ANEMIA
Disusun Oleh:
Dosen Pembimbing:
PALEMBANG
2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anemia merupakan salah satu penyakit yang masih terus menjadi masalah bagi
ibu hamil dan remaja. Penyakit ini juga menjadi salah satu penyebab kematian dan
komplikasi ibu hamil dan melahirkan. Menurut data Riskesdas 2018 angka kejadian
anemia pada ibu hamil yang paling tinggi dengan persentase 48,9% rentan usia 25-34
tahun dibanding pada tahun 2013 angka ini menunjukkan anemia pada ibu hamil terus
meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa penyakit anemia masih terus menjadi masalah
bagi perempuan Indonesia.
B. Ruang Lingkup
Tempat pengambilan kasus anemia ini di ruang paviliun Elisabeth 1 Rumah Sakit
Charitas Palembang. Adapun waktu yang diperlukan untuk mengkaji, menganalisis
sampai ke pengambilan tindakan keperawatan serta evaluasi tindakan kurang lebih 1
minggu.
C. Tujuan
Tujuan pembuatan laporan pendahuluan dan laporan kasus anemia ini agar
mahasiswa mampu mengerti penyakit anemia, tanda dan gejala, proses perjalanan
penyakit, penatalaksanaan, komplikasi, serta berpikir kritis dalam mengambil tindakan
keperawatan sesuai kasus yang terjadi di Rumah Sakit.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Medis
1) Definisi
2) Anatomi Fisiologi
Darah merupakan salah satu organ tubuh yang sangat penting bagi
manusia. Di dalam darah terkandung berbagai macam komponen, baik komponen
cairan berupa plasma darah, maupun komponen padat berupa sel-sel darah.
Hematologi merupakan salah satu ilmu kedokteran yang mempelajari tentang
darah dan jaringan pembentuk darah. Dalam bab ini menguraikan tentang
komponen-komponen darah dan perannya secara fisiologis bagi manusia (Firani,
2018).
● Neutrofil
● Eosinofil
● Basofil
● Limfosit
● Monosit
3. Trombosit : berfungsi dalam proses pembekuan darah, yang
berperan penting untuk sistem homeostasis dalam tubuh.
1) Hematopoiesis pembentukan sel-sel darah manusia
Menurut Firani (2018) pembentukan sel-sel darah manusia terjadi sejak janin
berada dalam kandungan. Tempat terjadinya proses pembentukan sel-sel darah
yaitu di dalam sumsum tulang hati dan limpa.
Semua jenis sel darah berasal dari sel induk hematopoietik (SIH) atau
“Hematopoietic stem cell”. Hematopoiesis berasal dari kata “hemo” yang
berarti darah “poesis” yang berarti pembentukan. SIH menghasilkan
puluhan miliar sel-sel darah setiap hari dari sel induk yang diperkirakan
jumlahnya ratusan ribu sel.
Proses pembentuk sel-sel darah berawal dari satu sel induk yang masih
sangat primitif, kemudian berakhir pada pembentukan sel-sel darah yang
berpotensi ganda yang dapat menimbulkan beberapa garis keturunan sel
yang terpisah, sehingga disebut sebagai pluripotent stem cell. Di dalam
sumsum tulang SIH berjumlah 1 dari setiap 20 juta sel berinti di sumsum
tulang. Diferensiasi sel terjadi dari sel induk yang dibatasi dalam potensi
perkembangan.
3) Etiologi
Sel darah merah dibuat pertama kali oleh yolk salk pada saat minggu
pertama embrio. Setelah 3 bulan masa kehamilan sistem eritropoiesis dibentuk
oleh sel-sel limpa. Saat mencapai usia kehamilan 7 bulan eritrosit terbentuk di
dalam hati,limpa, dan kelenjar sumsum tulang. Pada orang normal eritropoiesis
terjadi di sumsum tulang dikendalikan oleh jaringan stroma, sitokin, dan hormon
eritropoetin. Tahapan diferensiasi sel menghasilkan retikulosit (sel darah merah
yang mempunyai ribosom). Retikulosit berada di sumsum tulang selama 3 hari
sebelum dilepaskan ke sirkulasi. Setelah berada dalam sirkulasi, retikulosit
kehilangan ribosom dan menjadi sel darah merah yang matang. Yang beredar
selama 110 sampai 120 hari sebelum dihancurkan dari peredaran oleh makrofag.
Hemoglobin akan pecah menjadi bagian-bagian yaitu pigmen empedu, zat besi,
dan protein globin. Globin selanjutnya akan dipecah menjadi asam amino untuk
digunakan sebagai protein dalam jaringan-jaringan. Zat besi digunakan untuk
pembentukan sel darah merah lagi. Sisanya diubah menjadi bilirubin dan
biliverdin. Jumlah dari sel darah merah yang berada di sirkulasi tergantung dari
pembentukan dan pemecahannya. Keadaan normal pemecahan eritrosit seimbang
dengan pembentukan. Apabila terjadi gangguan maka akan menyebabkan
kekurangan atau kelebihan eritrosit. (Tjokroprawiro, Setiawan, Santoso,
Soegiarto, Rahmawati, 2015)
5) Manifestasi klinis
Gejala umum anemia disebut juga sebagai sindrom anemia atau anemic
syndrome. Gejala umum anemia atau sindrom anemia adalah gejala yang
timbul pada semua jenis anemia pada kadar hemoglobin yang sudah
menurun sedemikian rupa di bawah titik tertentu. Gejala ini timbul karena
anoksia organ target dan mekanisme kompensasi tubuh terhadap
penurunan hemoglobin. Gejala-gejala tersebut apabila diklasifikasikan
menurut organ yang terkena.
Gejala khas yang menjadi ciri diri masing-masing jenis anemia adalah
sebagai berikut.
Gejala penyakit dasar yang menjadi penyebab anemia. Gejala ini timbul
karena penyakit-penyakit yang mendasari anemia tersebut. Misalnya
anemia defisiensi besi yang disebabkan oleh infeksi cacing tambang berat
akan menimbulkan gejala seperti pembesaran parotis dan telapak tangan
berwarna kuning seperti jerami.
6) Pemeriksaan Diagnostik
a) Tes penyaring tes inu dikerjakan pada tahap awal pada setiap kasus
anemia. Dengan pemeriksaan ini, dapat dipastikan adanya anemia dan
bentuk morfologi anemia tersebut. Pemeriksaan ini meliputi pengkajian
pada komponen-komponen berikut ini:
● Kadar hemoglobin
● Indeks eritrosit (MCV,MCH, dan MCHC)
● Apusan darah tepi
b) Pemeriksaan rutin merupakan pemeriksaan untuk mengetahui kelainan
pada sistem leukosit dan trombosit. Pemeriksaan yang dikerjakan
meliputi laju endapan darah (LED), hitung diferensial, dan hitung
retikulosit.
c) Pemeriksaan sumsum tulang, pemeriksaan ini harus dikerjakan pada
sebagian besar kasus anemia untuk mendapatkan diagnosis definitif
meskipun ada beberapa kasus yang diagnosisnya tidak memerlukan
pemeriksaan sumsum tulang.
d) Pemeriksaan atas indikasi kasus: pemeriksaan ini akan dikerjakan jika
telah mempunyai dugaan diagnosis awal sehingga fungsinya adalah
untuk mengonfirmasi dugaan diagnosis tersebut. Pemeriksaan tersebut
meliputi komponen berikut ini:
● Anemia defisiensi besi: serum iron, TIBC, saturasi transferin, dan
ferritin serum.
● Anemia megaloblastik: asam folat darah/eritrosit, tes coombs, dan
elektroforesis Hb.
● Anemia pada leukemia akut biasanya dilakukan pemeriksaan
sitokimia.
2. Pemeriksaan laboratorium nonhematologic
● Faal ginjal;
● Faal endokrin;
● Asam urat;
● Faal hati;
● Biakan kuman.
3. Pemeriksaan penunjang lain
Upaya pencegahan anemia menurut Sari dkk (2021) dapat dilakukan melalui:
a) Pendidikan kesehatan
Makanan yang mengandung zat besi dan protein hewani seperti daging,
ayam, ikan, hati, telur dan protein nabati seperti sayuran berwarna hijau,
tempe, kacang-kacangan perlu ditingkatkan konsumsinya.
8) Penatalaksanaan Terapi
Pada setiap kasus anemia perlu diperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut ini
(Handayani W & Haribowo AS, 2012) :
Pada kasus anemia dengan payah jantung atau ancaman payah jantung,
maka harus segera diberikan terapi darurat dengan transfusi sel darah
merah yang dimampatkan (PRC) untuk mencegah perburukan payah
jantung tersebut.
2. Terapi khas untuk masing-masing anemia
Terapi ini bergantung pada jenis anemia yang dijumpai, misalnya preparat
besi untuk anemia defisiensi besi.
3. Terapi kausal
9) Komplikasi
Menurut Elvira dkk (2021) ada beberapa komplikasi yang akan terjadi apabila
anemia tidak segera ditangani diantaranya:
a) Masalah jantung
Anemia selama kehamilan sering terjadi terutama pada trimester kedua dan
ketiga, apabila sudah parah dan tidak dapat dikelola dengan baik akan
menyebabkan bayi lahir dengan berat badan rendah atau melahirkan prematur.
Hal ini juga meningkatkan resiko bayi mengalami anemia selama masa
bayinya. Selain itu anemia pada ibu hamil juga dapat membuat ibu kehilangan
banyak darah selama persalinan.
c) Depresi
Kerusakan saraf pada beberapa kasus anemia seperti pada anemia pernisiosa
dapat menyebabkan depresi. Wanita yang mengalami anemia defisiensi zat
besi selama kehamilan juga memiliki peningkatan risiko mengalami depresi
pasca melahirkan
Kondisi dimana sistem saraf yang menghasilkan dorongan tak tertahan untuk
menggerakkan kaki yang biasanya dirasakan pada sore dan malam hari. Ini
juga disebut penyakit willis-ekbom dan merupakan komplikasi dari anemia
defisiensi besi.
10) Pathway/ Patoflow diagram
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
2. Diagnosa Keperawatan
a. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan konsentrasi
hemoglobin
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
c. Keletihan berhubungan dengan kondisi fisiologis (anemia)
d. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
e. Resiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan tubuh
sekunder (penurunan hemoglobin)
f. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan penurunan energi
g. Defisit nutrisi berhubungan dengan peningkatan metabolisme
3. Intervensi Keperawatan
a. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan
Intervensi :
- Perawatan sirkulasi
- Manajemen sensasi perifer
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
Intervensi:
- Manajemen energi
- Terapi aktivitas
c. Keletihan berhubungan dengan kondisi fisiologis (anemia)
Intervensi:
- Edukasi aktivitas/istirahat
- Manajemen energi
d. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
Intervensi:
- Manajemen nyeri
- Pemberian analgetik
e. Resiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan tubuh
sekunder (penurunan hemoglobin)
Intervensi:
- Pencegahan infeksi
f. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan penurunan energi
Intervensi:
- Pemantauan respirasi
- Manajemen jalan napas
g. Defisit nutrisi berhubungan dengan peningkatan metabolisme
Intervensi:
- Manajemen nutrisi
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa anemia merupakan kondisi
tubuh mengalami gangguan pada pembentukan darah terkhusus eritrosit yang selanjutnya
mengakibat penurunan hemoglobin dalam darah sehingga gejala yang has terlihat pada
pemeriksaan laboratorium yaitu penurunan hb, pucat, konjungtiva anemis. Adapun
masalah keperawatan yang kemungkinan muncul ialah perfusi perifer tidak efektif, defisit
nutrisi, intoleransi aktivitas, keletihan, pola napas tidak efektif, dan resiko infeksi. Pada
proses pengkajian di Rumah sakit ditemukan beberapa masalah keperawatan yang sama
tetapi juga bisa muncul diagnosa diagnosa keperawatan lainnya seperti nyeri akut dan
nausea.
B. Saran
Kedepannya mahasiswa dapat berpikir lebih kritis lagi dalam mengkaji dan menganalisis
masalah yang terjadi di Rumah Sakit, selain itu mahasiswa juga perlu mencari berbagai
referensi dalam merencanakan pemberian intervensi yang tepat untuk pasien sesuai kasus
dan topik yang akan dicapai.
DAFTAR PUSTAKA
Astutik RY, Ertiana. 2018. Anemia dalam Kehamilan. Jawa Timur: CV Pustaka Abadi.
Elfira E, Fas With W, Siregar NA, Novista VL, Yuliani N, Tanjung PG, Pasaribu M,
Sari RN. 2021. Asuhan Keperawatan Medikal Bedah 1. Bandung: Media
Sains Indonesia
Firani NK. 2018. Mengenali Sel-Sel Darah dan Kelainan Darah. Malang : UB Press
Handayani W, Haribowo AS. 2012. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Pada Klien
dengan Gangguan Sistem Hematologi