Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN MAKALAH KELOMPOK

CHF (CONGESTIVE HEART FAILURE)

Dosen Pengampu : Maelina Ariyanti., S.Kep., Ners., M.Kep

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 2

1. EVA YUNIA HERLIN (331STYC22)


2. IDA SETIAWATI (336STYC22)
3. MAYANI (344STYC22)
4. NI KETUT YAYUK L. (347STYC22)
5. ROSDIANA (353STYC22)
6. ROSITA RAHMAYANI (354STYC22)
7. PATHUL AZIZ (351STYC22)

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI ALIH JENJANG S1 KEPERAWATAN
TAHUN AKADEMIK 2022
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolonganya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan tugas
makalah ini dengan baik. Sholawat serta salam semoga terlimpah curahkan
kepada baginda tercinta yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nantikan dalam
syafaatnya di akhirat.

Tidak lupa pula mengucapkan rasa syukur kepada Allah SWT atas
limpahan nikmat sehatnya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran.
Sehingga saya mampu untuk menyelesaikan makalah sebagai tugas dari mata
kuliah Keperawatan Dewasa dengan judul “LAPORAN MAKALAH
KELOMPOK CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF)” kami tentu
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu kami mengharapkan
kritik dan saran dari pembaca untuk makalah ini. Supaya makalah ini nantinya
dapat menjadi makalah yang lebih baik.

Pe
nulis

Kelom
pok 2

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................2
DAFTAR ISI....................................................................................................................3
BAB I................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.............................................................................................................4
A. Latar Belakang.......................................................................................................4
B. Rumusan Masalah..................................................................................................5
C. Tujuan....................................................................................................................6
BAB II...............................................................................................................................7
LANDASAN TEORI........................................................................................................7
A. Definisi...................................................................................................................7
B. Etiologi...................................................................................................................7
C. Manifestasi Klinis..................................................................................................9
D. Klasifikasi............................................................................................................10
E. Patofisiologi.........................................................................................................10
F. Pathway................................................................................................................13
G. Penatalaksanaan...................................................................................................13
BAB III...........................................................................................................................15
PEMBAHASAN.............................................................................................................15
A. Pengkajian Keperawatan......................................................................................15
B. Diagnosa Keperawatan........................................................................................19
C. Intervensi Keperawatan........................................................................................23
D. Implementasi Keperawatan..................................................................................30
E. Evaluasi Keperawatan..........................................................................................30
BAB IV............................................................................................................................31
PENUTUP.......................................................................................................................31
A. Kesimpulan..........................................................................................................31
B. Saran....................................................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................33

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gagal jantung adalah suatu keadaan ketika jantung tidak mampu
mempertahankan sirkulasi yang cukup untuk kebutuhan tubuh, gagal jantung
terjadi karena kondisi jantung yang terlalau lemah dalam memompa darah
keseluruh tubuh untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi. Gagal
jantung kongestif adalah ketika salah satu atau dua bagian jantung tidak
mampu memompa darah keluar, maka akan mengakibatkan gangguan aliran
darah yang menyebabkan pembendungan darah dalam jantung sehingga akan
muncul tanda dan gejala gagal jantung pada sirkulasi sistemik dan sirkulasi
paru (Waladani, dkk, 2019).
Gagal Jantung Kongestif merupakan salah Satu penyakit kardiovaskular
yang terus meningkat insiden (frekuensi penderita baru) dan prevalensinya
(frekuensi penderita lama dan baru). Penyakit Gagal jantung merupakan
masalah kesehatan yang terus berkembang di dunia. Walaupun terjadi
kemajuan teknologi dalam pendiagnosaan dan penatalaksanaanya, gagal
jantung mengalami peningkatan secara konsisten. Di Amerika Serikat
didapatkan sekitar 5,7 juta orang yang menderita gagal jantung, 670.000 kasus
baru didiagnosa setiap tahunnya (Bruno, 2019)
Kematian yang disebabkan oleh penyakit gagal jantung pada umumnya
termasuk masih tinggi didunia. Menurut World Health Organisation (WHO)
tahun 2016, menyebutkan bahwa pada tahun 2008, dikatakan 17,5 juta orang
meninggal akibat penyakit kardiovaskular yang mewakili dari 31% kematian
di dunia. Sedangkan dinegara-negara berkembang didapatkan kasus sejumlah
400.000 sempai 700.000 per tahun (Maharani, 2017)
Dibanding Amerika dan Eropa yang dengan tampilan klinis lebih berat ,
pasien gagal jantung di Indonesia relatif lebih muda. Penyakit jantung dan
pembuluh darah merupakan salah satu masalah kesehatan utama di negara
maju maupun berkembang, termasuk di Indonesia (Perhimpunan Dokter
Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI), 2015). Lebih dari 3 juta
kematian terjadi sebelum umur 60 tahun. Kematian dini terjadi berkisar 4% di

4
negara berpenghasilan tinggi, dan 42% terjadi di negara yang berpenghasilan
rendah yang disebabkan oleh penyakit jantung. Diperkirakan peningkatan
kematian akibat dari penyakit jantung akan terus terjadi hingga mencapai 23,3
juta ditahun 2030 (Kemenkes RI, 2015)
Berdasarkan hasil dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kemenkes RI,
prevalensi penyakit gagal jantung di Indonesia mencapai 1,5% dan yang
terdiagnosis dokter dari jenis kelaminya yaitu laki-laki sebesar 1,3% dan 1,6%
dari perempuan. Sedangkan prevalensi menurut tempat tinggal yang
terdiagnosis dokter, 1,6% diperkotaan dan 1,3% terjadi di perdesaan.
Prevalensi penyakit jantung di provinsi Bali mencapai 1,3% berdasarkan
diagnosis dokter pada semua umur (Riskesdas, 2018)
Dari data yang disampaikan diatas, penyakit kardiovaskular khususnya
pada gagl jantung kongestif merupakan penyakit dengan angka kematian yang
tinggi. Selain itu, pasien dengan gagal jantung kongestif sering mendapatkan
perawatan berulang karena mengalami kekambuhan (Febtrina & Nurhayati,
2017). Hal tersebut sejalan dengan data yang didapatkan dalam studi
pendahuluan yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)
Sanjiwani Gianyar. Dikatakan bahwa pasien yang menderita gagal jantung
kongestif pada tahun 2018, berjumlah 41 orang dan ditahun 2019, berjumlah
44 orang. Dimana dijelaskan pada data tersebut ada pasien yang melakukakn
pengobatan berulang.
Salah satu masalah keperawatan yang muncul pada pasien gagal jantung
kongestif adalah aktual/resiko tinggi penurunan curah jantung. Pada pasien
gagal jantung dengan penurunan curah jantung terjadi karena kelemahan
ventrikel kiri, meningkatkan tekanan vena pulmonal dan paru sehingga pasien
kesulitan mempertahankan oksigenasi dan mereka cenderung mengalami
sesak nafas (Sari, dkk, 2016).

B. Rumusan Masalah
1. Apa Definisi gagal jantung kongestif?
2. Bagaimana Etiologi dari gagal jantung kongestif?
3. Apa Manifestasi Klinis dari gagal jantung kongestif?
4. Bagaimana Klasifikasi dari gagal jantung kongestif?

5
5. Bagaimana Patofisiologi dari gagal jantung kongestif?
6. Bagaimana pathway dari gagal jantung kongestif?
7. Bagaimana penatalaksanaan dari gagal jantung kongestif?

C. Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui Definisi gagal jantung kongestif.
2. Mahasiswa dapat mengetahui Etiologi gagal jantung kongestif.
3. Mahasiswa dapat mengetahui Manifestasi klinis dari gagal jantung
kongestif.
4. Mahasiswa dapat mengetahui klasifikasi dari gagal jantung kongestif.
5. Mahasiswa dapat mengetahui patofisiologi dari gagal jantung kongestif.
6. Mahasiswa dapat mengetahui pathway dari gagal jantung kongestif.
7. Mahasiswa dapat mengetahui cara penatalaksaan dari gagal jantung
kongestif.

6
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Definisi
Gagal jantung adalah suatu keadaan patofisiologi dimana jantung gagal
mempertahankan sirkulasi adekuat untuk kebutuhan tubuh meskipun tekanan
pengisian cukup (Ongkowijaya dan Wantania, 2016).
Gagal jantung adalah sindrome klinis (sekumpulan tanda dan gejala),
ditandai oleh sesak napas dan fatigue (saat istirahat atau saat aktivitas) yang
disebabkan oleh kelainan struktur atau fungsi jantung. Gagal jantung
disebabkan oleh gangguan yang menghabiskan terjadinya pengurangan
pengisisan ventrikel (disfungsi diastolik) dan atau kontraktilitas miokardial
(disfungsi sistolik). (Nurarif, 2015).
Gagal jantung Kongestif adalah keadaan keadaan ketika jantung tidak
mampu lagi memompa darah secukupnya dalam memenuhi kebutuhan sirkulasi
tubuh untuk keperluan metabolisme jaringan tubuh pada kondisi tertentu,
sedangkan tekanan pengisisan ke dalam jantung masih cukup tinggi. (Aspaiani,
2016).
B. Etiologi
Secara umum penyebab gagal jantung dikelompokkan sebagai berikut
(Aspaiani, 2016) :
1. Disfungsi miokard
2. Beban tekanan berlebihan-pembebanan sistolik (sistolic overload).
a) Volume : defek septum atrial, defek septum ventrikel, duktus
arteriosus paten
b) Tekanan : stenosis aorta, stenosis pulmonal, koarktasi aorta
c) Disaritmia
3. Beban volume berlebihan-pembebanan diastolik (diastolic overload).
4. Peningkatan kebutuhan metabolik (demand oveload)
Menurut Smeltzer (2012) dalam Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah,
gagal jantung disebabkan dengan berbagai keadaan seperti :

7
1. Kelainan otot jantung
Gagal jantung sering terjadi pada penderita kelainan otot jantung,
disebabkan menurunnya kontra ktilitas jantung. Kondisi yang mendasari
penyebab kelainan fungsi otot jantung mencakup aterosklerosis koroner,
hipertensi arterial dan penyakit degeneratif atau inflamasi misalnya
kardiomiopati.
Peradangan dan penyakit miocardium degeneratif, berhubungan
dengan gagal jantung karena kondisi ini secara langsung merusak serabut
jantung, menyebabkan kontraktilitas menurun.
2. Aterosklerosis koroner
Aterosklerosis koroner mengakibatkan disfungsi miokardium karena
terganggunya aliran darah ke otot jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis
(akibat penumpukan asam laktat). Infark miokardium (kematian sel
jantung) biasanya mendahului terjadinya gagal jantung. Infark miokardium
menyebabkan pengurangan kontraktilitas, menimbulkan gerakan dinding
yang abnormal dan mengubah daya kembang ruang jantung.
3. Hipertensi Sistemik atau pulmonal (peningkatan after load)
Meningkatkan beban kerja jantung dan pada gilirannya
mengakibatkan hipertrofi serabut otot jantung. Hipertensi dapat
menyebabkan gagal jantung melalui beberapa mekanisme, termasuk
hipertrofi ventrikel kiri. Hipertensi ventrikel kiri dikaitkan dengan
disfungsi ventrikel kiri sistolik dan diastolik dan meningkatkan risiko
terjadinya infark miokard, serta memudahkan untuk terjadinya aritmia
baik itu aritmia atrial maupun aritmia ventrikel.
4. Penyakit jantung lain
Terjadi sebagai akibat penyakit jantung yang sebenarnya, yang secara
langsung mempengaruhi jantung. Mekanisme biasanya terlibat mencakup
gangguan aliran darah yang masuk jantung (stenosis katub semiluner),
ketidakmampuan jantung untuk mengisi darah (tamponade, pericardium,
perikarditif konstriktif atau stenosis AV), peningkatan mendadak after
load. Regurgitasi mitral dan aorta menyebabkan kelebihan beban volume

8
(peningkatan preload) sedangkan stenosis aorta menyebabkan beban
tekanan (after load).
5. Faktor sistemik
Terdapat sejumlah besar faktor yang berperan dalam perkembangan
dan beratnya gagal jantung. Meningkatnya laju metabolisme (misal :
demam, tirotoksikosis). Hipoksia dan anemia juga dapat menurunkan
suplai oksigen ke jantung. Asidosis respiratorik aau metabolik dan
abnormalitas elektronik dapat menurunkan kontraktilitas jantung.

C. Manifestasi Klinis
1. Gagal Jantung Kiri
a. Kongesti pulmonal : dispnea (sesak), batuk, krekels paru, kadar
saturasi oksigen yang rendah, adanya bunyi jantung tambahan bunyi
jant ung S3 atau “gallop ventrikel” bisa di deteksi melalui auskultasi.
b. Dispnea saat beraktifitas (DOE), ortopnea, dispnea nocturnal
paroksismal (PND).
c. Batuk kering dan tidak berdahak diawal, lama kelamaan dapat
berubah menjadi batuk berdahak.
d. Sputum berbusa, banyak dan berwarna pink (berdarah).
e. Perfusi jaringan yang tidak memadai.
f. Oliguria (penurunan urin) dan nokturia (sering berkemih dimalam
hari)
g. Dengan berkembangnya gagal jantung akan timbul gejalagejala
seperti: gangguan pencernaan, pusing, sakit kepala, konfusi, gelisah,
ansietas, sianosis, kulit pucat atau dingin dan lembab.
h. Takikardia, lemah, pulsasi lemah, keletihan.
2. Gagal Jantung Kanan
Kongestif jaringan perifer dan viscelar menonjol, karena sisi kanan
jantung tidak mampu mengosongkan volume darah dengan adekuat
sehingga tidak dapat mengakomondasikan semua darah yang secara
normal kembali dari sirkulasi vena.
a. Edema ekstremitas bawah
b. Distensi vena leher dan escites

9
c. Hepatomegali dan nyeri tekan pada kuadran kanan atas abdomen
terjadi akibat pembesaran vena di hepar.
d. Anorexia dan mual
e. Kelemahan

D. Klasifikasi
Klasifikasi Fungsional gagal jantung menurut New York Heart Association
(NYHA), sebagai berikut :

Kelas 1 Tidak ada batasan: aktivitas fisik yang biasa tidak menyebabkan
dipsnea napas, palpitasi atau keletihan berlebihan
Kelas 2 Gangguan aktivitas ringan: merasa nyaman ketika beristirahat,
tetapi aktivitas biasa menimbulkan keletihan dan palpitasi.

Kelas 3 Keterbatasan aktifitas fisik yang nyata: merasa nyaman ketika


beristirahat, tetapi aktivitas yang kurang dari biasa dapat
menimbulkan gejala
Kelas 4 Tidak dapat melakukan aktifitas fisik apapun tanpa merasa tidak
nyaman: gejala gagal jantung kongestif ditemukan bahkan pada saat
istirahat dan ketidaknyamanan semakin bertambah ketika
melakukan aktifitas fisik apapun.
Sumber: (Aspiani, 2016)

E. Patofisiologi
Menurut Wijaya & Yessi (2013), patofisiologi CHF yaitu:
1. Mekanisme Dasar
Kelainan kontraktilitas pada gagal jantung akan mengganggu
kemampuan pengosongan ventrikel. Kontraktilitas ventrikel kiri yang
menurun mengurangi cardiak output dan meningkatkan volume ventrikel.
Dengan meningkatnya EDV (volume akhir diastolic ventrikel) maka
terjadi pula peningkatan tekanan akhir diastolik kiri (LEDV). Dengan
meningkatnya LEDV, maka terjadi pula peningkatan tekanan atrium
(LAP) karena atrium dan ventrikel berhubungan langsung kedalam
anyaman vaskuler paru-paru meningkatkan tekanan kapiler dan venaparu-

10
paru. Jika tekanan hidrostatik dari anyaman kapiler paru-paru melebihi
tekanan osmotik kapiler, maka akan terjadi edema interstitial. Peningkatan
tekanan lebih lanjut dapat mengakibatkan cairan merembes ke alveoli dan
terjadilah edema paru. Tekanan arteri paru-paru dapat meningkat akibat
peningkatan kronis tekanan vena paru. Hipertensi pulmonalis
meningkatkan tekanan terhadap ejeksi ventrikel kanan. Serangkaian
kejadian seperti yang terjadi pada jantung kiri, juga akan terjadi pada
jantung kanan yang akhirnya akan menyebabkan edema dan kongesti
sistemik. Perkembangan dari edema dan kongesti sistemik atau paru dapat
diperberat oleh regurgitasi fungsional dari katup-katup trikuspidalis atau
mitralis secara bergantian. Regurgitasi fungsional dapat disebabkan oleh
dilatasi anulus katup atroventrikularis, atau perubahan orientasi otot
palpilaris dan korda tendinae akibat dilatasi ruang.
2. Respon kompensatorik
a. Meningkatnya aktivitas adrenergik simpatis
Menurunnya cardiac output akan meningkatkan aktivitas
adrenergik simpatik yang dengan merangsang pengeluaran
katekolamin dan saraf-saraf adrenergik jantung dan medula adrenal.
Denyut jantung dan kekuatan kontraktilitas akan meningkat untuk
menambah curah jantung. Selain itu juga terjadi vasokonstriksi arteri
perifer untuk menstabilkan tekanan arteri dan redistribusi volume
darah dengan mengurangi aliran darah ke organ–organ yang
metabolismenyarendah (kulit dan ginjal) untuk mempertahankan
perfusi ke jantung dan otak. Venokonstriksi akan meningkatkan aliran
balik vena ke sisi kanan jantung, untuk selanjutnya menambah
kekuatan kontriksi.
b. Meningkatnya beban awal akibat aktivitas sistem renin-angiotensin
aldosteron (RAA).
Aktivitas sistem RAA menyebabkan retensi natrium dan air oleh
ginjal, meningkatkan volume ventrikel dan regangan serabut.
Peningkatan beban awal ini akan menambah kontraktilitas
miokardium.

11
c. Atropi ventrikel
Respon kompensatorik terakhir pada heart failure adalah hidrotropi
miokardium akan bertambah tebalnya dinding .
d. Efek negatif dari respon kompensatorik
Pada awalnya respon kompensatorik sirkulasi memiliki efek yang
menguntungkan, namun pada akhirnya mekanisme kompensatorik
dapat menimbulkan gejala, meningkatkan kerja jantung, dan
memperburuk derajat gagal jantung. Resistensi jantung yang
bertujuan untuk meningkatkan kekuatan kontraktilitas dini
menyebabkan terbentuknya edema dan kongesti vena paru dan
sistemik. Vasokonstriksi arteri dan redistribusi aliran darah
mengganggu perfusi jaringan pada anyaman vaskuler yang
terkena,serta menimbulkan gejala dan tanda (kekurangan jumlah
keluaran urine dan kelemahan tubuh). Vasokonstriksi arteri juga
meningkatkan beban akhir dengan memperbesar resistensi terhadap
ejeksi ventrikel, beban akhir juga meningkat karena dilatasi ruang
jantung. Akibatnya, kerja jantung dan kebutuhan miokard akan
oksigen (MVO2) juga meningkat. Hipertrofi miokardium dan
rangsangan simpatis lebih lanjut akan meningkatkan kebutuhan
oksigen miokardium. Jika peningkatan ini tidak dapat dipenuhi
dengan meningkatkan suplai oksigen miokardium maka akan terjadi
iskemia miokard. Akhirnyadapat timbul beban miokard yang tinggi
dan serangan gagal jantung yang berulang.

12
F. Pathway

G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan gagal jantung dibagi menjadi 2 terapi yaitu:
1. Terapi Farmakologi
a. Diuretik (Diuretik tiazid dan loop diuretik)
Mengurangi kongestif pulmonal dan edema perifer, mengurangi gejala
volume berlebihan seperti ortopnea dan dispnea noktural peroksimal,

13
menurunkan volume plasma selanjutnya menurunkan preload untuk
mengurangi beban kerja jantung dan kebutuhan oksigen dan juga
menurunkan afterload agar tekanan darah menurun.
b. Antagonis aldosteron
Menurunkan mortalitas pasien dengan gagal jantung sedang sampai
berat.
c. Obat inotropik
Meningkatkan kontraksi otot jantung dan curah jantung.
d. Glikosida digitali
Meningkatkan kekuatan kontraksi otot jantung menyebabkan
penurunan volume distribusi.
e. Vasodilator (Captopril, isosorbit dinitrat)
Mengurangi preload dan afterload yang berlebihan, dilatasi pembuluh
darah vena menyebabkan berkurangnya preload jantung dengan
meningkatkan kapasitas vena.
f. Inhibitor ACE
Mengurangi kadar angiostensin II dalam sirkulasi dan mengurangi
sekresi aldosteron sehingga menyebabkan penurunan sekresi natrium
dan air. Inhibitor ini juga menurunkan retensi vaskuler vena dan
tekanan darah yg menyebabkan peningkatan curah jantung.
2. Terapi non farmakologi
Penderita dianjurkan untuk membatasi aktivitas sesuai beratnya, keluhan
seperti: diet rendah garam, mengurangi berat badan, mengurangi lemak,
mengurangi stress psikis, menghindari rokok, olahraga teratur.

14
BAB III
PEMBAHASAN
A. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian adalah tahap awal dan dasar dalam proses lanjutan. Pengkajian
merupakan tahap yang paling menentukan bagi tahap berikutnya. Kemampuan
Pencegahan Masalah (Rohmah dan Walid, 2014).
Dalam pengkajian dan data-data yang perlu dikaji antara lain :
1. Identitas
a. Identitas Klien
Nama, umur, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, alamat, pekerjaan,
suku/bangsa, agama, status perkawinan, tanggal masuk rumah sakit
(MRS), nomor register, dan diagnosa medik.
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, status hubungan dengan
klien.
2. Keluhan utama
Keluhan yang paling sering menjadi alasan pasien untuk meminta
pertolongan pada tenaga kesehatan seperti:
a. Sesak saat bekerja, dispnea nokturnal paroksimal, ortopnea
b. Lelah, pusing
c. Nyeri dada
d. Edema ekstremitas bawah
e. Nafsu makan menurun, nausea, distensi abdomen
f. Urine menurun
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Pengkajian yang mendukung keluhan utama dengan memberikan
pertanyaan tentang kronologi keluhan utama. Pengkajian yang didapat
dengan gejala-gejala kongesti vaskuler pulmonal, yakni munculnya dispnea,
ortopnea, batuk, edema pulmonal akut. Tanyakan juga gejala-gejala lain
yang mengganggu klien.

15
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Untuk mengetahui riwayat penyakit dahulu tanyakan kepada pasien apakah
pasien sebelumnya menderita nyeri dada khas infark miokardium,
hipertensi, DM, atau hiperlipidemia. Tanyakan juga obat-obatan yang
biasanya diminum oleh pasien pada masa lalu, yang mungkin masih relevan.
Tanyakan juga alergi yang dimiliki pasien
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Apakah ada keluarga klien yang menderita penyakit jantung, dan penyakit
keturunan lain seperti DM, Hipertensi.
6. Pola kesehatan fungsional menurut Gordon
a. Pola Persepsi kesehatan Pada kasus
Pada kasus CHF akan timbul ketakutan akan ketidakmampuan
beraktivitas pada dirinya dan harus menjalani pengobatan dan
prosedur pengobatan secara rutin. Selain itu, pengkajian juga meliputi
kebiasaan hidup klien seperti penggunaan obat steroid yang dapat
mengganggu metabolisme kalsium, pengsumsian alkohol yang dapat
mengganggu keseimbangan, serta kepatuhan klien dalam berobat.
b. Pola Nutrisi dan Metabolisme
Gejala : kehilangan nafsu makan, mual dan muntah, penambahan
berat badan secara signifikan, pembengkakan ekstremitas bawah,
kebiasaan diet tinggi garam dan kolestrol, penggunaan diuretik.
Tanda : penambahan berat badan secara signifikan dan distensi
abdomen/asites serta edema.
c. Pola Eliminasi
Untuk kasus CHF perlu dikaji berdasarkan frekuensi, konsistensi,
warna serta bau feses pada pola eliminasi alvi.Sedangkan pada pola
eliminasi uri dinilai, kepekatannya, warna, bau, dan jumlah. Pada
kedua pola ini juga dikaji ada kesulitan atau tidak.Gejala yang :
penurunan volume urin, unin berwama gelap, kebiasaan berkemih
malam hari (nokturia).

16
d. Pola Tidur dan Istirahat
Pada klien CHF sering ditemukan insomnia, dispnea saat istirahat dan
gelisah sehingga hal ini dapat mengganggu pola dan kebutuhan tidur
klien.Selain itu, pengkajian diterapkan pada waktu tidur, suasana
lingkungan, kebiasaan tidur, dan kesulitan tidur serta penggunaan obat
tidur.
e. Pola Aktivitas
Pada klien dengan CHF sering keletihan dan kelelahan sepanjang hari,
timbul gejala sesak pada aktifitas fisik berat, aktifitas fisik sedang,
aktifitas ringan, sangat ringan / istirahat.
f. Pola Hubungan dan Peran
Klien akan kehilangan peran dalam keluarga dan dalam masyarakat
bila klien harus menjalani rawat inap.
g. Pola Persepsi dan Konsep Diri
Dampäk yang timbul pada klien CHF adalah rasa cemas, rasa
ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas secara optimal, dan
pandangan terhadap dirinya yang salah (gangguan body image).
h. Pola Sensori dan Kognitif
Pada klien dengan CHF sering ditemukan perubahan Status mental :
letargi dan stres dengan penyakitnya.
i. Pola Reproduksi Seksual
Dampak pada klien CHF akan terjadi perubahan pemenuhan
kebutuhan seksual terutama karena nyeri dada dan sesak yang
menigkat karena aktivitas.
j. Pola Penanggulangan Stres
Pada klien CHF timbul rasa cemas tentang keadaan, mekanisme
koping yang dicapai klien tidak bisa efektif.
k. Pola Tata Nilai dan Keyakinan
Untuk klien CHF dengan bedrest total tidak dapat melaksanakan
ibadah dengan baik terutama frekuensi dan konsentrasi. Hal ini bisa
disebabkan karena nyeri dan sesak yang dirasakan klien.

17
7. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum: Kesadaran dan keadaan emosi, kenyamanan,
distress, sikap dan tingkah laku klien
b. Tanda-tanda vital
1) Tekanan darah
Nilai Normalnya:
Nilai rata-rata sistoliknya: 110-140 mmHg
Nilai rata-rata diastoliknya: 80-90 mmHg
2) Nadi
Nilai Normalnya: frekuensi 60-100x/menit
3) Pernapasan
Nilai normalnya: frekuensi 16-20x/menit
Pada pasien: respirasi ,emingkat, dispnea pada saat
istirahat/aktivitas
4) Suhu Badan
Metabolisme menurun, suhu menurun.
c. Pemeriksaan Head To Toe
1) Kepala : bentuk , kesimetrisan
2) Mata: konjungtiva: anemis, ikterik atau tidak
3) Mulut: apakah ada tanda infeksi
4) Telinga : kotor atau tidak, ada serumen atau tidak, kesimetrisan
5) Muka; ekspresi, pucat
6) Leher: apakah ada pembesaran kelenjar tiroid dan limfe
7) Dada: gerakan dada, deformitas
8) Abdomen : Terdapat asites, hati teraba dibawah arkus kosta kanan
9) Ekstremitas: lengan-tangan:reflex, warna dan tekstur kulit, edema,
clubbing, bandingkan arteri radialis kiri dan kanan.
10) Pemeriksaan khusus jantung :
a) Inspeksi: vena leher dengan JVP meningkat, letak ictus cordis
(normal : ICS ke5)
b) Palpasi: PMI bergeser kekiri, inferior karena dilatasi atau
hepertrofi ventrikel

18
c) Perkusi: batas jantung normal pada orang dewasa
Kanan atas: SIC II Linea Para Sternalis Dextra
Kanan bawah: SIC IV Linea Para Sternalis Dextra
Kiri atas: SIC II Linea Para Sternalis sinistra
Kiri bawah: SIC IV Linea Medio Clavicularis Sinistra
d) Auskultasi : bunyi jantung I dan II
BJ I: terjadi karena getaran menutupnya katup atrioventrikular,
yang terjadi pada saat kontraksi isimetris dari bilik pada
permulaan systole
BJ II : terjadi akibat getaran menutupnya katup aorta dan arteri
pulmonalis pada dinding toraks. Ini terjadi kira-kira pada
permulaan diastole. (BJ II normal selalu lebih lemah
daripada BJ I)
d. Pemeriksaan penunjang
1) Foto thorax dapat mengungkapkan adanya pembesaran jantung,
edema atau efusi pleura yang menegaskan diagnosa CHF.
2) EKG dapat mengungkapkan adanya tachicardi, hipertrofi bilik
jantung dan iskemi (jika disebabkan AMI), ekokardiogram
3) Pemeriksaan laboratorium: Hiponatremia, hiperkalemia pada tahap
lanjut dari gagal jantung, Blood Urea Nitrogen (BUN) dan
kreatinin meningkat, peningkatan bilirubin dan enzim hati.

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan penilaian klinis mengenai respon pasien
terhadap masalah kesehatan (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017). Diagnosa
berdasarkan SDKI adalah:
1. Pola napas tidak efektif
Definisi: inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi
adekuat.
Penyebab: hambatan upaya nafas (Misalnya: nyeri saat bernafas)
Batasan Karakteristik:
Kriteria Mayor:

19
a. Subjektf : Dipsnea
b. Objektif : Penggunaan otot bantu pernafasan, fase ekspi memanjang,
pola nafas abnormal
Kriteria minor :
a. Subjektif : Ortopnea
b. Objektif : Pernafasan pursed, pernafasan cuping hidung, diameter
thoraks anteriorposterior meningkat, ventilasi semenit menurun,
kapasitas vital menurun, tekanan ekpirasi dan inspirasi menurun,
ekskrusi dada berubah.
Kondisi klinis terkait : Trauma Thorax
2. Hipervolemia
Definisi : peningkatan volume cairan dan/atau intraseluler. intravaskuler,
interstisiel
Penyebab : ganguan mekanisme regulasi
Batasan karakteristik :
Kriteria mayor :
a. Subjektif : Ortopnea, dispnea, paroxymal nocturnal dyspnea (PND)
b. Objektif : Edema anasarka dan/atau edema perifer, berat badan
meningkat dalam waktu singkat, JVP dan/atau CVP meningkat,
refleks hepatojugular (+)
Kriteria minor :
a. Subjektif : -
b. Objektif : Distensi vena jugularis, suara nafas tambahan,
hepatomegali, kadar Hb/Ht turun, oliguria, intake lebih banyak dari
output, kongesti paru. Kondisi klinis terkait : Gagal Jantung Kongestif
3. Defisit nutrisi
Definisi : asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme.
Penyebab: ketidakmampuan mencerna makanan, faktor psikologis (mis:
stress, keengganan untuk makan).
Batasan karakteristik :
Kriteria mayor :

20
a. Subjektif : -
b. Objektif : Berat badan menurun minimal 10 % dibawah rentang ideal
Kriteria minor :
a. Subjektif : Cepat kenyang setelah makan, kram/nyeri abdomen, nafsu
makan menurun.
b. Objektif : Bising usus hiperaktif, otot pengunyah lemah, otot menelan
lemah, membran mukosa pucat, sariawan, albumin turun, rambut
rontok berlebihan, diare.
4. Gangguan pertukaran gas
Definisi : kelebihan atau kekurangan oksigenasi dan atau eliminasi
karbondioksida pada membran alveolus kapiler
Penyebab : Perubahan membran alveolus-kapiler
Batasan karakteristik :
Kriteria mayor :
a. Subjektif : Dispnea
b. Objektif : PCO2 meningkat/menurun, PO2 menurun, takikardia, pH
arteri meningkat/menurun, bunyi nafas tambahan
Kriteria minor :
a. Subjektif : Pusing, penglihatan kabur
b. Objektif : Sianosis, diaforesis, gelisah,nafas cuping hidung, pola nafas
abnormal, warna kulit abnormal, kesadaran menurun.
Kondisi klinis terkait : Gagal Jantung Kongestif.
5. Intoleransi aktivitas
Definisi : kelebihan atau kekurangan oksigenasi dan atau eliminasi
karbondioksida pada membran alveolus kapiler
Penyebab : Perubahan membran alveolus-kapiler
Batasan karakteristik :
Kriteria mayor :
a. Subjektif : Dispnea
b. Objektif :PCO2 meningkat/menurun, PO2 menurun, takikardia, pH
arteri meningkat/menurun, bunyi nafas tambahan

21
Kriteria minor :
a. Subjektif : Pusing, penglihatan kabur
b. Objektif : Sianosis, diaforesis, gelisah,nafas cuping hidung, pola nafas
abnormal, warna kulit abnormal, kesadaran menurun. Kondisi klinis
terkait : Gagal Jantung Kongestif.
6. Penurunan Curah Jantung
Definisi : ketidakadekuatan jantung memompa darah untuk memenuhi
kebutuhan metabolisme tubuh
Penyebab : perubahan preload, perubahan afterload dan/atau perubahan
kontraktilitas
Batasan karakteristik :
Kriteria mayor :
a. Subjektif : Lelah
b. Objektif : Edema, distensi vena jugularis, central venous pressure
(CVP) meningkat/menurun
Kriteria minor :
a. Subjektif :-
b. Objektif : Murmur jantung, berat badan bertambah, pulmonary artery
wedge pressure (PAWP) menurun
Kondisi klinis terkait : Gagal Jantung Kongestif
7. Nyeri akut
Definisi : pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan aktual atau fungsional dengan onset mendadak atau
lambatberintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3
bulan.
Penyebab : agen pencedera fisiologis (mis: iskemia)
Batasan karakteristik :
Kriteria mayor :
a. Subjektif : Mengeluh nyeri
b. Objektif : Tampak meringis, bersikap protektif, gelisah, frekuensi nadi
meningkat, sulit tidur

22
Kriteria minor :
a. Subjektif :-
b. Objektif : Tekanan darah meningkat, pola nafas berubah, nafsu makan
berubah, proses berpikir terganggu, menarik diri, berfokus pada diri
sendiri, diaforesis. Kondisi klinis terkait : Cedera Traumatis
8. Perfusi Perifer Tidak Efektif
Definisi : penurunan sirkulasi darah pada level kalpiler yang dapat
menggangu metabolisme tubuh
Penyebab : penurunan aliran arteri dan/atau vena
Batasan karakteristik :
Kriteria mayor :
a. Subjektif : -
b. Objektif : Pengisian kapiler >3 detik, nadi perifer menurun atau tidak
teraba, akral teraba dingin, warna kulit pucat, tugor kulit menurun.
Kriteria minor :
a. Subjektif : Parastesia, nyeri ektremitas (klaudikasi intermiten)
b. Objektif : Edema, penyembuhan luka lambat, indeks ankle-brakial
<0,90, bruit femoralis
Kondisi klinis terkait : Gagal Jantung Kongestif

C. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan adalah segala bentuk treatment yang dikerjakan oleh
perawat didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai
tujuan luaran yang di harapkan (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018). Intervensi
berdasarkan SIKI adalah:
No. Diagnosa Tujuan keperawatan Rencana keperawatan
keperawatan

1 Pola nafas tidak Setelah dilakukan tindakan a. Monitor pola nafas


efektif keperawatan selama …x… (frekuensi,
berhubungan jam diharapkan pola napas kedalaman, usaha
dengan membaik dengan kriteria nafas)
hambatan upaya hasil: b. Monitor bunyi nafas

23
nafas a. Frekuensi napas dalam tambahan ( misal
rentang normal Gurgling, mengi,
b. Tidak ada penggunaan wheezing)
otot bantu pernafasan c. Posisikan semi fowler
c. Pasien tidak d. Berikan minuman
menunjukkan tanda hangat
dispnea e. Berikan oksigen
f. Catat pergerakan
dada, amati
kesimestrisan
penggunaan alat
tambahan
g. Atur intake untuk
cairan
mengoptimalkan
keseimbangan
h. Monitor respirasi dan
status O2
i. Kolaborasi pemberian
bronkodilator ,
ekspektoran,
mukolitik, jika perlu

2 Hipervolemia Setelah dilakukan tindakan a. Monitor tanda-tanda


berhubungan keperawatan selama …x… vital
dengan jam diharapkan b. Monitor indikasi
gangguan keseimbangan cairan retensi/ kelebihan
mekanisme meningkat dengan kriteria cairan
regulasi hasil: c. Batasi asupan cairan
dan garam
a. Asupan cairan
d. Kaji lokasi dan luas
meningkat
edema
b. Haluan urine
e. Monitor masukan

24
meningkat makanan/cairan dan
c. Edema menurun hitung intake kalori
d. Dehidrasi menurun f. Kolaborasi pemberian
e. Tekanan darah deuritik sesuai
membaik instruksi
f. Denyut nadi membaik
g. Membran mukosa
membaik
h. Berat badan membaik

3 Defisit nutrisi Setelah di lakukan a. Kaji adanya alergi


berhubungan tindakan keperawatan makanan
dengan selama …x… jam b. Berikan informasi
ketidakmampua diharapkan status nutrisi tentang kebutuhan
n mencerna membaik dengan kriteria nutrisi
makanan, faktor hasil: c. Kaji kemampuan
psikologis a. Adanya peningkatan klien untuk
berat badan sesuai mendapatkan nutrisi
tujuan yang dibutuhkan
b. Berat badan ideal d. Monitor pertumbuhan
sesuai dengan tinggi dan perkembangan
badan, rumus: e. Anjurkan klien untuk
BBideal= (TB-100)- meningkatkan intake
100%TB fe
c. Mampu f. Anjurkan klien untuk
mengidentifikasi meningkatkan protein
kebutuhan nutrisi dan vitamin C
d. Tidak ada tanda-tanda g. Kolaborasi dengan
malnutrisi ahli gizi untuk
e. Menujukan menentukan jumlah
peningkatan fungsi kalori dan nutrisi
pengecapan dari yang dibutuhkan klien
menelan

25
f. Tidak terjadi
penurunan berat badan
yang berarti

4 Gangguan Setelah di lakukan a. Kaji pernafasan


pertukaran gas tindakan keperawatan pasien tiap dua jan
berhubungan selama …x… jam di (frekuensi, irama,
dengan harapkan pasien dapat bunyi dan kedalaman)
membran menunjukan oksigenasi b. Kaji sianosis jika ada
alveolus-kapiler dan vetilasi adekuat c. Ajarkan/anjurkan
dengan kriteria hasil: klien batuk efektif,
a. Dispnea menurun nafas dalam
b. Bunyi nafas tambahan d. Pantau saturasi
menurun oksigen dengan
c. Pola napas membaik oksimetri (alat untuk
d. PCO2 dan O2 membik pemantauan kadar
oksigen dalam darah
dari Hb pasien
e. Berikan tirah baring
f. Kaji adanya
perubahan sensori :
perubahan
mental,kepribadian
dan penurunan
kesadaran
g. Pertahankan posisi
duduk semifowler
h. Latih batuk efektif
jika terjadi batuk
i. Periksa GDA (gas
darah arteri) sesuai
indikasi

26
j. Kolaborasi pemberian
obat/oksigen
tambahan sesuai
indikasi

5 Intoleransi Setelah di lakukan a. Bantu klien untuk


aktifitas tindakan keperawatan mengidentifikasi
berhubungan selama …x… jam di aktivitas yang disukai
dengan harapkan toleransi aktifitas b. Bantu klien untuk
kelemahan membaik kriteria hasil: mengidentifikasi
a. Berpartisipasi dalam aktivitas yang
beraktivitas fisik tanpa dilakukan
di sertai peningkatan c. Bantu klien untuk
tekanan darah,nadi dan mendapatkan alat
respirasi, normal bantu aktivitas seperti
b. Mampu melakukan kursi roda, kruk
aktivitas sehari-hari d. Kolaborasi dengan
secara mandiri tenaga rehabilitas
c. Mampu berpindah medik dalam
dengan atau tanpa alat merencanakan
program terapi yang
tepat jika perlu

6 Penurunan Setelah dilakukan tindakan a. Identifikasi


Curah Jantung keperawatan selama …x… tanda/gejala primer
berhubungan jam diharapkan curah penurunan curah
dengan jantung meningkat dengan jantung
perubahan kriteria hasil: b. Identifikasi
preload/perubah a. Tanda vital dalam tanda/gejala sekunder
an rentang normal penurunan curah
afterload/peruba b. Kekuatan nadi perifer jantung
han meningkat c. Monitor intake dan
kontraktilitas

27
c. Tidak ada edema output cairan
d. Monitor keluhan nyeri
dada
e. Berikan terapi-terapi
relaksasi untuk
mengurangi stress
f. Anjurkan beraktifitas
fisik sesuai toleransi
g. Anjurkan beraktifitas
fisik secara bertahap
h. Kolaborasi pemberian
antiaritmia, jika perlu

7. Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan a. Identifikasi lokasi,


berhubungan keperawatan selama …x… karakteristik nyeri,
dengan agen jam diharapkan tingkat durasi, frekuensi,
pencedera nyeri menurun dengan intensitas nyeri
fisiologis kriteria hasil: b. Identifikasi skala
a. Skala nyeri berkurang nyeri
b. Klien menunjukkan c. Identifikasi faktor
ekspresi wajah tenang yang memperberat
c. Klien beristirahat dan memperingan
dengan nyaman nyeri
d. Berikan terapi non
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
e. Kontrol lingkungan
yang memperberat
rasa nyeri (mis: suhu
ruangan,
pencahayaan,kebising
an)
f. Anjurkan memonitor

28
nyeri secara mandiri
g. Ajarkan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi nyeri
h. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu

8. Perfusi Perifer Setelah dilakukan tindakan a. Periksa sirkulasi


Tidak Efektif keperawatan selama …x… perifer(mis:nadi
berhubungan jam diharapkan perfusi perifer,edema,pengis
dengan perifer meningkat dengan ian kapiler,
penurunan kriteria hasil: warna,suhu)
aliranarteri a. Nadi perifer teraba b. Identifikasi faktor
dan/atau vena kuat resiko gangguan
b. Akral teraba hangat sirkulasi
c. Warna kulit pucat c. Lakukan hidrasi
d. Anjurkan
menggunakan obat
penurun tekanan
darah, antikoagulan,
dan penurun
kolestrol, jika perlu
e. Anjurkan minum
obat pengontrol
tekanan darah secara
teratur
f. Informasikan tanda
dan gejala darurat
yang harus
dilaporkan

Sumber: Standar Intervensi Keperawatan Indonesia dalam (PPNI, 2018)

29
D. Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan adalah realisasi rencana tindakan yang mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.Kegiatan dalam pelaksanaan juga meliputi pengumpulan data
berkelanjutan, mengobservasi respons klien selama dan sebelum pelaksanaan
tindakan, serta menilai data yang baru (Rohmah dan Walid, 2014).

E. Evaluasi Keperawatan
1. Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan peruban keadaan
klien (hasil yang diamati) dengan tujuan kriteria hasil yang dibuat pada
tahap perencanaan (Rohmah dan Wahid, 2014)
2. Macam-macam Evaluasi Menurut Rohmah dan Walid ( 2014), macam-
macam evaluasi yatu.
a. Evaluasi Proses (formatif)
1) Evaluasi yang dilakukan setiap tindakan
2) Berorientasi pada selesainya etiologi
3) Dilakukan secara terus menerus sampai tujuan tercapai.
b. Evaluasi hasil (Sumatif)
1) Evaluasi yang dilakukan setelah tindakan selanjutnya secara
paripurna
2) Berorientasi pada masalah 2000
3) Keberhasilan/ ketidak berhasilan
4) Rekapitulasi dan kesimpulan status kesehatan pasien sesuai
dengan kerangka waktu yang ditetapkan
Ada tiga kemungkinan hasil evaluasi dalam pencapaian tujuan keperawatan,
yaitu :
1. Tujuan tercapai/masalah teratasi
2. Tujuan tercapai sebagian/masalah teratasi sebagian
3. Tujuan tidak tercapai/masalah belum teratasi.

30
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Asuhan keperawatan pada pasien Congestive Heart Failure (CHF) dengan
gangguan kebutuhan oksigenasi merupakan suatu asuhan yang kompleks, tidak
hanya khusus satu tindakan berupa pemberian oksigen melalui kanul nasal
tetapi juga disertai tindakan keperawatan yang lain yang dapat mendukung
teratasinya masalah keperawatan pada pasien yaitu pola napas tidak efektif
seperti pemberian posisi semi fowler, melatih batuk efektif, edukasi pasien
untuk membatasi aktivitas, dan edukasi keluarga untuk membantu kepatenan
posisi atau pemasangan kanul nasal.
Pemberian oksigen melalui kanul nasal pada pasien CHF dengan
gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi digunakan untuk mengurangi
sesak napas, mengembalikan keadaan hipoksia (konsentrasi oksigen rendah
dalam darah), menurunkan kerja sistem pernapasan, dan menurunkan kerja
jantung dalam memompa darah. Pemberian oksigen dilakukan secara terus-
menerus dan status pernapasan pasien dievaluasi pada periode tertentu.
Peran keluarga yang dapat membantu teratasinya gangguan oksigenasi
pada pasien CHF yaitu dengan menganjurkan keluarga agar membantu
memenuhi kebutuhan aktivitas pasien agar pasien dapat membatasi
aktivitasnya yang dapat menyebabkan sesak napas, melibatkan keluarga dalam
mempertahankan pasien pada posisi semi fowler, dan melibatkan keluarga
dalam menjaga ketepatan posisi kanul nasal pada pasien dan memantau
kecukupan air humidifier. Peran keluarga ini penting untuk membantu
mempertahankan keadekuatan pemberian oksigen yang dapat meningkatkan
keefektifan pola napas pasien karena keluarga yang selalu berada di dekat
pasien.

B. Saran
Diharapkan kepada pasien khusunya pada perawat setelah membaca
makalah ini dapat benar- benar memahami tentang penyakit congestive heart
failure (CHF) atau biasa dikenal dengan gagal jantung kongestif. Kemudian

31
bagi para pembaca agar dapat memberikan kritik yang sifatnya membangun
kepada penulis agar dapat memperbaiki makalah selanjutnya.

32
DAFTAR PUSTAKA
Anugoro, wulandari. 2012. 45 penyakit yang ditemukan di masyarakat
(pengenalan, pencegahan, dan alternatif pengobatanya). Yogyakarta :
Andi offset
Ardini, Desta N E. 2016. Perbedaan etologi gagal jantung kongestif pada usia
lanjut dengan usia dewasa.
Aspaiani, R. 2016. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Pada Pasien Gangguan
Kardiovaskuler: aplikasi nic&noc. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.

Bararah, T dan Jauhar, M. 2013. Asuhan Keperawatan Panduan Lengkap Menjadi

Bedah Brunner dan Suddart. Jakarta: EGC.


Bulechek, Gloria dkk. 2016. Nursing Interventions Clasifications (NIC).
Indonesia: Mocommedia.
Guyton, Arthur and Hall. 2012. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC.
Hidayat, Aziz, Alimul. 2010. Metodologi penelitian kesehatan paradigma
kuantitatif, cetakan pertama, Health Books Publishing, Surabaya
Huda huratif, armin dan hardhi kusuma. 2013. Aplikasi asuhan keperawatan
berdasarkan diagnosa medis dan NANDA NIC-NOC, jilid 1. Yogyakarta:
Media Action
Jakarta: CV Trans Into Media.
Jayandra, dkk. 2011. Kualitas tidur pada berbagai jenis dyspnea pasien dengan
gagal jantung kongestif.
Moorhead, Sue dkk. 2016. Nursing Outcomes Clasification (NOC). Indonesia:
Mocomedia.
Muttaqin, arif. 2012. Buku ajar Asuhan keperawatan klien dengan gangguan
NANDA International. 2015. Diagnosis Keperawatan (Defenisi dan Klasifikasi
2015-2017). Jakarta: EGC.
Nurarif,a.h. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis
dan Nanda Nic Noc. Yogyakarta: mediaction publishing yogyakarta.

Ongkowijaya, J., dan Wantania,.F. 2016. Hubungan Hiperurisemia Dengan


Kardiomegali Pada Pasien Gagal Jantung Kongestif.

33
Perawat Profesional. Jakarta : Prestasi Pustakaraya
PPNI, 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) edisi 1 cetakan II.
DPP PPNI. Jakarta
PPNI, 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) edisi 1 cetakan II.
DPP PPNI. Jakarta.
PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesi (SLKI) edisi 1 cetakan II.
DPP PPNI. Jakarta
Robbins, Stanley L. 2007. Buku Ajar Patologi Jakarta: EGC.
Sistem kardiovaskular dan hematologi. Jakarta: Salemba Medika
Smelzer, Suzanne dan Bare Brenda. 2013. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Supardi, Sudibyo dan Rustika. 2013. Buku Ajar Metodologi Riset Keperawatan.

34

Anda mungkin juga menyukai