Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN HEMATOLOGI III

PEMERIKSAAN KELAINAN ERITROSIT PADA ANEMIA

NAMA : HERNAWATI

NIM : 14 3145 453 059

KELOMPOK: III ( TIGA )

KELAS : ANAKES B

PRODI D III ANALISIS KESEHATAN

STIKes MEGA REZKY MAKASSAR

TAHUN AJARAN 2016/2017

BAB I
PENDAHULUAN

A. DASAR TEORI
Anemia adalah suatu kondisi dimana terjadi penurunan kadar
hemoglobin (Hb) atau sel darah merah (eritrosit) sehingga menyebabkan
penurunan kapasitas sel darah merah dalam membawa oksigen (Badan POM,
2011)
Anemia adalah penyakit kurang darah, yang ditandai dengan kadar
hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit) lebih rendah dibandingkan normal.
Jika kadar hemoglobin kurang dari 14 g/dl dan eritrosit kurang dari 41% pada pria,
maka pria tersebut dikatakan anemia. Demikian pula pada wanita, wanita yang
memiliki kadar hemoglobin kurang dari 12 g/dl dan eritrosit kurang dari 37%,
maka wanita itu dikatakan anemia. Anemia bukan merupakan penyakit, melainkan
merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit atau akibat gangguan fungsi
tubuh.  Secara fisiologis anemia terjadi apabila terdapat kekurangan jumlah
hemoglobin untuk mengangkut oksigen ke jaringan.
Anemia didefinisikan sebagai penurunan volume eritrosit atau kadar Hb
sampai di bawah rentang nilai yang berlaku untuk orang sehat.  Anemia adalah
gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan komponen darah, elemen
tidak adekuat atau kurang nutrisi yang dibutuhkan untuk pembentukan sel darah,
yang mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut oksigen darah dan ada
banyak tipe anemia dengan beragam penyebabnya. (Marilyn E, Doenges, Jakarta,
2002)
Anemia adalah keadaan dimana jumlah sel darah merah atau konsentrasi
hemoglobin turun dibawah normal.(Wong, 2003)
Penyebab tersering dari anemia adalah kekurangan zat gizi yang
diperlukan untuk sintesis eritrosit, antara lain besi, vitamin B12 dan asam folat.
Selebihnya merupakan akibat dari beragam kondisi seperti perdarahan, kelainan
genetik, penyakit kronik, keracunan obat, dan sebagainya.
Penyebab umum dari anemia:
• Perdarahan hebat
• Akut (mendadak)
• Kecelakaan
• Pembedahan
• Persalinan
• Pecah pembuluh darah
• Penyakit Kronik (menahun)
• Perdarahan hidung
• Wasir (hemoroid)
• Ulkus peptikum
• Kanker atau polip di saluran pencernaan
• Tumor ginjal atau kandung kemih
• Perdarahan menstruasi yang sangat banyak
• Berkurangnya pembentukan sel darah merah
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sum-sum tulang atau
kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sum-sum tulang
dapt terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, inuasi tumor, atau
kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang
melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi) pada kasus yang disebut terakhir,
masalah dapat akibat efek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel
darah merah normal atau akibat beberapa factor diluar sel darah merah yang
menyebabkan destruksi sel darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam system fagositik
atau dalam system retikuloendotelial terutama dalam hati dan limpa. Sebagai hasil
samping proses ini bilirubin yang sedang terbentuk dalam fagosit akan masuk
dalam aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera
direpleksikan dengan meningkatkan bilirubin plasma (konsentrasi normalnya 1
mg/dl atau kurang ; kadar 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera.
Anemia merupakan penyakit kurang darah yang ditandai rendahnya
kadar hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit). Fungsi darah adalah
membawa makanan dan oksigen ke seluruh organ tubuh. Jika suplai ini
kurang, maka asupan oksigen pun akan kurang. Akibatnya dapat
menghambat kerja organ-organ penting, Salah satunya otak. Otak terdiri
dari 2,5 miliar sel bioneuron. Jika kapasitasnya kurang, maka otak akan
seperti komputer yang memorinya lemah, Lambat menangkap. Dan kalau
sudah rusak, tidak bisa diperbaiki (Sjaifoellah, 1998).
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui kelainan-kelainan yang terjadi pada eritrosit
2. Untuk mengetahui volume eritrosit rata-rata atau Mean Corpuscular
Volume (MCV).
3. Untuk mengetahui bobot hemoglobin di dalam eritrosit  atau
4. Mean Corpuscular Hemoglobin (MCH).
5. Untuk mengetahui konsentrasi hemoglobin per unit volume eritrosit  atau
Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration (MCHC)
6. Untuk mengetahui kadar Hemoglobin, Hematokrit dan jumlah eritrosit.
7. Untuk mengetahui jenis kelainan eritrosit atau anemia dan membedakan
berbagai macam anemia.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti
kehilangan komponen darah, elemen tak adekuat atau kurangnya nutrisi
yang dibutuhkan untuk pembentukan sel darah merah, yang mengakibatkan
penurunan kapasitas pengangkut oksigen darah (Doenges, 1999).

Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya hitungan sel darah


merah dan kadar hemoglobin dan hematokrit di bawah normal (Smeltzer,
2002 : 935).

Anemia adalah berkurangnya hingga di bawah nilai normal sel darah


merah, kualitas hemoglobin dan volume packed red bloods cells
(hematokrit) per 100 ml darah (Price, 2006 : 256).

Dengan demikian anemia bukan merupakan suatu diagnosis atau


penyakit, melainkan merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit atau
gangguan fungsi tubuh dan perubahan patotisiologis yang mendasar yang
diuraikan melalui anemnesis yang seksama, pemeriksaan fisik dan informasi
laboratorium.

Anemia dibagi menjadi 2 tipe umum :

Anemia Hipropropilatif

1) Anemia Aplastik

Anemia aplastik merupakan suatu gangguan yang mengancam jiwa


pada sel induk di sum-sum tulang yang sel-sel darah diproduksi dalam
jumlah yang tidak mencukupi. Anemia aplastik dapat terjadi secara
congenital maupun idiopatik ( penyebabnya tidak diketahui). Secara
marfologis, sel darah mer4ah terlihat normositik dan normokronik. Jumlah
retikulosit rendah atau tidak ada dan biop[si sumsum tulang menunjukan
keadaan yang disebut “ pungsi kering” dengan hipoplasia nyata dan
penggatian dengan jarinagan lemak.

2) Anemia defisiensi besi


Anemia defesiensi besi adalah dimana keadaan kandungan besi tubuh
total turun dibawah tingkat normal. Defesiensi besi merupakan penyebab
utama anemia didunia, dan tetutama seringdijumpai pada wanita usia subur,
disebabkan oleh kekurangan darah sewaktu menstruasi dan peningkatan
kebutuhan besi selama kehamilan. Pada anemia defisiensi besi pemeriksaan
darah menunjukan jumlah sel darah merah normal atau hamper normal dan
kadar Hb berkurang. Pada perifer sel darah merah Mikrositik dan
Hiprokromik disertai poikilositosi dan asisositosis jumlah retikulosis dapat
normal atau berkurang. Kadar besi berkurang, sedangkan kapasitas
mengikat besi serum total meningkat.

3) Anemia megaloblastik

Anemia megaloblastik disebabkan oleh defisiensi vitamin B12 dan


asam volat menunjukan perubahan yang sama antara sumsum tulang dan
drah tepi, karena kedua vitamin tersebut esensial bagiu sintesis DNA
normal. Pada setiap kasus, terjadi hyperplasia sumsum tulang, precursor
eritroit dan myeloid besara dan aneh dan beberapa mengalami
multinukleasi. Tetapi beberapa sel ini mati dalam sumsum tulang, sehingga
jumlah sel matang yang meninggalkan sumsum tulang menjadi sedikit dan
terjadilah parisitopenia. Pada keadaan lanjut Hb dapat turun 4-5 gr/dl hitung
leukosit 2000-3000/ml3 dan hitung trombosit kurang dari 50000/ml3

b. Anemia hemolitik

1) Anemia hemolitik

Pada anemia hemolitik,eritrosit memiliki rentang usia yang


memendek. Untuk mengkompensasi hal ini biasanya sumsum tulang
memproduksi sel darah merah baru 3x/ lebih disbanding kecepatan normal.
Pada pemerikasaan anemia hemolitik ditemukan jumlah retikulosis
meningkat, fraksi bilirubin indirect meningkat,dan haptok globin biasanya
rendah.
BAB III

METODE KERJA
A. ALAT DAN BAHAN
1. Alat
a. Tabung serologi i. Spinball
b. Fotometer. j. Dempul
c. Centrifuge hematokrit. k. Mikroskop
d. Pipet thoma eritrosit l. Penyedot karet
e. Tabung kapiler m. Reader device.
f. Micropipet n. Counter.
g. Yellow tip dan blue tip o. Bilik hitung NI
h. Pipet ukur p. Deckglass
2. Bahan
a. Larutan drabkin
b. Larutan hayem
c. DararahEDT

B. PRINSIP PRAKTIKUM
1) Hemoglobin
Hemoglobin darah diubah menjadi cyanmethemoglobin dalam
larutan drabkin yang berisi kalium ferrisianida dan kalium sianida.
Absorbance larutan diukur pada panjang gelombang 540nm.
2) Hematokrit
Sejumlah darah yang ditambahkan menggunakan antikoagulan
dimasukkan kedalam tabung kapiler dan dicentrifuge sehingga terjadi
pemadatan sel darah merah. Tingginya kolom sel darah merah diukur
dengan menggunakan skala hematokrit yang dinyatakan dalam persen
terhadap seluruh darah.
3) Hitung Jumlah Eritrosit
Sejumlah darah diencerkan dengan larutan hayem sehingga
menyebabkan sel – sel selain eritrosit lisis.

C. CARA KERJA
1. Hemoglobin
a. Menyiapkan alat dan bahan yang akan di gunakan
b. Melakukan pengambilan darah vena sampai batas yang di kehendaki
c. Menyiapkan larutan EDTA pada tabung sesuaidengan volume darah
yang di ambil
d. Dimasukkan kira-kira 5 tetes HCl 0,1 N ke dalam tabung pengencer
haemometer sampai tanda 2.
e. Memipet darah vena dengan pipet haemoglobin sampai garis tanda 20
mikron atau 0,02 ml.
f. Dihapuslah darah yang melekat pada sebelah ujung pipet
g. Segera mengalirkan darah dari pipet ke dasar tabung pengencer yang
berisi HCl 0,1 N. hati-hati jangan sempai terjadi gelembung udara.
h. Diangkatlah pipet itu sedikit, lalu memipet HCl 2-3 kali untuk
membersihkan darah yang masih tinggal dalam pipet.
i. Mencampurkan isi tabung itu supaya darah dan asam bersenyawa
homogeny hingga warnanya sampai warna standar.
j. Menambahkan aquadest tetes demi tetes tiap kali di aduk.
k. Membaca kadar Hb dalam satuan gram/100 ml atau g/dl
2. Hematokrit
a. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
b. memipet sebanyak 1 ml sampel darah (darah EDTA atau heparin)
dimasukkan dalam tabung Wintrobe yang berukuran panjang 110 mm
dengan diameter 2.5-3.0 mm dan berskala 0-10 mm.
c. Tabung kemudian disentrifus selama 30 menit dengan kecepatan
3.000 rpm.
d. Tinggi kolom eritrosit adalah nilai hematokrit yang dinyatakan dalam
%.
3. Hitung Jumlah Eritrosit
a. Dipipet darah EDTA menggunakan pipet thoma eritrosit sampai garis
tanda batas 0,5
b. Disiap kelebihan darah yang melekat diluar pipet menggunakan tissue.
c. Dimasukkan ujung pipet thoma eritrosit larutan hayem sambil
menahan penyedot agar darah tidak keluar.
d. Dipegang pipet dengan sudut 45° dan dihisap larutan hayem secara
perlahan sampai garis tanda batas 101. tutup ujung pipet dengan ujung
jari lalu lepaskan karet penghisap.
e. Dihomogenkan pipet thoma eritrosit selama 3 – 5 menit secara
perlahan dan searah.
f. Dibuang cairan 2 – 3 tetes pertama kemudian tetes berikutnya
dimasukkan kedalam bilik hitung.
g. Dihitung eritrosit dalam 80 kotak kecil dengan perbesaran 40x.
BAB IV

HASIL PRAKTIKUM

A. GAMBAR
Gambar: ovalosit
Ciri-ciri : berbentuk oval

Gambar : krenasi cell


Ciri-ciri : bergerigi tidak tajam
dan teratur

Gambar : Rouleux
Ciri-ciri : berbentuk rantai
atau koin yang bertumpuk

Gambar : Krenasi dan Rouleux

Ciri-ciri: krenasi bergerigi tidak

tajam dan teratur , Rouleux

berbentuk rantai atau koin

yang bertumpuk

Gambar : Rouleux

Ciri-ciri : berbentuk rantai atau

koin yang bertumpuk


Gambar : Helmet cell
Ciri-ciri : berbentuk seperti topi baja

Gambar : helmet cel dan Rouleux

Ciri-ciri : berbentuk seperti topi baja

Dan berbentuk rantai atau koin yang

bertumpuk

Gambar : Krenasi cell dan Rouleux

Ciri-ciri : Berbentuk grigi tidak tajam

dan teratur , berbentuk rantai atau

koin yang bertumpuk

Gambar : Rouleux, Krenasi cell Sickle cel

Sickle cell

Ciri-ciri : Berbentuk rantai atau koin yang bertumpuk, Berbentuk grigi tidak tajam dan
teratur dan Berbentuk seperti bulan sabit

Gambar : Rouleux, Sickle cell


Ciri-ciri : Berbentuk rantai atau koin
yang bertumpuk
Berbentuk seperti bulan sabit

B. HASIL PENGAMATAN
a. Hemoglobin : 7,3 g/dl
b. Hematokrit : 21,9%
c. Σ eritrosit : 4.349.800 sel/mm3 darah
C. PERHITUNGAN
1. Hitung Jumlah Eritrosit
5 bidang kamar
Σ sel yang dihitung=
Σ kontak keseluruhan
= 3,346 x 1.300.000
= 4.349,800 sel/mm3 darah
2. MCV (Mean Corpuscular Volume)
Ht x 10
MCV =
Σ eritrosit
21,9 % x 10.000 .000
=
4.349.800
= 50.34714 fL
3. MCH (Mean Corpuscular Hemoglobin)
Hb x 10
MCH =
Σ eritrosit
g
7,3 x 10.000.000
= dl
4.349 .800
= 16 pg
4. MCHC (Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration)
Hb x 100 %
MCHC=
Hematokrit
g
7,3 x 100 %
dl = 33%
¿
21,9 %
Nilai Rujukan :
a. MCV (Mean Corpuscular Volume)
 Dewasa : 82 - 92 fL
 Bayi baru lahir : 98 - 122 fL
 Anak usia 1-3 tahun : 73 - 101 fL
 Anak usia 4-5 tahun : 72 - 88 fL
 Anak usia 6-10 tahun : 69 - 93 fL
b. MCH (Mean Corpuscular Hemoglobin)
 Dewasa : 26 - 34 pg.
 Bayi baru lahir : 33 - 41 pg.
 Anak usia 1-5 tahun : 23 - 31 pg.
 Anak usia 6-10 tahun : 22 - 34 pg.
c. MCHC (Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration)
 Dewasa : 32 - 36 %.
 Bayi baru lahir : 31 - 35 %.
 Anak usia 1.5 - 3 tahun : 26 - 34 %.
 Anak usia 5 - 10 tahun : 32 - 36 %.

d. Hemoglobin
 Wanita : 12 – 16 gr/dl
 Pria : 13 – 18 gr/dl
e. Hematokrit
 Wanita : 37 – 43 vol%
 Pria : 40 – 48 vol%
f. Hitung Jumlah Eritrosit
 Wanita : 4.000.000 – 5.000.000 sel/mm3 darah
 Pria : 4.500.000 – 5.500.000 sel/mm3 darah
Hasil :
a. Hemoglobin : 7,3 gr/dl
b. Hematokrit : 21,9 %
c. Hitung Jumlah Eritrosit : 4.349.800 sel/mm3 darah
d. MCV : 50.34714 fL
e. MCH : 16 pg
f. MCHC : 33%

D. PEMBAHASAN
Hemoglobin adalah molekul yang terdiri dari kandungan heme (zat besi) dan
rantai polipeptida globin (alfa,beta,gama, dan delta), berada di dalam eritrosit dan
bertugas untuk mengangkut oksigen. Kualitas darah ditentukan oleh kadar
haemoglobin. Stuktur Hb dinyatakan dengan menyebut jumlah dan jenis rantai globin
yang ada. Terdapat 141 molekul asama amino pada rantai alfa, dan 146 mol asam
amino pada rantai beta, gama dan delta.
Terdapat berbagai cara untuk menetapkan kadar hemoglobin tetapi yang
sering dikerjakan di laboratorium adalah yang berdasarkan kolorimeterik visual cara
Sahli dan fotoelektrik cara sianmethemoglobin atau hemiglobinsianida. Cara Sahli
kurang baik, karena tidak semua macam hemoglobin diubah menjadi hematin asam
misalnya karboksihemoglobin, methemoglobin dan sulfhemoglobin. Selain itu alat
untuk pemeriksaan hemoglobin cara Sahli tidak dapat distandarkan, sehingga
ketelitian yang dapat dicapai hanya ±10%.
Hematokrit atau volume eritrosit yang dimampatkan (packed cell volume,
PCV) adalah persentase volume eritrosit dalam darah yang dimampatkan dengan cara
diputar pada kecepatan tertentu dan dalam waktu tertentu. Tujuan dilakukannya uji ini
adalah untuk mengetahui konsentrasi eritrosit dalam darah.
Nilai hematokrit atau PCV dapat ditetapkan secara automatik menggunakan
hematology analyzer atau secara manual. Metode pengukuran hematokrit secara
manual dikenal ada 2, yaitu metode makrohematokrit dan mikrohematokrit/kapiler.
Nilai normal HMT:

Anak                                      : 33-38%

Laki-laki Dewasa               : 40-50%

Perempuan Dewasa       : 36-44%

Penurunan HMT, terjadi dengan pasien yang mengalami kehilangan darah akut,
anemia, leukemia, penyakit hodgkins, limfosarcoma, mieloma multiple, gagal ginjal
kronik, sirosis hepatitis, malnutrisi, defisiensi vit B dan C, kehamilan, SLE, athritis
reumatoid, dan ulkus peptikum.

Peningkatan HMT, terjadi pada hipovolemia, dehidrasi, polisitemia vera, diare


berat, asidosis diabetikum,emfisema paru, iskemik serebral, eklamsia, efek
pembedahan, dan luka bakar.

Hitung Eritrosit Hitung eritrosit adalah jumlah eritrosit per milimeterkubik


atau mikroliter dalah. Seperti hitung leukosit, untuk menghitung jumlah sel-sel
eritrosit ada dua metode, yaitu manual dan elektronik (automatik). Metode manual
hampir sama dengan hitung leukosit, yaitu menggunakan bilik hitung. Namun,
hitung eritrosit lebih sukar daripada hitung leukosit.

Anemia pada hemolisis biasanya normositik, meskipun retikulositosis


meningkatkan ukuran mean corpuscular volume. Pada sediaan apus darah tepi akan
ditemukan anisositosis, polikromasi dengan normoblast, lekosit bergeser ke kiri.
Morfologi eritrosit dapat menunjukkan adanya hemolisis dan penyebabnya.
Misalnya sferosit pada sferositosis herediter, anemia hemolitik autoimun; sel target
pada thalasemia, hemoglobinopati, penyakit hati; schistosit pada mikroangiopati,
prostesis intravaskular dan lain-lain.
BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Pada praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
Hemoglobin : 7,3 gr/dl, Hematokrit : 21,9 %, Hitung Jumlah Eritrosit : 4.349.800
sel/mm3 darah, MCV : 50.34714 fL, MCH: 16 pg, MCHC : 33%
DAFTAR PUSTAKA

Marlyn E. Doenges, 2002. Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta, EGC

Burton, J.L. 1990. Segi Praktis Ilmu Penyakit Dalam. Binarupa Aksara : Jakarta

https://www.scribd.com/doc/212360042/laporan-akhir-hematologi

Anda mungkin juga menyukai