Anda di halaman 1dari 22

1.

 GRAVIMETRI
Analisis gravimetri adalah proses isolasi dan pengukuran berat suatu unsur atau senyawa
tertentu. Bagian terbesar dari penentuan senyawa gravimetri meliputi transformasi unsur atau
radikal senyawa murni stabil yang dapat segera diubah menjadi bentuk yang dapat ditimbang
dengan teliti. Berat unsur dapat dihitung berdasarkan rumus senyawa dan berat atom unsur –
unsur atau senyawa yang dikandung dilakukan dengan berbagai cara, seperti : metode
pengendapan; metode penguapan; metode elektroanalisis; atau berbagai macam cara lainya. Pada
prakteknya 2 metode pertama adalah yang terpenting, metode gravimetri memakan waktu yang
cukup lama, adanya pengotor pada konstituen dapat diuji dan bila perlu faktor – faktor
pengoreksi dapat digunakan (Khopkar,1999).
Gravimetri adalah pemeriksaan jumlah zat dengan cara penimbangan hasil reaksi pengendapan.
Gravimetri merupakan pemeriksaan jumlah zat yang paling tua dan paling sederhana
dibandingkan dengan cara pemeriksaan kimia lainnya. Kesederhaan itu kelihatan karena dalam
gravimetri jumlah zat ditentukan dengan cara menimbang langsung massa zat yang dipisahkan
dari zat-zat lain (Rivai,1994).
Pada dasarnya pemisahan zat dengan gravimetri dilakukan dengan cara sebagai berikut. Mula-
mula cuplikan dilarutkan dalam pelarutnya yang sesuai, lalu ditambahkan zat pengendap yang
sesuai. Endapan yang terbentuk disaring, dicuci, dikeringkan atau dipijarkan, dan setelah itu
ditimbang. Kemudian jumlah zat yang ditentukan dihitung dari faktor stoikiometrinya. Hasilnya
disajikan sebagai persentase bobot zat dalam cuplikan semua (Rivai,1994).
Suatu metode analisis gravimetri biasanya didasarkan pada reaksi kimia seperti
aA + R → AaRr
dimana a molekul analit, A, bereaksi dengan r molekul reagennya R. Produknya, yakni AaRr,
biasanya merupakan suatu substansi yang sedikit larut yang bias ditimbang setelah pengeringan,
atau yang bisa dibakar menjadi senyawa lain yang komposisinya diketahui, untuk kemudian
ditimbang. Sebagai contoh, kalsium biasa ditetapkan secara gravimetri melalui pengendapan
kalsium oksalat dan pembakaran oksalat tersebut menjadi kalsium oksida, dengan reaksi:
Ca2 + CaO42- → CaC2O4(S)
CaC2O4 → CaO(S) + CO2 (g) + CO(g)
Pemisahan unsur atau senyawa dari senyawa atau larutan dapat dilakukan dengan menggunakan
beberapa cara atau metode analisa gravimetri. Beberapa metode analisa gravimetri sebagai
berikut :
Metode pengendapan
Pelarut yang dipilih harus lah sesuai sifatnya dengan sampel yang akan di larutkan,
Misalnya : HCl, H2SO4, dan HNO3 digunakan untuk melarutkan sampel dari logam – logam.
Metode peguapan atau pembebasan ( gas )
Metode elektroanalisis
Metode ekstraksi dan kromatogravi
Pada percobaan yang dilakukan praktikan menggunakan cara pengendapan.
2. GRAVIMETRI PENGENDAPAN
Gravimetri pengndapan adalah merupakan gravimetri yang mana komponen yang hendak
didinginkan diubah menjadi bentuk yang sukar larut atau mengendap dengan sempurna.
Bahan yang akan ditentukan di endapkan dalam suatu larutan dalam bentuk yang sangat sedikit
larut agar tidak ada kehilangan yang berarti bila endapan disaring dan ditimbang.
Syarat – syarat senyawa yang di timbang :
Stokiometri
Mempunyai kestabilan yang tinggi
Faktor gravimetrinya kecil
Adapun beberapa tahap dalam analisa gravimetri adalah sebagai berikut :
1.Memilih pelarut sampel
Pelarut yang dipilih harus lah sesuai sifatnya dengan sampel yang akan di larutkan,
Misalnya : HCl, H2SO4, dan HNO3 digunakan untuk melarutkan sampel dari logam – logam.
2.Pengendapan analit
Pengendapan analit dilakukan dengan memisahkan analit dari larutan yang mengandungnya
dengan membuat kelarutan analit semakin kecil, dan pengendapan ini dilakukan dengan
sempurna.
Misalnya : Ca+2 + H2C2O4 => CaC2O4 (endapan putih)
3.Pengeringan endapan
Pengeringan yang dilakukan dengan panas yang disesuaikan dengan analitnya dan dilakukan
dengan sempurna. Disini kita menentukan apakah analit dibuat dalam bentu oksida atau biasa
pada karbon dinamakan pengabuan.
4.Menimbang endapan
Zat yang ditimbang haruslah memiliki rumus molekul yang jelas
Biasanya reagen R ditambahkan secara berlebih untuk menekan kelarutan endapan (Day and
Underwood, 2002).
Dalam menentukan keberhasilan metode gravimetri ada beberapa persyaratan yang harus
dipenuhi, yaitu :
1.Proses pemisahan hendaknya cukup sempurna sehingga kuantitas analit yang tak terendapkan
secara analitis tak dapat dideteksi (biasanya 0,1 mg atau kurang dalam menentukan penyusunan
utama dalam suatu makro)
2.Zat yang ditimbang hendaknya mempunyai susunan yang pasti dan hendaknya murni, atau
sangat hampir murni. Bila tidak akan diperoleh hasil yang galat.
Persyaratan yang kedua itu lebih sukar dipenuhi oleh para analis. Galat-galat yang disebabkan
faktor-faktor seperti kelarutan endapan umumnya dapat diminimumkan dan jarang menimbulkan
galat yang signifikan. Masalahnya mendapatkan endapan murni dan dapat disaring itulah yang
menjadi problema utama. Banyak penelitian telah dilakukan mengenai pembentukkan dan sifat-
sifat endapan, dan diperoleh cukup banyak pengetahuan yang memungkinkan analis
meminimumkan masalah kontaminasi endapan (Day and Underwood, 2002).
Dalam analisa gravimetri penentuan jumlah zat didasarkan pada penimbangan hasil reaksi
setelah bahan yang dianalisa direaksikan. Hasil reaksi ini didapatkan sisa bahan suatu gas yang
dibentuk dari bahan yang dianalisa. Dalam cara pengendapan, zat direaksikan dengan menjadi
endapan dan ditimbang. Atas dasar membentuk endapan, maka gravimetrik dibedakan menjadi 2
macam, yaitu : endapan dibentuk dengan reaksi antara zat dengan suatu pereaksi dan endapan
yang dibentuk dengan elektrokimia. Untuk memisahkan endapan dari larutan induk dan cairan
pencuci, endapan dapat disaring. Endapan grevimetri yang disaring kertas tidak dapat dipisahkan
kembali secara kuantitatif.
Sudah dijelaskan bahwa dalam analisa gravimetri, penentuan jumlah zat didasarkan pada
penimbangan. Dalah hal ini, penimbangan hasil reaksi setelah bahan yang dianalisa direaksikan.
Hasil reaksi ini dapat berupa sisa bahan atau suatu gas yang terjadi, atau suatu endapan yang
dibentuk dari bahan yang dianalisa tersebut. Berdasarkan macam hasil yang ditimbang itu
dibedakan cara-cara gravimetri yaitu cara evolusi dan cara pengendapannya (Hardjadi, 1993).
Endapan murni adalah endapan yang bersih, artinya tidak mengandung molekul-molekul lain
(zat-zat lain yang biasanya disebut pengotor atau kontaminan). Pengotor oleh zat-zat lain mudah
terjadi, karena endapan timbul dari larutan yang berisi macam-macam zat. Sedangkan endapan
kasar adalah endapan yang butir- butirnya tidak kecil, halus melainkan besar. Hal penting untuk
kelancaran penyaringan dan pencucian endapan. Adapun tujuan dari pencucian endapan adalah
untuk menyingkirkan kotoran yang teradsorpsi pada permukaan endapan maupun yang terbawa
secara mekanis (Harjadi, 1993).
Gravimetri dengan cara pengendapan, analat direaksikan sehingga terjadi suatu pengendapan dan
endapan itulah yang ditimbang. Atas dasar cara membentuk endapan, maka gravimetri dibedakan
menjadi 2 macam :
(1) Endapan dibentuk dengan reaksi antara analat dengan sutau pereaksi, endapan biasanya
berupa senyawa. Baik kation maupun anion dari analat mungkin diendapkan, bahan
pengendapnya anorganik mungkin pula organik. Cara inilah yang biasa disebut dengan
gravimetri.
(2) Endapan dibentuk dengan cara elektrokimia, dengan perkataan lain analat dielektrolisa,
sehingga terjadi logam sebagai endapan. Cara ini biasa disebut dengan elektrogravimetri.
Salah satu masalah yang paling sulit dihadapi oleh para analis adalah menggunakan endapan
sebagai cara pemisahan dan penentuan gravimetrik adalah memperoleh endapan tersebut dengan
tingkat kemurnian yang tinggi. Zat-zat yang normalnya mudah larut dapat diturunkan selama
pengendapan zat yang diinginkan dengan suatu proses yang disebut kopresipitasi. Misalnya, bila
asam sulfat ditambahkan pada barium klorida yang mengandung sejumlah kecil ion nitrat,
endapan barium sulfat yang diperoleh mengandung barium nitrat. Maka dikatakan bahwa nitrat
tersebut terkorosipitasi dengan sulfat (Day and Underwood, 2002).
Kontresipitasi merupakan suatu fenomena yang ahli-ahli kimia analitik biasanya coba hindari.
Namun, fakta bahwa endapan cenderung mengabsorpsi zat-zat asing tidak selalu mengganggu;
kopresipitasi telah digunakan secara luas untuk mengisolasi runut isotop-isotop radio aktif.
Ketika isotop-isotop ini dibentuk dalam reaksi uklir. Jumlah yang terbentuk bisa sangat kecil,
dan prosedur pengendapan umumnya gagal pada konsentrasi yang sangat kecil. Untuk
meminimalisirkan kopresipitasi dapat digunakan beberapa prosedur dibawah ini, yaitu :
1. Metode penambahan pada kedua reagen, jika diketahi bahwa baik sampel maupun enapan
mengandung suatu ion yang mengotori, larutan yang megandung ion tersebut dapat ditambahkan
pelarut lain, dengan cara ini konsentrasi pencemaran dijaga serendah mungkin selama tahap
awal-awal pengendapan
2. Pencucian
3. Pencernaan
4. Pengendapan kembali
Suatu endapan kristalin, seperti BaSO4, kadang-kadang mengabsorpsi pengotor (impurities) bila
partikel-partikelnya kecil. Dengan bertumbuhnya ukuran partikel, pengotor tersebut bisa tertutup
dalam kristal. Kontaminasi jenis ini disebut dengan pengepungan (acclusian). Untuk
membedakan dari kasus dimana padatan tidak tumbuh di sekitar pengotor. Pengotor yang
terkepung tidak dapat dipindahkan dengan mencuci endapan tersebut, tetapi mutu endapan
tersebut seringkali dapat disempurnakan dengan pencernaan (Day and Underwood, 2002).
Dalam hal ini penimbangan hasil reaksi setelah bahan yang direaksikan dianalisa. Hasil reaksi ini
dapat : sisa bahan, atau suatu gas yang terjadi, atau suatu endapan yang terbentuk dari bahan
yang diananlisa itu. Berdasarkan macam hasil yang ditimbang itu dibedakan cara-cara
gravimetri; cara evolusi dan cara pengendapan (Harjadi, 1993).
Banyak sekali reaksi yang digunakan dalam analisis kualitatif melibatkan endapan. Endapan
adalah zat yang memisahkan diri sebagai suatu fase padat keluar dari larutan. Endapan mungkin
berupa kristalin atau koloid, dan dapat dilakukan dengan penyaringan atau pemusingan
(centrifuge). Endapan terbentuk jika larutan menjadi terlalu jenuh dengan zat yang bersangkutan.
Kelarutan (s) suatu endapan, menurut definisi adalah sama dengan konsentrasi molar larutan
jenuhnya. Kelarutan suatu zat tergantung pada berbagai kondisi, seperti suhu, tekanan,
konsentrasi bahan- bahan lain dalam larutan itu, dan komposisi pelarutnya (Svehla, 1990).
Dalam prosedur gravimetrik yang lazim suatu endapan ditimbang dan darinya nilai analit dalam
sampel dihitung. Maka persentase analit A adalah:
%A = Bobot A x 100 %
Bobot sample
atau, jika kita tentukan faktor gravimetrik endapan, yaitu:
fg = BA atom A x 100 %
BM endapan
Maka, persentase analitnya:
%A = Berat endapan x faktor gravimetri (fg) x 100%
berat sampel
Dalam cara evolusi bahan direaksikan sehingga timbul suatu gas; caranya dapat dengan
memanaskan bahan tersebut, atau mereaksikan dengan suatu pereaksi. Pada umumnya yang
dicari ialah banyaknya gas yang terjadi. Cara mencari jumlah gas tersebut adalh sebagai berikut :
1. Tidak langsung
Dalam hal ini analatlah yang ditinbang setelah bereaksi; berat gas diperoleh sebagai selisih berat
analat sebelum dan sesudah reaksi.
2. Langsung
Gas yang terjadi ditimbang setelah diserap oleh suatu bahan yang khusus untuk gas yang
bersangkutan. Sebenarnya yang ditimbang ialah bahan penyerap itu yaitu sebelum dan sesudah
penyerapan sedangkan berat gas diperoleh dari selisih kedua penimbangan (Harjadi, 1993).
Dalam cara pengendapan, analat sekarang direaksikan sehingga terjadi suatu endapan dan
endapan itulah yang ditimbang. Atas dasar cara membentuk endapan, maka gravimetric
dibedakan menjadi dua macam:
1. Endapan dibentuk dengan reaksi antara analat dengan suatu pereaksi endapan biasanya berupa
senyawa. Baik anion dan kation dari analat mungkin diendapkan. Bahan pengendapnya mungkin
organik atau anorganik.
2. Endapan dibentuk secara elektrokimia, dengan perkatan lain analat dielektrolisa, sehingga
terjadi logam sebgai endapan. Cara ini disebut dengan elektrogravimetri (Harjadi, 1993).
3. ZAT PENGENDAP ORGANIK
Reagensia organik merupaka bahan untuk membantu proses pemisahan satu atau lebih ion
anorganik dari campuran, yang mana ion – ion ini biasanya mengghasilkan senyawaan yang
angat sedikit dapat larut dan sering kali berwarna. Reagensia organik disebut juga zat pengendap
organik. Zat pengendap organik yang digunakan haruslah ideal, artinya pengendap organik
tersebut bersifat spesifik, yaitu harus membari endapan dengan hanya satu endapan tertentu.
4. DIMETILGLIOKSMAT
Pengendap organik ini ditemukan oleh L. Thusgaeff dan digunakan oleh O. Brunck untuk
penetapan nikel dalam baja. Zat ini memberi endapan merah cerah bila direaksikan dengan
larutan nikel dengan garamnya. Sedikit berlebih reagensia ini tidak memberi reaksi apa – apa
terhadap endapan, tapi ada juga kelebihannya yang harus dihindari, yaitu :
1.Kemungkinan dimetilglioksimat ikut mengendap karena semakin kecil kelarutannya
2. Dapat menyebabkan bertambahnya kelarutan endapan dalam campuran air-etanol
CH3 – C = N – OH
|
CH3 – C = N – OH
Gambar 2.1 Struktur Dimetilglioksima
Dimetilglioksimat hanya sedikit larut dalam air sehingga dipakai sebagai larutan 1 % dalam
etanol.
5. APLIKASI
Pengelolaan Limbah Cair Usaha Peternakan Sapi Perah
Limbah peternakan umumnya meliputi semua kotoran yang dihasilkan dari suatu kegiatan usaha
peternakan, baik berupa limbahpadat dan cairan, gas, ataupun sisa pakan
Pengelolaan limbah yang kurang baik akan menjadi masalah serius pada usaha peternakan sapi
perah. Sebaliknya bila limbah ini dikelola dengan baik dapat memberikan nilai tambah. Salah
satu upaya untuk mengurangi limbah adalah mengintegrasikan usaha tersebut dengan beberapa
usaha lainnya, seperti penggunaan suplemen pada pakan, usaha pembuatan kompos, budidaya
ikan, budidaya padi sawah, sehingga menjadi suatu sistem yang saling sinergis. Upaya
memadukan tanaman, ternak dan ikan di lahan per-tanian memiliki manfaat ekologis dan
ekonomis. Laju pertumbuhan produktivitas usaha pertanian merupakan interaksi di antara
berbagai faktor yang ada dalam sistem usahatani.
Sebagai upaya bagi peningkatan sistem usahatani diperlukan teknologi alternatif untuk
memperbaiki produkti-vitas lahan dan meningkatkan pendapatan petani, antara lain melalui
teknologi sistem usaha peternakan yang menerapkan konsep produksi bersih. Bapedal (1998)
menyatakan bahwa produksi bersih merupakan suatu strategi pengelolaan lingkungan yang
bersifat preventif dan terpadu yang perlu diterapkan terus menerus pada proses produksi dan
praproduksi, sehingga mengurangi risiko terhadap manusia dan lingkungan. Produksi bersih
tidak hanya menyangkut proses produksi, tetapi juga menyangkut pengelolaan seluruh daur
hidup produksi, yang dimulai dari pengadaan bahan baku dan pendukung, proses dan operasi,
hasil produksi dan limbahnya sampai ke distribusi serta konsumsi.
Penggunakan dari pada Gravimetri disini adalah pada konsep Analisis. Seperti menganalisa zat
padat terlarut, ataupun zat padat tersuspensi. Berdasarkan permasalahan dan konsep produksi
tersebut, maka penelitian ini perlu dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui manfaat daur
hidup sistem usahatani tersebut dan mengetahui berapa besar zat pencemar yang dihasilkan dapat
diminimisasi. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan gambaran tentang sistem usaha
peternakan yang menerapkan produksi bersih, sekaligus sebagai informasi dan masukan bagi
pemerintah dan swasta dalam pengembangan sistem usaha peternakan yang ramah lingkungan.
C. Tujuan percobaan
1. Mahasiswa dapat mengetahui dan mempraktekan metode analisis kimia secara gravimetri.
2. Mahasiswa dapat menentukan jumlah sulfur dalam sampel sebagai barium sulfat.
D. BAHAN DAN ALAT
1. Bahan
a.HCL Pekat
b.BaCl2 0,05 M
c.Aquadest
d.Sampel Sulfat
2. Alat
a. Gelas piala 250 mL
b. Batang Pengaduk
c. Pemanas/Hot Plate
d. Burner
e. Kertas Saring (Whatman 42)
f. Gelas Arloji
g. Desikator/Eksikator
h. Cawan Porselen
i. Oven
j. Corong
k. Stopwatch
l. Pipet Tetes
m. Gelas Ukur
n. Panci dan Kompor Gas
o. Timbangan Analitik
E. CARA KERJA DAN PELAKSANAAN PERCOBAAN
1. Cara Kerja
Siapkan cawan porselen yang telah dipanaskan dan didinginkan hingga berat konstan 32,92
gram. Catat beratnya.
Timbang dengan tepat 0,25 gram sampel, pindahkan dalam beaker glas 250 mL.
Larutkan masing-masing sampel dalam 100 mL air, tambahkan 1 mL HCL pekat, kemudian
panaskan hingga hampir mendidih.
Panaskan 50 mL BaCl2 0,05 M hingga hampir mendidih dan masukkan dengan cepat sambil
diaduk pada larutan sampel panas.
Tutupi beaker gelas dengan gelas arloji bersih dan panaskan hingga hampir mendidih selama 1
jam.
Selama proses pemanasan siapkan kertas saring dengan pori-pori halus (Whatman No.42 ; SS
No. 598) beserta corongnya.
Dekantasi filtrat panas melalui kertas saring, lipat kertas saring dan pindahkan dalam cawan
porselen.
Bakar kertas saring hingga habis menggunakan burner pada suhu1100C selama ± 5 jam.
Dinginkan dalam desikator pada suhu ruang, setelah itu timbang endapan hingga berat konstan.
Hitung endapan sebagai % SO3
2. Pelaksanaan Percobaan
a.Tempat
- Laboratorium Kimia dan Biokimia
b.Waktu
- Pukul 15.00 WITA - Selesai
F. HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN
1. Hasil Pengamatan
Berat sampel = 0,25 gram
Berat cawan porselen kosong (sudah dipijarkan) =32,61 gram
Berat cawan porselen+ endapan (sesudah di pijarkan) =32,92 gram
Berat endapan (berat BaSO4) =0,31 gram
a. Mr SO3 = 32 + (16 x 3 ) = 32 + 48 = 80
b. Mr BaSO4 = 137 + 32 + (16 x 4 ) = 169 + 32 + 64 = 233
2. Perhitungan
a. Massa SO3 =
=
= 0,31 x 0,343
= 0,1063
b. % SO3 =
=
= 0,4252 x 100
= 42,52%
Jadi, banyaknya endapan SO3 yang terbentuk dalam proses analisis gravimetri ini adalah 42,52%
G. PEMBAHASAN
Gravimetri merupakan cara analisa yang berdasarkan prinsip penimbangan berat endapan yang
telah kering dan diubah dalam bentuk yang semurninya.
Proses pemisahan yang kami lakukan cukup sempurna sehingga terbentuknya endapan yang
sempurna dan sesuai dengan teori.
Hasil dari praktikum yang telah dilaksanakan tersebut menetapkan bahwa persentase Nikel yang
praktikan dapatkan adalah sekitar 42,52 %
H. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yng dapat diambil dari percobaan ini ialah :
1. Dalam proses analisis memang diperlukan ketelitian. Berdasarkan pengalaman saya berat
konstan adalah 32,61 gram.
2. Kegiatan analisis yang dilaksanakan telah sesuai dengan prosedur, hanya saja terdapat
beberapa langkah analisis yang tidak dilakukan dikarenakan keterbatasan waktu, seperti :
a. Proses penetapan berat konstan cawan maupun cawan + endapan
b. Proses pembakaran kertas saring yang tidak sempurna
c. Ukuran/Nomor kertas saring terlalu kecil/tidak halus, hal ini dikarenakan bila kertas saring
terlalu halus maka proses dekantasi akan berlangsung lama.
I. DAFTAR PUSTAKA
Anonim,a, 2009, gravimetri. http//www.wikipedia.or/gravimetri. 30 Agustus 2009
Anonim,b, 2009, analisa gravimetri. http//www.google.com/analisa_gravimetri.
30 Agustus 2009
Anonim,c, 2009, laporan gravimetri. http//www. Sulae-blogspot.com.
30 Agustus 2009
Anonim,d, 2009, gravimetri. http//www. Annisanfushie.wordpress.com.
30 Agustus 2009
A. Day. N dan A.L. Anderwood. 1986. Analisa Kimia Kuantitatif. Edisi kelima. penerbit
Erlangga: Jakarta
Harjadi, W, 1993, Ilmu Kimia Analitik Dasar, Gramedia, Jakarta.
Khopkar, S. M, 1990, Konsep Dasar Kimia Analitik, UI-Press, Jakarta.
Rivai, H, 1994, Asas Pemeriksaan Kimia, UI-Press, Padang.
Svehla, G, 1990, Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimakro Edisi II,
Kalman Media Pustaka, Jakarta
Penentuan Sulfat
Kata Kunci: Kadar Sulfat, Penentuan Sulfat
Ditulis oleh Adam Wiryawan pada 28-01-2011
Prinsip :
Sulfat dapat ditentukan dengan cara mengendapkannya dengan barium khlorida (BaCl2) untuk
membentuk endapan barium sulfat (BaSO4).
Partikel endapan BaSO4 terlalu kecil untuk disaring sehingga perlu didigest untuk membentuk
kristal yang lebih besar. Proses ini menghasilkan kristal yang sukar larut.

Sumber kesalahan berasal dari coprecipitation dari beberapa kation seperti kalium dan besi (II).
Salah satu alternatif untuk mengatasi masalah tersebut dapat diatasi dengan cara menambahkan
larutan sampel yang panas kedalam larutan BaCl2 panas. Hal ini akan mengurangi
adanya coprecipitation.
Tujuan :
Menentukan kadar sulfat dalam suatu sampel dengan cara mengendapkan sulfat tersebut dengan
pereaksi pengendap BaCl2
Cara kerja :
Keringkan sampel yang mengandung sulfat didalam oven selama 1 jam dengan suhu 110oC.
Keringkan juga porselin crucible didalam oven sampai mencapai berat konstan.
Timbang sekitar 0,3 – 0,5 gram sampel yang telah dingin didalam beaker glass 600 mL.
Larutkan sampel dengan 150 mL aquades dan tambah 2 mL HCl pekat.
Panaskan mendekati titik didih.
Anggap bahwasampel adalah Na2SO4 murni dan hitung milimol BaCl2 yang diperlukan untuk
mengendapkan semua sulfat tersebut.
Contoh :
426 gram sampel = 426/142 = 3 mmol Na2SO4
3 mmol Na2SO4 = 3 mmol BaCl2
Jika tersedia larutan BaCl2 0,2M, maka BaCl2 0,2M
yang diperlukan = 3/0,2 = 15 mL.
Tambahkan 50 ml kedalam volume tertentu dari larutan BaCl2 dan panaskan hampir mendidih.
Sambil diaduk terus, tambahkan larutan sampel panas terlahan-lahan. Biarkan endapan terbentuk
sempurna.
Tambahkan beberapa tetes BaCl2 untuk melengkapi endapan yang terbentuk
Setelah pengendapan lengkap, tutup beaker dengan gelas/kaca arloji. Diges endapan yang
terbentuk dengan suhu dibawah titik didih.
Setelah dingin, endapan disaring dengan kertas bebas abu (Whatmann 40).
Cuci beberapa kali dengan aquades hangat.
Lipat kertas saring dan taruh didalam crucible yang telah ditimbang
Panaskan dengan burner tetapi harus cukup udara selama pemanasan sampai kertas saring telah
hangat.
Keringkan dalam tanur sekitar 1 jam atau sampai mencapai berat konstan
Percobaan dilakukan 3 kali.
Hitung kadar sulfat (SO4) yang ada dalam sampel
LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS GRAVIMETRI
A.  Pendahuluan
Analisis Secara Gravimetri
Analisis gravimetri adalah proses isolasi serta penimbangan suatu unsur atau suatu senyawaan
tertentu dari unsur tersebut dalam bentuk yang semurni mungkin.
Metode yang digunakan dalam analisis gravimetri diantaranya,
1.    Pengendapan
2.    Metode penguapan atau pembebasan (gas)
3.    Metode elektroanalisis
4.    Metode ekstraksi dan kromatografi
Pada analisis secara gravimetri ini memeiliki kelebihan, diantaranya adalah bahan penyusun zat
telah diisolasi dan dapat diselidiki terhadap ada tidaknya zat pengotor dan diadakan koreksi.
Namun analisis gravimetri memiliki kelemahan yaitu pada umumnya metode ini memakan
banyak waktu.

B.  Dasar Teori
Metode Pengendapan
Metode ini yang paling penting dalam analisis gravimetri. Bahan yang akan diendapkan dari
dalam suatu larutan dalam bentuk yang begitu sedikit dapat-larut, sehingga tidak terjadi
kehilangan yang berarti bila endapan dipisahkan dengan menyaring dan ditimbang.
Faktor-faktor yang menentukan analisis dengan pengendapan yang berhasil:
1.    Endapan harus tak dapat-larut, sehingga tidak akan terjadi kehilangan yang berarti, bila
endapan dikumpulkan dengan menyaringnya. (jumlah minimum yang terdeteksi oleh neraca
analitik biasa yaitu, 0,1 mg)
2.    Sifat fisika endapan harus sedemikian sehingga endapan dengan mudah dipisahkan dari
larutan dengan penyaringan.
3.    Endapan harus dapat diubah menjadi suatu zat yang murni dengan komposisi-komposisi
kimia tertentu.
Penerapan konsep diatas akan ditemukan pada prosedur-prosedur yang telah diakui dalam
analisis gravimetri.
1.    Pengendapan biasanya dilakukan dalam larutan panas (kelarutan bertambah dengan
kenaikan temperatur)
2.    Pengendapan dilakukan dalam larutan encer dan reagensia ditambahkan perlahan-lahan,
sambil diaduk dengan seksama.
3.    Penambahan reagensia untuk memperbesar kelarutan endapan.
4.    Untuk mencegah terjadinya keadaan lewat-jenuh dengan pengendapan dari kelarutan yang
homogen.

C.  Tujuan Percobaan
1.    Dapat mengetahui dan mempraktekkan metode analisis kimia secara gravimetri.
2.    Dapat menentukan jumlah sulfur dalam sampel sebagai barium sulfat.
D.  Alat dan Bahan
1.    Alat                        :           botol timbang kering, gelas piala (beaker glass), batang
pengaduk, pemanas, lampu bunsen, magnetic stirrer,                                           kertas saring,
corong, erlenmeyer, gelas arloji, tanur,                                          eksikator/desikator.
2.    Bahan                    :           HCl pekat, BaCl2 0,05 M pekat, aquadest, 0,27 gram
sampel.

E.  Cara Kerja
1.    Sampel dimasukkan dalam botol timbang dan dipanaskan dalam oven pada suhu 110oC
selama kurang lebih satu jam. Didinginkan pada suhu ruang dalam desikator.
2.    Cawan porselen yang telah dipanaskan hingg berat konstan disiapkan dan dicatat beratnya.
3.    Ditimbang dengan tepat 0,2 - 0,3 gram sampel, dipindahkan dalam gelas piala 250 mL.
4.    Masing-masing sampel dilarutkan dalam 100 mL air, 1 mL HCl pekat ditambahkan pada
larutan, kemudian dipanaskan hingga hampir mendidih.
5.    50 mL BaCl2 0,05 M dipanaskan hingga hampir mendidih dan dimasukkan dengan cepat
sambil diaduk pada larutan sampel panas.
6.    Beaker glass ditutupi dengan gelas arloji bersih dan dipanaskan hingga hampir mendidih
selama 1 jam.
7.    Selama proses pemanasan kertas saring dengan pori-pori halus (Whatman No.42 ;SS
No.598) dan corongnya dipersiapkan.
8.    Filtrate panas didekantasi melalui kertas saring, endapan dicuci dalam beaker glass sebanyak
3 kali dengan air panas dan didekantasi melalui kertas saring. 
9.    Endapan dipindah dalam kertas saring, kertas saring dilipat dan di pindahkan dalam cawan
porselen.
10.  Kertas saring dibakar hingga habis menggunakan burner selama 1 jam 15 menit pada suhu
505 oF. Didinginkan dalam desikator pada suhu kamar, kemudian endapan ditimbang.
11.  Endapan dihitung sebagai %SO3
%SO3= (massa SO3/massa sampel) X 100
Massa SO3 = massa BaSO4 X (Mr SO3/Mr BaSO4)
F.   Hasil Pengamatan

Berat sampel                                                                           :   0,27     gram


Berat cawan porselen  kosong (sesudah dipijarkan)              : 22,8690 gram
Berat cawan porselen + endapan (sesudah dipijarkan)         : 23,2906 gram
Berat endapan (berat BaSO4)                                                            :   0,4216 gram

Perhitungan :
Massa SO3     = massa BaSO4 x (Mr SO3 / Mr BaSO4)
                        = 0,4216 gram x 80/233
                        = 0,4216 gram x 0,343
                        = 0,145 gram
%SO3              = (massa SO3 / massa sampel) x 100
                        = (0,145 gram / 0,27 gram) x 100
                        = 53,61 %

G.  Pembahasan
Dalam analisis secara gravimetri penimbangan endapan dengan neraca analit dilakukan selama
tiga kali hingga didapat berat endapan konstan dengan selisih 0,2 gram, namun dalam praktikum
yang telah dilakukan penimbangan hanya dilakukan satu kali. Hal ini dikarenakan pada dasarnya
metode ini sendiri memakan banyak waktu dan waktu pelaksanaan praktikum yang terbatas.
Dalam pengamatan yang telah dilakukan pada penentuan sulfat sebagai barium sulfat dengan
menggunakan analisis secara gravimetri. Tertera berat endapan (BaSO4) sebanyak 0,4216 gram
yang didapat dari selisih antara berat cawan berisi endapan dan berat cawan kosong yang
keduanya telah dilakukan pemijaran, masing-masing sebanyak 23,2906 gram dan 22,8690 gram.
Presentase analit yang didapat dari hasil perhitungan, dalam hal ini SO3 sebesar 53,61% dan
massa SO3 sebanyak 0,145 gram.
H.  Kesimpulan
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan, didapat beberapa kesimpulan diantaranya adalah
1.    Analisis gravimetri adalah proses isolasi serta penimbangan suatu unsur atau suatu
senyawaan tertentu dari unsur tersebut dalam bentuk yang semurni mungkin.
2.    Jumlah sulfur yang didapat sebanyak 0,145 gram atau setara dengan 53,61% dari 0,4216
berat endapan (BaSO4).

LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK I

I. JUDUL       : ANALISIS GRAVIMETRI

II. TUJUAN :
            Umum : Mahasiswa dapat melakukan analisis gravimetri.
            Khusus: Mahasiswa dapat menetapkan kadar air kristal dalam kristal barium klorida,
                          Mahasiswa dapat memetapkan kadar air kristal dalam terusi.

III. DASAR TEORI :

Analisis gravimetri merupakan salah satu metode dalam analisis kuantitatif yang mana penetapan
jumlah atau kadar air dilakukan dengan pengukuran berat (melalui penimbangan) yang dalam hal
ini menimbang hasil reaksi setelah analat direaksikan. Hasil reaksi tersebut berupa:
sisa bahan, atau
suatu gas, atau
suatu endapan
Ada 2 macam cara dalam analisis gravimetri :
1.      Cara Evolusi
Bahan dipanaskan atau direaksikan dengan suatu pereaksi sehingga timbul suatu gas.Gas ini lalu
ditetapkan jumlahnya, dapat :
Secara Langsung
Yaitu gas diserap oleh suatu bahan yang khusus oleh gas itu,yang telah diketahui beratnya,lalu
ditimbang. Selisih berat bahan sebelum dan sesudah menyerap gas adalah berat gas itu.
Secara tidak Langsung
Yaitu analat ditimbang sebelum dan sesudah reaksi. Selisih berat analat ini adalah berat gasnya.
2.      Cara Pengendapan
Analat direksikan dengan suatu pereaksi sehingga terbentuk endapan suatu senyawa yang
sempurna,dan endapan inilah yang ditimbang.Dari berat endapan ini dapat dihitung jumlah atau
kadar komponen atau zat yang dianalisis.

Syarat-syarat endapan Gravimetri


Suatu endapan gravimetric, haruslah endapan yang :
1.      Sempurna
Maksudnya semua ion yang diendapkan harus habis bereaksi dengan pereaksinya. Untuk ini
diperlukan pereaksi yang sedikit berlebih agar Ksp suatu senyawa juga mempengaruhi
kesempurnaan endapannya.Semakin kecil Ksp suatu senyawa,semakin mudah diendapkan
senyawa tersebut.
2.      Murni
Yakni reaksi endapan itu harus bersih,tidak mengandung ion-ion atau molekul-molekul yang lain
yang disebut pengotor.
3.      Susunannya tertentu dan pasti
Ialah suatu endapan gravimetric haruslah diketahui susunannya dengan pasti,yakni mempunyai
rumus molekul tertentu baik sebelum maupun sesudah dipanaskan atau dipijarkan.
Sebagai contoh ialah endapan Fe(OH)3 senyawa ini mempunyai susunan tetap dan tertentu,
namun sebagai endapan selalu berbentuk hidroksida yang berarti kristal Fe(OH)3nH2O.Jelas
bahwa jumlah molekul H2O yang tidak tentu yaitu n .Endapan ini kalau hanya dikeringkan saja
akan berakibat terjadinya kesalahan.Namun bila dipijarkan pada suhu 1000oC akan diubah
menjadi Fe2O2 yang rumus molekulnya pasti.

Dengan reaksi sebagai berikut :

2Fe(OH)3nH2O    à   Fe2O3  +  (2+n)H2O(g)

Langkah-langkah dalam analisis Gravimetri dapat dilakukan dengan :


1.      Melarutkan analat
Yaitu analat yang diendapkan haruslah berupa suatu larutan atau campuran yang
homogen,sehingga sejumlah tertentu analat yang berupa padatan  atau cairan keruh perlu
dilarutkan dalam sejumlah pelarut yang sesuai misalkan unruk melarutkan NaCl cukup
digunakan pelarut air suling, tetapi untuk CaCO3 tidak dadat larut dalam air, maka digunakan
pelarut asam,yaitu HCl encer.Larutan analat ini sangat penting dan perlu disiapkan dengan baik
agar analat berupa ion-ionnya.Sehingga mempermudah kesempurnaan pembentukan endapannya
setelah ditambahkan larutan pereaksi yang berisi ion-ion pengendapannya.
2.      Membentuk endapan
Yaitu endapan dari suatu zat akan terjadi bila harga Kspnya dilampaui. Harga Ksp dapat
dilampaui bila konsentrasi dari ion-ionnya diperbesar.Proses pengendapan ini dilakukan dengan
jalan larutan zat yang diselidiki dimasukan ke dalam gelam gelas beker,kemudian larutan yang
dipakai untuk mengendapkan ditambahkan pelan-pelan (misalnya tetes demi tetes melalui pipet
atau buret) sambil mengaduknya pelan-pelan dan kontinyu.Penambahan larutan pengendapan ini
dilakukan terus sampai tidak terjadi endapan lagi (telah terbentuk endapan sempurna) untuk lebih
meyakinkan ditambahkan 1-2 tetes larutan pengendapan lagi.
3.      Menyaring endapan
Berarti memisahkan endapan dari cairannya melalui suatu dinding yang poreous yang dapat
menahan endapannya.
Untuk menyaring endaoan biasanya digunakan :
Kertas saring
Krus Gooch yang telah diberi asbes
Krus gelas sinter
     Penyarinagn yang dipakai biasanya disesuaikan dengan keadaan endapan itu sendiri     
disamping juga ditentukan oleh biaya praktikum yang tersedia.
4.      Mencuci endapan
Kebanyakan endapan yang disaring juga mengandung satu atau lebih zat lain yang bercampur
didalamnya. Jika zat-zat itu tidak menguap pada temperature endapan dikeringkan maka sangat
perlu dilakukan mencuci endapan, biasanya menggunakan larutan pencuci sedikit mungkin dan
jangan sampai endapan-endapan yang dicuci larut dalam cairan pencuci,sehinnga jumlah
endapan berkurang. Suatu larutan pencuci diharapkan adalah suatu zat yang menguap pada
temperature pengeringan endapan.
5.      Mengeringkan, memijarkan dan menimbang
Endapan yang akan ditimbang harus dikeringkan dahulu agar zat yang ditimbang konstan.
Pemijaran juga bertujuan untuk mendapatkan berat yang konstan
.                 Beberapa penetapan secara Gravimetri yang sederhana adalah
Penetapan air kristal dalam kristal barium klorida
 Penetapan klorida dalam perak klorida
Penetapan sulfat dalam barium sulfat
Penetapan ferri dalam ferri oksida
Penetapan alumunium sebagai alumunium sulfide
Penetapan kalsium sebagai kalsuim oksalat
Penetapan magnesium sebagai magnesium ammonium fosfat
Penetapan nikel sebagai nikel dimetil glieksima

IV. ALAT & BAHAN

            A.ALAT
No. Nama Alat Gambar Alat Jumlah
1. Krus Porselein 2 buah

2. Exicator 1 buah

3. Oven 1 buah

4. Neraca Analitik 1 buah

5. Penjepit 1 buah
6. Sendok 1 buah

7. Kaca Arloji 1 buah

8. Neraca Elektrik 1 buah

9. Tissue Secukupnya

10. Kertas Secukupnya

            B.BAHAN
No. Nama Bahan Jumlah
1. BaCl2 ± 1 gram
2. CuSO4 ± 1 gram

V.        CARA KERJA

A.    Penetapan air kristal dalam barium klorida


Mencuci krus sampai bersih kemudian memanaskannya sampai menjadi merah atau berpijar.
Mendinginkan krus dalam exicator sampai suhu kamar,lalu menimbangnya.
Menimbang 1 gram BaCl2 dan memasukannya ke dalam krus, kemudian menimbang krus yang
berisi BaCl2 tersebut.
Memanaskan krus beserta isinya sampai dasar krus memijar.
 Mendinginkan krus dalam exicator sampai suhu kamar.
Menimbang krus setelah dingin.

B.     Penetapan kadar air kristal dalam terusi


Membersihkan krus porselein.
Memanaskan krus porselein sampai berpijar.
Mendingikan krus dalam exicator sampai suhu kamar.
Menimbang krus dan mencatat massa krus kosong setelah pemanasan.
Menimbang 1 gram kristal  CuSO4.5H2O dan memasukkannya dalam krus porselein.
Menimbang krus beserta isinya sebelum dipanaskan.
Memanaskan krus beserta isinya sampai dasar krus memijar.
Mendinginkan krus dalam exicator sampai suhu kamar.
Menimbang krus porselein setelah dingin.
VI.   DATA PENGAMATAN

No. Perlakuan Hasil  Pengamatan


I A. Penetapan kadar air kristal dalam
barium  klorida
Mencucui krus porselein Suhu oven = 120oC
Menaskan krus sampai berpijar Kristal BaCl2 berwarna putih
Memasukan krus dalam exicator, lalu
menimbangnya Mo = 30,0040 gram
Menimbang 1 gr BaCl2, masukan dalam M1 = 30,9906 gram
krus lalu menimbangnya M2 = 30,8575 gram
Memanaskan krus+BaCl2 sampai berpijar
Mendinginkan dalam exicator,lalu Setelah dipanaskan dalam oven warna tetap
menimbangnya sama seperti warna semula yakni putih.
Penetapan kadar air kristal dalam terusi
II Mencuci krus porselein, lalu
memanaskannya
Memasukan krus dalam exicator, dan Suhu oven = 120oC
menimbangnya Kristal CuSO4 berwarna  biru tua
Menimbang 1 gr CuSO4,masukan dalam
krus lalu menimbangnya Mo = 30,3454 gram
Memanaskan krus+CuSO4 sampai berpijar M1 = 31,5066 gram
Mendinginkan dalam exicator, lalu M2 = 31,2309 gram
menimbangnya
Kristal berwarna biru tua,setelah dipanaskan
warna mulai memudar yakni biru muda.
Setelah dimasukan kedalam exicator dan
dikeluarkan kembali warna biru semakin
memudar.

VII. ANALISA DATA

Ф Penetapan kadar air kristal dalam kristal barium klorida Ф

♣ Secara experiment

            ☻massa krus porselein kosong setelah pemanasan                = 30,0040 gram


            ☻massa (krus+BaCl2.2H2O) sebelum dipanaskan                 = 30,9906 gram
            ☻ massa (krus+BaCl2.2H2O) setelah  dipanaskan                 = 30,8575 gram

            ☻ menentukan  massa BaCl2.2H2O awal  :

 = massa(krus+BaCl2.2H2O) sebelum dipanaskan-massa krus kosong setelah dipanaskan

= 30,9906 gram – 30,0040 gram


= 0,98660 gram

            ☻ menentukan massa BaCl2.2H2O setelah pemanasan :

= massa(krus+BaCl2.2H2O) setelah dipanaskan-massa krus kosong setelah dipanaskan

= 30,8575 gram – 30,0040 gram

= 0,8535 gram

            ☻ Menentukan massa H2O :

= mBaCl2 awal  -  mBaCl2 setelah pemanasan

=  0,98660 gram – 0,8535 gram

= 0,1331 gram

            ☻Menentukan kadar H2O dalam BaCl2.2H2O  :

% H2O  =  mH2O / mBaCl2.2H2O  x  100%

              =  0,1331 gram / 0,98660 gram  x  100%

              =  13,49 %

♣ Secara Teori

            ☻massa BaCl2.2H2O  = 1 gram


            ☻ menentukan factor Gravimerti  :

            f.g  = ( 2x Mr H2O )  /  Mr BaCl2.2H2O 

                  =  (2×18)  /  244

                  =  0,1475

            ☻ menentukan massa air kristal   :

            m H2O = mBaCl2.2H2O x f.g

                        =  1 gram x 0,1475


                       
                        = 0,1475 gram
            ☻ menentukan kadar  H2O dalam  BaCl2.2H2O  :

            %  H2O  =  mH2O  /  m BaCl2.2H2O  x  100%

                          =  0,1475 gram /  1 gram  x  100%

                          = 14,75 %

Hal pertama yang kita lakukan dalam percobaan ini yaitu memanaskan krus (bertujuan untuk
membersihkan krus dari zat-zat pengotor dan dari uap air).Sehingga setelah ditimbang
didapatkan berat krus yang konstan.Setelah dipanaskan kemudian dimasukan kedalam exicator
(ruang pendingin) dan selanjutnya krus ditimbang.Kemudian mengambil ± 1 gram kristal
BaCl2.2H2O  dan memasukkannya kedalam krus kemudian menimbangnya lagi sehingga
mendapatkan data 30,9906 gram dan dipanaskan kembali diperoleh 30,8575 gram. Fungsi
pemanasan adalah untuk melepas semua air kristal  (2H2O) yang terdapat dalam BaCl2.2H2O 
sehingga diperoleh kadar air kristal tersebut. Setelah pemanasan , krus dimasukan dalam exicator
± 6 hari dan diperoleh data BaCl2.2H2O  setelah dipanaskan sebesar 30,8575 gram.
Dari hasil experiment didapat kadar  H2O sebeasar 13,49% sedangkan kadar H2O secara teori
sebesar 14,75% . Selisihnya sangat kecil ,namun selisih tersebut ada dimungkinkan karena :
Pemanasan yang kurang lama sehingga berat krus yang diperoleh belum konstan.
Rx.   BaCl2.2H2O(s)   à   BaCl2(s)  +  2H2O(g)  
Adanya zat pengotor dalam krus.

Ф Penetapan kadar air kristal dalam terusi Ф

♣ Secara experiment

            ☻massa krus porselein kosong setelah pemanasan                = 30,3454 gram


            ☻massa (krus+CuSO4.5H2O) sebelum dipanaskan               = 31,5066gram
            ☻ massa (krus+ CuSO4.5H2O) setelah  dipanaskan              = 31,2309 gram

☻ menentukan  massa  CuSO4.5H2O awal  :

 = massa(krus+ CuSO4.5H2O) sebelum dipanaskan-massa krus kosong setelah dipanaskan

= 31,5066 gram – 30,3454 gram

= 1,1612 gram

            ☻ menentukan massa  CuSO4.5H2O  setelah pemanasan :


= massa(krus+ CuSO4.5H2O) setelah dipanaskan-massa krus kosong setelah dipanaskan

= 31,2309 gram – 30,3454 gram

= 0,8855 gram

            ☻ Menentukan massa H2O :

= m CuSO4 awal  -  m CuSO4 setelah pemanasan

=  1,1612 gram – 0,8855 gram

= 0,2757 gram

            ☻Menentukan kadar H2O dalam CuSO4.5H2O     :

% H2O  =  mH2O / CuSO4.5H2O x  100%

              =  0,2757 gram / 1,1612 gram  x  100%

              =  23,74 %

♣ Secara Teori

            ☻massa  CuSO4.5H2O   = 1 gram


            ☻ menentukan factor Gravimerti  :

            f.g  = ( 5x Mr H2O )  /  Mr  CuSO4.5H2O   

                  =  (5×18)  /  249,5

                  =  0,3607

            ☻ menentukan massa air kristal   :

            m H2O =  mCuSO4.5H2O  x f.g

                        =  1 gram x 0,3607


                       
                        = 0,3607 gram

           

☻ menentukan kadar  H2O dalam   CuSO4.5H2O   :


            %  H2O  =  mH2O  /  m CuSO4.5H2O x  100%

                          =  0,3607 gram /  1 gram  x  100%

                          = 36,07 %

Prinsip kerja pada percobaan ini sama dengan prinsip kerja pada percobaan penetapan kadar air
kristal pada kristal barium klorida yang berbeda hanya jenis bahannya saja. Bahan kristal yang
dipakai dalam percobaan ini adalah CuSO4.5H2O . Temperaturnya yang lebih tinggi lagi dapat
digunakan pada proses dehidrasi sebab tembaga sulfat anhidrat hanya suatu zat yang mudah
menguap,bahkan stabil pada temperature yang tinggi.
Rx sebagai berikut ;
CuSO4.5H2O(s)    à   CuSO4(s)   +   5H2O(g)
Beberapa garam berair kristal harus diselidiki dahulu temperatue limitnya. Diperoleh kadar
H2O ,berdasarkan percobaan ialah 23,74% dan secara teori diperoleh 36,07%. Selisih perolehan
kadar ini sangat besar.Hal ini dimungkinkan pemanasan krus kosong kurang lama sehingga berat
yang diperoleh belum konstan.
Warna kristal berubha dari biru menjadi putih pada akhir percobaan dikarenakan air (H2O)
sudah lepas pada saat kristal CuSO4.5H2O dipanaskan dan warna putih itu adalah CuSO4(s).

VIII.  KESIMPULAN
♪ . Analisi Gravimetri adalah salah satu metode dalam analisi kuantitatif yang man penetapan
jumlah atau kadar zat dilakukan dengan pengukuran berat melalui penimbangan,yang dalam
hal ini menimbang hasil reaksi setelah analat direaksikan.
♪ . Dalam percobaan ini digunakn analisis gravimetri dengan cara evolusi secara tidak langsung
yaitu analat ditimbang sebelum dan sesudah reaksi.
♪ . Syarat endapan gravimetric ialah sempurna,murni,serta susunannya tertentu dan pasti.
♪ . Tujuan pemanasan krus adalah untuk membersihkan krus dari zat pengotor dan uap air.
♪ . Kadar H2O dalam BaCl2.2H2O menurut teori yaitu 14,75% sedangkan dari hasil percobaan
diperoleh 13,49%.
♪ . Kadar H2O dalam CuSO4.5H2O menurut teori yakni 36,07% sedangkan dari hasil percobaan
diperoleh 23,74%

IX. DAFTAR PUSTAKA

            Mujiran.1986.Kimia Analitik Kuantitatif.Yogyakarta:F.MIPA UGM

            Subelo,Mamiek,Drs.2000.Petunjuk Praktikum Kimia Analitik.Surakarta:UNS Press

            Tim Dosen.2009.Praktikum Kimia Analitik IB.Surakarta:UNS Press

            Underwood.1986.AI Analitik Kimia Kuantitatif.Jakarta:Erlangga

            W.Haryadi.1985.Ilmu Kimia Analitik Dasar.Jakarta:Gramedia


Search
Top of Form

Bottom of Form

I.     Daftar Pustaka
Day, R. A. dan Underwood, A. L., 2002, Anilisis Kimia Kuantitatif Edisi Keenam, Erlangga,
Jakarta
Utami, T. F. Y., 2008, Analisis Kuantitatif Secara Gravimetri (online, diakses tanggal 8
Desember 2009).
Vogel. 1994. Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik Edisi keempat. Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta..
Yuliani dan Suprapto. H, 2009. Penuntun Praktikum Kimia Analitik, Fakultas Pertanian,
Universitas Mulawarman.
Yuliani. 2007. DIKTAT Kimia Analitik,Fakultas Pertanian, Universitas Mulawarman.

Diposkan oleh JAKA OKTASANOVA di 22.17


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Lokasi: Palembang, Indonesia

1 komentar:

1.

Widianto Hendro23 April 2015 17.01

Warna font sangat tidak nyaman dimata.

Balas

Muat yang lain...


Posting Lebih Baru Beranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Arsip Blog
 ▼  2012 (18)
o ►  Juli (1)
o ►  April (8)
o ▼  Februari (9)
 “TERORISME MENURUT PANDANGAN ISLAM”(AGAMA)
 pH METER – 2
 “BERAT JENIS ZAT CAIR DAN ZAT PADAT”(IP)
 (ANALISIS AIR KIMIA ANALISIS DASAR
 INSTRUMENTASI DAN TEKNIK PENGUKURAN
“PENGUKURAN ...
 K3 UNDANG-UNDANG KETENAGAKERJAAN

Anda mungkin juga menyukai