Anda di halaman 1dari 31

ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF PADA

PASIEN Ny. A DENGAN GANGGUAN INFARK MIOKARD AKUT


DI KAMAR BEDAH SENTRAL I
RSUD SITI FATIMAH PALEMBANG

Disusun Oleh :
RIKHA SAULINA NABABAN
2235004

Dibuat untuk Memenuhi Target Laporan pada Mata Kuliah


Praktik Profesi Keperawatan Bedah (4 SKS)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN DAN NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KATOLIK MUSI CHARITAS
PALEMBANG
2022
2

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami hanturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,
karena berkat dan rahmatnya penulis dapat mengumpulkan laporan “Keperawatan
Medikal Bedah, Sistem Kardiovaskuler : Infark Miokard Akut”. Laporan ini
berisikan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan proses penyakit dan proses
pembelajaran selama stase keperawatan medikal bedah. Laporan dibuat
berdasarkan sumber yang telah didapatkan dari hasil jurnal maupun buku.
Dalam kesempatan ini kami berterima kasih kepada, Bapak/Ibu/Saudara/i:
1. E.F. Slamet Santoso Sarwono MBA, DBA, selaku Rektor Universitas
Katolik Musi Charitas Palembang
2. Maria Nur Aeni, S.K.M, M.Kes selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Univesitas Katolik Musi Charitas Palembang.
3. Ns. Bangun Dwi Hardika, M.K.M Selaku Ketua Program Studi Ilmu
Keperawatan Universitas Katolik Musi Charitas Palembang.
4. Ns.Sanny Frisca, M.K Selaku koordinator mata ajar keperawatan bedah
5. Pembimbing lapangan atau klinik Ns.Sanny Frisca, M.Kep yang telah
meluangkan waktunya untuk membantu dan membimbing dalam proses
dan juga
Penulis menyadari dalam penulisan proposal ini masih jauh dari kata
sempurna, banyak kekurangan baik dari segi materi ataupun penulisan, oleh
karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun guna diperbaiki di masa
yang akan datang dari teman-teman, ibu dan bapak dosen mata ajar keperawatan
medikal bedah sangat kami harapkan agar dapat membuat laporan ini menjadi
lebih baik

Palembang, November 2022

Penulis

2
3

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................... 2
DAFTAR ISI.......................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN...................................................................... 4
A. Latar Belakang............................................................................... 4
B. Tujuan ........................................................................................... 6
C. Ruang Lingkup............................................................................... 6
D. Manfaat.......................................................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................. 8
A. Konsep Medis IMA....................................................................... 8
B. Konsep Asuhan Keperwatan IMA ................................................ 17
BAB III TINJAUAN KASUS................................................................. 28
A. Analisa Kasus IMA ....................................................................... 28
B. Pengkajian 11 Pola Gordon .......................................................... 28
C. Diagnose Keperawatan ................................................................ . 28
D. Intervensi Keperwatan .................................................................. 28
E. Implemetasi Keperawatan dan Evaluasi Keperawatan.................. 28
F. Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi................................... 28
G. Pengobatan Yang Diberikan ......................................................... 28
BAB IV PENUTUP ............................................................................... 29
A. Kesimpulan .................................................................................. . 29
B. Saran ............................................................................................. 29
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

3
4

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dewasa ini penyakit jantung koroner menyumbang cukup banyak
kasus kematian mendadak. Badan Kesehatan Dunia (WHO) mencatat lebih
dari 16,7 juta orang 29,2%, meninggal akibat PJK di seluruh dunia pada
tahun 2003. Angka ini diperkirakan meningkat hingga 11 juta orang pada
tahun 2020 The American Heart Association memperkirakan bahwa lebih
dari 6 juta penduduk Amerika, menderita penyakit jantung koroner (PJK)
dan lebih dari 1 juta orang yang diperkirakan mengalami serangan infark
miokardium setiap tahun. Kejadiannya lebih sering pada pria dengan umur
antara 45 sampai 65 tahun, dan tidak ada perbedaan dengan wanita setelah
umur 65 tahun. Penyakit jantung koroner juga merupakan penyebab
kematian utama (20%) penduduk Amerika (Hiekari, Mainaky, 2007).
Di Indonesia data lengkap PJK belum ada. Menurut Yahya (2005):
Pada Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004. Di Provinsi
Jawa Tengah berdasarkan laporan dari Rumah Sakit, kasus tertinggi
Penyakit Jantung Koroner adalah di Kota Semarang yaitu sebesar 4.784
kasus (26,00%) dibanding dengan jumlah keseluruhan kasus Penyakit
Jantung Koroner di kabupaten/kota lain di Jawa Tengah. Apabila dilihat
berdasarkan jumlah Penyakit Tidak Menular (PTM) di tempat lain,
tertinggi di Kabupaten Klaten adalah 3,82%. Sedangkan kasus tertinggi
kedua adalah Kabupaten Banyumas yaitu sebesar 2.004 kasus (10,89%).
Kasus ini paling sedikit dijumpai di Kabupaten Tegal yaitu 2 kasus
(0,01%). Rata-rata kasus Jantung Koroner di Jawa Tengah adalah 525,62
kasus. Di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Kariadi Semarang jumlah
penderita AMI pada selama tahun 2009 sebanyak 80 kasus.

4
5

Infark miokard akut adalah suatu keadaan dimana terjadi nekrosis


otot jantung akibat ketidakseimbangan antara kebutuhan oksigen yang
terjadi secara mendadak. Penyebab yang paling sering adalah terjadi
sumbatan koroner sehingga mengganggu aliran darah. Sumbatan terjadi
karena ruptur plak yang menginduksi terjadinya agregasi trombosit,
pembentukan trombus dan spasme koroner (Price, 2015). Infark miokard
akut adalah suatu keadaan dimana terjadi nekrosis otot jantung akibat
ketidakseimbangan antara kebutuhan oksigen yang terjadi secara
mendadak. Penyebab yang paling sering adalah terjadi sumbatan koroner
sehingga mengganggu aliran darah. Sumbatan terjadi karena ruptur plak
yang menginduksi terjadinya agregasitrombosit, pembentukan trombus
dan spasme koroner (Price, 2015)
Menurut Setianto (2013), penelitian dilaksanakan pada tahun 2011-
2012 di rumah sakit Dr. Sardjito, terdiri 126 sampel yang terdiri dari
(80,3%) laki-laki dan (16,7%) wanita dengan pembagian sampel masing-
masing 63 orang <11.000/mm3 dan 63 >11.000/mm3 orang sesuai kriteria
inklusi dan esklusi. Didapatkan data bahwa terdapat lebih besar terjadinya
cardiac event pada pasien IMA dengan leukositosis.. Aktivasi leukosit
mengeluarkan sitokinin dan oksigen radikal bebas mempunyai efek
penting terhadap mikrosirkulasi. Peningkatan angka leukosit
>11.000/mm3 menunjukkan resiko tinggi terhadap terjadinya efek penting
terhadap mikrosirkulasi. Pada Angka leukosit <11.000/mm3, Pasien
mempunyai risiko gagal jantung, aritmia, kematian dan syok kardiogenik
diakibatkan oleh penyebab lain.
6

Pada IMA sebagai respon terhadap injury dinding pembuluh,


Angka leukosit menunjukkan peran penting terjadinya agregasi platelet
dan pelepasan isi granuler yang menyebabkan agregasi platelet lebih
lanjut, vasokonstriksi dan akhirnya pembentukan trombus, sehingga
menunjang terjadinya Cardiac Event. Peran perawat sebagai pelaksana,
angkam leukosit merupakan data objektif yang digunakan untuk
menunjang diagnosa keperawatan yang berupa risiko terjadi Cardiac
event. Sehingga dalam melakukan proses keperawatan perawat dapat
melakukan intervensi dengan tepat dan akurat. Sedangkan peran perawat
adalah mampu mencegah atau mewaspadai terjadinya cardiac event.

B. Tujuan
1. Tujuan umum Tujuan umum adalah untuk memahami dan
mengaplikasikan asuhahan keperawatan pada pasien dengan gangguan
sistem kardiovaskuler : Infark miokard akut
2. Tujuan Khusus
a. Memahami konsep medis Infark miokard akut
b. Mamahami dan melakukan pengkajian keperawatan
c. Memahami dan menentukan diagnosis keperawatan
d. Memahami dan menentukan intervensi keperawatan
e. Memahami dan melakukan Implementasi keperawatan
f. Memahami dan melakukan Evaluasi keperawatan

C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Sistem
Kardiovaskuler : Infark miokard akut termasuk dalam Keperawatan Medikal
Bedah Tempat di Instalasi Bedah Central dan dilaksanakan tanggal 05 - 09
Desember 2022
Instalasi Bedah Central RSUD Siti Fatimah Palembang
7

D. Manfaat Penelitian
a. Bagi Pelayanan Keperawatan
Hasil dari asuhan keperawatan ini dapat digunakan sebagai acuan dalam
memberikan asuhan keperawatan terhadap pasien dengan gangguan
kardiovaskuler
b. Bagi Pendidikan Keperawatan
Hasil dari asuhan keperawatan ini dapat digunakan sebagai acuan dalam
materi pembelajaran
c. Bagi Penelitian Keperawatan
Hasil dari asuhan keperawatan ini dapat digunakan sebagai bahan
penelitian selanjutnya dengan menambah intervensi dalam memberikan
asuhan keperawatan terhadap pasien dengan gangguan kardiovaskuler
8

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP MEDIS
1. Definisi
Penyakit infark miokard merupakan gangguan aliran darah ke jantung
yang menyebabkan sel otot jantung mati. Aliran darah di pembuluh darah
terhentisetelah terjadi sumbatan koroner akut, kecuali sejumlah kecil aliran
kolateral dari pembuluh darah di sekitarnya. Daerah otot di sekitarnya yang
sama sekali tidak mendapat aliran darah atau alirannya sangat sedikit
sehingga tidak dapat mempertahankan fungsi otot jantung, dikatakan
mengalami infark.
Infark miokard akut adalah nekrosis miokard akibat aliran darah keotot
jantung. (Suyono 1999). Infark miokard akut adalah penyakit jantung yang
disebabkan karena sumbatan pada ateri koroner. Sumbantan akut terjadi
karena adaya aterosklerosis pada dinding ateri kororner sehingga
penyumbatan aliran darah kejaringan otot jantung. Aterosklerosis adalah
penyakit pada arteri besar dan sedang tempat lesi lemak (flak ateromakosa)
timbul pada permukaan dalam dinding ateri sehingga mempersempit
bahkan menyumbat suplai aliran darah ke ateri bagian distal (Hudak dan
Gallo, 1997).
Infark miokard akut adalah kematian jaringan miokat yang diakibatkan
oleh kerusakan aliran darah kororner miokard ( penyempitan atau
sumbatan arteri koroner diakibatkan oleh aterosklerosis atau penurunan
aliran darah akibat shock atau perdarahan (carpenito, 2000). Suhandiman
(2000) mendefinisikan infark miokard akut jika ditemukan adanya nikrosis
seluler sibel pada sebagian miokardium, terjadi oklusi koroner total
mendadak dan terjadi pada sikmen arteri tertentu serta serangan terjadi
karena terbentuk trombus pada plak yang tidak stabil. Infark miokardium
adalah kematian sebagian otot jantung (miocard) secara mendadak akibat
terhentinya sirkulasi koroner yang dintandai dengan adanya sakit dada

8
9

yang khas lebih dari 30 menit, tidak hilang dengan istirahat dan pemberian
anti angina
(netroglesiren) (rokhaeni, et al 2001). Infark miocardium mengacu
kepada proses rusaknya jaringan jantung akibat suplai darah yang tidak
adekuat sehingga aliran darah koroner berkurang (smeltzer dan bare 2000).
Infark miocad akut adalh kematian jaringan miocad akibat oklusi akut
pembulu darah koroner (suryono, dkk 2005 : 120 ).
Dari beberapa pengertian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa yang
dimaksud dengan infark miocad akut (IMA) adalah suatu keadaan ketika
secara tiba-tiba terjadi pembatasan atau pemutusan aliran darah kejantung,
yang menyebabkan kamatian jaringan pada otot jantung ( miocardium)
karna kekurangan oksigen. Proses iskemik miocardium lama yang
mengakibatkan kematian (nekrosis) jaringan otot miocardium tiba – tiba.

2. Penyebab
Faktor penyebab:
a. Suplai oksigen kemiokard berkurang yang disebabkan oleh tiga
faktor:
1) Faktor pembuluh darah seperti aterosklerosis, spasme dan arteritis
2) Faktor sirkulasi seperti hipotensi, stenosos aorta dan insufisiensi
3) Faktor darah seperti anemia, hipoksemia dan polisetimia
b. Curah jantung yang meningkat seperti
1) Aktivitas berlebihan
2) Emosi
3) Makan terlalu banyak
4) Hypertiroidisme
c. Kebutuhan oksigen miokard meningkat pada
1) Kerusakan miokard
2) Hypertropimiokard
3) Hypertensi diastolic
10

d. Faktor predisposisi
1) Faktor resiko biologis yang tidak dapat diubah seperti
a) Usia lebih dari 40 tahun
b) Jenis kelamin: insiden pada pria tinggi, sedangkan pada wanita
meningkat setelah menopouse
c) Hereditas
d) Ras: lebih tinggi insiden pada kuliat hitam
2) Faktor resiko yang dapat diubah
a) Faktor Mayor seperti
(1) Hiperlipidimia
(2) Hipertensi
(3) Merokok
(4) Diabetes
(5) Obesitas
(6) Diet tinggi lemak jenuh, kalori
b) Faktor Minor seperti
(1) Inaktivitas fisik
(2) Pola kepribadian tipe A (emosional, agresif, ambisius,
kompetitif)
(3) Stres psikologis berlebihan

3. Tanda dan gejala


Tanda dan gejala infark miokard akut
a) Nyeri yang hebat pada daerah dada sering terjadi tiba-tiba
b) Timbul mual muntah yang mungkin berkaitan dengan nyeriyang
hebat
c) Perasaan lemas yang berkaitan dengan penurunan aliran darah ke
otot-otot rangka
d) Kulit dingin dan pucat akibat vasokontriksi
e) Penurunan keluaran urine karena penurunan darah ke ginjal serta
peningkatan aldosteron dan ADH
11

f) Takikardia akibat peningkatan stimulasis jantung


g) Keadaan mental berupa rasa cemas disertai perasaan mendekati
kematian

4. Patofisiologi
Infark miokardium mengacu pada proses rusaknya jaringan
jantung akibat suplai darah yang tidak adekuat sehingga aliran darah
koroner berkurang. Penyebab penurunan suplai darah mungkin akibat
penyempitan kritis arteri koroner karena aterosklerosis atau penyumbatan
total arteri oleh emboli atau thrombus. Penurunan aliran darah koroner
juga bisa diakibatkan oleh syok atau perdarahan. Pada setiap kasus infark
miokardium selalu terjadi ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen (Suddarth, 2014). 18 Penyumbatan koroner, serangan jantung dan
infark miokardium mempunyai arti yang sama namun istilah yang paling
disukai adalah infark miokardium. Aterosklerosis dimulai ketika kolestrol
berlemak tertimbun di intima arteri besar.
Timbunan ini, dinamakan ateroma atau plak yang akan
mengganggu absorbs nutrient oleh sel-sel endotel yang menyusun lapisan
dinding dalam pembuluh darah dan menyumbat aliran darah karena
timbunan lemak menonjol ke lumen pembuluh darah. Endotel pembuluh
darah yang terkena akan mengalami nekrotik dan menjadi jaringan parut,
selanjutnya lumen menjadi semakin sempit dan aliran darah terhambat.
Pada lumen yang menyempit dan berdinding kasar, akan cenderung
terjadi pembentukan bekuan darah, hal ini menyebabkan terjadinya
koagulasi intravaskuler, diikuti oleh penyakit tromboemboli, yang
merupakan komplikasi tersering aterosklerosis (Suddarth, 2014). Faktor
resiko yang dapat memperburuk keadaan ini adalah kebiasaan merokok,
memiliki riwayat tekanan darah tinggi dan kolestrol tinggi, memiliki
riwayat keluarga mengalami penyakit jantung koroner atau stroke, kurang
aktivitas fisik, memiliki riwayat penyakit diabetes mellitus, memiliki berat
badan berlebihan (overweight) ataupun obesitas (Iskandar, 2017)
12

Aterosklerosis koroner menimbulkan gejala dan komplikasi


sebagai akibat penyempitan lumen arteri dan penyumbatan aliran darah ke
jantung. Sumbatan aliran darah berlangsung progresif, dan suplai darah
yang tidak adekuat (iskemia) yang akan membuat sel-sel otot kekurangan
komponen darah yang dibutuhkan untuk hidup. (Suddarth, 2014)
Kerusakan sel akibat iskemia terjadi dalam berbagai tingkat. Manifestasi
utama iskemia miokardium adalah nyeri dada. Angina pectoris adalah
nyeri dada yang hilang timbul, tidak disertai kerusakan ireversibel sel-sel
jantung. Iskemia yang lebih berat, disertai kerusakan sel di namakan
infark miokardium. Jantung yang mengalami kerusakan ireversibel akan
mengalami degenerasi dan kemudian diganti dengan jaringan parut. Bila
kerusakan jantung sangat luas, jantung akan mengalami kegagalan,
artinya ia tidak mampu lagi memenuhi kebutuhan tubuh akan darah
dengan memberikan curah jantung yang adekuat. Manifestasi klinis lain
penyakit 19 arteri koroner dapat berupa perubahan pola EKG, aneurisma
ventrikel, disaritmia dan akhirnya akan mengalami kematian mendadak
(Suddarth, 2014).

5. Manifestasi Klinis
Onset miokard infark biasanya disertai nyeri dada substernum
yang parah dan terasa menekan, yang mungkin menyebar ke leher,
rahang, epigastrium, bahu, atau lengan kiri. Pada sekitar 50% pasien,
infark miokard didahului oleh serangan-serangan angina pektoris. Namun
berbeda dengan nyeri pada angina pektoris, nyeri pada miokard infark
biasanya berlangsung beberapa jam sampai hari dan tidak banyak
berkurang dengan nitrogliserin. Nadi biasanya cepat dan lemah, dan
pasien sering mengalami diaphoresis. Sering timbul sesak dan hal ini
disebabkan oleh gangguan kontraktilitas miokardium yang iskemik, yang
menyebabkan kongesti dan edema paru. Pada miokard infark massif yang
lebih dari 40% ventrikel kiri, timbul syok kardiogenik. Pada sebagian
kecil pasien (20%-30%), miokard infark tidak menimbulkan nyeri dada.
13

Miokard infark “silent” ini terutama terjadi pada pasien dengan diabetes
mellitus dan hipertensi serta pada pasien berusia lanjut (Robbins, 2007).
Kelainan elektrokardiografik (EKG) merupakan manifestasi
penting dari infark miokard. Kelainan ini mencakup perubahan, seperti
gelombang Q, kelainan segmen ST, dan inverse gelombang T. Aritmia
akibat kelainan listrik di miokardium yang iskemik dan akibat gangguan
hantaran sering terjadi (Robbins, 2007). Evaluasi laboratorium merupakan
bagian integral dalam penatalaksanaan klinis pasien yang dicurigai
mengidap miokard infark. Sejumlah enzim dan protein lain dibebaskan ke
dalam sirkulasi oleh sel miokardium yang sekarat (Robbins, 2007).

6. Pemeriksaan Penunjang
Untuk menegakkan diagnosis STEMI yang perlu dilakukan
anamnesis (tanya jawab) seputar keluhan yang dialami pasien secara
detail 20 mulai dari gejala yang dialami, riwayat perjalanan penyakit,
riwayat penyakit personal dan keluarga, riwayat pengobatan, riwayat
penyakit dahulu, dan kebiasaan pasien. Selain itu perlu juga dilakukan
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang (Majid, 2016)
a) Pemeriksaan penunjang yang penting dilakukan adalah pemeriksaan
elektrokardiogram (EKG). Dengan pemeriskaan ini maka dapat
ditegakkann diagnosis STEMI. Gambaran STEMI yang terlihat pada
EKG antara lain:
1) Lead II, III, aVF : Infark inferior
2) Lead V1-V3 : Infark anteroseptal
3) Lead V2-V4 : Infark anterior
4) Lead 1, aV L, V5-V6 : Infark anterolateral
5) Lead I, aVL : Infark high lateral
6) Lead I, aVL, V1-V6 : Infark anterolateral luas
7) Lead II, III, aVF, V5-V6 : Infark inferolateral
8) Adanya Q valve patologis pada sadapan tertentu.
14

b) Echocardiogram digunakan untuk mengevaluasi lebih jauh mengenai


fungsi jantung khususnya fungsi vertrikel dengan menggunakan
gelombang ultrasound.
c) Foto thorax
Foto thorax tampak normal, apabila terjadi gagal jantung akan terlihat
pada bendungan paru berupa pelebaran corakan vaskuler paru dan
hipertropi ventrikel
d) Percutaneus Coronary Angiografi (PCA) Pemasangan kateter jantung
dengan menggunakan zat kontras dan memonitor x- ray untuk
mengetahui sumbatan pada arteri koroner
e) Tes Treadmill Uji latih jantung untuk mengetahui respon jantung
terhadap aktivitas.
f) Laboratorium
Pemeriksaan yang dianjurkan adalah
1) Creatinin Kinase (CK)MB. Meningkat setelah 3 jam bila ada
infark miokard dan mencapai puncak dalam 10-24 jam dan
kembali normal dalam 2-4 hari.
2) cTn (cardiac specific troponin). Ada 2 jenis yaitu cTn T dan cTn I.
enzim ini meningkat setelah 2 jam bila ada infark miokard dan
mencapai puncak dalam 10-24 jam dan cTn T masih dapat
dideteksi setelah 5-14 hari, sedangkan cTn I setelah 5-10 hari.
3) Pemeriksaan enzim jantung yang lain yaitu:
(a) Mioglobin. Dapat dideteksi satu jam setelah infark dan
mencapai puncak dalam 4-8 jam.
(b) Creatinin kinase (CK). Meningkat setelah 3-8 jam bila ada
infark miokard dan mencapai puncak dalam 10-36 jam dan
kembali normal dalam 3-4 hari.
(c) Lactic dehydrogenase (LDH). Meningkat setelah 24-48 jam
bila ada infark miokard, mencapai puuncak 3-6 hari dan
kembali normal dalam 8-14 hari.
15

7. Penatalaksanaan Medis
a. Istirahat total, Tirah baring, posisi semi fowler.
b. Monitor EKG
c. Diet rendah kalori dan mudah dicerna, makanan lunak/saring serta
rendah garam (bila gagal jantung).
d. Pasang infus dekstrosa 5% untuk persiapan pemberian obat
intravena.
e. Atasi nyeri : - Morfin 2,5-5 mg iv atau petidin 25-50 mg im, bisa
diulang-ulang. - Lain-lain : nitrat, antagonis kalsium, dan beta
bloker. - Oksigen 2-4 liter/menit. - Sedatif sedang seperti diazepam
3-4 x 2-5 mg per oral
f. Antikoagulan: Heparin 20.000-40.000 U/24 wad iv tiap 4-6 wad
atau drip iv
g. Bowel care : laksadin
h. Pengobatan ditujukan sedapat mungkin memperbaiki kembali
aliran pembuluh darah koroner. Bila ada tenaga terlatih,
trombolisis dapat 22 diberikan sebelum dibawa ke rumah sakit.
Dengan trombolisis, kematian dapat diturunkan sebesar 40%.
i. Psikoterapi untuk mengurangi cemas

8. Komplikasi
a) Aritmia Beberapa bentuk aritmia mungkin timbul pada IMA. Hal
ini disebabkan perubahan-perubahan listrik jantung sebagai akibat
iskemia pada tempat infark atau pada daerah perbatasan yang
mengelilingi, kerusakan sistem konduksi, lemah jantung kongestif
atau keseimbangan elektrolit yang terganggu. (Suddarth, 2014)
b) AV Blok Blok jantung bukan penyakit pada jantung, tetapi
dihubungkan dengan berbagai jenis penyakit jantung, khususnya
penyakit arteri koroner dan penyakit jantung reumatik. Pada blok
jantung atrioventrikuler (AV), kontraksi jantung lemah dan tidak
memiliki dorongan yang cukup untuk mengirim darah dari atrium
16

ke ventrikel. Denyut nadi dapat rendah, mencapai 30 kali per


menit. (Suddarth, 2014)
c) Gagal jantung Pada IMA, heart failure maupun gagal jantung
kongestif dapat timbul sebagai akibat kerusakan ventrikel kiri,
ventrikel kanan atau keduanya dengan atau tanpa aritmia.
Penurunan cardiac output pada pump failure akibat IMA tersebut
menyebabkan perfusi perifer berkurang. Peningkatan resistensi
perifer sebagai kompensasi menyebabkan beban kerja jantung
bertambah. Bentuk yang paling ekstrim pada gagal jantung ini ialah
syok kardiogenik. (Suddarth, 2014)
d) Emboli/tromboemboli Emboli paru pada IMA: adanya gagal
jantung dengan kongesti vena, disertai tirah baring yang
berkepanjangan merupakan faktor predisposisi trombosis pada
vena-vena tungkai bawah yang mungkin lepas dan terjadi emboli
paru dan mengakibatkan kemunduran hemodinamik. Embolisasi 23
sistemik akibat trombus pada ventrikel kiri tepatnya pada
permukaan daerah infark atau trombus dalam aneurisma ventrikel
kiri. (Suddarth, 2014)
e) Ruptura Komplikasi ruptura miokard mungkin terjadi pada IMA
dan menyebabkan kemunduran hemodinamik. Ruptura biasanya
pada batas antara zona infark dan normal. Ruptura yang komplit
(pada free wall) menyebabkan perdarahan cepat ke dalam cavum
pericard sehingga terjadi tamponade jantung dengan gejala klinis
yang cepat timbulnya. (Suddarth, 2014)
17

B. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Aktivitas/istirahat
Keterbatasan atau kehilangan fungsi pada bagian yang terkena
(mungkin segera, farktur itu sendiri atau sendi secara sekunder,
dari pembengkakan jaringan, nyeri)
b. Sirkulasi
1) Hipertensi (kadang-kadang terlihat sebagai respon terhadap
nyeri/ansietas) atau hipotensi (kehilangan darah).
2) Takikardia (respon strees, hipovolemia)
3) Penurunan/tak ada nadi pada bagian distal yang cedera,
pengisian kapiler lambat, pucat pada bagian yang terkena
4) Pembengkakakn jaringan atau masa hematoma pada sisi
cedera
c. Neurosensori
1) Hilang gerakan/sensasi, spasme otot
2) Kebas/kesemutan (parestesis)
3) Deformitas lokal, angulasi abnormal, pemendekan, rotasi,
krepitasi (bunyi berderit), spasme otot, terlihat kelemahan atau
hilang fungsi
4) Agitasi (mungkin berhubungan dengan nyeri atau ansietas atau
trauma lain)
d. Nyeri/kenyamanan
1) Nyeri berat tiba-tiba pada saat cedera (mungkin terlokalisasi
pada area jaringan/kerusakan tulang; dapat berkurang pada
imobilisasi) tak ada nyeri akibat kerusakan saraf
2) Spasme/kram otot (setelah imobilisasi)
e. Kemanan
1) Laserase kulit, avulasi jaringan, perdarahan, perubahan warna
2) Pembengkakakn lokal (dapat meningkat secara bertahap atau
tiba-tiba)
18

2. Diagnosa Keperawatan
a. Ansietas bd kurang terpapar informasi
b. Resiko pendarahan bd tindakan pembedahan
c. Perfusi perifer tidak efektif bd penurunan konsentrasi hemoglobin
19

BAB III
TINJAUAN KASUS

3.1 KONSEP KEPERAWATAN


a. ANALISIS KASUS INFARK MIOKARD AKUT
Pada tanggal 07 Desember 2022 pukul 07.45 WIB Ny A berusia 58
tahun datang ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD Siti Fatimah
Palembang dengan keluhan nyeri dada sejak 1 minggu yang lalu dan
sesak nafas hebat. Lalu pasien dibawa ke RSUD Siti Fatimah Palembang
untuk mendapatkan pertolongan.
Pada saat pengkajian, pemeriksaan fisik yang didapatkan keadaan
umum pasien tampak sakit sedang, kesadaran kompos mentis, tekanan
darah 140/90 mmHg, denyut nadi 113x/menit, pernafasan 23x/menit,
suhu 36,9 C, SPO2 98%, nyeri 4/n, O2 5L/m, glasgow coma scale (GCS)
15. Pasien menngatakan ada riwayat penyakit jantung 3 tahun yang lalu
sampai sekarang Pasien mau mendapatkan tindakan operasi tanggal 07
Desember 2022 pukul 15.00 WIB. Pada pemeriksaan lokalis look
didapatkan pasien tampak sesak nafas hebat, tidur dengan 2 bantal dan
tampak pucat. Pada pemeriksaan Feel: tidak didapatkan nyeri tekan,
pulsasi distal teraba, sensibilitas normal. Pada pemeriksaan Movement:
didapatkan nyeri gerak aktif, nyeri gerak pasif, range of motion (ROM)
sulit dinilai, krepitasi tidak dilakukan. Pada pemeriksaan Neuro vascular
distal (NVD) didapatkan A. Dorsalis pedis teraba, capillary refill time
(CRT) kurang dari 3 detik, dan sensibilitas normal.

b. PENGKAJIAN
Annamese :
Keluhan utama :
Sesak nafas

19
20

Riwayat kesehatan sekarang:


Pada tanggal 07 Desember 2022 pukul 07.45 WIB Ny A berusia 58 tahun
datang ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD Siti Fatimah Palembang
dengan keluhan nyeri dada sejak 1 minggu yang lalu dan sesak nafas
hebat. Lalu pasien dibawa ke RSUD Siti Fatimah Palembang untuk
mendapatkan pertolongan.Pada saat pengkajian, pemeriksaan fisik yang
didapatkan keadaan umum pasien tampak sakit sedang, kesadaran
kompos mentis, tekanan darah 140/90 mmHg, denyut nadi 113x/menit,
pernafasan 23x/menit, suhu 36,9 C, SPO2 98%, nyeri 4/n, O2 5L/m,
glasgow coma scale (GCS) 15

Riwayat kesehatan masa lalu :


Pasien menngatakan ada penyakit jantung 3 tahun yang lalu sampai
sekarang

3.2 PEMERIKSAAN FISIK


No Area Pemeriksaan Temuan
1 Area Kepala -

2 Jantung -

3 Thoraks / dada -

4 Abdomen -
5 Punggung -
6 Lengan dan tungkai -
7 Pemeriksaan lain -
21

3.3 POLA PENGKAJIAN 11 POLA KESEHATAN GORDON


I. Pola persepsi kesehatan – pemelihraan kesehatan
Data yang dikaji leih lanjut
 Pasien mandi nya berapa kali sehari ?
 Biasa nya sebelum makan mencuci tangan atau tidak?
II. Pola nurisi dan metabolic
Data yang dikaji leih lanjut
 Tanya kan kepada pasien makan nya berapa kali sehari?
III. Pola elminasi
Data yang dikaji lebih lanjut
 Apakah buang air kecil nya lancar ?
 Apakah buang air besar nya tersumbat /sulit mengeluarkan feses?
IV. Pola aktivitas dan latihan
Data yang dikaji lebih lanjut
 Apa aktivitas sehari-hari ?
 Apa pekerjaan pasien ?
V. Pola tidur dan istirahat
Data yang di kaji lebih lanjut
 Biasa jam tidur nya jam berapa ?
 Bangun tidur nya jam berapa?
 Apakah pasien sering tidur siang?
VI. Pola persepsi kognitif –perseptual
Data yang dikaji lebih lanjut
 Tanyakan kepada pasien mempunyai kebiasan apa saja ?
VII. Pola persepsi diri dan konsep diri
Data yang dikaji leih lanjut
 Tanayakan kepada pasiaen ketika dia sakit merasakan apa ?
VIII. Pola peran dan hubungan dengan sesame
Data yang dikaji lebih lanjut
 Tanyakan kepada pasien bila ada masalah cerita dengan siapa ?
22

IX. Pola reproduksi dan seksualitas


Data yang dikaji lebih lanjut
 Apakah paien kepala rumah tangga ?
 Pasien mengatakan berjenis kelamin perempuan
X. Pola koping dan tolerasi stress
Data yang dikaji lebih lanjut
 Tanyakan kepada pasien bila ada masalah cerita dengan siapa ?
XI. Pola kepercayaan dan keyakinan
Data yang dikaji lebih lanjut
 Tanyakan kepada pasien , bahwa pasien menganut agama apa ?
 Tanyakan kepada pasie apakah rajin ke rumah ibadah ( masjid ,
vihara dan gereja ) ?

3.4 DIAGNOSA KEPERAWATAN


a. Ansietas bd kurang terpapar informasi
b. Resiko pendarahan bd tindakan pembedahan
c. Perfusi perifer tidak efektif bd penurunan konsentrasi hemoglobin

3.5 Intervensi Keperawatan


Diagnoosa Intervensi
Ansietas bd kurang terpapar a. Memonitor tanda – tanda
informasi ansietas
b. Mengidentifikasi saat
tingkat ansietas berubah
c. Menggunakan pendekatan
yang tenang dan
meyakinkan
d. Memotivasi
mengidentifikasi situasi
yang memicu kecemasan
e. Menganjurkan
23

mengungkapkan perasaan
dan persepsi
f. Melatih teknik relaksasi
Kolaborasi pemberiaan
obat antiansietas
Resiko pendarahan bd tindakan a. Memonitor tanda gejala
pembedahan pendarahan
b. Memonitor tanda tanda
vital
c. Kolaborasi pengontrol
pendarahan
Perfusi perifer tidak efektif bd a. Memeriksa sirkulasi perifer
penurunan konsentrasi b. Mengidentifikasi faktor
hemoglobin resiko
c. Menganjurkan melakukan
perawatan kulit yang tepat
24

No Diagnosis Luaran Intervensi Implementasi Evaluasi


Keperawatan
i. Ansietas bd Setelah dilakukukan Reduksi ansietas 16:00 Memonitor tanda ansietas
kurang terpapar intervensi 1 x 20 menit Observasi : R/ pasien tampak gelisah S = Pasien mengatakan
informasi diharapkan keluhan - Monitor tanda tanda takut mau operasi
tingkat ansietas ansietas 16.10 Mengidentifikasi saat
berkurang dengan - Identifikasi saat tingkat tingkat ansietas berubah O = Pasien tampak

kriteria hasil ansietas berubah R/ pasien tampak gelisah cemas

a. Keluhan khawatir Terapeutik :


16.20 Menggunakan pendekatan A = Masalah ansietas
akibat kondisi yang - Gunakan pendekatan yang
dihadapi berkurang tenang dan meyakinkan yang tenang dan teratasi sebagian

skala 4 - Motivasi mengidentifikasi meyakinkan


R/ pasien tampak gelisah P = Intervensi
b. Keluhan gelisah situasi yang memicu
16.30
dilanjutkan
berkurang skala 4 kecemasan
c. Keluhan pucat Edukasi : Memotivasi

berkurang skala 4 - Anjurkan mengungkapkan mengidentifikasi situasi

perasaan dan persepsi yang memicu kecemasan

- Latih teknik relaksasi R/ pasien tampak gelisah


16.40
Menganjurkan
25

Kolaborasi : mengungkapkan perasaan


-Kolaborasi pemberian obat dan persepsi
antiansietas R/ pasien tampak gelisah

17.00 Melatih teknik relaksasi


R/ pasien tampak tenang
pada saat diberikan teknik
nafas dalam

17.10
Kolaborasi pemberian obat
antiansietas, jika perlu
2. Resiko Setelah dilakukukan Pencegahan pendarahan 17.00 Monitor tanda gejala
pendara intervensi 2 jam Observasi pendarahan S = pasien mengatakan
han bd diharapkan keluhan a. Memonitor tanda gejala R/ tampak dokter nyeri pasca operasi
tindaka nyeri akut berkurang pendarahan melakukan insisi dan
n dengan kriteria hasil b. Memonitor tanda tanda melakukan O = pasien tampak

pembed a. Tekanan darah vital pemantauan menahan nyeri

ahan membaik pada skala pendarahan 100 cc


17.20 A= masalah nyeri akut
5 Kolaborasi
Kolaborasi pengontrol Monitor tanda tanda belum teratasi
26

b. Pendarahan pasca pendarahan vital


operasi membaik R/ P= intervensi dilanjutkan
pada skala 5 S = 36,5 c
N = 90x /m
P= 20x/m
TD = 120/80 mmhg
17.30
SPO2 = 98 %

Kolaborasi
pengontrol
pendarahan
R/ dokter melakukan
insisi dengan pisau
bedah no 11 dan
tampak perawat
melakukan
penutupan luka
dengan kasa dan
elastis perban
27

3. Perfusi perifer Setelah dilakukukan Perawatan sirkulasi 19.00 Memeriksa sirkulasi


tidak efektif bd intervensi 1x20 menit Observasi perifer S= Pasien mengatakan
penurunan diharapkan keluhan a. Memeriksa sirkulasi R/ pasien tampak badan nya lemas
konsentrasi resiko infeksi berkurang perifer pucat, akral teraba
hemoglobin dengan kriteria hasil b. Mengidentifikasi faktor hangat O = pasien tampak

a. Keluhan akral resiko terbaring lemah


19.05
membaik kondisi Terapeutik Mengidentifikasi
menurun skala 5 a. Menganjurkan faktor resiko A= masalah perfusi

b. Turgor kulit melakukan perawatan R/ pasientampak perifer tidak efektif

membaik kondisi kulit yang tepat terbaring lemah belum teratasi

menurun skala 5 Kolaborasi


Menganjurkan P= intervensi dilanjutkan
Kolaborasi pemberian 19.10
analgetik melakukan
perawatan kulit yang
tepat
R/ pasien tampak
terbaring lemah
28

BAB III
PEMBAHASAN

A. PENGKAJIAN

Pengkajian dilakukan dengan metode wawancara dan pemeriksaan

fisik menggunakan format pengkajian Ny N pada yanggal 07 Desember 2022

di ruang Instalasi Bedah Central RSUD Siti Fatimah Palembang

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan ditegakkan pada laporan asuhan keperawatan pana Ny.

N yaitu ansietas bd kurang terpapar informasi, resiko pendarahan bd tindakan

pembedahan, perfusi perifer tidak efektif bd penurunan konsentrasi

hemoglobin

C. PERENCANAAN KEPERAWATAN

Perencanaan keperawatan yang direncanakan yaitu melakukan

tindakan nonfarmakologi dengan memberikan posisi semi fowler dan

mengajarkan teknik tarik nafas dalam untuk mengurangi rasa nyeri

D. IMPLEMENTASI

Implementasi keperawatan dilaksanakan sesuai dengan intervensi yang

telah disusun berdasarkan kriteria waktu yang telah disusun berdasarkan

waktu yang telah direncanakan

E. EVALUASI

Evaluasi keperawatan yang dilakukan dengan menggunakan evaluasi

keperawatan dimulai hari rabu 07 Desember 2022 dilakukan dengan metode

subjektif, objektif, asessment dan planning.

28
29

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut :


Pengkajian pasien fraktur menggunakan 11 pola Gordon dan pemeriksaan
fisik head toe toe.
Diagnosa Yang Dapat Muncul
a. Ansietas bd kurang terpapar informasi
b. Resiko pendarahan bd tindakan pembedahan
c. Perfusi perifer tidak efektif bd penurunan konsentrasi hemoglobin
B. Saran

Demikianlah makalah ini saya susun guna untuk memenuhi tugas laporan

pada mata kuliah praktik profesi keperawatan bedah. Bagi para pembaca

makalah ini, sebaiknya tidak merasa puas, karena masih banyak ilmu-ilmu

yang didapat dari berbagai sumber. Sebaiknya mencari sumber lain untuk

lebih memperdalam materi fraktur.

29
30

DAFTAR PUSTAKA

A, J. D., S, D. S., Irmalita, D, T., I, F., & B, W. (2016). Panduan Praktik


Klinis
(PPK) dan Clinical Pathway (CP) Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah
Edisi 1. Jakarta: Jurnal Kardiologi Indonesia.

Cynthia M. Taylor, S. S. (2010). Diagnosis Keperawatan Dengan


Rencana Asuhan
Edisi 10. Jakarta: EGC.

Farissa, I. P. (2012). Komplikasi Pada Pasien Infark Miokard Akut ST-


Elevasi (
STEMI) Yang Mendapat Maupun Tidak Mendapat Terapi Reperfusi.
Semarang: FK UNDIP.

Herdman, T. H., & Kamitsuru, S. (2017). NANDA INTERNATIONAL


Diagnosis
Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2018-2020 Edisi 11.
Jakarta: EGC.
Indonesia, P. D. (2018). Pedoman Tata Laksana Sindrom Koroner Akut
(Vol. I).
Jakarta: PERKI.

Kementrian Kesehatan RI, R. (2018). Laporan Nasional Riskesdas.


Jakarta:
Lembaga Penerbit Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan.

Kumar. (2015). Buku ajar Patologi. Singapore Elseiver.

30
31

Majid, A. (2016). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan


Kardiovaskular. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M. L., & Swanson, E. (2016). Nursing
Outcomes
Classification and Nursing Intervention Classification Edisi 6. Singapore:
Elsevier.

Perry, P. &. (2009). Buku ajar Fundamental Keperawatan Edisi 4 (Vol. I).
Jakarta:
EGC.

Black, J. M., & Hawks, J. H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah (A. Suslia &
P. P. Lestari (eds.); 8th ed.). Elsevier.

Anda mungkin juga menyukai