Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

KEPERAWATAN KRITIS
“ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN KASUS GAGAL JANTUNG”

Dosen: Herry Wibowo., Ns.,


M.Kep

Disusun Oleh:
Kelompok 8
An-Nisa Kamila Humaira 1910913120001
Aqil Andika Pratiwi 1910913120009
Khofifah Erga Salsabila 1910913120002
Mas Ardhea Pramesti Regita 1910913320028
Muhammad Muzakir 1910913210022
Novadiani Karisma Maharani 1910913120005
Nur Tias Setianingsih 1910913220001
Sandra Barbara Magdalena 1910913120011
Zahratul Zannah 1910913120012
Zahtan Abi Rabdi Hamka 1910913110016

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2022
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas makalah pada mata kuliah Keperawatan Kritis. Adapun
makalah kami yang berjUdul “Asuhan Keperawatan Dengan Kasus Gagal Nafas”
ini telah kami usahakan semaksimal mungkin.
Dalam penyusunan makalah ini, kami ucapkan terimakasih kepada Ners
Rizka Hayyu N, Ns., M.Kep yang telah memberikan bimbingan sehingga makalah
ini dapat diselesaikan dengan baik dan tidak lupa menyampaikan banyak
terimakasih kepada teman-teman kelompok yang telah berpartisipasi dan
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa ada
kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa maupun segi lainnya. Oleh Karena
itu dengan lapang dada dan tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi
pembaca yang ingin memberi saran dan kritik kepada kami sehingga kami dapat
memperbaiki makalah kelompok kami. Akhirnya penyusun mengharapkan
semoga dari makalah kami ini dapat diambil hikmah dan manfaatnya sehingga
dapat memberikan inpirasi terhadap pembaca.

Banjarbaru, 10 September 2022

Kelompok 8

i
DAFTAR ISI

COVER..............................................................................................................................0
KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................1

1.1 Tujuan Makalah..................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................3
2.1 Definisi Gagal Jantung.......................................................................................3

2.2 Etiologi Gagal Jantung.......................................................................................3

2.3 Menifestasi Klinis Gagal Jantung.......................................................................4

2.4 Klasifikasi Gagal Jantung...................................................................................5

2.5 Patofisiologi Gagal Jantung................................................................................6

2.6 Pemeriksaan Penunjang Gagal Jantung..............................................................7

2.7 Penatalaksanaan Gagal Jantung..........................................................................9

BAB III PATHWAY........................................................................................................13


BAB IV ASUHAN KEPERAWATAN............................................................................14
BAB V PENUTUP...........................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................25

ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Penyakit Gagal Jantung yang dalam istilah medisnya disebut


dengan "Heart Failure atau Cardiac Failure" merupakan suatu keadaan
darurat medis dimana jumlah darah yang dipompa oleh jantung seseorang
setiap menitnya tidak mampu memenuhi kebutuhan normal metabolisme
tubuh. Penderita gagal jantung di masyarakat memiliki tingkat kematian
yang tinggi baik dengan EF (Ejection Fraction) yang stabil atau menurun.
Namun resiko kematian lebih rendah pada gagal jantung dengan EF yang
stabil dibandingkan pada penderita gagal jantung dengan EF yang
menurun (Dewi, 2017).
Penyakit jantung merupakan salah satu masalah kesehatan utama yang
menjadi penyebab kematian nomer satu didunia yang di perkirakan akan
terus meningkat hingga mencapai 23,3 juta pada tahun 2030. Menurut data
dari Riskesdas (2018), menyebutkan bahwa prevalensi penyakit jantung
menurut karakteristik umur pada tahun 2018, angka tertinggi ada pada usia
lansia yang umurnya > 75 tahun (4.7%) dan terendah ada pada usia < 1
tahun (0,1%). Kemudian pervalensi menurut jenis kelamin pada tahun
2018, menunjukan angka tertinggi pada perempuan yaitu, perempuan ada
1,6 % dan laki-laki ada 1,3 % (Anita, dkk. 2020).
Gagal jantung merupakan suatu keadaan yang serius. Kadang
orang salah mengartikan gagal jantung sebagai berhentinya jantung.
Sebenarnya istilah gagal jantung menunjukkan berkurangnya kemampuan
jantung untuk mempertahankan beban kerjanya. Kondisi ini dapat
disebabkan oleh berbagai hal tergantung bagian jantung mana yang
mengalami gangguan. Meskipun manajemen farmakologis dan medis
sudah meningkat dengan pesat, namun angka kematian akibat gagal
jantung tetap tinggi yaitu mencapai 50% dalam 5 tahun sejak diagnosa
ditegakkan. Di Indonesia, angka mortalitas gagal jantung di Rumah Sakit
berkisar antara 6%-12% (Prihatiningsih & Tiwi, 2018).
Masalah keperawatan yang muncul pada pasien dengan gagal
jantung adalah resiko tinggi penurunan curah jantung, nyeri dada, resiko

1
tinggi gangguan pertukaran gas, ketidakefektifan pola napas, kelebihan
volume cairan, intoleransi aktifitas. Pada pasien gagal jantung dengan pola
nafas tidak efektif terjadi karena ventrikel kiri tidak mampu memompa
darah yang datang dari paru sehingga terjadi peningkatan tekanan dalam
sirkulasi paru yang menyebabkan cairan terdorong ke jaringan paru
(Mugihartadi & Mei, 2020).
Pada pasien dengan gagal jantung sangat diperlukan peran perawat
dalam perencanaan dan tindakan asuhan keperawatan, salah satunya
sebagai care giver yang merupakan peran perawat dalam memberikan
asuhan keperawatan yang terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawtan,
intervensi, implementasi sampai evaluasi. Selain itu beberapa intervensi
yang dapat diberikan perawat pada pasien dengan gagal jantung,
diantaranya memperbaiki kontraktilitas atau perfusi sistemik, istirahat total
dalam posisi semi fowler, memberikan terapi oksigen sesuai dengan
kebutuhan, menurunkan volume cairan yang berlebih dengan mencatat
asupan dan luaran (Pertiwiwati & Rizany, 2017).

1.1 Tujuan Makalah


1. Mengetahui definisi gagal jantung
2. Mengetahui klasifikasi gagal jantung
3. Mengetahui etiologi gagal jantung
4. Mengetahui patofisiologi gagal jantung
5. Mengetahui manifestasi klinis gagal jantung
6. Mengetahui pemeriksaan penunjang pada pasien dengan gagal jantung
7. Mengetahui penatalaksanaan pada pasien dengan gagal jantung
8. Mengetahui pathway (WOC) gagal jantung
9. Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan gagal jantung

2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Gagal Jantung

Gagal jantung adalah keadaan ketika jantung tidak mampu


mempertahankan sirkulasi yang cukup bagi kebutuhan tubuh meskipun
tekanan pengisian vena dalam keadaan normal. Namun beberapa definisi
lain menyatakan gagal jantung bukanlah suatu penyakit yang terbatas pada
satu sistem organ melainkan suatu sindrom klinis akibat kelainan jantung.
Disamping itu, gagal jantung merupakan suatu keadaan patologis dimana
kelainan fungsi jantung menyebabkan kegagalan jantung memompa darah
untuk memenuhi kebutuhan jaringan, atau hanya dapat memenuhi
kebutuhan jaringan dengan meningkatkan tekanan pengisian
(Nurachmach, Elly. 2009).

2.2 Etiologi Gagal Jantung

Faktor-faktor yang menganggu pengisian ventrikel seperti stenosis


katup atrioventrikularis dapat menyebabkan gagal jantung. Keadaan-
keadaan seperti perikarditis konstriktif dan tamponade jantung
mengakibatkan gagal jantung melalui gabungan beberapa efek seperti
gangguan pada pengisian ventrikel atau ejeksi ventrikel. Faktor faktor
yang dapat memicu perkembangan gagal jantung melalui penurunan
sirkulasi yang mendadak dapat berupa aritmia, infeksi sistemis dan infeksi
paru-paru, serta emboli paru. Efektivitas jantung sebagi pompa dapat
dipengaruhi oleh berbagi gangguan patalogis (Nurachmach, Elly. 2009).
Tabel 1.1 Penyebab gagal jantung
Kelainan mekanis Kelainan miokardial Gangguan irama
jantung
1. Peningkatan tekanan Primer  Henti jantung
 Dari sentral  Kardiomiopati  Ventrikular
(stenosis aorta)  Gangguan fibrilasi
 Dari perifer neuromuskular  Takikardia atau
(hipertensi miokarditis bradikardia yang
sistemis)  Metabolik ekstrim

3
2. Peningkatan beban (diabetes melitus)  Asinkroni listrik
volume  Keracunan dan gangguan
 Regurgitasi (alkohol, kobalt, konduksi
katup-pirau dll)
 Meningkatnya Sekunder
beban awal  Iskemia (penyakit
3. Obstruksi terhadap jantung koroner)
pengisisan ventrikel  Gangguan
 Stenosis mitral metabolik
atau trikuspid  Inflamasi
4. Tamponade  Penyakit
perikardium infiltrative
5. Restriksi endokardium (restrictive
dan miokardium cardiomiopati)
6. Aneurisma ventrikular  Penyakit sistemis
7. Dis-sinergi ventrikel  Penyakit paru
obstruktif kronis
 Obat-obatan yang
mendepresi
miokardium

2.3 Menifestasi Klinis Gagal Jantung

Manifestasi klinis gagal jantung dapat diperhatikan secara relatif


dari derajat latihan fisik yang diberikan. Pada pasien gagal jantung,
toleransi terhadap latihan fisik akan semakin menurun dan gejala gagal
jantung akan muncul lebih awal dengan aktivitas yang ringan. Gejala awal
yang umumnya terjadi pada penderita gagal jantung yakni dyspnea (sesak
napas), mudah lelah dan adanya retensi cairan. Paroxysmal Nocturnal
Dyspnea (PND) yaitu kondisi mendadak bangun karena dyspnea yang
dipicu oleh timbulnya edema paru interstisial. PND merupakan salah satu
manifestasi yang spesifik dari gagal jantung kiri.

4
Backward failure pada sisi kanan jantung dapat meningkatkan
tekanan vena jugularis. Penimbunan cairan dalam ruang interstisial dapat
menyebabkan edema dan jika berlanjut akan menimbulkan edema
anasarka. Forward failure pada ventrikel kiri menimbulkan tanda-tanda
berkurangnya perfusi ke organ tubuh seperti kulit pucat dan kelemahan
otot rangka. Makin menurunnya curah jantung dapat disertai insomnia,
kegelisahan, dan kebingungan. Bahkan pada gagal jantung kronis yang
berat, dapat terjadi kehilangan berat badan yang progresif.
Gejala Tanda
Tipikal Spesifik
Gagal Nafas Peningkatan JVP
Ortopneu Refluks hepatojugular
Paroxysmal nocturnal dyspnoe Suara jantung S3 (Gallop)
(PND)
Toleransi akitifitas berkurang Apex jantung bergeser ke lateral
Mudah lelah Bising jantung
Bengkak di pergelangan kaki
Kurang Tipikal Kurang Tipikal
Batuk di malam/dini hari Edema Perifer
Mengi Krepitasi pulmonal
Berat badan bertambah > 2 Suara pekak di basal paru pada
kg/minggu perkusi
Berat badan turun Takikardi
Perasaan kembung/begah Nadi irreguler
Nafsu makan turun Nadi cepat
Perasaan bingung (pada pasien usia Hepatomegali
lanjut)
Depresi Asites
Berdebar Kaheksia
Pingsan

2.4 Klasifikasi Gagal Jantung

Selain menggunakan kriteria Framingham, terdapat beberapa


pembagian kriteria yang dapat digunakan untuk mengklasifikasikan
penyakit gagal jantung, diantaranya yaitu klasifikasi menurut New York
Heart Association (NYHA), dan pembagian stage menurut American
Heart Association (AHA).15 Tingkatan gagal jantung diklasifikasi
berdasarkan kelainan struktural jantung dan kapasitas fungsional.

5
Klasifikasi berdasarkan kelainan Klasifikasi berdasarkan kapsitas
struktural jantung (AHA) fungsional (NYHA)
Stadium A Kelas I
Memiliki risiko tinggi untuk Tidak terdapat batasan dalam
berkembang menjadi gagal jantung. melakukan aktifitas fisik. Aktifitas
Tidak terdapat gangguan struktural fisik sehari-hari tidak
atau fungsional jantung, tidak menimbulkan kelelahan, palpitasi
terdapat tanda atau gejala. atau sesak nafas.
Stadium B Kelas II
Telah terbentuk penyakit struktur Terdapat batasan aktifitas ringan.
jantung yang berhubungan dengan Tidak terdapat keluhan saat
perkembangan gagal jantung, tidak istrahat, namun aktifitas fisik
terdapat tanda atau gejala. seharihari menimbulkan kelelahan,
palpitasi atau sesak nafas.
Stadium C Kelas III
Gagal jantung yang simptomatik Terdapat batasan aktifitas
berhubungan dengan penyakit bermakna. Tidak terdapat keluhan
struktural jantung yang mendasari. saat istrahat, tetapi aktfitas fisik
ringan menyebabkan kelelahan,
palpitasi atau sesak.
Stadium D Kelas IV
Penyakit jantung struktural lanjut Tidak dapat melakukan
serta gejala gagal jantung yang aktifitasfisik tanpa keluhan.
sangat bermakna saat istrahat Terdapat gejala saat istrahat.
walaupun sudah mendapat terapi Keluhan me ningkat saat
medis maksimal (refrakter). melakukan aktifitas.

2.5 Patofisiologi Gagal Jantung

Berbagai factor bisa berperan menimbulkan gagal jantung. Faktor –


faktor ini lalu merangsang timbulnya mekanisme kompensasi yang jika
berlebih dapat menimbulkan gejala – gejala gagal jantung. Gagal jantung
paling sering mencerminkan adanya kelainan fungsi kontraktilitas
ventrikel (gagal sistolik) atau gangguan relaksasi ventrikel (gagal
diastolic). (Aru W.Sudoyo. 2006)
Penyebab gagal jantung diklasifikasikan menjadi 6 kategori yaitu :
1. Gagal terkait abnormalitas myocardium, disebabkan oleh hilangnya
myocites, kontraksi tidak terkoordinsi, tenaga kontraksi menurun atau
sel – sel disorientasi.
2. Gagal terkait kerja eksternal yang berlebihan (hipertensi atau stenosis
aorta).

6
3. Gagal terkait dengan katup yang abnormal.
4. Gagal oleh karena ritem kardiak yang abnormal (takikardi terus -
menerus
5. Gagal oleh karena perkardium abnormal atau efusi pericardial
(tamponade).
6. Jantung cacat bawaan sejak lahir.

2.6 Pemeriksaan Penunjang Gagal Jantung

Pemeriksaan penunjang yang dapat dikerjakan untuk mendiagnosis adanya


gagal jantung antara lain (Davies Mk et al. 2000)
1. Foto Thorax
Pada pemeriksaan foto dada dapat ditemukan adanya pembesaran
siluet jantung (cardio thoraxic ratio > 50%), gambaran kongesti vena
pulmonalis terutama di zona atas pada tahap awal, bila tekanan vena
pulmonal lebih dari 20 mmHg dapat timbul gambaran cairan pada
fisura horizontal dan garis Kerley B pada sudut kostofrenikus. Bila
tekanan lebih dari 25 mmHg didapatkan gambaran batwing pada
lapangan paru yang menunjukkan adanya udema paru bermakna.
Dapat pula tampak gambaran efusi pleura bilateral, tetapi bila
unilateral, yang lebih banyak terkena adalah bagian kanan.
2. EKG 12 lead
Pada elektrokardiografi 12 lead didapatkan gambaran abnormal pada
hampir seluruh penderita dengan gagal jantung, meskipun gambaran
normal dapat dijumpai pada 10% kasus. Gambaran yang sering
didapatkan antara lain gelombang Q, abnormalitas ST – T, hipertrofi
ventrikel kiri, bundle branch block dan fibrilasi atrium. Bila gambaran
EKG dan foto dada keduanya menunjukkan gambaran yang normal,
kemungkinan gagal jantung sebagai penyebab dispneu pada pasien
sangat kecil kemungkinannya
3. Ekokardiografi
Merupakan pemeriksaan non-invasif yang sangat berguna pada gagal
jantung. Ekokardiografi dapat menunjukkan gambaran obyektif
mengenai struktur dan fungsi jantung. Penderita yang perlu dilakukan

7
ekokardiografi adalah : semua pasien dengan tanda gagal jantung,
susah bernafas yang berhubungan dengan murmur, sesak yang
berhubungan dengan fibrilasi atrium, serta penderita dengan risiko
disfungsi ventrikel kiri (infark miokard anterior, hipertensi tak
terkontrol, atau aritmia). Ekokardiografi dapat mengidentifikasi
gangguan fungsi sistolik, fungsi diastolik, mengetahui adanya
gangguan katup, serta mengetahui risiko emboli.
4. Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah perlu dikerjakan untuk menyingkirkan anemia
sebagai penyebab susah bernafas, dan untuk mengetahui adanya
penyakit dasar serta komplikasi. Pada gagal jantung yang berat akibat
berkurangnya kemampuan mengeluarkan air sehingga dapat timbul
hiponatremia dilusional, karena itu adanya hiponatremia menunjukkan
adanya gagal jantung yang berat. Pemeriksaan serum kreatinin perlu
dikerjakan selain untuk mengetahui adanya gangguan ginjal, juga
mengetahui adanya stenosis arteri renalis apabila terjadi peningkatan
serum kreatinin setelah pemberian angiotensin converting enzyme
inhibitor dan diuretik dosis tinggi. Pada gagal jantung berat dapat
terjadi proteinuria. Hipokalemia dapat terjadi pada pemberian diuretik
tanpa suplementasi kalium dan obat potassium sparring. Hiperkalemia
timbul pada gagal jantung berat dengan penurunan fungsi ginjal,
penggunaan ACE-inhibitor serta obat potassium sparring. Pada gagal
jantung kongestif tes fungsi hati (bilirubin, AST dan LDH)
gambarannya abnormal karena kongesti hati. Pemeriksaan profil lipid,
albumin serum fungsi tiroid dianjurkan sesuai kebutuhan.
Pemeriksaaan penanda BNP sebagai penanda biologis gagal jantung
dengan kadar BNP plasma 100pg/ml dan plasma NT-proBNP adalah
300 pg/ml.
5. Pemeriksaan Radionuklide
Pemeriksaan radionuklide atau multigated ventrikulografi dapat
mengetahui ejection fraction, laju pengisian sistolik, laju pengosongan
diastolik, dan abnormalitas dari pergerakan dinding. Angiografi

8
dikerjakan pada nyeri dada berulang akibat gagal jantung. Angiografi
ventrikel kiri dapat mengetahui gangguan fungsi yang global maupun
segmental serta mengetahui tekanan diastolik, sedangkan kateterisasi
jantung kanan untuk mengetahui tekanan sebelah kanan (atrium
kanan, ventrikel kanan dan arteri pulmonalis) serta pulmonary artery
capillary wedge pressure
6. Angiografi
Angiografi dikerjakan pada nyeri dada berulang akibat gagal jantung.
Angiografi ventrikel kiri dapat mengetahui gangguan fungsi yang
global maupun segmental serta mengetahui tekanan diastolik,
sedangkan kateterisasi jantung kanan untuk mengetahui tekanan
sebelah kanan (atrium kanan, ventrikel kanan dan arteri pulmonalis)
serta pulmonary artery capillary wedge pressure.

2.7 Penatalaksanaan Gagal Jantung


Terapi yang dilakukan kepada pasien gagal jantung diberikan agar

penderita merasa lebih nyaman dalam melakukan berbagai aktivitas fisik,

dan bisa memperbaiki kualitas hidup serta meningkatkan harapan

hidupnya (Nurkhalis dan Rangga, 2020). WHO menyebutkan bahwa

pengukuran kualitas hidup sebagai salah satu tolak ukur untuk mengukur

kesehatan, keberhasilan terapi, perubahan frekuensi dan derajat keparahan

penyakit. Kualitas hidup mengacu pada aspek kompleks kehidupan yang

tidak bisa diungkapkan hanya dengan menggunakan indikator yang bisa

diukur, tetapi kualitas hidup dapat menggambarkan evaluasi subjektif dari

kehidupan pada umumnya (Nursita dan Arum, 2020). Penanganan yang

utama pada pasien gagal jantung yaitu mencukupi kebutuhan oksigenasi.

Pemberian ventilasi non invasif harus dipertimbangkan pada pasien

dengan gangguan pernafasan dengan frekuensi nafas > 25 kali/ menit dan

SpO2. Pemakaian alat bantu ventilasi mekanik juga harus terus dipantau

9
karena jika terjadi kegagalan pernafasan dapat menyebabkan terjadinya

hipoksemia dan asidosis, sehingga pada saat pasien mengalami hal

tersebut penggunaan ventilasi non invasif diganti dengan intubasi

endotrakeal (Rahayu, 2020). Penatalaksanaan gagal jantung memiliki

pendekatan pada tiga segi, yaitu : mengobati penyebab dari gagal jantung,

menghilangkan faktor-faktor yang bisa memperburuk gagal jantung, dan

mengobati gagal jantung (Nurkhalis dan Rangga, 2020).

Terapi gagal jantung dapat berupa terapi non-farmakologis dan terapi

farmakologis.

1. Terapi non-farmakologi
Pada penderita gagal jantung terapi non-farmakologi seperti
manajemen perawatan mandiri. Manajemen perawatan mandiri
diartikan sebagai tindakan-tindakan yang bertujuan untuk menjaga
stabilitas fisik, menghindari perilaku yang dapat memperburuk
kondisi dan mendeteksi gejala awal perburukan gagal jantung.
Manajemen perawatan diri berupa ketaatan berobat, pemantauan
berat badan, pembatasan asupan cairan, pengurangan berat badan
(stadium C), pemantauan asupan nutrisi, dan latihan fisik. Terapi
non-farmakologis juga dapat dilakukan dengan restriksi garam,
penurunan berat badan, diet rendah garam, diet rendah kolesterol,
tidak merokok, dan dengan melakukan olahraga (Nurkhalis dan
Rangga, 2020).
2. Terapi farmakologis
Terapi farmakologi bertujuan untuk mengatasi gejala akibat gagal
jantung dan untuk memperlambat perburukan kondisi jantung serta
mengatasi terjadinya kejadian akut akibat respon kompensasi
jantung. Pengobatan pada pasien gagal jantung biasanya memiliki
mekanisme kerja yang berkaitan dengan aktivitas neurohormonal.
Adapun biasanya pengobatan baik untuk gagal jantung diastolik

1
maupun sistolik adalah sama. Golongan obat-obatan yang digunakan
adalah diuretik, antagonis aldosteron, ACE-inhibitor (Angiotensin
Converting Enzyme inhibitor), ARB (Angiotensin Receptor
Blocker), beta blocker, glikosida jantung, vasodilator, agonis beta,
bypiridine, dan natriuretic peptide (Nurkhalis dan Rangga, 2020).
Perkembangan tatalaksana gagal jantung akut berdasarkan pedoman
ESC 2016 dan ACC/ AHA/HFSA 2017. Terapi farmakologis seperti
penggunaan loop diuretic dan penyekat EKA masih
direkomendasikan menurut pedoman ESC 2016 dan ACC/
AHA/HFSA 2017. Kelas rekomendasi I dan tingkatan bukti C untuk
diuretik dan Kelas rekomendasi I dan tingkatan bukti A untuk
penyekat EKA. Kedua terapi ini dapat digunakan untuk mengurangi
tanda dan gejala kelebihan cairan serta dapat membantu menurunkan
mortalitas dan morbiditas pada pasien dengan gajala gagal jantung
ringan, sedang, berat dengan atau tanpa sindrom koroner akut
(Saroinsong, Edmond dan Starry, 2021).

Tabel obat yang sering digunakan untuk penatalaksanaan gagal


jantung (PERKI. 2020).
Diuretik Dosis Awal (mg) Dosis Harian (mg)
Diuretik loop
Furosemide 20 - 40 40 - 240
Bumetanide 0,5 – 1,0 1-5
Torasemide 5 - 10 10 -20
Tiazid
Hidrochlortiazide 25 12,5 – 100
Metolazone 2,5 2,5 – 10
Indapamide 2,5 2,5 – 5
Diuretik hemat
kalium
Spironolakton (+ ACEI/ARB) 12,5 - (+ ACEI/ARB) 50
25 (- ACEI/ARB) 100
(- ACEI/ARB) 50 - 200
ACEI
Captopril 6,25 (3 x/hari) 50-100 (3 x/hari)
Enalapril 2,5 (2 x/hari) 10 -20 (2 x/ hari)

1
Lisinopril 2,5 - 5 (1 x/hari) 20 – 40 (1 x/hari)
Ramipril 2,5 (1 x/hari) 5 (2 x/hari)
Perindopril 2 (1 x/hari) 8 (1 x/hari)
ARB
Candesartan 4 / 8 (1 x/hari) 32 (1 x/ hari)
Valsartan 40 (2 x/hari) 160 (2 x/ hari)
Antagonis
Aldosteron
Elperenon 25 (1 x/hari) 50 (1 x/hari)
Spironolakton 25 (1 x/hari) 25 - 50 (1 x/hari)
Penyekat β
Bisoprolol 1,25 (1 x/hari) 10 (1 x/hari)
Carvedilol 3,125 (2 x/hari) 25 - 50 (2 x/hari)
Metoprolol 12,5 / 25 (1 x/hari) 200 (1 x/hari)
Nebivolol 1,25 (1 x/hari) 10 (1 x/hari)
Ivabradine 5 (2 x/hari) 7,5 (2 x/hari)
Sacubitril / 50 (2 x/hari) 200 (2 x/hari)
Valsartan

1
BAB III PATHWAY

Gagal Jantung

Menurunnya curah jantung


Kongesti Pulmonalis

Ronchi
Hipertrofi ventrikel Suplai darah ke jaringan

Peningkatan Iritasi mukosa paru


pengisian LVEP Nutrisi & O2 sel

Penumpukan
Aliran Darah ke sekret
jantung dan otak tidak Metabolisme sel
adekuat
Dx: Bersihan jalan nafas ti

Dx: Penurunan curah jantung Timbunan asam


Dx: Nyeri Akut
laktat

Lemah dan letih

Dx: Intoleransi Aktivitas

1
BAB IV ASUHAN KEPERAWATAN
KASUS
Ny.M usia 63 tahun datang ke IGD pada tanggal 20 Agustus 2019 dengan keluhan
bengkak pada kedua kaki sejak 7 hari yang lalu. Kedua kaki terasa kaku bila
digerakkan, tidak ada faktor yang dapat memperingan dan memperberat dari
gejala tersebut. Disertai dengan keluhan nyeri ulu hati, anyang-anyangan dan
panas ketika BAK sejak 2 hari yang lalu. Pasien tidak memiliki riwayat penyakit
serupa keluhan lain klien juga mengatakan batuk berdahak, merasa sesak nafas,
dan terdengar suara ronchi sebelumnya dan memiliki riwayat TBC dan sudah
dinyatakan sembuh sejak 1 tahun yang lalu. Tidak ada riwayat penyakit serupa di
keluarga maupun lingkungan. Untuk presentasi klinis pasien, keadaan umum
tampak lemas, tekanan darah 140/80 mmHg, nadi 111x/menit, frekuensi nafas
36x/menit, suhu 36,7Oc dan saturasi O2 90%.

Pemeriksaan laboratorium yang telah dilakukan adalah darah lengkap dan


serum elektrolit. Didapatkan hasil: WBC: 4.85 c 103/uL, RBC 5.21 X 103/uL,
Hb 13.3 g/dl, Hct 42.3%, PLT 247 X 103/uL, asam urat 8.6, SGOT 39, SGPT
20 dan albumin 3.2. pada pemeriksaan EKG di dapatkan sinus.

1
PENGKAJIAN FISIK
1. Identitas Pasien
Nama : Ny.M
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 63 Tahun
2. Keluhan Utama
Pasien mengalami penurunan kesadaran, batuk berdahak, sesak nafas, dan suara nafas
pasien ronchi
3. Alasan Masuk Rs
Pasien masuk ke rumah sakit dengan keluhan bengkak pada kedua kaki sejak 7 hari yang
lalu. Kedua kaki pasien terasa kaku saat digerakkan dimana tidak ada faktor yang
memperingan dan memperberat, serta disertai dengan keluhan nyeri ulu hati dan panas
saat buang air kecil.
4. Riwayat Alergi : -
5. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien sekarang adalah tampak lemas.
6. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien memiliki riwayat penyakit TBC dan sudah dinyatakan sembuh sejak 1 tahun yang
lalu
7. Riwayat Penyakit Keluarga: Tidak ada
8. Pengkajian Fisik
Pengkajian Primer
1) Airway

1
nadi :111x/m, rr 36x/m; t: 36,7°C, TD:140/80 mmhg
2) Breathing
Pernafasan :36x/Menit; SAO2 90%
3) Circulation
TD: 140/80 MmHg, nadi: 111X/M, R:36X/M, T: 36,7 °C
PENGKAJIAN SEKUNDER
1) Breath : RR : 36x/Menit
2) Blood : TD: 140/80 MmHg, nadi: 111x/Menit, RR : 36x/Menit, t: 36,7°C
3) Brain : Pasien dalam keadaan lemas
4) Bladder : tidak terkaji
5) Bowel : tidak ada di kasus
6) Bone : tidak ada di kasus
Pengakajian Pskiologi : tidak terkaji
Pengkajian Sosial : tidak terkaji
Pengkajian Spiritual : tidak terkaji
Pengkajian Budaya : tidak terkaji
ANALISIS DATA
No. Data Etiologi Masalah

1. DO : - ● Agen cedera Nyeri Akut


DS : Klien mengeluhkan nyeri biologis
pada ulu hati

2. DO : Terdengar suara ronchi ● Suara napas Ketidakefek


saat pemeriksaan tambahan tifan
DS : Klien juga mengatakan ● batuk berdahak bersihan
batuk berdahak dan merasa ● distres pernapasan jalan napas
sesak nafas ● perubahan pola
napas
● perubahan frekuensi
napas
3. DO : Nadi 111 kali per menit, ● Perubahan EKG Penurunan
tekanan darah 140/80 mmHg, ● Keletihan Curah
lemas, dan adanya suara napas ● Edema Jantung
tambahan ● Bunyi napas
tambahan

1
DS : -

4. DO : Adanya bengkak pada ● Kelemahan umum Intoleransi


kedua kaki dan terasa kaku ● Keletihan Aktivitas
DS -

Diagnosis Keperawatan
1. Nyeri Akut

2. Ketidakefektifan bersihan jalan napas

3. Penurunan curah jantung

4. Intoleransi aktivitas

Perencanaan dan Intervensi Keperawatan


No Diagnosis Kode NOC Kode NIC

I Nyeri Akut 00132 Kontrol nyeri 1400 Manajemen Nyeri


Setelah diberikan 1. Lakukan
asuhan pengkajian
keperawatan nyeri secara
selama 3x24 jam kompherensif
diharapkan hasil meliputi
nyeri menjadi lokasi,
berkurang dengan karakteristik,
kriteria hasil : frekuensi,
1. Mengenali kualitas,
kapan nyeri intensitas,
terjadi dari atau beratnya
skala 4 nyeri dan
(sering faktor
menunjukka pencerna
n) menjadi 2. Gali

1
skala 2 bersam
(jarang a
menunjukka pasien
n) faktor-
2. Menggamb faktor
arkan faktor yang
penyebab dapat
dari skala 4 menur
(sering unkan
menunjukka atau
n) menjadi memp
skala 2 erberat
(jarang nyeri
menunjukka 3. Dorong
n) pasien untuk
3. Menggunak menggunaka
an n obat-obatan
analgesik penurun
yang nyeri yang
direkomend adekuat
asikan dari 4. Monitor
skala 4 kepuasan
(sering pasien
menunjukka terhadap
n) menjadi menejemen
skala 2 nyeri dalam
(jarang interval yang
menunjukka spesifik
n)
4. Melaporkan
nyeri yang
terkontrol

1
dari skala 4
(sering
menunjukka
n) menjadi
skala 2
(jarang
menunjukka
n)
Status kenyamanan
Setelah diberikan
asuhan
keperawatan
selama 3x24 jam
diharapkan hasil
nyeri menjadi
berkurang dengan
kriteria hasil :
1. Kontrol
terhadap
gejala dari
skala 2
(banyak
terganggu)
menjadi
skala 4
(sedikit
terganggu)
2. Perawatan
sesuai
kebutuhan
dari skala 2
(banyak

1
terganggu)
menjadi
skala 4
(sedikit
terganggu)
II Ketidakefektif 00081 Status pernapasan : 3140 Manajemen Jalan
an bersihan Kepatenan jalan nafas
jalan napas napas 1. Posisikan
Setelah diberikan pasien untuk
asuhan meminimalka
keperawatan n ventilasi
selama 3x24 jam 2. Buang sekret
diharapkan dengan
bersihan jalan memotivasi
napas membaik pasien untuk
dengan kriteria melakukan
hasil : batuk atau
1 Frekuensi menyedot
pernafasan lendir
dari skala 2 3. Auskultasi
(cukup suara nafas,
berat) catat area
menjadi yang
skala 4 ventilasinya
(ringan) menurun atau
2 Kemampua tidak dan
n untuk adanya suara
mengeluark tambahan
an sekret 4. Posisikan
dari skala 2 untuk
(cukup meringankan
berat) sesak nafas

2
menjadi
skala 4
(ringan)
3 suara nafas
tambahan
dari skala 2
(cukup
berat)
menjadi
skala 4
(ringan)
4 batuk dari
skala 2
(cukup
berat)
menjadi
skala 4
(ringan)
III Penurunan 0400 Keefektifan Pompa 4040 Perawatan Jantung
Curah Jantung Jantung 1. Secara rutin
Setelah diberikan mengecek
asuhan pasien baik
keperawatan secara fisik
selama 2x24 jam dan
diharapkan pompa psikologis
jantung efektif 2. Pastikan
dengan kriteria tingkat
hasil : aktivitas
1. Tekanan pasien tidak
darah membahayak
sistole dan an curah
diastole jantung

2
normal 3. Monitor
2. Berkurangn EKG
ya edema 4. Monitor
pada pasien tanda-tanda
3. Wajah vital
pasien 5. Catat tanda
berkurang dan gejala
pucatnya penurunan
4. Pasien tidak curah jantung
menjadi
kelelahan
IV Intoleransi 00092 Pergerakan (0208) 0221 Terapi latihan :
aktivitas Setelah diberikan Ambulasi
asuhan 1. Bantu pasien
keperawatan untuk duduk
selama 2x24jam di sisi tempat
diharapkan tidur untuk
pergerakan memfasilitasi
membaik dengan penyesuaian
kriteria hasil : sikap tubuh
1 Berjalan 2. Bantu pasien
dari skala 2 untuk
(banyak perpindahan
terganggu) sesuai
menjadi kebutuhan
skala 4 3. Bantu pasien
(sedikit untuk berdiri
terganggu) dan ambulasi
2 Bergerak dengan jarak
dengan tertentu dan
mudah dari dengan
skala 2 sejumlah staf

2
(banyak tertentu
terganggu) 4. Konsultasika
menjadi n dengan ahli
skala 4 terapi fisik
(sedikit mengenai
terganggu) rencana
ambulasi
sesuai
kebutuhan

Implementasi Keperawatan

No Implementasi Keperawatan

I 1 Mengkaji nyeri secara komprehensif meliputi lokasi,


karakteristik, frekuensi, kualitas, intensitas, atau beratnya nyeri
dan faktor pencerna
2 Menggali bersama pasien faktor-faktor yang dapat menurunkan atau
memperberat nyeri
3 Mendorong pasien untuk menggunakan obat-obatan penurun
nyeri yang adekuat
4 Memonitor kepuasan pasien terhadap manajemen nyeri
dalam interval yang spesifik
II 1 Memposisikan pasien untuk meminimalkan ventilasi
2 Membantu membuang sekret dengan memotivasi pasien
untuk melakukan batuk atau menyedot lendir
3 Memberikan tindakan auskultasi suara nafas, mencatat area
yang ventilasinya menurun atau tidak dan adanya suara
tambahan
4 Memposisikan pasien untuk meringankan sesak nafas
III 1 Melakukan pengecekan pasien secara rutin baik secara fisik
dan psikologis
2 Memastikan tingkat aktivitas pasien tidak membahayakan
curah jantung
3 Memonitor EKG
4 Memonitor tanda- tanda vital
5 Mencatat tanda dan gejala penurunan curah jantung

IV 1 Membantu pasien untuk duduk di sisi tempat tidur


untuk memfasilitasi penyesuaian sikap tubuh
2 Membantu pasien untuk perpindahan sesuai kebutuhan

2
3 Membantu pasien untuk berdiri dan ambulasi dengan jarak
tertentu dan dengan sejumlah staf tertentu
4 Mengkonsultasikan dengan ahli terapi fisik mengenai
rencana ambulasi sesuai kebutuhan

Evaluasi Keperawatan

No Evaluasi Keperawatan
I S : Pasien mengatakan nyeri pada ulu hati berkurang meskipun masih
dirasakan
O:
- Pasien tampak koperatif
- Wajah pasien tampak pucat

A : Masalah teratasi
sebagian P : Lanjutkan
intervensi
II S : Pasien mengatakan merasa lebih nyaman dan batuk pasien berkurang
O:
- Batuk pasien masih tampak berdahak
- Pasien merasa tidak terlalu sesak seperti sebelumnya

A : Masalah teratasi
sebagian P : Lanjutkan
intervensi
III S : Pasien mengatakan sesak nafasnya
berkurang O :
- TD pasien 130/90 MmHg
- Tidak ada suara napas tambahan

A : Masalah teratasi
sebagian P : Lanjutkan
intervensi
IV S : Pasien mengatakan bengkak pada kakinya berkurang dan tidak kaku
O:
- Kaki pasien tidak kaku dan dapat digerakkan

A : Masalah teratasi
sebagian P : Lanjutkan
intervensi

2
BAB V PENUTUP
Kesimpulan

Penyakit Gagal Jantung yang dalam istilah medisnya disebut dengan "Heart
Failure atau Cardiac Failure" merupakan suatu keadaan darurat medis dimana
jumlah darah yang dipompa oleh jantung seseorang setiap menitnya tidak mampu
memenuhi kebutuhan normal metabolisme tubuh. Pada pasien gagal jantung,
toleransi terhadap latihan fisik akan semakin menurun dan gejala gagal jantung
akan muncul lebih awal dengan aktivitas yang ringan. Gejala awal yang umumnya
terjadi pada penderita gagal jantung yakni dyspnea (sesak napas), mudah lelah dan
adanya retensi cairan.

2
DAFTAR PUSTAKA
Anita, E.A., Bambang, S., & Dwi A.M.W. 2020. Asuhan Keperawatan Pasien
Gagal Jantung Kongestif: Studi Kasus. Jurnal Ilmiah Keperawatan Sai Betik. Vol
16(1).

Dewi, I.P. 2017. Kualitas Tidur Pasien Gagal Jantung dan Penanganannya. Jurnal
Keperawatan Komprehensif. Vol 3(1).

Prihartiningsih, D., & Tiwi, S. 2018. Perawatan pada Pasien Gagal Jantung. Jurnal
Pendidikan Keperawatan Indonesia. Vol 4(2), hlm 140-151.

Pertiwiwati, E., & Rizany, I. 2017. Peran Educator Perawat Dengan Pelaksanaan
Discharge Planning pada Pasien di Ruang Tulip 1c Rsud Ulin Banjarmasin. Dunia
Keperawatan. Vol 4(2).

Mugihartadi., & Mei R.H. 2020. Pemberian Terapi Oksigenasi dalam Mengurangi
Ketidakefektifan Pola Nafas pada Pasien Congestive Heart Failure (CHF) di
Ruang ICU/ICCU RSUD DR. Soedirman Kebumen. Nursing Science Journal. Vol
1(1), hlm 1-6.

Nurachmach, Elly. 2009. Pengantar Asuhan Keperawatan Klien Dengan


Gangguan Sistem Kardiovaskular. Jakarta : Salemba Medika.
Aru W.Sudoyo,dkk. (2006) Ilmu Penyakit Dalam FKUI. Jakarta: Pusat Penerbitan
Ilmu Penyakit Dalam FKUI.

Davies MK, Gibbs CR, Lip GYH. ABC of heart failure: investigation. BMJ
2000;320:297-300
Nurkhalis,et al.2020.Manifestasi Klinis dan Tatalaksana Gagal Jantung. Vol. 3.
No. 3. Jurnal Ked. N. Med.

Anda mungkin juga menyukai