Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. M.

L
DENGAN DIAGNOSA MEDIS ANEMIA DI DESA OBEN KECAMATAN
NEKAMESE

KABUPATEN KUPANG

OLEH:

Alfian Talu Popo, S.Kep


NIM : 213111094

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


UNIVERSITAS CITRA BANGSA
KUPANG
2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Konsep Dasar Anemia


1. Pengertian
Anemia adalah suatu keadaan dengan kadar hemoglobin darah yang
lebih rendah daripada normal sebagai akibat ketidakmampuan jaringan
pembentuk sel darah merah dalam produksinya guna mempertahankan kadar
hemoglobin pada tingkat normal (Adriani & Wijatmadi, 2019).
Anemia adalah keadaan dimana terjadi penurunan jumlah masa eritrosit
yang ditunjukkan oleh penurunan kadar hemoglobin, hematokrit dan hitung
eritrosit. Sintesis hemoglobin memerlukan ketersediaan besi dan protein yang
cukup dalam tubuh. Protein berperan dalam pengangkutan besi ke sumsum
tulang untuk membentuk molekul hemoglobin yang baru (Kulsum, 2020).
Anemia didefinisikan sebagai konsentrasi hemoglobin (Hb). Dikatakan
sebagai anemia bila Hb < 14g/dl dan Ht < 41% pada pria, Hb < 12g/dl dan Ht <
37% pada wanita (WHO, 2020).
National Institute of Health (NIH) Amerika 2011 menyatakan bahwa
anemia terjadi ketika tubuh tidak memiliki jumlah sel darah merah yang cukup
(Fikawati, Syafiq & Veretamala, 2017).
Digunakan dalam menentukan status anemia pada skala luas. Parameter
batasan kadar hemoglobin normal menurut WHO dalam Adriani & Wirjatmadi
(2017) adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Parameter Kadar Hemoglobin Normal


Kelompok Umur Hemoglobin (gr/dl)
Anak 6 bulan-6 tahun 11
6 tahun-14 tahun 12
Dewasa Laki-laki 13
Wanita 12
Wanita Hamil 11
2. Anatomi & Fisiologi

Darah manusia adalah cairan jaringan tubuh. Fungsi utamanya adalah


mengangkut oksigen yang diperlukan oleh sel-sel diseluruh tubuh. Darah juga
menyumplai jaringan tubuh dengan nutrisi, mengangkut zat-zat sisa metabolisme dan
mengandung berbagai bahan penyusun sistem imun yang bertujuan mempertahankan
tubuh dari berbagai penyakit. Hormon-hormon dari sistem endokrin juga diedarkan
melalui darah.
Darah manusia berwarna merah, antara merah terang apabila kaya oksigen
sampai merah tua apabila kekurangan oksigen. Warna merah pada darah disebabkan
oleh hemoglobin, protein pernapasan yang mengandung besi dalam bentuk heme, yang
merupakan tempat terikatnya molekul-molekul oksigen. Manusia memiliki sistem
peredaran darah tertutup yang berarti darah mengalir dalam pembuluh darah dan
disirkulasikan oleh jantung. Darah dipompa oleh jantung menunju paru0paru untuk
melepaskan sisa metabolisme berupa karbondioksida dan menyerap oksigen melalui
pembuluh darah pulmonalis, lalu dibawa lagi ke jantung melalui vena pulmonalis. Daraj
juga mengangkut bahan-bahan sisa metabolisme dan obat-obatan dan bahan kimia asing
ke hati untuk dibuang sebagai urine (Randy, 2018).
Komponen darah manusia terdiri dari dua komponen :
1. Korpuskular adalah unsur padat darah yaitu sel-sel darah eritrosit, leukosit dan
trombosit.
a. Eritrosit (sel darah merah)
Sel ini berbentuk cakram bikonkav, tanpa inti sel, berdiameter 7-8
mikrometer. Eritrosit mengandung hemoglobin, yang memberinya warna merah.
Hemoglobin (Hb) adalah protein kompleks terdiri atas protein, globin, dan
pigmen hem (besi). Jadi besi penting untuk Hb. Besi ditimbun di jaringan
sebagai ferritin dan hemosiderin. Eritrosit dibentuk di sumsum tulang merah,
dari proeritroblas, kemudian normoblas. Keduanya masih memiliki inti.
Normoblas kehilangan intinya dan masuk peredaran darah sebagai eritrosit
dewasa (Bakta, IM, 2019).
Fungsi utama sel darah merah adalah untuk mentrasnfer hemoglobin,
yang selanjutnya membawa oksigen dari paru-paru ke jaringan. Sel darah merah
merupakan cakram bikonkav yang mempunyai garis tengah rata-rata sekitar 8
mikron, tebalnya 2 mikron dan di tengahnya mempunyai tebal 1 mikron atau
kurang, bentuk sel normal adalah suatu “kantong” yang dapat berubah menjadi
hampir semua bentuk karena sel normal mempunyai membran, dan akibatnya
tidak merobek sel seperti yang akan terjadi pada sel-sel lainnya. pada laki-laki
normal, jumlah rata-rata sel darah merah permili liter kubik adalah 5.200.000
dan pada wanita normal adalah 4.700.000. jumlah hemoglobin dalam sel dan
transforoksigen, bila hematokrit darah mengandung rata-rata 15gram
hemoglobin. Tiap gram hemoglobin mampu mengikat kira-kira 1.39ml oksigen.
Oleh karena itu, pada orang normal lebih dari 20ml oksigen dapat diangkut
dalam ikatan dengan hemoglobin dalam tiap-tiap 100ml darah. Faktor utama
yang merangsang produksi sel-sel darah merah adalah hormon di dalam
sirkulasi yang disebut sebagai eritropritein, yang merupakan suatu glikoprotein.
pada orang normal 90%-95% dari seluruh eritropritein di bentuk di dalam
ginjal. (Bakta, IM, 2019).
b. Leukosit (sel darah putih)
Jumlah sel pada orang dewasa berkisar antara 6000-9000 sel/cc darah.
Fungsi utama dari sel tersebut adalah untuk fagosit (pemakan) bibit
penyakit/benda asing yang masuk tubuh. Peningkatan jumlah leukosit
merupakan petunjuk adanya infeksi misalnya radang paru-paru. Leukopenia
berkurangnya jumlah leukosit sampai dibawah 6000 sel/cc. leukositosis
bertambahnya jumlah leukosit melebihi normal (di atas 9000 sel/cc darah).
Granulosit adalah leukosit yang didalam sitoplasmanya memiliki butir-
butir kasar (granula). Jenisnya adalah eosinofil, basofil dan netrofil.
Agranulosit adalah leukosit yang sitoplasmanya tidak memiliki granula,
jenisnya adalah limfosit dan monosit.
o Eosinofil mengandung granula berwarna merah (warna eosin)
disebut juga asidofil berfungsi pada reaksi alergi.
o Basofil mengandung granula berwarna biru (warna basa)
berfungsi pada reaksi alergi.
o Netrofil ada 2 jenis sel yaitu netrofil batang dan netrofil segmen
disebut juga sebagai sel-sel PMN (Poly Morpho Nuclear)
berfungsi sebagai fagosit.
o Limfosit (ada 2 jenis sel yaitu sel T dan sel B) keduanya
berfungsi untuk menyelenggarakan imunitas (kekebalan tubuh).
Sel T adalah imunita seluler dan sel B adalah imunitas humoral.
o Monosit merupakan leukosit dengan ukuran paling besar.
c. Trombosit (Keping darah)
Disebut juga sel darah pembeku, jumlah sel pada orang dewasa sekitar
200.000-500.000 sel/cc. didalam trombosit terdapat banyak sekali faktor
pembeku (hemostasis) antara lain adalah faktor VIII (anti hemophilic factor),
jika seseorang secara genetis trombositnya tidak mengandung faktor tersebut,
maka orang tersebut menderita hemofili.
Proses pembekuan darah yaitu jika trombosit menyentuh permukaan
yang kasar akan pecah dan mengeluarkan enzim trombokinase (tromboplastin).
Pada masa embrio sel-sel darah dibuat di limpa dan hati (extra
medullarry haemopoesis) setelah embrio sudah cukup usia, fungsi itu diambil
alih oleh sumsumg tulang.
d. Plasma darah
Terdiri dari air dan protein darah yaitu albumin, globulin, dan fibrinogen, cairan
yang tidak mengandung unsur fibrinogen disebut serum darah. Protein dalam
serum inilah yang berfungsi sebagai antibodi terhadap adanya benda asing
(antigen).
Zat antibodi adalah senyawa gama yang disebut globulin. Tiap antibodi
bersifat spesifik terhadap antigen dan reaksinya bermacam-macam.
o Antibodi yang dapat menggumpalkan antigen disebut presipitin.
o Antibodi yang dapat menguraikan antigen adalah lisin.
o Antibodi yang dapat menawarkan racun adalah antioksidan.
3. Etiologi
1. Hemolisis (eritrosit mudah pecah)
2. Perdarahan
3. Penekanan sumsum tulang (misalnya oleh kanker)
4. Defisiensi nutrient (nutrisional anemia), meliputi  defisiensi besi, folic acid,
piridoksin, vitamin C dan copper
Menurut Badan POM (2016), Penyebab anemia yaitu
1. Kurang mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi, vitamin B12, asam
folat, vitamin C, dan unsur-unsur yang diperlukan untuk pembentukan sel darah
merah.
2. Darah menstruasi yang berlebihan. Wanita yang sedang menstruasi rawan
terkena anemia karena kekurangan zat besi bila darah menstruasinya banyak dan
dia tidak memiliki cukup persediaan zat besi.
3. Kehamilan. Wanita yang hamil rawan terkena anemia karena janin menyerap zat
besi dan vitamin untuk pertumbuhannya.
4. Penyakit tertentu. Penyakit yang menyebabkan perdarahan terus-menerus di
saluran pencernaan seperti gastritis dan radang usus buntu dapat menyebabkan
anemia.
5. Obat-obatan tertentu. Beberapa jenis obat dapat menyebabkan perdarahan
lambung (aspirin, anti infl amasi, dll). Obat lainnya dapat menyebabkan masalah
dalam penyerapan zat besi dan vitamin (antasid, pil KB, antiarthritis, dll).
6. Operasi pengambilan sebagian atau seluruh lambung (gastrektomi). Ini dapat
menyebabkan anemia karena tubuh kurang menyerap zat besi dan vitamin B12.
7. Penyakit radang kronis seperti lupus, arthritis rematik, penyakit ginjal, masalah
pada kelenjar tiroid, beberapa jenis kanker dan penyakit lainnya dapat
menyebabkan anemia karena mempengaruhi proses pembentukan sel darah
merah.
8. Pada anak-anak, anemia dapat terjadi karena infeksi cacing tambang, malaria,
atau disentri yang menyebabkan kekurangan darah yang parah.
4. Patofisiologi
Adanya suatu anemia mencerminkan adanya suatu kegagalan sumsum atau
kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum
(misalnya berkurangnya eritropoesis) dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi,
pajanan toksik, invasi tumor atau penyebab lain yang belum diketahui. Sel darah
merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi).
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau
dalam system retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa.  Hasil samping
proses ini adalah bilirubin yang akan memasuki aliran darah.  Setiap kenaikan
destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direfleksikan dengan peningkatan
bilirubin plasma (konsentrasi normal ≤ 1 mg/dl, kadar diatas 1,5 mg/dl
mengakibatkan ikterik pada sclera).
Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, (pada
kelainan hemplitik) maka hemoglobin akan muncul dalam plasma
(hemoglobinemia).  Apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas haptoglobin
plasma (protein pengikat untuk hemoglobin bebas) untuk mengikat semuanya,
hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus ginjal dan kedalam urin
(hemoglobinuria). 
Kesimpulan  mengenai apakah suatu anemia pada pasien disebabkan oleh
penghancuran sel darah merah atau produksi sel darah merah yang tidak
mencukupi biasanya dapat diperoleh dengan dasar:1. hitung retikulosit dalam
sirkulasi darah; 2. derajat proliferasi sel darah merah muda dalam sumsum tulang
dan cara pematangannya, seperti yang terlihat dalam biopsi; dan ada tidaknya
hiperbilirubinemia dan hemoglobinemia (Randy, 2018).
Anemia

viskositas darah menurun

resistensi aliran darah perifer

penurunan transport O2 ke jaringan

hipoksia, pucat, lemah

beban jantung meningkat

kerja jantung meningkat

payah jantun
5. Pathway Anemia

Hemolisis
Perdarahan
Defisiensi nutrein
Obat2an
infeksi

Gangguan Hemapoetik

Leukopenia Eritropetik Trombositopenia

Anemia Anemia Anemia


Hipoproliferatif Kurang
Hemolitika
trombosit

Lemah, letih, lesu


Pusing
Depresi sistem Darah sulit
Pucat
imun Takikardi membeku
Dyspnea
Sakit kepala
Hb turun perdarahan
Anemia berat gangguan
Pertahanan GI dan CHF
sekunder
terganggu
Oksihemoglobin turun
Aliran darah perifer
Resiko infeksi menurun
Perfusi jaringan tidak
efektif
Penurunan transport
Hipoksia : Pucat O2 ke jaringan
Perfus perifer tidak
efektif
Metabolism aerob
Intoleran Aktivitas
turun, anaerob naik
Kompensasi jantung
Kelemahan
Resiko jatuh
Respirasi meningkat, Ketidakefektifa
nadi meningkat n pola nafas

Gagal Jantung Cardiomegali :

sesak napas, aritmia,


kelelahan,nyeri dada,
palpitasi
Kegagalan
6. Klasifikasi organ
Anemia Tidak mampu
Kematian tubuh lain ,bahkan memompa
hentiberdasarkan
Klasifikasi jantung darah
pendekatan ke
fisiologis menurut Haryono 2017 :
seluruh tubuh
1. Anemia hipoproliferatif, yaitu anemia defisiensi jumlah sel darah merah disebabkan
oleh defek produksi sel darah merah, meliputi:
a) Anemia aplastik
Penyebab:
1) agen neoplastik/sitoplastik
2) terapi radias
3) antibiotic tertentu
4) obat antu konvulsan, tyroid, senyawa emas, fenilbutason
5) benzene
6) infeksi virus (khususnya hepatitis)

Penurunan jumlah sel eritropoitin (sel induk) di sumsum tulang
Kelainan sel induk (gangguan pembelahan, replikasi, deferensiasi)
Hambatan humoral/seluler

Gangguan sel induk di sumsum tulang

Jumlah sel darah merah yang dihasilkan tak memadai

Pansitopenia

Anemia aplastik
Gejala-gejala:
1) Gejala anemia secara umum (pucat, lemah, dll)
2) Defisiensi trombosit: ekimosis, petekia, epitaksis, perdarahan saluran cerna,
perdarahan saluran kemih, perdarahan susunan saraf pusat.
3) Morfologis: anemia normositik normokromik
b) Anemia pada penyakit ginjal
Gejala-gejala:
1) Nitrogen urea darah (BUN) lebih dari 10 mg/dl
2) Hematokrit turun 20-30%
3) Sel darah merah tampak normal pada apusan darah tepi
Penyebabnya adalah menurunnya ketahanan hidup sel darah merah maupun
defisiensi eritopoitin
c) Anemia pada penyakit kronis
Berbagai penyakit inflamasi kronis yang berhubungan dengan anemia jenis
normositik normokromik (sel darah merah dengan ukuran dan warna yang
normal).  Kelainan ini meliputi artristis rematoid, abses paru, osteomilitis,
tuberkolosis dan berbagai keganasan
d) Anemia defisiensi besi
Penyebab:
1) Asupan besi tidak adekuat, kebutuhan meningkat selama hamil, menstruasi
2) Gangguan absorbsi (post gastrektomi)
3) Kehilangan darah yang menetap (neoplasma, polip, gastritis, varises oesophagus,
hemoroid, dll.)

gangguan eritropoesis

Absorbsi besi dari usus kurang

sel darah merah sedikit (jumlah kurang)
sel darah merah miskin hemoglobin

Anemia defisiensi besi
Gejala-gejalanya:
1) Atropi papilla lidah
2) Lidah pucat, merah, meradang
3) Stomatitis angularis, sakit di sudut mulut
4) Morfologi: anemia mikrositik hipokromik
e) Anemia megaloblastik
Penyebab:
1) Defisiensi defisiensi vitamin B12 dan defisiensi asam folat
2) Malnutrisi, malabsorbsi, penurunan intrinsik faktor
3) Infeksi parasit, penyakit usus dan keganasan, agen kemoterapeutik, infeksi cacing
pita, makan ikan segar yang terinfeksi, pecandu alkohol.

Sintesis DNA terganggu

Gangguan maturasi inti sel darah merah

Megaloblas (eritroblas yang besar)

Eritrosit immatur dan hipofungsi
2. Anemia hemolitika, yaitu anemia defisiensi jumlah sel darah merah disebabkan oleh
destruksi sel darah merah:
a) Pengaruh obat-obatan tertentu
b) Penyakit Hookin, limfosarkoma, mieloma multiple, leukemia limfositik kronik
c) Defisiensi glukosa 6 fosfat dihidrigenase
d) Proses autoimun
e) Reaksi transfusi
f) Malaria

Mutasi sel eritrosit/perubahan pada sel eritrosit

Antigesn pada eritrosit berubah

Dianggap benda asing oleh tubuh

sel darah merah dihancurkan oleh limposit

Anemia hemolisis
Pembagian derajat anemia menurut WHO dan NCI (National Cancer Institute)
DERAJAT WHO NCI
Derajat 0 (nilai normal) > 11.0 g/dL Perempuan 12.0 - 16.0
g/dL
Derajat 1 (ringan) 9.5 - 10.9 g/dL Laki-laki 14.0 - 18.0 g/dL
Derajat 2 (sedang) 8.0 - 9.4 g/dL 10.0 g/dL - nilai normal
Derajat 3 (berat) 6.5 - 7.9 g/dL 8.0 - 10.0 g/dL
Derajat 4 (mengancam < 6.5 g/dL 6.5 - 7.9 g/dL
jiwa) < 6.5 g/dL

7. Tanda Dan Gejala


Menurut Haryono (2017) :
1. Lemah, letih, lesu dan lelah
2. Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang
3. Gejala lanjut berupa kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak tangan menjadi
pucat. Pucat oleh karena kekurangan volume darah dan Hb, vasokontriksi
4. Takikardi dan bising jantung (peningkatan kecepatan aliran darah) Angina (sakit
dada)
5. Dispnea, nafas pendek, cepat capek saat aktifitas (pengiriman O2 berkurang)
6. Sakit kepala, kelemahan, tinitus (telinga berdengung) menggambarkan berkurangnya
oksigenasi pada SSP
7. Anemia berat gangguan GI dan CHF (anoreksia, nausea, konstipasi atau diare)
8. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan anemia ditujukan untuk mencari penyebab dan mengganti darah yang
hilang (Haryono, 2017):
1. Anemia aplastik
a. Transplantasi sumsum tulang
b. Pemberian terapi imunosupresif dengan globolin antitimosit(ATG)
2. Anemia pada penyakit ginjal
a. Pada paien dialisis harus ditangani denganpemberian besi dan asam folat
b. Ketersediaan eritropoetin rekombinan
3. Anemia pada penyakit kronis
Kebanyakan pasien tidak menunjukkan gejala dan tidak memerlukan penanganan
untuk aneminya, dengan keberhasilan penanganan kelainan yang mendasarinya, besi
sumsum tulang dipergunakan untuk membuat darah, sehingga Hb meningkat.
4. Anemia pada defisiensi besi
a. Dicari penyebab defisiensi besi
b. Menggunakan preparat besi oral: sulfat feros, glukonat ferosus dan fumarat
ferosus.
5. Anemia megaloblastik
a. Defisiensi vitamin B12 ditangani dengan pemberian vitamin B12, bila difisiensi
disebabkan oleh defekabsorbsi atau tidak tersedianya faktor intrinsik dapat diberikan
vitamin B12 dengan injeksi IM.
b.Untuk mencegah kekambuhan anemia terapi vitamin B12 harus diteruskan selama
hidup pasien yang menderita anemia pernisiosa atau malabsorbsi yang tidak dapat
dikoreksi.
c. Anemia defisiensi asam folat penanganannya dengan diet dan penambahan asam
folat 1 mg/hari, secara IM pada pasien dengan gangguan absorbsi.
9. Pemeriksaan Khusus Dan Penunjang
1. Kadar Hb, hematokrit, indek sel darah merah, penelitian sel darah putih, kadar Fe,
pengukuran kapasitas ikatan besi, kadar folat, vitamin B12, hitung trombosit,
waktu perdarahan, waktu protrombin, dan waktu tromboplastin parsial. 
2. Aspirasi dan biopsy sumsum tulang. Unsaturated iron-binding capacity serum
3. Pemeriksaan diagnostic untuk menentukan adanya penyakit akut dan kronis serta
sumber kehilangan darah kronis.

10. Kemungkinan Komplikasi Yang Muncul


Komplikasi umum akibat anemia adalah:
1. Gagal jantung,
2. Kejang.
3. Perkembangan otot buruk ( jangka panjang )
4. Daya konsentrasi menurun
5. Kemampuan mengolah informasi yang didengar menurun
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Lakukan pengkajian fisik
a. Pengumpulan Data
1) Identitas pasien : lebih banyak anemia terjadi pada wanita, karena wanita
memiliki kadar hemoglobin dan hematocrit lebih rendah ketimbang pria. Dan
wanita juga membutuhkan asupan zat besi yang lebih tinggi akibat kondisi
khusus misalnya menstruasi, kehamilan, menyusui dan menopause. Usia
remaja lebih rentan mengalami anemia karena mengalami menstruasi awal
dalam fase hidupnya sehingga membutuhkan kebutuhan zat besi yang lebih
banyak.
2) Keluhan utama : keluhan yang dirasakan pasien anemia biasanya yaitu
pusing, lemas, pucat, sakit kepala
3) Riwayat kesehatan sekarang : terdiri dari kapan mulai megalami gejala-gejala
diatas, dan upaya apa yang telah dilakukan sebelumnya
4) Riwayat kesehatan dahulu : ada riwayat penyakit anemia atau penyakit lain
yang ada kaitannya dengan kekurangan darah, misalnya pernah perdarahan.
5) Riwayat kesehatan keluarga : dapat dilihat dari genogram keluarga yang akan
menunjukkan salah satu anggota keluarga yang juga mengalami anemia.
6) Riwayat psikososial : meliputi informasi perilaku, perasaan dan emosi yang
dialami penderita sehubungan dengan penyakit serta tanggapan keluarga
terhadap penyakit penderita.
1. Pemeriksaan fisik
1) Aktivitas dan istirahat, lelah/kelemahan, sesak napas
2. Observasi adanya manifestasi anemia
a. Manifestasi umum
b. Kelemahan otot
c. Mudah lelah
d. Kulit pucat
3. Manifestasi system saraf pusat
a. Sakit kepala
b. Pusing
c. Kunang-kunang
d. Peka rangsang
e. Proses berpikir lamba
f. Penurunan lapang pandang
g. Apatis
h. Depresi
4. Syok (anemia kehilangan darah)
a. Perfusi perifer buruh
b. Kulit lembab dan dingin
c. Tekanan darah rendah dan tekanan darah setral
d. Peningkatan frekwensi jatung
5. Pemeriksaan Labolatorium
2. Diagnosa Keperawatan Dan Masalah Kolaborasi Yang Mungkin Muncul
1. Perfusi Perifer Tidak Efektif b.d  Penurunan Konsentrasi Hemoglobin
2. Resiko Infeksi b.d Ketidakadekuatan Pertahanan Tubuh Sekunder (Penurunan
Hb)
3. Intoleransi Aktifitas b.d Ketidakseimbangan antara Suplai dan Kebutuhan
Oksigen.
4. Keletihan b.d Kondisi Fisiologis (Anemia)
3. Perencanaan Keperawatan
Diangosa
No Keperawatan Dan Tujuan Dan Kriteria Hasil Intervensi
Kolaborasi
1 Perfusi perifer tidak Setelah dilakukan tindakan Perawatan Sirkulasi
efektif b.d penurunan keperawatan selama ………
konsentrasi hemoglobin jam maka Perfusi Perifer Obsevasi
klien adekuat dengan kriteria  Periksa sirkulasi
hasil : perifer (mis. Nadi
a) Denyut nadi perifer perifer, warna, suhu)
meningkat  Monitor panas,
b) Warna kulit pucat kemerahan, nyeri atau
menurun bengkak pada
c) Nyeri ekstremitas ekstremitas
menurun Terapeutik
d) Kelemahan otot menurun  Hindari pemasangan
e) Pengisian kapiler infus atau
membaik pengambilan darah di
f) Akral membaik area keterbatasan
g) Turgor kulit membaik perfusi
h) Tekanan darah sistolik  Hindari pengukuran
membaik tekanan darah pada
i) Tekanan darah diastolic ekstremitas dengan
membaik keterbatasan perfusi
 Lakukan pencegahan
infeksi
 Lakukan perawatan
kaki dan kuku
Edukasi
 Anjurkan
menghindari merokok
 Anjurkan mengecek
air mandi untuk
menghindari kulit
terbakar
 Anjurkan melakukan
perawatan kulit yang
tepat (mis.
Melembabkan kulit
yang kering pada
kaki)
 Ajarkan program diet
untuk memperbaiki
sirkulasi (mis.
Rendah lemak jenuh,
minyak ikan omega
3)
 Informasikan tanda
gejala darurat yang
harus dilaporkan
(mis. Rasa sakit yang
tidak hilang saat
istirahat, luka tidak
sembuh, hilangnya
rasa)
2 Keletihan b.d kondisi Setelah dilakukan tindakan Manajemen Energi
fisiologis (anemia) keperawatan selama ……….
Tingkat Keletihan berkurang Observasi
dengan kriteria hasil :  Identifikasi gangguan
a. Tenaga meningkat fungsi tubuh yang
b. Verbalisasi lelah menurun mengakibatkan
c. Lesu menurun kelelahan
d. Gnagguan konsentrasi  Monitor kelelahan
menurun fisik dan emosional
e. Sakit kepala menurun  Monitor pola jam
f. Selera makan membaik tidur
g. Pola npaas membaik  Monitor lokasi
h. Pola istirahat membaik ketidaknyamanan
selama melakukan
aktivitas
Terapeutik
 Sediakan lingkungan
yang nyaman dan
rendah stimulus (mis.
Cahaya, suara)
 Lakukan latihan
rentang gerakmpasif
dan aktif
 Berikan aktivitas
distraksi yang
menenangkam
 Fasilitasi duduk di
sisi tempat tidur jika
tidak dapat
berpindah/berjalan
Edukasi
 Anjurkan tirah baring
 Anjurkan melakukan
aktivitas secara
bertahap
 Anjurkan
menghubungi
perrawat jika tanda
dan gejala kelelahan
tidak berkurang
 Ajarkan strategi
moping untuk
mengurangi kelelahan
Kolaborasi
 Kolaborasi dengan
ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan
makanan
3 Risiko Infeksi b.d Setelah dilakukan tindakan Pencegahan Infeksi
ketidakadekuatan keperawatan selama ……….
jam tingkat infeksi menurun Observasi
pertahanan tubuh
dengan kriteria hasil :  Monitor tanda dan
sekunder (penurunan a. Kebersihan tangan gejala infeksi local
Hb) meningkat dan sistemik
b. Kebersihan badan Terapeutik
meningkat  Batasi jumlah
c. Nafsu makan meningkat pengunjung
d. Demam menurun  Berikan perawatan
e. Kemerahan menurun kulit pada area edema
f. Nyeri menurun  Cuci tangan sebelum
g. Bengkak menurun dan sesudah kontak
h. Kadar sel darah putih dengan pasien dan
membaik lingkungan pasien
 Pertahankan teknik
aseptic pada pasien
beresiko tinggi
Edukasi
 Jelaskan tanda dan
gejala infeksi
 Ajarkan cara mencuci
tangan dengan benar
 Ajarkan etika batuk
 Anjurkan
meninkatkan asupan
nutrisi
 Anjurkan
meningkatkan asupan
cairan

4 Intoleransi aktifitas Setelah dilakukan tindakan Manajemen Energi


b.d keperawatan selama
………. jam Toleransi Observasi
ketidakseimbangan
Aktivitas klien meningkat  Identifikasi gangguan
antara suplai dan dengan kriteria hasil : fungsi tubuh yang
kebutuhan oksigen. a. Frekuensi nadi meningkat mengakibatkan kelelahan
b. Saturasi oksigen  Monitor kelelahan fisik
meningkat dan emosional
c. Kemudahan dalam  Monitor pola jam tidur
melakukan aktivitas  Monitor lokasi
sehari-hari meingkat ketidaknyamanan selama
d. Keluhan lelah menurun melakukan aktivitas
e. Dyspnea saat aktivitas Terapeutik
menurun  Sediakan lingkungan
f. Dyspnea setelah aktivitas yang nyaman dan rendah
menurun stimulus (mis. Cahaya,
g. Perasaan lemah menurun suara)
h. Sianosis menurun  Lakukan latihan rentang
i. Warna kulit membaik gerakmpasif dan aktif
j. Tekanan darah membaik
 Berikan aktivitas
k. Frekuensi napas membaik
distraksi yang
menenangkam
 Fasilitasi duduk di sisi
tempat tidur jika tidak
dapat berpindah/berjalan
Edukasi
 Anjurkan tirah baring
 Anjurkan melakukan
aktivitas secara bertahap
 Anjurkan menghubungi
perrawat jika tanda dan
gejala kelelahan tidak
berkurang
 Ajarkan strategi moping
untuk mengurangi
kelelahan
Kolaborasi
Kolaborasi dengan ahli
gizi tentang cara
meningkatkan asupan
makanan

4. Implementasi
Menurut (Kozier, 2015) Implementasi keperawatan adalah sebuah fase dimana
perawat melaksanakan intervensi keperawatan yang sudah direncanakan sebelumnya.
Berdasarkan terminologi SIKI, implementasi terdiri atas melakukan dan
mendokumentasikan yang merupakan tindakan keperawatan khusus yang digunakan
untuk melaksanaan intervensi.

5. Evaluasi
Evaluasi keperawatan menurut (Kozier, 2015) adalah fase kelima atau terakhir
dalam proses keperawatan. Evaluasi dapat berupa evaluasi struktur, proses dan hasil
evaluasi terdiri dari evaluasi formatif yaitu menghasilkan umpan balik selama
program berlangsung. Sedangkan evaluasi sumatif dilakukan setelah program selesai
dan mendapatkan informasi efektifitas pengambilan keputusan. Evaluasi asuhan
keperawatan didokumentasikan dalam bentuk SOAP (subjektif, objektif, assesment,
planing) (Achjar, 2017). Evaluasi yang diharapkan sesuai dengan masalah yang klien
hadapi yang telah di buat pada perencanaan tujuan dan kriteria hasil.
DAFTAR PUSTAKA
Ani, LS.2016.Buku Saku Anemia Defisiensi Besi.Jakarta: EGC

Bakta, IM.2019..Hematologi Klinik Ringkas.Jakarta: EGC


Effendi YM. Perbandingan aktivitas antioksidan ekstrak daging pisang ambon (musa aaa
‘pisang ambong’) dengan vitamin a, vitamin c, dan katekin melalui penghitungan
bilangan peroksida. Jakarta: FK UI; 2019.
Handayani, W.2014.Buku ajar asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem
hematologi.Jakarta: Salemba Medika
Haryono, R. 2017. Keperawatan Medikal Bedah Sistem Pencernaan. Yogyakarta: Gosyen
Publishing. J. Kedokt Meditek Volume 23, No.63 JuliSeptember 2017)
Kulsum, U. (2020). Pola Menstruasi Dengan Terjadinya Anemia Pada Remaja Putri. Jurnal
Ilmu Keperawatan Dan Kebidanan, 11(2), 314–327.

Kementrian Kesehatan R.I. (2015). Gambaran Kesehatan Lanjut Usia di Indonesia. Jakarta:
Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI

Ping, Y., & Xiaohua, W. (2017). Risk factors for accidental falls in the elderly and intervention
strategy. Journal of Medical Colleges of PLA. Diakses dari http://www.elsevier.com/locate/
jmcpla

Thankachan. (2008). Iron Absorbtion in Young Women: the Interaction of Iron Status With
the Influence of Tea and Ascorbic Acid. The American Jounal of Clinical Nutrition, 87, 881.

PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.Jakarta: DPP PPNI

PPNI. 2017. Standar Luaran Keperawatan Indonesia.Jakarta: DPP PPNI

PPNI. 2017. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.Jakarta: DPP PPNI

Rendy, M. Clevo &TH, Margareth. 2018. Asuhan Keperawatan Medikal


Bedah dan Penyakit Dalam.Yogjakarta : Nuha Medika.

Smeltzer & Bare. 2017. Keperawatan Medikal Bedah II. Jakarta: EGC
Wilkinson, Judith M. 2019. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, edisi 7. EGC : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai