DOSEN PENGAMPU:
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 2
Penulis
i
DAFTAR ISI
JUDU
L................................................................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR...............................................................................................................................1
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................2
BAB I..........................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................................................1
C. Tujuan Masalah.............................................................................................................................1
BAB II........................................................................................................................................................2
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................2
I. Laporan Pendahuluan pada Penyakit Decompensasi Cordis.....................................................2
A. Definisi........................................................................................................................................2
B. Etiologi........................................................................................................................................2
C. Patofisiologi................................................................................................................................3
D. Tanda dan Gejala....................................................................................................................5
E. Komplikasi.................................................................................................................................5
F. Pemeriksaan Penunjang............................................................................................................6
G. Penatalaksanaan........................................................................................................................7
II. Asuhan Keperawatan Pada Penyakit Decompensasi Cordis................................................10
A. Pengkajian................................................................................................................................10
B. Diagnosa Keperawatan............................................................................................................10
C. Intervensi Keperawatan..........................................................................................................11
D. Implementasi keperawatan.....................................................................................................13
E. Evaluasi Keperawatan.............................................................................................................13
BAB III.....................................................................................................................................................14
PENUTUP................................................................................................................................................14
A. Kesimpulan..................................................................................................................................14
B. Saran.............................................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................15
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jantung merupakan suatu organ kompleks yang fungsi utamanya adalah
memompa darah melalui sirkulasi paru dan sistemik (Ganong, 2010). Hal ini
dilakukan dengan baik bila kemampuan otot jantung untuk memompa, sistem katub
serta pemompaan dalam keadaan baik. Bila ditemukan ketidaknormalan pada
fungsi jantung maka mempengaruhi efisiensi pemompaan dan kemungkinan dapat
menyebabkan kegagalan dalam memompa darah (Hudak & Gallo, 2002).
Decompensasi cordis adalah suatu kondisi dimana jantung mengalami kegagalan
dalam memompa darah guna mencukupi kebutuhan sel-sel tubuh akan nutrient dan
oksigen secara adekuat (Udjianti, 2010).
Masalah kesehatan dengan gangguan sistem kardiovaskuler yang salah satunya
adalah Decompensasi Cordis masih menduduki peringkat yang cukup tinggi, ini
dibuktikan data dari WHO (World Health Organisation) yang menunjukkan bahwa
insiden penyakit dengan sistem kardiovaskuler terutama kasus gagal jantung
memiliki prevalensi yang cukup tinggi yaitu sekitar 3.000 penduduk Amerika
menderita penyakit gagal jantung dan setiap tahunnya bertambah 550 orang
penderita. Data dari American Heart Association (AHA) tahun 2004 menunjukkan
gagal jantung sebagai penyebab menurunnya kualitas hidup penderita dan penyebab
jumlah kematian bertambah.
Rumusan Masalah
1. Apa itu penyakit decompensasi cordis?
2. Bagaimana sistematika asuhan keperawatan penyakit decompensasi cordis?
B. Tujuan Masalah
1. Mengetahui tentang penyakit decompensasi cordis.
2. Memahami sistematika asuhan keperawatan penyakit decompensasi cordis.
1
BAB II
PEMBAHASAN
I. Laporan Pendahuluan pada Penyakit Decompensasi cordis
A. Definisi
Gagal jantung merupakan sindrom klinis kompleks yang disebabkan oleh
adanya gangguan baik fungsional maupun struktural jantung sehingga mengurangi
kemampuan ventrikel untuk menerima dan memompa darah (Kusmatuti, 2014).
B. Etiologi
Menurut Majid,2017 , penggolongan penyebab gagal jantung menurut apakah
gagal jantung tersebut menimbulkan gagal yang dominan sisi kiri atau gagal
dominan sisi kanan.
Dominan sisi kiri : penyakit jantung iskemik, amiloidosis jantung, penyakit
jantung hipertensif, penyakit katup aorta, penyakit katup mitral, miokarditis,
kardiomiopati, keadaan curah tinggi (anemia ,tirotoksikosis, fistula arteriovenosa).
Dominan sisi kanan : gagal jantung kiri, penyakit jantung kongenital (VSD, PDA),
penyakit paru kronis, stenosis katup pulmonal, penyakit katup trikuspid, hipertensi
pulmonal, emboli pulmonal masif.
C. Patofisiologi
Frekuensi jantung adalah fungsi dari sistem saraf otonom. Apabila curah
jantung berkurang, maka sistem saraf simpatis akan mempercepat frekuensi
jantung untuk tetap mempertahankan curah jantung. Bila mekanisme kompensasi
ini gagal untuk dapat mempertahankan perfusi jaringan yang memadai, maka
volume sekuncup jantung-lah yang harus menyesuaikan diri untuk tatap bisa
mempertahankan curah jantung.
Volume sekuncup merupakan jumlah darah yang dipompa pada setiap
jantung berkontraksi, hal ini tergantung pada 3 faktor, yaitu: preload (jumlah darah
yang mengisi jantung berbanding langsung dengan tekanan yang ditimbulkan oleh
panjangnya regangan serabut jantung), kontraktilitas (beracuan pada perubahan
kekuatan kontraksi yang terjadi pada tingkat sel dan berhubungan dengan
perubahan panjang serabut jantung dan kadar kalsium), afterload (mengacu pada
besarnya tekanan ventrikel yang harus dihasilkan untuk memompa darah melawan
perbedaan tekanan).
Tubuh mengalami beberapa adaptasi pada jantung dan hal ini terjadi secara
sistemik, jika terjadi gagal jantung. Volume dan tekanan pada akhir diastolik di
dalam kedua ruang jantung meningkat, apabila terjadi pengurangan volume
sekuncup kedua ventrikel akibat penekanan kontraktilitas atau afterload yang
2
sangat meningkat. Hal ini akan meningkatkan panjang serabut miokardium pada
akhir diastolik dan menyebabkan waktu sistolik menjadi singkat. Akan terjadi
dilatasi ventrikel jika kondisi ini berlangsung lama. Pada saat istirahat, cardiac
output masih bisa berfungsi dengan baik, akan tetapi peningkatan tekanan diastolik
yang berlangsung lama (kronik) akan dijalarkan ke kedua atrium, sirkulasi
pulmoner dan sirkulasi sitemik. Yang pada akhirnya tekanan kapiler akan
meningkat dan menyebabkan transudasi cairan serta timbul edema paru atau edema
sistemik (Oktavianus & Rahmawati, 2014).
3
c) Hepatomegali dan nyeri tekan pada abdomen di kuadran kanan atas, terjadi
karena adanya pembesaran vena di hepar.
d) Anoreksia dan mual. Terjadi karena adanya pembesaran vena dan statis
vena di dalam rongga abdomen.
e) Nokturia (sering kencing malam hari).
f) Kelemahan.
E. Komplikasi
Berikut komplikasi dari gagal jantung menurut (Wijaya & Putri 2013) antara lain :
1) Adema paru akut dapat terjadi akibat gagal jantung kiri.
2) Syok kardiogenik.
Akibat penurunan dari curah jantung dan perfusi jaringan yang tidak adekuat ke
organ vital (jantung dan otak).
3) Episode trombolik.
Thrombus terbentuk akibat imobilitas pasien dan gangguan sirkulasi, trombus
dapat menyebabkan penyumbatan pembuluh darah.
4) Efusi pericardial dan tamponade jantung.
Masuknya cairan ke kantung pericardium, cairan dapat meregangkan
pericardium sampai ukuran maksimal. Cardiac output menurun dan aliran balik
vena ke jantung.
F. Klasifikasi
Menurut NYHA (New York Heart Association) berdasarkan gejala dan aktifitas
fisik, antara lain:
1) Class I : pasien dapat melakukan beraktivitas berat tanpa keluhan.
2) Class II : pasien tidak dapat melakukan aktivitas lebih berat dari aktivitas sehari-
hari tanpa keluhan.
3) Class III : pasien tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa keluhan.
4) Class IV : pasien sama sekali tidak dapat melakukan aktivitas apa pun dan harus
tirah baring.
G. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Beck (2011), pemeriksaan diagnostik antara lain:
1) Electrocardiogram (EKG)
2) Foto thorax
3) Enchocardiogram
4) Laboratorium
4
H. Penatalaksanaan
secara umum ada beberapa penatalaksanaan pengobatan untuk gagal jantung adalah
sebagai berikut (Nurarif, 2015) :
1) Perawatan
a) Tirah baring/bedrest Kerja jantung dalam keadaan dekompensasi harus benar-
benar dikurangi, mengingat kebutuhan oksigen yang relatif meningkat.
b) Pemberian oksigen Pemberian oksigen secara rumat biasanya diperlukan 2
liter/menit dalam keadaan sianosis sekali dapat lebih tinggi.
c) Diet Umumnya diberikan makanan lunak dengan rendah (pembatasan)
garam. Jumlah kalori sesuai kebutuhan, pasien dengan gizi kurang diberi
makanan tinggi kalori tinggi protein. Cairan diberikan 80-100 ml/kgBB/hari.
2) Pengobatan medik
a) Digitalisasi
Digitalis akan memperbaiki kerja jantung dengan memperlambat dan
memperkuat kontraksi jantung serta meninggikan curah jantung. Dosis digitalis
:
1 Digoksin oral untuk digitalisasi cepat 0,5 – 2 mg dalam 4 – 6 dosis selama 24
jam dan dilanjutkan 2 x 0,5 mg selama 2 – 4 hari.
2 Cedilanid IV 1,2 – 1, 6 mg dalam 24 jam. Dosis penunjang untuk gagal
jantung : Digoksin 0,25 mg sehari untuk pasien usia lanjut dan gagal ginjal
dosis disesuaikan. Dosis penunjang digoksin untuk fibrilasi atrium 0,25 mg.
b) Diuretik
Diuresis dapat mengurangi beban awal (preload), tekanan pengisian yang
berlebihan dan secara umum untuk mengatasi retensi cairan yang berlebihan.
Yang digunakan : furosemid 40 – 80 mg. Pemberian dosis penunjang
bergantung pada respon, rata-rata 20 mg sehari.
c) Vasodilator
Obat vasodilator menurunkan tekanan akhir diastolic ventrikel kiri dan
menghilangkan bendungan paru serta beban kerja jantung jadi berkurang.
Preparat vasodilator yang digunakan :
1. Nitrogliserin 0,4–0,6 mg sublingual atau 0,2–2 mg/kgBB/menit IV
2. Nitroprusid 0,5 – 1 mg/kgBB/menit IV
5
1) Jika terjadi anemia, maka harus ditanggulangi dengan pemberian sulfa
ferosus, atau tranfusi darah jika anemia berat.
2) Jika terdapat infeksi sistemik berikan antibiotik Untuk penderita gagal
jantung anak-anak yang gelisah, dapat di-berikan penenang; luminal dan morfin
dianjurkan terutama pada anak yang gelisah. (Long, Barbara C, Perawatan
Medikal Bedah : Suatu Pendekatan Proses Keperawatan, 2013).
3) Operatif
Pemakaian Alat dan Tindakan Bedah antara lain :
a) Revaskularisasi (perkutan, bedah).
b) Operasi katup mitral.
c) Aneurismektomi.
d) Kardiomioplasti.
e) External cardiac support.
f) Pacu jantung, konvensional, resinkronisasi pacu jantung biventricular.
g) Implantable cardioverter defibrillators (ICD).
h) Heart transplantation, ventricular assist devices, artificial heart.
6
Frekuensi jantung takikardia (gagal jantung kiri)
Irama jantung: sistemik, misalnya; fibrilasi atrium, kontraksi ventrikel
prematur/ takikardia blok jantung
Nadi apikal disritmia, misal: PMI mungkin menyebar dan berubah posisi
secarainferior kiri
Bunyi jantung S3 (gallop) adalah diagnostik, S4 dapat terjadi, S1 dan S2
mungkin lemah
Murmur sistolik dan diastolik dapat menandakan adanya katup atau
insufisiensi
Nadi: nadi perifer berkurang, perubahan dalam kekuatan denyutan dapat
terjadi, nadi sentral mungkin kuat, misal: nadi jugularis coatis
abdominal terlihat
Warna kulit kebiruan, pucat, abu-abu, sianotik
Punggung kuku: pucat atau sianotik dengan pengisian kapiler lambat.
Hepar: pembesaran/ dapat teraba, reffek hepato jugulans • Bunyi napas:
krekels, ronchi
Edema: mungkin dependen, umum atau pitting, khususnya pada
ekstremitas
DVJ
3) Integritas ego
Gejala:
Ansietas, khawatir, takut
Stres yang B.d penyakit/finansial
Tanda:
4) Eliminasi
Gejala:
Penurunan berkemih, urine berwarna gelap, berkemih malam hari
(nokturia), diare/ konstipasi
5) Makanan/ cairan
Gejala
Kehilangan nafsu makan
Mual/ muntah
7
Penambahan BB significant
Pembengkakan pada ekstremitas bawahPakaian sepatu terasa sesak
Diet tinggi garam/ makanan yang telah diproses, lemak gula dan kafein
Penggunaan diuretic
Tanda :
Penambahan BB cepat
6) Hygiene
Gejala :
Tanda:
7) Neurosensori
Gejala:
Tanda: .
Letargi, kuat fikir, disorientasi, perubahan perilaku, mudah tersinggung
8) Nyeri kenyamanan
Gejala:
Tanda:
8
Fokus menyempit (menarik diri)
9) Pernapasan
Gejala:
Dispnea saat aktivitas, tidur sambil duduk atau dengan beberapa bantal
Tanda:
Batuk kering/ nyaring/ non produktif atau mungkin batuk terus menerus
dengan/ tanpa sputum
a. Radiogram dada
9
Kongesti vena paru Redistribusi vaskular pada lobus-lobus atas paru
• Kardiomegall
b. Kimia darah
Hiponatremia
• Hiperkalemia pada tahap lanjut dari gagal jantung BUN dan kreatinin
meningkat
c. Urine
• Lebih pekat
BJ meningkat
Na meningkat
d. Fungsi hati
10
,Kurang terpapar informasi tentang upaya mempertahankan/melindungi
integritas jaringan
5) Hipervolemia berhubungan dengan Gangguan mekanisme regulasi, Kelebihan
asupan cairan, Kelebihan asupan natrium, Gangguan aliran balik vena, Efek
agen farmakologis (mis. kortikosteroid, chlorpropamide, tolbutamide,
vincristine, tryptilinescarbamazepine)
6) Defisit pengetahuan tentang(spesifikkan) berhubungan dengan Keteratasan
kognitif, Gangguan fungsi kognitif, Kekeliruan mengikuti anjuran, Kurang
terpapar informasi, Kurang minat dalam belajar, Kurang mampu mengingat,
Ketidaktahuan menemukan sumber informasi
11
meningkat badan,
7.kekuatan nadi hepatomegali,
meningkat distensi vena
jugularis, palpitasi,
8.tekakanan
ronl ni basah,
darah membaik oliguria, batuk, kulit
pucat)
Monitor tekanan
darah (termasuk
tekanan darah
ortostatik, jila perlu)
Monitor intake dan
output cairan
Monitor berat badan
setiap hari pada
waktu yang sama
Monitor saturasi
oksigen
Monitor keluhan
nyeri dada (mis.
intensitas,
lokasi,radiasi,durasi,
presivitasi yang
mengurangi nyeri)
Monitor EKG 12
sadapan
Monitor aritmia
(kelainan irama dan
frekuensi)
Monitor nilai
laboratorium jantung
(mis. elektrolit,
enzim jantung, BNP,
NTpro-BNP)
Monitor fungsi alat
pacu jantung
Periksa takanan
darah dan frekuensi
nadi sebelum dan
sesudah aktivitas
Periksa tekanan
darah dan frekuensi
nadi sebelum
pemberian obat (mis,
beta blocker, ACE
inhibitor, calcium
12
channel blocker,
digoksin)
Terepeutik
Posisikan pasien
semi-Fowler atau
Fowler dengan kaki
ke bawah atau posisi
nyaman
Berkan diet jantung
yang sesuai (mis.
batasi asupan kafein,
natrium, kolesterol,
dan makanan
Gunakan stocking
elastis atau
pneumatik
intermiten, sesuai
indikasi tinggi lerak)
Fasilitasi pasien dan
keluarga untuk
modifikasi gaya
hidup sehari hari
Berikan terapi
relaksasi untuk
mengurangi stres,
jika perlu Berikan
dukungan emosional
dan spiritual
Berikan oksigen
untuk
mamperlahankan
saturasi oksigen
>94%
Edukasi
Anjurkan
beraktivitas fisik
sesuai toleransi
Anjurkan
beraktivitas fisik
secara bertahap
Anjurkan berhenti
merokok
Ajarkan pasien dan
13
keluarga mengukur
berat badan harian
Ajarkan pasien dan
keluarga mengukur
Intake dan output
cairan harian
Kolaborasi
Kolaborasi
pemberian
antiaritmia, jika
perlu
Rujuk ke program
rehabilitasi jantung
2. Gangguan Setelah PEMANTAUAN 1.memantau pola
pertukaran gas dilakukan asuhan RESPIRASI nafas pada klien
berhubungan keperawatan Definisi :Mengumpulkan 2.memfasilitasi
dengan selama 2x 24 dan menganalisis data untuk proses perawatan
ketidakseimban jam diharapkan memastikan kepalanan jalan pada masalah
napas dan keefektifan
gan ventilasi- gangguan gangguan
pertukaran gas
perfusi, pertukaran gas pertukaran gas
perubahan teratasi dengan Tindakan 3.memonitor
membran kriteria hasil: Observasi keadaan klien
alveolus- 1. dispnea Monitor frekuensi, 4.memenuhi
kapilers menurun irama, kedalaman ketuhan klien
2. bunyi nafas dan upaya napas yang
Monitor pola napas
tambahan berhubungan
(seperti bradipnea,
menurun takipnea, dengan
3. napas cuping hiperventilasi, pernafasan
hidung menurun Kussmaul, Cheyne-
4.warna kulit Stokes,Biot, ataksik)
membaik Monitor kemampuan
batuk efektif
5.pols nafas
Monitor adanya
membaik produksi sputum
6.PCO2 Monitor adanya
membaik sumbatan jalan
7.PO2 membaik napas Palpasi
kesimetrisan
ekspansi paru
Auskultasi bunyi
napas
Monitor saturasi
14
oksigen
Monitor nilai AGD
Monitor hasil x-ray
toraks
Terapeutik
Atur interval
pemantauan respirasi
sesuai kondisi pasien
Dokumentasikan
hasil pemantauan
Edukasi
Menjelaskan tujuan
dan prosedur
pemantauan
Informasikan hasil
pemantauan, jika
perlu
3. Intoleransi Setelah MANAJEMEN ENERGI 1. membantu
aktivitas dilakukan asuhan Definisi : Mengidentifikasi pasien untuk
berhubungan keperawatan dan mengelola penggunaan melakukan
dengan selama 2x 24 energi untuk mengatasi atau maajemen energi
mencegah kelelahan dan
ketidakseimban jam diharapkan 2. memfasilitasi
mengoptimalkan proses
gan antara masalah pemihan. kbutuhan pasien
suplai dan intoleransi 3. membantu
oksigen, aktivitas teratasi Tindakan pasien untuk
kelemahan,tirah dengan kriteria Observasi beraktivitas
baring,imobilita hasil: seperti biasanya
Identifikasi
s, gaya hidup 1. frekuensi nadi secara bertahap
gangguan fungsi
monoton meningkat tubuh yang
2. saturasi mengakibatkan
oksigen kelelahan -Monitor
meningkat kelelahan fisik dan
3.kemudahan nal
dalam Monitor pola dan
jam tidur
melakukan
Monitor lokasi dan
aktivitas sehari ketidaknyaman
hari meningkat selama melakukan
4.keluhan lelah aktivitas
menurun Terapeutik
5. dispnea saat Sediakan lingkungan
nyaman dan rendah
beristirahat
stimulus (mis,
15
menurun cahaya, suara,
6. warna kulit kunjungan)
membaik Lakukan latihan
rentang gerak pasif
7)frekuensi nafas
dan/atau aktif –
membaik Berikan aktivitas
8)tekanan darah distraksi yang
membaik menenangkan
Fasilitasi duduk di
sisi tempat tidur, jika
tidak dapat
berpindah atau
berjalan Edukasi
Anjurkan tirah
baring
Anjurkan melakukan
aktivitas secara
bertahap
Anjurkan
menghubungi
perawat jika anda
dan gejala kelelahan
tidak
Ajarkan strategi
koping untuk
mengurangi
kelelahan berkurang
Kolaborasi
Kolaborasi dengan
ahli gizi tentang cara
meningkatkan
asupan makanan.
16
D. Implementasi keperawatan
Merupakan tahap ke empat dalam tahap proses keperawatan dengan
melaksanakan berbagai strategi keperawatan (tindakan keperawatan), Serangkaian
kegiatan yang di lakukan oleh perawat sesuai dengan intervensi yang telah dibuat.
E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah stadium pada proses keperawatan dimana taraf keberhasilan
dalam pencapaian tujuan keperawatan dinilai dan kebutuhan untuk memodifikasi
tujuan atau intervensi keperawatan ditetapkan (Brooker, 2001).
Evaluasi keperawatan terdiri 2 jenis :
1.Evaluasi Sumatif : evaluasi yang dilakukan setelah akhir tindakan
keperawatan,berorientasi pada masalah,maju/tidak berhasil.
2.Evaluasi Formatif : evaluasi yang dilakukan setiap tindakan, berorientasi pada
etiologi, dilakukan secara terus menerus sampai tujuan yang telah sitentukan
tercapai.
17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Gagal jantung merupakan penyakit yang dilibatkan oleh ketidakmampuan
jantung dalam melakukan kontraksi atau pompa sehingga terjadi penurunan cardiac
output sehingga aliran darah ke seluruh tubuh terjadi penurunan.dampak dari
penurunan cardiak out put, akan mengakibatkan volume darah dalam ventrikel kiri
menumpuk dan berdampak pada meningkatnya aliran darah balik yang menuju
atrium,paru paru dan jantung bagian kanan. Untuk mengatasi masalah ini maka
diperlukan pengobatan untuk meningkatkan kontraktilitas jantung dalam rangka
menurunkan penimbunan darah dalam jantung. Berdasarkan penurunan
kemampuan pompa jantung,maka akan menimbulkan gejala sesak nafas,perasaan
tidak bertenaga dan pada akhirnya terjadi penurunan kemampuan aktivitas pasien.
B. Saran
Lakukan pencegahan dini untuk mengurangi resiko menderita penyakit
decompensasi cordis (gagal jantung) , pola hidup sehat berpengaruh besar dalam
proses kerja jantung, kurangi kegiatan yang dapat memicu terjadinya gagal
jantung.
18
DAFTAR PUSTAKA
19