Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK

ASUHAN KEPERAWATAN
GLOMERULONEFRITIS AKUT PADA ANAK

DISUSUN OLEH:

Keperawatan 5B

Wahyu Pratita Mirzadevi

(201702099)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Glomerulonefritis akut pasca streptokokus (GNAPS) adalah peradangan


glomerulus yang ditandai dengan proliferasi dan inflamasi glomeruli yang didahului
oleh infeksi group α β-Hemolytic Streptococci (GABHS) dan ditandai dengan gejala
nefritik seperti hematuria, edema, hipertensi, oligouria yang terjadi secara akut.
Penderita yang terserang infeksi kuman streptokokus grup A strain nefritogenik hanya
10-15% yang berkembang menjadi GNAPS. Glomerulonefritis akut pasca streptokokus
(GNAPS) menyerang semua kelompok umur di mana kelompok umur 5-15 tahun (di
Indonesia antara umur 2,5–15 tahun, dengan puncak umur 8,4 tahun) merupakan
kelompok umur tersering dan paling jarang pada bayi.

Gejala klinis GNAPS sangat bervariasi dari bentuk asimtomatik sampai gejala
yang khas. Kasus klasik atau tipikal diawali dengan infeksi saluran napas atas dengan
nyeri tenggorok dua minggu mendahului timbulnya sembab. Periode laten rata-rata 10
atau 21 hari setelah infeksi tenggorok atau kulit. Hematuria dapat timbul berupa gross
hematuria maupun mikroskopik. Gejala klinik lain adalah edema yang bisa berupa
wajah sembab, edem pretibial atau berupa gambaran sindroma nefrotik seperti edema
yang disertai proteinuria masif, hipoalbuminemia, dan hiperkolesterolemia. Hipertensi
dapat dijumpai pada pemeriksaan fisik hampir semua pasien GNAPS, biasanya ringan,
sedang, bahkan berat.

Pada keadaan hipertensi berat yang bersifat mengancam jiwa atau mengganggu
fungsi organ vital dapat timbul gejala yang nyata. Keadaan ini disebut krisis hipertensi.
Krisis hipertensi ini dibagi menjadi dua kondisi yaitu hipertensi urgensi dan hipertensi
emergensi. Manifestasi klinisnya sangat bervariasi berupa kelaianan pada mata, jantung,
atau ginjal. Anak dapat mengalami gejala berupa sakit kepala, pusing, nyeri perut,
muntah, atau gangguan penglihatan. Gejala- gejala tersebut dapat disertai oliguria
sampai anuria karena penurunan laju filtrasi glomerulus (LFG). Berikut dilaporkan
sebuah kasus penderita GNAPS dengan manifestasi klinis sindroma nefritis akut dengan
krisis hipertensi.
B. Tujuan

- Tujuan Umum

Untuk mengetahui tentang penyakit Glumerulonefritis

- Tujuan Khusus

 Untuk mengetahui manajemen asuhan keperawatan Glomerulonefritis

 Untuk mengetahui reiko yang terjadi bila resiko yang dijalani tdak tuntas

 Untuk mengetahui startegi yang dilakukan untuk mencegah terjadinya


penyakit Glomeruloneftritis

C. Pertanyaan Klinis

1. Identifikasi masalah

Kenapa anak yang menderita Glomerulonefritis mengalami resiko ketika


terapi yang dijalani tidak tuntas dan strategi apa yang dilakukan untuk
mencegah penyakit Glomerulonefritis?

2. Intervensi

Bagaimana intervensi penyakit glomerulonefritis?

3. Literatul Review

Bagaimana hasil review literatul pada anak yang menderita


Glomerulonefritis dan apa resiko yang terjadi bila terapi yang dijalani tidak
tuntas dan strategi apa yang dilakukan untuk mencegah penyakit
Glumerulonefritis?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Analisa Data

1. Identifikasi Masalah
Penyakit Glumerulonefritis dapat menyebabkan hematuria, antara lain:
olahraga yang berlebihan, aktivitas seksual, menstruasi, dan laserasi pada organ
genitalia pada perempuan dan disirkumsisi pada laki- laki, infeksi saluran kemih,
trauma, dan keganasan. Akan tetapi pada pasien ini tidak ditemukannya riwayat
trauma, nyeri daerah pinggang, nyeri saat buang air kecil ataupun penurunan
berat badan yang signifikan sehingga kemungkinan hematuria dikarenakan
penyebab-penyebab lain seperti trauma, infeksi saluran kemih, batu saluran
kemih, dan keganasan dapat disingkirkan. Penyakit ginjal dengan manifestasi
hematuria yang lain seperti sindrom alport, IgA-IgG nefropati, atau Benign
Recurrent Haematuria (BRH) juga dapat disingkirkan karena pada keadaan
tersebut tidak disertai dengan keluhan edema dan hipertensi.

2. Intervensi

Yang dilakukan pada penderita GNAPS terdiri dari nonfarmakologis


berupa istirahat yang dapat dilakukan selama 10-14 hari dengan syarat tidak ada
komplikasi dan diet yaitu pembatasan jumlah asupan garam sebanyak 0,5-1
gr/hari, protein dibatasi 0,5-1 gr/kgBB/hari dan jumlah cairan yang harus
seimbang dengan pengeluaran. Selain itu terapi farmakologis yang dapat
diberikan adalah antibiotik dan terapi simptomatik. Terapi simptomatik
diberikan dengan tujuan menangani bendungan sirlukasi yaitu dengan
pemberian diuretik, penanganan hipertensi dan penanganan gangguan ginjal
akut seperti asidosis atau hiperkalemia.

Seftriakson merupakan golongan antibiotik sefalosporin yang dapat


digunakan untuk mengobati beberapa kondisi akibat infeksi bakteri, seperti
pneumonia, sepsis, meningitis, infeksi kulit, dan infeksi pada pasien dengan
leukosit yang rendah. Pengobatan antibiotik pada GNAPS bertujuan untuk
eradikasi infeksi kuman streptokokus yang menyerang tenggorokan atau kulit
sebelumnya. Pemberian antibiotika ini tidak mempengaruhi beratnya
glomerulonefritis, melainkan mengurangi menyebarnya infeksi streptokokus
yang mungkin masih ada. Meskipun demikian, pengobatan antibiotik dapat
mencegah penyebaran bakteri. Beberapa klinisi memberikan antibiotik hanya
bila terbukti ada infeksi yang masih aktif, namun sebagian ahli lainnya tetap
menyarankan pemberian antibiotik untuk menghindarkan terjadinya penularan
yang meluas. Menurut Unit Kerja Koordinasi (UKK) Nefrologi tatalaksana
GNAPS, penggunaan antibiotik golongan sefalosporin untuk terapi pada pasien.

3. Hasil Review

Pada pemeriksaan fisik kecurigaan akan adanya glomerulonefritis pada


pasien ditemukan adanya edema atau sembab pada daerah wajah terutama
daerah periorbital, selain itu di dapatkan peningkatan tekanan darah yaitu
mencapai 150/110 mmHg. Pada pemeriksaan fisik pasien akan didapatkan dan
beresiko peningkatan tekanan darah. Hipertensi pada anak adalah nilai rata-rata
tekanan darah diastolik dan atau diastolik lebih dari persentil ke 95+5 mmHg
berdasarkan jenis kelamin, usia, dan tinggi badan pada pengukuran sebanyak 3
kali atau lebih. Hipertensi derajat ringan atau sedang umumnya tidak
menimbulkan gejala. Namun dari penelitian yang baru-baru ini dilakukan,
kebanyakan anak yang menderita hipertensi tidak sepenuhnya bebas dari gejala.
Gejala non spesifik berupa nyeri kepala, insomnia, rasa lelah, nyeri perut atau
nyeri dada dapat dikeluhkan. Pada keadaan hipertensi berat yang bersifat
mengancam jiwa atau mengganggu fungsi organ vital dapat timbul gejala yang
nyata. Keadaan ini disebut krisis hipertensi. Krisis hipertensi ini dibagi menjadi
dua kondisi yaitu hipertensi urgensi dan hipertensi emergensi.

Sebenarnya pengobatan antibiotik dapat mencegah penyebaran bakteri.


Beberapa klinisi memberikan antibiotik hanya bila terbukti ada infeksi yang
masih aktif, namun sebagian ahli lainnya tetap menyarankan pemberian
antibiotik untuk menghindarkan terjadinya penularan yang meluas.
BAB III
MANAJEMEN ASKEP
GLOMERULONEFRITIS PADA ANAK

a. Pengkajian
1. Riwayat kesehatan umum, meliputi gangguan atau penyakit yang lalu,
berhubungan dengan penyakit sekarang. Contoh: ISPA
2. Riwayat kesehatan sekarang, meliputi; keluhan/gangguan yang berhubungan
dengan penyakit saat ini. Seperti; mendadak nyeri abdomen, Pinggang, edema.
- PENGKAJIAN FISIK
1. Aktivitas/istirahat
- Gejala: kelemahan/malaise
- Tanda: kelemahan otot, kehilangan tonus otot
2. Sirkulasi
- Tanda: hipertensi, pucat,edema
3. Eliminasi
- Gejala: perubahan pola berkemih (oliguri)
- Tanda: Perubahan warna urine (kuning pekat, merah)
4. Makanan/cairan
- Gejala: (edema), anoreksia, mual, muntah
- Tanda: penurunan keluaran urine
5. Pernafasan
- Gejala: nafas pendek
- Tanda: Takipnea, dispnea, peningkatan frekwensi, kedalaman (pernafasan
kusmaul)
6. Nyeri/kenyamanan
- Gejala: nyeri pinggang, sakit kepala
- Tanda: perilaku berhati-hati/distraksi, gelisah

b. Pemeriksaan Penunjang
Pada laboratorium didapatkan:
- Hb menurun ( 8-11 )
- Ureum dan serum kreatinin meningkat.
( Ureum : Laki-laki = 8,84-24,7 mmol/24jam atau 1-2,8 mg/24jam, wanita = 7,9-
14,1 mmol/24jam atau 0,9-1,6 mg/24jam, Sedangkan Serum kreatinin : Laki-laki
= 55-123 mikromol/L atau 0,6-1,4 mg/dl, wanita = 44-106 mikromol/L atau 0,5-
1,2 mg/dl ).
- Elektrolit serum (natrium meningkat, normalnya 1100 g)
- Urinalisis (BJ. Urine meningkat : 1,015-1,025 , albumin , Eritrosit , leukosit
)
- Pada rontgen: IVP abnormalitas pada sistem penampungan (Ductus koligentes)
c. Diagnosa Keperawatan

1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan oliguri.


2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anorexia.
3. Ansietas (orang tua) yang berhubungan dengan rawat inap anak dirumah sakit
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan fatigue.
5. Risiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan immobilisasi dan edema.
D. Rencana Intervensi dan Rasional
No Diagnosis Tujuan & KH Intervensi Rasional
1.
Kelebihan volume cairan Klien dapat 1. Timbang berat badan tiap hari, 1. Peningkatan berat badan merupakan indikasi
berhubungan dengan mempertahankan monitor output urine tiap 4 jam. adanya retensi cairan, penurunan output urine
oliguri. volume cairan dalam 2. Kaji adanya edema, ukur lingkar merupakan indikasi munculnya gagal ginjal.
batas normal ditandai perut setiap 8 jam, dan untuk anak 2. Peningkatan lingkar perut dan pembengkakan
dengan urine output 1- laki-laki cek adanya pada skrotum merupakan indikasi adanya
2 ml/kgBB/jam. pembengkakan pada skrotum. ascites.
3. Monitor reaksi klien terhadap 3. Diuretic dapat menyebabkan hipokalemia,
terapi diuretic, terutama bila yang membutuhkan penanganan pemberian
menggunakan tiazid/furosemide. potassium.
4. Monitor dan catat intake cairan. 4. Klien mungkin membutuhkan pembatasan
5. Kaji warna, konsentrasi dan berat pemasukan cairan dan penurunan laju filtrasi
jenis urine. glomerulus, dan juga membutuhkan
6. Monitor hasil tes laboratorium. pembatasan intake sodium.
5. Urine yang keruh merupakan indikasi adanya
peningkatan protein sebagai indikasi adanya
penurunan perfusi ginjal.
6. Peningkatan nitrogen, ureum dalam darah, dan
kadar kreatinin merupakan indikasi adanya
gangguan fungsi ginjal.

2.
Ketidakseimbangan nutrisi Klien akan 1. Sediakan makan dan karbohidrat 1. Diet tinggi karbohidrat biasanya lebih cocok
kurang dari kebutuhan menunjukkan yang tinggi. dan menyediakan kalori esensial.
tubuh berhubungan peningkatan intake 2. Sajikan makan sedikit-sedikit tapi 2. Menyajikan makan sedikit-sedikit tapi sering,
dengan anorexia. ditandai dengan porsi sering, termasuk makanan memberikan kesempatan bagi klien untuk
akan dihabiskan kesukaan klien. menikmati makanannya, dengan menyajikan
minimal 80%. 3. Batasi masukan sodium dan makanan kesukaannya dapat meningkatkan
protein sesuai order. nafsu makan.
3. Sodium dapat menyebabkan retensi cairan,
pada beberapa kasus ginjal tidak dapat
memetabolisme protein, sehingga perlu untuk
membatasi pemasukan cairan.

3.
Ansietas (orang tua) yang
Hasil yang diharapkan: 1) Dengarkan setiap kekhawatiran 1. Mendengar dapat member dukungan selama
berhubungan dengan orang tua akan orang tua. stress.
rawat inap anak mengalami penurunan 2) Jelaskan semua prosedur kepada
2. Dengan terus mempertahankan orang tua agar
dirumah sakit rasa cemasyang orang tua, dan libatkan mereka
tetap memperoleh informasi, dan melibatkan
ditandai oleh dalam diskusi tentang perawatan
mereka dalam diskusi tentang perawatan anak,
pengungkapan anak.
dapat mengembangkan kemampuan control
ketakutan mereka, dan 3) Rujuk orang tua ke kelompok
sehingga mengurangi kecemasan.
pemahaman tentang pendukung yang tepat, jika
kondisi anak. dibutuhkan. 3. Kelompok pendukung memberi wacana bagi
orang tua untuk mengekspresikan perasaan dan
kekhawatiran.

4. Intoleransi aktivitas Klien akan 1. Buat jadwal atau periode istirahat 1. Dengan periode istirahat yang terjadwal
berhubungan dengan menunjukkan adanya setelah aktivitas. menyediakan energi untuk menurunkan
fatigue. peningkatan aktivitas 2. Sediakan atau ciptakan lingkungan produksi dari sisa metabolisme yang dapat
ditandai dengan yang tenang, aktivitas yang meningkatkan stres pada ginjal.
adanya kemampuan menantang sesuai dengan 2. Jenis aktivitas tersebut akan menghemat
untuk aktivitas atau perkembangan klien. penggunaan energi dan mencegah kebosanan.
meningkatnya waktu 3. Buat rencana atau tingkatan dalam 3. Tingkatan dalam perawatan/pengelompokan
beraktivitas. keperawatan klien agar tidak dapat membantu klien dalam memenuhi
dilakukan pada saat klien kebutuhan tidurnya.
sementara dalam keadaan istirahat
pada malam hari.

5. Risiko kerusakan Klien dapat 1. Sediakan kasur busa pada tempat 1. Menurunkan risiko terjadinya kerusakan kulit.
integritas kulit mempertahankan tidur klien. 2. Dapat mengurangi tekanan dan memperbaiki
berhubungan dengan integritas kulit 2. Bantu merubah posisi klien tiap 2 sirkulasi, penurunan risiko terjadinya
immobilisasi dan ditandai dengan kulit jam. kerusakan kulit.
edema. tidak pucat, tidak ada 3. Mandikan klien tiap hari dengan 3. Deodorant/sabun berparfum dapat
kemerahan, tidak ada sabun yang mengandung menyebabkan kulit kering, menyebabkan
edema dan keretakan pelembab. kerusakan kulit.
pada kulit/bersisik. 4. Dukung/beri sokongan dan 4. Meningkatkan sirkulasi balik dari pembuluh
elevasikan ekstremitas yang darah vena untuk mengurangi pembengkakan.
mengalami edema. 5. Untuk mengurangi kerusakan kulit.
5. Jika klien laki-laki, skrotum
dibalut.

Anda mungkin juga menyukai