Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA


PENYAKIT DECOMPENSASI CORDIS

DOSEN PENGAMPU:

H. Zamziri. S.Kep.Ns, M.kes.

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 2

Radiva Khoizuro (21010038)

Ricardt Ramadhani Salim (21010041)

Septiara Indah (21010044)

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah


melimpahkan rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan kasus
ini guna memenuhi tugas yang berjudul Makalah Keperawatan Medikal
Bedah Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Pada penyakit
decompensasi cordis.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa laporan kasus ini memiliki
banyak kekurangan baik dari kelengkapan teori maupun penuturan bahasa,
karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.
Harapan kami semoga laporan kasus ini dapat memberi manfaat dan
menambah pengetahuan bagi para pembaca.

Pangkalpinang, 29 Agustus 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

JUDU

L................................................................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR...............................................................................................................................1
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................2
BAB I..........................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................................................1
C. Tujuan Masalah.............................................................................................................................1
BAB II........................................................................................................................................................2
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................2
I. Laporan Pendahuluan pada Penyakit Decompensasi Cordis.....................................................2
A. Definisi........................................................................................................................................2
B. Etiologi........................................................................................................................................2
C. Patofisiologi................................................................................................................................3
D. Tanda dan Gejala....................................................................................................................5
E. Komplikasi.................................................................................................................................5
F. Pemeriksaan Penunjang............................................................................................................6
G. Penatalaksanaan........................................................................................................................7
II. Asuhan Keperawatan Pada Penyakit Decompensasi Cordis................................................10
A. Pengkajian................................................................................................................................10
B. Diagnosa Keperawatan............................................................................................................10
C. Intervensi Keperawatan..........................................................................................................11
D. Implementasi keperawatan.....................................................................................................13
E. Evaluasi Keperawatan.............................................................................................................13
BAB III.....................................................................................................................................................14
PENUTUP................................................................................................................................................14
A. Kesimpulan..................................................................................................................................14
B. Saran.............................................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................15

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jantung merupakan suatu organ kompleks yang fungsi utamanya adalah
memompa darah melalui sirkulasi paru dan sistemik (Ganong, 2010). Hal ini
dilakukan dengan baik bila kemampuan otot jantung untuk memompa, sistem katub
serta pemompaan dalam keadaan baik. Bila ditemukan ketidaknormalan pada
fungsi jantung maka mempengaruhi efisiensi pemompaan dan kemungkinan dapat
menyebabkan kegagalan dalam memompa darah (Hudak & Gallo, 2002).
Decompensasi cordis adalah suatu kondisi dimana jantung mengalami kegagalan
dalam memompa darah guna mencukupi kebutuhan sel-sel tubuh akan nutrient dan
oksigen secara adekuat (Udjianti, 2010).
Masalah kesehatan dengan gangguan sistem kardiovaskuler yang salah satunya
adalah Decompensasi Cordis masih menduduki peringkat yang cukup tinggi, ini
dibuktikan data dari WHO (World Health Organisation) yang menunjukkan bahwa
insiden penyakit dengan sistem kardiovaskuler terutama kasus gagal jantung
memiliki prevalensi yang cukup tinggi yaitu sekitar 3.000 penduduk Amerika
menderita penyakit gagal jantung dan setiap tahunnya bertambah 550 orang
penderita. Data dari American Heart Association (AHA) tahun 2004 menunjukkan
gagal jantung sebagai penyebab menurunnya kualitas hidup penderita dan penyebab
jumlah kematian bertambah.
Rumusan Masalah
1. Apa itu penyakit decompensasi cordis?
2. Bagaimana sistematika asuhan keperawatan penyakit decompensasi cordis?
B. Tujuan Masalah
1. Mengetahui tentang penyakit decompensasi cordis.
2. Memahami sistematika asuhan keperawatan penyakit decompensasi cordis.

1
BAB II

PEMBAHASAN
I. Laporan Pendahuluan pada Penyakit Decompensasi cordis
A. Definisi
Gagal jantung merupakan sindrom klinis kompleks yang disebabkan oleh
adanya gangguan baik fungsional maupun struktural jantung sehingga mengurangi
kemampuan ventrikel untuk menerima dan memompa darah (Kusmatuti, 2014).

B. Etiologi
Menurut Majid,2017 , penggolongan penyebab gagal jantung menurut apakah
gagal jantung tersebut menimbulkan gagal yang dominan sisi kiri atau gagal
dominan sisi kanan.
Dominan sisi kiri : penyakit jantung iskemik, amiloidosis jantung, penyakit
jantung hipertensif, penyakit katup aorta, penyakit katup mitral, miokarditis,
kardiomiopati, keadaan curah tinggi (anemia ,tirotoksikosis, fistula arteriovenosa).
Dominan sisi kanan : gagal jantung kiri, penyakit jantung kongenital (VSD, PDA),
penyakit paru kronis, stenosis katup pulmonal, penyakit katup trikuspid, hipertensi
pulmonal, emboli pulmonal masif.
C. Patofisiologi
Frekuensi jantung adalah fungsi dari sistem saraf otonom. Apabila curah
jantung berkurang, maka sistem saraf simpatis akan mempercepat frekuensi
jantung untuk tetap mempertahankan curah jantung. Bila mekanisme kompensasi
ini gagal untuk dapat mempertahankan perfusi jaringan yang memadai, maka
volume sekuncup jantung-lah yang harus menyesuaikan diri untuk tatap bisa
mempertahankan curah jantung.
Volume sekuncup merupakan jumlah darah yang dipompa pada setiap
jantung berkontraksi, hal ini tergantung pada 3 faktor, yaitu: preload (jumlah darah
yang mengisi jantung berbanding langsung dengan tekanan yang ditimbulkan oleh
panjangnya regangan serabut jantung), kontraktilitas (beracuan pada perubahan
kekuatan kontraksi yang terjadi pada tingkat sel dan berhubungan dengan
perubahan panjang serabut jantung dan kadar kalsium), afterload (mengacu pada
besarnya tekanan ventrikel yang harus dihasilkan untuk memompa darah melawan
perbedaan tekanan).
Tubuh mengalami beberapa adaptasi pada jantung dan hal ini terjadi secara
sistemik, jika terjadi gagal jantung. Volume dan tekanan pada akhir diastolik di
dalam kedua ruang jantung meningkat, apabila terjadi pengurangan volume
sekuncup kedua ventrikel akibat penekanan kontraktilitas atau afterload yang

2
sangat meningkat. Hal ini akan meningkatkan panjang serabut miokardium pada
akhir diastolik dan menyebabkan waktu sistolik menjadi singkat. Akan terjadi
dilatasi ventrikel jika kondisi ini berlangsung lama. Pada saat istirahat, cardiac
output masih bisa berfungsi dengan baik, akan tetapi peningkatan tekanan diastolik
yang berlangsung lama (kronik) akan dijalarkan ke kedua atrium, sirkulasi
pulmoner dan sirkulasi sitemik. Yang pada akhirnya tekanan kapiler akan
meningkat dan menyebabkan transudasi cairan serta timbul edema paru atau edema
sistemik (Oktavianus & Rahmawati, 2014).

D. Tanda dan Gejala


Berikut adalah manifestasi klinis gagal jantung, (Majid, 2017):
1) Tanda dominan : Meningkatnya volume intravaskuler. Kongestif jaringan
akibat tekanan arteri dan vena meningkat karena penurunan curah jantung.
Manifestasi kongesti dapat berbeda tergantung pada kegagalan yang terjadi di
ventrikel.
2) Gagal jantung kiri : Kongesti paru menonjol, hal ini disebabkan ketidak
mampuan ventrikel kiri memompa darah yang datang dari paru. Manifestasi klinis
yang terjadi yaitu :
a) Dispnea : Terjadi akibat penimbunan cairan dalam alveoli dan mengganggu
pertukaran gas, bisa juga terjadi ortopnea. Beberapa pasien bisa mengalami
kondisi ortopnea pada malam hari yang sering disebut Paroksimal Nokturnal
Dispnea (PND).
b) Batuk.
c) Mudah lelah : Terjadi karena curah jantung berkurang dan menghambat
jaringan dari sirkulasi normal, serta terjadi penurunan pada pembuangan sisa
dari hasil katabolisme yang diakibatkan karena meningkatnya energi yang
digunakan saat bernafas dan terjadinya insomnia karena distress pernafasan.
d) Kegelisahan dan kecemasan. Terjadi akibat gangguan oksigenasi jaringan,
stress akibat kesakitan saat bernafas dan pengetahuan bahwa jantung tidak
berfungsi bagaimana semestinya.
3) Gagal jantung kanan
a) Kongestif pada jaringan perifer dan jaringan viseral.
b) Edema ekstrimitas bawah, biasanya edema pitting, penambahan berat
badan.

3
c) Hepatomegali dan nyeri tekan pada abdomen di kuadran kanan atas, terjadi
karena adanya pembesaran vena di hepar.
d) Anoreksia dan mual. Terjadi karena adanya pembesaran vena dan statis
vena di dalam rongga abdomen.
e) Nokturia (sering kencing malam hari).
f) Kelemahan.
E. Komplikasi
Berikut komplikasi dari gagal jantung menurut (Wijaya & Putri 2013) antara lain :
1) Adema paru akut dapat terjadi akibat gagal jantung kiri.
2) Syok kardiogenik.
Akibat penurunan dari curah jantung dan perfusi jaringan yang tidak adekuat ke
organ vital (jantung dan otak).
3) Episode trombolik.
Thrombus terbentuk akibat imobilitas pasien dan gangguan sirkulasi, trombus
dapat menyebabkan penyumbatan pembuluh darah.
4) Efusi pericardial dan tamponade jantung.
Masuknya cairan ke kantung pericardium, cairan dapat meregangkan
pericardium sampai ukuran maksimal. Cardiac output menurun dan aliran balik
vena ke jantung.

F. Klasifikasi
Menurut NYHA (New York Heart Association) berdasarkan gejala dan aktifitas
fisik, antara lain:
1) Class I : pasien dapat melakukan beraktivitas berat tanpa keluhan.
2) Class II : pasien tidak dapat melakukan aktivitas lebih berat dari aktivitas sehari-
hari tanpa keluhan.
3) Class III : pasien tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa keluhan.
4) Class IV : pasien sama sekali tidak dapat melakukan aktivitas apa pun dan harus
tirah baring.
G. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Beck (2011), pemeriksaan diagnostik antara lain:
1) Electrocardiogram (EKG)
2) Foto thorax
3) Enchocardiogram
4) Laboratorium

4
H. Penatalaksanaan
secara umum ada beberapa penatalaksanaan pengobatan untuk gagal jantung adalah
sebagai berikut (Nurarif, 2015) :
1) Perawatan
a) Tirah baring/bedrest Kerja jantung dalam keadaan dekompensasi harus benar-
benar dikurangi, mengingat kebutuhan oksigen yang relatif meningkat.
b) Pemberian oksigen Pemberian oksigen secara rumat biasanya diperlukan 2
liter/menit dalam keadaan sianosis sekali dapat lebih tinggi.
c) Diet Umumnya diberikan makanan lunak dengan rendah (pembatasan)
garam. Jumlah kalori sesuai kebutuhan, pasien dengan gizi kurang diberi
makanan tinggi kalori tinggi protein. Cairan diberikan 80-100 ml/kgBB/hari.

2) Pengobatan medik
a) Digitalisasi
Digitalis akan memperbaiki kerja jantung dengan memperlambat dan
memperkuat kontraksi jantung serta meninggikan curah jantung. Dosis digitalis
:
1 Digoksin oral untuk digitalisasi cepat 0,5 – 2 mg dalam 4 – 6 dosis selama 24
jam dan dilanjutkan 2 x 0,5 mg selama 2 – 4 hari.
2 Cedilanid IV 1,2 – 1, 6 mg dalam 24 jam. Dosis penunjang untuk gagal
jantung : Digoksin 0,25 mg sehari untuk pasien usia lanjut dan gagal ginjal
dosis disesuaikan. Dosis penunjang digoksin untuk fibrilasi atrium 0,25 mg.

b) Diuretik
Diuresis dapat mengurangi beban awal (preload), tekanan pengisian yang
berlebihan dan secara umum untuk mengatasi retensi cairan yang berlebihan.
Yang digunakan : furosemid 40 – 80 mg. Pemberian dosis penunjang
bergantung pada respon, rata-rata 20 mg sehari.

c) Vasodilator
Obat vasodilator menurunkan tekanan akhir diastolic ventrikel kiri dan
menghilangkan bendungan paru serta beban kerja jantung jadi berkurang.
Preparat vasodilator yang digunakan :
1. Nitrogliserin 0,4–0,6 mg sublingual atau 0,2–2 mg/kgBB/menit IV
2. Nitroprusid 0,5 – 1 mg/kgBB/menit IV

d) Pengobatan penunjang lainnya bersifat simptomatik

5
1) Jika terjadi anemia, maka harus ditanggulangi dengan pemberian sulfa
ferosus, atau tranfusi darah jika anemia berat.
2) Jika terdapat infeksi sistemik berikan antibiotik Untuk penderita gagal
jantung anak-anak yang gelisah, dapat di-berikan penenang; luminal dan morfin
dianjurkan terutama pada anak yang gelisah. (Long, Barbara C, Perawatan
Medikal Bedah : Suatu Pendekatan Proses Keperawatan, 2013).
3) Operatif
Pemakaian Alat dan Tindakan Bedah antara lain :
a) Revaskularisasi (perkutan, bedah).
b) Operasi katup mitral.
c) Aneurismektomi.
d) Kardiomioplasti.
e) External cardiac support.
f) Pacu jantung, konvensional, resinkronisasi pacu jantung biventricular.
g) Implantable cardioverter defibrillators (ICD).
h) Heart transplantation, ventricular assist devices, artificial heart.

II. Asuhan Keperawatan Pada Penyakit Decompensasi Cordis


A. Pengkajian
Data dasar pengkajian fisik:
1) Aktivitas / istirahat
Gejala :
• Keletihan, kelelahan terus sepanjang hari
 Insomnia
• Nyeri dada dengan aktivitas
• Dispnea pada saat istirahat atau pada pengerahan tenaga
Tanda :
• Gelisah, perubahan status mental: letargi, TTV berubah pada aktivitas
2) Sirkulasi
Gejala:
 Riwayat hipertensi, MCI, episode gagal jantung kanan sebelumnya
 Penyakit katub jantung, bedah jantung, endokarditis, SLE, anemia, syok
septik, bengkak pada kaki, telapak kaki, abdomen, sabuk terlalu kuat
(pada gagal jantung kanan).
Tanda :
 TD mungkin menurun (gagal pemompaan), normal GJK ringan/ kronis
atau tinggi (kelebihan volume cairan/ peningkatan TD)
 Tekanan nadi menunjukkan peningkatan volume sekuncup

6
 Frekuensi jantung takikardia (gagal jantung kiri)
 Irama jantung: sistemik, misalnya; fibrilasi atrium, kontraksi ventrikel
prematur/ takikardia blok jantung
 Nadi apikal disritmia, misal: PMI mungkin menyebar dan berubah posisi
secarainferior kiri
 Bunyi jantung S3 (gallop) adalah diagnostik, S4 dapat terjadi, S1 dan S2
mungkin lemah
 Murmur sistolik dan diastolik dapat menandakan adanya katup atau
insufisiensi
 Nadi: nadi perifer berkurang, perubahan dalam kekuatan denyutan dapat
terjadi, nadi sentral mungkin kuat, misal: nadi jugularis coatis
abdominal terlihat
 Warna kulit kebiruan, pucat, abu-abu, sianotik
 Punggung kuku: pucat atau sianotik dengan pengisian kapiler lambat.
 Hepar: pembesaran/ dapat teraba, reffek hepato jugulans • Bunyi napas:
krekels, ronchi
 Edema: mungkin dependen, umum atau pitting, khususnya pada
ekstremitas
 DVJ

3) Integritas ego
Gejala:
 Ansietas, khawatir, takut
 Stres yang B.d penyakit/finansial

Tanda:

• Berbagai manifestasi perilaku, misal: ansietas, marah, ketakutan

4) Eliminasi
Gejala:
 Penurunan berkemih, urine berwarna gelap, berkemih malam hari
(nokturia), diare/ konstipasi

5) Makanan/ cairan
Gejala
 Kehilangan nafsu makan
 Mual/ muntah

7
 Penambahan BB significant
 Pembengkakan pada ekstremitas bawahPakaian sepatu terasa sesak
 Diet tinggi garam/ makanan yang telah diproses, lemak gula dan kafein
 Penggunaan diuretic
Tanda :

 Penambahan BB cepat

 Distensi abdomen (asites), edema (umum, dependen, atau pitting)

6) Hygiene

Gejala :

 Keletihan, kelemahan, kelelahan selama aktivitas perawatan diri

Tanda:

 Penampilan menandakan kelalaian perawatan personal

7) Neurosensori
Gejala:

 Kelemahan, peningkatan episode pingsan

Tanda: .
 Letargi, kuat fikir, disorientasi, perubahan perilaku, mudah tersinggung

8) Nyeri kenyamanan

Gejala:

• Nyeri dada, angina akut atau kronis

 Nyeri abdomen kanan atas

Tanda:

 Tidak tenang, gellisah

8
 Fokus menyempit (menarik diri)

• Perilaku melindungi diri

9) Pernapasan

Gejala:

 Dispnea saat aktivitas, tidur sambil duduk atau dengan beberapa bantal

 Batuk dengan / tanpa sputum

 Riwayat penyakit paru kronis

 Penggunaan bantuan pernapasan, misal oksigen atau medikasi

Tanda:

• Pernapasan takipnea, napas dangkal, pernapasan laboral, penggunaan


otot aksesori

• Pernapasan nasal faring

 Batuk kering/ nyaring/ non produktif atau mungkin batuk terus menerus
dengan/ tanpa sputum

 Sputum : mungkin bercampur darah, merah muda/ berbuih, edema


pulmonal
 Bunyi napas: mungkin tidak terdengar dengan krakels banner dan
mengi Fungsi mental; mungkin menurun, letargik, kegelisahan, warna
kulit pucat/ sianosis .

10) Pemeriksaan penunjang

a. Radiogram dada

9
 Kongesti vena paru Redistribusi vaskular pada lobus-lobus atas paru

• Kardiomegall

b. Kimia darah

 Hiponatremia

• Hiperkalemia pada tahap lanjut dari gagal jantung BUN dan kreatinin
meningkat

c. Urine

• Lebih pekat

 BJ meningkat

 Na meningkat

d. Fungsi hati

 Pemanjangan masa protombin

 Peningkatan bilirubin dan enzime hati (SGOT dan SGPT meningkat)

B. Diagnosa Keperawatan (SDKI,2017)


1) Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan irama
jantung,perubahan frekuensi jantung,perubahan kontraktilitas, perubahan
preload,perubahan afterload
2) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi-
perfusi, perubahan membran alveolus-kapilers
3) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
oksigen, kelemahan,tirah baring,imobilitas, gaya hidup monoton
4) Gangguan integritas kulit atau jaringan berhubungan dengan perubahan
sirkulasi, perubahan status nutrisi(kelebihan atau kekurangan),
kekurangan/kelebihan volume cairan, penurunan mobilitas, bahan kimia iritatif,
suhu linkungan yang ekstrim, Faktor mekanis (mis. penekanan pada tonjolan
tulang, gesekan) atau energi listrik bertegangan tinggi),faktor elektris
(elektrodiatermi,Efek samping terapi radiasi,Kelembaban,Proses
penuaan,Neuropati perifer, Perubahan pigmentasi,Perubahan hormonal

10
,Kurang terpapar informasi tentang upaya mempertahankan/melindungi
integritas jaringan
5) Hipervolemia berhubungan dengan Gangguan mekanisme regulasi, Kelebihan
asupan cairan, Kelebihan asupan natrium, Gangguan aliran balik vena, Efek
agen farmakologis (mis. kortikosteroid, chlorpropamide, tolbutamide,
vincristine, tryptilinescarbamazepine)
6) Defisit pengetahuan tentang(spesifikkan) berhubungan dengan Keteratasan
kognitif, Gangguan fungsi kognitif, Kekeliruan mengikuti anjuran, Kurang
terpapar informasi, Kurang minat dalam belajar, Kurang mampu mengingat,
Ketidaktahuan menemukan sumber informasi

C. Intervensi Keperawatan (SIKI 2018 & SLKI,2019)


N Diagnosa Tujuan&kriteria Imtervensi Keperawatan Rasional
o hasil
1. Penurunan Setelah PERAWATAN JANTUNG 1. memberikan
curah jantung dilakukan asuhan Definisi : Mengidentifikasi, informasi tentang
berhubungan keperawatan merawat dan membatasi penurunan curah
dengan selama 3x24jam komplikasi akibat jantung
ketidakseimbangan antara
perubahan diharapkan 2. meningkatkan
suplai dan konsumsi
irama penurunan curah oksigen miokard. pemahaman klien
jantung,frekuen jantung teratasi tentang
si dengan kriteria Tindakan penurunan curah
jantung,kontrak hasil : Observasi jantung,penyebab,
tilitas, 1. edema pencegahan nya
 Identifikasi
perubahan menurun 3. memfasilitasi
tanda/gejala primer
preload dan 2.dispnea penurunan curah proses perawatan
afterload menurun jantung (meliputi klien pada
3. pucat menurun dispnea,kelelahan, masalah
Murmur jantung edema, penurunan curah
menurun ortopnea, jantung
4. pulmonary paroxysmal
nocturnal dyspnea,
vascular
peningkatan CVP)
resistanse  Identifikasi
menurun tanda/gejala
5. systemic sekunder penurunan
vascular curah jantung
resistance (meliputi
peningkatan berat
6.cardiac index

11
meningkat badan,
7.kekuatan nadi hepatomegali,
meningkat distensi vena
jugularis, palpitasi,
8.tekakanan
ronl ni basah,
darah membaik oliguria, batuk, kulit
pucat)
 Monitor tekanan
darah (termasuk
tekanan darah
ortostatik, jila perlu)
 Monitor intake dan
output cairan
 Monitor berat badan
setiap hari pada
waktu yang sama
 Monitor saturasi
oksigen
 Monitor keluhan
nyeri dada (mis.
intensitas,
lokasi,radiasi,durasi,
presivitasi yang
mengurangi nyeri)
 Monitor EKG 12
sadapan
 Monitor aritmia
(kelainan irama dan
frekuensi)
 Monitor nilai
laboratorium jantung
(mis. elektrolit,
enzim jantung, BNP,
NTpro-BNP)
 Monitor fungsi alat
pacu jantung
 Periksa takanan
darah dan frekuensi
nadi sebelum dan
sesudah aktivitas
 Periksa tekanan
darah dan frekuensi
nadi sebelum
pemberian obat (mis,
beta blocker, ACE
inhibitor, calcium

12
channel blocker,
digoksin)

Terepeutik

 Posisikan pasien
semi-Fowler atau
Fowler dengan kaki
ke bawah atau posisi
nyaman
 Berkan diet jantung
yang sesuai (mis.
batasi asupan kafein,
natrium, kolesterol,
dan makanan
 Gunakan stocking
elastis atau
pneumatik
intermiten, sesuai
indikasi tinggi lerak)
 Fasilitasi pasien dan
keluarga untuk
modifikasi gaya
hidup sehari hari
 Berikan terapi
relaksasi untuk
mengurangi stres,
jika perlu Berikan
dukungan emosional
dan spiritual
 Berikan oksigen
untuk
mamperlahankan
saturasi oksigen
>94%

Edukasi

 Anjurkan
beraktivitas fisik
sesuai toleransi
 Anjurkan
beraktivitas fisik
secara bertahap
 Anjurkan berhenti
merokok
 Ajarkan pasien dan

13
keluarga mengukur
berat badan harian
 Ajarkan pasien dan
keluarga mengukur
Intake dan output
cairan harian

Kolaborasi

 Kolaborasi
pemberian
antiaritmia, jika
perlu
 Rujuk ke program
rehabilitasi jantung
2. Gangguan Setelah PEMANTAUAN 1.memantau pola
pertukaran gas dilakukan asuhan RESPIRASI nafas pada klien
berhubungan keperawatan Definisi :Mengumpulkan 2.memfasilitasi
dengan selama 2x 24 dan menganalisis data untuk proses perawatan
ketidakseimban jam diharapkan memastikan kepalanan jalan pada masalah
napas dan keefektifan
gan ventilasi- gangguan gangguan
pertukaran gas
perfusi, pertukaran gas pertukaran gas
perubahan teratasi dengan Tindakan 3.memonitor
membran kriteria hasil: Observasi keadaan klien
alveolus- 1. dispnea  Monitor frekuensi, 4.memenuhi
kapilers menurun irama, kedalaman ketuhan klien
2. bunyi nafas dan upaya napas yang
Monitor pola napas
tambahan berhubungan
(seperti bradipnea,
menurun takipnea, dengan
3. napas cuping hiperventilasi, pernafasan
hidung menurun Kussmaul, Cheyne-
4.warna kulit Stokes,Biot, ataksik)
membaik  Monitor kemampuan
batuk efektif
5.pols nafas
 Monitor adanya
membaik produksi sputum
6.PCO2  Monitor adanya
membaik sumbatan jalan
7.PO2 membaik napas Palpasi
kesimetrisan
ekspansi paru
 Auskultasi bunyi
napas
 Monitor saturasi

14
oksigen
 Monitor nilai AGD
 Monitor hasil x-ray
toraks

Terapeutik

 Atur interval
pemantauan respirasi
sesuai kondisi pasien
 Dokumentasikan
hasil pemantauan
Edukasi
 Menjelaskan tujuan
dan prosedur
pemantauan
 Informasikan hasil
pemantauan, jika
perlu
3. Intoleransi Setelah MANAJEMEN ENERGI 1. membantu
aktivitas dilakukan asuhan Definisi : Mengidentifikasi pasien untuk
berhubungan keperawatan dan mengelola penggunaan melakukan
dengan selama 2x 24 energi untuk mengatasi atau maajemen energi
mencegah kelelahan dan
ketidakseimban jam diharapkan 2. memfasilitasi
mengoptimalkan proses
gan antara masalah pemihan. kbutuhan pasien
suplai dan intoleransi 3. membantu
oksigen, aktivitas teratasi Tindakan pasien untuk
kelemahan,tirah dengan kriteria Observasi beraktivitas
baring,imobilita hasil: seperti biasanya
 Identifikasi
s, gaya hidup 1. frekuensi nadi secara bertahap
gangguan fungsi
monoton meningkat tubuh yang
2. saturasi mengakibatkan
oksigen kelelahan -Monitor
meningkat kelelahan fisik dan
3.kemudahan nal
dalam  Monitor pola dan
jam tidur
melakukan
 Monitor lokasi dan
aktivitas sehari ketidaknyaman
hari meningkat selama melakukan
4.keluhan lelah aktivitas
menurun Terapeutik
5. dispnea saat  Sediakan lingkungan
nyaman dan rendah
beristirahat
stimulus (mis,
15
menurun cahaya, suara,
6. warna kulit kunjungan)
membaik  Lakukan latihan
rentang gerak pasif
7)frekuensi nafas
dan/atau aktif –
membaik  Berikan aktivitas
8)tekanan darah distraksi yang
membaik menenangkan
 Fasilitasi duduk di
sisi tempat tidur, jika
tidak dapat
berpindah atau
berjalan Edukasi
 Anjurkan tirah
baring
 Anjurkan melakukan
aktivitas secara
bertahap
 Anjurkan
menghubungi
perawat jika anda
dan gejala kelelahan
tidak
 Ajarkan strategi
koping untuk
mengurangi
kelelahan berkurang

Kolaborasi

 Kolaborasi dengan
ahli gizi tentang cara
meningkatkan
asupan makanan.

16
D. Implementasi keperawatan
Merupakan tahap ke empat dalam tahap proses keperawatan dengan
melaksanakan berbagai strategi keperawatan (tindakan keperawatan), Serangkaian
kegiatan yang di lakukan oleh perawat sesuai dengan intervensi yang telah dibuat.

E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah stadium pada proses keperawatan dimana taraf keberhasilan
dalam pencapaian tujuan keperawatan dinilai dan kebutuhan untuk memodifikasi
tujuan atau intervensi keperawatan ditetapkan (Brooker, 2001).
Evaluasi keperawatan terdiri 2 jenis :
1.Evaluasi Sumatif : evaluasi yang dilakukan setelah akhir tindakan
keperawatan,berorientasi pada masalah,maju/tidak berhasil.
2.Evaluasi Formatif : evaluasi yang dilakukan setiap tindakan, berorientasi pada
etiologi, dilakukan secara terus menerus sampai tujuan yang telah sitentukan
tercapai.

17
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Gagal jantung merupakan penyakit yang dilibatkan oleh ketidakmampuan
jantung dalam melakukan kontraksi atau pompa sehingga terjadi penurunan cardiac
output sehingga aliran darah ke seluruh tubuh terjadi penurunan.dampak dari
penurunan cardiak out put, akan mengakibatkan volume darah dalam ventrikel kiri
menumpuk dan berdampak pada meningkatnya aliran darah balik yang menuju
atrium,paru paru dan jantung bagian kanan. Untuk mengatasi masalah ini maka
diperlukan pengobatan untuk meningkatkan kontraktilitas jantung dalam rangka
menurunkan penimbunan darah dalam jantung. Berdasarkan penurunan
kemampuan pompa jantung,maka akan menimbulkan gejala sesak nafas,perasaan
tidak bertenaga dan pada akhirnya terjadi penurunan kemampuan aktivitas pasien.
B. Saran
Lakukan pencegahan dini untuk mengurangi resiko menderita penyakit
decompensasi cordis (gagal jantung) , pola hidup sehat berpengaruh besar dalam
proses kerja jantung, kurangi kegiatan yang dapat memicu terjadinya gagal
jantung.

18
DAFTAR PUSTAKA

M. Bachrudin,Moh.Najib.2016.keperawatan medikal bedah 1.Pusdik SDM Kesehatan: kebayoran


baru Jakarta Selatan. Hal 30.
Majid, Abdul.2018. Asuhan Keperawatan pada pasien dengan gangguan kardiovaskular.Pustaka
Baru :Yogyakarta. Hal 93-97
Aspiani.2016.Asuhan Keperawatan klien gangguan kardiovaskular.Jakarta: Buku kedokteran EGC
Kasron,2012. Buku Ajar : Gangguan Sistem Kardiovaskuler. Yogyakarta .Nuha Medika.
Arif Muttaqin.2009. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskular dan Hematologi. Jakarta: Salemba Medika.
Marilyn E Doengoes, Mary Francis Moorhoure,Alice C, Geissler 2000. Rencana Asuhan
Keperawatn,peduman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien.
Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan Keperawatan ,
Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.
PPNI (2019). Standar Luaran Keperawatn Indonesia : Dfinisi dan Kriteria Hasil Keperawatan,
Edisi 1 .Jakarta : DPP PPNI.
PPNI (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan indikator Diagnostik, edisi
1. Jakara : DPP PPNI.

19

Anda mungkin juga menyukai