Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab
B. TUJUAN PERCOBAAN
Pada akhir percobaan ini mahasiswa diharapkan dapat memahami dan
terampil dalam :
1. Menentukan Kadar air Kristal terusi (CuSO4 x 5H2O).
2. Menentukan Kadar Besi sebagai Besi (III) Oksida.
C. LANDASAN TEORI
Kimia analitik berhubungan dengan teori dan praktek dari metode-metode
yang dipakai untuk menetapkan komposisi bahan. Dalam mengembangkan
metode-metode analisisnya, seorang kimiawan analitik dibebaskan untuk
mencomot prinsip-prinsip dari berbagai bidang ilmu-entah itu kimia, fisika,
biologi, teknik, ilmu komputer dan lain-lain. Sebagai contoh, peralatan yang
dikembangkan oleh para fisikawan, misalnya spektrometer massa, spektrometer
dipersi sinar-X dan spektrometer inframerah, telah digunakan secara luas dalam
menyelesaikan masalah-masalah analitik. Kimia analitik bisa dibagi menjadi
bidang-bidang yang disebut analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis
kualitatif berkaitan dengan identifikasi zat-zat kimia: mengenali unsur atau
senyawa apa yang ada dalam suatu sampel. Analisis kuantitatif berkaitan dengan
penetapan berapa banyak suatu zat tertentu yang terkandung dalam suatu sampel.
Zat yang ditetapkan tersebut, yang seringkali dinyatakan sebagai konstituen atau
analit, menyususun entah sebagian kecil atau sebagian besar sampel yang
dianalisis. Jika zat yang dianalisa (analit) tersebut menyusun lebih dari
sekitar 1% dari sampel, maka analit ini akan dianggap sebagai konstituen
utama (Day, 2002: 1-2).
Tujuan utama analisis kuantitatif adalah untuk mengetahui kuantitas dari
setiap komponen yang menyusun analit. Analisis kuantitatif menghasilkan data
numerik yang memiliki satuan tertentu. Data hasil analisis kuantitatif umunya
dinyatakan dalam satuan volume, satuan berat maupun satuan konsentrasi dengan
menggunakan metode analisis tertentu. Metode analisis kuantitatif umumnya
melibatkan proses kimia dan proses fisika. Analisis kuantitatif yang melibatkan
proses kimia seperti gravimetri dan volumetri. Analisis kuantitatif yang
melibatkan proses fisika umumnya menggunakan prinsip interaksi materi dengan
energi pada proses pengukurannya. Metode ini umumnya menggunakan peralatan
modern, seperti polarimetri, pektrometer, sehingga dikenal analisis
instrumen (Ibnu, 2004: 1-2).
Analisis gravimetri merupakan salah satu divisi dari kimia analitik. Tahap
pengukuran dalam metode gravimetri adalah penimbangan. Analitnya secara fisik
dipisahkan dari semua komponen teknik yang paling meluas penggunaannya
untuk memisahkan analit dari pengganggu–penggangu; elektrolisis, ekstraksi
pelarut, kromatografi, dan pengatsirian (volatilisasi) merupakan metode paling
lain dari pemisahan (Day, 2002: 67).
Analisis gravimetri merupakan bagian analisis kuantitatif untuk
menentukan jumlah zat berdasarkan penimbangan. Dari hasil reaksi setelah
bahan/analit yang dianalisis diperlukan terhadap pereaksi tertentu. Hasil reaksi
dapat berupa gas, atau suatu endapan yang dibentuk dari endapan dari bahan yang
dianalisis, dan residu. Berdasarkan macam hasil yang ditimbang, metode
gravimetri dibedakan dalam dua metode yaitu metode evolusi gas dan metode
pengendapan (Widodo,2009: 121).
Analisis gravimetri adalah proses isolasi dan pengukuran berat suatu unsur
atau senyawa tertentu. Bagian terbesar dari penentuan secara analisis gravimetri
meliputi transformasi unsur atau radikal ke senyawa murni stabil yang dapat
segera diubah menjadi bentuk yang dapat ditimbang dengan teliti. Berat unsur
dihitung berdasarkan rumus senyawa dan berat atom unsur-unsur yang
menyusunnya. Pemisahan unsur-unsur atau senyawa yang dikandung dilakukan
dengan beberapa cara, seperti: metode penguapan, metode elektroanalisis, atau
berbagai macam metode lainnya (Khopkar, 2008: 27).
Analisis gravimetri merupakan bagian analisis kuantitatif untuk
menentukan jumlah zat berdasarkan pada penimbanga dari hasil reaksi setelah
bahan/analit yangdianalisis diperlakukan terhadap pereaksi tertentu. Hasil reaksi
dapat berupa: gas atau suatu endapan yang dibentuk dari bahan yang dianalisis,
dan residu. Berdasarkan macam hasil yang ditimbang, metode gravimetri
dibedakan dalam kelompok metode evolusi gas dan metode pengendapan. Pada
cara evolusi bahan direaksikan dengan cara pemanasan atau ditambahkan pereaksi
tertentu sehingga timbul / menghasilkan gas. Pada umumnya yang dicari adalah
banyaknya gas yang dihasilkan dari reaksi tersebut (Widodo, 2009: 120).
Menurut Ibnu (2004: 135), metode gravimetri untuk analisis kuantitatif
didasarkan pada stokiometri reaksi pengendapan, yang secara umum dinyatakan
dengan persamaan :
aA+pP AaPp
“a” adalah koefesien reaksi setara dari reaktan analit (A), “p” adalah koefisien
reaksi setara dari reaktan pengendap (p) dan AaPp adalah rumus molekul dari zat
kimia hasil reaksi yang tergolong sulit larut (mengendapkan) yang dapat
ditentukan beratnya dengan tepat setelah proses pencucian dan pengeringan.
Penambahan reaktan pengendap P umumnya dilakukan secara berlebihan agar
diperoleh proses pengendapan yang sempurna. Agar penetapan kuantitas analit
dalam metode gravimetri mencapai hasil yang mendekati nilai sebenarnya, harus
dipenuhi dua kriteria berikut:
1. Proses pemisahan atau pengendapan analit dari komponen lainnya berlangsung
sempurna
2. Endapan analit yang dihasilkan diketahui dengan tepat komposisinya dan
memiliki tingkat kemurnian yang tinggi, tidak bercampur dengan zat pengotor.
Sedangkan, menurut Day (2002: 68, 74), persyaratan yang harus dipenuhi
agar metode gravimetri berhasil:
1. Proses pemisahan hendaknya cukup sempurna sehingga kuantitas analit yang
tak terendapkan secara analitis tak dapat dideteksi (biasanya 0,1 mg atau
kurang dalam menetapkan penyusunan utama dari suatu makro)
2. Zat yang ditimbang hendaknya mempunyai susunan yang pasti dan
hendaknya murni atau sangat hampir murni. Bila tidak akan diperoleh hasil
yang galat.
Salah satu masalah yang paling sulit yang dihadapi para analis adalah
menggunakan pengendapan sebagai cara pemisahan dan penentuan gravimetrik
adalah memperoleh endapan itu dengan tingkat kemurnian yang tinggi. Zat-zat
yang normalnya mudah larut dapat diturunkan selama pengendapan zat yang
diinginkan dengan suatu proses yang disebut kopresipitasi. Misalnya, bila asam
sulfat ditambahkan ke larutan barium klorida yang mengandung sejumlah kecil
ion nitrat, endapan barium sulfat yang diperoleh mengandung barium
nitrat. Maka dikatakan bahwa nitrat tersebut terkopresipitasi dengan
sulfat.
Menurut Widodo (2009: 127-128), pemisahan dengan pengendapan satu
atau lebih ion-ion anorganik dapat dilakukan dengan penambahan pereaksi
organik. Pereaksi organik memiliki struktur yang berukuran besar (berat molekul
besar) maka penentuan sejumlah kecil ion dapat ditentukan dengan pembentukan
endapan dalam jumlah besar. Endapan ini dipersyaratkan memiliki sifat spesifik,
kemudian dikeringkan atau dibakar dan ditimbang sebagai oksidanya. Pereaksi-
pereaksi organik yang digunakan adalah pereaksi yang mampu membentuk kelat.
Beberapa hal harus diperhatikan dalam pemilihan pereaksi organik yaitu:
1. Pereaksi organik harus bersifat selektif.
2. Endapan organik tidak mengandung pengotor kopresipitasi dan endapan ionik
lain.
3. Ion logam dalam jumlah sedikit harus dapat diendapkan dalam jumlah (berat)
yang besar.
4. Pereaksi organik dimodifikasi dengan penambahan rantai atau gugus lain.
Menurut Khopkar (1990: 31), tujuan mencuci endapan adalah untuk
menghilangkan kontaminasi pada permukaan. Larutan pencuci dapat dibedakan
menjadi 3 kelompok, yakni:
1. Larutan yang mencegah terbentuknya koloid yang mengakibatkan dapat lewat
kertas saring, misalnya penggunaan amonium nitrat untuk mencuci endapan
ferihidroksida.
2. Larutan yang mengurangi kelarutan dari endapan, misalnya alkohol.
3. Larutan yang dapat mencegah hidrolisis garam dari asam lemah atau basa
lemah.
Endapan murni ialah endapan yang bersih, tidak mengandung molekul-
molekul lain atau zat-zat lain sebagai pengotor atau kontaminan. Pengotoran
(kontaminasi) oleh zat-zat lain mudah terjadi karena endapan timbul dari larutan
yang berisi berbagai zat. Kontaminasi dapat terjadi karena zat-zat lain teradsorpsi
atau terokulasi (terkurung diantara butir-butir endapan yang menggumpal menjadi
satu) oleh endapan utama. Endapan yang kotor akan lebih berat dari semestinya,
maka akan mempengaruhi dalam perhitungan (kesalahan ini merupakan kesalahan
positif). Untuk itu harus diusahakan kemurnian endapan mendekati 100%. Usaha-
usaha dilakukan baik sewaktu pembentukan endapan (proses pengendapan)
maupun sesudah pengendapan (Widodo, 2009: 123).
Analisis gravimetri endapan yang dihasilkan ditimbang dan dibandingkan
dengan berat sampel. Persentase berat analit A terhadap sampel dinyatakan
dengan persamaan
Berat A
%A= × 100%
Berat sampel
Untuk menetapkan berat analit dari berat endapan sering dihitung melalui faktor
gravimetri. Faktor gravimetri didefinisikan sebagai jumlah berat analit dalam 1
gram berat endapan. Hasil kali dari berat endapan P dengan faktor gravimetri
sama dengan berat analit.
Berat analit A = berat endapan P × faktor gravimetri, sehingga:
berat endapan P × faktor gravimetri
%A= × 100%
berat sampel
Faktor gravimetri dapat dihitung bila rumus kimia analit dari endapan diketahui
dengan tepat (Ibnu, 2004: 135-136).
Menurut Tim Dosen (2018: 9-10), pada percobaan ini akan dilakukan :
1. Penentuan Air Kristal Terusi (CuSO4 x H2O)
Kristal terusi yang mengikat air kristal berwarna biru, sedangkan yang
tanpa air kristal berwarna putih. Untuk menghitung kandungan air kristal terusi
dapat menggunakan persamaan:
(W0 – Wn)
BM air
X =
Wn
BM terusi
E. PROSEDUR KERJA
1. Penentuan Kandungan Air Kristal Terusi (CuSO4 x H2O)
a. Krus porselin kosong dimasukkan ke dalam oven selama 15 menit.
b. Krus porselin kosong ditimbang dengan menggunakan neraca analitik.
c. Kristal terusi digerus hingga halus sesuai dengan takaran yang dibutuhkan.
d. Sebanyak 0,5 gram kristal terusi halus ditimbang.
e. Kristal terusi yang telah ditimbang beratnya dipanaskan dengan
menggunakan oven selama 15 menit.
f. Krus porselin yang berisi kristal terusi yang telah dipanaskan dimasukkan
ke dalam eksikator selama 7 menit.
g. Krus porselin yang berisi kristal terusi yang telah didinginkan dalam
eksikator ditimbang kemudian dicatat sebagai W1.
h. Kristal terusi dipanaskan kembali didalam oven selama 15 menit.
i. Kristal terusi dimasukkan kembali kedalam eksikator selama 7 menit.
j. Krus porselin berisi kristal terusi ditimbang kembali dan dicatat sebagai
W2.
k. Langkah tersebut dilakukan sebanyak 8 kali, hingga dua selisih
penimbangan hanya dalam beberapa mg saja.
l. Berat terakhir dicatat sebagai Wn.
2. Penentuan Kadar Besi sebagai Besi (III) Oksida
a. Kaca arloji kosong ditimbang beratnya.
b. Sebanyak 0,8 gram kristal besi (II) ammonium sulfat ditimbang.
c. Kristal dilarutkan dalam 250 mL H2O didalam gelas kimia.
d. Larutan ditambahkan 10 mL HCl 1:1 sambil diaduk dan ditutup dengan
kaca arloji.
e. Larutan ditambahkan dengan HNO₃ sebanyak 4 mL lalu dipanaskan.
f. Sebanyak 100 mL H₂O ditambahkan kedalam larutan lalu dipanaskan
kembali.
g. Sambil dipanaskan, ditambahkan ammonia sebanyak 40 mL hingga
terbentuk endapan dan tercium bau ammonia.
h. Larutan dipanaskan hingga endapannya turun ke permukaan gelas kimia.
i. Larutan dan endapan disaring menggunakan kertas saring Whatman
dimana kertas saring tersebut ditimbang dulu beratnya menggunakan
neraca analitik sebelum digunakan.
j. Endapan dicuci dengan NH4NO3 1% dan H2O
k. Endapan dan kertas saring dipindahkan ke dalam krus porselin kemudian
dipijarkan hingga kering.
l. Endapan ditimbang menggunakan neraca analitik.
m. Kadar besi dalam Fe2O3dihitung.
F. HASIL PENGAMATAN
1. Penentuan Air Kristal Terusi (CuSO4.xH2O)
No. Aktivitas Hasil Pengamatan
G. ANALISIS DATA
1. Penentuan Kandungan Air Kristal Terusi (CuSO4 x H2O)
Dik: BM CuSO4.5H2O = 249,5 g/mol
BM H2O = 18 g/mol
Berat krus kosong = 30,523 g
W0 = 0,5 g
W1 = 0,442 g
W2 = 0,416 g
W3 = 0,390 g
W4 = 0,379 g
W5 = 0,371 g
W6 = 0,369 g
W7 = 0,366 g
Wn = 0,366 g
Dit : X = ...?
Penyelesaian:
Menurut teori
0,5 gram - -
0,5 gram
mol CuSO4.5H2O = g = 0,002 mol
249,5 ⁄mol
1
mol CuSO4 = 1 × 0,002 mol = 0, 002 mol
5
mol H2O = 1 × 0,002 mol
= 0,01 mol
= 0,319 gram
= 0,18 gram
m H2 O 0,18 gram
BM H2 O 18 g/mol
x= = =5
m CuSO4 0,319 gram
BM CuSO4 159,5 g/mol
% x praktek
% Rendemen = × 100%
% x teori
3,22
% Rendemen= × 100%
5
% Rendemen = 64,35 %
BM Fe = 56 g/mol = 56 mg/mmol
Penyelesaian:
2 x BM Fe
x Wi (mg)
%Fe = BM Fe2O3 x 100 %
Wo (mg)
mg
2 × 56 ⁄mmol
mg × 141 mg
160 ⁄mmol
%Fe = × 100%
800 mg
98,7 mg
%Fe = × 100%
800 mg
%Fe = 12,337 %
Menurut Teori.
2 × Ar Fe
%Fe = × 100%
Mr Fe2O3
g
2 × 56 ⁄mol
%Fe = g × 100%
160 ⁄mol
%Fe = 70%
%Fe praktek
% Rendemen = × 100%
%Fe teori
112,67
% Rendemen = × 100%
70,00
% Rendemen = 17,62%
H. PEMBAHASAN
Analisis gravimetri merupakan bagian analisis kuantitatif untuk
menentukan jumlah zat berdasarkan penimbangan. Dari hasil reaksi setelah
bahab/analit yang dianalisis diperlukan terhadap pereaksi tertentu. Hasil reaksi
dapat berupa gas, atau suatu endapan yang dibentuk dari endapan dari bahan yang
dianalisis, dan residu. Berdasarkan macam hasil yang di timbang, metode
gravimetri dibedakan dalam dua metode yaitu metode evolusi gas dan metode
pengendapan (Widodo, 2009: 121).
Prinsip dasar analisis gravimetri adalah sampel diubah kedalam bentuk
endapan kemudian dilakukan penimbangan. Sedangkan prinsip kerjanya yaitu
penguapan dan penimbangan. Penguapan dilakukan untuk menetapkan
komponen-komponen dari suatu senyawa yang mudah menguap. Metode
penguapan ini dapat dilakukan dengan pemanasan untuk memisahkan senyawa
dari zat lain yang mudah menguap dan dilakukan penimbangan pada senyawa
awal dan senyawa akhir yang lebih murni sehingga dapat diketahui suatu
perbandingan berat senyawa dengan komponennya yang ingin diketahui. Adapun
tujuan dilakukannya percobaan ini yaitu dapat mengetahui penentuan air kristal
terusi (CuSO4.5H2O) dan dapat mengetahui penentuan besi sebagai besi (III)
oksida.
1. Penentuan air kristal terusi (CuSO4.H2O)
Percobaan ini bertujuan untuk menentukan kadar air kristal terusi.
Penentuan air Kristal terusi dapat diketahui dengan cara memanaskan Kristal
terusi. Prinsip dasar percobaan ini yaitu pemanasan yang berulang-ulang sampai
kristal berwarna putih. Prinsip kerja percobaan ini yaitu penimbangan, pelarutan,
pencampuran, pemanasan, dan pendinginan. Dalam percobaan ini digunakan
sampel tembaga sulfat penta hidrat (CuSO4.5H2O). Penentuan air kristal terusi
merupakan salah satu analisis gravimetri. Dalam percobaan ini metode yang
digunakan yaitu metode penguapan. Banyaknya air yang terkandung dalam
kristal terusi dapat ditentukan dengan cara memanaskan kristal terusi yang masih
berwarna biru dan berbentuk butiran dalam krus porselin yang telah diketahui
beratnya. Pemanasan dilakukan sampai kristal berubah menjadi warna putih.
Tujuan dari pemanasan yaitu untuk menghilangkan kandungan air pada kristal
tersebut. Berubahnya warna pada kristal dari biru menjadi putih
menandakan kadar air dalam kristal tersebut telah menguap karena
menurut Tim Dosen (2019: 9), bahwa kristal terusi yang mengikat air berwarna
biru sedangkan yang tanpa air kristal berwarna putih.
Kristal yang diperoleh dari hasil penimbangan yang masih berwarna biru.
Warna biru pada Kristal terusi menandakan bahwa Kristal tersebut masih
mengandung beberapa molekul air (H2O) kemudian dimasukkan kedalam krus
porselin dan dipanaskan sampai berwarna putih. Pemanasan dimaksudkan untuk
melepaskan air yang terkandung didalam terusi sehingga diperoleh kadar air
Kristal tersebut. Dalam percobaan ini digunakan senyawa CuSO4 × H2O sebagai
sampel yang akan dibuktikan berat X-nya melalui analisis gravimetri. Senyawa ini
masih mengandung air sehingga untuk menentukan X atau kadar air yang
sesungguhnya maka perlu dilakukan pemanasan.Pemanasan pada suhu tinggi
perlu d ilakukan untuk menghilangkan air secara sempurna. Senyawa CuSO4 dan
Kristal air berikatan secara kovalen sehingga diperlukan energi yang besar untuk
memisahkan ikatannya oleh karena itu diperlukan suhu yang tinggi (1300C) untuk
membebaskan molekul air agar dapat menguap dan bereaksi dengan oksigen
membentuk karbon dioksida (karbon dihasilkan dari pembakaran), sehingga
akhirnya kandungan air akan habis menguap dan yang tersisa endapan murni
CuSO4.
Lalu dilanjutkan dengan pendinginan kristal dan krus kedalam eksikator,
dimana tujuannya yaitu untuk mempercepat pendinginan kristal karena dibawah
eksikator terdapat silika gel yang dapat menyerap panas dengan baik dan
tujuannya yaitu agar kristal terusi tidak menyerap uap air yang terdapat dalam
udara bebas karena sifat eksikator adalah ruang vakum sehingga uap air yang
berada di luar eksikator tidak dapat masuk lagi kedalam eksikator dan zat yang
dapat mengabsorpsi air seperti silika gel yang sifatnya higroskopis dapat
mengurangi kemungkinan kristal terusi mengikat air.
Setelah melakukan proses pemanasan dan pendinginan sebanyak 5 kali,
diperoleh bobot Kristal yaitu W1 = 0,442 gr; W2 = 0,416 gr; W3 = 0,390 gr; W4 =
0,379 gr; W5 = 0,371 gr, W6 = 0,369 gr; W7 = 0,366 gr. Pendinginan dan
penimbangan dilakukan secara berulang-ulang sampai diperoleh Wn agar datanya
lebih akurat dan diperoleh berat Kristal yang sebenarnya dengan ketelitian tinggi.
Hasil yang diperoleh membuktikan bahwa kristalnya menjadi semakin ringan dari
penimbangan pertama hingga kelima dan menunjukkan bahwa airnya menguap.
Nilai selisi penimbangan ke-1 dan ke-2 yakni 0,26 gr lalu untuk penimbangan ke-
2 dan ke-3 yakni 0,26 gr, kemudian untuk penimbangan ke-3 dan ke-4 yakni 0,11
gr dan untuk penimbangan ke-4 dan ke-5 yakni 0,8 gr, dan untuk penimbangan
ke-5 dan ke-6 yakni 0,2 gr, dan untuk penimbangan ke-6 dan ke-7 yakni 0,3 gr.
Berdasarkan analisis data yang diperoleh kandungan air secara teori sebanyak
3,22 gr, artinya koefisien H2O dalam kristal terusi adalah 3,22 Hal ini tidak sesuai
dengan teori karena pemanasan yang dilakukan kurang maksimal yang seharusnya
diperoleh berat sebanyak 5. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang menyatakan
bahwa koefisien air dalam kristal terusi adalah 5 dimana rumus kristal terusi
adalah CuSO2.5H2O. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang seharusnya rumus
kristal terusi yang digunakan adalah CuSO2.5H2O dimana rumus stukturnya yaitu
. Selama pemanasan berlangsung, air menguap sesuai persamaan reaksi
sebagai berikut :
SO4
H2O H2O
Cu
H2O H2O
H2O
800-9000C
2Fe(OH)3 Fe2O3 + 3 H2O
Fe Fe
O O O
I. PENUTUP
1. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
a. Pada penentuan air Kristal terusi (CuSO4 x H2O) dilakukan pemanasan
untuk memisahkan molekul air pada Kristal terusi. Kemudian dilakukan
pendinginan lalu penimbangan untuk mengetahui bobot Kristal terusi
dan untuk mengetahui kadar air dalam Kristal tersebut. Adapun kadar
yang diperoleh yaitu 6,36 %.
b. Pada penentuan Besi sebagai Besi (III) Oksida dilakukan atas 3 prinsip
kerja yaitu pengendapan, pemijaran dan penimbangan. Pada percobaan
ini diperoleh hasil kadar besi yang terdapat dalam Fe2O3 yaitu 17,62%
2. Saran
Untuk praktikan, diharapkan agar lebih teliti dalam melakukan percobaan
terutama dalam melakukan penimbangan, pemanasan/pemijaran, pencucian serta
penyaringan.
DAFTAR PUSTAKA
Day, R.A, dan Underwood A.L. 2002 . Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Keenam.
Jakarta : Erlangga.
Wahyudi, Hendro., Titin Anita Zaharah dan Nelly Wahyuni. 2013. Ekstraksi
Mangan Dengan Proses Leaching Asam Sulfat Menggunakan Tandan
Kosong Sawit Sebagai Reduktor. JKK. Vol. 2. No.1.
Widodo, Didik Setiyo., Rum Hastuti., dan Gunawan. 2009. Buku Ajar Analisis
Kuantitatif. Semarang: Universitas Diponegoro.