Anda di halaman 1dari 30

ASUHAN KEPERAWATAN JANTUNG KORONER

Dosen Pengampu:
Ns.Dendy Kharisna, M.Kep
Disusun Oleh:
Kelompok 1 (2B)
1. Adeliana (21301058)
2. Defi Nelpina (21301066)
3. Nunung Sang Putri (21301081)

STIKes Payung Negeri Pekanbaru Prodi S1 Keperawatan


TA 2022/2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur tim penulis panjatkan kehadirat Allah Ta’ala. atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul, “ASUHAN
KEPERAWATAN JANTUNG KORONER” dapat kami selesaikan dengan baik. Tim penulis
berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca tentang
pelanggaran atau kesalahan apa saja yang biasa terjadi dalam bahasa keseharian yang bisa kita
pelajari . Begitu pula atas limpahan kesehatan dan kesempatan yang Allah SWT karuniai kepada
kami sehingga makalah ini dapat kami susun melalui beberapa sumber yakni melalui kajian
pustaka maupun melalui media internet.

Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan kami semangat dan motivasi dalam pembuatan tugas makalah ini. Kepada kedua
orang tua kami yang telah memberikan banyak kontribusi bagi kami, dosen pembimbing kami,
Bapak Ns. Dendy Kharisna M, Kep dan juga kepada teman-teman seperjuangan yang membantu
kami dalam berbagai hal. Harapan kami, informasi dan materi yang terdapat dalam makalah ini
dapat bermanfaat bagi pembaca. Tiada yang sempurna di dunia, melainkan Allah SWT. Tuhan
Yang Maha Sempurna, karena itu kami memohon kritik dan saran yang membangun bagi
perbaikan makalah kami selanjutnya.

Pekanbaru, 30 Desember 2022

Kelompok 1
DAFTAR ISI

HALAMAN COVER.........................................................................................................
KATA PENGANTAR........................................................................................................
DAFTAR ISI.......................................................................................................................
BAB I : PENDAHULUAN................................................................................................
1.1 Latar Belakang........................................................................................................
1.2 Tujuan.....................................................................................................................
BAB 2: TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................
2.1 Definisi...................................................................................................................
2.2 Etiologi...................................................................................................................
2.3 Klasifikasi...............................................................................................................
2.4 Manifestasi Klinik..................................................................................................
2.5 Patofisiologi dan WOC...........................................................................................
2.6 Komplikasi .............................................................................................................
2.7 Penatalaksanaan medis dan keperawatan...............................................................
2.8 Pemeriksaan penunjang/diagnostic.........................................................................
2.9 Asuhan Keperawatan .............................................................................................
BAB 3: MCP Kasus...........................................................................................................
3.1 MCP kasus...............................................................................................................
3.2 Rencana intervensi dan Tindakan Keperawatan......................................................
BAB 4: Analisis Jurnal......................................................................................................
4.1 Judul artikel,peneliti,tahun penelitian.......................................................................
4.2 Jenis dan jumlah populasi/sampel/responden...........................................................
4.3 Jenis tindakan ..........................................................................................................
4.4 Pembahasan hasil penelitian.....................................................................................
4.5 Kesimpulan hasil penelitian......................................................................................
BAB 5: PENUTUP.............................................................................................................
5.1 Kesimpulan................................................................................................................
5.2 Saran..........................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................
LAMPIRAN ......................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit jantung koroner adalah penyakit jantung yang terutama disebabkan karena
peyempitan ateri koronaria akibar proses aterosklerosis atau spasme atau kombinasi keduanya.
PJK merupakan sosok penyakit yang sangat menakutkan dan masih menjadi masalah baik di
negara maju dan di Negara berkembang. Di USA setiap tahunnya 550.000 orang meningggal
karena penyakit ini. Di EROPA di perhitungkan 20-40.000 orang dari 1 juta pendudul menderita
PJK.

Hasil survei yang dilakukan departemen kesehatan RI menyatakan prevalensi PJK di


Indonesia dr tahun ke tahun terus meningkat. Bahkan, sekarang tahun (2000-an) dapat
dipastikan, kecendrungan penyebab kematian di Indonesia bergeser dari penyakit infeksi ke
penyakit kardiovaskular (antara lain PJK) dan generative.

Manifestasi klinik PJK yang klasik adalah angina pectoris. Angina pectoris adalah suatu
sindroma klinis dimana didapatkan sakit dada yang timbul pada waktu melakukan aktifitas
karena adanya iskemik miokard. Hal ini menunjukan bahwa telah terjadi >70% penyempitan
arteri koronaria. Angina pectoris dapat muncul akibat angina pectoris stabil (APS, stable angina)
dan keadaaan ini bisa berkembang lebih berat dan menimbulkan sindroma koroner akut (SKA)
atau yang lebih dikenal dengan serangan jantung mendadak (heart attack) dan bisa menyebabkan
kematian.

1.2 Tujuan

Tujuan Umum

Dapat mengetahui konsep dasar teori dan asuhan keperawatan serta mengaplikasikannya.

Tujuan Khusus

Mahasiswa dapat melaksanakan pengkajian keperawatan

Mahasiswa dapat merumuskan diagnosa keperawatan

Mahasiswa dapat merencanakan rencana tindakan keperawatan


Mahasiswa dapat melaksanakan tindakan keperawatan

BAB II
ISI
2.1 Defenisi

Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah keadaaan dimana terjadi ketidakseimbangan


antara kebutuhan otot jantung atas oksigen dengan penyediaan yang di berikan oleh pembuluh
darah koroner.

Ketidak mampuan pembuluh darah koroner untuk menyediakan kebutuhan oksigen biasanya
diakibatkan oleh penyumbatan athroma (plak)

2.2 Etiologi

Pria dan wanita dapat terkena penyakit jantung koroner. Penyakit jantung koroner dapat
diturunkan secara turun temurun (keturunan). Mungkin juga merupakan perkembangan seperti
pada usia lanjut dan pembentukan paque didalam arteri yang berlangsung lama. Anda bisa
terkena penyakit jantung koroner jika anda mepunyai berat badan yang berlebihan (overweight)
atau seseorang dengan tekanan darah tinggi dan diabetes. Kolesterol tinggi bisa juga menjadi
penyakit jantung koroner. Penyakit jantung koroner bersumber dari aneka pilihan gaya hidup
yang tidak sehat seperti merokok, kebiasaan makan dengan tinggi lemak dan kurangnya olah
raga.

Penyakit arteri koroner bisa menyerang semua ras, tetapi angka kejadian paling tinggi
ditemukan pada orang kulit putih. Tetapi ras sendiri tampaknya bukan merupakan faktor penting
dalam gaya hidup seseorang. Secara spesifik, faktor-faktor yang meningkatkan resiko terjadinya
penyakit arteri koroner adalah: Diet kaya lemak, Merokok, Malas berolah raga.

Kolesterol dan Penyakit Arteri Koroner

Resiko terjadinya penyakit arteri koroner meningkat pada peningkatan kadar kolesterol
total dan kolesterol LDL (kolesterol jahat) dalam darah. Jika terjadi peningkatan kadar kolesterol
HDL (kolesterol baik), maka resiko terjadinya penyakit arteri koroner akan menurun.

Makanan mempengaruhi kadar kolesterol total dan karena itu makanan juga mempengaruhi
resiko terjadinya penyakit arteri koroner. Merubah pola makan (dan bila perlu mengkonsumsi
obat dari dokter) bisa menurunkan kadar kolesterol. Menurunkan kadar kolesterol total dan
kolesterol LDL bisa memperlambat atau mencegah berkembangnya penyakit arteri koroner.

Menurunkan kadar LDL sangat besar keuntungannya bagi seseorang yang memiliki
faktor resiko berikut: Merokok sigaret, Tekanan darah tinggi, Kegemukan, Malas berolah raga,
Kadar trigliserida tinggi Keturunan Steroid pria (androgen).

2.3 Klasifikasi

1. Dada terasa tak enak(digambarkan sebagai mati rasa, berat, atau terbakar; dapat menjalar
ke pundak kiri, lengan, leher, punggung, atau rahang)
2. Sesak napas
3. Berdebar-debar
4.  Denyut jantung lebih cepat
5. Pusing
6.   Mual
7.   Kelemahan yang luar biasa
8. Resiko dan insidensi

Penyakit arteri koronaria merupakan masalah kesehatan yang paling lazim dan
merupakan penyebab utama kematian di USA.Walaupun data epidemiologi menunjukan
perubahan resiko dan angka kematian penyakit ini tetap merupakan tantangan bagi tenaga
kesehatan untuk mengadakan upaya pencegahan dan penanganan. Penyakit jantung iskemik
banyak di alami oleh individu berusia yang berusia 40-70 tahun dengan angka kematian 20 %.
(Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan Dep.kes, 1993).

Faktor resiko yang berkaitan dengan penyakit jantung koroner dapat di golongkan secara
logis sebagai berikut:

1. Sifat pribadi Aterogenik.

Sifat aterogenik mencakup lipid darah, tekanan darah dan diabetes melitus. Faktor ini bersama-
sama berperan besar dalam menentuak kecepatan artero- genensis (Kaplan & Stamler, 1991).

2. Kebiasaan hidup atau faktor lingkungan yang tak di tentukan semaunya.


Gaya hidup yang mempredisposisi individu ke penyakit jantung koroner adalah diet yang terlalu
kaya dengan kalori, lemak jenuh, kolesterol, garam serta oleh kelambanan fisik, penambahan
berat badan yang tak terkendalikan, merokok sigaret dan penyalah gunaan alkohol (Kaplan &
Stamler, 1991).

3. Faktor resiko kecil dan lainnya.

Karena faktor resiko yang di tetapkan akhir-akhir ini tidak tampak menjelaskan keseluruhan
perbedaan dalam kematian karena penyakit jantung koroner, maka ada kecurigaan ada faktor
resiko utama yang tak diketahui bernar-benar ada.

Berbagai faktor resiko yang ada antara lain kontrasepsi oral, kerentanan hospes, umur dan jenis
kelamin (Kaplan & Stamler, 1991).

Pencegahan

Resiko terjadinya penyakit arteri koroner bisa dikurangi dengan melakukan beberapa
tindakan berikut:

1.   Berhenti merokok

2.   Menurunkan tekanan darah

3.  Mengurangi berat badan

4. Melakukan olah raga.

2.4 Manifestasi Klinik

Meski kebanyakan penderita PJK mempunyai masalah pokok yang sama, yaitu
penyempitan arteri koronia, namun gejala yang timbul tidak sama.Gejala-gejala penyakit jantung
korner antara lain :

Menurut Anwar TB, (2004), manifestasi klinik yang biasa terjadi pada kasus cornary
artery disease (CAD) meliputi:

1. Nyeri dada

Nyeri dada yang tiba-tiba dan berlangsung terus menerus, terletak dibagian bawahsternum dan
perut atas, adalah gejala utama yang biasanya muncul. Nyeri akan terasa semakin berat sampai
tidak tertahankan. Rasa nyeri yang tajam dan berat, biasamenyebar kebahu dan lengan biasanya
lengan kiri. Tidak seperti nyeri angina, nyeriini muncul secara spontan (bukan setelah kerja berat
atau gangguan emosi) dan menetap selama beberapa jam sampai beberapa hari dan tidak akan
hilang denganistirahat maupun nitrogliserin. Pada beberapa kasus nyeri bisa menjalar ke dagu
dan leher.

2. Perubahan pola EKG

Normal pada saat istirahat, tetapi bisa depresi pada segmen ST. Gelombang Tinverted
menunjukkan iskemia, gelombang Q menunjukkan nekrosis. Distrimia dan Blok Jantung.
Disebabkan kondisi yang mempengaruhi sensitivitassel miokard ke impuls saraf seperti iskemia,

ketidakseimbangan elektrolit dan stimulus sarat simpatis dapat berupa bradikardi, takikardi,
premature ventrikel,contraction (ventrikel ekstra systole), ventrikel takikardi dan ventrikel
fibrilasi.

3. Sesak napas

Keluhan ini timbul sebagai tanda mulainya gagal jantung dimana jantung tidak mampu
memompa darah ke paru-paru sehingga oksigen di paru-paru juga berkurang.

4. Diaphoresis

Pada fase awal infark miokard terjadi pelepasan katekolamin yang meningkatkan stimulasi
simpatis sehingga terjadi vasokonstriksi pembuluh darah perifer sehingga kulit akan menjadi
lembab, dingin, dan berkeringat.

5. Pusing

Pusing juga merupakan salah satu tanda dimana jantung tidak bisa memompa darah ke otak
sehingga suplai oksigen ke otak berkurang.

6. Kelelahan

Kelelahan disebabkan karena jantung kekurangan oksigen akibat penyempitan pembuluh darah.

7. Mual dan muntah

Nyeri yang dirasakan pada pasien dengan penyakit jantung adalah di dada dan didaerah perut
khususnya ulu hari tergantung bagian jantung mana yang bermasalah. Nyeri pada ulu hati bisa
merangsang pusat muntah. Area infark merangsang refleksvasofagal.
2.5 Patofisiologi dan WOC

Perkembangan PJK dimulai dari penyumbatan pembuluh jantung oleh plak pada
pembuluh darah. Penyumbatan pembuluh darah pada awalnya disebabkan peningkatan kadar
kolesterol LDL (low-density lipoprotein) darah berlebihan dan menumpuk pada dinding arteri
sehingga aliran darah terganggu dan juga dapat merusak pembuluh darah (Al fajar,
2015).Penyumbatan pada pembuluh darah juga dapat disebabkan oleh penumpukan lemak
disertai klot trombosit yang diakibatkan kerusakan dalam pembuluh darah. Kerusakan pada
awalnya berupa plak fibrosa pembuluh darah, namun selanjutnya dapat menyebabkan ulserasi
dan pendarahan di bagian dalam pembuluh darah yang menyebabkan klot darah. Pada akhirnya,
dampak akut sekaligus fatal dari PJK berupa serangan jantung (Naga, 2012).Pada umumnya PJK
juga merupakan ketidakseimba ngan antara penyedian dan kebutuhan oksigen miokardium.
Penyediaan oksigen miokardium bisa menurun atau kebutuhan oksigen miokardium bias
meningkat melebihi batas cadangan perfusi koroner peningkatan kebutuhan oksigen miokardium
harus dipenuhi dengan peningkatan aliran darah. gangguan suplai darah arteri koroner dianggap
berbahaya bila terjadi penyumbatan sebesar 70% atau lebih pada pangkal atau cabang utama
arteri koroner. Penyempitan <50% kemungkinan belum menampakkan gangguan yang berarti.
Keadaan ini tergantung kepada beratnya arteriosklerosis dan luasnya gangguan jantung
(Saparina, 2010).Menurut Saparina (2010) gambaran klinik adanya penyakit jantung koroner

dapat berupa :

1.Angina pectoris

Angina Pectoris merupakan gejala yang disertai kelainan morfologik yang permanen pada
miokardium. Gejala yang khas pada angina pectoris adalah nyeri dada seperti tertekan benda
berat atau terasa panas ataupun seperti diremas. Rasa nyeri sering menjalar kelengan kiri atas
atau bawah bagian medial, keleher, daerah maksila hingga kedagu atau ke punggung, tetapi

jarang menjalar ketangan kanan. Nyeri biasanya berlangsung 1-5 menit dan rasa nyeri hilang bila
penderita istirahat. Angina pectoris juga dapat muncul akibat stres dan udara dingin. Angina
pectoris terjadi berulang-ulang. Setiap kali keseimbangan antara ketersedian oksigen dengan
kebutuhan oksigen terganggu.

2. Infark Miokardium Akut


Merupakan PJK yang sudah masuk dalam kondisi gawat. Pada kasus ini disertai dengan nekrosis
miokardium (kematian otot jantung) akibat gangguan suplai darah yang kurang. Penderita infark
miokardium akut sering didahului oleh keluhan dada terasa tidak enak (chest discomfort) selain
itu penderita sering mengeluh rasa lemah dan kelelahan.

3. Payah jantung

Payah jantung disebakan oleh adanya beban volume atau tekanan darah yang berlebihan atau
adanya abnormalitas dari sebagian struktur jantung. Payah jantung kebanyakan didahului oleh
kondisi penyakit lain dan akibat yang ditimbulkan termasuk PJK. Pada kondisi payah jantung
fungsi ventrikel kiri mundur secara drastis sehingga mengakibatkan gagalnya sistem sirkulasi
darah.

4. Kematian Mendadak penderita

Kematian mendadak terjadi pada 50% PJK yang sebelumnya tanpa diawali dengan keluhan.
Tetapi 20% diantaranya adalah berdasarkan iskemia miokardium akut yang biasanya didahului
dengan keluhan beberapa minggu atau beberapa hari sebelumnya.
2.6 Komplikasi

Bila kebanyakan pembacaan tekanan diastole tetap pada atau di atas 90 mmHg setelah 6-
12 bulan tanpa terapi obat, maka orang itu di anggap hipertensi dan resiko tambahan bagi
penyakit jantung koroner.

Secara sederhana di katakan peningkatan tekanan darh mempercepat arterosklerosis dan


arteriosklerosis sehinggan ruptur dan oklusi vaskuler terjadi sekitar 20 tahu lebih cepat daripada
orang dengan normotensi. Sebagian mekanisme terlibat dalam proses peningkatan tekanan darah
yang mengkibatkan perubahan struktur di dalam pembuluh darah, tetapi tekaan dalam beberpa
cara terlibat langusng. Akibatnya, lebih tinggi tekanan darah, lebih besar jumlah kerusakan
vaskular.

Komplikasi utama dari penyakit arteri coroner angina dan serangan jantung (infark
miokardial).Studi diagnostic ECG menunjukan: adanya S-T elevasi yang merupakan tanda dri
iskemi, gelombang T inversi atau hilang yang merupakan tanda dari injuri, dan gelombang Q
yang mencerminkan adanya nekrosis.

Enzym dan isoenzym pada jantung: CPK-MB meningkat dalam 4-12 jam, dan mencapai
puncak pada 24 jam. Peningkatan SGOT dalam 6-12 jam dan mencapai puncak pada 36 jam.

Elektrolit: ketidakseimbangan yang memungkinkan terjadinya penurunan konduksi jantung dan


kontraktilitas jantung seperti hipo atau hiperkalemia.

Whole blood cell: leukositosis mungkin timbul pada keesokan hari setelah serangan.

Analisa gas darah: Menunjukan terjadinya hipoksia atau proses penyakit paru yang kronis ata
akut.Kolesterol atau trigliseid: mungkin mengalami peningkatan yang mengakibatkan terjadinya
arteriosklerosis.Chest X ray: mungkin normal atau adanya cardiomegali, CHF, atau aneurisma
ventrikiler.Echocardiogram: Mungkin harus di lakukan guna menggambarkan fungsi atau
kapasitas masing-masing ruang pada jantung.Exercise stress test: Menunjukan kemampuan
jantung beradaptasi terhadap suatu stress/ aktivitas.
2.7 Penatalaksanaan medis dan keperawatan

Pengobatan penyakit jantung koroner meliputi perubahan gaya hidup, obat-obatan dan
prosedur khusus.
Perubahan gaya hidup :
 Diet sehat, mencegah atu menurunkan tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi dan
mempertahankan berat badan sehat.
 Berhenti merokok
 Olah raga
 Kurangi berat badan bila overweigh atau obesitas
 Kurangi stress
Obat :
 Obat penurun kolesterol
 Anti koagulan
  Aspirin membantu mencegah terbentuk clot di dalam arteri
 Penyekat ACE
 Penyekat BETA
 Penyekat kalsium
 Nitrogliserin
 Nitrat
 Obat Trombolitik

2.8 Pemeriksaan penunjang dan diagnostoic


Mendiagnosis PJK dapat dilakukan dengan memperhatikan hasil pemeriksaan
Elektrokardiogram (EKG) dan Angiografi untuk mengetahui adanya penyumbatan pada
pembuluh darah koroner (National Heart, Lung and Bood Institute, 2014). Menurut Rilantoni
Lily, 2013 pemeriksaan EKG adalah modalitas dalam mendiagnosis PJK yang seyogyanya
dikuasai oleh para dokter dan tersedia disemua pelayanan kesehatan primer.
2.9 Asuhan Keperawatan
BAB III
MCP KASUS
3.1 MCP KASUS
3.2 Rencana intervensi dan tindakan keperawatan
BAB IV
ANALISIS JURNAL
4.1 judul Artikel
Judul Artikel: Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner Pada Masyarakat
Pangandaran.
Peneliti : 1. Sri Hartati Pratiwi
2. Eka Afrima Sari
3.Ristina Mirwanti
Tahun peneliti : Jurnal Keperawatan BSI, Vol. VI No. 2 September 20184.2
Jenis dan Jumlah Populasi
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan pendekatan cross
sectional study. Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik insidental
sampling. Penelitian ini dilakukan pada 87 masyarakat Pangandaran dengan mengkaji faktor
risiko PJK seperti riwayat penyakit sebelumnya, tingkat aktivitas, usia, pekerjaan, pemeriksaan
gula darah, kadar kolesterol, pengukuran lingkar perut dan body Mass Index (BMI). Pengukuran
status nutrisi dilakukan dengan menghitung BMI. Berat badan diukur dengan menggunakan
timbangan badan yang sudah dikalibrasi sebelumnya. Pengukuran lingkar perut dilakukan oleh
tim dengan menggunakan meteran. Pengukuran kadar gula darah dan kolesterol dilakukan
dengan menggunakan alat glukometer dengan merk accu check yang sudah dikalibrasi
sebelumnya.
4.3 Jenis Tindakan
PJK dapat dicegah dengan cara mengontrol dan menghindari faktor risikonya. Faktor
risiko PJK diantaranya adalah merokok, hipertensi, diabetes mellitus, obesitas, kelebihan lingkar
perut, kurang beraktivitas, hiperkolesterol dan lain-lain. Faktor risiko PJK yang dimiliki oleh
sebagian besar responden dalam penelitian ini adalah overweight, kelebihan lingkar perut, dan
hiperkolesterolemia. Ketiga faktor tersebut dapat saling berkaitan.
Overweight dan kelebihan lingkar perut berkaitan dengan kurangnya aktivitas pada sebagian
besar responden dalam penelitian ini. Hiperkolesterolemia dapat disebabkan oleh pola makan
(diet) yang kurang sehat. Dengan adanya beberapa faktor risiko yang dimiliki, maka kejadian
PJK pada masyarakat pangandaran perlu dicegah dengan menyadarkan masyarakat akan
pentingnya pola hidup sehat.Terdapat berbagai upaya yang bisa dilakukan untuk meningkatkan
kesadaran masyarakat untuk melakukan pola hidup sehat diantaranya dengan program
pendidikan kesehatan yang berkelanjutan mengenai pentingnya mencegah PJK dengan
melakukan pola hidup sehat. Berdasarkan data profil kesehatan Jawa Barat, pendidikan
kesehatan yang dilakukan di Pangandaran masih kurang (Dinas Kesehatan Ciamis, 2014).
4.4 Pembahasan hasil penelitian
Berdasarkan hasil deteksi dini tersebut dapat dilihat bahwa sebagian besar masyarakat
Desa Pangandaran berada pada status nutrisi overweight (47,1%) dan memiliki lingkar perut
yang kelebihan ringan (36,8%), tidak berolahraga (64%), memiliki kadar gula darah normal
(69%), dan kadar kolesterol tinggi (74,7%). Sedangakan tekanan darah sebagian besar
masyarakat desa Pangandaran adalah normal (60,9%).PJK merupakan salah satu penyakit
kardiovaskuler yang banyak terjadi di Indonesia. Selain itu, peningkatan insidensi PJK disertai
dengan peningkatan pembiayaan kesehatan untuk mengatasi penyakit kardiovaskular. Oleh
karena itu, perlu dilakukan berbagai upaya untuk mencegah PJK pada masyarakat. Pencegahan
dapat dilakukan dengan menghindari faktor risiko PJK dan pemeriksaan kesehatan yang
berkelanjutan. Faktor risiko PJK yang harus dihindari adalah pola hidup yang tidak sehat seperti
merokok, makan makanan yang sehat, perbanyak makan sayur dan buah, mengontrol kadar
kolesterol, gula darah, aktivitas yang cukup, menjaga berat badan, dan lain-lain. Kadar gula
darah sebagian besar responden berada pada rentang normal yaitu kadar gula darah puasa < 100
mg/dl. Kadar gula darah yang tinggi dapat menyebabkan seseorang terkena PJK. Berbagai
penelitian menyebutkan bahwa pasien diabetes mellitus memiliki risiko terkena PJK lebih besar
(Efimov, Sokolova, Sokolov, 2001). Berdasarkan hasil penelitian ini, sebagian besar responden
memiliki kadar gula darah yang normal sehingga faktor risiko PJK yang berkaitan dengan kadar
gula darah tinggi pada sebagian besar masyarakat pangandaran rendah. Hal ini juga dapat
disebabkan oleh rendahnya jumlah responden dengan keluarga yang memiliki riwayat diabetes
mellitus. Riwayat diabetes pada keluarga dapat meningkatkan kejadian hiperglikemia dengan
meningkatkan resiko penurunan sekresi insulin (Carlsson, Midthjel and Grill, 2007). Peningkatan
kadar gula darah dapat dicegah dengan menjalankan pola makan yang sehat dan rendah gula.

4.5 Kesimpulan hasil penelitian


PJK pada masyarakat pangandaran perlu dicegah dengan menyadarkan masyarakat akan
pentingnya pola hidup sehat.Terdapat berbagai upaya yang bisa dilakukan untuk meningkatkan
kesadaran masyarakat untuk melakukan pola hidup sehat diantaranya dengan program
pendidikan kesehatan yang berkelanjutan mengenai pentingnya mencegah PJK dengan
melakukan pola hidup sehat. Berdasarkan data profil kesehatan Jawa Barat, pendidikan
kesehatan yang dilakukan di Pangandaran masih kurang (Dinas Kesehatan Ciamis, 2014). Oleh
karena itu, petugas kesehatan diharapkan dapat melakukan berbagai pendidikan kesehatan terkait
pencegahan PJK terutama pentingnya beraktivitas dan menjaga pola makan termasuk
mengurangi makanan yang banyak mengandung kolesterol.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil kasus yang telah menguraikan tentang Asuhan Keperawatan pada maka penulis
dapat mengambil kesimpulan yang dapat bermanfaat dalam meningkatkan mutu asuhan
keperawatan pada dengan coronary artery disease (CAD).Pengkajian pada kasus dengan
Coronary Artery Disease sebagai sampai di punggung, merasa tegang pada tengkuk. Wajah
pasien tampak meringis, Nyeri dirasakan sewaktu-waktu. Pasien mengatakan rasa tidak nyaman
dengan alat yang terpasang.
tetapi penulis menetapkan diagnosa sesuai masalah yang di alami muncul yaitu: Nyeri akut
berhubungan dengan agens cedera biologis (iskemia) dan Intoleransi aktivitas berhubungan
dengan immobilitas.
Intervensi yang disusun menggunakan Nursing Outcome Clssification (NOC)
dan Nursing Intervesion Classification intervensi keperawatan pada diagnosa keperawatan sesuai
dengan diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis (iskemia) dan intoleransi
aktivitas berhubungan dengan immobilitas.
5.2 Saran
1.Bagi institusi pelayanan kesehatan
Diharapkan institusi pelayanan kesehatan dapat meningkatkan kualitas pelayanan
kesehatan sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP).
2.Bagi Perawat Ruangan
Diharapkan tenaga kesehatan menyadari pentingnya penerapan asuhan keperawatan yang
konsisten dan sesuai teori dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien, sehingga
pasien akan mendapatkan pelayanan yang holistik dan komprehensif.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Pendidikan Diharapkan agar dapat meningkat mutu pelayanan pendidikan yang
berkualitas dan profesional, sehingga terlahirlah perawat-perawat yang profesional dalam
memberikan asuhan keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA

Anwar TB. 2004. Faktor Resiko Penyakit jantung Koroner. Medan: Bagian Ilmu Gizi Fakultas
kedokteran Universitas Sumatera Utara. Digitized by USU digital library.
Brands M, Carnethon M, Daniels S, 2006. HAFHA. Diet and lifestyle recommendations revision
Scientific statement from the American Heart.Association Nutrition Committee; 2006.
Budiarto E. 2004. Biostatistika untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.
Damayanti Y. 2015. Hubungan Asupan Lemak Dan Serat Dengan Kejadian Hiperkolesterolemia
Pada Guru SD Negeri Di Kecamatan Nanggalo Kota Padang Tahun 2015. Poltekkes Kemenkes
Padang.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2007. Riset Kesehatan Dasar.
Jakarta:BadanPenelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
Jurnal Keperawatan BSI, Vol. VI No. 2 September 2018
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai