Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

ANEMIA

Laporan Pendahuluan

A. Definisi
Anemia adalah berkurangnya kadar Hb dalam darah sehingga terjadi
gangguan perfusi O2 ke jaringan tubuh. Disebut gravis yang artinya berat  dan
nilai Hb  di bawah 7 g/dl sehingga memerlukan tambahan umumnya melalui
transfusi. Anemia adalah berkurangnya hingga di bawah nilai normal sel darah
merah, kualitas hemoglobin dan volume packed red bloods cells (hematokrit) per
100 ml darah (Price, 2006).
Anemia merupakan keadaan di mana masa eritrosit dan atau masa
hemoglobin yang beredar tidak memenuhi fungsinya untuk menyediakan oksigen
bagi jaringan tubuh (Depkes, 2007).
Menurut Ahmad Syafiq, dkk (2008) Anemia didefinisikan sebagai keadaan
di mana level Hb rendah karena kondisi patologis.

B. Anatomi Fisiologi
Darah adalah jaringan cair dan terdiri atas dua bagian, bagian cair yang
disebut plasma dan bagian padat yang disebut sel-sel darah. (Pearce Evelyn,
2008 : 133). Sel-sel darah, ada tiga macam yaitu :
1. Eritrosit (sel darah merah)
Eritrosit merupakan cakram bikonkaf yang tidak berhenti, ukurannya
kira-kira 8 m, tidak dapat bergerak, banyaknya kira-kira 5 juta dalam mm3..
Fungsi dari eritrosit adalah mengikat CO2 dari jaringan tubuh untuk
dikeluarkan melalui paru-paru. Eristrosit di buat dalam sumsum tulang, limpa
dan hati, yang kemudian akan beredar keseluruh tubuh selama 14-15 hari,
setelah itu akan mati. Eritrosit berwarna kuning kemerahan karena
didalamnya mengandung suatu zat yang disebut hemoglobin. Warna ini akan
bertambah merah jika didalamnya banyak mengandung O2.
Gambar 1. Sel Darah Merah

Hemoglobin adalah protein yang terdapat pada sel darah merah.


Berfungsi sebagai pengangkut oksigen dari Paru-Paru dan dalam peredaran
darah untuk dibawa ke jaringan dan membawa karbon dioksida dari jaringan
tubuh ke Paru-Paru. Hemoglobin mengandung kira-kira 95% Besi ( Fe ) dan
berfungsi membawa oksigen dengan cara mengikat oksigen menjadi
Oksihemoglobin dan diedarkan keseluruh tubuh untuk kebutuhan
metabolisme. Disamping Oksigen, hemoglobin juga membawa
Karbondioksida dan dengan Karbon monooksida membentuk ikatan Karbon
Monoksihemoglobin (HbCO), juga berperan dalam keseimbangan ph darah
Sintesis hemoglobin terjadi selama proses Eritropoisis, pematangan sel
darah merah akan mempengaruhi fungsi hemoglobin. Proses pembentukan sel
darah merah ( Eritropoeisis ) pada orang dewasa terjadi di sumsum tulang
seperti pada tulang tengkorak, vertebra, pelvis, sternum, iga, dan epifis
tulang-tulang panjang. Pada usia 0-3 bulan intrauterine terjadi pada yolk sac,
pada usia 3-6 bulan intrauterine terjadi pada hati dan limpa. Dalam proses
pembentukan sel darah merah membutuhkan bahan zat besi, vitamin B12,
asam folat, vitamin B6 ( piridoksin ), protein dan faktor lain. Kekurangan
salah satu unsur diatas akan mengakibatkan penurunan produksi sel darah
sehingga mengakibatkan Anemia yang ditandai dengan Kadar hemoglobin
yang rendah/kurang dari normal.
2. Leukosit (sel darah putih)
Sel darah yang bentuknya dapat berubah-ubah dan dapat bergerak
dengan perantara kaki palsu (pseudopodia) mempunyai bermacam-macam
inti sel sehingga dapat dibedakan berdasar inti sel. Leukosit berwarna bening
(tidak berwarna), banyaknya kira-kira 4.000-11.000/mm3. Leukosit berfungsi
sebagai serdadu tubuh, yaitu membunuh dan memakan bibit penyakit atau
bakteri yang masuk ke dalam tubuh jaringan RES (Retikulo Endotel Sistem).
Fungsi yang lain yaitu sebagai pengangkut, dimana leukosit mengangkut dan
membawa zat lemak dari dinding usus melalui limpa ke pembuluh darah. Sel
leukosit selain didalam pembuluh darah juga terdapat di seluruh jaringan
tubuh manusia. Pada kebanyakan penyakit disebabkan karena kemasukan
kuman atau infeksi maka jumlah leukosit yang ada dalam darah akan
meningkat.
Gambar 2. Jenis jenis Leukosit

3. Plasma darah
Bagian darah encer tanpa sel-sel darah warna bening kekuningan
hampir 90% plasma darah terdiri dari :
(a) Fibrinogen yang berguna dalam proses pembekuan darah.
(b) Garam-garam mineral (garam kalsium, kalium, natrium, dan lain-lain
yang berguna dalam metabolisme dan juga mengadakan osmotik).
(c) Protein darah (albumin dan globulin) meningkatkan viskositas darah dan
juga menimbulkn tekanan osmotik untuk memelihara keseimbangan
cairan dalam tubuh.
(d) Zat makanan (zat amino, glukosa lemak, mineral, dan vitamin).
(e) Hormon yaitu suatu zat yang dihasilkan dari kelenjar tubuh.
(Pearce Evelyn, 2008 : 121-167)

C. Etiologi
Menurut Bakta (2009), pada dasarnya anemia disebabkan oleh karena:
a) Gangguan pembentukan eritrosit oleh sumsum tulang
Sel darah merah mempunyai komponen penyusun yang banyak sekali.
Apabila tiap-tiap komponen mengalami kecacatan atau kelainan, maka akan
menimbulkan masalah bagi SDM sendiri, sehingga sel ini tidak dapat
berfungsi sebagai mana mestinya dan dengan cepat mengalami penuaan dan
kemudian dihancurkan. Penyebab dari gangguan pembentukan eritrosit ini
dapat disebabkan oleh karena defisiensi zat besi, vitamin B12, asam folat,
penyakit pada sumsum tulang dan kerusakan pada sumsum tulang.
b) Kehilangan darah keluar tubuh (perdarahan)
Kehilangan darah dalam jumlah besar tentu saja akan menyebabkan
kurangnya jumlah SDM dalam darah, sehingga terjadi anemia. Anemia karena
perdarahan besar  dan dalam waktu singkat ini jarang terjadi. Keadaan ini
biasanya terjadi karena kecelakaan dan bahaya yang diakibatkannya langsung
disadari, seperti : kecelakaan, pembedahan, persalinan, pecah pembuluh
darah, penyakit Kronik (menahun), perdarahan hidung, wasir (hemoroid),
perdarahan menstruasi yang sangat banyak.
c) Proses penghancuran eritrosit dalam tubuh sebelum waktunya (hemolisis)
Dalam keadaan tertentu, sistem imun tubuh dapat mengenali dan
menghancurkan bagian-bagian tubuh yang biasanya tidak dihancurkan.
Keadaan ini sebanarnya tidak seharusnya terjadi dalam jumlah besar. Bila hal
tersebut terjadi terhadap SDM, umur SDM akan memendek karena dengan
cepat dihancurkan oleh sistem imun.
D. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis yang sering muncul :
1. Pusing
2. Mudah berkunang – kunang
3. Lesu
4. Aktivitas kurang
5. Rasa mengantuk
6. Susah konsetrasi (Nurarif, 2015).

E. Patofisiologi
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum atau
kehilangan sel darah merah secara berlebihan atau keduanya.  Kegagalan sumsum
dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor atau
kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui.  Sel darah merah dapat hilang
melalui perdarahan atau hemplisis (destruksi), hal ini dapat akibat defek sel darah
merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah yang menyebabkan
destruksi sel darah merah. Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam
sel fagositik atau dalam system retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa. 
Hasil samping proses ini adalah bilirubin yang akan memasuki aliran darah. 
Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direfleksikan dengan
peningkatan bilirubin plasma (konsentrasi normal ≤ 1 mg/dl, kadar diatas 1,5
mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera).
Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, (pada
kelainan hemolitik) maka hemoglobin akan muncul dalam plasma
(hemoglobinemia).  Apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas
haptoglobin plasma (protein pengikat untuk hemoglobin bebas) untuk mengikat
semuanya, hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus ginjal dan kedalam urin
(hemoglobinuria). Kesimpulan mengenai apakah suatu anemia pada pasien
disebabkan oleh penghancuran sel darah merah atau produksi sel darah merah
yang tidak mencukupi biasanya dapat diperoleh dengan dasar:1. hitung retikulosit
dalam sirkulasi darah; 2. derajat proliferasi sel darah merah muda dalam sumsum
tulang dan cara pematangannya, seperti yang terlihat dalam biopsi; dan ada
tidaknya hiperbilirubinemia dan hemoglobinemia.

F. Pathway
Terlampir.

G. Pemeriksaan Penunjang
1. Jumlah darah lengkap atau JDL : Hb dan HT menurun
a. Jumlah erotrosit : menurun (AP), menurun berat (aplastic), MCV dan
MCH menurun, dan mikrositik dengan eritrosit hipokromik (DB),
peningkatan (AP), pasiitopenia (aplastic).
b. Jumlah retikulosit bervariasi: menurun (AP), meningkat (hemolysis)
c. Pewarnaan SDM : mendekati perubahan warna dan bentuk (dapat
mengindikasikan tipe khusus anemia)
d. LED : peningkatan menunjukkan adanya reaksi imflamasi
e. Massa hidup SDM : untuk membedakan diagnose anemia
f. Tes kerapuhan eritrosit : menurun (DB)
g. SDP : jumlah sel total sama dengan SDM (diferensial) mungkin
meningkat (hemolitik) atau menurun (aplastic).
2. Jumlah trombosit : menurun (aplastic), meningkat (DB), normal atau tinggi
(hemolitik).
3. Hb elektroforesis : mengidentifikasi tipe struktur Hb
4. Bilirubin serum (tidak terkonjugasi) : meningkat (AP, hemolitik).
5. Folat serum dan Vit B12 : membantu mendiagnosa anemia
6. Besi serum : tidak ada (DB), tinggi (hemolitik)
7. TIBC serum : menurun (DB)
8. Masa perdarahan : memenjang (aplastic)
9. LDH serum : mungkin meningkat (AP)
10. Tes schilling : penurunan ekskresi Vit B12 urine (AP)
11. Guaiac : mungkin posotof untuk darah pada urine, feses da nisi gaster,
menunjukkan perdarahan akut atau kronis (DB).
12. Analisa gaster : penurunan sekresi dengan peningkatan pH dan tidak adanya
asam hidrokolorik bebas (AP).
13. Aspirasi sumsum tulang/pemeriksaan biopsy : sel mungkin tampak berubah
dalam jumlah, ukuran, bentuk, membedakan tipe anemia.
14. Pemeriksaan endoskopi dan radiografik : memeriksa sisi perdarahan,
perdarahan GI.

H. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Farmakologi
Terapi untuk anemia bisa dilakukan dengan transfusi darah, transfusi
RBC untuk geriatri, pemberian oral atau parenteral vitamin B12,induksi asam
folat (menginduksi remisi eksogen hematologi). Pemberian parenteral asam
folat jarang diperlukan , karena asam folat oral diserap dengan baik bahkan
pada pasien dengan sindrom malabsorpsi . Dosis 1 mg asam folat oral setiap
hari sudah cukup untuk memulihkan anemia megaloblastik , memulihkan
kadar folat serum normal (Katzung, 2009).
Anemia defisiensi Fe diatasi dengan makanan yang memadai, pemberian
tablet tambah darah (Sulfas Ferosus) beberapa merk dagang untuk mengobati
anemia antara lain: neurobion, sangobion yang dapat didapatkan di apotek
terdekat.
Anemia megaloblastik dapat disebabkan oleh defisiensi vitamin B12,
untuk mengatasinya dapat dilakukan dengan pengobatan menggunakan
asupan Vitamin B12 100 mcg/hari.
2. Penatalaksanaan Non-Farmakologi
Pasien Anemia hendaknya melakukan terapi non farmakologi untuk
membantu penyembuhan, yaitu dengan cara sebagai berikut:
a. Beristirahat yang cukup, Mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan,
konsumsi Susu
b. Mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi seperti sayuran,
daging, ikan dan unggas.

Asuhan Keperawatan Secara Teoritis

A. Pengkajian
1. Identitas Klien
Identitas pasien meliputi nama, usia, alamat, jenis kelamin, pekerjaan, agama,
dll
2. Riwayat Kesehatan pasien
a. Keluhan Utama
Meliputi penyakit yang diderita atau hal yang dirasakan oleh klien saat
masuk rumah sakit atau saat pengkajian, sperti kelelahan, pusing dan pucat
b. Riwayat kesehatan sekarang
Penyakit yang diderita oleh klien saat masuk rumah sakit, seperti
kelemahan, nyeri kepala, lesu.
c. Riwayat kesehatan dahulu
Meliputi riwayat penyakit yang pernah diderita oleh klien sebelumnya
seperti mengalami perdarahan.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Meliputi riwayat penyakit yang pernah diderita oleh angggota keluarga
klien.
e. 11 fungsional gordon
1. Pola persepsi dan manajemen kesehatan
Biasanya pasien yang menderita anemia tidak menyadari
penyakitnya ini karena gejala yang terlihat seperti kelelahan,
kelemahan, keletihan sehingga mereka mengganggap bahwa itu
penyakit biasa saja.
2. Pola nutrisi dan metabolisme
Biasanya pada penderita penurunan masukan diet, masukan diet
protein hewani rendah/masukan produk sereal tinggi . Nyeri mulut
atau lidah, kesulitan menelan (ulkus pada faring). Mual/muntah,
dyspepsia, anoreksia.
3. Pola eliminasi
Biasanya pada penderita anemia mengalami hematemesis, feses
dengan darah segar, melena. Diare atau konstipasi. Penurunan
haluaran urine.
4. Pola tidur dan istirahat
Biasanya pasien yang menderita anemia akan sering mengantuk
karena kelelahan dan keletihan yang dirasakannya.
5. Pola aktivitas dan latihan
Biasanya pasien yang menderita anemia mengalami keletihan,
kelemahan, malaise umum. Kehilangan produktivitas ; penurunan
semangat untuk bekerja.
6. Pola peran dan hubungan
Biasanya pasien penderita anemia mengalami gangguan dalam
berhubungan dengan keluarga maupun masyarakat karena pasien
akan cenderung lebih sering beristirahat.
7. Pola kognitif dan perceptual
Biasanya pada penderita anemia ditemukan mengalami insomnia,
penurunan penglihatan, dan bayangan pada mata.
8. Pola persepsi dan konsep diri
Biasanya pasien yang menderita anemia tidak mengalami gangguan
persepsidan konsep diri hanya saja mereka lebih sering menyendiri
untuk beristirahat
9. Pola seksual dan reproduksi
Biasanya pada pasien anemia ditemukan mengalami perubahan
aliran menstruasi, misalnya menoragia atau amenore, hilang libido
(pria dan wanita. Impoten
10. Pola koping dan toleransi stress
Biasanya pasien yang menderita anemia akan sering gelisah dan
lemas.

11. Pola nilai dan kepercayaan


Biasanya pasien yang menderita anemia tidak mengalam gangguan
pada ibadahnya karena tidak ada organ tubuhnya yang rusak atau
tidak berfungsi hanya saja penderita mengalami kelemahan dan
keletihan.

B. Diagnosa
1. PK Anemia
2. Pola nafas tidak efektif b.d hiperventilasi d.d dipnea , takikardi
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d ke gagalan untuk
menerima atau ketidak mampuan mencerna makanan atau nutrient yang
diperlukan utuk pembentukan sel darah merah.
4. Konstipasi b.d penurunan proses pencernaan
5. Intoleransi aktivitas b.d ketidak seimbangan antara suplai oksigen
6. Resiko tinggi terhadap infeksi b.d tidak adekuatnya pertahanan skunder
(penurunan hemoglobin , leucopenia , Granulosit , respon inflamasi tertekan ).

C. Intervensi

No Diagnosa NOC NIC


1 Pola nafas tidak efektif NOC NIC
Definisi : inspirasi atau Outcome untuk 1. Manajemen Jalan Nafas
ekspirasi yang tidak mengukur penyelesaian 2. Penghisapan Lendir
memberikan ventilasi dari diagnosis : pada Jalan Nafas
kuat.  Respon penyapihan 3. Manajemen Alergi
Batasan karakteristik: Ventilasi Mekanik: 4. Manajemen Anafilatik
 Bradipnea Dewasa 5. Pengurangan
 Dyspnea  Status Pernafasan kecemasan

 Fase ekspirasi Pernafasan 6. Manajemen Jalan Nafas


 Status
memanjang Ventilasi Buatan

 Penggunaan otot Outcome tambahan 7. Manajemen Asma


bantu pernafasan untuk mengukur 8. Manajemen Batuk
 Peningkatan diameter batasan karakteristik : 9. Pemberian Obat
anterior – posterior  Respon Alergi : 10. Terapi Oksigen
Sistemik 11. Monitor Pernafasan
 Takipnea
Factor yang  Status Pernafasan : 12. Bantuan Ventilasi
berhubungan dengan : Kepatenan Jalan 13. Monitor Tanda Tanda
Nafas Vital
 Ansietas
 Hiperventilasi  Status Pernafasan : Pilihan intervensi

Pertukaran Gas Tambahan :


 Cedera medulla
1. Monitor Asam – Basa
spinalis  Keparahan Syok :
2. Stabilisasi dan
 Imaturitas neurologis Anafilaksis
Membuka Jalan Nafas
 Keletihan Outcome yang
3. Pemberian Analgetik
Berkaitan dengan
 Dformitas dinding
4. Pencegahan aspirasi
Faktor yang
dada
Berhubungan atau
 Deformitas tulang
outcome Menengah:
 Keletihan otot
 Keparahan respirasi
pernafasan
Asidosis Akut
 Obesitas
 Keparahan
Respiratori Alkalosis
Akut
 Tingkat Kecemasan
 Kognisi
 Konservasi Energi
 Kelelahan : Efek
yang Mengganggu
2 Ketidakseimbangan NOC : NIC :
nutrisi kurang dari
  Outcome untuk 1. Manejemen diare
kebutuhan tubuh mengukur penyelesaian 2. Penahapan diet
Definisi : Intake nutrisi dari diagnosis: 3. Manajemen
tidak cukup untuk  Status nutrisi bayi gangguan makan
keperluan metabolisme  status nutrisi 4. Bantuan sumber
tubuh.  status nutrisi: asupan keuangan/pendapatan
Batasan karakteristik : nutrisi 5. Manajemen
 Berat badan 20 % Outcome tambahan elektrolit/cairan
atau lebih di bawah untuk mengukur 6. Manajemen cairan
ideal batasan karakteristik : 7. Monitor cairan
 Dilaporkan adanya 1. nafsu makan 8. Konseling laktasi
intake makanan yang 2. Eliminasi usus 9. Manajemen nutrisi
kurang dari RDA 3. Keberhasilan 10. Terapi nutrisi
(Recomended Daily menyusui: bayi 11. Konseling nutrisi
Allowance) 4. Pemberian makan 12. Monitor nutrisi
 Membran mukosa dan melalui cangkir: bayi 13. Bantuan perawatan
konjungtiva pucat 5. Tingkat diri: pemberian makan

 Kelemahan otot yang ketidaknyamanan 14. Dukungan

digunakan untuk 6. Pengetahuan : diet pemeliharaan

menelan/mengunyah sehat kehidupan

 Luka, inflamasi pada 7. Status nutrisi: 15. Terapi menelan

rongga mulut pengukuran biokimia 16. Monitor tanda-tanda

 Mudah merasa 8. Status nutrisi : energi vital

kenyang, sesaat 9. Status nutrisi: asupan 17. Bantuan peningkatan

setelah mengunyah makanan & cairan berat badan

makanan 10. Kesehatan mulut 18. Manajemen berat

11. Tingkat nyeri badan


 Dilaporkan atau fakta
12. Fungsi sensori : 19. Pilihan intervensi
adanya kekurangan
pengecapan & tambahan
makanan
pembau 20. Manejemen saluran
 Dilaporkan adanya
13. Status menelan cerna
perubahan sensasi
14. Perfusi jaringan : 21. Manejemen alat akses
rasa
perifer vena sentral
 Perasaan
15. Berat badan: massa 22. Manajemen
ketidakmampuan
tubuh kemoterapi
untuk mengunyah
Outcome yang 23. Manajemen demensia
makanan
berkaitan dengan 24. Manajemen energi
 Miskonsepsi
 Kehilangan BB faktor yang 25. Pemberian makan
dengan makanan berhubungan atau dengan tabung enteral
cukup outcome menengah: 26. Pemberian makan
 Keengganan untuk 16. Perilaku patuh: diet 27. Intubasi
makan yang sehat gastrointestinal
 Kram pada abdomen 17. Perilaku patuh: diet 28. Manajemen

 Tonus otot jelek yang disarankan hiperglikemia

 Nyeri abdominal 18. Tingkat depresi 29. Manajemen

dengan atau tanpa 19. Kontrol diri hipoglikemia

patologi terhadap kelainan 30. Perawatan bayi


makan 31. Pemasangan infus
 Kurang berminat
20. Kelelahan : efek 32. Terapi intravena
terhadap makanan
yang mengganggu 33. Intervensi data
 Pembuluh darah
21. Fungsi laboratorium
kapiler mulai rapuh
gastrointestinal 34. Manejemen
 Diare dan atau
22. Kepercayaan pengobatan
steatorrhea
mengenai kesehatan 35. Pengaturan tujuan
 Kehilangan rambut
23. Kepercayaan saling menguntungkan
yang cukup banyak
mengenai 36. Phlebotomi: sampel
(rontok)
kesehatan :sumber- darah vena
 Suara usus hiperaktif
sumber yang 37. Pengaturan posisi
 Kurangnya informasi,
diterima 38. Manajemen terapi
misinformasi
24. Pengetauan : radiasi
Faktor-faktor yang
manejemen kelainan 39. Rujukan
berhubungan :
makan 40. Pengajaran: individu
 Faktor biologis
25. Pengetahuan: 41. Pengajaran : peresepan
 Faktor ekonomi
manejemen penyakit diet
 Gangguan psikososial peradangan usus 42. Pemberian nutrisi total
 Ketidakmampuan 26. Pengetahuan : diet parentral
makan yang disarankan
 Ketidakmampuan 27. Pengetahuan :
mencerna makanan manejemen berat
 Ketidakmampuan badan
mengabsorpsi nutrien 28. Keparahan mual &
Kurang asupan makan muntah
29. Perilaku kesehatan
prenatal
30. Perawatan diri :
makan
31. Status menelan:
fase oral
32. Status menelan :
fase faringeal
3 Konstipasi NOC NIC
Definisi : penurunan Outcome untuk 1. Manajemen saluran
frekuensi normal mengukur penyelesaian cerna
defekasi yang disertai dari diagnosis : 2. Latihan saluran cerna
kesulitan atau  Eliminasi Usus 3. Manajemen
pengeluaran feses tidak  Perawatan Ostomi konstipasi / impaksi
tuntas dan atau fese Sendiri 4. Penahapan diet
yang keras, kering dan Outcome Tambahan 5. Pemberian enema
banyak. Untuk Mengukur 6. Manajemen elektrolit /
Batasan Karakteristik: Batasan Karakteristik : cairan
 Adanya feses yang  Nafsu Makan 7. Manajemen cairan
lunak, seperti pasta  Kontinensi Usus 8. Monitor cairan
di dalam rectum  Status Kenyamanan : 9. Peresepan obat
 Anoreksia Fisik 10.Manajemen nutrisi
 Bising usus 11.Manajemen prolapse
 Tingkat
hiperaktif Rektum
ketidaknyamanan
 Bising usus hipoaktif Pilihan intervensi
 Tingkat kelelahan
 Darah merah pada tambahan :
 Fungsi
feses 1. Pengurangan
gastrointestinal
kecemasan
 Feses cair  Keparahan mual dan
2. Peningkatan latihan
 Distensi abdomen muntah
3. Terapi latihan ambulasi
 Keletihan umum  Tingkat nyeri
4. Terapi latihan
 Nyeri abdomen  Tingkat stress
pergerakan sendi
Factor yang  Keparahan gejala
5. Pengurangan perut
berhubungan: Outcome yang
kembung
Fungsional Berkaitan dengan
6. Intubasi
 Kebiasaan defekasi Faktor yang
gastrointestinal
tidak teratur Berhubungan atau
7. Pemberian obat : oral
 Kebiasaan menekan Outcome Menengah:
8. Pemberian obat :
dorongan defekasi  Perilaku patuh: diet rectum
 Kelemahan otot yang sehat 9. Manajemen
abdomen  Kognisi pengobatan
Mekanis  Perilaku patuh: 10. Perawatan ostomi
 Abses rektal Aktifitas yang 11. Manajemen nyeri
 Fisura anal retal Disarankan 12. Perawatan postpartum
 Gangguan neurologis  Perilaku patuh: diet 13. Perawatan prenatal
 Hemoroid yang Disarankan 14. Terapi relaksasi
Farmakologis  Tingkat Delirium 12.
 Agens farmaseutikal  Tingkat Demensia
 Asupan cairan tidak
cukup
 Dehidrasi
 Kebiasaan makan
buruk
Psikologis
 Depresi
 Konfusi mental
 Stress emosi
4 Intoleransi aktivitas NOC NIC
Definisi : ketidakcukupan Outcome untuk 1. Terapi aktivitas
energy psikologis atau mengukur penyelesaian 2. Peningkatan mekanika
fisiologis untuk dari diagnosis : tubuh
mempertahankan atau  Toleransi terhadap 3. Perawatan jantung
menyelesaikan aktivitas aktivitas rehabilitasi
kehidupan sehari – hari  Daya tahan 4. Manajemen energy
yang harus dilakukan.  Energy Psikomotor 5. Manajemen lingkungan
Batasan karakteristik : Outcome Tambahan 6. Peningkatan latihan :
 Dyspnea setelah Untuk Mengukur latihan kekuatan
beraktivitas Batasan Karakteristik : 7. Bantuan pemeliharaan
 Keletihan  Keefektivan pompa rumah
 Ketidaknyamanan Jantung 8. Manajemen alam
setelah beraktivitas  Status jantung paru perasaan

 Perubahan 9. Bantuan Perawatan


 Tingkat
elekrokardiogram(E Diri
ketidaknyamanan
KG) 10. Bantuan Perawatan
 Konservasi energy
 Respons frekuensi Diri: IADL
 Kelelahan : efek
jantung abnormal 11. Perawatan Diri :
yang mengganggu
terhadap aktivitas transfer
 Tingkat kelelahan
 Respons tekanan 12. Peningkatan tidur
 Status pernafasan
darah abnormal 13. Pengajaran: Peresepan
pertukaran gas
terhadap aktivitas Latihan
 Istirahat
Factor yang Pilihan intervensi
 Status perawatan diri
berhubungan: tambahan :
Outcome yang
1. Terapi bantuan hewan
 Gaya hidup kurang
Berkaitan dengan
2. Manajemen disritmia
gerak
Faktor yang
3. Manajemen
 Imobilitas
Berhubungan atau
lingkungan:
 Ketidakseimbangan Outcome Menengah:
Kenyamanan
antara suplai dan  Ambulasi 4. Peningkatan Latihan
kebutuhan oksigen
 Tirah baring  Ambulasi : kursi roda 5. Peningkatan Latihan :
 Kepuasan Klien : Peregangan
Bantuan Fungsional 6. Terapi Latihan:
 Perilaku Patuh: Ambulasi
Aktifitas yang 7. Terapi Latihan:
disarankan Keseimbangan

 Partisipasi latihan 8. Terapi Latihan:

 Konsekuensi pergerakan sendi

imobilitas: Fisiologi 9. Terapi Latihan: control


otot
 Pergerakan
10. Peningkatan
 Status nutrisi : Energi
keterlibatan keluarga
11. Manajemen pengobatan
12. Fasilitas meditasi
13. Terapi music
14. Pengaturan tujuan
saling menguntungkan
15. Manajemen nutrisi
16. Terapi oksigen
17. Manajemen nyeri
18. Relaksasi otot progresif
19. Bantuan penghentian
merokok
20. Dukungan Spiritual
5 Resiko infeksi NOC NIC
Definisi : rentan Outcome untuk 1. Amnioinfusi
mengalami invasi dan mengukur penyelesaian 2. Perawatan amputasi
multiplikasi organisme dari diagnosis : 3. Perawatan sirkumsisi
patogenik yang dapat 4. Manajemen penyakit
menganggu kesehatan. menular
Factor resiko: 5. Manajemen batuk
Outcome
Tambahan 6. Perawatan kehamilan
 Kurang pengetahuan
Untuk Mengukur resiko tinggi
untuk menghindari
Batasan Karakteristik : 7. Manajemen imunisasi/
pemajanan
 Malnutrisi vaksinasi
 Obesitas 8. Perawatan area sayatan

 Penyakit kronis 9. Control infeksi


Outcome yang
 Prosedur invasive 10. Control infeksi :
Berkaitan dengan
Intraoperatif
 Gangguan integritas Faktor yang
11. Manajemen pengobatan
kulit Berhubungan atau
12. Perawatan luka tekan
Pertahanan tubuh primer Outcome Menengah:
tidak adekuat:  Perilaku imunisasi
 Gangguan peristaltic  Pengetahuan :
 Merokok manajemen penyakit
 Perubahan pH akut
sekresi  Pengetahuan :
 Stasis cairan tubuh manajemen penyakit
Pertahanan tubuh kronis
sekunder tidak adekuat:  Respon pengobatan
 Imunosupresi  Kesehatan mulut
 Leukopenia  Deteksi Risiko
 Penurunan
hemoglobin
 Supresi inflamasi
 Vaksinasi tidak
adekuat
Pemajanan terhadap
pathogen Lingkungan
Meningkat:
 Terpajan pada wabah

D. Evaluasi
Evaluasi yang dibuat bisa dalam bentuk formatif dan sumatif ( SOAP)
evaluasi yang dilakukan berdasarkan pencapaian yang dilakukan sesuai kriteria
hasil / kriteria evaluasi yang dibuat dalam rencana perawatan.
DAFTAR PUSTAKA

Bakta, IM. 2009. Hematologi Klinik Ringkas. Jakarta: EGC

Depkes.2007. Konsep Klinis Penyakit dan Gangguan Hematologi. Jakarta : EGC

Evelyn, Pearce. 2008. Anatomi Fisiologi Darah ; Vol 30 : 32-40

Herdman, T. Heather. 2015. Nanda Internasional Inc. Keperawatan : Definisi &


Klasifikasi 2015-2017. Jakarta EGC.

Katzung BG. 2009. Farmakologi Dasar dan Klinik Edisi VI. Jakarta: EGC.

Nurarif, Kusuma H. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis


& NANDA. Yogyakarta : Mediaction

Price, S. A., & Wilson, L. M. 2006. Patofisiologi : konsep klinis proses-proses


penyakit (6 ed., Vol. II). (H. Hartanto, Ed., & B. U. Pendit, Trans.) Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai