Anda di halaman 1dari 36

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

CORONARY ARTERY DISEASE (CAD) DENGAN NYERI AKUT


DI POLI JANTUNG RSUD M. YUNUS BENGKULU

DISUSUN OLEH :
MAREZA OCTAVIA ( P05120320023 )
MILA NOVITA ( P05120320024 )
MIRZA WAHYUNI ( P05120320025 )
M. SYARIFUDDIN TANZIL ( P05120320026 )
NADIA INDAH PERTIWI ( P05120320027 )
NAHPRECELLIA MUHAROMAH ( P05120320028 )
NIA SUSANTI ( P05120320029 )
OKTA PITRIYANI ( P05120320030 )
RANITA ZULINDA PUTRI ( P05120320031 )

DOSEN PEMBIMBING
NS. ANDITHA RATNADHIYANI, M. KEP., SP. KEP. M.B

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES BENGKULU
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2021/2022

1
KATA PENGANTAR

Dengan rasa syukur yang tak henti-henti kami panjatkan kepada Tuhan
Yang Maha Esa, dimana penyusun dapat menyelesaikan makalah laporan seminar
yang membahas Asuhan Keperawatan Pada Kasus Coronary Artery Disease (
ACD ) Dengan Nyeri Di Poli Jantung RSUD Dr. M Yunus Bengkulu, kami
sangat berharap makalah laporan seminar yang kami buat dapat berguna dan
bermanfaat bagi pembaca serta menambah wawasan pengetahuan kita semua.
Kami juga berterima kasih kepada Dosen pembimbing dan Ayuk
Pembimbing Lahan di Poli jantung, yaitu :
1. Ns. Anditha R, M. Kep., Sp. KMB sebagai pembimbing akademik kelompok 3
seminar PKK KMB I yang telah memberi kami arahan dan bimbingan.
2. Ns. Surya Hartati, S. Kep sebagai pembimbing lahan kelompok 3 yang telah
memberi kami ilmu praktik dan arahan secara langsung di poli jantung
Kami juga sebagai penyusun menyadari bahwa makalah laporan seminar
yang kami buat ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kami berharap dan menerima kritik, saran, dan usulan dari pembaca
untuk perbaikan makalah kami agar jauh lebih baik dan menjadi masukkan kami
yang akan datang dalam pembuatan makalah seminar semoga lebih baik lagi
kedepannya.
Semoga makalah laporan seminar yang kami buat dapat diterima dan
menambah wawasan bagi pembacanya. Sebelumnya kami mohon maaf jika ada
kesalahan kata-kata yang kurang berkenan.

2
DAFTAR ISI

COVER ................................................................................................................. 1
KATA PENGANTAR .......................................................................................... 2
DAFTAR ISI ......................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 4
A. Latar Belakang ......................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah .................................................................................... 5
C. Tujuan Penulisan ...................................................................................... 5
BAB II TINJAUAN TEORITIS .......................................................................... 7
A. Definisi Coronary Artery Disease ............................................................ 7
B. Etiologi Coronary Artery Disease ............................................................ 7
C. Klasifikasi Coronary Artery Disease ........................................................ 8
D. Manifestasi Klinis Coronary Artery Disease ............................................ 9
E. Patofisiologi Coronary Artery Disease ..................................................... 10
F. Pathway..................................................................................................... 11
G. Pemeriksaan Penunjang Coronary Artery Disease ................................... 13
H. Penatalaksanaan Medis Coronary Artery Disease .................................... 16
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN ................................................................ 18
A. Pengkajian Keperawatan .......................................................................... 18
B. Analisa Data ............................................................................................. 23
C. Diagnosa Keperawatan ............................................................................ 23
D. Intervensi Keperawatan ........................................................................... 24
E. Implementasi dan Evaluasi ....................................................................... 26
BAB IV PEMBAHASAN ..................................................................................... 28
BAB V PENUTUP ................................................................................................ 32
A. Kesimpulan .............................................................................................. 32
B. Saran ........................................................................................................ 32
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 33

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit kardiovaskuler merupakan penyakit yang bisa terjadi karena
gangguan fungsi jantung serta pembuluh darah. Penyakit kardiovaskular
teridiri dari banyak macam kelainan meliputi penyakit jantung koroner,
gangguan serebrovaskuler, gangguan kongenital jantung, deep vein
thrombosis (DVT), dan emboli paru. Kejadian PJK adalah salah satu dari
penyakit kardiovaskuler yang angka kejadian dan angka mortalitasnya yang
tinggi di dunia.
Data dari World Health Organization (WHO) pada tahun 2015 di
Amerika Serikat terhadap 17,7 juta penduduk yang meninggal karena
gangguan pada sistem kardiovaskular dan sebanyak 7,4 jutanya dikarenakan
karena penyakit jantung koroner dan sebanyak 6,7 juta dikarenakan stroke,
sehingga hal ini menyebabkan PJK menjadi urutan pertama sebagai penyakit
yang menyebabkan kematian terbesar di dunia.
Coronary artery disease (CAD) atau penyakit jantung koroner merupakan
penyakit yang melibatkan proses aterosklerosis pada arteri koroner di jantung
yang menyebabkan kebutuhan oksigen dan penyediaan oksigen ke jantung
tidak seimbang serta berkurangnya nutrisi ke jantung sehingga dalam hal ini
jantung tidak Bisa menjalankan fungsinya dengan optimal (Wicaksono,2020).
Di Indonesia sendiri, CAD juga merupakan penyebab utama dan pertama
dari seluruh kematian. Data Riskesdas tahun 2018 dikutip dalam Departemen
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (2019) menunjukkan
prevalensi kardiovaskuler di Indonesia semakin meningkat setiap tahunnya,
yakni berdasarkan diagnosis dokter terdapat sebanyak 15% (15 dari 1000
orang yang menderita penyakit jantung). Diantara masalah kardiovaskuler
tersebut, CAD merupakan masalah utama yang menyebabkan angka
perawatan rumah sakit dan angka kematian yang tinggi (PERKI, 2018).

4
Prevalensi CAD yang terdiagnosis di Bengkulu berusia ≥15
tahun menurut data RISKESDAS 2013 adalah 2.167 orang (Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2013). Data yang diperoleh
dari Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu pada tahun 2012 tercatat angka
kejadian CAD di Provinsi Bengkulu mencapai angka 283 kasus,
sementara di tahun 2011 tercatat 271 kasus dan tahun 2010 tercatat
236 kasus. Hal ini menandakan terjadinya peningkatan kasus CAD dalam
tiga tahun terakhir (Bengkulu, 2012).
Manifestasi klinik CAD yang khas adalah angina pektoris. Angina
pektoris ialah suatu sindroma klinis di mana didapatkan nyeri di dada akibat
kurangnya oksigen ke otot jantung yang menjalar hingga ke bagian
ekstremitas terutama lengan pada waktu melakukan aktivitas. Dijumpai pada
individu dengan perburukan penyakit arteri koronaria. Angina ini biasanya
menyertai peningkatan beban kerja jantung hingga muncullah masalah
keperawatan nyeri akut disertai dengan peningkatan tekanan darah,
peningkatan frekuensi nadi, apabila keadaan plak pada arteri koronaria
menjadi tidak stabil, misalnya mengalami perdarahan, ruptur, fissura,
sehingga terbentuk trombus di daerah plak yang menghambat aliran darah
koronaria (Majid,2008).
Berdasarkan data dan fenomena yang ditemukan maka asuhan
keperawatan pasien Coronary Artery Disease (CAD) dengan masalah
keperawatan nyeri akut.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan CAD

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pasien dengan CAD
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui pengkajian pada pasien dengan CAD.

5
b. Untuk mengetahui diagnosa keperawatan pada pasien dengan CAD.
c. Untuk mengetahui intervensi keperawatan pada pasien dengan CAD.
d. Untuk mengetahui implementasi keperawatan pada pasien dengan
CAD.
e. Untuk mengetahui evaluasi keperawatan pada pasien dengan CAD.

6
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Definisi Coronary Artery Disease


Coronary Artery Disease (CAD) atau lebih dikenal Penyakit Jantung
Koroner (PJK) merupakan suatu gangguan fungsi jantung yang disebabkan
karena adanya penyempitan dan tersumbatnya pembuluh darah jantung.
Kondisi ini dapat mengakibatkan perubahan pada berbagai aspek, baik fisik,
psikologis, maupun sosial yang berakibat pada penurunan kapasitas fungsional
jantung dan kenyamanan (Ratini,2018).
Coronary Artery Disease (CAD) atau lebih dikenal Penyakit Jantung
Koroner (PJK) merupakan suatu gangguan fungsi jantung yang disebabkan
karena adanya penyempitan dan tersumbatnya pembuluh darah jantung.
Kondisi ini dapat mengakibatkan perubahan pada berbagai aspek, baik fisik,
psikologis, maupun sosial yang berakibat pada penurunan kapasitas fungsional
jantung dan kenyamanan (PERKI,2018).
CAD juga merupakan kondisi patologis arteri koroner yang ditandai
dengan penimbunan abnormal lipid atau bahan lemak dan jaringan fibrosa di
dinding pembuluh darah yang mengakibatkan perubahan struktur dan fungsi
arteri dan penurunan aliran darah ke jantung (Swandito,2020)

B. Etiologi Coronary Artery Disease


Penyebab CAD pada prinsipnya disebabkan oleh dua faktor utama yaitu:
1. Aterosklerosis
Aterosklerosis paling sering ditemukan sebagai sebab terjadinya
penyakit arteri koroneria. Salah satu yang diakibatkan Aterosklerosis
adalah penimbunan jaringan fibrosa dan lipid didalam arteri koronaria,
sehingga mempersempit lumen pembuluh darah secara progresif. Akan
membahayakan aliran darah miokardium jika lumen menyempit karena
resistensi terhadap aliran darah meningkat.

7
2. Trombosis
Gumpalan darah pada mulanya berguna untuk pencegah pendarahan
berlanjut pada saat terjadi luka karena merupakan bagian dari
mekanisme pertahan tubuh. Lama kelamaan dinding pembuluh darah
akan robek akibat dari pengerasan pembuluh darah yang terganggu dan
endapan lemak. Berkumpulnya gumpalan darah dibagian robek tersebut
yang bersatu dengan kepingan-kepingan darah menjadi trombus.
Trombosis dapat menyebabkan serangan jantung mendadak dan stroke
(Ratini,2018)

C. Klasifikasi Coronary Artery Disease


Menurut (PERKI,2018). penyakit jantung koroner dibagi menjadi dua
kelompok, yaitu :
1. Angina Pectoris atau Stable Angina
Angina pectoris atau Stable Angina merupakan jenis penyakit
jantung yang paling ringan yang disebabkan karena adanya
ketidakseimbangan suplai darah dengan kebutuhan otot jantung yang
sifatnya hanya sementara. Penyebab dari gangguan suplai darh tersebut
karena terjadinya penyempitan pembuluh darah koroner yang dikarenakan
terjadinya proses arthersklerosis pada pembuluh koroner, sehingga terjadi
hambatan pada aliran darah tetapi tidak total.
2. Acute Coronary Syndrome
Infark miokard akut di bagi menjadi 3 yaitu:
a) Angina Tidak Stabil atau Unstable Angina
Definisi dari angina tidak stabil kurang lebih sama dengan angina
pectoris hanya saja yang membedakan yaitu derajat sakitnya lebih berat,
waktu kemunculan angina tidak stabil bisa kapan saja dan intensitas
keluhan yang lebih lama.
b) ST Segmen Elevasi Myocardial Infraction (STEMI)
ST Segmen Elevasi Myocardial Infraction (STEMI) disebabkan
karena adanya sumbatan total pada pembuluh darah koroner yang dapat

8
menyebabkan injury pada sel sel otot jantung bahkan sampai mengenai
lapisan otot jantung bagian luar. Tanda dari STEMI yaiu adanya
kenaikan enzim pada jantung (CKMB atau Troponin).
c) Non ST Segmen Elevasi Myocardial Infraction (NSTEMI)
Pada Non ST Segmen Elevasi Myocardial Infraction (NSTEMI)
sudah terjadi injury ada sel sel otot jantung. NSTEMI terjadi pada saat
angina pectoris atau angina tidak stabi tidak dideteksi secara dini
maupun tidak ditangani dengan tepat. Keluhan yan dialami kurang lebih
sama dengan angina tidak stabil.

D. Manifestasi Klinis Coronary Artery Disease


Tanda dan gejala yang dapat terjasi pada kasus CAD antara lain (Ratini,2018):
a. Nyeri dada
Nyeri dada atau biasa disebut dengan angina pectoris. Nyeri dada
ini dirasakan sebagai rasa tidak nyaman atau tertekan di daerah dada,
sesuai dengan lokasi otot jantung yang tidak mendapat pasokan oksigen.
Nyeri dapat menjalar ke daerah bahu, lengan, leher, rahang, atau
punggung. Keluhan akan dirasakan semakin memberat dengan adanya
aktivitas.
b. Sesak
Jika jantung tidak mampu memompakan darah keseluruh tubuh
akibat adanya gangguan pada kontraktilitas jantung, hal ini dapat
mengakibatkan penumpukan darah dijantung sehingga terjadi aliran balik
ke paru-paru hal ini menyebabkan timbulnya penumpukan cairan di dalam
paru-paru maka seseorang akan mengalami sesak nafas
c. Aritmia
Adalah gangguan dalam irama jantung yang bisa menimbulkan
perubahan elektrofisiologi otot-otot jantung. Perubahan elektrofisiologi ini
bermanifestasi sebagai bentuk potensial aksi yaitu rekaman grafik aktivitas
listrik sel misalnya perangsangan simpatis akan meningkatkan kecepatan
denyut jantung.

9
d. Mual muntah
Nyeri yang dirasakan pada pasien dengan penyakit jantung adalah
di dada dan di daerah perut khususnya ulu hari tergantung bagian jantung
mana yang bermasalah. Nyeri pada ulu hati bisa merangsang pusat
muntah. Area infark merangsang refleks vasofagal.
e. Keringat dingin
Pada fase awal infark miokard terjadi pelepasan ketekolamin yang
meningkatkan stimulasi simpatis sehingga terjadi vasokontriksi pembuluh
darah perifer sehingga kulit akan menjadi berkeringat, dingin dan lembab.
f. Lemah dan tidak bertenaga
Dapat terjadi disebabkan karena jantung tidak mampu
memompakan darahnya keseluruh tubuh sehingga suplai oksigen
kejaringan berkurang sehingga seseorang merasakan kelemahan.

E. Patofisiologi Coronary Artery Disease(CAD)


Penyakit jantung koroner disebabkan oleh penyempitan atau penyumbatan
pada pembuluh darah yang menyuplai darah ke otot jantung. Otot jantung juga
memerlukan darah untuk menggerakkan otot-otonya agar tetap mampu
memompa darah ke seluruh tubuh.
Hal yang paling sering menyebabkan penyempitan atau penyumbatan
tersebut adalah trombosis atau atherosklerosis. Trombosis adalah jaringan luka
pada pembuluh darah yang membentuk jaringan fibrosa yang disebabkan
kolesterol. Jaringan ini berisiko menyumbat aliran darah.(mayo clinic,2017).

10
F.Pathway

Faktor resiko Faktor resiko : Akumulasi lipoprotein Berikaan dengan


densitas rendah/ LDL endotel
 pajanan suhu  merokok
(kolesterol jahat)
dingin  Obesitas
 olahraga  Hipertensi Endotel menarik
 -rasa cemas  Hiperkolesterolomia monosit
Monosit menetap
permanen dan
membesar Respon peradangan
Suplai oksigen di
Membentuk Magrofag
arteri koroner Membentuk Menumpuk di bawah
makrofag memfagosit
sel busa endotel
LDL

Endrometrium
menghasilkan Inti lemak ditutupi oleh Sel-sel otot polos Sel-sel otot polos
PAF(platelet, sel otot polos membelah diri dan bermigrasi ke bagian
activating, faktor) membesar bawah endotel

Membentuk plak
PAF berdifusi ke otot matang Plak pecah Membentuk trombus
polos vaskular

Menyumbat arteri Membentuk Trombus terbawa aliran


Kontraksi otot polos koroner (CAD) embolus darah
vaskular

Ganggang suplai O2 ke Metabolisme anaerob,


Spasme vaskular miokard pH

Iskemia miokard
Perfusi perifer
Produksi asam laktat
Perfusi koroner
Fungsi ventrikel kiri, ggan kontraktilitas

 -Daya kontraksi
Hipotensi, asidosis  -Daya kembang dan gerakan Angina pektoris
metabolik dan hipoksemia dinding ventrikel
 -Curah secukupnya
 -LVEDP dan RVEDP
Nyeri akut
Syok kardiogenik

11 Penurunan curah
Kematian jantung
Kondisi dan prognosis Tekanan ventrikel kiri
Kelemahan fisik
penyakit

Intoleransi aktivitas Kongesti pulmonalis


Ansietas

Tekanan hidrostatik
tekanan osmotik

Ketidakefektifan Pengembangan paru


Edema paru Kelebihan volume cairan
pola nafas tidak optimal

12
G. Pemeriksaan penunjang
1. Echo cardiogram
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui kondisi, bentuk dan
ukuran jantung melalui ultrasound dari bilik-bilik jantung. Selain itu
pemeriksaan ini juga dapat dilakukan untuk melihat fungsi dan kerja
jantung, melihat adanya thrombus pada  bagian jantung, mengetahui
kekuatan otot jantung serta memeriksa kerusakan pada katup jantung.
2. Kateterisasi Jantung (Angiografi Koroner)
Kateterisasi jantung adalah prosedur diagnostik invasif dimana satu
atau lebih kateter dimasukkan ke jantung dan pembuluh darah tertentu
untuk mengecek aliran darah dan oksigen di berbagai ruang jantung. Saat
kateterisasi jantung, dapat juga dilakukan angiografi koroner
menggunakan pewarna khusus dalam pembuluh darah dan X-ray untuk
menunjukkan bagian dalam pembuluh darah.
Penilaian pada PJK berdasarkan beratnya stenosis yang dibagi
menjadi 3 kelompok, yaitu: one vessel disease (1VD), two vessel disease
(2VD), dan three vessel disease (3VD). One Vessel Disease adalah luas
penyempitan pembuluh darah pada 1 pembuluh epikardial utama sebesar
dari luas penyempitannya. Two Vessel Disease adalah luas penyempitan
pembuluh darah luas penyempitannya. Three Vessel Disease adalah luas
penyempitan pembuluh darah pada 3 pembuluh luas penyempitannya.
Didapatkan bahwa penyempitan dari lumen pembuluh darah dengan two
vessel disease atau one vessel disease angka mortalitasnya lebih rendah
daripada three vessel disease.
3. Analisa Gas Darah (AGD)
Mengidentifikasi dari status oksigen, keseimbangan asam – basa
dan efektifitas fungsi pernafasan.
4. Pemeriksaan darah lengkap
a) Profil lemak
Kolesterol total, trigliserida dan lipoprotein diukur untuk
mengevaluasi resiko aterosklerosis. Kolesterol serum total yang

13
meningkat lebih dari 200 mg/ml merupakan faktor peningkat resiko
penyakit jantung koroner. Lipoprotein yang mengangukut kolesterol
dalam darah dapat dianalisa melalui elektroforesis. Penuruan kadar
lipoprotein densitas tinggi dan peningkatan lipoprotein densitas rendah
dapat meningkatkan resiko penyakit arteri koronaria.
b) Eletrolit serum
Elektrolit serum dapat mempengaruhi prognosis dari pasien
penyakit jantung.Natrium serum mencerminkan keseimbangan
cairan.Kalsium sangat penting untuk koagulasi darah dan aktivitas
neuromoskular.Pada pasien dengan hiper maupun hipokalsemia dapat
menyebabkan perubahan EKG dan disritmia.
c) Kalium serum
Kalium serum dipengaruhi oleh ginjal. Penurunan kadar kalium
mengakibatkan iritabilitas jantung dan membuat pasien mendapat
preparat digitalis cenderung mengalami toksisitas digitalis dan
peningkatan kadar kalium mengakibatkan depresi kiokardium dan
iritabilitas ventrikel .hypokalemia dan hyperkalemia dapat
menyebabkan fibrilasi ventrikel dan henti jantung.
d) Nitrogen urea darah
Nitrogen urea darah (BUN) adalah produk akhir metabolisme
protein dan diekskresikan oleh ginjal.Pada pasien dengan penyakit
jantung, peningkatan BUN dapat mencerminkan penurunan perfusi
ginjal (akibat dari enurunan curah jantung) atau kekurangan volume
cairan intravascular (akibat dari terapi deuretika).
e) Glukosa
Glukosa serum harus dipantau karena kebanyakan dari pasien
penyakit jantung juga menderita diabetes mellitus. Glukosa serum
sedikit meningkat pada keadaan stress akibat mobilisasi epinefrin
endogen yang menyebabkan konversi glikogen hepar menjadi glukosa
(Suzanne C. Smeltzer, 2015).
5. Elektrokardiogram (EKG)

14
Elektrokardiogram (EKG) merupakan grafik yang dihasilkan oleh
suatu alat yaitu elektrokardiograf, alat ini merekam aktifitas listrik dari
jantung untuk menunjukkan adanya kelainan pada jantung (PERKI,2018).
Pada hasil pemeriksaan EKG untuk penyakit jantun koroner yaitu
terjadinya peningkatan amplitude gelombang R pada sandapan lateral saat
laju jantung yang cepat, terjadi peningkatan gelombang T yang tinggi dan
lancip di V2 dan V3, depresi segmen ST pada PVC dan dapat dilihat dari
nilai kedalaman depresi segmen ST / tinggi gelombang R lebih dari 0,1.
6. Foto rontgen dada
Hasil dari pemeriksaan rontgen dada dapat menilai ukuran dari
jantung untuk melihat ada atau tidaknya pembesaran jantung
(kardiomegali), melihat kelainan dari paru.Pada pemeriksaan rontgen dada
tidak dapat melihat adanya kelainan penyakit jantung koroner tetapi,
ukuran jantung dapat menilai apakah seseorang penderita berada pada
penyakit jantung koroner lanjut atau mungkin berlanjut pada payah
jantung.
7. Pemeriksaaan laboratorium
Dilakukan untuk megetahui kadar trigiserida sebagai factor resiko
peningkat. Dari pemeriksaan darah juga dapat diketahui ada tidaknya
serangan jantung akut dengan melihat kenaikan enzim jantung.
8. Treadmill
Bentuk kerja dari pemeriksaan treadmill ini beupa ban yang
berjalan sama dengan alat olah raga pada umumnya, tetapi dihubungkan
dengan monitor dan alat rekam EKG. Prinsip kerja dari treadmill ini yaitu
merekam aktifitas fisik dari jantung pada saat latihan yang dapat
memberikan petunjuk adanya penyakit jantung koroner dengan melihat
gambaran dari EKG tersebut.Merupakan pemeriksaan yang luas dipakai
untuk deteksi dan sekaligus estimasi prognose penyakit jantung koroner.

15
H. Penatalaksanaan Medis
Penanggulangan nyeri harus dilakukan sedini mungkin agar dapat
mencegah aktivitas saraf simpatis, karena pada aktivitas saraf simpatik ini
dapat menyebbkan takardi, vasokonstriksi dan peningkatan tekanan darah
dimana kejadian ini dapat memperberat kerja dari jantung dan dapat
memperluas kerusakan pada miokardium.tujuan dari penatalaksanaan sendiri
yaitu untuk menurunkan kebutuhan oksigen jantung untuk meningkatkan
suplai oksigen. Intervensi pada serangan akut :
1. Penanganan nyeri
a) Morphin sulfat
b) Nitrat
c) Penghambat beta (beta blocker) (Abdul, 2005).
2. Membatasi ukuran infark pada miokardium
Caranya dengan meningkatkan supali darah dan oksigen ke jaringan
miokardium.
a) Antikoagulan, berfungsi untuk mencegah bekuan darah yang dapat
menyumbat sirkulasi
b) Trombolitik, ini sering disebut juga sebagia penghancur bekuan darah,
menyerang dan melarutkan bekuan darah.
c) Antilipemik, dapat disebut juga dengan hipolipemik atau antilipemik
bermerek yang berfungsi untuk menurunkan konsentrasi lipid pada
darah.
d) Vasodilator perifer, bertujuan untuk meningkatkan dilatasi pembuluh
darah yang menyempit karena vasospasme.
3. Pemberian oksigen
Pemberian oksigen dapat diberikan saat nyeri timbul. Oksigen
yang dihirup akan meningkatkan saturasi darah. Terapi oksigen dilakukan
hingga klien mampu bernafas dengan mudah.
4. Membatasi aktivitas fisik

16
Istirahat adalah merupakan cara yang efektif untuk membetasi
aktivitas fisik. Pembatasan aktivitas fisik dapat mempercepat penghentian
dari nyeri (Abdul, 2005).

17
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. B
No. RM : 82 60 80
Alamat : Jl. Hibrida
Umur : 64 tahun
Tanggal datang ke RS : 8 Juni 2022
Tanggal Pengkajian : 8 Juni 2022
Diagnosa Medis : CAD

II. KELUHAN UTAMA :


Tn. B datang ke Poli Jantung dan pembuluh darah dengan keluhan nyeri
dada yang menjalar hingga ke lengan kiri dan nyeri ulu hati, datang
secara tiba-tiba, skala 5(nyeri sedang) nyeri terjadi sejak 3 hari yang lalu.

III. RIWAYAT KESEHATAN


Ibu dari TN. B pernah mengidap hipertensi yang menjadi faktor risiko
terjadinya CAD pada Tn. B. Sebelum ke Poli Jantung dan pembuluh
darah Pada tanggal 1 juni 2022, Tn B pernah dirawat di ICCU RSUD M
YUNUS dengan diagnosa medis CAD serta melakukan pemasangan
stent di Cath Lab. Tn B datang ke poli penyakit jantung dan pembuluh
darah dengan keluhan nyeri dada yang menjalar hingga ke lengan kiri
dan nyeri ulu hati, datang secara tiba-tiba. Skala 5 {nyeri sedang} terjadi
hilang timbul dalam 1 minggu terakhir, keringat dingin dan sesak napas.

IV. PEMERIKSAAN FISIK


1. Pemeriksaan fisik umum
a. Keadaan umum : Tampak sakit ringan

18
b. Tingkat kesadaran : Compos Mentis
c. Berat badan sebelum sakit : 70 kg
d. Berat badan saat ini : 69 kg Tinggi badan :155 cm
IMT : 29

2. Sistem penglihatan
a. Posisi mata : Simetris kanan dan kiri
b. Kelopak mata :Normal tidak ada lesi
c. Pergerakan bola mata :Normal
d. Konjungtiva : An anemis
e. Kornea :Jernih
f. Sclera :An ikterik
g. Pupil : Normal respon terhadap cahaya
h. Kelopak mata :Berfungsi dengan Normal
i. Fungsi penglihatan : Normal
j. Tanda tanda radang : Tidak terdapat tanda radang
k. Pemakaian kacamata :Tidak ada
l. Pemakaian lensa kontak : Tidak ada
m. Reaksi terhadap cahaya :Normal, mengecil saat diberi
rangsangan cahaya

3. Sistem pendengaran
a. Daun telinga : Simetris kiri dan kanan, tidak
ada lesi, tidak ada jaringan parut
b. Kondisi telinga tenga :Bersih tidak ada edema
c. Cairan dari telinga :Tidak ada
d. Perasaan penuh di telinga :Tidak ada
e. Tinnitus :Tidak ada
f. Fungsi pendengaran :Sudah mulai menurun
g. Gangguan keseimbangan :Tidak ada

19
h. Pemakaian alat bantu :Tidak menggunakan alat
bantu

4. Sistem Pernapasan
a. Jalan napas :Tidak ada hambatan jalan napas
b. Pernapasan : Sesak napas
c. Penggunaan otot bantu pernapasan : Terdapat penggunaan otot
bantu pada klien
d. Retraksi dinding dada :Ada
e. frekuensi :25 x/ menit
f. Irama :Tidak teratur
g. Jenis pernapasan :Pernapasan dada
h. Kedalaman : Napas dalam
i. Batuk : Tidak ada batuk
j. Sputum :Tidak ada sputum
k. Batuk darah :Tidak ada batuk darah
l. Suara napas : Vesikuler
m. Mengi :Tidak ada mengi
n. Wheezing :Tidak ada wheezing

5. Sistem Kardiovaskuler
a. Sirkulasi perifer
 Frekuensi nadi :80x/menit
Irama :teratur
Kekuatan :Normal
 Tekanan darah :137/61 mmhg
 Distensi vena Jugularis
Kanan :Tidak teraba
Kiri :Tidak teraba
 Temperatur kulit :36,5℃
 Warna Kulit :Kuning langsat

20
 Edema :Tidak ada
 Capilary refill :<3 detik

b. Sirkulasi jantung
 Frekuensi denyut apikal :80 x/menit
 Bunyi Jantung :S1 S2 Tunggal, tidak ada murmur
dan tidak ada gallop
 Irama :Tidak teratur
 Sakit dada :ada

6. Sistem Hematologi
a. Pucat : Tidak ada
b. Perdarahan : Tidak ada perdarahan

7. Sistem Saraf Pusat


a. Keluhan sakit kepala : Ada
b. Tingkat kesadaran : Composmentis
c. Glasglow coma scale :14
d. Tanda tanda peningkatan TIK : Tidak dilakukan
e. Gangguan sistem persarafan: Tidak dilakukan
f. Pemeriksaan refleks
 Refleks Fisiologis :Babinski (+) patela (+) bisep (+)
 Refleks patologis :Tidak ada

8. Sistem Pencernaan
a. Keadaan mulut
1) Gigi :Terdapat karies
2) Penggunaan gigi palsu :Tidak ada
3) Stomatitis :Tidak ada
4) Lidah kotor :Tampak kotor

21
5) Silica :Tidak ada
b. Muntah :Tidak ada
c. Nyeri di daerah perut :Tidak ada
d. Bising usus :7x/ menit
e. Konsistensi feces :lembek
f. Konstipasi :Tidak ada
g. Hepar :Tidak ada pembesaran hepar
h. Abdomen : Tidak terdapat asites

9. Sistem Endokrin
a. Pembesaran kelenjar tiroid : Tidak ada pembesaran kelenjar
tiroid
b. Napas berbau keton : Tidak ada
c. Luka gangrene :Tidak ada

10. Sistem urogenital


a. Perubahan pola kemih :Tidak ada
b. BAK :1x
c. Warna :Kuning Khas
d. Distensi/ketegangan kandung kemih :Tidak ada
e. Keluhan sakit pinggang :Tidak ada
f. Skala nyeri :Tidak ada

11. Sistem integumen


a. Turgor kulit : > 3 detik
b. Warna kulit :Kuning langsat
c. Keadaan kulit :Normal
Luka lokasi : Tidak ada
Insisi operasi,lokasi : Tidak ada
Kondisi : Tidak ada
Gatal-gatal : Tidak ada

22
Kelainan pigmen : Tidak ada
Dekubitus lokasi : Tidak ada
d. Kelainan kulit : Tidak ada
e. Kondisi kulit daerah pemasangan infus:Tidak terpasan infus
f. Keadaan rambut :Putih
Tektur :halus
Kebersihan :Bersih

12. Sistem muskuloskeletal


d) Kesulitan dalam pergerakan : Tidak
e) Sakit pada tulang,sendi,kulit : Tidak
f) Fraktur : Tidak ada
g) Keadaan tonus :Kurang baik
h) Kekuatan otot :Lemah

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil pemeriksaan laboratorium
Jenis pemeriksaan Hasil Nilai rujukan
Hematokrit 36 37-47
Hemoglobin 12,3 13-18
Leukosit 7300 4000-10000
Trombosit 231000 150000-450000
Glukosa darah sewaktu 115 <160
Ureum 27 20-40
Creatinin 0,9 0,5-1,2
Troponin 95,6 <19

23
24
VI. ANALISA DATA
No. Data senjang Etiologi Masalah
1 DS: - pasien mengatakan Agen Nyeri akut
nyeri dada dan lengan kiri pencedera
P : nyeri terasa saat fisiologis
beraktivitas
Q : Seperti tertekan
R : Dada kiri menjalar
hingga ke lengan kiri
S : Skala 5
T : Nyeri hilang timbul

DO: - Tn B tampak gelisah


Hasil TTV :
 TD : 137/61 mmHg

25
 N : 80x/menit
 RR : 25x/menit

2 Ds : Perubahan Risiko
- pasien mengatakan sesak afterload penurunan
saat bernapas curah jantung
- pasien mengatakan nyeri
dada menjalar hingga ke
lengan kiri

Do :
- TD : 137/61 mmhg
- N : 80X/menit
- Rr : 25x/menit

VII. DIAGNOSA KEPERAWATAN


Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis

VIII. INTERVENSI KEPERAWATAN

NO DIAGNOSA TUJUAN & KRITERIA RENCANA RASIONAL


KEPERAWATAN HASIL (SLKI) TINDAKAN (SIKI)
1 Nyeri Akut b.d. Agen Setelah dilakukan intervensi SIKI: Manajemen
Pencedera Fisiologis keperawatan selama 1x 24 Nyeri
jam, diharapkan pasien: Observasi:
Gejala & tanda mayor SLKI: Tingkat nyeri 1. Untuk mengetahui
1.Identifikasi lokasi,
 Mengeluh nyeri menurun lokasi,
karakteristik, durasi,
 Gelisah  Dipertahankan di karakteristik,
frekuensi, kualitas,
level: 3 durasi, frekuensi,
Gejala & tanda minor intensitas nyeri
 Ditingkatkan di level kualitas, intensitas
 Tekanan darah

26
meningkat 5 nyeri
 Pola napas berubah 2. Untuk mengetahui
Keterangan level:
skala nyeri yang
1: Menurun 2. Identifikasi skala dirasakan pasien
nyeri 3. Untuk mnegetahui
2:Cukup menurun respons nyeri yang
3:sedang dirasakan baik
3. Identifikasi respons melalui verbal/
4:cukup meningkat nonverbal
nyeri nonverbal
5:meningkat 4. Untuk mengurangi
nyeri pada pasien
Dengan kriteria hasil: 5. Untuk mengetahui
4. Identifikasi faktor
 Keluhan nyeri yang memperberat dan keberhasilan terapi
(menurun) memperingan nyeri komplementer pada
 Gelisah (menurun) pasien
5. Monitor keberhasilan
 Pola napas (membaik)
terapi komplementer 6. Untuk mengurangi
 Tekanan darah
yang sudah diberikan rasa nyeri pada
( membaik)
Teraupetik pasien

6. Berikan teknik
nonfarmakologi 7. Untuk mengurangi
s untuk faktor yang dapat
mengurangi rasa memperberat rasa
nyeri nyeri
7. Kontrol 8. Untuk
lingkungan menenangkan dan
yang membantu pasien
mmeperberat beristirahat
nyeri 9. Agar pasien dapat
8. Fasilitasi mengetahui tentang
istirahat dan penyebab, periode
tidur dan pemicu nyeri
sehingga pasien
dapat
Edukasi mengantisipasi dan
mengambil
9. Jelaskan
keputusan terkait
penyebab,
nyeri yang
pemicu nyeri
dirasakan
10. Untuk mengurangi
rasa nyeri

27
11. Untuk
mempercepat
10. Anjurkan pengurangan rasa
menggunakan nyeri dengan
analgetik secara ISDN, sehingga
tepat pemberian
11. Ajarkan teknik analgetik dapat
nonfarmakologi dikontrol dan
untuk mendapat efek
mengurangi yang optimal
nyeri
12. Untuk
memaksimalkan
therapi

Kolaborasi
12. Kolaborasi
pemberian
analgetik

IX. IMPLEMENTASI & EVALUASI KEPERAWATAN


Pengkajian-Diagnosis-Intervensi Implementasi dan Respon Hasil Evaluasi
( S-O-A-P)
S : ▪ Tn. B mengatakan nyeri dada kiri 1. Mengidentifikasi lokasi, S :
menjalar hingga ke lengan kiri karakteristik, durasi,
 Tn. B mengatakan skala
frekuensi, kualitas, intensitas
O: nyeri berada pada skala 2
nyeri
 Tn B mengatakan akan rutin
▪ Tn. B tampak Gelisah R:
minum obat isdn dan kontrol
 P : Saat aktivitas
• TD :137/61 mmhg, ke RS
 Q : Seperti tertekan
 Tn. B mengatakan mengerti
• N : 80 x/menit,  R : Dada kiri menjalar
teknik relaksasi napas dalam
hingga ke lengan kiri
• RR :25x/menit yang telah diajarkan
 S : Skala 5 (sedang )
 P : Saat aktivitas  T : Nyeri hilang timbul O :

2. Mengidentifikasi faktor yang  Tn. B tampak lebih tenang

28
 Q : Seperti tertekan memperberat dan  TD :124/69 mmhg,
memperingan nyeri  N : 83 x/menit,
 R : Dada kiri menjalar hingga ke
R : Faktor memperberat  RR : 22 x/menit
lengan kiri
 S : Skala 5 ( sedang ) nyeri saat aktivitas dan A : Tingkat nyeri berada pada
level 4
memperingan nyeri
 T : Nyeri hilang timbul P : Intervensi dihentikan
istirahat
A: Tingkat nyeri berada pada pada
level 3 3. Memonitor TTV
R:
P: Intervensi dilakukan
TD : 137/61 mmHg
Hr : 80x/menit
RR : 25x/menit
4. Menganjurkan menggunakan
analgetik dengan tepat
R : Tn B selalu minum
obat rutin analgetik
(Isdn)dari dokter
5. Menganjurkan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
R : Mengajarkan pasien
teknik relaksasi napas
dalam mengurangi
rasa nyeri

29
BAB IV
PEMBAHASAN

Berdasarkan tujuan, maka pada bagian ini akan membahas tentang


perbandingan antara teori dan kasus yang di dapatkan selama melaksanakan
asuhan keperawatan pada klien Tn. B yang akan dibahas berdasarkan proses
keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi,
implementasi dan evaluasi.
1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan adalah proses pengumpulan data secara sistematis
yang bertujuan untuk menentukan status kesehatan klien pada saat ini dan
waktu sebelumnya (PERKI,2018).

30
Pengkajian yang dilakukan pada Tn. B yang mengeluh nyeri perut sejak 3
hari yang lalu, Klien mengatakan Nyeri dada menjalar hingga ke lengan kiri,
Klien mengeluh nyerinya seperti Ditusuk-tusuk, nyeri terjadi hilang timbul,
Klien mengatakan dada terasa panas(PERKI,2018).
Pada hasil pemeriksaan fisik yang di lakukan pada tanggal 8 Juni 2022
skala nyeri pasien 3, dari rentang 1 – 10. Skala nyeri 6 menunjukan tingkatan
nyeri ringan. Klien mengatakan nyeri dada menjalar hingga ke lengan kiri,
Selain itu klien juga tampak gelisah, dan keringat dingin.
Hal ini sesuai dengan teori menjelaskan bahwa Nyeri dada atau biasa
disebut dengan angina pectoris. Nyeri dada ini dirasakan sebagai rasa tidak
nyaman atau tertekan di daerah dada, sesuai dengan lokasi otot jantung yang
tidak mendapat pasokan oksigen. Nyeri dapat menjalar ke daerah bahu, lengan,
leher, rahang, atau punggung. Keluhan akan dirasakan semakin memberat
dengan adanya aktivitas.
Disini sudah didapatkan kesesuaian antara kasus dengan konsep teori
bahwa tanda dan gejala yang muncul atau yang dialami oleh kedua partisipan
terdapat dalam teori.

2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah proses menganalisa data subjektif dan data
objektif yang telah didaptkan daari hasil pengkajian maupun dari wawancara
untuk menegakkan diagnosa keperawatan. Diagnosa keperawatan melibatkan
proses berpikir kompleks tentang data yang dikumpulkan melalui pengkajian,
rekam medis, dan pemberi pelayanan kesehatan yang lain.
Berdasarkan diagnosa keperawatan pada Tn. B, ditemukan diagnosa Medis
Coronary Artery Disease dengan diagnosa keperawatan yaitu Nyeri Akut
berhubungan dengan agen pencedera fisiologis pada dada.
Menurut (PERKI,2018), menyatakan bahwa beberapa diagnosa yang
memungkinan muncul pada pasien CAD yaitu Penurunan Curah jantung, nyeri
akut, gangguan pertukaran gas, intoleransi aktivitas, kecemasan.

31
3. Intervensi Keperawatan
Berdasarkan diagnosa keperawatan yang ditemukan pada Tn. B yaitu Nyeri
akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis. Perawat membuat rencana
keperawatan yang terstandar dengan membuat strategi pelaksanaan tindakan
keperawatan terhadap pasien.
Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan untuk diagnosa pertama dengan
Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis pada T. B terdiri
dari lima intervensi yaitu Pertama Lakukan pengkajian nyeri secara
komperehensif, Observasi respon nonverbal ketidaknyamanan, Berikan
informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri dan antisipasi ketidaknyamanan
akibat prosedur, Berikan posisi yang meringankan nyeri, Ajarkan teknik
nonfarmakologis seperti teknik relaksasi, atau distraksi, Kolaborasi dengan
dokter untuk pemberian analgesik.
Penyusunan rencana keperawatan pada Tn. B telah sesuai dengan rencana
teoritis menurut (PERKI,2018). Namun tetap disesuaikan kembali dengan
kondisi pasien serta dievaluasi secara terus menerus sehingga tujuan dan
kriteria hasil yang diharapkan dapat tercapai. juga mengikuti langkah-langkah
perencanaan yang telah disusun mulai dari menentukan prioritas masalah
sampai dengan kriteria hasil yang diharapkan. Dalam perencanaan tidak
terdapat kesenjangan antara teori dan kasus dalam memprioritaskan masalah
dan perencanaan tindakan keperawatan.
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan pada Tn. B disesuaikan dengan rencana tindakan
keperawatan yang telah ditetapkan. Hasil yang didapat pada Tn. B dengan
Nyeri akut berhubungan dengan agen Pencedera fisiologis, tindakan
keperawatan yang diberikan diantaranya:
Pada Tangal 8 Juni 2022 implementasikeperawatan yang dilakukan pada
diagnosa Nyeri akut meliputi, Melakukan pengkajian nyeri secara
komperehensif, mengidentifikasi faktor yang memperberat & memperingan
nyeri, Memberikan informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri dan
antisipasi ketidaknyamanan akibat prosedur, Memberikan posisi yang

32
meringankan nyeri, Mengajarkan teknik nonfarmakologis seperti teknik
relaksasi, atau distraksi.
Pada Tn. B telah melakukan beberapa tindakan keperawatan. Dalam hal ini
melaksanakan tindakan keperawatan yang sudah direncanakan, perawat perlu
menvalidasi dengan singkat apakah rencana tindakan masih sesuai dan
dibutuhkan klien sesuai dengan kondisinya (here and now). Serta tidak
menemukan kesulitan dalam pelaksanaan tindakan keperawatan yaitu
klienkooperatif saat berkomunikasi dan menjawab pertanyaan yang diberikan
peneliti. Pasien mampu melakukan teknik relaksasi (Tekhnik napas dalam),
Tindakan keperawatan yang telah dilakukan sesuai dengan SIKI (Standard
Intervensi Keperawatan Indonesia) dan sesuai dengan intervensi yang sudah
ditetapkan.
5. Evaluasi keperawatan
Setelah dilakukan evaluasi dari tindakan keperawatan dilakukan dari tanggal
8 Juni 2022. Evaluasi yang peneliti lakukan pada Tn. B adalah klien mampu
melakukan teknik relaksasi napas dalam dalam selama 10 menit dan
melaporkan bahwa nyeri yang dirasakan berkurang.
Klien mengatakan sebelum diajarkan teknik relaksasi napas dalam skala
nyeri 3, setelah diajarkan teknik relaksasi napas dalam klien melaporkan nyeri
semakin berkurang.
Terapi relaksasi napas dalam merupakan tindakan non farmakologi yang
bekerja menstimulasi reseptor tidak nyeri, Cara ini efektif untuk mengurangi
nyeri. Evaluasi akhir setelah dilakukan tindakan strategi pelaksanaan pada Tn.
B dapat menangkap atau merespon tindakan yang telah diajarkan.

33
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan asuhan keperawatan yang diberikan terhadap Tn. B pada pasien
CAD, poli jantung & pembuluh darah dapat disimpulakan :
 Data yang didapatkan pada pasien Tn. B yang mengalami nyeri dada
yang menjalar hingga ke lengan kiri. Dilakukanasuhan keperawatan yaitu
Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
 Penerapan teknik relaksaasi nafas dalam pada pasien Tn. B secara
berulang yaitu 5-15 kali nafas dalam dan ditahanselama 7 detik. Dengan
skala awal nyeri 5, pada evaluasi skala nyeri Tn. B yaitu Neri berkurang
hingga ke skal 2. Sedangkan respon dari keluarga Tn. B ikut terlibat

34
dalam pemberian asuhan keperawatan pada Tn. B dengan diagnosa nyeri
akut b.d agen pencedera fisiologis
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas maka penulis mengajukan saran sebagai
berikut:
 Pemberian terapi relaksasi nafas sebaiknya dilakukan secara berulang
diajarkan tiap bersamaan dengan pemberian obat. Perawat dapat
menjelaskan bahwa setelah reaksi dari obat selesai pasien dapat
melakuakan teknik relaksasi nafas dalam guna mengurangi intensitas nyeri
yang dirasakan.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Majid: Fisiologi Kardiovaskular FK-USU Medan 2005


Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10. Jakarta : RGC.
Mayo Clinic. (2017, August 4). Coronary Artery disease. Retrieved August 14,
2017.
Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M., & Swanson, E. (2016). Nursing Outcomes
Classification
Ratini, M. (2018, January 7). Coronary Artery Disease. Retrieved from WebMD
Medical
Reference: https://www.webmd.com/heart-disease/guide/heart-disease-coronary-
arterydisease

35
PERKI,2018 Pedoman Tatalaksana Sindrom Koroner Akut
Smeltzer, S. C., Bare, B. G., & Hinkle, J. L. (2015). Textbook of medical-surgical
nursing (12 ed., Vol. 1). Philadelphia: Lippincott William & Wilkins
Swandito Wicaksono, Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner (Pjk) Pada Pasien
Rawat Inap, Jurnal Kesmas Indonesia,Volume 12 nomor 1, Januari 2020, Hal.26-
32
SDKI PPNI 2018 Standar Diagnostik Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan:
Dewan Persatuan Keperawatan Indonesia.
SIKI PPNI 2018 Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan:
Dewan Persatuan Keperawatan Indonesia.
SLKI PPNI 2018 Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan: Dewan
Persatuan Keperawatan Indonesia.

36

Anda mungkin juga menyukai