Anda di halaman 1dari 28

Kelompok 2

Glomerulonefritis
Akut
Pengertian
Glomerulonefritis akut merupakan penyakit ginjal
noninfeksius yang paling umum pada masa kanak-
kanak, glomerulonefritis akut memengaruhi
glomerulus dan laju filtrasi ginjal, yang menyebabkan
retensi natrium dan air, serta hipertensi. Biasanya
disebabkan oleh reaksi terhadap infeksi streptokokus,
penyakit ini jarang memiliki efek jangka panjang pada
system ginjal. (Kathhleen, 2008).
Glomerulonefritis akut memengaruhi anak laki-
laki lebih sering daripada anak perempuan, dan
biasanya terjadi pada usia sekitar 6 tahun. Terapi yang
biasa diberikan mencakup pemberian antibiotic,
antihipertensi, dan diuretic juga restriksi diet.
Komplikasi potensial meliputi hipertensi, gagal
jantung kongestif, dan penyakit ginjal tahap akhir.
Etiologi
Hubungan antara GNA dan infeksi streptococcus ini
ditemukan pertama kali oleh Lohlein pada tahun 1907
dengan alasan bahwa:
1. Timbulnya GNA setelah terjadinya infeksi skarlatina
2. Diisolasinya kuman streptococcus beta hemolyticus
golongan A
3. Meningkatnya titer anti streptolisin pada serum pasien.

Antara infeksi bakteri dan timbulnya GNA terdapat


masa laten selama lebih kurang 10 hari. Dari tipe-tipe
tersebut diatas tipe 12 dan 25 lebih bersifat nefritogen
daripada yang lain. Mengapa tipe yang satu lebih bersifat
nefritogen daripada yang lainnya belum diketahui dengan
jelas. Mungkin faktor iklim atau alergi yang mempengaruhi
terjadinya GNA setelah infeksi dengan kuman
Streptococcus. GNA juga dapat disebabkan oleh sifilis,
keracunan (timah hitam tridion), penyakit amiloid,
thrombosis vena renalis, purpur anafilaktoid, dan lupus
erimatosis.
Patofisiologi
Suatu reaksi radang pada glomerulus dengan sebutan
lekosit dan proliferasi sel, serta eksudasi eritrosit, lekosit dan
protein plasma dalam ruang Bowman.
Gangguan pada glomerulus ginjal dipertimbangkan sebagai
suatu respon imunologi yang terjadi dengan adanya perlawanan
antibodi dengan mikroorganisme yaitu streptokokus A.
Proliferasi seluler ( peningkatan produksi sel endothelial
yang melapisi glomerulus ), infliltrasi leokosit ke glomerulus, dan
penebalan membran filtrasi glomerulus atau membran basal
menghasilkan jaringan parut dan kehilangan permukaan
penyaring. Pada glomerulusnefritis akut, ginjal membesar,
bengkak, dan kongesti.Seluruh jaringan renal-glomerulus, tubulus
dan pembuluh darah dipengaruhi dalam berbagai tingkat tanpa
memperhatikan tipe glomerulonefritis akut yang ada. Pada
banyak pasien, antigen di luar tubuh ( mis, medikasi, serum asing)
mengawali proses, menyebabkan pengendapan kompleks di
glomerulus. Pada pasien yang lain, jaringan ginjal sendiri berlaku
sebagai antigen penyerang. Elektron-mikroskopis dan analisis
imunofluoresen mekanisme imun membantu indentifikasi asal
lesi.Biopsi gonjal diperlukan untuk membedakan berbagai jenis
glomerulusnefritis akut.
Pathway
Manifestasi Klinis
Glomerulonefritis mungkin ringan
sehingga dapat diketahui secara insidental
melalui urinalisis rutin, atau riwayat mugkin
menunjukkan episode faringitis atau tonsillitis
sebelumnya, disertai demam.Pada bentuk
penyakit yang lebih parah, pasien mengeluh
adanya sakit kepala, malese, edema wajah,
dan nyeri punggung.Hipertensi ringan sampai
berat dapat dijumpai, dan nyeri tekan di
seluruh sudut kostovetebral (CVA) umum
terjadi.( sudut kostovertebral, digunakan
sebagai penanda, merupakan sudut disetiap
sisi tubuh yang dibentuk oleh tulang rusuk
terbawah dari susunan tulang rusuk dengan
kolumna vertebral
Pemeriksaan Diagnostik
1. Laju Endap Darah (LED) meningkat
2. Kadar Hb menurun sebagai akibat hipervolemia (retensi garam dan
air)
3. Nitrogen urea darah (BUN) dan kreatinin darah meningkat bila
fungsi ginjal mulai menurun.
4. Jumlah urine berkurang
5. Berat jenis meninggi
6. Hematuria makroskopis ditemukan pada 50 % pasien.
7. Ditemukan pula albumin (+), eritrosit (++), leukosit (+), silinder
leukosit dan hialin.
8. Titer antistreptolisin O (ASO) umumnya meningkat jika ditemukan
infeksi tenggorok, kecuali kalau infeksi streptokokus yang
mendahului hanya mengenai kulit saja.
9. Kultur sampel atau asupan alat pernapasan bagian atas untuk
identifikasi mikroorganisme.
10. Biopsi ginjal dapat diindikasikan jika dilakukan kemungkinan
temuan adalah meningkatnya jumlah sel dalam setiap glomerulus
dan tonjolan subepitel yang mengandung imunoglobulin dan
Penatalaksanaan
A. Penatalaksanaan medis
Tidak ada pengobatan yag khusus yang memengaruhi
penyembuhan kelainan di glomerulus.
1. Istirahat mutlak selama 3-4 minggu. Dahulu dianjurkan
selama 6-8 minggu. Tetapi penyelidikan terakhir dengan
hanya istirahat 3-4 minggu tidak berakibat buruk bagi
perjalanan penyakitnya.
2. Pemberian penisilin pada fase akut. Pemberian antibiotic
ini tidak memengaruhi beratnya glomerulonefritis,
melainkan mengurangi menyebarnya infeksi
streptococcuk yang mungkin masih ada. Pemberian
penisilin dianjurkan hanya untuk 10 hari. Pemberian
profilaksi yang lama sesudah nefritisnya sembuh
terhadap kuman penyebab tidak dianjurkan karena
terdapat imunitas yang menetap. Secara teoretis anak
dapat terinfeksi lagi dengan kuman neritogen lain, tetapi
kemungkinan ini sangat kecil.
3. Makanan pada fase akut diberikan makanan rendah
protein (1 g/kg BB/hari) dan rendah garam (1g/hari).
Makanan lunak diberikan pada pasien dengan suhu
tinggi dan makanan biasa bila suhu normal kembali. Bila
ada anuria atau muntah, diberikan IVFD dengan larutan
glukosa 10%. Pada pasien dengan tanpa komplikasi
pemberian cairan disesuaikan dengan kebutuhan,
sedangkan bila ada komplikasi seperti ada gagal
jantung, edema, hipertensi dan oliguria, maka jumlah
cairan yang diberikan harus dibatasi.

4. Pengobatan terhadap hipertensi. Pemberian cairan


dikurangi, pemberian sedative untuk menenangkan
pasien sehingga dapat cukup beristirahat. Pada
hipertensi dengan gejala serebral diberikan reserpin dan
hidralazin. Mula-mula diberikan reserpin sebanyak 0,07
mg/kg BB secara intramuscular. Bila terjadi dieresis 5-10
jam kemudian, selanjutnya pemberian sulfat parenteral
tidak dianjurkan lagi karena member efek toksis.
5. Bila anuria berlangsung lama (5-7hari),
maka ureum harus dikeluarkan dari
dalam darah. Dapat dengan cara
peritoneum dialysis, hemodialisisi,
tranfusi tukar dan sebagainya.
6. Diuretikum dulu tidak diberikan pada
glomerulonefritis akut, tetapi akhir-akhir
ini pemberian furosamid (Lasix) secara
intravena (1mg/kg BB/kali) dalam 5-10
menit tidak berakibat buruk pada
hemodinamika ginjal dan filtrasi
glomerulus.
7. Bila timbul gagal jantung, diberikan
digitalis, sedativum dan oksigen
B. Penatalaksanaan keperawatan
Tujuan penatalaksanaan glomerulonefritis akut adalah
untuk melindungi fungsi ginjal dan menangani komplikasi
dengan tepat.Jika diduga terdapat infeksi streptokokus sisa,
penisilin dapat diresepkan. Tirah baring dianjurkan selama
fase akut sampai urin berwarna jernih dan kadar BUN, keratin,
dan tekanan darah kembali ke normal. Lama tirah baring
dapat ditentukan dengan mengkaji urin pasien, aktivitas yang
berlebihan dapat meningkatkan proteinuria dan hematuria.
Diet protein dibatasi jika terjadi indufisiensi renal dan
retensi nitrogen ( peningkatan BUN), natrium dibatasi jika
hipertensi di resepkan untuk mengendalikan hipertensi.
Karbohidrat diberikan secara bebas untuk menyediakan
energi dan mengurangi katabolisme protein
Jika pasien dirawat di rumah sakit, maka masukan dan
haluaran diukur secara cermat dan dicatat.Cairan diberikan
untuk mengatasi kehilangan cairan dan berat badan
harian.Cairan yang hilang melalui pernafasan dan saluran
gastrointestinal (500-1000 ml) turut dilibatkan dalam
menghitung cairan yang hilang.
Komplikasi
1. Oliguri sampai anuria yang dapat
berlangsung 2-3 hari. Terjadi sebagai akibat
berkurangnya filtrasi glomerulus. Gambaran
seperti insufisiensi ginjal akut dengan
uremia, hiperfosfatemia, hiperkalemia dan
hidremia. Walaupun oliguria atau anuria
yang lama jarang terdapat pada anak, jika
hal ini terjadi diperlukan peritoneum dialisis
(bila perlu).
2. Ensefalopati hipertensi, merupakan gejala
serebrum karena hipertensi. Terdapat gejala
berupa gangguan penglihatan, pusing,
muntah dan kejang-kejang. Hal ini
disebabkan karena spasme pembuluh darah
lokal dengan anoksia dan edema otak.
3.Gangguan sirkulasi berupa
dipsneu, ortopneu, terdapat ronki
basah, pembesaran jantung dan
meningginya tekanan darah yang
bukan saja disebabkan spasme
pembuluh darah tetapi juga
disebabkan oleh bertambahnya
volume plasma. Jantung dapat
membesardan terjadi gagal
jantung akibat hipertensi yang
menetap dan kelainan di
miokardium.
4.Gagal Ginjal kongestif
Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas klien
Meliputi nama, jenis kelamin, tempat dan tanggal lahir, usia, alamat,
nomor telepon, status pernikahan, pendidikan terakhir, pekerjaan,
agama, suku, bangsa, dan nama penanggung jawab klien.
b. Keluhan utama
Klien mengeluh nyeri pada pinggang, urin berdarah, wajah kaki
bengkak, pusing dan badan cepat lelah.
c. Riwayat penyakit
a. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat infeksi streptokokus beta hemolitik dan riwayat lupus
eritemateosus
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Klien mengeluh bengkak seluruh tubuuh, kencing berwarna
seperti cucian daging atau berdarah , tidak nagfsu makan, mual,
muntah, dan diare. Badan panas saat hari pertama sakit.
c. Riwayat Penyakit Keluarga
Adakah keluarga pasien yang memiliki penyakit serupa.
d. Pengkajian Fisik
1. Aktivitas/istirahat
- Gejala: kelemahan/malaise
- Tanda: kelemahan otot, kehilangan tonus
otot
2. Sirkulasi
Tanda: hipertensi, pucat,edema\
3. Eliminasi
- Gejala: perubahan pola berkemih (oliguri)
- Tanda:Perubahan warna urine (kuning
pekat, merah)
4. Makanan/cairan
- Gejala: peingkatanBB (edema), anoreksia,
mual,muntah
5. Pernafasan
- Gejala: nafas pendek
- Tanda: Takipnea, dispnea, peningkatan frekwensi,
kedalaman (pernafasan kusmaul)
6. Nyeri/kenyamanan
- Gejala: nyeri pinggang, sakit kepala
- Tanda: perilaku berhati-hati/distraksi, gelisah
7. Genitourinaria
a. Urine berwarna coklat keruh
b. Proteinuria
c. Peningkatan berat jenis urine
d. Penurunan haluaran urine
e. Hematuria
8. Neurologis
1. Letargi
2. Iritabilitas
3. Kejang
2. Diagnosa Keperawatan
◦ Kelebihan volume cairan yang berhubungan
dengan oliguria
◦ Gangguan nutrisi: kurang dari kebutuhan
tubuh yang berhubungan dengan anoreksia
◦ Intoleran aktivitas yang berhubungan
dengan kelelahan
◦ Resiko kerusakan integritas kulit yang
berhubungan dengan imobilitas dan edema
◦ Ansietas (orang tua) yang berhubungan
dengan rawat inapo anak dirumah sakit
◦ Deficit pengetahuan yang berhubungan
dengan pemahaman intruksi perawatan
dirumah
3. Intervensi Keperawatan
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai