudah
melakukan aktivitas
TD : 155/100 mmHg
HR : 120x/menit
RR : 32 x/menit
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
- Lakukan latihan rentang gerak pasif
dan/atau aktif
- Berikan aktivitas distraksi yang
21
menyenangkan
Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulannya CHF adalah ketidakefektifan jantung dalam memompa
darah sehingga kebutuhan darah bagi tubuh kurang terpenuhi dan
menimbulkan berbagai gejala klinis.
B. Saran
Diharapkan makalah ini dapat berguna bagi pembaca dan dapat
memahami CHF dan menjadi salah satu bentuk pembelajaran bagi
mahasisawa-mahasiswi.
22
DAFTAR PUSTAKA
23
24