Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN DIAGNOSA ANEMIA

DI RUANG DAHLIA RSUD KOTA BANJAR

Dosen Pembimbing : Dewi Aryanti S.Kep Ners, MS.c

DISUSUN OLEH :

SHELVYA LAELI

P20620522073

2B NERS D4 KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN

POLTEKKES KEMENKES TASIKMALAYA

TAHUN 2023/2024
A. KONSEP TEORITIS
1. DEFINISI
Anemia adalah keadaan rendahnya jumlah sel darah merah dan kadar
hemoglobin (Hb) atau hematokrit (Ht) dibawah normal. Anemia menunjukkan
suatu status penyakit atau perubahan fungsi tubuh (Smeltzer, 2001). Anemia
merupakan keadaan dimana masa eritrosit dan atau masa hemoglobin yang
beredar tidak memenuhi fungsinya untuk menyediakan oksigen bagi jaringan
tubuh. Secara laboratoris, anemia dijabarkan sebagai penurunan kadar
hemoglobin serta hitung eritrosit dan hematokrit di bawah normal (Handayani
& Andi, 2008).
Batasan umum seseorang dikatakan anemia dapat menggunakan kriteria
WHO pada tahun 1968, dengan kriteria sebagai berikut
(Handayani & Andi, 2008).

• Laki-laki dewasa Hb < 13 gr/dl


• Perempuan dewasa tidak hamil Hb < 12 gr/dl
• Perempuan dewasa hamil Hb < 11 gr/dl
• Anak usia 6-14 tahun Hb < 12 gr/dl
• Anak usia 6 bulan – 6 tahun Hb < 11 gr/dl

Untuk kriteria anemia di klinik, rumah sakit, atau praktik klinik pada umumnya
dinyatakan anemia bila terdapat nilai sebagai berikut (Handayani & Andi, 2008):
• Hb < 10 gr/dl
• Hematokrit < 30%
• Eritrosit < 2,8 juta/mm2
Derajat anemia ditentukan oleh kadar Hb. Klasifikasi derajat anemia yang umum
dipakai adalah (Handayani & Andi, 2008):

❖ Ringan sekali Hb 10 gr/dl – 13 gr/dl


❖ Ringan Hb 8 gr/dl – 9,9 gr/dl
❖ Sedang Hb 6 gr/dl – 7,9 dr/dl
❖ Berat Hb < 6 gr/dl

2. ETIOLOGI
Menurut Price & Wilson (2005) penyebab anemia dapat dikelompokan
sebagai berikut:
1. Gangguan produksi eritrosit yang dapat terjadi karena:
a. Perubahan sintesa Hb yang dapat menimbulkan anemi difisiensi Fe,
Thalasemia, dan anemi infeksi kronik.
b. Perubahan sintesa DNA akibat kekurangan nutrien yang dapat
menimbulkan anemi pernisiosa dan anemi asam folat.
c. Fungsi sel induk (stem sel) terganggu , sehingga dapat menimbulkan anemia
aplastik dan leukemia.
d. Infiltrasi sumsum tulang, misalnya karena karsinoma.
2. Kehilangan darah
a. Akut karena perdarahan atau trauma atau kecelakaan yang terjadi secara
mendadak.
b. Kronis karena perdarahan pada saluran cerna atau menorhagia.
3. Meningkatnya pemecahan eritrosit (hemolisis) Hemolisis dapat terjadi karena:
a. Faktor bawaan, misalnya, kekurangan enzim G6PD (untuk mencegah
kerusakan eritrosit.
b. Faktor yang didapat, yaitu adanya bahan yang dapat merusak eritrosit
misalnya, ureum pada darah karena gangguan ginjal atau penggunaan obat
acetosal.
4. Bahan baku untuk pembentukan eritrosit tidak ada Bahan baku yang dimaksud
adalah protein , asam folat, vitamin B12, dan mineral Fe. Sebagian besar anemia
anak disebabkan oleh kekurangan satu atau lebih zat gizi esensial (zat besi, asam
folat, B12) yang digunakan dalam pembentukan sel-sel darah merah. Anemia
bisa juga disebabkan oleh kondisi lain seperti penyakit malaria,
infeksi cacing tambang.

3. ANATOMI FISIOLOGI
Darah merupakan suatu jaringan tubuh yang terdapat di dalam pembuluh
darah yang berwarna merah. Warna merah itu keadaannya tidak tetap tergantung
pada banyaknya O2 dan CO2 di dalamnya. Darah yang mengandung CO2
warnanya merah tua. Adanya O2 dalam darah diambil dengan jalan bernafas, dan
zat ini sangat berguna pada peristiwa pembakaran/metabolisme dalam tubuh. Darah
selamanya beredar di dalam tubuh oleh karena adanya kerja atau pompa jantung
dan selama darah berada dalam pembuluh darah maka akan tetap encer, tetapi kalau
ia keluar dari pembuluhnya maka ia akan menjadi beku. Pembekuan ini dapat
dicegah dengan jalan mencampurkan kedalam darah tersebut sedikit obat anti
pembekuan/sitras natrikus.
Keadaan ini sangat berguna apabila darah tersebut diperlukan untuk
transfusi darah. Pada tubuh yang sehat atau orang dewasa terdapat darah sebanyak
±1 13 dari berat badanatau kira-kira 4-5 liter. Keadaan jumlah tersebut pada tiap
orang tidak sama tergantung pada umur, pekerjaan, keadaan jantung atau pembuluh
darah. Tentang viskositas/kekentalan darah lebih kental daripada air yaitu
mempunyai BJ: 1,0411,067 dengan temperatur 380C dan pH: 7,37-7,45. Fungsi
darah terdiri atas:
1. Sebagai alat pengangkut yaitu;
a. Mengambil O2/zat pembakaran dari paru-paru untuk diedarkan ke seluruh
jaringan tubuh.
b. Mengangkat CO2 dari jaringan untuk dikeluarkan melalui paru-paru.
c. Mengambil zat-zat makanan dari usus halus untuk diedarkan dan dibagikan
keseluruh jaringan/alat tubuh.
d. Mengangkat/mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna bagi tubuh untuk
dikeluarkan melalui kulit dan ginjal.
2. Sebagai pertahanan tubuh terhadap serangan bibit penyakit dan racun yang akan
membinasakan tubuh dengan perantaraan leukosit, antibodi/zat-zat antiracun.
3. Menyebarkan panas ke seluruh tubuh.

Bagian-bagian darah terdiri atas Air 91%, Protein 3% (Albumin, Globulin,


protombin, dan fibrinogen), Mineral 0,9% (Natrium Klorida, Natrium
Bikarbonat, Garam Fosfat, Magnesium, Kalsium dan zat besi), Bahan Organik
0,1% (glukosa, lemak, asam urat, kreatinin, kolestrol dan asam amino). Jika
darah dilihat begitu saja maka ia merupakan zat cair berwarna merah, tetapi
apabila dilihat dibawah mikroskop maka nyatalah bahwa dalam darah terdapat
sel-sel darah, sedangkan cairan berwarna kekuning-kuningan disebut plasma.
Jadi darah terdiri dari 2 bagian yaitu: sel–sel darah ada 3 macam (eritrosit,
leukosit, trombosit) dan plasma darah.
1. Eritrosit (Sel Darah Merah) Berbentuk seperti cakram/bikonkaf dan tidak
mempunyai inti. Ukurannya ±7,7 unit (0,007mm) diameter. Tidak dapat
bergerak. Banyaknya kira-kira 5juta dalam 1mm3 (4½ juta). Warnanya
kuning kemerah-merahan karena didalamnya banyak mengandung O2.
Fungsinya adalah mengikat darah dari paru-paru untuk diedarkan ke seluruh
jaringan tubuh dan mengikat CO2 dari jaringan tubuh untuk dikeluarkan
melalui paruparu.
Pengikatan O2 dan CO2 ini dikerjakan oleh Hemoglobin yang telah
bersenyawa dengan O2 disebut Oksihemoglobin (Hb + O2 → HbO2) jadi
O2 diangkat dari seluruh tubuh sebagai oksihemoglobin yang nantinya
setelah tiba di jaringan, akan dilepaskan HbO2 → Hb + O2 dan seterusnya
Hb tadi akan mengikat dan bersenyawa dengan CO2 dan disebut
Karbondioksihemoglobin (Hb + CO2 → HbCO2) yang mana CO2 akan
dilepaskan di paru-paru.
Tempat pembuatan: sel darah merah di dalam tubuh dibuat didalam sumsum
tulang merah, limpa, dan hati. Yang kemudian akan beredar di dalam tubuh
selama 14-15 hari, setelah itu akan mati. Hb yang keluar dari eritrosit akan
mati terurai menjadi 2 zat yaitu hematinsit yang baru dan Hemoglobin yaitu:
suatu zat yang terdapat di dalam eritrosit yang berguna mengikat O2 dan
CO2. Jumlah normal pada orang dewasa ± 11,5-15gram dalam 100cc darah.
Normal Hb wanita 11,5mg% dan Hb laki-laki 13,0mg%. Di dalam tubuh
banyaknya sel darah merah ini berkurang, demikian juga banyaknya
hemoglobin dalam sel darah merah. Apabila keduanya berkurang maka
keadaan ini disebut anemia, biasanya hal ini disebabkan oleh karena
perdarahan yang hebat, hama penyakit yang menghanyutkan eritrosit dan
tempat pembuatan eritrosit sendiri terganggu.
2. Leukosit (Sel Darah Putih) Keadaan bentuk dan sifat-sifat dari leukosit
berlainan dengan eritrosit. Bentuknya dapat berubah-ubah dn dapat
bergerak dengan perantaraan kaki palsu (pseudopodia), mempunyai
bermacam-macam inti sel sehingga ia dapat dibedakan menurut inti selnya,
warnanya bening (tidak berwarna), banyaknya dalam 1mm3 darah ±6.000-
9.000. Fungsinya : 1. Sebagai serdadu tubuh yaitu, membunuh dan
memakan bibit penyakit/bakteri yang masuk kedalam tubuh jaringan RES
(retikulum endoplasma/ sistem retikulo endotel), tempat pembiakannya di
dalam limpa dan kelenjar limfe 2. Sebagai pengangkut yaitu,
mengangkut/membawa zat lemak dari dinding usus melalui limpa terus ke
pembuluh darah.
Sel leukosit disamping berada di dalam pembuluh darah juga terdapat di
seluruh jaringan tubuh manusia. Pada kebanyakan penyakit disebabkan oleh
kemasukan kuman/infeksi maka jumlah leukosit yang ada di dalam darah
akan lebih banyak dari biasanya. Hal ini disebabkan sel leukosit yang
biasanya tinggal di dalam kelenjar limfe, sekarang beredar dalam darah
untuk mempertahankan tubuh terhadap serangan bibit penyakit tersebut.
Jika jumlah leukosit dalam darah ≥ 10.000mm3 disebut Leukositosis dan
jika jumlah leukosit dalam darah ≤ 6.000mm3 disebut Leukositopenia.
3. Trombosit (Sel Pembeku) Merupakan benda-benda kecil yang mati serta
bentuk dan ukurannya bermacammacam, ada yang bulat dan lonjong,
warnanya putih, banyaknya normal pada orang dewasa 200.000-
300.000mm3
Fungsinya memegang peranan penting di dalam pembekuan darah. Jika
banyaknya kurang dari normal, maka kalau ada luka darah tidak lekas
membeku sehingga timbul perdarahan yang terus menerus. Trombosit ≥
300.000 disebut Trombositosis. Trombosit yang ≤ 200.000 dosebut
Trombositopenia.
Terjadinya pembekuan darah di dalam plasma darah terdapat suatu zat yang
turut membantu terjadinya peristiwa pembekuan darah, yaitu Ca2+ dan
fibrinogen. Fibrinogen mulai bekerja apabila tubuh mendapat luka. Jika
terjadi luka maka darah akan keluar, trombosit pecah dan mengeluarkan zat
yang disebut trombokinase. Trombokinase ini akan bertemu dengan
protombin dengan pertolongan Ca2+ akan menjadi trombin. Trombin akan
bertemu pula dengan fibrin yang merupakan benang-benang halus, bentuk
jaringan yang tidak teratur letaknya, yang akan menahan sel darah, dengan
demikian terjadilah pembekuan. Protombin dibuat di hati dan untuk
pembuatannya diperlukan Vitamin K, karena Vitamin K penting untuk
pembekuan darah.
4. Plasma Darah Bagian darah yang encer tanpa sel-sel darah, warna bening
ke kuning-kuningan. Hampir 90% dari plasma darah terdiri dari air,
disamping itu terdapat pula zat-zat lain yang terlarut di dalamnya. Untuk
mendapatkan plasma darah kita harus mencampurkan dulu sedikit sitras
natrikus ke dalam darah,supaya darah tidak membeku sesudah itu campuran
tadi dipasang dengan suatu alat , dan dibiarkan beberapa lama, maka akan
kelihatan beberapa sel-sel darah turun atau mengendap dan bagian-bagian
atasnya tinggal cairan bening yaitu plasma darah yang di dalamnya terdapat
serum darah. Jika darah yang keluar dari tubuh dibiarkan membeku maka
bagian bawah bekuan tadi terdapat cairan yang juga berwarna bening, yang
disebut serum darah. Jadi serum merupakan plasma tanpa fibrinogen yang
di dapat dengan membekukan darah. Zat-zat yang terdapat dalam plasma
darah.
a. Fibrinogen yang berguna dalam peristiwa pembekuan darah.
b. Garam-garam mineral (garam kalsium, kalium, natrium, dll) yang
berguna dalam metabolisme dan juga mengadakan osmotik.
c. Protein darah (albumin, globulin) meningkatkan viskositas darah
dan juga menimbulkan tekanan osmotik untuk memelihara
keseimbangan cairan dalam tubuh.
d. Zat makanan (asam amino, glukosa, lemak, mineral, dan vitamin).
e. Hormon yaitu zat yang dihasilkan kelenjar tubuh
f. Antibodi/Antitoksin.
Darah terdiri dari plasma darah dan sel-sel darah. Plasma darah sebagian
besar terdiri dari air dan zat-zat yang larut di dalamnya misalnya zat
makanan, hormon antibodi dll. Sel-sel leukosit merupakan pertahanan tubuh
terhadap serangan penyakit.
4. TANDA DAN GEJALA

a) Lemah, letih, lesu dan lelah


b) Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang
c) Gejala lanjut berupa kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak tangan
menjadi pucat. Pucat oleh karena kekurangan volume darah dan Hb,
vasokontriksi
d) Takikardi dan bising jantung (peningkatan kecepatan aliran darah) Angina
(sakit dada)
e) Dispnea, nafas pendek, cepat capek saat aktifitas (pengiriman O2
berkurang)
f) Sakit kepala, kelemahan, tinitus (telinga berdengung) menggambarkan
berkurangnya oksigenasi pada SSP
g) Anemia berat gangguan GI dan CHF (anoreksia, nausea,
konstipasi atau diare).
5. PATOFISIOLOGI

6. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaa diagnostik yang dapat dilakukan pada pasien dengan diagnose
anemia adalah (Handayani & Andi, 2008):
1. Pemeriksaan laboratorium hematologis
o Tes penyaring: dilakukan pada tahap awal pada setiap kasus
anemia. Pemeriksaan ini meliputi pengkajian pada komponen-
komponen, seperti kadar hemoglobin, indeks eritrosit (MCV,
MCH, dan MCHC), asupan darah tepi.
o Pemeriksaan rutin: untuk mengetahui kelainan pada sistem
leukosit dan trombosit. Pemeriksaan yang dikerjakan meliputi laju
endap darah (LED), hitung diferensial, dan hitung retikulosit.
o Pemeriksaan sumsum tulang: dilakukan pada kasus anemia dengan
diagnosis definitive meskipun ada beberapa kasus
diagnosisnya tidak memerlukan pemeriksaan sumsum tulang.
2. Pemeriksaan laboratorium nonhematologis
o Faal ginjal
o Faal endokrin
o Asam urat
o Faat hati
o Biakan kuman
3. Pemeriksaan penunjang lain
o Biopsi kelenjar yang dilanjutkan dengan pemeriksaan
hispatologi.
o Radiologi: torak, bone survey, USG, atau limfangiografi.
o Pemeriksaan sitogenetik.
o Pemeriksaan biologi molekuler (PCR: polymerase chain
reaction, FISH: fluorescence in situ hybridization).

7. PENATALAKSANAAN MEDIS
Penatalaksanaan yang tepat dilakukan untuk pasien anemia sesuai
jenisnya, dapat dilakukan dengan (Baughman, 2000):
1. Anemia Aplastik
❖ Transplantasi sumsum tulang.
❖ Pemberian terapi imunosupresif dengan globulin antitimosit
(ATG).
❖ Hentikan semua obat yang menyebabkan anemia tersebut.
❖ Cegah timbulnya gejala-gejala dengan melakukan transfuse
sel-sel darah merah dan trombosit.
❖ Lindungi pasien yang rentan terhadap leukopenia dari kontak
dengan orang-orang yang menderita infeksi.
2. Anemia defisiensi besi
❖ Teliti sumber penyebab yang mungkin dapat berupa malignasi
gastrointestinal, fibroid uteri, atau kanker yang dapat
disembuhkan.
❖ Lakukan pemeriksaan feses untuk mengetahui darah samar.
❖ Berikan preparat besi orang yang diresepkan.
❖ Hindari tablet dengan salut enteric, karena diserap dengan
buruk.
❖ Lanjutkan terapi besi sampai setahun setelah perdarahan
terkontrol.
3. Anemia megaloblastik (defisiensi vitamin B12 dan defisiensi
asam folat) Anemia defisiensi vitamin B12:
❖ Pemberian suplemen vitamin atau susu kedelai difortifikasi
(pada vege tarian ketat).
❖ Suntikan vitamin B12 secara IM untuk kelainan absorpsi atau
tidak terdapatnya faktor-faktor instriksik.
❖ Cegah kambuhan dengan vitamin B12 selama hidup untuk
pasien anemia pernisiosa atau malabsorpsi yang tidak dapat
diperbaiki.
Anemia defisiensi asam folat:
❖ Pemberian diit nutrisi dan 1 mg gram asam folat setiap hari.
❖ Asam folat IM untuk sindrom malabsorpsi.
❖ Asam folat oral diberikan dalam bentuk tablet (kecuali vitamin
prenatal).
4. Anemia sel sabit
❖ Arus utama terapi adalah hidrasi dan analgesia.
❖ Hidrasi dengan 3-5L cairan intravena dewasa per hari.
❖ Berikan dosis adekuat analgesik narkotik.
❖ Gunakan obat anti inflamasi non steroid untuk nyeri yang lebih
ringan.
❖Transfusi dipertahankan untuk krisis aplastik, krisis yang tidak
responsive terhadap terapi, pada preoperasi untuk
mengencerkan darah sabit, dan kadang-kadang setengah dari
masa kehamilan untuk mencegah krisis.

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. PENGKAJIAN
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses
keperawatan secara menyeluruh (Boedihartono, 1994).
Pengkajian pasien dengan anemia (Doenges, 1999) meliputi :
1) Aktivitas / stirahat
Gejala: keletihan, kelemahan, malaise umum. Kehilangan
produktivitas ; penurunan semangat untuk bekerja. Toleransi
terhadap latihan rendah. Kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih
banyak.
Tanda: takikardia/ takipnae ; dispnea pada waktu bekerja atau istirahat.
Letargi, menarik diri, apatis, lesu, dan kurang tertarik pada
sekitarnya. Kelemahan otot, dan penurunan kekuatan. Ataksia,
tubuh tidak tegak. Bahu menurun, postur lunglai, berjalan lambat,
dan tanda-tanda lain yang menunujukkan keletihan.
2) Sirkulasi
Gejala : riwayat kehilangan darah kronik, misalnya perdarahan GI
kronis, menstruasi berat , angina, CHF (akibat kerja jantung
berlebihan). Riwayat endokarditis infektif kronis. Palpitasi
(takikardia kompensasi).
Tanda : TD : peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan
nadi melebar, hipotensi postural. Ekstremitas (warna) : Pucat pada
kulit dan membran mukosa (konjuntiva, mulut, faring, bibir) dan
dasar kuku. (catatan: pada pasien kulit hitam, pucat dapat tampak
sebagai keabu-abuan).
pucat (aplastik) atau kuning lemon terang. Sklera : biru atau putih
seperti mutiara. Pengisian kapiler melambat (penurunan aliran darah
ke kapiler dan vasokontriksi kompensasi) kuku : mudah patah,
berbentuk seperti sendok (koilonikia). Rambut : kering, mudah putus,
menipis,tumbuh uban secara premature.
3) Integritas ego
Gejala : keyakinanan agama/budaya mempengaruhi pilihan
pengobatan, misalnya penolakan transfuse darah.
Tanda : depresi.
4) Eliminasi Gejala : riwayat pielonefritis, gagal ginjal. Flatulen,
sindrom malabsorpsi (DB). Hematemesis, feses dengan darah segar,
melena. Diare atau konstipasi. Penurunan haluara nurine.
Tanda :distensi abdomen.
5) Makanan/cairan
Gejala : penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani
rendah/masukan produk sereal tinggi. Nyeri mulut atau lidah,
kesulitan menelan (ulkus pada faring). Mual/muntah, dispepsia,
anoreksia. Adanya penurunan berat badan. Tidak pernah puas
mengunyah atau peka terhadap es, kotoran ,tepung jagung,dan
sebagainya.
Tanda : lidah tampak merah daging/halus (defisiensi asam folat dan
vitamin B12). Membran mukosa kering, pucat. Turgor kulit :
buruk, kering, tampak kisut/hilang elastisitas. Stomatitis dan
glositis (status defisiensi). Bibir : selitis, misalnya inflamasi bibir
dengan sudut mulut pecah.
6) Neurosensori
Gejala : sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidak
mampuan berkonsentrasi. Insomnia, penurunan penglihatan, dan
bayangan pada mata. Kelemahan, keseimbangan buruk, kaki
goyah ; parestesia tangan/kaki (AP) ; klaudikasi.Sensasi menjadi
dingin.
Tanda : peka rangsang, gelisah, depresi cenderung tidur, apatis.
Mental : tak mampu berespons, lambat dan dangkal.
Oftalmik : hemoragis retina (aplastik).
Epitaksis : perdarahan dari lubang-lubang (aplastik). Gangguan
koordinasi, ataksia, penurunan rasa getar, dan posisi, tanda
Romberg positif, paralysis.
7) Nyeri/kenyamanan
Gejala : nyeri kepala
8) Pernapasan
Gejala : riwayat TB, abses paru. Napas : pendek pada istirahat dan
aktivitas
Tanda : takipnea , ortopnea dan dispnea.
9) keamanan
gejala : riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia, riwayat
terpajan pada radiasi ; baik terhadap pengobatan atau kecelakaan.
Riwayat kanker, terapi kanker. Tidak toleran terhadap dingin dan
panas . transfusi darah sebelumnya . gangguan pengelihatan,
penyembuhan luka buruk, sering infeksi
tanda : demam rendah, menggigil, berkeringat malam, limfadenopati
umum, ptekie dan ekimosis (aplastik).
10) Seksualitas
Gejala : perubahan aliran menstruasi, misalnya menoragia atau
amenore . hilang libidp (priadan wanita ). Imppoten.
Tanda : serviks dan dinding vagina pucat.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Perfusi jaringan tidak efektif b.d perubahan ikatan O2 dengan Hb,
penurunan konsentrasi Hb dalam darah.
b. Defisit Nutrisi b.d tidak mampuan memasukkan mengabsorsi
nutrisi
c. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan

3. INTERVENSI KEPERAWATAN

No. Diagnosa Tujuan dan Intervensi


Keperawatan Kriteria Hasil
1. Perfusi perifer Setelah dilakukan Peripheral Sensation
tidak efektif b.d tindakan Management
penurunan keperawatan di (Manajemen sensasi
konsentrasi Hb harapkan perfusi perifer) :
dan darah, perifer klien
suplai oksigen adekuat meningkat a. Monitor adanya
berkurang. dengan kriteria : daerah tertentu yang
• Membran hanya peka terhadap
mukosa merah panas/dingin/tajam/tu
mpul
• Konjungtiva b. Monitor adanya
tidak anemis paretese
• Akral hangat c. Instruksikan keluarga
• Tanda-tanda untuk mengobservasi
vital dalam kulit jika ada lesi atau
laserasi
rentang d. Gunakan sarun tangan
normal untuk proteksi
e. Batasi gerakan pada
kepala, leher dan
punggung
f. Monitor kemampuan
BAB
g. Kolaborasi pemberian
analgetik
h. Monitor adanya
tromboplebitis
i. Diskusikan menganai
penyebab perubahan
sensasi

2. Defisit Setelah dilakukan Manajemen Nutrisi :


Nutrisi tindakan a. Mengidentifikasi
b.d keperawatan di status nutrisi
ketidakmam harapkan nutrisi b. Mengidentifikasi
puan klien teratasi dengan makanan yang di
memasukkan kriteria : sukai
mengabsorsi • berat badan c. Mengidentifikasi
nutrisi meningkat kebutuhan kalori
. • nafsu makan dan jenis nutrien
meningkat d. Memonitor berat
badan
e. Memonitor
asupan makanan
f. Menyajikan
makanan secara
menarik
g. Memeberikan
makanan tinggi
serat untuk
mencegah
konstipasi
h. Memberikan
makanan tinggi
kalori dan protein
i. Memberikan
suplemen
makanan
3. Intoleransi Setelah dilakukan Manajemen Energi :
aktivitas b.d tindakan
kelemahan keperawatan di a. Mengidentifikasi
harapkan gangguan fungsi
kelemahan klien tubuh yang
teratasi dengan mengakibatkan
kriteria : kelelahan
• kemudahan b. Memonitor
dalam kelelahan fisik dan
melakukan emosional
aktivitas atau c. Memonitor lokasi
ambulasi dan
meningkat ketidaknyamanan
• Perasaan selama melakukan
lemah aktivitas
meningkat d. Memfasilitasi
duduk di sisi
tempat tidur
e. Menganjurkan
melakukan
aktivitas secara
bertahap
f. Mengajarkan
strategi koping
untuk mengurangi
kelelahan.
DAFTAR PUSTAKA

Handayani, W., Andi, S. H. (2008). Buku ajar asuhan keperawatan pada


klien dengan gangguan siste hematologi. Jakarta: Salemba
Medika.

Price, S. A., Wilson, L. M. (2005). Patofisiologi: Konsep klinis proses-


proses penyakit. Jakarta: EGC.

Rokim, K. F., Eka, Y., Firdaus, W. (2014). Hubungan usia dan status
nutrisi terhadap kejadian anemia pada pasien kanker kolorektal.
(Karya Tulis Ilmiah). Malang: Universitas Diponegoro.

PPNI, 2017, Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia : Definisi dan


Indikator Diagnostik, Cetakan III, Jakarta : DPP PPNI

Tim Pokja SDKI PPNI (2016). Standar Diagnosa Keperawatan


Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI

Tim Pokja SIKI PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan


Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI

Tim Pokja SLKI PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia.


Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI

Anda mungkin juga menyukai