BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Gravimetri merupakan salah satu metode analisis kuantitatif suatu zat atau
komponen yang telah diketahui dengan cara mengukur berat komponen dalam
keadaan murni setelah melalui proses pemisahan. Analisis gravimetri adalah
proses isolasi dan pengukuran berat suatu unsur atau senyawa tertentu. Bagian
terbesar dari penetuan secara analisis gravimetri meliputi transformasi unsur atau
radikal kesenyawa murni stabil yang dapat segera diubah menjadi bentuk yang
dapat ditimbang dengan teliti. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Windaryati pada tahun 2016. Telah dilakukan penentuan kadar uranium dalam
serbuk UO2 dari yellow cake yang berasal dari Pusat Teknologi Bahan Galian
Nuklir (PTBGN). Serbuk UO2 yang ditentukan kadar uraniumnya merupakan hasil
konversi yellow cake melalui jalur amonium diuranat (ADU) dan amonium uranil
karbonat (AUK). Dalam penentuan kadar uranium diperlukan suatu metode yang
valid sehingga diperoleh data yang akurat yaitu secara gravimetri. Perubahan berat
setelah serbuk UO2 dikalsinasi pada temperatur 900°C selama 3 jam hingga
diperoleh berat konstan.
Dalam hal ini dapat diketahui bahwa penelitian dalam menentukan kadar
suatu sampel menggunakan metode gravimetri dan argentometri dianggap mampu
mendapatkan hasil yang lebih akurat atau perbedaanya hanya 10 % dari teori yang
ada. Metode yang dilakukan cukup mudah karena cukup melibatkan berat endapan
yang akan diuji serta volume selama proses titrasi. Dengan demikian, dalam
percobaan ini digunakan metode penentuan kadar secara gravimetri dan
argentometri karena selain cukup mudah pengolahannya juga hasil akhirnya yang
cukup akurat.
1.2 Tujuan
1. Untuk memelajari reaksi – reaksi yang terjadi dalam percobaan.
2. Untuk menentukan kadar Pb+2 dalam sampel dengan Gravimetri.
3. Untuk menentukan kadar halida Cl- melalui metode volhard.
1.3 Manfaat
1. Agar praktikan mampu mengetahui faktor – faktor yang memengaruhi
percobaan analisis gravimetri dan argentometri.
2. Agar praktikan dapat mengaplikasikan metodepenelitian dalam bidang industri
maupun kehiudpan sehari – hari.
3. Agar praktikan dapat mengetahui perbedaan dari metode Gravimetri dan
Argentometri.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5. Pengaruh hidrolisis
Jika garam dari asam lemah dilarutkan dalam air maka akan dihasilkan
perubahan konsentrasi H+ dimana hal ini akan menyebabkan kation garam
tersebut mengalami hidrolisis dan hal ini akan meningkatkan kelarutan garam
tersebut.
2. Reaksi Volhard
Cara Volhard mempergunakan NH4 SCN atau KSCN sebagai titran, dan
larutan Fe3+ sebagai indikator. Sampai dengan titik ekivalen harus terjadi
reaksi antara titran dan Ag, membentuk endapan putih.
3. Reaksi Fajans
Dalam titrasi Fajans digunakan indikator adsorpsi. Indicator adsorpsi
adalah indicator yang dapat diserap pada permukaan endapan (diadsorpsi) dan
dapat menyebabkan timbulnya warna. Penyerapan ini dapat diatur agar terjadi
pada titik ekuivalen, antara lain dengan memilih macam indicator dan PH.
Cara kerja indikator adsorpsi ialah sebagai berikut : indicator ini ialah
asam lemah atau basa lemah organic yang dapat membentuk endapan dengan
ion perak. Misalnya Fluoresein yang digunakan dalam titrasi ion klorida. Dalam
larutan Fluoresein akan mengion.
HFl ⇄ H + + Fl−
Ion Fl− inilah yang diserap oleh endapan AgX dan menyebabkan endapan
berwarna merah muda. Karena penyearapan terjadi pada permukaan, dalam
titrasi ini diusahakan agar permukaan endapan seluas mungkin supaya
perubahan warna juga tampak (Sari, 2014).
II.1.8 Standarisasi
Standardisasi larutan merupakan proses saat konsentrasi larutan standar
sekunder ditentukan dengan tepat dengan cara mentitrasi dengan larutan standar
primer. Titrasi merupakan suatu proses analisis dimana suatu volum larutan
standar ditambahkan ke dalam larutan dengan tujuan mengetahui komponen
yang tidak dikenal. Larutan standar adalah larutan yang konsentrasinya sudah
diketahui secara pasti.
Berdasarkan kemurniannya larutan standar dibedakan menjadi larutan
standar primer dan larutan standar sekunder. Larutan standar primer adalah
larutan standar yang dipersiapkan dengan menimbang dan melarutkan suatu zat
tertentu dengan kemurnian tinggi (konsentrasi diketahui dari massa - volum
larutan). Larutan standar sekunder adalah larutan standar yang dipersiapkan
dengan menimbang dan melarutkan suatu zat tertentu dengan kemurnian relatif
rendah sehingga konsentrasi diketahui dari hasil standardisasi.
Keterangan rumus :
K = tetapan kesetimbangan
[Ag+] = konsentrasi perak
[Cl-] = konsentrasi klorida
[AgCl] = konsentrasi perak klorida
Konsentrasi perak klorida dalam fase padat tak berubah dan karenannya dapat
dimasukkan ke dalam suatu tetapan baru, Ksp yang dinamakan hasil kali
kelarutan adalah
𝐾𝑠𝑝 = [𝐴𝑔+ ] [𝐶𝑙 − ]
Keterangan rumus :
Ksp = hasil kali kelarutan
[Ag+] = konsentrasi perak
[Cl-] = konsentrasi klorida
Hubungan hasil kali kelarutan menjelaskan fakta bahwa kelarutan suatu zat
sangat banyak berkurang jika ditambahkan reagensia yang mengandung ion
sekutu dengan zat itu sendiri (Shevla, 1979).
II.1.12 Aplikasi
Dalam rangka memenuhi kebutuhan energi di masa mendatang,
BATAN menyusun kegiatan untuk program jangka panjang yaitu
pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN). Program tersebut
memerlukan penguasaan teknologi terutama untuk fabrikasi elemen bakar
nuklir. Kegiatan di Instalasi Elemen Bakar Eksperimental (IEBE) saat ini
meliputi penelitian dan pengembangan fabrikasi elemen bakar nuklir untuk
reaktor tipe PWR (Pressurized Water Reactor). Bahan nuklir utama yang
digunakan dalam fabrikasi elemen bakar nuklir untuk reaktor tipe PWR adalah
pelet uranium dioksida (UO2). Pelet dibuat dari serbuk UO2 berderajat nuklir
dan memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan untuk bahan bakar reaktor
nuklir.
Serbuk UO2 dapat diperoleh secara komersial atau proses konversi dari
yellow cake (YC). Ada beberapa jenis yellow cake sebagai bahan utama dalam
proses konversi yaitu yellow cake komersial (YC Cogema), yellow cake hasil
limbah pupuk fosfat dari PT Petrokimia Gresik (YC PKG), dan yellow cake
Pusat Teknologi Bahan Galian Nuklir (PTBGN) yang merupakan yellow cake
dari bahan galian Kalan, Kalimantan Barat.
Teknologi konversi yellow cake menjadi serbuk UO2 telah lama diketahui dan
telah banyak dilakukan baik dalam skala laboratorium maupun skala industri.
Konversi yellow cake dapat dilakukan melalui proses basah maupun proses
kering [1, 2]. Proses basah dibagi lagi menjadi beberapa tipe, di antaranya
adalah jalur amonium diuranat (ADU) dan jalur amonium uranil karbonat
(AUK).
Untuk mengetahui bahwa serbuk tersebut berderajat nuklir atau tidak,
perlu dilakukan pengujian kendali kualitas dengan metode yang mampu
menghasilkan data akurat. Salah satu pengujian yang dilakukan adalah
penentuan kadar uranium. Penentuan kadar uranium dapat dilakukan dengan
beberapa cara, di antaranya secara potensiometri dan gravimetri atau
menggunakan UV-Vis.
Dalam kegiatan ini dilakukan penentuan kadar uranium dalam serbuk
UO2 yang dihasilkan melalui jalur ADU dan AUK. Penentuan dilakukan
dengan dua metode, yaitu secara potensiometri dan secara gravimetri.
Tujuan kegiatan ini adalah untuk menentukan manakah dari kedua metode
analisis tersebut yang memberikan hasil lebih akurat (Windaryati, 2016).
B. Sifat Kimia
1. Rumus molekul : H2O
2. Berat molekul : 18 gr/mol
3. PH :7
4. Solubilitas : Larut dalam aseton, amonia
5. Sifat ekspolsif : Tidak eksplosif
6. Toxisitas : Tidak beracun
7. Flamabilitas : Tidak mudah meledak
C. Penanganan
1. Terhirup : Tidak terpapar
2. Tertelan : Tidak terpapar
3. Kontak kulit : Tidak terpapar
4. Kontak mata : Tidak terpapar
(Anonim,2020, “MSDS Aquadest”)
D. Fungsi
Sebagai pelarut universal
II.2.2. Asam Sulfat
A. Sifat Fisika
1. Fase : Cair
2. Warna : Tidak berwarna
3. Bau : Tidak berbau
4. Densitas : 1,29 gr/c𝑚2
5. Titik didih : 337℃
6. Titik lebur : 10℃
7. Tekanan uap : <10 pa
B. Sifat Kimia
1. Rumus molekul : H2SO4
2. Berat molekul : 98,08gr/mol
3. pH : 0,3
4. Korosifitas : Korosif terhadap logam
5. Flamabilitas : Tidak mudah meledak
6. Sifat peledak : Berpotensi
7. Sifat oksidasi : Potensi mengoksidasi
C. Penanganan
1. Terhirup : Hirup udara segar
2. Kontak kulit : Bilas dengan air minimal 15 menit
3. Kontak mata : Bilas dengan air dan hubungi dokter
4. Tertelan : Minum air dan segera hubungi dokter
(Anonim, 2020 “MSDS Asam Sulfat”)
D. Fungsi
Sebagai presipitator Pb2+
II.2.3. Asam Nitrat
A. Sifat Fisika
1. Fase : Cair
2. Warna : Tidak berwarna
3. Bau : Pedih
4. Titik didih : 122oC
5. Titik lebur : -41oC
6. Tekanan uap : 9,4 hPa pada 20oC
7. Densitas : 1,41 gr/cm3
B. Sifat Kimia
1. Rumus molekul : HNO3
2. Berat molekul : 63 gr/mol
3. PH : <1 pada 20oC
4. Kelarutan dalam air : Larut dalam air pada 20oC
5. Korosif : Dapat merusak logam
6. Peledak : Tidak mudah meledak
7. Sifat oksidator : Oksidator kuat
C. Penanganan
1. Terhirup : Hirup udara segar
2. Kontak kulit : Bilas dengan air minimal 15 menit
3. Kontak mata : Bilas dengan air dan hubungi dokter
4. Tertelan : Minum air dan segera hubungi dokter
(Anonim,2020 “MSDS Asam Nitrat”)
D. Fungsi
Sebagai pemberi suasana asam pada standarisasi NH4CNS dengan AgNO3
II.2.4. Perak Nitrat
A. Sifat Fisika
1. Fase : Padat
2. Densitas : 4,35 gr/cm3
3. Bau : Tak berbau
4. Titik Didih : 433 ºC
5. Titik Beku : 212 ºC
6. Warna : Putih
7. Tekanan Uap : 6 kPa pada 20 ºC
B. Sifat Kimia
1. Rumus Molekul : AgNO3
2. Berat Molekul : 170 gr/mol
3. Kelarutan : Larut dalam air
4. Korosifitas : Korosif
5. Sifat peledak : Tak mudah meledak
6. Sifat oksidator : Tidak mengoksidasi
7. pH :6
C. Penanganan
1. Terhirup : Hirup udara segar
2. Kontak kulit : Bilas dengan air minimal 15 menit
3. Kontak mata : Bilas dengan air dan hubungi dokter
4. Tertelan : Minum air dan segera hubungi dokter
(Anonim,2020 “MSDS Perak Nitrar”)
D. Fungsi
Sebagai larutan standar sekunder dalam standarisasi AgNO3
II.2.5. Etanol
A. Sifat fisika
1. Fasa : Cair
2. Warna : Tidak berwarna
3. Bau : Seperti alkohol
4. Titik didih : 78,3 °C
5. Titik lebur : -114,5 °C
6. Densitas : 0,79 g/cm3
7. Ph :7
B. Sifat kimia
1. Rumus molekul : C2H5OH
2. Berat molekul : 46,07 g/mol
3. Kelarutan : Larut dalam air
4. Tekanan uap : 59 hPa
5. Flamabilitas : Tidak mudah tersulut
6. Sifat oksidator : Tidak mudah mengoksidasi
7. Batas ledakan : 3,1%
C. Penanganan
1. Terhirup : Hirup udara segar
2. Kontak kulit : Bilas dengan air minimal 15 menit
3. Kontak mata : Bilas dengan air dan hubungi dokter
4. Tertelan : Minum air dan segera hubungi dokter
(Anonim,2020 “MSDS Etanol”)
D. Fungsi
Sebagai pelarut dalam pembuatan indicator fluorescein
II.2.6. Natrium Klorida
A. Sifat Fisika
1. Fase : Padat
2. Warna : Putih
3. Bau : Tidak berbau
4. Densitas : 2,17 gr/cm3
5. Titik didih : 1461 o C
6. Titik lebur : 801o C
7. Tekanan uap : 1,3 hPa
B. Sifat Kimia
1. Rumus molekul : NaCl
2. Berat molekul : 58,5 gr/mol
3. pH : 4,5 – 7,0
4. Kelarutan dalam air : 358 gr/l
5. Flamabilitas : Tidak mudah terbakar
6. Sifat peledak : Tidak mudah meledak
7. Sifat oksidasi : Tidak mengoksidasi
C. Penanganan
1. Terhirup : Hirup udara segar
2. Kontak kulit : Bilas dengan air minimal 15 menit
3. Kontak mata : Bilas dengan air dan hubungi dokter
4. Tertelan : Minum air dan segera hubungi dokter
(Anonim, 2020 “MSDS Natrium Klorida”)
D. Fungsi
Sebagai larutan standar primer
II.2.7. Amonium Tiosianat
A. Sifat Fisika
1. Fase : Padat
2. Warna : Putih
3. Bau : Tidak berbau
4. Densitas : 1,3 gr/cm3
5. Titik didih : 170 o C
6. Titik lebur : 149 o C
7. Kelarutan dalam air : Larut dalam air
B. Sifat Kimia
1. Rumus molekul : NH4CNS
2. Berat molekul : 76,122 gr/mol
3. pH : 4,5 - 6
4. Suhu Dekomposisi : 190 o C
5. Tekanan uap air : Dapat diabaikan
6. Penguapan : Tidak ada
7. Viskositas : Tidak ada
C. Penanganan
1. Terhirup : Hirup udara segar
2. Kontak kulit : Bilas dengan air minimal 15 menit
3. Kontak mata : Bilas dengan air dan hubungi dokter
4. Tertelan : Minum air dan segera hubungi dokter
(Anonim, 2020 “MSDS Amonium Tiosianat”)
D. Fungsi
Sebagai larutan standar primer dan penetapan Cl- dengan
Metode Fajans
II.2.8. Kalium Kromat
A. Sifat Fisika
1. Fase : Padat
2. Warna : Kuning
3. Bau : Tak berbau
4. Densitas : 2,73 gr/cm3
5. Titik didih : 500 o C
6. Titik lebur : 398 o C
7. Tekanan uap : Rendah
B. Sifat Kimia
1. Rumus molekul : K2CrO4
2. Berat molekul : 194 gr/mol
3. pH : 9 – 9,8
4. Kelarutan dalam air : 6,37 gr/l
5. Flamabilitas : Tidak mudah terbakar
6. Sifat peledak : Tidak mudah meledak
7. Sifat oksidasi : Potensi mengoksidasi
C. Penanganan
1. Terhirup : Hirup udara segar
2. Kontak kulit : Bilas dengan air minimal 15 menit
3. Kontak mata : Bilas dengan air dan hubungi dokter
4. Tertelan : Minum air dan segera hubungi dokter
(Anonim, 2020 “MSDS Kalium Kromat”)
D. Fungsi
Sebagai indicator pada standarisasi AgNO3 dengan NaCl
II.2.9. Fluorescein
A. Sifat Fisika
1. Fase : Padat
2. Warna : Coklat merah
3. Bau : Tak berbau
4. Densitas : 600 kg/m3
5. Ambang bau : Tidak berbau
6. Titik lebur : > 300 o C
7. Tekanan uap : 0,480 mmHg
B. Sifat Kimia
1. Rumus molekul : C20H10Na2O5
2. Berat molekul : 376 gr/mol
3. pH : 8,3
4. Kelarutan dalam air : 500 gr/l
5. Flamabilitas : Tidak mudah terbakar
6. Sifat peledak : Tidak mudah meledak
7. Sifat oksidasi : Tidak mengoksidasi
C. Penanganan
1. Terhirup : Hirup udara segar
2. Kontak kulit : Bilas dengan air minimal 15 menit
3. Kontak mata : Bilas dengan air dan hubungi dokter
4. Tertelan : Minum air dan segera hubungi dokter
(Anonim, 2020 “MSDS Fluorescein”)
D. Fungsi
Sebagai indicator pada proses penetapan kadar Cl- dengan metode
Fajans
II.2.10. Ferri Amonium Sulfat
A. Sifat Fisika
1. Fase : Cair
2. Warna : Hijau
3. Bau : Tidak Berbau
4. Densitas : 1,865 g/cm3
5. Titik penguraian : 100 -110 o C
6. Titik lebur : 100 o C
7. Ambang bau : Tidak berbau
B. Sifat Kimia
1. Rumus molekul : NH4Fe(SO4)2
2. Berat molekul : 392,13 gr/mol
3. pH : 3-5
4. Kelarutan dalam air : 261 gr/l
5. Flamabilitas : Tidak mudah terbakar
6. Sifat peledak : Tidaak mudah meledak
7. Sifat oksidasi : Tidak dapat mengoksidasi
C. Penanganan
1. Terhirup : Hirup udara segar
2. Kontak kulit : Bilas dengan air minimal 15 menit
3. Kontak mata : Bilas dengan air dan hubungi dokter
4. Tertelan : Minum air dan segera hubungi dokter
(Anonim, 2020 “MSDS Ferri Amonium Sulfat”)
D. Fungsi
Sebagai indicator pada standarisasi NH4CN dengan AgNO3 metode
Fajans
BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
III. 1 Bahan
1. Asam Sulfat
2. Air Demineralisasi
3. Perak Nitrat
4. Etanol
5. Natrium Klorida
6. Kalium Kromat
7. Indikator Flourescein
8. Asam Nitrat
9. Amonium Tiosianat
10. Ferri Amonium Sulfat
III.2 Alat
1. Neraca Aanalitik
2. Corong Kaca
3. Beaker Glass
4. Gelas Ukur
5. Erlenmeyer
6. Buret
7. Statif
8. Pipet
9. Batang Pengaduk
10. Oven
11. Labu Ukur
12. Kertas Saring
13. Cawan Porselen
14. Tabung Reaksi
15. Rak Tabung Reaksi
16. Kaca Arloji
III. 4 Prosedur
A. Gravimetri
Timbanglah kertas saring. Ambil 10 mlsampel yang mengandung Ba²⁺
kemudian tanbahkan larutan asam sulfaft 0,1 N dan homogenkan. Endapan BaSO₄
yang terbentuk disaring dengan kertas saring. Tamping filtrat dalam beaker glass.
Cuci endapan dengan asam sulfat sangat encer dan air cucian dijadikan satu dengan
filtrat untuk kemudian ditambahkan asam sulfat 0,1 N lagi. Mengulangi langkah
percobaan sampai penambahan asam sulfat tidak menimbukan endapan lagi.
Keringkan endapan dalam oven pada suhu 100-110°C tapi jangan sampai kertas
saring hangus. Timbang endapan bersama kertas saring yang telah kering.
Perhitungan :
BM Ba2+ 1000
Ba²⁺ (ppm) = (𝑊2−𝑊1)𝑥BM BaSO4 𝑥 V sampel yang diambil
Keterangan:
W2 : berat kertas saring dan endapan (gr)
W1 : berat kertas saring mula-mula (gr)
BM : berat molekul (gr/mol)
V sampel : volume sampel yang diambil (L)
B. Argentometri
1. Standarisasi Perak Nitrat dengan Natrium Klorida 0,1 N
Mengambil 10 ml larutan standar natrium klorida 0,1 N, dan masukkan
ke dalam erlenmeyer. Tambahkan 0,4 ml K₂CrO₄ 5%. Kemudian dititrasi
engan perak nitrat sampai timbul warna merah yang tidak hilang pada
pengocokan(warna merah pertama). Catatlah kebutuhan titran AgNO₃.
(V x N)NaCl
Normalitas AgNO₃ = 𝑉 𝐴𝑔𝑁𝑂₃
Keterangan Rumus :
V NaCl : volume NaCl (ml)
N NaCl : normalitas NaCl (N)
V AgNO₃ : volume AgNO₃ (ml)
Keterangan Rumus :
V NH₄CNS : volume NH₄CNS (ml)
N AgNO₃ : normalitas AgNO₃ (N)
V AgNO₃ : volume AgNO₃ (ml)
Keterangan Rumus :
N AgNO₃ : normalitas AgNO₃ (N)
V AgNO₃ : volume AgNO₃ (ml)
BM Cl : berat molekul Cl (gr/mol)
V sampel : volume sampel yang diambil (L)
Fp : faktor pengenceran
Keterangan Rumus :
N AgNO₃ : normalitas AgNO₃ (N)
V AgNO₃ : volume AgNO₃ (ml)
BM Cl : berat molekul Cl (gr/mol)
V sampel : volume sampel yang diambil (L)
Fp : faktor pengenceran
Keterangan Rumus :
N AgNO₃ : normalitas AgNO₃ (N)
V AgNO₃ : volume AgNO₃ (ml)
BM Cl : berat molekul Cl (gr/mol)
V sampel : volume sampel yang diambil (L)
Fp : faktor pengenceran
FTAR PUSTAKA
Anonim, 2020, MSDS Amonium Tiosianat, Merck Grup, diakses pada 2 Maret 2020
pukul 15.00 WIB, https://www.merckmilipore.com/id/product/amonium
tiosianat-solution.
Anonim, 2020, MSDS Asam Klorida, Merck Grup, diakses pada 2 Maret 2020 pukul
15.00 WIB, https://www.merckmilipore.com/id/product/Asamklorida-
solution.
Anonim, 2020, MSDS Asam Nitrat, Merck Grup, diakses pada 2 Maret 2020 pukul
15.00 WIB, https:// www.merckmilipore.com/id/product/Asamnitrat-
solution.
Anonim, 2020, MSDS Asam Sulfat, Merck Grup, diakses pada 2 Maret 2020, pukul
15.00 WIB, https:// www.merckmilipore.com/id/product/Asamsulfat-
solution.
Anonim, 2020, MSDS Aquadest, Merck Grup, diakses pada 3 Maret 2020 pukul 16.00
WIB, https:// www.merckmilipore.com/id/product/Aquadest-solution.
Anonim, 2020, MSDS Ferri Amonium Sulfat, Merck Grup, diakses pada 2 Maret 2020
pukul 15.00 WIB, https://
www.merckmilipore.com/id/product/Ferriamoniumsulfat-solution.
Anonim, 2020, MSDS Fluorescein, Merck Grup, diakses pada 2 Maret 2020 pukul
16.00 WIB, https:// www.merckmilipore.com/id/product/Fluorescein-
solution.
Anonim, 2020, MSDS Kalium Kromat, Merck Grup, diakses pada 3 Maret 2020 pukul
16.00 WIB, https:// www.merckmilipore.com/id/product/Kaliumkromat-
solution.
Anonim, 2020, MSDS Natrium Klorida, Merck Grup, diakses pada 3 Maret 2020 pukul
16.00 WIB, https:// www.merckmilipore.com/id/product/Natriumklorida-
solution.
Anonim, 2020, MSDS Perak Nitrat, Merck Grup, diakses pada 3 Maret 2020 pukul
16.00 WIB, https:// www.merckmilipore.com/id/product/Peraknitrat-
solution.
Harjanti, R.S, 2008, ‘Pemungutan Kurkumin dari Kunyit (Curcuma domestica val.)
dan Pemakaiannya Sebagai Indikator Analisis Volumetri’, Jurnal Rekayasa
Proses, Vol.2, No.2. hh. 49-54.
Ilmah, M, 2014 ‘Penentuan Kadar Klorida’, Jurnal Kimia Analitik II, no.1, vol.1, hh 2
Lestari Puji, 2016 ‘Kertas Indikator Bunga Belimbing Wuluh Untuk Uji Larutan
Asam Basa’, Jurnal Rekayasa,vol.01, no.02, hh 59
Padmaningrum, R.T, 2006, ‘Titrasi Asidimetri’, Jurnal Pendidikan Kimia, UNY
Putri, L M, 2017 ‘Pengaruh Konsentrasi Larutan Terhadap Laju Kenaikan Suhu
Larutan’, Jurnal Pembelajaran Fisika, Vol. 06, no.02, hh.2
Rusgiono, 2013 Analisis Kuantitatif, dilihat pada 8 Maret 2020,
https://www.academia.edu
Sari, 2014 ‘Pengaruh Ion Tiosulfat Terhadap Pengukuran Kadar Klorida Metode
Argentometri’, Chemistry Laboratory December, Vol.1, No.2, hh.4-5
Soraya, R. dan Naryanto, 2014 ‘Penentuan Kadar Klorida Menggunakan Metode
Gravimetri’, Jurnal Kimia Analitik II, no.1, vol. 1, hh.1
Svehla, 1979 Buku Teks Analisis Anorganik Kualiatif Makro Dan Semimikro Edisi 5,
Longman Group: New York.
Wahidmurni Lilis, 2016 ‘Pemamparan Metode Penelitian Kuantitatif’, Jurnal Forum
Nuklir, vol.10,no2, hh. 1
Windaryati, L. dan Ngatijo, 2016 ’Penentuan Kadar Uranium Dalam Serbuk UO2 dari
Yellow Cake Secara Potensiometri dan Gravimetri’, Jurnal Forum Nuklir
(JFN), Vol. 10, No. 2, hh. 1