Disusun Oleh :
RIKHA SAULINA NABABAN
2235004
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami hanturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,
karena berkat dan rahmatnya penulis dapat mengumpulkan laporan “Keperawatan
Medikal Bedah, Sistem Kardiovaskuler : Infark Miokard Akut”. Laporan ini
berisikan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan proses penyakit dan proses
pembelajaran selama stase keperawatan medikal bedah. Laporan dibuat
berdasarkan sumber yang telah didapatkan dari hasil jurnal maupun buku.
Dalam kesempatan ini kami berterima kasih kepada, Bapak/Ibu/Saudara/i:
1. E.F. Slamet Santoso Sarwono MBA, DBA, selaku Rektor Universitas
Katolik Musi Charitas Palembang
2. Maria Nur Aeni, S.K.M, M.Kes selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Univesitas Katolik Musi Charitas Palembang.
3. Ns. Bangun Dwi Hardika, M.K.M Selaku Ketua Program Studi Ilmu
Keperawatan Universitas Katolik Musi Charitas Palembang.
4. Ns.Sanny Frisca, M.K Selaku koordinator mata ajar keperawatan bedah
5. Pembimbing lapangan atau klinik Ns.Sanny Frisca, M.Kep yang telah
meluangkan waktunya untuk membantu dan membimbing dalam proses
dan juga
Penulis menyadari dalam penulisan proposal ini masih jauh dari kata
sempurna, banyak kekurangan baik dari segi materi ataupun penulisan, oleh
karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun guna diperbaiki di masa
yang akan datang dari teman-teman, ibu dan bapak dosen mata ajar keperawatan
medikal bedah sangat kami harapkan agar dapat membuat laporan ini menjadi
lebih baik
Penulis
2
3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................... 2
DAFTAR ISI.......................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN...................................................................... 4
A. Latar Belakang............................................................................... 4
B. Tujuan ........................................................................................... 6
C. Ruang Lingkup............................................................................... 6
D. Manfaat.......................................................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................. 8
A. Konsep Medis IMA....................................................................... 8
B. Konsep Asuhan Keperwatan IMA ................................................ 17
BAB III TINJAUAN KASUS................................................................. 28
A. Analisa Kasus IMA ....................................................................... 28
B. Pengkajian 11 Pola Gordon .......................................................... 28
C. Diagnose Keperawatan ................................................................ . 28
D. Intervensi Keperwatan .................................................................. 28
E. Implemetasi Keperawatan dan Evaluasi Keperawatan.................. 28
F. Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi................................... 28
G. Pengobatan Yang Diberikan ......................................................... 28
BAB IV PENUTUP ............................................................................... 29
A. Kesimpulan .................................................................................. . 29
B. Saran ............................................................................................. 29
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
3
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini penyakit jantung koroner menyumbang cukup banyak
kasus kematian mendadak. Badan Kesehatan Dunia (WHO) mencatat lebih
dari 16,7 juta orang 29,2%, meninggal akibat PJK di seluruh dunia pada
tahun 2003. Angka ini diperkirakan meningkat hingga 11 juta orang pada
tahun 2020 The American Heart Association memperkirakan bahwa lebih
dari 6 juta penduduk Amerika, menderita penyakit jantung koroner (PJK)
dan lebih dari 1 juta orang yang diperkirakan mengalami serangan infark
miokardium setiap tahun. Kejadiannya lebih sering pada pria dengan umur
antara 45 sampai 65 tahun, dan tidak ada perbedaan dengan wanita setelah
umur 65 tahun. Penyakit jantung koroner juga merupakan penyebab
kematian utama (20%) penduduk Amerika (Hiekari, Mainaky, 2007).
Di Indonesia data lengkap PJK belum ada. Menurut Yahya (2005):
Pada Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004. Di Provinsi
Jawa Tengah berdasarkan laporan dari Rumah Sakit, kasus tertinggi
Penyakit Jantung Koroner adalah di Kota Semarang yaitu sebesar 4.784
kasus (26,00%) dibanding dengan jumlah keseluruhan kasus Penyakit
Jantung Koroner di kabupaten/kota lain di Jawa Tengah. Apabila dilihat
berdasarkan jumlah Penyakit Tidak Menular (PTM) di tempat lain,
tertinggi di Kabupaten Klaten adalah 3,82%. Sedangkan kasus tertinggi
kedua adalah Kabupaten Banyumas yaitu sebesar 2.004 kasus (10,89%).
Kasus ini paling sedikit dijumpai di Kabupaten Tegal yaitu 2 kasus
(0,01%). Rata-rata kasus Jantung Koroner di Jawa Tengah adalah 525,62
kasus. Di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Kariadi Semarang jumlah
penderita AMI pada selama tahun 2009 sebanyak 80 kasus.
4
5
B. Tujuan
1. Tujuan umum Tujuan umum adalah untuk memahami dan
mengaplikasikan asuhahan keperawatan pada pasien dengan gangguan
sistem kardiovaskuler : Infark miokard akut
2. Tujuan Khusus
a. Memahami konsep medis Infark miokard akut
b. Mamahami dan melakukan pengkajian keperawatan
c. Memahami dan menentukan diagnosis keperawatan
d. Memahami dan menentukan intervensi keperawatan
e. Memahami dan melakukan Implementasi keperawatan
f. Memahami dan melakukan Evaluasi keperawatan
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Sistem
Kardiovaskuler : Infark miokard akut termasuk dalam Keperawatan Medikal
Bedah Tempat di Instalasi Bedah Central dan dilaksanakan tanggal 05 - 09
Desember 2022
Instalasi Bedah Central RSUD Siti Fatimah Palembang
7
D. Manfaat Penelitian
a. Bagi Pelayanan Keperawatan
Hasil dari asuhan keperawatan ini dapat digunakan sebagai acuan dalam
memberikan asuhan keperawatan terhadap pasien dengan gangguan
kardiovaskuler
b. Bagi Pendidikan Keperawatan
Hasil dari asuhan keperawatan ini dapat digunakan sebagai acuan dalam
materi pembelajaran
c. Bagi Penelitian Keperawatan
Hasil dari asuhan keperawatan ini dapat digunakan sebagai bahan
penelitian selanjutnya dengan menambah intervensi dalam memberikan
asuhan keperawatan terhadap pasien dengan gangguan kardiovaskuler
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KONSEP MEDIS
1. Definisi
Penyakit infark miokard merupakan gangguan aliran darah ke jantung
yang menyebabkan sel otot jantung mati. Aliran darah di pembuluh darah
terhentisetelah terjadi sumbatan koroner akut, kecuali sejumlah kecil aliran
kolateral dari pembuluh darah di sekitarnya. Daerah otot di sekitarnya yang
sama sekali tidak mendapat aliran darah atau alirannya sangat sedikit
sehingga tidak dapat mempertahankan fungsi otot jantung, dikatakan
mengalami infark.
Infark miokard akut adalah nekrosis miokard akibat aliran darah keotot
jantung. (Suyono 1999). Infark miokard akut adalah penyakit jantung yang
disebabkan karena sumbatan pada ateri koroner. Sumbantan akut terjadi
karena adaya aterosklerosis pada dinding ateri kororner sehingga
penyumbatan aliran darah kejaringan otot jantung. Aterosklerosis adalah
penyakit pada arteri besar dan sedang tempat lesi lemak (flak ateromakosa)
timbul pada permukaan dalam dinding ateri sehingga mempersempit
bahkan menyumbat suplai aliran darah ke ateri bagian distal (Hudak dan
Gallo, 1997).
Infark miokard akut adalah kematian jaringan miokat yang diakibatkan
oleh kerusakan aliran darah kororner miokard ( penyempitan atau
sumbatan arteri koroner diakibatkan oleh aterosklerosis atau penurunan
aliran darah akibat shock atau perdarahan (carpenito, 2000). Suhandiman
(2000) mendefinisikan infark miokard akut jika ditemukan adanya nikrosis
seluler sibel pada sebagian miokardium, terjadi oklusi koroner total
mendadak dan terjadi pada sikmen arteri tertentu serta serangan terjadi
karena terbentuk trombus pada plak yang tidak stabil. Infark miokardium
adalah kematian sebagian otot jantung (miocard) secara mendadak akibat
terhentinya sirkulasi koroner yang dintandai dengan adanya sakit dada
8
9
yang khas lebih dari 30 menit, tidak hilang dengan istirahat dan pemberian
anti angina
(netroglesiren) (rokhaeni, et al 2001). Infark miocardium mengacu
kepada proses rusaknya jaringan jantung akibat suplai darah yang tidak
adekuat sehingga aliran darah koroner berkurang (smeltzer dan bare 2000).
Infark miocad akut adalh kematian jaringan miocad akibat oklusi akut
pembulu darah koroner (suryono, dkk 2005 : 120 ).
Dari beberapa pengertian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa yang
dimaksud dengan infark miocad akut (IMA) adalah suatu keadaan ketika
secara tiba-tiba terjadi pembatasan atau pemutusan aliran darah kejantung,
yang menyebabkan kamatian jaringan pada otot jantung ( miocardium)
karna kekurangan oksigen. Proses iskemik miocardium lama yang
mengakibatkan kematian (nekrosis) jaringan otot miocardium tiba – tiba.
2. Penyebab
Faktor penyebab:
a. Suplai oksigen kemiokard berkurang yang disebabkan oleh tiga
faktor:
1) Faktor pembuluh darah seperti aterosklerosis, spasme dan arteritis
2) Faktor sirkulasi seperti hipotensi, stenosos aorta dan insufisiensi
3) Faktor darah seperti anemia, hipoksemia dan polisetimia
b. Curah jantung yang meningkat seperti
1) Aktivitas berlebihan
2) Emosi
3) Makan terlalu banyak
4) Hypertiroidisme
c. Kebutuhan oksigen miokard meningkat pada
1) Kerusakan miokard
2) Hypertropimiokard
3) Hypertensi diastolic
10
d. Faktor predisposisi
1) Faktor resiko biologis yang tidak dapat diubah seperti
a) Usia lebih dari 40 tahun
b) Jenis kelamin: insiden pada pria tinggi, sedangkan pada wanita
meningkat setelah menopouse
c) Hereditas
d) Ras: lebih tinggi insiden pada kuliat hitam
2) Faktor resiko yang dapat diubah
a) Faktor Mayor seperti
(1) Hiperlipidimia
(2) Hipertensi
(3) Merokok
(4) Diabetes
(5) Obesitas
(6) Diet tinggi lemak jenuh, kalori
b) Faktor Minor seperti
(1) Inaktivitas fisik
(2) Pola kepribadian tipe A (emosional, agresif, ambisius,
kompetitif)
(3) Stres psikologis berlebihan
4. Patofisiologi
Infark miokardium mengacu pada proses rusaknya jaringan
jantung akibat suplai darah yang tidak adekuat sehingga aliran darah
koroner berkurang. Penyebab penurunan suplai darah mungkin akibat
penyempitan kritis arteri koroner karena aterosklerosis atau penyumbatan
total arteri oleh emboli atau thrombus. Penurunan aliran darah koroner
juga bisa diakibatkan oleh syok atau perdarahan. Pada setiap kasus infark
miokardium selalu terjadi ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen (Suddarth, 2014). 18 Penyumbatan koroner, serangan jantung dan
infark miokardium mempunyai arti yang sama namun istilah yang paling
disukai adalah infark miokardium. Aterosklerosis dimulai ketika kolestrol
berlemak tertimbun di intima arteri besar.
Timbunan ini, dinamakan ateroma atau plak yang akan
mengganggu absorbs nutrient oleh sel-sel endotel yang menyusun lapisan
dinding dalam pembuluh darah dan menyumbat aliran darah karena
timbunan lemak menonjol ke lumen pembuluh darah. Endotel pembuluh
darah yang terkena akan mengalami nekrotik dan menjadi jaringan parut,
selanjutnya lumen menjadi semakin sempit dan aliran darah terhambat.
Pada lumen yang menyempit dan berdinding kasar, akan cenderung
terjadi pembentukan bekuan darah, hal ini menyebabkan terjadinya
koagulasi intravaskuler, diikuti oleh penyakit tromboemboli, yang
merupakan komplikasi tersering aterosklerosis (Suddarth, 2014). Faktor
resiko yang dapat memperburuk keadaan ini adalah kebiasaan merokok,
memiliki riwayat tekanan darah tinggi dan kolestrol tinggi, memiliki
riwayat keluarga mengalami penyakit jantung koroner atau stroke, kurang
aktivitas fisik, memiliki riwayat penyakit diabetes mellitus, memiliki berat
badan berlebihan (overweight) ataupun obesitas (Iskandar, 2017)
12
5. Manifestasi Klinis
Onset miokard infark biasanya disertai nyeri dada substernum
yang parah dan terasa menekan, yang mungkin menyebar ke leher,
rahang, epigastrium, bahu, atau lengan kiri. Pada sekitar 50% pasien,
infark miokard didahului oleh serangan-serangan angina pektoris. Namun
berbeda dengan nyeri pada angina pektoris, nyeri pada miokard infark
biasanya berlangsung beberapa jam sampai hari dan tidak banyak
berkurang dengan nitrogliserin. Nadi biasanya cepat dan lemah, dan
pasien sering mengalami diaphoresis. Sering timbul sesak dan hal ini
disebabkan oleh gangguan kontraktilitas miokardium yang iskemik, yang
menyebabkan kongesti dan edema paru. Pada miokard infark massif yang
lebih dari 40% ventrikel kiri, timbul syok kardiogenik. Pada sebagian
kecil pasien (20%-30%), miokard infark tidak menimbulkan nyeri dada.
13
Miokard infark “silent” ini terutama terjadi pada pasien dengan diabetes
mellitus dan hipertensi serta pada pasien berusia lanjut (Robbins, 2007).
Kelainan elektrokardiografik (EKG) merupakan manifestasi
penting dari infark miokard. Kelainan ini mencakup perubahan, seperti
gelombang Q, kelainan segmen ST, dan inverse gelombang T. Aritmia
akibat kelainan listrik di miokardium yang iskemik dan akibat gangguan
hantaran sering terjadi (Robbins, 2007). Evaluasi laboratorium merupakan
bagian integral dalam penatalaksanaan klinis pasien yang dicurigai
mengidap miokard infark. Sejumlah enzim dan protein lain dibebaskan ke
dalam sirkulasi oleh sel miokardium yang sekarat (Robbins, 2007).
6. Pemeriksaan Penunjang
Untuk menegakkan diagnosis STEMI yang perlu dilakukan
anamnesis (tanya jawab) seputar keluhan yang dialami pasien secara
detail 20 mulai dari gejala yang dialami, riwayat perjalanan penyakit,
riwayat penyakit personal dan keluarga, riwayat pengobatan, riwayat
penyakit dahulu, dan kebiasaan pasien. Selain itu perlu juga dilakukan
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang (Majid, 2016)
a) Pemeriksaan penunjang yang penting dilakukan adalah pemeriksaan
elektrokardiogram (EKG). Dengan pemeriskaan ini maka dapat
ditegakkann diagnosis STEMI. Gambaran STEMI yang terlihat pada
EKG antara lain:
1) Lead II, III, aVF : Infark inferior
2) Lead V1-V3 : Infark anteroseptal
3) Lead V2-V4 : Infark anterior
4) Lead 1, aV L, V5-V6 : Infark anterolateral
5) Lead I, aVL : Infark high lateral
6) Lead I, aVL, V1-V6 : Infark anterolateral luas
7) Lead II, III, aVF, V5-V6 : Infark inferolateral
8) Adanya Q valve patologis pada sadapan tertentu.
14
7. Penatalaksanaan Medis
a. Istirahat total, Tirah baring, posisi semi fowler.
b. Monitor EKG
c. Diet rendah kalori dan mudah dicerna, makanan lunak/saring serta
rendah garam (bila gagal jantung).
d. Pasang infus dekstrosa 5% untuk persiapan pemberian obat
intravena.
e. Atasi nyeri : - Morfin 2,5-5 mg iv atau petidin 25-50 mg im, bisa
diulang-ulang. - Lain-lain : nitrat, antagonis kalsium, dan beta
bloker. - Oksigen 2-4 liter/menit. - Sedatif sedang seperti diazepam
3-4 x 2-5 mg per oral
f. Antikoagulan: Heparin 20.000-40.000 U/24 wad iv tiap 4-6 wad
atau drip iv
g. Bowel care : laksadin
h. Pengobatan ditujukan sedapat mungkin memperbaiki kembali
aliran pembuluh darah koroner. Bila ada tenaga terlatih,
trombolisis dapat 22 diberikan sebelum dibawa ke rumah sakit.
Dengan trombolisis, kematian dapat diturunkan sebesar 40%.
i. Psikoterapi untuk mengurangi cemas
8. Komplikasi
a) Aritmia Beberapa bentuk aritmia mungkin timbul pada IMA. Hal
ini disebabkan perubahan-perubahan listrik jantung sebagai akibat
iskemia pada tempat infark atau pada daerah perbatasan yang
mengelilingi, kerusakan sistem konduksi, lemah jantung kongestif
atau keseimbangan elektrolit yang terganggu. (Suddarth, 2014)
b) AV Blok Blok jantung bukan penyakit pada jantung, tetapi
dihubungkan dengan berbagai jenis penyakit jantung, khususnya
penyakit arteri koroner dan penyakit jantung reumatik. Pada blok
jantung atrioventrikuler (AV), kontraksi jantung lemah dan tidak
memiliki dorongan yang cukup untuk mengirim darah dari atrium
16
2. Diagnosa Keperawatan
a. Ansietas bd kurang terpapar informasi
b. Resiko pendarahan bd tindakan pembedahan
c. Perfusi perifer tidak efektif bd penurunan konsentrasi hemoglobin
19
BAB III
TINJAUAN KASUS
b. PENGKAJIAN
Annamese :
Keluhan utama :
Sesak nafas
19
20
2 Jantung -
3 Thoraks / dada -
4 Abdomen -
5 Punggung -
6 Lengan dan tungkai -
7 Pemeriksaan lain -
21
mengungkapkan perasaan
dan persepsi
f. Melatih teknik relaksasi
Kolaborasi pemberiaan
obat antiansietas
Resiko pendarahan bd tindakan a. Memonitor tanda gejala
pembedahan pendarahan
b. Memonitor tanda tanda
vital
c. Kolaborasi pengontrol
pendarahan
Perfusi perifer tidak efektif bd a. Memeriksa sirkulasi perifer
penurunan konsentrasi b. Mengidentifikasi faktor
hemoglobin resiko
c. Menganjurkan melakukan
perawatan kulit yang tepat
24
17.10
Kolaborasi pemberian obat
antiansietas, jika perlu
2. Resiko Setelah dilakukukan Pencegahan pendarahan 17.00 Monitor tanda gejala
pendara intervensi 2 jam Observasi pendarahan S = pasien mengatakan
han bd diharapkan keluhan a. Memonitor tanda gejala R/ tampak dokter nyeri pasca operasi
tindaka nyeri akut berkurang pendarahan melakukan insisi dan
n dengan kriteria hasil b. Memonitor tanda tanda melakukan O = pasien tampak
Kolaborasi
pengontrol
pendarahan
R/ dokter melakukan
insisi dengan pisau
bedah no 11 dan
tampak perawat
melakukan
penutupan luka
dengan kasa dan
elastis perban
27
BAB III
PEMBAHASAN
A. PENGKAJIAN
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
hemoglobin
C. PERENCANAAN KEPERAWATAN
D. IMPLEMENTASI
E. EVALUASI
28
29
BAB IV
A. Kesimpulan
Demikianlah makalah ini saya susun guna untuk memenuhi tugas laporan
pada mata kuliah praktik profesi keperawatan bedah. Bagi para pembaca
makalah ini, sebaiknya tidak merasa puas, karena masih banyak ilmu-ilmu
yang didapat dari berbagai sumber. Sebaiknya mencari sumber lain untuk
29
30
DAFTAR PUSTAKA
30
31
Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M. L., & Swanson, E. (2016). Nursing
Outcomes
Classification and Nursing Intervention Classification Edisi 6. Singapore:
Elsevier.
Perry, P. &. (2009). Buku ajar Fundamental Keperawatan Edisi 4 (Vol. I).
Jakarta:
EGC.
Black, J. M., & Hawks, J. H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah (A. Suslia &
P. P. Lestari (eds.); 8th ed.). Elsevier.