Anda di halaman 1dari 29

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN CAD

Sebagai Salah Satu Tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah I


Pada Proses Belajar Mengajar Semester III
Jurusan Keperawatan Ambon

Disusun Oleh
KELOMPOK 11 :
Wa Ode Risdianti Buradi
NIM. P07120120072

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALUKU


JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN AMBON
2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan rahmat-nya telah menyelesaikan tugas askep ini tepat pada waktunya. Tugas
yang berjudul “Askep Pada Pasien dengan CAD” saya susun sebagai pemenuhan
tugas yang telah diberikan kepada saya.
Ucapan terima kasih kepada bapak Abd. Rivai S. Dunggio, A.Kp., M.
Kes sebagai dosen pada mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah 1 yang sudah
membantu dalam memperbaiki tugas askep ini. Semoga tugas askep ini dapat
bermanfaat demi menambah pengetahuan kepada semua orang yang membacanya.
Namun, saya menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari kata sempurna.
Untuk itu segala tanggapan atau kritikan dan saran dari berbagai pihak saya terima
dengan senang hati demi perbaikan tugas ini.

Buton, 31 Agustus 2021

Penulis

ii
DAFTAR PUTAKA

Cover ...................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ............................................................................ ii
DAFTAR ISI .......................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................... 1
C. Tujuan Penulis ............................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN ...................................................................... 3
A. Pengertian CAD ......................................................................... 3
B. Penyebab dari CAD .................................................................... 3
C. Patofisiologi CAD ...................................................................... 6
D. Manifestasi klinik dari CAD .................................................... 7
E. Pemeriksaan diagnostic dari CAD ............................................. 9
F. Penatalaksanaan dari CAD ......................................................... 12
G. Konsep Asuhan Keperawatan CAD ........................................... 13
BAB III PENUTUP .............................................................................. 23
A. Kesimpulan ................................................................................. 23
B. Saran ........................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 24

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan suatu masalah


kardiovaskuler utama yang menyebabkan angka perawatan rumah sakit dan
angka kematian yang tinggi. Coronary Artery Disease (CAD) atau Penyakit
Jantung Koroner (PJK) merupakan salah satu penyakit kardiovaskuler,
dimana terdapat gangguan fungsi jantung dikarenakan otot jantung
kekurangan darah akibat adanya penyempitan pembuluh darah koroner,
biasanya disebabkan oleh aterosklerosis. Selain aterosklerosis, banyak faktor
yang turut berkontribusi terhadap terjadinya PJK diantaranya PJK disebabkan
oleh 2 faktor yaitu faktor yang dapat diubah dan factor tidak dapat diubah.
Faktor yang tidak dapat diubah adalah usia, jenis kelamin dan riwayat
keluarga. Sedangkan faktor yang dapat diubah yaitu hyperlipidemia,
hipertensi, diabetes mellitus, gaya hidup, merokok maupun stress psikologis
Ketika kontrol faktor risiko dan terapi obat-obatan kurang memberikan
manfaat, maka tindakan revaskularisasi perlu dipertimbangkan sebagai bagian
dari penanganan PJK sesuai kondisi pasien. Mengingat keparahan dampak
yang ditimbulkan, maka setiap orang yang dicurigai memiliki gejala
terindikasi PJK, utamanya sindrom koroner akut harus mendapatkan
perhatian medis segera dan sesuai. Semakin cepat perawatan dimulai,
semakin baik peluang untuk bertahan hidup (Sweis & Jivan, 2019).
Kemudian, sebagai perawat sangat penting untuk melakukan penilaian
terhadap potensial komplikasi suatu terapi medis terhadap pasien (Rahman,
2018).

B. Rumusan Masalah
1. Apa defenisi dari CAD?
2. Apa penyebab dari CAD?

1
3. Bagaimana patofisiologi CAD?
4. Bagaiaman manifestasi klinik dari CAD?
5. Bagaimana pemeriksaan diagnostic dari CAD?
6. Bagaimana penatalaksanaan dari CAD?
7. Bagaimana konsep asuhan keperawatan CAD?

C. Tujuan Penulis
1. Mengetahui defenisi dari CAD
2. Mengetahui penyebab dari CAD
3. Mengetahui patofisiologi CAD
4. Mengetahui manifestasi klinik dari CAD
5. Mengetahui pemeriksaan diagnostic dari CAD
6. Mengetahui penatalaksanaan dari CAD
7. Mengetahui konsep asuhan keperawatan CAD

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian CAD

Penyakit arteri koronaria (coronary artery disease, CAD) merupakan


keadaan dimana terjadi penumpukan plak pembuluh darah koroner, hal ini
menyebabkan arteri koroner menyempit atau tersumbat. Arteri koroner
merupakan arteri yang menyuplai darah ke otot jantung dengan membawa
oksigen yang banyak. Terdapat beberapa faktor memicu penyakit ini yaitu:
gaya hidup, faktor genetik, usia dan penyakit penyerta yang lain (Sherwood,
2014). Kondisi patologis arteri koroner ini ditandai dengan penimbunan lipid
abnormal atau bahan lemak dan jaringan fibrosa pada dinding pembuluh
darah yang mengakibatkan perubahan struktur dan fungsi arteri serta
penurunan aliran darah ke jantung (Muttaqin, 2009). Ketika penyumbatan di
arteri koroner menjadi lebih parah, pasien akan merasakan angina (nyeri
dada), yang bisa menyebabkan kondisi infark miokard yang fatal (umumnya
dikenal sebagai “serangan jantung”) (AHA, 2016).

B. Penyebab CAD

Penyebab dari penyakit CAD ini ialah adanya sumbatan pada arteri
koroner, yang dapat menyebabkan serangan jantung iskemia miokardium
melalui tiga mekanisme: spasme vaskular hebat arteri koronaria,
pembentukan plak aterosklerotik dan tromboembolisme (Sherwood, 2014).
1. Spasme Vaskular
Spasme vaskular merupakan suatu konstriksi spastik abnormal yang
secara transien (sekejap/seketika) menyempitkan pembuluh koronaria.
Spasme ini terjadi jika oksigen yang tersedia untuk pembuluh koronaria
terlalu sedikit, sehingga endotel (lapisan dalam pembuluh darah)
menghasilkan platelet activating factor (PAF). PAF memiliki efek utama

3
yaitu menghasilkan trombosit. PAF ini akan berdifusi ke otot polos
vaskular di bawahnya dan menyebabkan kontraksi, sehingga
menimbulkan spasme vaskular.
2. Pembentukan Aterosklerosis
Aterosklerosis adalah penyakit degeneratif progresif pada arteri yang
menyebabkan oklusi (sumbatan bertahap) pembuluh tersebut, sehingga
mengurangi aliran darah yang melaluinya. Aterosklerosis ditandai
dengan plak-plak yang terbentuk di bawah lapisan dalam pembuluh di
dinding arteri, dimana plak tersebut terdiri dari inti kaya lemak yang
dilapisi oleh pertumbuhan abnormal sel otot polos, ditutupi oleh tudung
jaringan ikat kaya kolagen. Plak ini akan membentuk tonjolan ke dalam
lumen pembuluh arteri.
3. Tromboembolisme
Plak aterosklerotik yang membesar dapat pecah dan membentuk bekuan
abnormal yang disebut trombus. Trombus dapat membesar secara
bertahap hingga menutup total pembuluh arteri di tempat itu, atau aliran
darah yang melewatinya dapat menyebabkan trombus terlepas. Bekuan
darah yang mengapung bebas ini disebut embolus, yang dapat
menyebabkan sumbatan total mendadak pada pembuluh yang lebih kecil.

Adapun faktor resiko dari penyakit CAD ini ialah (Muttaqin, 2009):
1. Usia.
Kerentanan terhadap terjadinya CAD meningkat dengan bertambahnya
usia. Cukup bertambah tua meningkatkan risiko arteri yang rusak dan
menyempit karena terjadi perubahan fungsi pembuluh darah sehingga
terjadi hilangnya elastisitas pembuluh darah.
2. Merokok
Rokok adalah faktor risiko utama penyakit jantung koroner. Kandungan
nikotin dan karbon monoksida dalam asam rokok dapat membebani kerja
jantung, dengan memacu jantung bekerja lebih cepat. Karena kedua
senyawa tersebut juga meningkatkan risiko terjadinya penggumpalan

4
darah. Senyawa lain dalam rokok juga dapat merusak dinding arteri
jantung dan menyebabkan penyempitan.
3. Hiperlipidemia
Hiperlipidemia merupakan tingginya kolesterol dengan kejadian penyakit
arteri koroner memiliki hubungan yang erat. Lemak yang tidak larut
dalam air terikat dengan lipoprotein yang larut dengan air yang
memungkinkannya dapat diangkut dalam system peredaran darah. Tiga
komponen metabolisme lemak, kolesterol total, lipoprotein densitas
rendah (low density lipoprotein) dan lipoprotein densitas tinggi (high
density lipoprotein). Peningkatan kolestreol low density lipoprotein
(LDL) dihubungkan dengan meningkatnya risiko koronaria dan
mempercepat proses arterosklerosis. Sedangkan kadar kolesterol high
density lipoprotein (HDL) yang tinggi berperan sebagai faktor pelindung
terhadap penyakit arteri koronaria dengan cara mengangkut LDL ke hati,
mengalami biodegradasi dan kemudian diekskresi.
4. Tekanan darah tinggi
Tekanan darah tinggi merupakan faktor risiko yang dapat menyebabkan
penyakit arteri koroner. Tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol dapat
menyebabkan pengerasan dan penebalan arteri sehingga mempersempit
saluran yang akan dilalui oleh darah. Tekanan darah tinggi yang terus
menerus menyebabkan suplai kebutuhan oksigen jantung menurun
5. Diabetes mellitus.
Pada penderita diabetes mellitus cenderung memiliki prevalensi
aterosklerosis yang lebih tinggi. Hal ini diakibatkan karena penderita
diabetes mellitus viskositas darahnya meningkat sehingga aliran darah
melambat hal ini yang menyebabkan timbulnya plak dan terjadi
aterosklerosis.

5
C. Patofisiologis CAD

PJK biasanya disebabkan oleh aterosklerosis, sumbatan pada arteri


coroner oleh plak lemak dan fibrosa (LeMone, Burke, & Bauldoff, 2016).
Plak atheroma pembuluh darah coroner dapat pecah akibat perubahan
komposisi plak dan penipisan fibrosa yang menutupi plak tersebut. Kejadian
ini akan diikuti oleh proses agregasi trombosit dan aktivasi jalur koagulasi
sehingga terbentuk thrombus yang kaya trombosit (white thrombus).
Thrombus ini akan menyumbat lubang pembuluh darah coroner, baik secara
total maupun parsial; atau menjadi mikroemboli yang menyumbat pembuluh
coroner (PERKI, 2018).
Berkurangnya aliran darah coroner menyebabkan iskemia miokardium.
Ketika kebutuhan oksigen miokardium lebih besar dibanding yang dapat
disuplai oleh pembuluh yang tersumbat sebagian, sel miokardium menjadi
iskemik dan berpindah ke metabolisme anaerob. Metabolisme anaerob
menghasilkan asam laktat yang merangsang ujung saraf otot, menyebabkan
nyeri. Selain itu, penumpukan asam laktat mempengaruhi permeabilitas
membrane sel, yang melepaskan zat seperti histamine, kinin, enzim khusus
yang merangsang serabut saraf terminal diotot jantung dan mengirimkan
impuls nyeri ke system saraf pusat. Nyeri berkurang saat suplai oksigen
kembali dapat memenuhi kebutuhan miokardium (LeMone, Burke, &
Bauldoff, 2016).
Sementara, ketika suplai oksigen berhenti dalam waktu kuranglebih 20
menit menyebabkan miokardium mengalami nekrosis (infark miokard/IM)
(PERKI, 2018). Infark miokard tidak selalu disebabkan oleh oklusi total
pembuluh darah coroner. Sumbatan sub total yang disertai vasoknstrikasi
yang dinamis juga dapat menyebabkan terjadinya iskemia dan nekrosis
jaringan otot jantung (miokard). Selain nekrosis, iskemia juga menyebabkan
gangguan kontraktilitas miokardium (setelah iskemia hilang), serta distrimia
dan remodelling ventrikel (perubahan bentuk, ukuran, dan fungsi ventrikel).
Pada sebagian pasien, SKA terjadi karena sumbatan dinamis akibat spasme

6
local arteria coroner epikardial (angina prinsmetal). Penyempitan arteri
koronaria, tanpa spasme maupun thrombus, dapat diakibatkan oleh progresi
pembentukan plak atau restenosis setelah Percutant Coronary Intervention
(PCI) atau intervensi coroner perkutan (IKP) (PERKI, 2018).

D. Manifestasi Klinik (CAD)

Pasien yang sudah mengalami CAD bisa saja tidak timbul gejala
apapun. Semakin besar sumbatan yang ada di dalam pembuluh darah, maka
aliran darah yang dapat melewatinya semakin sedikit, dan kemungkinan
untuk timbulnya gejala semakin besar. Pasien biasanya baru mengetahui
adanya CAD setelah timbul gejala. Gejala-gejala yang dapat timbul akibat
CAD antara lain (Mediskus, 2017) :
1. Nyeri Dada
Gejala yang paling sering terjadi akibat CAD adalah adanya nyeri dada
atau biasa disebut dengan angina pectoris. Nyeri dada ini dirasakan
sebagai rasa tidak nyaman atau tertekan di daerah dada, sesuai dengan
lokasi otot jantung yang tidak mendapat pasokan oksigen. Nyeri dapat
menjalar ke daerah bahu, lengan, leher, rahang, atau punggung. Keluhan
akan dirasakan semakin memberat dengan adanya aktivitas.
2. Sesak
Jika jantung tidak mampu memompakan darah keseluruh tubuh akibat
adanya gangguan pada kontraktilitas jantung, hal ini dapat
mengakibatkan penumpukan darah dijantung sehingga terjadi aliran balik
ke paru-paru hal ini menyebabkan timbulnya penumpukan cairan di
dalam paru-paru maka seseorang akan mengalami sesak nafas
3. Aritmia
Aritmia adalah gangguan dalam irama jantung yang bisa menimbulkan
perubahan elektrofisiologi otot-otot jantung. Perubahan elektrofisiologi
ini bermanifestasi sebagai bentuk potensial aksi yaitu rekaman grafik

7
aktivitas listrik sel misalnya perangsangan simpatis akan meningkatkan
kecepatan denyut jantung.
4. Mual Muntah
Nyeri yang dirasakan pada pasien dengan penyakit jantung adalah di
dada dan di daerah perut khususnya ulu hari tergantung bagian jantung
mana yang bermasalah. Nyeri pada ulu hati bisa merangsang pusat
muntah. Area infark merangsang refleks vasofagal.
5. Keringat Dingin
Pada fase awal infark miokard terjadi pelepasan ketekolamin yang
meningkatkan stimulasi simpatis sehingga terjadi vasokontriksi
pembuluh darah perifer sehingga kulit akan menjadi berkeringat, dingin
dan lembab.
6. Lemah dan Tidak Bertenaga
Dapat terjadi disebabkan karena jantung tidak mampu memompakan
darahnya keseluruh tubuh sehingga suplai oksigen kejaringan berkurang
sehingga seseorang merasakan kelemahan.

8
9
GAMBAR 1
PATOFLOW CAD (LEWIS ET AL., 2014; NANDA 2015-2017; SMELTZER ET AL., 2010

E. Pemeriksaan Diagnostik CAD

Pemeriksaan yang dapat dilakukan ialah pemeriksaan tekanan darah, tes


darah dan tes kadar gula/protein dalam air seni, dll. Pemeriksaan terkait
lainnya mencakup (AHA, 2016):
1. Elektrokardiogram (EKG)
Pemeriksaan EKG pada saat latihan fisik dilakukan untuk mengkaji
respon jantung terhadap peningkatan beban kerja seperti latihan fisik.
Pemeriksaan dianggap positif PJK jika ditemukan iskemia miokard pada
EKG yakni adanya penurunan segmen ST, pasien mengalami nyeri dada,

10
atau pemeriksaan dihentikan jika terjadi keletihan berlebihan, atau gejala
lain sebelum perkiraan laju jantung maksimal dicapai (LeMone, Burke,
& Bauldoff, 2016).
Pada sindroma koroner akut, terdapat beberapa perubahan EKG
(dilakukan saat pasien berbaring atau istirahat), dimana temuan yang
penting terutama pada segmen ST dan gelombang T. Perbedaan antara
STEMI dan NSTEMI adalah adanya elevasi segmen ST pada STEMI.
Sebagian kecil pasien dengan unstable angina dan NSTEMI memiliki
gambaran EKG yang normal. Perubahan pada segmen ST maupun T
inversi pada hasil EKG pada saat disertai gejala menunjukkan bahwa
terdapat penyakit kardiovaskular yang serius. EKG pada unstable angina
dan NSTEMI sering menunjukkan gambaran iskemik berupa depresi
segemen ST dan atau inversi gelombang T.
Jika pemeriksaan EKG awal tidak menunjukkan kelainan atau
menunjukkan kelainan yang non-diagnostik sementara angina masih
berlangsung, maka pemeriksaan diulang 10-20 menit kemudian. Jika
EKG ulangan tetap menunjukkan gambaran non-diagnostik sementara
keluhan angina sangat sugestif SKA, maka pasien dipantau selama 12-24
jam. EKG diulang setiap terjadi angina berulang atau setidaknya 1 kali
dalam 24 jam (PERKI, 2018).

2. Pemeriksaan laboratorium
a. Perubahan enzim jantung, isoenzim, troponin T dan troponin I
1) CK-MB isoenzim yang ditemukan pada otot jantung meningkat
antara 4-6 jam, memuncak dalam 12-24 jam, kembali normal
dalam 48-72 jam.
2) LDH meningkat dalam 14-24 jam, memuncak dalam 48-72 jam
dan kembali normal dalam 7-14 hari
3) Troponin-T, merupakan pertanda baru untuk infark miokard
akut, mulai meningkat 3-12 jam, puncak selama 12 jam – 2
hari, kembali normal 5 – 14 hari.

11
4) Troponin-I mulai meningkat 3 - 12 jam, puncak selama 24 jam,
kembali normal 5 – 10 hari.
b. Peningkatan lipid serum meliputi : Kolesterol >200 mg/dl.
Trigliserida >200 mg/dl, LDL >160mg/dl, HDL <35 (faktor resiko
CAD)
c. Echokardiografi
Digunakan untuk mengkaji fraksi ejeksi (normalnya > 55 % ),
gerakan segmen dinding, volume sistolik dan diastolik ventrikel,
regurgitasi katup mitral karena disfungsi otot papiler dan untuk
mendeteksi adanya thrombus mural, vegetasi katup, atau cairan
pericardial.
d. Angiografi koroner
Angiografi koroner adalah salah satu pemeriksaan invasif
untuk menggambarkan keadaan arteri koroner jantung dengan cara
memasukkan kateter pembuluh darah ke dalam tubuh dan
menginjeksikan cairan kontras untuk memberikan gambaran
pembuluh darah koroner pada pencitraan sinar-X segera setelah
kontras diinjeksikan (Jomansyah, 2013).
Angiografi koroner merupakan pemeriksaan yang paling
akurat dan sesuai standar untuk mengidentifikasi penyempitan
pembuluh darah yang berhubungan dengan proses aterosklerosis di
arteri koroner jantung. Selain itu, angiografi koroner merupakan
pemeriksaan yang paling andal untuk memberikan informasi anatomi
koroner pada pasien penyakit jantung koroner pasca pengobatan
medik maupun revaskularisasi, seperti Percutaneous Coronary
Intervention (PCI), or Coronary Artery Bypass Graft (CABG).
Angiografi koroner dilakukan jika hasil pemeriksaan non invasif
kurang informatif atau karena ada kontraindikasi pemeriksaan non
invasif (Jomansyah, 2013).

12
F. Penatalaksanaan CAD

Pengobatan yang dapat diberikan (AHA, 2016):


1. Aspirin : Obat ini bisa mengurangi viskositas darah dan memperlambat
atau mencegah penyumbatan arteri koroner.
2. Penyekat beta : Untuk memperlambat denyut jantung dan menurunkan
tekanan darah, untuk mengurangi beban kerja jantung.
3. Vasodilator : Untuk melebarkan pembuluh darah dan membantu
meringankan beban kerja jantung. Tersedia dalam berbagai bentuk,
seperti tablet sublingual, spray, dan patch.
4. Penghambat enzim konversi angiotensin (ACEI - AngiotensinConverting
Enzyme Inhibitors) : Obat-obatan ini berfungsi untuk menurunkan
tekanan darah. Digunakan untuk memperlambat perkembangan
komplikasi penyakit jantung koroner.
5. Penyekat saluran kalsium : Obat-obatan untuk menurunkan tekanan
darah yang bisa meningkatkan aliran darah di arteri koroner.
6. Bila diperlukan, dokter mungkin akan meresepkan statin (obat penurun
kolesterol) untuk pasien dengan kadar kolesterol darah yang tinggi.
7. Terapi reperfusi
Terapi reperfusi terdiri dari terapi fibrinolitik dan intervensi koroner
perkutan (PCI), merupakan hal penting dalam tatalaksana CAD. Sampai
saat ini belum ada terapi tertentu yang efektif untuk semua pasien dan
kondisinya. Pada pasien SKA di UGD atau ICCU dengan onset klinis
nyeri dada < 12 jam harus secepatnya dilakukan pemilihan dan
penentuan terapi reperfusi fibrinolitik atau intervensi koroner perkutan
(PCI). Waktu dan pemberian terapi reperfusi yang tepat sangat penting.
Idealnya waktu yang dibutuhkan dari pasien masuk ruang gawat darurat
sampai mulainya terapi fibrinolitik (doorto-needle time) adalah 30 menit,
sedangkan untuk PCI adalah 90 menit (Sungkar, 2017). Sobur (2020)
menyatakan bahwa apabila perkiraan waktu untuk pasien di rumah sakit
yang tidak memiliki fasilitas PCI dan waktu untuk mendapat PCI lebih

13
dari 120 menit, maka harus dilakukan fibrinolitik terlebih dahulu
sebelum melakukan rujukan ke RS yang memiliki fasilitias PCI.

G. Konsep Asuhan Kperawatan CAD

1. Pengkajian

a. Identitas Klien
Meliputi : nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, suku, bangsa,
pendidikan, pekerjaan, tanggal masuk rumah sakit, diagnosa medis,
nomor registrasi.

b. Riwayat Kesehatan Saat Ini (Keluhan Utama)


Pasien CAD biasanya mengeluh nyeri dada dan dapat dilakukan
dengan skala nyeri 0-10, 0 tidak nyeri dan 10 nyeri paling tinggi.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
1) Dalam hal ini yang dikaji atau ditanyakan pada klien antara lain
apakah klien pernah menderita hipertensi atau diabetes melitus,
infark miokard atau penyakit jantung koroner itu sendiri
sebelumnya. Serta ditanyakan apakah pernah MRS sebelumnya.
2) Alergi : Apakah pasien ada alergi baik makanan ataupun
lingkungan sekitar.

d. Riwayat Kesehatan Keluarga dan Sosial


1) Riwayat keluarga : Mengkaji pada keluarga, apakah keluarga
ada yang menderita jantung koroner. Riwayat penyakit CAD
umunya mewarisi juga faktor-faktorresiko lainya seperti
abnormal kadar kolesterol, dan peningkatan tekanan darah (A.
Fauzih Yahya 2010: hal 28)
2) Riwayat sosial : Perawat juga harus menanyakan ; adakah
konflik dalam keluarga atau kenalan dekat. Bagaimana

14
lingkungan tempat tinggal klien yang dapat menimbulkan polusi
udara seperti debu, asbes, atau toksin lain serta apakah klien
atau keluarga mempunyai hewan peliharaan, termasuk dada
burung ?

e. Riwayat Obat-Obat
Obat-obatan yang dikomsumsi setiap klien dapat memberikan efek
terapi dan efek samping. Perawat harus menanyakan; Obat apa yang
sedang dikonsumsi klien? Apakah klien mengkonsumsi tablet,
inhaler, nebulizer, atau oksigen? Apakah memberikan efek samping
ke jantung atau ke paru-paru?

f. Pemeriksaan Fisik

1) Pemeriksaan Fisik kepala


a) Kepala : bentuk kepala normal, rambut sebagian memutih,
merata, kulit kepala bersih tidak ada ketombe, tidak ada
benjolan dan lesi.
b) Mata : simetris kiri dan kanan, mata bersih, palpebra tidak
edema, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, pupil
isokor kiri dan kanan. Reflek cahaya positif, diameter
simetris kiri dan kanan dan tidak ada menggunakan alat
bantu penglihatan.
c) Hidung : simetris kiri dan kanan, tidak ada pernapasan
cuping hidung, tidak ada kotoran, tidak ada pembengkakan
dan polip Telinga : simetris kiri dan kanan, bersih, tidak ada
serumen, tidak ada laserasi, pendengaran masih baik.
d) Mulut : Pemeriksaan pada mulut kurang bersih, ada plak
pada gigi, mukosa bibir kering, reflek mengunyah dan
menelan baik, bibir tidak simeris.
e) Wajah : Simetris, tidak ada lesi, tampak pucat.

15
16
2) Pemeriksaan Leher
Tidak ada pembengkakan kelenjar getah bening, ada
pembesaran vena jugularis.
3) Pemeriksaan Thorak : Sistem pernapasan
Pada pemeriksaan paru- paru,
a) inspeks :simetris kiri kanan
b) palpasi:fremitus kiri dan kanan sama
c) perkusi : terdengar sonor
d) auskultasi:bronkovesikuler
4) Pemeriksaan Jantung : Sistem Kardiovaskular
a) inspeksi:iktus tidak terlihat
b) palpasi : iktus teraba di RIC V
c) perkusi:pekak,
d) batas jantung 1 jari di bawah RICVI, auskultasi : regular,
tidak ada bunyi tambahan.
5) Pemeriksaan Sistem Pencernaan dan Status Nutrisi
a) Inspeksi : tidak asites, tidak ada lesi
b) Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan, tidak teraba perbesaran
pada limpa dan hepar.
c) Perkusi : tympani Auskultasi : bising usus 10x/menit.

g. Pemeriksaan Penujang
Pada penyakit CAD pemeriksaan penunjang yang biasa dilakukan
yaitu :
1) Pemerikaan laboratorium (kadar Hb dan Leukosit pasien)
2) Radiologi photo thoraks
3) USG jantung
4) EKG jantung

17
2. Diagnosa Keperawatan
a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan preload,
afterload, kontraktilitas, frekuensi jantung.
b. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen.

3. Perencanaan Keperawatan

No
Diagnosa Keperawatan Perencanaan
.
1. Penurunan curah jantung Perawatan Jantung.
berhubungan dengan Mengidentifikasi, merawat dan
perubahan preload, membatasi komplikasi akibat
afterload, kontraktilitas, ketidakseimbangan antara suplai
frekuensi jantung. dan konsumsi oksigen miokard.

- Tindakan (observasi)
1. Indentifikasi tanda/gejala
primer penurunan curah
jantung (meliputi dispnea,
kelelahan, edema, ortopnea,
paroxysmal nocturnal
dyspnea, peningkatan CVP)
2. Identifikasi tanda/gejala
sekunder penurunan curah
jantung (meliputi
peningkatan berat
badan,hepatomegaly,
distensi vena jugularis,
palpitasi, ronkhi basah,
oliguria, batuk, kulit
pucat)Monitor tekanan
darah (termasuk tekanan
darah ortostatik, jika perlu)
3. Monitor saturasi oksigen
4. Monitor keluhan nyeri dada
(mis. intensitas, lokasi,
radiasi, durasi, presivitasi

18
yang mengurangi nyeri
5. Monitor EKG 12 sadapan
6. Monitor aritmia (kelainan
irama dan frekuensi)
7. Periksa tekanan darah dan
frekuensi nadi sebelum dan
sesudah aktivitas
8. Periksa tekanan darah dan
frekuensi nadi sebelum
pemberian obat (mis. beta
blocker, ACE, inhibitor,
calcium channel blocker,
digoksin)
Tindakan (terapeutik)
9. Posisikan klien semi-fowler
atau fowler dengan kaki ke
bawah atau posisi nyaman
10. Berikan diet jantung yang
sesuai (mis. batasi asupan
kafein, natrium, kolesterol,
dan makanan tinggi lemak)
11. Gunakan stoking elastis
atau pneumatic intermiten,
sesuai indikasi
12. Fasilitasi klien dan keluarga
untuk memodifikasi gaya
hidup sehat
13. Berikan terapi relaksasi
untuk mengurangi stress,
jika perlu
14. Berikan dukungan
emosional dan spiritual
15. Berikan oksigen untuk
mempertahankan saturasi
oksigen >94%

- Tindakan (edukasi)
1. Anjurkan beraktivitas fisik
sesuai toleransi
2. Anjurkan beraktivitas fisik

19
sesuai bertahap
3. Anjurkan berhenti merokok
4. Ajarkan pasien dan
keluarga mengukur berat
badan harian

- Tindakan (kolaborasi)
1. Kolaborasi pemberian
antiaritmia, jika perlu
2. Rujuk ke program
rehabilitasi jantung

2. Intoleransi aktivitas b.d - Manajemen energi


ketidakseimbangan antara 1. Kaji status fisiologi yang
suplai dan kebutuhan menyebabkan kelelahan
oksigen sesuai konteks usia dan
perkembangan • Anjurkan
psien mengungkapkan
perasaan secara verbal
mengenai keterbatasan yang
dialami
2. Monitor system
kardiorespirasi pasien
selama kegiatan (misalnya
takikardi, distritmia, dispnea
dan frekuensi pernafasan) •
Lakukan ROM aktif/pasif
untuk menghilangkan
ketegangan otot

- Terapi aktivitas
1. Pertimbangkan aktivitas
yang akan dilakukan
kemampuan pasien dalam
berpartisipasi melalui
aktivitas spesifik
2. Bantu klien memilih
aktivitas dan pencapaian
tujuan melalui aktivitas
yang konsisten dengan

20
kemampuan fisik
3. Bantu klien
mengidentifiksikan aktivitas
yang diinginkan
4. Bantu klien dan keluarga
untuk mengidentifikasi
kelemahan dalam level
aktivitas tertentu.
5. Identifikasi strategi untuk
meningkatkan partisipasi
terkait dengan aktivitas
yang diinginkan
6. Bantu dengan aktivitas fisik
secara teratur (misalnya,
ambulasi,
transfer/berpindah, berputar
dan kebersihan diri)
7. Ciptakan lingkungan yang
aman
8. Berikan kesempatan
keluarga untuk terlibat
dalam aktivitas dengan cara
yang tepat.
9. Bantu klien dan keluarga
untuk memantau
perkembangan pasien
terhadap pencapaian tujuan.

- Perawatan jantung :
Rehabilitatif
1. Monitor toleransi pasien
terhadap aktivitas
2. Pertahankan jadwal
ambulasi
3. Instruksikan pasien dan
keluarga mengenai aturan
olahraga termasuk
pemanasan, peregangan dan
pendinginan, sebagaimana
mestinya

21
4. Instruksikan pasien dan
keluarga mengenai
pertimbangan khusus terkait
aktivitas sehari-hari
(misalnya pembatasan
aktivitas, dan meluangkan
waktu istirahat) jika
memang tepat
5. Berikan dukungan harapan
yang realistis pada pasien
dan keluarga

4. Implementasi Keperawatan

No
Diagnosa Keperawatan Implementasi
.
1. Penurunan curah jantung - Mengkaji adanya nyeri dada
berhubungan dengan - Mencatat adanya bradikakardi,
perubahan preload, penurunan TD pada pasien.
afterload, kontraktilitas, - Memonitor status
frekuensi jantung. kardiovaskuler : irama
jantung, tekanan darah.
- Memonitor status pernafasan
pasien e. memonitor balance
cairan
- Mengatur periode latihan dan
istirahat untuk menghindari
kelelahan
- Memonitor adanya dispnea,
Kelelahan.
- Menganjurkan untuk
menurunkan stres.
- Memonitor suhu dan sianosis
perifer
- Memberikan obat sesuai order
dokter Clopidogril 1x 75 mg,
candesartan 1x16 mg
2. Intoleransi aktivitas b.d - Mengobservasi adanya

22
ketidakseimbangan antara pembatasan klien dalam
suplai dan kebutuhan melakukan aktivitas.
oksigen - Memberikan lingkungan yang
nyaman bagi klien.
- Menganjurkan klien untuk
banyak istirahat.
- Menganjurkan klien agar
membatasi aktivitas jika lelah.

5. Evaluasi Keperawatan

No
Diagnosa Keperawatan Evaluasi
.
1. Penurunan curah jantung - Keadekuatan nadi perifer
berhubungan dengan meningkat
perubahan preload, - Ejection fraction ( EF)
afterload, kontraktilitas, meningkat
frekuensi jantung. - Cardiac indeks (CI)
meningkat
- Palpitasi menurun
- Gambaran EKG aritmia
menurun
- Lelah menurun
- Edema menurun
- Distensi vena juguralis
menurun
- Murmur jantung menurun
- BB menurun
2. Intoleransi aktivitas b.d - Berpartisipasi dalam aktivitas
ketidakseimbangan antara fisik tanpa disertai
suplai dan kebutuhan peningkatan tekanan darah,
oksigen nadi dan RR
Dari nilai 2  4

- Mampu melakukan aktivitas


sehari-hari secara mandiri.
Dari nilai 2  4

Ket.
2 : jarang menunjukan

23
4 : sering menunjukan

24
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Penyakit arteri koronaria (coronary artery disease, CAD) merupakan


keadaan dimana terjadi penumpukan plak pembuluh darah koroner, hal ini
menyebabkan arteri koroner menyempit atau tersumbat. Arteri koroner
merupakan arteri yang menyuplai darah ke otot jantung dengan membawa
oksigen yang banyak. Terdapat beberapa faktor memicu penyakit ini yaitu:
gaya hidup, faktor genetik, usia dan penyakit penyerta yang lain (Sherwood,
2014). Kondisi patologis arteri koroner ini ditandai dengan penimbunan lipid
abnormal atau bahan lemak dan jaringan fibrosa pada dinding pembuluh
darah yang mengakibatkan perubahan struktur dan fungsi arteri serta
penurunan aliran darah ke jantung (Muttaqin, 2009). Ketika penyumbatan di
arteri koroner menjadi lebih parah, pasien akan merasakan angina (nyeri
dada), yang bisa menyebabkan kondisi infark miokard yang fatal (umumnya
dikenal sebagai “serangan jantung”) (AHA, 2016).
Penyebab dari penyakit CAD ini ialah adanya sumbatan pada arteri
koroner, yang dapat menyebabkan serangan jantung iskemia miokardium
melalui tiga mekanisme: spasme vaskular hebat arteri koronaria,
pembentukan plak aterosklerotik dan tromboembolisme (Sherwood, 2014).

B. Saran

Semoga pembuatan makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.saya


selaku penulis memohon adanya kritik dan saran yang membangun demi
kesempurnaan makalah ini.

25
DAFTAR PUSTAKA

Nurarif H, Amin & Kusuma, Hardi. (2012). Aplikasi Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA (North American Nursing Diagnosis
Association) NIC-NOC. Mediaction Publishing. Surabaya.

Jan, dr Tambayong. (2013). Patofisiologi untuk Keperawatan. Jakarta : EGC

Utaminingsih, Wahyu Rahayu. (2009). Mengenal dan Mencegah Penyakit


Diabetes, Hipertensi, Jantung dan Stroke untuk Hidup Lebih Berkualitas.
Yogyakarta: Media Ilmu.

26

Anda mungkin juga menyukai