Anda di halaman 1dari 61

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN

GAGAL JANTUNG

Kelompok 5

Keperawatan 7B

Disusun Oleh:

Agung Kurniawan 201502040 Leny Arum A 201702077


Della Mutiara Z 201702059 Nur Rochma M 201702087
Elvia Saraswati 201702063 Tsalisa Regita C 201702097
Farid Muhammad N 201702065 Wahyu Pratita M 201702099
Khery Dhewening T 201702074

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
2020
KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur saya haturkan kepada Allah Subhanahu Wata’ala yang telah
memberikan banyak nikmat, taufik dan hidayah. Sehingga saya dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Gagal Jantung” dengan baik tanpa ada
halangan yang berarti.

Diluar itu, penulis sebagai manusia biasa menyadari sepenuhnya bahwa masih
banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, baik dari segi tata bahasa, susunan
kalimat maupun isi. Oleh sebab itu dengan segala kerendahan hati , saya selaku penyusun
menerima segala kritik dan saran yang membangun dari pembaca.

Demikian yang bisa saya sampaikan, semoga makalah ini dapat menambah
khazanah ilmu pengetahuan dan memberikan manfaat nyata untuk masyarakat luas.

Madiun, 20 November 2020

Penulis

2
Daftar Isi

KATA PENGANTAR..................................................................................................i

Daftar Isi......................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1

A. Latar Belakang....................................................................................................1

B. Rumusan Masalah...............................................................................................3

C. Tujuan.................................................................................................................3

BAB II TINJAUAN TEORI........................................................................................4

A. Definisi................................................................................................................4

B. Etiologi................................................................................................................5

C. Klasifikasi:..........................................................................................................6

D. Patofisiologi........................................................................................................6

E. Pathways.............................................................................................................8

F. Manifestasi klinis..............................................................................................10

G. Penatalaksanaan Medis......................................................................................12

H. Penatalaksanaan Keperawatan...........................................................................13

I. Komplikasi........................................................................................................13

J. Pemeriksaan Penunjang.....................................................................................13

K. Konsep dasar asuhan keperawatan klien dengan gagal jantung.........................14

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN....................................................................20

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................52

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gagal jantung adalah suatu keadaan dimana ventrikel pada jantung tidak
mampu memompakan darah yang adekuat untuk memenuhi keperluan
metabolisme jaringan tubuh sedangkan beban awal (preload) semakin meningkat
akibat darah yang berlebih masuk ke ventrikel sehingga terjadi penurunan pada
curah jantung (Aspiani, 2015).

Angka insiden kejadian gagal jantung kongestif di Amerika Serikat yaitu


sebesar 0,1% – 0,2% (Lund & Savarese, 2017). Berdasarkan data Riset Kesehatan
Dasar Tahun 2013, prevalensi pederita penyakit gagal jantung yang pernah
didiagnosis oleh dokter di Indonesia yaitu sebanyak 0,13% dan penyakit gagal
jantung berdasarkan diagnosis dokter atau gejala sebesar 0,3% (Kemenkes RI,
2013). Berdasarkan studi pendahuluan yang peneliti laksanakan di RSUD
Mangusada Badung didapatkan data peningkatan kasus gagal jantung kongestif
yang signifikan dari tahun 2015 hingga 2017. Pada tahun 2015 angka kejadian
kasus gagal jantung kongestif sebanyak 82 kasus, diikuti oleh peningkatan kasus
pada tahun 2016 sebanyak 235 kasus dan tahun 2017 sebanyak 289 kasus.

Menurut data World Health Organization (WHO) tahun 2012 sebanyak


17,5 juta orang di dunia meninggal karena penyakit kardiovaskuler atau setara
dengan 31% dari 56,5 juta kematian di seluruh dunia. Lebih dari 3/4 kematian.
karena penyakit kardiovaskuler tersebut terjadi di negara berkembang dengan
penghasilan rendah sampai sedang. (Kementerian Kesehatan RI, 2017)

Tidak hanya angka kematiannya yang tinggi, penyakit kardiovaskuler,


khususnya pada penyakit gagal jantung kongestif merupakan suatu penyakit yang
sering memerlukan perawatan berulang walaupun pasien telah menerima
pengobatan rawat jalan yang optimal. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang
melaporkan di Amerika Serikat perawatan berulang pada pasien yang sebelumnya
telah menjalani rawat inap dengan diagnosa gagal jantung kongestif adalah hal

1
yang sering terjadi dalam kurun waktu 30 hari setelah pasien pulang. Angka
rehospitalisasi tersebut yaitu sebanyak 51% (Hallerbach et al., 2008). Sementara
di Indonesia menurut penelitian yang dilaksanakan di RSUP Dr. Sardjito
Yogyakarta, RSUD Kota Yogyakarta dan RSUD Sleman dari 96 responden
penelitian terdapat 55,21% responden dengan rawat inap lebih dari satu kali dalam
waktu satu tahun terakhir (Majid, 2010). Selain itu di RSUD Arifin Achmad
Pekanbaru pada tahun 2014 angka perawatan berulang pasien gagal jantung
kongestif yaitu sebanyak 90% (Widagdo, Karim, & Novayellinda, 2014).

Pasien dengan gagal jantung biasa dikaitkan dengan kasus kegagalan


pompa akibat infark miokard yang berhubungan dengan kerusakan miokard yang
mengakibatkan penurunan pada curah jantung (Tambayong, 2000).

Gagal jantung kongestif merupakan pembendungan darah akibat disfungsi


miokardium. Gagal jantung kongestif terjadi ketika kemampuan kontraktilitas
jantung menurun, menimbulkan gerakan abnormal pada dinding jantung, daya
kembang ruang jantung menjadi berubah, dan ventrikel tidak mampu memompa
darah keluar sebanyak yang masuk selama diastole (Price, 1994).

Hal ini menyebabkan volume akhir diastolik atau biasa disebut dengan
preload pada ventrikel meningkat. Seiring dengan peningkatan preload, sel-sel
otot ventrikel mengalami peregangan melebihi batas panjang optimalnya,
sehingga daya regang otot ventrikel menurun akibat teregang oleh darah. Semakin
berlebih beban awal (preload) dari ventrikel, semakin sedikit darah yang dapat
dipompa keluar, sehingga afterload menurun. Akibatnya volume sekuncup,
tekanan darah dan curah jantung menurun (Corwin, 2000).

Salah satu tanda dan gejala penurunan curah jantung adalah perubahan
kontraktilitas yang ditandai dengan penurunan nilai fraksi ejeksi (Tim Pokja SDKI
DPP PPNI, 2017). Berdasarkan hasil penelitian pada 40.239 pasien dari 220
rumah sakit di Amerika Serikat antara tahun 2005 hingga 2011, didapatkan data
pasien gagal jantung yang mengalami penurunan fraksi ejeksi yaitu sebesar
15.715 (39%) (Cheng et al., 2014). Sedangkan di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta,
RSUD Kota Yogyakarta dan RSUD Sleman sebanyak 63% pasien didiagnosa
klinis gagal jantung dengan disfungsi sistolik yaitu nilai fraksi ejeksi <45 (Majid,
2006).
2
3
Penyakit gagal jantung memberi dampak baik fisik maupun psikososial
yang signifikan untuk pasien dan perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan.
Gagal jantung kongestif dapat menjadi beban utama bagi sistem pelayanan
kesehatan secara internasional, karenanya penyakit tersebut menjadi beban secara
bermakna di Australia dan Selandia Baru (Chang, Daly, & Elliot, 2009)

Selain itu, gagal jantung kongestif yang merupakan suatu keadaan terakhir
(End Stage) dari semua penyakit jantung dengan angka mortalitas di dunia sebesar
16.5%, dimana angka tertinggi terdapat di Afrika (34%) (Dokainish et al., 2017).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas rumusan masalah pada penelitian


ini adalah “Bagaimanakah gambaran asuhan keperawatan pasien gagal jantung
kongestif dengan penurunan curah jantung di ruang oleg RSUD Mangusada
Badung Tahun 2018?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang dipaparkan diatas makan tujuan
penelitian ini dapat dirumuskan :
1. Tujuan umum
Menggambarkan asuhan keperawatan pasien gagal jantung kongestif
dengan penurunan curah jantung.
2. Tujuan khusus

a. Mendeskripsikan pengkajian pasien gagal jantung dengan penurunan


curah jantung.

b. Mendeskripsikan diagnosa keperawatan pasien gagal jantung kongestif


dengan penurunan curah jantung.

c. Mendeskripsikan intervensi keperawatan pasien gagal jantung kongestif


dengan penurunan curah jantung.

d. Mendeskripsikan implementasi keperawatan pasien gagal jantung kongestif

4
dengan penurunan curah jantung.

e. Mendeskripsikan evaluasi pasien gagal jantung kongestif dengan penurunan


curah jantung.

5
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Definisi
Gagal jantung adalah suatu keadaan patofisiologis berupa kelainan fungsi
jantung sehingga jantung tidak mampu memompa darah untuk memenuhi
kebutuhan metabolism jaringan atau kemampuannya hanya ada kalau disertai
peninggian volume diastolic secara abnormal. Ada beberapa istilah gagal jantung:
1. Gagal jantung kiri: kongesti paru menonjol pada gagal ventrikel kiri,
karena ventrikel kiri tidak mau memompa darah yang datang dari paru.
2. Gagal jantung kanan: bila ventrikel kanan gagal, yang menonjol adalah
kongesti visera dan jarigan perifer. Hal ini terjadi karena sisi kanan
jantung tidak mampu mengosongkan volume darah dengan adekuat
sehingga tidak dapat mengakomodasi semua darah yang secara normal
kembali dari sirkulasi vena.
3. Gagal jantung kongesif: adalah gabungan kedua gambaran tersebut.
4. Backward failure: akibat ventrikel tidak mampu memompa volume darah
keluar, menyebabkan darah terakumulasi dan meningkatkan tekanan
dalam ventrikel, atrium dan system vena.
5. Forward failure: akibat ketidak mampuan jantung mempertahankan curah
jantung, kemudian menurunkan perfusi jaringan.
6. Low output syndrome: bilamana jantug gagal sebagai pompa, yang
mengakibatkan gangguan sirkulasi perifer dan faso konstriksi perifer.
7. Hight output syndrome: peningkatan kebutuhan metabolic, seperti tampak
pada hipertiroidisme, demam atau mungkindipicu oleh kondisi
hiperkinetik sperti fistula arteriovenous, beri-beri atau penakit paget’s.

6
B. Etiologi
1. Kelainan otot jantung
Gagal jantung sering terjadi pada penderita kelainan otot jantung, disebabkan
menurunnya kontraktilitas jantung. Kondisi yang mendasari penyebab kelainan
fungsi otot jantung mencakup ateroslerosis koroner, hipertensi arterial dan
penyakit degeneratif atau inflamasi.
2. Aterosklerosis koroner mengakibatkan disfungsi miokardium karena
terganggunya aliran darah ke otot jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis (akibat
penumpukan asam laktat). Infark miokardium (kematian sel jantung) biasanya
mendahului terjadinya gagal jantung. Peradangan dan penyakit miokardium
degeneratif berhubungan dengan gagal jantung karena kondisi yang secara
langsung merusak serabut jantung menyebabkan kontraktilitas menurun.
3. Hipertensi Sistemik atau pulmunal (peningkatan after load) meningkatkan
beban kerja jantung dan pada gilirannya mengakibatkan hipertrofi serabut otot
jantung.
4. Peradangan dan penyakit myocardium degeneratif, berhubungan dengan gagal
jantung karena kondisi ini secara langsung merusak serabut jantung,
menyebabkan kontraktilitas menurun.
Penyakit jantung lain, terjadi sebagai akibat penyakit jantung yang sebenarnya,
yang secara langsung mempengaruhi jantung. Mekanisme biasanya terlibat
mencakup gangguan aliran darah yang masuk jantung (stenosis katub
semiluner), ketidakmampuan jantung untuk mengisi darah (tamponade,
pericardium, perikarditif konstriktif atau stenosis AV), peningkatan mendadak
after load.

7
C. Klasifikasi:
1. Gagal jantung akut –kronik
Gagal jantung akut terjadinya secara tiba-tiba, ditandai dengan penurunan
kardiak output dan tidak adekuatnya perfusi jaringan. Ini dapat mengakibatkan
edema paru dan kolaps pembuluh darah. Gagal jantung kronik terjadinya
secara perlahan ditandai dengan penyakit jantung iskemik, penyakit paru
kronis. Pada gagal jantung kronik terjadi retensi air dan sodium pada ventrikel
sehingga menyebabkan hipervolemia, akibatnya ventrikel dilatasi dan
hipertrofi.
2. Gagal Jantung Kanan- Kiri
Gagal jantung kiri terjadi karena ventrikel gagal untuk memompa darah secara
adekuat sehingga menyebabkan kongesti pulmonal, hipertensi dan kelainan
pada katub aorta/mitral. Gagal jantung kanan, disebabkan peningkatan
tekanan pulmo akibat gagal jantung kiri yang berlangsung cukup lama
sehingga cairan yang terbendung akan berakumulasi secara sistemik di kaki,
asites, hepatomegali, efusi pleura, dan lain-lain.
3. Gagal Jantung Sistolik-Diastolik\
Sistolik terjadi karena penurunan kontraktilitas ventrikel kiri sehingga
ventrikel kiri tidak mampu memompa darah akibatnya kardiak output
menurun dan ventrikel hipertrofi Diastolik karena ketidakmampuan ventrikel
dalam pengisian darah akibatnya stroke volume cardiac output turun.

D. Patofisiologi
Kelainan fungi otot jantung disebabkan karena aterosklerosis koroner,
hipertensi arterial dan penyakit otot degeneratif atau inflamasi. Aterosklerosis
koroner mengakibatkan disfungsi miokardium karena terganggunya aliran darah
ke otot jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis (akibat penumpukan asam laktat).
Infark miokardium biasanya mendahului terjadinya gagal jantung. Hipertensi
sistemik atau pulmonal (peningkatan afterload) meningkatkan beban kerja jantung

8
dan pada gilirannya mengakibatkan hipertrofi serabut otot jantung. Efek tersebut
(hipertrofi miokard) dapat dianggap sebagai mekanisme kompensasi karena akan
meningkatkan kontraktilitas jantung. Tetapi untuk alasan tidak jelas, hipertrofi
otot jantung tadi tidak dapat berfungsi secara normal, dan akhirnya akan terjadi
gagal jantung.
Peradangan dan penyakit miokardium degeneratif berhubungan dengan gagal
jantung karena kondisi ini secara langsung merusak serabut jantung,
menyebabkan kontraktilitas menurun.
Ventrikel kanan dan kiri dapat mengalami kegagalan secara terpisah. Gagal
ventrikel kiri paling sering mendahului gagal ventriel kanan. Gagal ventrikel kiri
murni sinonim dengan edema paru akut. Karena curah ventrikel berpasangan atau
sinkron, maka kegagalan salah satu ventrikel dapat mengakibatkan penurunan
perfusi jaringan.
1. Gagal jantung kiri
Kongesti paru menonjol pada gagal ventrikel kiri, karena ventrikel kiri
tidak mampu memompa darah yang datang dari paru. Peningkatan tekanan
dalam sirkulasi paru menyebabkan cairan terdorong ke jaringan paru. Dispnu
dapat terjadi akibat penimbunan cairan dalam alveoli yang mengganggu
pertukaran gas. Mudah lelah dapat terjadi akibat curah jantung yang kurang
menghambat jaringan dari sirkulasi normal dan oksigen serta menurunnya
pembuangan sisa hasil katabolisme, juga terjadi akibat meningkatnya energi
yang digunakan untuk bernapas dan insomnia yang terjadi akibat distress
pernapasan dan batuk.
2. Gagal jantung kanan
Bila ventrikel kanan gagal, yang menonjol adalah kongesti viscera dan
jaringan perifer. Hal ini terjadi karena sisi kanan jantung tidak mampu
mengosongkan volume darah dengan adekuat sehingga tidak dapat
mengakomodasikan semua darah yang secara normal kembali dari sirkulasi
vena. Manifestasi klinis yang tampak dapat meliputi edema ekstremitas

9
bawah, peningkatan berat badan, hepatomegali, distensi vena leher, asites,
anoreksia, mual dan nokturia.

E. Pathways

Disfungsi Miokard Beban tekanan Beban sistolik Peningkatan Beban Volume


(AMI) Miokarditis berlebihan berlebihan keb.metabolisme berlebihan

Kontraktilitas Beban sistol Preload

Kontraktilitas

Hambatan Pengosongan
Ventrikel

COP

Beban Jantung Gagal jantung


meningkat kanan

CHF

10
Gagal pompa Gagal pompa
ventrikel
ventrikel kiri
kanan

Forward Failure Backward Failure Tekanan


Diastole

Suplai jaringan Suplai O2 otak Renal Flow LVED


Bendungan
atrium Kanan

Metab. Anaerob Sinkop RAA Tek. Vena


pulmonalis
Bendungan Penimbunan
Asidosis Metabolik GANGGUAN Aldosteron Vena sistemik As. Laktat
PERFUSI
JARINGAN
Tek. Kapiler Paru
ATP ADH
Lien Hepar

Edema Paru Beban ventrikel


Fatique Retensi Na + H2O kanan
Splenomegali Hepatomegali

Ronkhi basah Hipertropi


INTOLERANSI KELEBIHAN Ventrikel kanan
AKTIVITAS VOLUME CAIRAN
( PEMENUHAN ADL ) VASKULER Mendesak diafragma

Iritasi Mukosa Penyempitan


Paru lumen ventrikel
kanan Sesak Napas

Refleks Batuk
POLA NAPAS
TIDAK EFEKTIF

Penumpukkan BERSHAN JALAN


Sekret NAPAS TIDAK
EFEKTIF

11
F. Manifestasi klinis
Tanda dominan :
1. Meningkatnya volume intravaskuler
2. Kongestif jaringan akibat tekanan arteri dan vena meningkat akibat
penurunan curah jantung. Manifestasi kongesti berbeda tergantung pada
kegagalan ventrikel mana yang terjadi.
a) Gagal Jantung Kiri :
Kongesti paru menonjol pada gagal ventrikel kiri karena ventrikel
kiri tak mampu memompa darah yang dating dari paru. Manifestasi
klinis yang terjadi yaitu :
 Dispnea, Terjadi akibat penimbunan cairan dalam alveoli dan
mengganggu pertukaran gas. Dapat terjadi ortopnoe. Beberapa
pasien dapat mengalami ortopnoe pada malam hari yang
dinamakan Paroksimal Nokturnal Dispnea (PND)
 Batuk
 Mudah lelah, Terjadi karena curah jantung yang kurang yang
menghambat jaringan dan sirkulasi normal dan oksigen serta
menurunnya pembuangan sisa hasil katabolisme.
 Karena meningkatnya energi yang digunakan untuk bernafas dan
insomnia yang terjadi karena distress pernafasan dan batuk
 Kegelisahan atau kecemasan, Terjadi karena akibat gangguan
oksigenasi jaringan, stress akibat kesakitan bernafas dan
pengetahuan bahwa jantung tidak berfungsi dengan baik
b) Gagal jantung Kanan :
 Kongestif jaringan perifer dan visceral
 Oedema ekstremitas bawah (oedema dependen), biasanya oedema
pitting, penambahan BB.
 Hepatomegali dan nyeri tekan pada kuadran kanan atas abdomen

12
terjadi akibat pembesaran vena hepar
 Anoreksia dan mual, terjadi akibat pembesaran vena dan statis
vena dalam rongga abdomen
 Nokturia
 Kelemahan
c) CHF Akut
 Ansietas
 Peningkatan berat badan
 Restletness
 Nafas pendek, bunyi krekels,
 Fatigue takikardi
 Penurunan resistensi vaskuler
 Distensi vena jugularis
 Dyspnea , orthopnea,
 Batuk , batuk darah,
 Wheezing bronchial,
 Sianosis
 Denyut nadi lemah dan tidak teraba
 Penurunan urin noutput
 Delirium
 Sakit kepala.
d) CHF Kronik
 Anoreksia
 Nokturia
 Edema perifer
 Hiperpigmentasi ekstremitas bawah
 Kelemahan

13
 Hepatomegali
 Ascites
 Dyspnea
 Intoleransi aktivitas berat
 Kulit kehitaman.

G. Penatalaksanaan Medis
1. Non Farmakologis
a) CHF Kronik
 Meningkatkan oksigenasi dengan pemberian oksigen dan menurunkan
konsumsi oksigen melalui istirahat atau pembatasan aktivitas.
 Diet pembatasan natrium
 Menghentikan obat-obatan yang memperparah seperti NSAIDs karena
efek prostaglandin pada ginjal menyebabkan retensi air dan natrium
 Pembatasan cairan (kurang lebih 1200-1500 cc/hari)
 Olah raga secara teratur
b) CHF Akut
 Oksigenasi (ventilasi mekanik)
 Pembatasan cairan
2. Farmakologis
Tujuan: untuk mengurangi afterload dan preload
a) First line drugs; diuretic
Tujuan: mengurangi afterload pada disfungsi sistolik dan mengurangi
kongesti pulmonal pada disfungsi diastolic. Obatnya adalah: thiazide
diuretics untuk CHF sedang, loop diuretic, metolazon (kombinasi dari loop
diuretic untuk meningkatkan pengeluaran cairan), Kalium-Sparing diuretic
b) Second Line drugs; ACE inhibitor
Tujuan; membantu meningkatkan COP dan menurunkan kerja jantung.

14
Obatnya adalah:
 Digoxin; meningkatkan kontraktilitas. Obat ini tidak digunakan untuk
kegagalan diastolic yang mana dibutuhkan pengembangan ventrikel
untuk relaksasi
 Hidralazin; menurunkan afterload pada disfungsi sistolik.
 Isobarbide dinitrat; mengurangi preload dan afterload untuk disfungsi
sistolik, hindari vasodilator pada disfungsi sistolik.
 Calsium Channel Blocker; untuk kegagalan diastolic, meningkatkan
relaksasi dan pengisian dan pengisian ventrikel (jangan dipakai pada
CHF kronik).
 Beta Blocker; sering dikontraindikasikan karena menekan respon
miokard. Digunakan pada disfungsi diastolic untuk mengurangi HR,
mencegah iskemi miocard, menurunkan TD, hipertrofi ventrikel kiri.

H. Penatalaksanaan Keperawatan
1. Informasikan pada klien, keluarga dan pemberi perawatan tentang penyakit dan
penanganannya.
2. Informasi difokuskan pada: monitoring BB setiap hari dan intake natrium.
3. Diet yang sesuai untuk lansia CHF: pemberian makanan tambahan yang
banyak mengandung kalium seperti; pisang, jeruk, dll.
4. Teknik konservasi energi dan latihan aktivitas yang dapat ditoleransi dengan
bantuan terapis.
I. Komplikasi
1. Trombosis vena dalam, karena pembentukan bekuan vena karena stasis darah.
2. Syok Kardiogenik, akibat disfungsi nyata
3. Toksisitas digitalis akibat pemakaian obat-obatan digitalis.
J. Pemeriksaan Penunjang
1. EKG; mengetahui hipertrofi atrial atau ventrikuler, penyimpanan aksis, iskemia
dan kerusakan pola.

15
2. ECG; mengetahui adanya sinus takikardi, iskemi, infark/fibrilasi atrium,
ventrikel hipertrofi, disfungsi pentyakit katub jantung.
3. Rontgen dada; Menunjukkan pembesaran jantung. Bayangan mencerminkan
dilatasi atau hipertrofi bilik atau perubahan dalam pembuluh darah atau
peningkatan tekanan pulnonal.
4. Scan Jantung; Tindakan penyuntikan fraksi dan memperkirakan gerakan
jantung.
5. Kateterisasi jantung; Tekanan abnormal menunjukkan indikasi dan membantu
membedakan gagal jantung sisi kanan dan kiri, stenosis katub atau insufisiensi
serta mengkaji potensi arteri koroner.
6. Elektrolit; mungkin berubah karena perpindahan cairan atau penurunan fungsi
ginjal, terapi diuretic.
7. Oksimetri nadi; Saturasi Oksigen mungkin rendah terutama jika CHF
memperburuk PPOM.
8. AGD; Gagal ventrikel kiri ditandai alkalosis respiratorik ringan atau hipoksemia
dengan peningkatan tekanan karbondioksida.
9. Enzim jantung; meningkat bila terjadi kerusakan jaringan-jaringan
jantung,missal infark miokard (Kreatinin fosfokinase/CPK, isoenzim CPK dan
Dehidrogenase Laktat/LDH, isoenzim LDH).
K. Konsep dasar asuhan keperawatan klien dengan gagal jantung
1. PENGKAJIAN
 Pengkajian Primer.
a. Airway : batuk dengan atau tanpa sputum, penggunaan bantuan otot
pernafasan, oksigen, dll
b. Breathing : Dispnea saat aktifitas, tidur sambil duduk atau dengan beberapa
bantal
c. Circulation : Riwayat HT IM akut, GJK sebelumnya, penyakit katub
jantung, anemia, syok dll. Tekanan darah, nadi, frekuensi jantung, irama

16
jantung, nadi apical, bunyi jantung S3, gallop, nadi perifer berkurang,
perubahan dalam denyutan nadi juguralis, warna kulit, kebiruan punggung,
kuku pucat atau sianosis, hepar ada pembesaran, bunyi nafas krakles atau
ronchi, oedema.
 Pengkajian Sekunder.
a. Aktifitas/istirahat.
Keletihan, insomnia, nyeri dada dengan aktifitas, gelisah, dispnea saat
istirahat atau aktifitas, perubahan status mental, tanda vital berubah saat
beraktifitas.
b. Integritas ego.
Ansietas, stress, marah, takut dan mudah tersinggung.
c. Eliminasi.
Gejala penurunan berkemih, urin berwarna pekat, berkemih pada malam
hari, diare / konstipasi.
d. Makanan/cairan.
Kehilangan nafsu makan, mual, muntah, penambahan BB signifikan.
Pembengkakan ekstremitas bawah, diit tinggi garam penggunaan diuretic
distensi abdomen, oedema umum, dll.
e. Hygiene :
Keletihan selama aktifitas perawatan diri, penampilan kurang.
f. Neurosensori.
Kelemahan, pusing, lethargi, perubahan perilaku dan mudah tersinggung.
g. Nyeri/kenyamanan.
Nyeri dada akut- kronik, nyeri abdomen, sakit pada otot, gelisah.
h. Interaksi sosial.
Penurunan aktifitas yang biasa dilakukan.

17
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN.
a. Penurunan perfusi jaringan berhubungan dengan menurunnya curah jantung,
hipoksemia jaringan, asidosis dan kemungkinan thrombus atau emboli.
 Ditandai :
i. Daerah perifer dingin, Nyeri dada.
ii. EKG elevasi segmen ST dan Q patologis pada lead tertentu.
iii. HR 100 X/menit, RR lebih dari 24 kali per menit.
iv. Kapiler refill lebih dari 3 detik.
v. Gambaran foto toraks terdapat pembesaran jantung dan kongestif paru.
vi. Tekanan Darah 80 mmHg. 45 mmHg dan saturasi  80 mmHg, pa CO2 
120/80 mmHg, AGD dengan : pa O2 - HR lebih dari 100X/menit.
vii. Terjadi peningkatan enzim jantung yaitu CK, AST, LDL/HDL.
 Tujuan :
Gangguan perfusi jaringan berkurang atau tidak meluas selama dilakukan
tindakan perawatan
 Kriteria :
Daerah perifer hangat, tidak sianosis,gambaran EKG tak menunjukkan
perluasan infark, RR 16-24 X/mnt, clubbing finger (-), kapiler refill 3-5
detik, nadi 60-100X/mnt, TD 120/80 mmHg.
 Rencana Tindakan :
i. Monitor frekuensi dan irama jantung.
ii. Observasi perubahan status mental.
iii. Observasi warna dan suhu kulit/membran mukosa.
iv. Ukur haluaran urin dan catat berat jenisnya.
v. Kolaborasi : berikan cairan IV sesuai indikasi.
vi. Pantau pemeriksaan diagnostik dan lab. Missal EKG, elektrolit, GDA (pa
O2, pa CO2 dan saturasi O2), dan pemeriksaan oksigen.

18
b. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sekret.
 Tujuan :
Jalan nafas efektif setelah dilakukan tindakan keperawatan selama di RS.
 Kriteria hasil :
Tidak sesak nafas, RR normal (16-24 X/menit) , tidak ada sekret, suara nafas
normal.
 Intervensi :
i. Catat frekuensi & kedalaman pernafasan, penggunaan otot Bantu
pernafasan.
ii. Auskultasi paru untuk mengetahui penurunan/tidak adanya bunyi nafas dan
adanya bunyi tambahan missal krakles, ronchi, dll.
iii. Lakukan tindakan untuk memperbaiki /mempertahankan jalan nafas misal
batuk efektif, penghisapan lendir, dll.
iv. Tinggikan kepala / mpat tidur sesuai kebutuhan / toleransi pasien.
v. Kaji toleransi aktifitas misal keluhan kelemahan/kelelahan selama kerja.

c. Resiko penumpukkan cairan ekstravaskuler berhubungan dengan penurunan


perfusi ginjal, peningkatan natrium / retensi air, peningkatan tekanan
hidrostatik atau penurunan protein plasma ( menyerap cairan dalam area
interstisial / jaringan.
 Tujuan :
Keseimbangan volume cairan dapat dipertahankan selama dilakukan
tindakan keperawatan selama di rawat di RS.
 Kriteria :
Mempertahankan keseimbangan cairan seperti dibuktikan oleh tekanan
darah dalam batas normal, tidak ada distensi vena perifer/vena dan oedema
10%)dependen, paru bersih dan BB ideal (BB ideal = TB – 100 )
 Intervensi :
i. Ukur masukan/haluaran, catat penurunan, pengeluaran, sifat konsentrasi,

19
hitung keseimbangan cairan.
ii. Observasi adanya oedema dependen.
iii. Timbang BB tiap hari.
iv. Pertahankan masukan cairan 2000 ml/24 jam dalam toleransi
kardiovaskuler.
v. Kolaborasi : pemberian diit rendah natrium, berikan diuretic.
vi. Kaji JVP setelah terapi diuretik.
vii. Pantau CVP dan tekanan darah.

d. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan volume paru,


hepatomegali, splenomegali.
 Ditandai :
Perubahan kedalaman dan kecepatan pernafasan, gangguan pengembangan
dada, GDA tidak normal.
 Tujuan :
Pola nafas efektif setelah dilakukan tindakan keperawatab selama di RS, RR
normal, tidak ada bunyi nafas tambahan dan penggunaan otot Bantu
pernafasan dan GDA normal.
 Intervensi :
i. Monitor kedalaman pernafasan, frekuensi dan kespansi dada.
ii. Catat upaya pernafasan termasuk penggunaan otot Bantu nafas.
iii. Auskultasi bunyi nafas dan catat bila ada bunyi nafas tambahan.
iv. Tinggikan kepala dan Bantu untuk mencapai posisi yang senyaman
mungkin.
v. Kolaborasi pemberian oksigen dan pemeriksaan GDA.

20
e. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
oksigen miokard dan kebutuhan, adanya iskemik / nekrotik jaringan miokard.
 Ditandai :
Gangguan frekuensi jantung, tekanan darah dalam katifitas, terjadinya
disritmia dan kelemahan umum.
 Tujuan :
Terjadi peningkatan toleransi aktivitas pada klien setelah dilaksanakan
tindakan keperawatan.
 Kriteria :
Frekuensi jantung 60-100 X/mnt, TD 120/80 mmHg.
 Intervensi :
i. Catat frekuensi jantung, irama dan perubahan TD selama dan sesudah
aktifitas.
ii. Tingkatkan istirahat (ditempat tidur).
iii. Batasi aktifitas pada dasar nyeri dan berikan aktifitas sensori yang tidak
berat.
iv. Jelaskan pola peningkatan bertahap dari tingkat aktifitas, contoh bangun dari
kursi bila tidak ada nyeri, ambulasi dan istirahat selama 1 jam setelah
makan.

21
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
Kasus:
Ny. G umur 77 tahun datang ke ugd dengan keluhan sesak sudah dialami pasien sejak
+ 2 hari yang lalu, sesak dialami pasien walaupun sedang tidur, membuat pasien
terbangun malam karena sesak. Kaki bengkak keduanya. Pasien pernah dirawat
dengan keluhan yang sama dan dengan diagnosa yang sama. Tensi : 140/100 mmHg,
Nadi: 86 X/mnt, Suhu: 36,5 0 C, Respirasi: 16 X/mnt. Pasien pernah dirawat dengan
keluhan yang sama dan dengan diagnosa yang sama. Kesadaran Composmentis. Hasil
pemeriksaan penunjang X thoraks photo: CHF Fc III ec HHD, OMI Inferior,
Pembesaran jantung, EKG: CHF fc III ec HHD, OMI Inferior

I. PENGKAJIAN
A. Identitas Pasien
Nama / nama panggilan : Ny. G
TTL / Usia : Bandung, 10/05/1934/77 Thn
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Kr. Protestan
Pendidikan : SLTA
Alamat : Tareran, Kec. Tareran, Min. Sel.
Tanggal/Jam MRS : 13/01/2012/10.05 wita
Tanggal/Jam Pengkajian : 13/01/2012/09.00 wita
Diagnosa Medik : -. CHF fc III ec HHD
-. OMI Inferior
No. Medical Record : 00297706

22
B. Genogram

Ket. : : Laki=laki. : Perempuan. : Klien.


: Tinggal Serumah. / : Meninggal.

C. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama :
Sesak dan kaki bengkak.
2. Riwayat Keluhan Utama :
Sesak sudah dialami pasien sejak + 2 hari yang lalu, sesak dialami
pasien walaupun sedang tidur, membuat pasien terbangun malam karena
sesak .
Kaki bengkak keduanya.
3. Riwayat Kesehatan Sekarang :
Kaki bengkak.
4. Riwayat Kesehatan Dahulu :
Pasien pernah dirawat dengan keluhan yang sama dan dengan diagnosa
yang sama.
DM (-), Jantung (+), Paru (-), Ginjal (-), penyakit, Liver (-).
5. Psikososial :
- Hubungan prilaku dengan penyakit :

23
Penyakit yang dialami klien, membuatnya tidak bisa beraktivitas
seperti biasa.
- Hubungan Klien dengan masyarakat/petugas kesehatan :
Hubungan pasien di masyarakat cukup baik.
Hubungan dengan dengan petugas kesehatan cukup kooperatif.
6. Riwayat Spiritual
- Sistem dukungan dalam keluarga :
Cukup baik ditandai adanya keluarga yang menjaga klien di rumah
sakit.
- Kegiatan Keagamaan :
Sebelum sakit klien cukup aktif di kegiatan kerohanian

D. Aktivitas sehari – hari


1. Nutrisi
N Kondisi sebelum sakit Saat sakit/di kaji
o
1 Selera Makan Baik, 3 X sehari, porsi Tidak ada napsu makan, makan bubur + 4-
dihabiskan. 5 sendok saja kalau lebih rasa
mual/muntah
Bubur saja.
2 Menu makanan Nasi, lauk, sayur dan
buah. Jadi tidak teratur, tergantung, napsu
makan.
3 Frekuensi Makan Cukup teratur, pagi, Tidak ada yang enak
siang, dan malam
Tiada
4 Makanan yang Biasa saja, semua di
disukai makan.
Biasa, pakai sendok

24
5 Pembatasan pola Tiada Tiada
makan.
6 Cara makan Biasa, pakai sendok
7 Ritual saat makan Tiada

2. Cairan
N Kondisi Sebelum sakit Saat sakit/dikaji
o
1 Jenis Air putih Air putih
2 minuman Sering apalagi Di atur untuk sedemikian rupa
Frekuensi bila haus/habis hingga dapat minum 1 x 24 jam sesuai takaran
minum kerja/sesudah makan output dan input cairan.

3 Tercukupi Saat ini pemasukkan cairan dalam


tubuh disesuaikan dengan output cairan tujuan
Kebutuhan mengurangi penumpukkan cairan.
cairan
4 Minum air bila Minum air putih dan melalui
haus/habis kerja/sesudah pemberian cairan Infus.
makan
Cara
pemenuhan

3. Eliminasi ( BAK & BAB )


N Kondisi Sebelum Saat sakit/
o sakit dikaji
1 Tempat BAB di BAB di WC
2 pembuangan WC Terakhir 1
Frekuensi 1–2X hari yang lalu

25
3 (waktu) Sehari Lunak, warna
kuning, bau biasa.
4 Konsistensi Lunak, Ada,
warna kuning, bau Dulcolax Syr. 3 X 1 cth
Obat biasa.
pencahar Tidak
menggunakan
4. Istirahat tidur
N Kondisi Sebelum Saat sakit/di
o sakit kaji
1 Jam Tidur
- Siang - Jarang tidur siang - Aktivitas lebih banyak
- Malam - 22.00 – 05.00 di tempat, tidur
membuat tidur jadi
tidak menentu.
2 Pola tidur Cukup teratur Tidak teratur.
3 Kebiasaan Tidak ada Tidak ada
sebelum tidur.
4 Kesulitan Tidur Tidak ada Sulit tidur nyenyak
karena nyeri

5. Olah Raga
N Kondisi Sebelum Saat sakit/di
o sakit kaji
1 Program Tidak ada Tidak ada
2 olah raga - -
3 Jenis dan
frekuensi - -
Kondisi
setelah olah raga

26
6. Personal hygiene
N Kondisi Sebelum Saat sakit/di
o sakit kaji
1 Mandi :
a. Cara a. Siram pakai a. Siram pakai gayung,
gayung kadang hanya di lap.
b. Tergantung keadaan
b. Frekuensi b. Rata-rata 1 X bila terasa sesak,
sehari tidak mandi/di lap.
c. Gayung, handuk,
sabun mandi, sikat
c. Alat mandi c. Handuk, gayung,
sabun mandi, sikat. a. Belum
a. Pakai shampoo cuci rambut
2 Cuci rambut : b. Seminggu sekali b. -
a. Cara
b. Frekuensi a. Pakai gunting kuku a. Belum gunting kuku
3 Gunting kuku : b. Bila kuku sudah b. –
a. Cara panjang
b. Frekuensi
a. Pakai sikat gigi a. Pakai sikat gigi
4 Gosok gigi b. 2 X sehari b. Saat mandi/di lap
a. Cara
b. Frekuensi

7. Aktivitas/Mobilisasi Fisik
N Kondisi Sebelum Saat sakit/di
o sakit kaji
1 Kegiatan Hanya di hanya di

27
2 sehari-hari rumah tempat tidur
3 pengaturan Tidak ada tidak ada
jadual Tidak ada tidak ada
4 Penggunaa
n alat bantu Tidak ada Tidak ada.
Kesulitan
pergerakkan tubuh

8. Rekreasi
N Kondisi Sebelum sakit Saat sakit/di kaji
o
1 Waktu luang Tergantung Hanya tiduran
pekerjaan, tidak
menentu. Hanya
di rumah dengan
keluarga.
2 Perasaan setelah Senang bisa ada -
rekreasi waktu istirahat
dan bersama
3 Waktu senggang keluarga. -
keluarga Sering bila
pekerjaan tidak -
4 Kegiatan hari banyak
libur Hanya di rumah,
bersama keluarga

E. Pemeriksaan Fisik
I. Keadaan Umum :
1. Kesadaran
Composmentis

28
2. Tanda-tanda Vital :
- Tensi : 140/100 mmHg
- Nadi : 86 X/mnt
- Suhu Tubuh : 36,5 0 C
- Respirasi : 16 X/mnt
3. Tinggi badan : 155 cm
4. Berat badan : Sebelum sakit : + 65 Kg
: Saat sakit : 70 Kg

II. Kepala dan wajah


a. Kepala
Inspeksi
1. Warna rambut : Beruban
2. Rontok : Tidak
3. Kesimetrisan : Tidak
4. Ketombe : Tidak
5. Penyebaran : Merata
6. Alopesia : Tidak
7. Bentuk kepala : Bulat
8. Bau : Tidak

Palpasi
1. Nyeri tekan : Tidak ada
2. Benjolan pada kepala : (-)

b. Wajah
Inspeksi
1. Pergerakan wajah : Tidak ada

29
2. Ekspresi : Meringis
3. Pigmentasi : Tidak ada
4. Acne : Tidak ada
5. Tremor : Tidak ada

III. Mata
Inspeksi :
a. Kelopak mata : Warna marah
b. Sklera : Warna merah muda
c. Conjungiva : Anemis (-)
d. Pupil dan refleks : (+)
e. Visus : Normal
Palpasi
a. Tekanan bola mata : Normal
IV. Hidung dan sinus
Inspeksi
a. Nasal septum : Tegak lurus
b. Membrane mukosa : Warna kemerahan
c. Obstruksi : Tidak ada
Palpasi
a. Sinus frontalis : Nyeri (-)
b. Sinus Maksilaris : Nyeri (-)

V. Telinga
Inspeksi
a. Bentuk : Simetris (+)
b. Daun telinga
- Warna : Kuning langsat

30
- Lesi : (-)
c. Liang Telinga
- Serumen : (-)
- Otore : (-)
- Peradangan : (-)
Fungsi pendengaran : Baik

VI. Mulut
Inspeksi
a. Bibir
- Bentuk : simetris (+)
- Kondisi : Lembab
- Warna : Normal
- Lesi : (-)
b. Mukosa Mulut
- Warna : Merah
- Tekstur : Lembut
- Lesi : (-)
c. Geligi
- Jumlah : Caries (+)
- Warna : Agak Kuning
d. Lidah
- Warna : Beslag (-)
- Tekstur : Halus
- Tremor : Tidak
e. Palatum
- Warna :

31
- Kontur :
- Gerakan : (-)
f. Tonsilar
- Ukuran :
- Warna : kemerahan
- Eksudat : (-)
Palpasi
a. Pipi
- Nyeri Tekan : (-)
- Pembengkakan : (-)
b. Palatum
- Pembengkakan : (-)
- Fisura : (-)
c. Lidah
- Nyeri Tekan : (-)
- Pembengkakan : (-)
- Massa : (-)

VII. Leher
Inspeksi
a. Warna kulit : Sawo matang
b. Pembengkakan : (-)
c. Tiroid : pembengkakan (-)
Palpasi
a. Kelenjar limfe
- Keadaannya : -
- Lokasi : -
b. Kelenjar Tiroid : Pembengkakan (-)

32
c. Letak trakea : Normal
d. Kaku Kuduk : (-)

VIII. Toraks dan paru


Inspeksi
a. Bentuk Tulang belakang : Tegak
b. Bentuk dada : Normal 1 : 2
c. Kesimetrisan saat inspirasi dan ekspirasi : simetris
d. Irama pernapasan : teratur
e. Jenis pernapasan : Bronchovesikuler
Palpasi
a. Massa : (-)
b. Nyeri tekan : (-)
Perkusi
a. diatas permukaan paru
Auskultasi
a. Bunyi suara napas : Ronkhi +/+, Wheezing -/-

IX. Jantung
Inspeksi
_____________________________________________________________
_____________________________________________________________
______________
Palpasi
Terhadap getaran pada masing-masing di atas area
a. Aorta :
b. Pulmonal :
c. Trikuspidalis :
d. Mitral :

33
e. Ictus cordis :
Perkusi
_____________________________________________________________
_____________________________________________________________
______________
Auskultasi
a. Bunyi Jantung I :
b. Bunyi Jantung II :

X. Abdomen
Inspeksi
a. Kulit
- warna : Sawo matang
- Karakteristik :
- permukaan : akral hangat berkeringat
- Jaringan parut : (-)
- Lesi : (-)
b. Umbilikus
- Letak : memusat
- kontur : Menonjol
Palpasi
a. keadaan Abdomen : Datar dan lemas
b. Nyeri tekan : (-)
c. Nyeri lepas : (-)
d. Massa : (-)

Hepar ( Metode satu tangan )


a. Teraba : (-)

34
b. Keadaan :
Limpa
a. Teraba : (-)
b. Nyeri tekan : (-)
Perkusi ( Semua kuadran)
a. Tympani : (-)
b. Pekak : (+)
Batas Hepar
a. Rentang hepar :
b. Batas atas pada intercostals :
Limpa
a. Batas :
b. Pekak :
Lambung
a. Tympani :
b. Pekak :
Auskultasi
a. Bising Usus : (+)

XI. Genetalia dan anus


Inspeksi
a. Peradangan/Warna kemerahan : (-)
b. Meatus uretra : (-)
c. orifisium uretra : (-)
d. Cairan yang keluar : (-)
e. Hernia : (-)
f. Kateter : terpasang

XII. Ekstremitas

35
a. Ekstremitas atas
Inspeksi
1. Simetris : (+)
2. Oedema : (+) Kiri dan kanan
3. Lesi : (-)
4. Tremor : (-)
5. Keringat : (+)
6. Kekuatan pada setiap sendi : (+) lemah
b. Ekstremitas
Inspeksi
1. Simetris : (-)
2. Oedema : (+) kiri dan kanan
3. Lesi : (-)
4. Tremor : (-)
5. Keringat : (-)
6. Kekuatan pada setiap sediri : Lemah

c. Kulit
Inspeksi
1. Warna : Sawo matang
2. Turgor kulit : Jelek
3. Kelembaban : (+)
4. Tekstur :
5. Lesi :
6. Suhu :
d. Kuku
1. Bentuk :
2. Warna kuku :
3. lekukan :

36
Palpasi
Menekan kuku dengan ibu jari : nyeri (+)

XIII. Pemeriksaan penunjang


1. X thoraks photo
Kesan : CHF Fc III ec HHD
OMI Inferior
Pembesaran jantung
2. EKG
Kesan : CHF fc III ec HHD
OMI Inferior
3. Pemeriksaan Laboratorium :
- kesan dalam batas normal
4. Rencana pemeriksaan lain :
- Lab. pemeriksaan :
TFG, TFH, UA, TG, Kolesterol, HDL, LDL, Na, K, Cl
- USG Abdomen

XIV. Therapi/pengobatan
1. IVFD NaCl 0,9 % + Furosemide 25 ampul (500 mg) 10 Micro-gtt/mnt.
2. OMZ injeksi 1 X 1 gr. I.V.
3. Captopril tab. 3 X 25 mg
4. Maintate 5 mg 1/2 – 0 - 0
5. Trizedon MR 2 X 1.
6. Ubi Q 3 x 1
7. Tromboaspilets 1 x 1
8. Simvastatin 20 mg 0 – 0 – 1
9. Dulcolax Syrup 3 x 1 Cth

37
10. Balance cairan/24 jam
11. EKG/hari
12. Monitor tanda –tanda vital
13. Follow Up hasil pemeriksaan laboratorium dan X-thorax photo.

38
Analisa data dan diagnosa keperawatan
Data Etiologi Masalah
1. DS : Disfungsi Curah
- Pasien Miokard Jantung tidak adekuat
mengatakan cepat
mengalami kelehan.
- Pasien Kontraktilitas menurun
mengatakan sesak bila
beraktivitas
DO : Beban jantung
- Batuk meningkat

- Edema ekstremitas bawah


- Pemeriksaan fisik :
+
Ronkhi /+.
- Gambaran EKG, kesan: Gagal pompa

CHF fc III ec HHD. ventrikel kiri

- Gambaran X-Thoraks
photo :
Penurunan
Kesan : CHF
Curah Jantung
fc III ec HHD dan
pembesaran jantung

2. DS :
- Pasien mengatakan sesak
Disfungsi Ketergantun
bila beraktivitas.
Miokard gan dalam pemenuhan
- Pasien mengatakan badan
aktivitas harian.
rasa lemah.

39
- Pasien mengatakan badan Kontraktilitas menurun
terasa lebih berat.
DO :
- Tampak letih dan tidak Beban jantung
bersemangat. meningkat
- Edema ekstremitas bawah
- BB bertambah : + 5 Kg
saat sakit Gagal pompa ventrikel
kiri

suplai darah jaringan


menurun

Metabolisme Anaerob

Asidosis
metabolik

ATP menurun

Fatigue

40
Intoleransi
aktivitas

41
RENCANA ASUHANKEPERAWATAN
Nama Klien : Ny. G.R Umur : 77 Tahun Ruang : Irina F Jantung
N Hari/ Diagnosa Rencana asuhan keperawatan Implementasi Evaluasi
Tujuan/Kriteri Intervensi Rasionalisasi ( S.O.A.P )
o Tangga Keperawatan
a
l
1 Kamis, Penurunan Tujuan : 1. Ausk 1. Biasanya 1. Meng Subjektif :
12/11/2 curah jantung Curah jantung ultasi nadi terjadi takikardi auskultasi - Pasien
020 berhubungan kembali apikal, untuk nadi apikal, mengatakan
dengan adekuat. frekuensi dan mengkompensasi frekuensi dan masih cepat
menurunnya Kriteria : irama jantung penurunan irama jantung mengalami
kontraktilitas - Ta serta bunyi kontraktilitas serta bunyi kelelahan.
miokard. nda vital jantung. ventrikuler jantung. - Pasien
DS : dalam 2. Penurunan mengatakan
- Pa batas yang 2. Palpa curah jantung 2. Mem masih sesak
sien bisa si nadi dapat palpasi nadi bila
mengataka ditolerir. perifer menunjukkan perifer beraktivitas.
n cepat - Pe menurunnya
mengalam nurunan denyut nadi.Nadi Objektif :
i episode mungkin cepat - Batuk
kelelahan. dispnea. hilang atau tidak - Edema

42
- Pa - Da teratur saat ekstremitas
sien pat ikut dipalpasi. 3. Mem bawah
mengataka serta 3. Panta 3. Pada GJK antauTekana - Pemeriksaan
n sesak dalam uTekanan dini, sedang dan n darah. fisik :
bila aktivitas darah. kronis, tekanan Ronkhi +
/+.
beraktivita yang dapat darah dapat - Gambaran
s menguran meningkat EKG, kesan:
DO : gi beban berhubungan CHF fc III ec
- Batuk kerja dengan SVR. HHD.
- Edema jantung. Pada GJK lanjut, - Gambaran X-
ekstremitas tubuh tidak bisa 4. Meng Thoraks photo,
bawah 4. Kaji lagi kaji keadaan Kesan : CHF
- Pemeriksaan keadaan kulit mengkompensasi kulit bila ada fc III ec HHD
fisik : bila ada dan dapat terjadi sianosis atau dan
Ronkhi +
/+. sianosis atau hipotensi. pucat. pembesaran
- Gambaran pucat. 4. Pucat jantung
EKG, kesan: menunjukkan

CHF fc III ec menurunnya Assesment :


HHD. perfusi perifer Penurunan
sekunder terhadap curah

43
- Gambaran X- tidak adekuatnya jantung.
Thoraks photo, curah jantung,
Kesan : CHF vasokontriksi, Plan :
fc III ec HHD dan anemia. Lanjutkan
dan Sianosis dapat intervensi
pembesaran terjadi sebagai No. 1 s/d 10.
jantung refraktori GJK. 5. Mem
5. Panta Area yang sakit antau
u produksi sering berwarna produksi
urine, biru atau belang urine,
produksi dan karena produksi dan
konsentrasi peningkatan konsentrasi
urine. kongesti vena. urine.
5. Ginjal
berespon untuk
menurunkan
curah jantung
dengan menahan
cairan dan
natrium. Biasanya

44
produksi urine
menurun selama
sehari karena
perpindahan 6. Meng
6. Kaji cairan ke jaringan kaji
perubahan tetapi dapat perubahan
sensori, meningkat pada sensori,
kecemasan, malam hari kecemasan,
letargi, sehingga cairan letargi,
bingung, berpindah bingung,
disorintasi, kembali ke disorintasi,
dan depresi. sirkulasi bila dan depresi.
pasien tidur.
7. Cipta 6. Dapat 7. Menc
kan menunjukkan iptakan
lingkungan tidak adekuatnya lingkungan
yang perfusi serebral yang
kondusif sekunder terhadap kondusif
untuk penurunan curah untuk
istirahat. jantung. istirahat.

45
batasi batasi
aktivitas 7. Istirahat aktivitas
yang dapat fisik harus yang dapat
menambah dipertahankan menambah
beban kerja selama GJK akut beban kerja
jantung. atau refraktori jantung.
untuk
memperbaiki
efisiensi kontraksi
jantung dan
menurunkan
kebutuhan/konsu
msi oksigen
miokard dan kerja
jantung
8. Tingg berlebihan.Stres 8. Meni
2 ikan kaki, emosi nggikan kaki,
Kamis, hindarkan menghasilkan hindarkan
12/11/2 tekanan pada vasokontriksi, tekanan pada
020 daerah lutut yang daerah lutut Subjektif :

46
dan dorong meningkatkan dan dorong - Pasien
untuk tekanan darah dan untuk mengatakan
aktivitas/amb meningkatkan aktivitas/amb masih sesak
ulasi sesuai frekuensi/kerja ulasi sesuai bila
Tujuan : toleransi. jantung. toleransi. beraktivitas.
Kembali dapat 9. Kolab 8. Menurunk 9. Berko - Pasien
beraktivitas orasi dengan an stasis vena dan laborasi mengatakan
seperti dokter untuk dapat dengan badan masih
biasanya pemberian menurunkan dokter untuk rasa lemah.
Intoleransi Kriteria : pengobatan insiden pemberian - Pasien
aktivitas - Da sesuai thrombus/pemben pengobatan mengatakan
berhubungan pat indikasi. tukan embolus. sesuai badan terasa
dengan memenuhi 10. Doku indikasi. lebih berat.
penimbunan kebutuhan mentasi 9. Meningka 10. Mend Objektif :
cairan dalam perawatan semua hasil tkan proses okumentasi - Tampak sesak
tubuh. diri sendiri pemeriksaan kesembuhan semua hasil napas
DS : - Me dan tindakan klien. pemeriksaan - Tampak letih
- Pasien ningkatny keperawatan. dan tindakan dan tidak
mengatakan a toleransi keperawatan. bersemangat.
sesak bila terhadap - Edema

47
beraktivitas. aktivitas 1. Kaji 10. Menjadi ekstremitas
- Pasien yang kemampuan pedoman lanjutan 1. Meng bawah
mengatakan diinginkan klien sejauh bagi pelaksanaan kaji - BB
badan rasa dilakukan. mana dapat asuhan kemampuan bertambah : +
lemah. - ber beraktivitas keperawatan klien sejauh 5 Kg saat sakit
- Pasien kurangnya dan aktivitas mana dapat
mengatakan kelemahan yang dapat beraktivitas Assesment :
badan terasa dan dilakukan dan aktivitas Intoleransi
lebih berat. kelelahan tanpa 1. Untuk yang dapat aktivitas.
DO : yang menambah menentukan dilakukan
- Tampak sesak dirasakan. beban kerja sejauh mana tanpa Plan :
napas jantung. ketidakmampuan menambah Lanjutkan
- Tampak letih klien melakukan beban kerja intervensi
dan tidak perawatan diri jantung. No. 1 s/d 7.
bersemangat. 2. Kaji secara mandiri

- Edema tanda-tanda tanpa menambah 2. Meng

ekstremitas vital sebelum beban kerja kaji tanda-

bawah. dan sesudah jantung. tanda vital

- BB beraktivitas, sebelum dan

bertambah : + takikardi, sesudah

48
5 Kg saat sakit disritmia, beraktivitas,
dispnea, 2. Hipotensi takikardi,
berkeringat ortostatik dapat disritmia,
dan terjadi dengan dispnea,
pucat/sianosi aktivitas karena berkeringat
s. efek obat dan
(Vasodilatasi), pucat/sianosi
perpindahan s.
3. Kaji cairan (diuretik),
presipitor/ atau pengaruh
penyebab fungsi jantung. 3. Meng
kelemahan kaji
umum, presipitor/
penumpukan 3. Kelemaha penyebab
cairan, nyeri n adalah efek kelemahan
atau obat- samping beberapa umum,
obatan. obat (Beta penumpukan
blocker, cairan, nyeri
tranquilizer, atau atau obat-
sedatif. Nyeri dan obatan.

49
program
4. Evalu penekanan stress
asi memerlukan
peningkatan energy dan 4. Meng
toleransi menyebabkan evaluasi
terhadap kelemahan. peningkatan
aktivitas. 4. dapat toleransi
menunjukkan terhadap
5. Berik peningkatan aktivitas.
an bantuan dekompesasi
dalam jantung karena 5. Mem
beraktivitas aktivitas yang berikan
untuk berlebihan. bantuan
pemenuhan 5. Pemenuha dalam
kebutuhan n kebutuhan beraktivitas
perawatan perawatan diri untuk
diri sesuai klien tanpa pemenuhan
indikasi. mempengaruhi kebutuhan
selingi stress miokard/ perawatan
periode kebutuhan diri sesuai

50
aktivitas oksigen indikasi.
dengan berlebihan. selingi
periode periode
istirahat aktivitas
dengan
periode
6. Kolab istirahat
orasi dengan 6. Meningka
mengikutkan tkan proses 6. Berko
klien dalam kesembuhan laborasi
program klien. dengan
rehabilitasi mengikutkan
jantung/aktiv klien dalam
itas. program
rehabilitasi
jantung/aktiv
7. Doku 7. Menjadi itas.
mentasi pedoman lanjutan
semua hasil bagi pelaksanaan 7. Mend
pencapaian asuhan okumentasi

51
dan tindakan keperawatan semua hasil
keperawatan pencapaian
yang dan tindakan
dilaksanakan keperawatan
yang
dilaksanakan.

IMPLEMENTASI
Nama Klien : Ny. G.R Umur : 77 Tahun Ruang : Irina F Jantung
hari/Tang Ja D Implementasi Evaluasi Paraf
gal m x
Jumat, 11 1 1. Mengauskultasi nadi apikal, Subjektif :
13/11/20 .0 frekuensi dan irama jantung serta - Pasien mengatakan cepat
20 0 bunyi jantung. mengalami kelelahan.
2. Mempalpasi nadi perifer. - Pasien mengatakan masih
3. Memantau tanda-tanda vital. sesak bila beraktivitas.
4. Mengkaji keadaan kulit bila ada

52
sianosis atau pucat. Objektif :
5. Memantau produksi urine, - Batuk
produksi dan konsentrasi urine. - Edema ekstremitas bawah
6. Mengkaji perubahan sensori, - Pemeriksaan fisik : Ronkhi +
/+.
kecemasan, letargi, bingung, - Gambaran EKG, kesan: CHF fc III
disorintasi, dan depresi. ec HHD.
7. Menciptakan lingkungan yang - Gambaran X-Thoraks photo, Kesan :
kondusif untuk istirahat. CHF fc III ec HHD dan pembesaran
Membatasi aktivitas yang dapat jantung
menambah beban kerja jantung.
8. Meninggikan kaki, hindarkan Assesment :
tekanan pada daerah lutut dan Penurunan curah jantung.
dorong untuk aktivitas/ambulasi
sesuai toleransi. Plan :
9. Berkolaborasi dengan dokter Lanjutkan intervensi No. 1 s/d 11
untuk pemberian O2 dan
pengobatan sesuai indikasi.
10. Mendokumentasi semua hasil
pemeriksaan dan tindakan
keperawatan.

53
1. Mengkaji kemampuan
klien sejauh mana dapat
beraktivitas dan aktivitas yang Subjektif :
dapat dilakukan tanpa - Pasien mengatakan masih sesak bila
menambah beban kerja beraktivitas.
jantung. - Pasien mengatakan badan masih rasa
2. Mengkaji tanda-tanda lemah.
vital sebelum dan sesudah - Pasien mengatakan badan terasa lebih
beraktivitas, takikardi, berat.
2 disritmia, dispnea, berkeringat Objektif :
Sabtu, dan pucat/sianosis. - Tampak sesak napas
14/11/20 09 3. Mengkaji presipitor/ - Tampak letih dan tidak bersemangat.
20 .0 penyebab kelemahan umum, - Edema ekstremitas bawah
0 penumpukan cairan, nyeri atau
- BB bertambah : + 5 Kg saat sakit
obat-obatan.
4. Mengevaluasi
Assesment :
peningkatan toleransi terhadap
Intoleransi aktivitas.
aktivitas.

54
5. Memberikan bantuan
dalam beraktivitas untuk Plan :
pemenuhan kebutuhan Lanjutkan intervensi No. 1 s/d 7.
perawatan diri sesuai indikasi.
selingi periode aktivitas
dengan periode istirahat
6. Berkolaborasi dengan
mengikutkan klien dalam
program rehabilitasi
jantung/aktivitas.
7. Mendokumentasi
semua hasil pencapaian dan
tindakan keperawatan yang
dilaksanakan.

Subjektif :
1. Mengauskultasi nadi - Pasien mengatakan cepat
apikal, frekuensi dan irama mengalami kelelahan.
jantung serta bunyi jantung. - Pasien mengatakan masih
2. Mempalpasi nadi perifer. sesak bila beraktivitas.

55
3. Memantau tanda-tanda vital.
4. Mengkaji keadaan kulit bila ada Objektif :
sianosis atau pucat. - Batuk
5. Memantau produksi urine, - Edema ekstremitas bawah
produksi dan konsentrasi urine. - Pemeriksaan fisik : Ronkhi +
/+.
6. Mengkaji perubahan sensori, - Gambaran EKG, kesan: CHF fc III
kecemasan, letargi, bingung, ec HHD.
disorintasi, dan depresi. - Gambaran X-Thoraks photo, Kesan :
1 7. Menciptakan lingkungan yang CHF fc III ec HHD dan pembesaran
kondusif untuk istirahat. jantung
Membatasi aktivitas yang dapat
menambah beban kerja jantung. Assesment :
11 8. Meninggikan kaki, hindarkan Penurunan curah jantung.
.0 tekanan pada daerah lutut dan
0 dorong untuk aktivitas/ambulasi Plan :
sesuai toleransi. Lanjutkan intervensi No. 1 s/d 11
9. Berkolaborasi dengan dokter
untuk pengobatan sesuai indikasi.
10. Mendokumentasi semua hasil
pemeriksaan dan tindakan

56
keperawatan.

57
DAFTAR PUSTAKA

Batticaca, F.B., Asuhan keperawatan Klien dengan gangguan Sistem

Persarafan, Salemba Medika, 2008, Jakarta

Keperawatan Definisi dan Klasifikasi, 2012-2014, EGC, Jakarta

Long C,.Barbara, Perawatan Medical Bedah, Jilid 2, Yayasan Ikatan Alumni

Pendidikan Keperawatan Padjajaran, 1996

Nurjannah. I., Intan’s Sreening Diagnoses Assesment, Versi

Indonesia, 2012, Mocomedia, Yogyakarta

Nurjannah. I., Fast Methods of Formulating, English version, 2012,

Mocomedia, Yogyakarta

Nurjannah I., Proses Keperawatan Nanda, Noc & Nic, 2012, Mocomedia,

Yogyakarta Price, S.A.,dkk,. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses

Penyakit, Edisi 6, Volume

2, 2006, EGC, Jakarta

Smelltzer C, dkk,. Buku ajar keperawatan medikal bedah, Jakarta, EGC,

58

Anda mungkin juga menyukai